You are on page 1of 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/336721014

Sintesis Serbuk Tembaga dengan Metode Elektrolisis: Studi Perilaku


Elektrokimia dan Karakaterisasi Serbuk

Conference Paper · November 2017

CITATIONS READS

0 85

4 authors, including:

Zaki Mubarok Soleh Wahyudi


Bandung Institute of Technology Bandung Institute of Technology
56 PUBLICATIONS   84 CITATIONS    7 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Nickel extraction from laterite ore by microbial leaching View project

Both conference paper and article are belong me View project

All content following this page was uploaded by Zaki Mubarok on 22 October 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017

Sintesis Serbuk Tembaga dengan Metode Elektrolisis: Studi Perilaku


Elektrokimia dan Karakaterisasi Serbuk

M. Zaki Mubarok a,*), Lucky Nugroho Aji b)& Soleh Wahyudic)


a)
Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut
Teknologi Bandung, Jln. Ganesha, 10, Bandung, Jawa Barat 40132
b)
PT. Batutua Tembaga Raya, Wetar Copper Site Project, Pulau Wetar Maluku
c)
Program Studi Teknik Material dan Metalurgi, Institut Sains dan Teknologi Bandung, Kota
Deltamas Lot-A1 CBD, Jl. Ganesha Boulevard, Cikarang Pusat, Jawa Barat 17530
*)
email: zaki@mining.itb.ac.id

Abstract.
In the present paper, electrochemical behavior of copper electrodeposition under variations of
copper and sulfuric acid concentration followed by synthesis of copper powder by electrolysis
method is discussed. Electrochemical behaviour of copper electrodeposition was studied by
measuring cathodic polarization using a potensiostat. Series of electrolysis experiments were
conducted to synthesize copper powder under variations of current density, concentrations of
copper and sulfuric acid in CuSO4-H2SO4 electrolyte. Copper powder was characterized by
using AAS, XRD, SEM and PSA. Results of cathodic polarization measurements
demonstrated a significant increase of limiting current density of copper deposition from ±60
mA/cm2 to 900 mA/cm2 by increasing Cu concentration from 0.075M to 0.6M. Results of
copper powder synthesis revealed that the size of copper powder tends to be finer at lower
current efficiency of electrolysis which is associated with the enhancement of hydrogen
evolution rate from the cathode surface at a current density regime of above limiting current
density. Average particle size of copper powder from the electrolysis experiment with Cu2+
concentration of 0.15M, H2SO4 0.5M and current density of 150 mA/cm2 was 759.9 ± 99 nm
and can be categorized as sub-micron powder. The powder has average copper content of
94% with oxygen as a main impurity which combined with copper as copper (I) oxide
(Cu2O).
Kata kunci: tembaga, serbuk, polarisasi, sintesis, elektrolisis

