You are on page 1of 10

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Available online at:

Volume 13, No 2, Juni 2017 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/index.php/JIKK/index

PENGARUH TINDAKAN KEPERAWATAN REDUKSI LUKA TEKAN


TERHADAP PENURUNAN RISIKO LUKA TEKAN

Wahyu Widodo1 , Elsye Maria Rosa2, Novita Kurniasari3


1,2,3 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstract
Key word : Level Decubitus is a very serious problem especially for patients who hospitalized for
Of Pressure Sore long time with limited activity. Decubitus can increase the duration of hospital stay
Risk, Wound Care, so that will increase the burden, especially the cost of hospitalization along with
Massage, length of stay in hospital. This research of purpose to know the influences of
reposition, nursing intervention to reduce pressure sore to reducing risk of pressure sore at
Education RSU PKU Muhammadiyah Purworejo. This research design used “Pre and post
test without control group " with intervention reduction of risk pressure ulcer. This
research is conducted in July 2016 with consecutive sampling method of 40
patients. Observations of pressure sore level on bed rest patiens done before and
after treatment. The evaluation was done with wilcoxon ranks test and continued
with cross tabulation for each treatment. The results showed a significant increase
in risk of injury scores by 31 respondents, p = 0,000 <0.05. While the result of
cross tabulation showed decreased risk of injured press on each level consisting
of: high risk from 18 respondents down to 12 (66,7%) with baring and mass
action. For the medium category there are 18 respondents 18 respondents dropped
to 13 (72.1%) into low risk. As for the very high risk of 2 respondents who
experienced a decrease in risk as much as 1 respondent while 1 other respondent
remained, action at very high risk of wound care done according to grade I wound
press. Likewise for low risk categories did not change, this is due to limited
number of samples taken. The conclusion of this study is a decrease of risk
pressure sore after applied preventive action for reduction of pressure sore in bed
rest patients. The action apllied wound dressing, combination of massage and
reposition, also health promotion.

PENDAHULUAN Mempertahankan integritas kulit yang


mengalami tirah baring di lingkungan
Luka tekan merupakan masalah yang
perawatan seringkali terabaikan karena
sangat serius terutama bagi pasien yang harus
perawat lebih berfokus pada masalah yang
dirawat lama di rumah sakit dengan
mengancam kehidupan dan hal itu dinilai
keterbatasan aktifitas, komplikasi medis pada
sebagai masalah yang lebih prioritas.
berbagai organ dan yang mengancam nyawa
Banyaknya tindakan invasif dan terapi yang
dapat terjadi akibat dari timbulnya dekubitus
harus diberikan juga menjadi alasan
selama pasien dirawat di rumah sakit. Akibat
terabaikannya perawatan integritas kulit,
timbulnya dekubitus juga dapat
padahal kulit merupakan organ terluas dari
meningkatkan durasi lamanya tinggal di
tubuh dan memiliki fungsi yang kompleks
rumah sakit atau LOS (length of stay)
(Halpin, 2003 dalam Pasek, 2008). Proporsi
sehingga akan meningkatkan beban terutama
luka tekan pada pasien yang baru dirawat di
biaya rawat inap akan meningkat seiring
rumah sakit berkisar antara 0,4 % sampai 38
dengan lamanya waktu tinggal di rumah sakit
% (Lewko et al, 2005).
(Widodo, 2007).

84
Vol. 13, 2017 pengaruh tindakan keperawatan … 85

European Pressure Ulcer Advisory dan kematian, dan waktu penyembuhan yang
Panel (EPUAP) (2009) mendefinisikan luka panjang. Masalah lain yang timbul dari
dekubitus sebagai daerah kerusakan lokal adanya eksudat adalah rasa sakit,
pada kulit dan jaringan di bawahnya yang ketidaknyamanan, penurunan mobilitas dan
disebabkan oleh adanya tekanan, geseran kemandirian, eksudat luka dan bau, dan
atau gesekan, atau kombinasi keduanya. isolasi sosial (Freitas & Alberti, 2013; Jaul,
Luka tersebut umumnya terjadi pada 2010).
penonjolan tulang terutama pada bagian Luka tekan mengganggu proses
tubuh yang tidak sehat dan tidak bergerak pemulihan pasien, mungkin juga diikuti
(Jaul, 2010). Kerusakan integritas kulit dapat komplikasi dengan nyeri dan infeksi
berasal dari luka karena trauma dan sehingga menambah panjang lama
pembedahan, namun juga dapat disebabkan perawatan, bahkan adanya luka tekan
karena tertekannya kulit dalam waktu lama menjadi penanda buruk prognosis secara
yang menyebabkan iritasi dan akan keseluruhan dan mungkin berkontribusi
berkembang menjadi luka tekan atau terhadap mortalitas pasien. Secara finansial,
dekubitus (Roberts, Chaboyer, Leveritt, penanganan luka tekan meningkatkan biaya
Banks, & Desbrow, 2005). perawatan. Dutch Study Found mencatat
Ulkus luka tekan disebabkan oleh biaya perawatan untuk luka tekan tertinggi
tekanan yang melebihi tekanan penutupan ketiga setelah biaya perawatan kanker dan
kapiler dan menghasilkan iskemia dan penyakit kardiovaskuler (Reddy et all.,
jaringan mati. Ketika pasien berada di tempat dalam Handayani 2010).
tidur dan tidak bergerak, sumber tekanan Pengobatan ulkus luka tekan telah
eksternal dapat berupa permukaan tempat diperkirakan menelan biaya dua sampai tiga
tidur, bedcover ketat atau tekanan dan kali lebih dari pencegahan; oleh karena itu
gesekan yang dihasilkan ketika kaki menjadi penting bahwa tenaga kesehatan profesional
gelisah (Bangova, 2013). memiliki pengetahuan dan keterampilan
Menurut Bujang, Aini, dan untuk mengenali dan mengelola ulkus
Purwaningsih (2013), insiden kejadian dekubitus tersebut (Schweinberger and
dekubitus di Japan, Korea, dan China roukis 2010) dalam (Bangova, 2013). Ulkus
berkisar antara 2,1-18%. Insiden dekubitus di luka tekan sebagian besar dapat dicegah
Indonesia cukup tinggi yaitu 33,3%. sesuai dengan aturan yang disepakati di
Prevalensi terjadinya luka dekubitus di rumah sakit dan masyarakat.Tenaga
Amerika Serikat cukup tinggi sehingga kesehatan profesional, penjaga pasien dan
mendapatkan perhatian dari kalangan pasien harus memiliki akses berkelanjutan
tenaga kesehatan. Penelitian menunjukkan terhadap informasi secara individual tentang
bahwa prevalensi luka dekubitus bervariasi, pencegahan dan manajemen ulkus luka tekan
tetapi secara umum dilaporkan bahwa 5-11% (Bangova, 2013). Ada banyak faktor yang
terjadi di tatanan perawatan akut (acute berkontribusi untuk ulserasi tumit, oleh
care), 15-25% di tatanan perawatan jangka karena itu penting bahwa tenaga kesehatan
panjang (long term care), dan 7-12% di profesional memiliki pengetahuan tentang
tatanan perawatan rumah (home health care). etiologi, perawatan dan pencegahan ulkus
Di RSU PKU Muhammadiyah Purworejo luka tekan (Wong dan Stotts 2003) dalam,
pasien yang menjalani bed rest dalam kurun (Bangova, 2013).
waktu 3 bulan terakhir yaitu bulan Mei Pencegahan luka tekan merupakan peran
sampai dengan Juni 2016 rata rata berjumlah perawat dalam upaya memberikan pelayanan
52 pasien. keperawatan pada pasien. Upaya pencegahan
Luka tekan mempengaruhi pasien terjadinya luka tekan diakukan sedini
dengan pembatasan gerakan dan sensitivitas mungkin sejak pasien teridentifikasi berisiko
(Freitas & Alberti, 2013). Terdapatnya mengalami luka tekan. Pencegahan luka
eksudat merupakan komplikasi medis, tekan sebaiknya lebih berfokus pada upaya
termasuk peningkatan risiko untuk infeksi mencegah tekanan yang berlebihan dan terus
Vol. 13, 2017 pengaruh tindakan keperawatan … 86