623
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017

1. PENDAHULUAN
Serbuk tembaga merupakan salahsatu produk hilir dari logam tembaga yang dibutuhkan
pada berbagai aplikasi. Serbuk tembaga digunakan sebagai bahan utama maupun paduan untuk
pembuatan komponen elektronik dan listrik karena memiliki sifat konduktivitas listrik yang
sangat baik. Selain itu, serbuk tembaga juga digunakan untuk bahan antiseptik & anti fouling
karena sifat anti bakteri dan anti mikrobial yang dimilikinya [1]. Tembaga memiliki sifat biocides
sehingga serbuk tembaga dapat dijadikan sebagai bahan cat anti-fouling yang banyak digunakan
untuk pelapisan permukaan luar lambung kapal laut[2]. Serbuk tembaga dan tembaga oksida juga
digunakan sebagai bahan campuran pupuk, industri kimia dan aplikasi spesifik lainnya.
Berdasarkan informasi dari The World Copper Factbook 2016 yang dikeluarkan oleh
International Copper Study Group, terjadi peningkatan kebutuhan dan produksi serbuk tembaga
dalam 20 tahun terakhir (1995-2015)[3]. Indonesia sebagai salahsatu negara dengan tambang
tembaga terbesar di dunia dan juga memproduksi tembaga katoda (copper cathode) hingga saat
ini masih mengimpor serbuk tembaga untuk berbagai keperluan industri di dalam negeri. Selain
itu juga industri hilir tembaga dalam negeri juga belum dapat menyerap semua katoda tembaga
yang diproduksi oleh pabrik peleburan tembaga (copper smelter) dimana sebagian besar
penyerapannya adalah untuk industri kabel[4].
Secara umum serbuk tembaga dapat disintesis dengan metode elektrokimia dan metode
atomisasi. Kelebihan yang dimiliki dari metode elektrokimia dibandingkan metode atomisasi,
selain mampu menghasilkan serbuk tembaga dengan tingkat kemurnian yang lebih tinggi, juga
memiliki kandungan oksigen yang lebih rendah, lebih mudah dilakukan proses pressing dan
sintering[5].
Menurut Popov (2016)[5], Gokhan dan Gezgin (2012)[6] dan Djokic (2012)[7],
elektrodeposit tembaga dalam bentuk serbuk (powder) dapat terbentuk melalui proses elektrolisis
dalam larutan H2SO4-CuSO4 yang dilakukan dengan kondisi dimana proses deposisi tembaga
terkendali oleh perpindahan massa (difusi) ion tembaga dari ruah larutan menuju permukaan
katoda dan terjadi evolusi gas hidrogen pada permukaan katoda. Kondisi tersebut terjadi pada
rapat arus yang lebih tinggi dari rapat arus limit untuk deposisi ion tembaga menjadi logamnya.

624
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017

Sementara itu, elektrodeposit tembaga dengan bentuk pelat dapat dihasilkan pada rapat arus yang
lebih rendah dari rapat arus limit yaitu pada zona dimana deposisi tembaga terkendali oleh laju
perpindahan muatan pada antarmuka elektroda-elektrolit.
Mekanisme terbentuknya elektrodeposit logam terjadi melalui proses pengintian
(nucleation) dan pertumbuhan inti (growth). Mekanisme tersebut membutuhkan gaya pendorong
(driving force) yaitu overpotensial (η) pada elektroda. Overpotensial katodik(ηc) atau polarisasi
katodik merupakan selisih antara potensial katoda(Ec) dengan potensial katoda dalam keadaaan
kesetimbangan (Eeq). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 2 (dua) nilai overpotensial
kritis yaitu overpotensial kritis saat serbuk terbentuk (ηc) dan overpotensial kritis saat dendrit
mulai tumbuh (ηi). Pada proses pembentukan serbuk tembaga dengan elektrolisis, overpotensial
deposisi Cu harus berada zona overpotensial evolusi gas hidrogen yang kuat karena dalam rezim
ini, dendrit akan muncul pada berbagai rentang rapat arus limit difusi saat tidak adanya evolusi
gas hidrogen yang kuat (Djokic dkk., 2012). Berlangsungnya evolusi gas hidrogen yang kuat
pada permukaan katoda melalui reaksi 2H+ + 2e  H2 secara simultan dengan deposisi ion Cu
(Cu2+ + 2e  Cu) memberikan efek pengadukan setempat pada permukaan katoda yang
mengakibatkan meningkatnya rapat arus limit difusi dan meningkatnya overpotensial awal
pertumbuhan dendrit dan mendorong terbentuknya serbuk tembaga (Nikolic dkk., 2010)[8].
Pada paper ini dibahas hasil-hasil percobaan polarisasi katodik dengan potensiodynamic scan
dan galvanostatic scan proses elektrodeposisi Cu dari larutan H2SO4-CuSO4 untuk mempelajari
perilaku elektrokimia pembentukan serbuk tembaga. Pengujian potensiodinamik dilakukan untuk
mendapatkan kurva polarisasi katodik pengendapan tembaga, yang menunjukkan daerah rapat
arus terhadap potensial dimana terjadi evolusi gas hidrogen. Pengujian galvanostatik pada rapat
arus tertentu dilakukan untuk mengetahui perubahan potensial katoda selama proses elektrolisis
dan menentukan menentukan lama waktu elektrolisis untuk menghasilkan serbuk dengan ukuran
yang lebih homogen.Setelah diperoleh data-data rapat arus dimana terjadi evolusi gas hidrogen
dari percobaan polarisasi, dilakukan percobaan elektrolisis untuk mensintesis serbuk tembaga
dengan elektrolit H2SO4-CuSO4 dengan variasi rapat arus, konsentrasi Cu2+ dan konsentrasi
H2SO4.