menerus disamping memperbaiki faktor- off adalah 14, yang setara dengan individu
faktor risiko lainnya (Virani et al, 2011). 'beresiko' (Bell, 2005).
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk Berdasarkan pengalaman peneliti selama
mencegah terjadinya dekubitus, berdasarkan melaksanakan tugas di rumah sakit dan hasil
panduan praktik klinik yang dikeluarkan oleh dari beberapa intervensi keperawatan yang
American Health of Care Plan Resources dilakukan oleh perawat hanya melakukan
(AHCPR), intervensi keperawatan yang motivasi dorongan kepada keluarga pasien
digunakan untuk mencegah terjadinya untuk melakukan alih baring setiap 2 jam
dekubitus terdiri dari tiga kategori yaitu kearah kanan dan 2 jam kearah kiri tanpa
perawatan kulit dan penanganan dini meliputi melihat sejauh mana efektifitas keberhasilan
mengkaji risiko klien terkena dekubitus, dari alih baring tersebut, sementara pasien
perbaikan keadaan umum penderita, tetap terjadi dekubitus. Sementara itu
pemeliharaan, perawatan kulit yang baik, berdasarkan hasil observasi dan wawancara
pencegahan terjadinya luka dengan berbaring dengan perawat di RSU PKU
yang berubah-ubah dan massase tubuh. Muhammadiyah Purworejo belum
Intervensi kedua yaitu penggunaan berbagai menerapkan tool untuk deteksi dini
papan, matras atau alas tempat tidur yang terjadinya luka tekan. Memperhatikan
baik. Intervensi yang ketiga yaitu edukasi kenyataan tersebut peneliti ingin mengetahui
pada klien dan support system (Sumardino et lebih lanjut tentang tindakan perawat fokus
all., 2007). pada reduksi luka tekan terhadap penurunan
Identifikasi pasien yang beresiko tinggi risiko luka tekan di RSU PKU
mengalami luka tekan sangat penting untuk Muhammadiyah Purworejo. Penelitian ini
efektifitas dalam penatalaksanaan luka bertujuan untuk mengetahui Pengaruh
tekan karena sangat menentukan strategi Tindakan Keperawatan dalam menurunkan
dan tindakan yang digunakan dalam Risiko Luka Tekan Di RSU PKU
pencegahan terjadinya luka tekan. Pengkajian Muhammadiyah Purworejo.
resiko luka tekan diharapkan menggunakan
panduan pengkajian dengan skala yang METODE
direkomendasikan untuk dapat diaplikasikan Jenis Penelitian menggunakan metode
pada tatanan praktek klinik (Pujiarto, 2011). quasi eksperimen dengan desain Pre and post
Pasien yang masuk bangsal rumah sakit, test without control group. Populasi pada
harus dinilai tingkat risiko ulkus luka tekan. penelitian ini adalah pasien yang menjalani
Penilaian risiko untuk ulkus luka tekan tirah baring di RSU PKU Muhammadiyah
didasarkan pada pengamatan status kesehatan Purworejo pada bulan Juli 2016. Sampel
pasien dengan bantuan salah satu alat ukur dalam penelitian ini menggunakan
yang direkomendasikan. Skor yang consecutive sampling. Consecutive sampling
dihasilkan tercatat dalam dokumentasi yang pada pasien tirah baring yang menjalani
sesuai, yang merupakan bagian dari catatan rawat inap lebih dari 5 hari di RSU PKU
kasus pasien (Lewko et al, 2005). Muhammadiyah Purworejo.
Norton scale merupakan alat penilaian Analisis Univariat digunakan untuk
risiko ulkus luka tekan pertama, yang menganalisis variabel karakteristik
dirancang oleh Doreen Norton pada tahun responden, dan data angka kejadian luka
1962. Terdapat lima faktor risiko utama tekan pada setiap tahap observasi. Kemudian
yang dipisahkan menjadi sub-divisi, dengan dilakukan cross tab untuk mengetahui
satu atau dua deskripsi kata untuk kecenderungan penurunan risiko luka tekan
menggambarkan variasi masing-masing pada masing- masing tindakan.
faktor risiko. Penggunaan Norton scale, Analisis Bivariate dalam penelitian ini
deskripsi nilai terendah mewakili skenario digunakan wilcoxon rank test untuk
terburuk. Berbagai kemungkinan skor total membandingkan risiko luka tekan sebelum
bervariasi antara 5 dan 20, dengan skor cut- dan sesudah perlakuan. Digunakannya
Widodo,
Vol. et al
13, 2017 Jurnal Ilmiahtindakan
pengaruh Kesehatankeperawatan
Keperawatan … 87

analisis wilcoxon rank test karena data Tabel 2. Uji Perbedaan Sebelum Perlakuan
penelitian menggunakan skala ordinal. dan Sesudah Perlakuan Dengan Uji
Paired Sample T-Test
HASIL
Karakteristik responden yang diteliti Perlakuan Mean ± SD Sig. Kesimpulan
(2-
dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, tailed)
umur, tekanan darah, berat badan (body mass Sebelum- -2,025±0,99968 0,000 Ada
index). Sesudah perbedaan
Tabel 1. Karakteristik Responden Pasien Bed
Rest di RSU PKU Muhammadiyah Berdasarkan analisis Paired Sample t-
Purworejo Juni 2016 (n=40) Test, diperoleh p= 0,000 < 0,05 maka
menunjukkan perbedaan skor risiko luka
Karakteristik Frekuensi Prosentase
Jenis kelamin tekan sebelum perlakuan dan sesudah
- Laki-laki 17 42.5 perlakuan. Artinya ada pengaruh tindakan
- Perempuan 23 57.5
Umur perawatan yang berfokus pada penurunan
- Dewasa Awal 6 15.0 skor luka tekan
- Dewasa Akhir 9 22.5
- Lansia Awal 14 35.0 Tabel 3. Cross tabulation risiko luka tekan
- Lansia Akhir 11 27.5 Sebelum dilakukan Tindakan
pencegahan luka tekan
Karakteristik berat Frekuensi %
badan
- Kurang 12 30.0 Risiko luka tekan hari ke-1 Total
- Normal 18 45.0 TR R S T ST
- Lebih 10 25.0 f % f % f % f % f %
PK 2 5 0 0 0 0 0 0 2 5
Tekanan Darah Frekuensi % AB 0 0 18 45 0 0 0 0 18 45
- Hipotensi 4 10.0 MS 0 0 0 0 18 45 0 0 18 45
- Normal 13 32.5 AB
- Hipertensi 23 57.5 AS 0 0 0 0 0 0 2 5 2 5
T 2 5 18 45 18 45 2 5 40 10
0
Tabel 1 menunjukkan bahwa Chi-square (X2) : 120,000
berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar p value : 0,000

responden berjenis kelamin perempuan 23 Keterangan :


responden (57,5%). PK: Promkesh
AB: Alih baring
Berdasarkan umur, sebagian besar
MS, AB: Masase, Alih Baring
responden termasuk ke dalam golongan AS: Antiseptic
lansia awal 14 responden (35%). T : Total
Berdasarkan berat badan terdapat responden
yang mempunyai berat badan normal 18 Berdasarkan tabel 3 tersebut diketahui
responden (45%) sedangkan karakteristik bahwa hasil uji chi square diperoleh nilai X2
responden berdasarkan tekanan darah hitung = 120 dengan p value = 0,000. Karena
sebagian besar responden mempunyai p value < 0,05 berarti ada perbedaan yang
hipertensi 23 responden (57,5%) . signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat Hasil penelitian selanjutnya ialah
dideskripsikan pengaruh perlakuan tindakan tabulasi silang risiko luka tekan sesudah
keperawatan yang berfokus pada penurunan dilakukan tindakan pencegahan luka tekan
luka tekan terhadap penurunan risiko luka seperti yang tercantum pada Tabel 4 berikut.
tekan. Penilaian risiko luka tekan dengan
skala Norton. Uji beda dilakukan dengan
menggunakan paired sample t-test seperti
tercantum dalam tabel berikut:
Vol. 13, 2017 pengaruh tindakan keperawatan … 88

Tabel 4. Cross tabulation risiko luka tekan Hasil penelitian berdasarkan


Sesudah dilakukan Tindakan karakteristik responden berdasarkan jenis
pencegahan luka tekan kelamin menunjukkan sebagian besar
responden mempunyai jenis kelamin
Risiko luka tekan hari ke-7
Tindakan
Rendah Sedang Tinggi
Total perempuan 57%. Berdasarkan karakteristik
reduksi
f % f % F % f % umur menunjukkan sebagian besar responden
Promkesh 18 45 0 0 0 0 18 45
Alih baring 0 0 19 47,5 0 0 19 47,5
berusia lansia (46-55 tahun awal) 35%.
Masase, Alih 0 0 0 0 3 7,5 3 7,5 Menurut Garcia (2005) pada kelompok usia
baring
Total 18 45 19 47,5 3 7,5 40 100
ini terjadi penurunan toleransi terhadap
Chi-square (X2) : 80,000 tekanan, peragerakan dan gaya gesek. Hal ini
p value : 0,000
disebabkan oleh perubahan-perubahan pada
kulit.
Berdasarkan tabel 4 tersebut diketahui Penelitian yang dilakukan oleh Adi
bahwa hasil uji chi square diperoleh nilai X2 Irawan (2011) mendapatkan usia yang
hitung = 80 dengan p value = 0,000. Karena terbanyak mengalami dekubitus adalah usia
p value < 0,05 berarti ada perbedaan yang 51-60 tahun merupakan kelompok usia
signifikan. paling banyak mengalami dekubitus. Kondisi
Hasil uji efektivitas perlakuan terhadap ini diakibatkan oleh adanya penurunan
penurunan risiko luka tekan dapat dilihat vaskularisasi, elastisitas, kehilangan otot
pada tabel berikut ini penurunan kadar serum albumin serta
penurunan respon inflamasi.
Tabel 5. Hasil Uji Efektivitas Perlakuan Purwaningsih (2001), di RSUP dr
terhadap Penurunan Risiko Luka Sardjito mendapatkan kelompok usia 61-80
Tekan tahun. Pertambahan usia juga
dipertimbangkan sebagai salah satu faktor
Efektivitas Mean ± SD Sig. Kesimpulan
Perlakuan (2-tailed)
risiko terjadinya luka tekan. Pada orang
Hari ke-1 - -0,65000 0,000 Hari ke-3 lebih lanjut usia, kulit mengalami penurunan
> Hari ke-3 ±0,76962 efektif dari hari ketebalan epidermal, kolagen dermal dan
ke-1
Hari ke-1 - -1,47500 0,000 Hari ke-5 lebih
elastisitas jaringan. Kulit lebih kering akibat
> Hari ke-5 ±0,90547 efektif dari hari hilangnya sebasea dan aktifitas kelenjar
ke-1 keringat. Perubahan pada kardiovaskuler
Hari ke-1 - -2,02500 0,000 Hari ke-7 lebih
> Hari ke-7 ±0,99968 efektif dari hari
menyebabkan perubahan perfusi jaringan.
ke-1 Atropi otot dan struktur tulang juga memberi
pengaruh (Smeltzer, Bare & Hinkle, et al.,
Berdasarkan tabel 5 tersebut, maka dapat 2008).
diketahui bahwa pemberian tindakan untuk Hasil penelitian berdasarkan
mengurangi risiko luka tekan pada hari ke-3 karakteristik responden berdasarkan body
lebih efektif dibandingkan dengan tindakan mass index menunjukkan bahwa sebagaian
untuk mengurangi risiko luka tekan pada hari besar reponden mempunyai body mass index
ke-1 karena diperoleh nilai signifikansi = normal 18 responden (45%) Pada orang
0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Selain itu, dengan indeks massa tubuh (IMT) yang kecil
tindakan untuk mengurangi risiko luka tekan cenderung akan mengalami penekanan
pada hari ke-5 dengan signifikansi = 0,000, tonjolan tulang yang lebih besar dibanding
dan tindakan reduksi luka tekan pada hari ke- orang dengan indeks masa tubuh yang lebih
7 dengan signifikansi = 0,000 lebih kecil dari besar.
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh Vangilder, et all. (2008) melakukan
tindakan reduksi luka tekan yang dilakukan penelitian untuk melihat hubungan antara
pada hari ke-3, hari ke-5, dan hari ke-7 lebih prevalensi luka tekan, indeks massa tubuh
efektif dibandingkan tindakan reduksi luka dan berat badan. Survey ini dilakukan dengan
tekan pada hari ke-1. melihat laporan kejadian luka tekan di
Amerika selama tahun 2006-2007. Hasil
Vol. 13, 2017
Widodo, et al pengaruh
Jurnal Ilmiahtindakan
Kesehatankeperawatan
Keperawatan … 89

menunjukan bahwa prevalensi luka tekan peredaran darah ke jaringan yang terkena
lebih tinggi pada pasien dengan indeks masa jangka waktu yang panjang, karena tekanan
tubuh rendah, dan juga pada pasien yang berulang. Hal ini penting untuk menentukan
berat badan kurang dan berat badan lebih. tindakan pencegahan yang tepat pasien-
Hasil penelitian berdasarkan pasien tersebut dianggap berisiko tinggi
karakteristik responden menunjukkan bahwa terjadi dekubitus. Perawatan pendukung
sebagian besar responden mempunyai bergantung pada identifikasi tanda awal
tekanan darah tinggi (hipertensi) 23 (kemerahan pada kulit yang terjadi tidak
responden (57,5%). Menurut lewis (2011) hilang begitu tekanan telah dilepaskan, lecet
individu yang berisiko terkena dekubitus dan abrasi epidermis, penebalan, kemerahan
adalah individu dengan anemia, kontraktur, dan pembengkakan, peningkatan suhu tubuh.
diabetes mellitus, gangguan sirkulasi, Tindakan pencegahan yang dilakukan oleh
inkontinensia, kemunduran mental, tekanan perawat, antara lain, untuk menilai risiko
darah rendah kurang dari 60 mmHg, ulkus dan di mana risiko tinggi diindikasikan,
hipertensi, bedah berkepanjangan, obesitas untuk perkenalkan prosedur pencegahan
serta usia lanjut. yang diperlukan jika kondisinya dari pasien
Hasil uji beda diperoleh p= 0,000 < 0,05 memburuk, penilaian harus dilakukan setiap
maka menunjukkan perbedaan skor risiko hari dan jika dia stabil, seminggu sekali.
luka tekan sebelum perlakuan dan sesudah Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
perlakuan. Artinya ada pengaruh tindakan tindakan reduksi luka tekan terhadap
perawatan yang berfokus pada penurunan penurunan risiko luka tekan pada hari ke-3,
skor luka tekan. ke-5, dan ke-7 lebih efektif dibandingkan
Perawatan di rumah sakit dilakukan hari ke-1 untuk menurunkan risiko luka
secara intensif, sehingga monitoring terhadap tekan, yang dilihat dari peningkatan skor
kejadian luka tekan juga dilakukan secara rata-rata dari risiko luka tekan hari ke-1
intensif. Monitoring terhadap perkembangan sebesar 15,3000, hari ke-3 sebesar 15,9500,
luka tekan, menyebabkan perawat dapat hari ke-5 sebesar 16,7750, serta hari ke-7
melakukan penatalaksanaan terhadap luka sebesar 17,3250 yang memperlihatkan
tekan secara adekuat sesuai prosedur kecenderungan kategori resiko luka tekan
keperawatan terhadap luka tekan. Hal ini yang semakin rendah dari hari ke-1 sampai
menyebabkan risiko luka tekan berkurang, hari ke-7.
setelah diterapkan Norton Scale dan Hasil penelitian juga membuktikan
dilakukan perawatan dengan mengacu pada bahwa sebagian besar risiko luka tekan
hasil pengukuran risiko luka tekan. responden berada pada kategori sedang
Hal ini sesuai dengan pendapat Sari et (45%), dan tinggi (45%) pada hari ke-1
all. (2007) yang menyatakan bahwa sebelum diberi perlakuan tindakan reduksi
memonitor perkembangan luka tekan luka tekan, sedangkan pada hari ke-7 sesudah
merupakan salah satu sentral dari diberikan tindakan reduksi luka tekan, maka
managemen luka tekan. Dengan memonitor sebagian besar risiko luka tekan responden
perkembangan luka tekan, perawat dapat berada pada kategori rendah (45%) dan
mengetahui status dari luka pasien, apakah sedang (47,5%) dengan diberikan tindakan
terjadi deteriorasi (menjadi lebih parah) ke reduksi luka tekan berupa alih baring dan
stadium selanjutnya ataukah luka telah kombinasi alih baring dan masase.
membaik. Untuk memonitor luka ini perawat Tindakan reduksi luka tekan berupa alih
perlu menggunakan skala - skala yang baring maupun kombinasi alih baring dan
mempunyai tingkat reliabilitas dan validitas masase pada hari ke-3, ke-5, dan ke-7 lebih
yang tinggi. efektif dibandingkan hari ke-1 karena
Lewko (2011) ulkus tekanan merupakan pemberian massage bila dikombinasikan
masalah serius bagi pasien dan staf dengan perubahan posisi secara teratur
keperawatan terlibat dalam perawatannya. (setiap 2-4 jam) menjadi metode yang efektif
Ulkus bisa akibat dari adanya insufisiensi sebagai pencegahan luka tekan. Massage
Vol. 13, 2017 pengaruh tindakan keperawatan … 90

diberikan secara lembut dengan gerakan kecil Menurut Trisnowiyanto (2012) efek dan
melingkar. Hal ini dibuktikan bahwa biopsi kegunaan massage effleurage adalah dapat
jaringan sebelum dan setelah pijat maupun memberikan relaksasi kepada pasien,
alih baring, hasilnya tidak berbahaya bagi memberikan sensasi nyaman dan mengurangi
kulit dan jaringan (Peeters, dkk, 2007). rasa nyeri.
Selain itu tindakan reduksi luka tekan Respon nyaman pasien dirasakan dari
berupa alih baring dapat mencegah dekubitus sembuhnya luka dekubitus yang berada di
pada daerah tulang yang menonjol yang punggungnya tersebut. Luka yang telah
bertujuan untuk mengurangi penekanan mengalami perkembangan setiap hari dan
akibat tertahannya pasien pada satu posisi pada akhirnya menjadi menutup akan
tidur tertentu yang dapat menyebabkan lecet. menimbulkan perasaan yang berbeda dari
Alih baring ini adalah pengaturan posisi yang sebelumnya luka yang masih dalam kondisi
diberikan untuk mengurangi tekanan dan lembab dan kemerahan.
gaya gesek pada kulit, menjaga bagian kepala Pengaruh pemberian teknik massage
tempat tidur setinggi 30 derajat atau kurang dengan VCO (virgin coconut oil) untuk
akan menurunkan peluang terjadi dekubitus penyembuhan luka dekubitus derajat II.
akibat gaya gesek, alih posisi/ atau alih Keadaan luka dekubitus derajat II pada
baring/ tidur selang seling (Perry & Potter, pasien lansia saat dilakukan pengkajian luka
2005). pertama kali adalah kondisi luka basah, lecet
Efektifitas tindakan keperawatan dalam (luka superficial), warna luka merah segar,
pencegahan dan perawatan untuk masing- terdapat kemerahan (eritema).
masing risiko luka tekan. Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
penelitian pada saat awal penilaian dengan jumlah responden yang berisiko sedang
Norton scale didapatkan jumlah responden berjumlah 18 responden. Setelah dilakukan
yang mengalami risiko tinggi berjumlah 18 alih baring turun menjadi 13 responden
responden setelah dilakukan tindakan (72,2%) yang berubah menjadi risiko rendah.
massase dan alih baring turun menjadi 12 Hal ini sejalan dengan penelitian yang
responden yang berubah menjadi risiko dilakukan oleh Bryant, 2000 dalam young,
sedang. 2004) merekomendasikan untuk pencegahan
Berdasarkan panduan praktik klinik yang luka tekan dengan pangaturan posisi pasien
dikeluarkan oleh American Health of Care yang berubah- ubah dan ia membuktikan
Plan Resources (AHCPR), intervensi bahwa mengatur posisi miring 30 derajat
keperawatan yang digunakan untuk pada pasien guna mencegah terjadinya luka
mencegah terjadinya dekubitus terdiri dari tekan. Aplikasi dari posisi miring 30 derajat
tiga kategori yaitu perawatan kulit dan ini cukup dapat dilakukan oleh perawat,
penanganan dini meliputi mengkaji risiko mengingat tidak diperlukan energi yang besar
klien terkena dekubitus, perbaikan keadaan untuk memiringkan pasien. Pemberian posisi
umum penderita, pemeliharaan, perawatan yang benar sangatlah penting dengan sasaran
kulit yang baik, pencegahan terjadinya luka utama pemeliharaan integritas kulit yang
dengan berbaring yang berubah-ubah dan dapat mengurangi tekanan, membantu
massase tubuh. Intervensi kedua yaitu kesejajaran tubuh yang baik, dan mencegah
penggunaan berbagai papan, matras atau alas neuropati kompresif (Smeltzer & Bare,
tempat tidur yang baik. Intervensi yang 2002). Pengaturan posisi bukan semata-mata
ketiga yaitu edukasi pada klien dan support merubah posisi pasien berbeda dari posisi
system (Sumardino et all., 2007). sebelumnya, melainkan membutuhkan
Menurut Trisnowiyanto (2012) teknik-teknik tertentu agar tidak
menuliskan bahwa salah satu variasi massage menimbulkan masalah luka tekan yang baru.
effleurage adalah gosokan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Young,T
menggunakan telapak tangan dilakukan (2004), tentang perbandingan posisi miring
dengan tekanan yang lembut dan dangkal 30 derajat dengan miring 90 derajat pada 46
(superficial stroking). pasien. Intervensi yang dilakukan adalah
Vol. 13, 2017
Widodo, et al pengaruh
Jurnal Ilmiahtindakan
Kesehatankeperawatan
Keperawatan … 91

dengan memberikan posisi miring pada 23 Potter dan Perry (2005), menyatakan
pasien dengan posisi miring 30 derajat dan intervensi pencegahan perawatan kulit
23 pasien lainnya dengan posisi miring 90 meliputi pengkajian kulit secara teratur
derajat. Yang dilakukan untuk mencegah minimal satu kali sehari, untuk yang risiko
luka tekan Gr I (non blancakble Erythema). tinggi lebih baik setiap shift, menjaga kulit
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa posisi tetap bersih dan tidak basah. Ketika
miring 30 derajat lebih efektif mencegah membersihkan kulit sebaiknya menggunakan
terjadinya luka tekan Gr I pada pasien yang air hangat dengan sabun yang tidak
mengalami imobilisasi. mengandung alkohol. Setelah kulit
Sedangkan untuk penggunaan antiseptic dibersihkan gunakan pelembab untuk
dan lotion pada responden dengan risiko melindungi epidermis dan sebagai pelumas
sangat tinggi pada saat pre test berjumlah 2 tapi tidak boleh terlalu pekat. Jika pasien
responden turun menjadi risiko sedang dan 1 mengalami inkontinensia atau mendapat
responden menjadi risiko tinggi. Sedangkan makanan melalui sonde agar diperhatikan
pada responden yang mengalami risiko kelembaban yang berlebihan akibat terpapar
rendah pada penelitian ini tidak berubah. urine, feses atau cairan enteral. Sebaiknya
Pada beberapa hasil penelitian sebelumnya pasien selalu dibersihkan dan area yang
tindkan pemberian antiseptic pada pasien terpapar cairan diberi lapisan pelembab
yang berisiko tinggi sngat efektif untuk sebagai pelindung.
menjaga kebersihan dan sekaligus menjaga Pasien dan keluarga sangat perlu
kelembaban kulit sehingga menjaaga kulit diberikan edukasi agar ada kolaboraasi antara
agar tidak kering menjadi penting. pasien , keluarga dan pemberi palayanan
Menurut handayani (2010) penanganan dalam perawatan pasien. Edukasi keluarga
kulit kering pada sakrum secara khusus dilakukan secara terprogram dan
dengan menggunakan pelembab sederhana. komprehensif sehingga keluarga diharapkan
Penting untuk memberikan pelembab secara berperan serta secara aktif dalam perawatan
teratur untuk mendapatkan keuntungan yang pasien. Topik pendidikan kesehatan yang
maksimal. Mengurangi lingkungan yang dianjurkan adalah sebagai berikut; etiologi
menyebabkan kulit kering dan berkurangnya dan faktor risiko luka tekan, aplikasi
kelembaban kulit seperti suhu dingin, dan penggunaan tool pengkajian risiko,
hidrasi tidak adekuat. Kulit kering pengkajian kulit, memilih dan atau gunakan
meningkatkan risiko terbentuknya fissura dukungan permukaan, perawatan kulit
dan rekahan stratum korneum. Penggunaan individual, demonstrasi posisi yang tepat
pelembab topikal diduga bermanfaat untuk untuk mengurangi risiko luka tekan dan
mempertahankan kelembaban kulit dan dokumentasi data yang berhubungan
keutuhan stratum corneum namun belum ada (Handayani, 2010).
ketetapan jenis pelembab apa yang
memberikan manfaat terbaik dan memberi Daftar Pustaka
evidence secara langsung pengaruhnya Agorye, I. J., Nonye, A., & Beatrice, O. (2015).
terhadap pencegahan luka tekan, Factors Influencing Nurses' Use of Risk
mempertahankan kelembaban stratum Assessment Scale for Preventing
corneum dan mencegah kulit kering. Pressure Ulcer Among Patients in
Penelitian membuktikan penggunaan National Orthopaedic Hospital, Enugu
State, South Eastern, Nigeria.
mephentol (suatu agent topikal terbuat dari
International Journal of Nursing and
campuran asam lemak hyperoksigenasi dan Midwifery. Vol. 7(10), October 2015, pp.
herbal (Equisetum arvense and Hypericum 146-153.
perforatum) efektif mencegah timbulnya luka
tekan derajat I pada pasien dengan risiko Bangova, A. (2013). Prevention of pressure
menengah hingga risiko tinggi mengalami ulcers in nursing home residents.
luka tekan. Nursing Standard, 27(24), 54-61.
Vol. 13, 2017 pengaruh tindakan keperawatan … 92

Barbara, K.(2010). Buku Ajar Fundamental Of Lama-Di-Icurumah-Sakit-Ekabsd-2456.


Nursing: Konsep, Proses, & Praktik, Html diakses 14 April 2017
Ed,7, Vol 1.Jakarta:EGC
Lewko, J., Demianiuk, M., Krot, E., Krajewska-
Bell, Joy. (2005). Are Pressure Ulcer Grading & Kułak, E., Sierakowska, M., Nyklewicz,
Risk Assessment Tools Useful?.Clinical W., Jankowiak, B. (2005). Assessment of
Review. dalam Risk for Pressure Ulcers Using The
http://www.woundsinternational.com/ Norton Scale in Nursing Practice.
media/issues /115/files/content_79. Roczniki Akademii Medycznej w
Białymstoku, Vol. 50, 2005, Suppl. 1,
page: 148-151.

Bluestin, Daniel., Javaheri, Askan. (2008). Mallone, J. R., & McInnes, E. (2001).Pressure
Pressure Ulcers: Prevention, Evaluation, Ulcer Risk Assessment and Prevention.
and Management. American Family London: the Royal College of Nursing.
Physician2008;78(10):1186-1194.
Diakses 14 November 2013 dari National Pressure Ulcer Advisory Panel (2009).
http://www.aafp.org/afp/2008/1115/p118 Prevention Of Pressure Ulcer: Quick
6.pdf Reference Guide.
(http://www.epuap.org/guidelines/ Final
Bujang, B., Aini, F., Purwaningsih, H. (2013). Quick Prevention. Diakses 21 April,
Pengaruh Alih Baring Terhadap Kejadian 2015.
Dekubitus Pada Pasien Stroke Yang
Mengalami Hemiparesis di Ruang Peeters, I.D., J.G. Halfens R, Ambergen
Yudistira di RSUD Kota Semarang. A.W., Houwing, R.H., P. F. Berger
dalam M, Snoeckx L.H. (2007). The
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/doc Effectiviness of Massage With and
uments/3440. Without Dimethyl Sulfoxida in
Preventing Pressure Ulcer: A
Freitas, J.d.P.C., & Alberti, L.R. (2013). Randomized, Double-Blind Cross-Over
Application Of The Braden Scale In The Trial in Patients Prone to Pressure
Home Setting: Incidence And Factors Ulcers. Internastional Journal of Nursing
Associated With Pressure Studies 44. 2007: 1285-1295.
Ulcers/Aplicação Da Escala De Braden
Em Domicílio: Incidência E Fatores Perry & Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental
Associados A Úlcera Por Pressão. Acta Keperawatan : Konsep, Proses &
Paulista de Enfermagem, 26(6), 515- Praktek. Jakarta: EGC.
521A. García-Fernández, F.P.P.M.R.N.,
Agreda, J.J.S.P.B.R.N., Verdú, Roberts, S., Chaboyer, W., Leveritt, M., Banks,
J.P.M.R.N., & Pancorbo-Hidalgo, M., & Desbrow, B. (2005). Nutritional
P.L.P.B.R.N. (2005). A new theoretical intakes of patients at risk of pressure
model for the development of pressure ulcers in the clinical setting. Nutrition,
ulcers and other dependence-related 30(7-8), 841-846. doi:
lesions. Journal of Nursing Scholarship, http://dx.doi.org/10.1016/j.nut.2013.11.0
46(1), 28-38. 19

Jaul, E. (2010). Assessment and management of


pressure ulcers in the elderly. Drugs &
Aging, 27(4), 311-325. doi:
http://dx.doi.org/10.2165/11318340- National Pressure Ulcers Advisory Panel
000000000-00000 (NPUAP).(2010). Pressure Ulcers
Prevention Quick Reference Guide.
Http://Digilib.Esaunggul.Ac.Id/Efektifitas- Diakses 29 Oktober 2005 dari
Tindakan-Perawat-Dalampencegahan- http://www.npuap.org/wp.content/upload
Dekubitus-Pada-Pasientirah-Baring- s/2005/03/Final_Quick_Prevention_for_
web_2010.pdf
Vol. 13,et2017
Widodo, al pengaruh
Jurnal tindakanKeperawatan
Ilmiah Kesehatan keperawatan … 93

Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin. (2005). Trisnowiyanto, B. 2012. Ketrampilan Dasar
Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Massage. Yogyakarta: Nuha Medika.
Konsep, Proses dan Praktik Edisi
4.Jakarta: Penerbit EGC. Jakarta Widodo.(2007). Uji Kepekaan Instrumen
Pengkajian Risiko Dekubitus dalam
Pujiarto.(2011). Persepsi Perawat Terhadap Mendeteksi Dini Risiko Kejadian
Pengkajian Resiko Luka Tekan Metode Dekubitus di RSIS.Jurnal Penelitian
Braden dan Waterlow di Unit Perawatan Sains & Teknologi, Vol. 8, No. 1, 2007,
Bedah.Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. hlm. 39 - 54.
2 No. 1, Desember 2011, hlm.1-10.
Wright, Kenneth. (2011). The Doctor’s Guide To
Sanada, Hiromi. (2005). Pressure Ulcer Pressure Ulcers. Kanada: Mediscript
Management ; Pressure Distribution. Communications Inc.
Pressure Ulcer Research Group,
Department of Gerontological Nursing, Yerrell, P., Clark, M., Collier, M., Malone, N.,
University of Tokyo & Department of Rowe, J., Scott, E., Stephens, F.,
Clinical Nursing, Kanazawa University. Thomas, A., White, E. (2005).The
Diakses 1 Juni 2013 dari Pressure Relieving Devices (Beds,
http://square.umin.ac.jp/sanada/english/a Mattresses and Overlays) for The
dmin/3-2.html. Prevention of Pressure Ulcers in
Primary and Secondary Care. London:
Sastroasmoro, S dan Ismael (editor). (2010). the Royal College of Nursing.
Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Jakarta : Sagung Seto. Young. (2004). The 30 ° tilt position vs the 90 °
lateral and supine positions in reducing
Silalahi, Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. the incidence of non blanching erythema
Jakarta : PT. Refika Aditama. in a hospital inpatient population.
Journal of tissue viability. Volume: 14
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Number: 3 Retrieved from http://www.
Bandung : Alfabeta. ebscohost.com/uph.edu on February 2,
2015
Sunaryanti, Betty. (2005). Pencegahan Dekubitus
dengan Pendidikan Kesehatan Reposisi Zuriah, Nurul. (2009). Metodologi Penelitian
Dan Minyak Kelapa. Jurnal Profesi, Sosial dan Pendidikan : Teori – Aplikasi.
Volume 12, September 2005, hlm.58-64. Jakarta : Bumi Aksara.

The Royal Australian College of General


Practitioners.(2006). Medical Care of
Older Persons in Residential Aged Care
Facilities. Melbourne: The Royal
Australian College of General
Practitioners.

You might also like