625
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017

2. MATERIAL DAN METODE


Material
Pada percobaan pengukuran kurva polarisasi dengan potensiostat, benda kerja (working
electrode) yang digunakan adalah pelat stainless steel 316 L dengan dimensi 1cmx1cm. Benda
kerja ini di-mounting dalam resin sedemikian rupa sehingga hanya permukaan seluas 1 cm2 saja
yang terpapar dalam larutan elektrolit. Permukaan belakang benda kerja yang terisolasi dalam
resin terlebih dahulu dihubungkan dengan kabel yang diperlukan untuk koneksi ke potensiostat.
Elektroda bantu (auxilliary electrode) yang digunakan adalah platina, sementara elektroda
reference yang digunakan adalah Ag/AgCl. Pengukuran polarisasi dilakukan dengan
menggunakan potentiostat Gamry Reff 600+ dalam sebuah Faraday cage untuk menghindari
adanya interferensi medan listrik dari lingkungan sekitar di laboratorium.
Pada percobaan sintesis serbuk dengan elektrolisis, digunakan anoda berupa pelat tembaga
murni dan katoda pelat stainless steel 316L. Pelat katoda murni tersebut dihasilkan sendiri di
laboratorium dengan cara melakukan proses electrorefining sampel tembaga anoda yang
diperoleh dari PT. Smelting. Luas permukaan katoda yang terpapar dalam elektrolit pada
percobaan elektrolisis adalah 10 cm x 3 cm. Larutan elektrolit dipreparasi dari serbuk
CuSO4.5H2O yang dilarutkan dalam larutan asam sulfat. Kedua bahan elektrolit ini mempunyai
kualitas pro analysis (pa). Volume elektrolit yang digunakan adalah 3,15 liter.

Metode
Pengukuran kurva polarisasi katodik dilakukan dengan scan rate 0,5 mV/s dari potensial
open circuit katoda hingga -1,2 V dibawah potensial open circuit tersebut. Pengukuran polarisasi
katodik dilakukan dengan variasi konsentrasi Cu2+ dan konsentrasi H2SO4 seperti ditunjukkan
pada Tabel 1. Percobaan elektrolisis dilakukan selama 30 menit dengan variasi percobaan seperti
ditunjukkan pada Tabel 1. Setelah elektrolisis selesai dilakukan, endapan serbuk tembaga pada
permukaan katoda dicuci dengan air untuk menghilangkan sisa elektrolit yang menempel.
Selanjutnya serbuk tembaga dilepaskan dari permukaan katoda dengan disemprot larutan asam
borat yang dilarutkan dalam aseton untuk mencegah proses oksidasi serbuk tembaga oleh udara
pada saat serbuk dikeringkan dengan oven dan disimpan sebelum dilakukan analisis.
626
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017

Pengeringan serbuk tembaga dilakukan dengan memasukkan serbuk ke dalam sebuah bejana
yang selanjutnya dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan selama 4 jam pada suhu 90 °C.
Setelah serbuk kering, selanjutnya dilakukan penimbangan serbuk untuk menentukan berat aktual
serbuk yang dihasilkan pada berbagai kondisi percobaan. Data berat aktual serbuk ini dipakai
untuk menentukan efisiensi arus proses elektrolisis dari perbandingan berat aktual dengan berat
teoritik serbuk yang dihitung dengan Persamaan Faraday. Pengukuran tegangan sel dengan
voltmeter dilakukan setiap 3 menit selama 30 menit elektrolisis. Serbuk tembaga yang dihasilkan
dilakukan analisis kadar tembaganya dengan AAS, dikarakterisasi dengan XRD dan dilakukan
pengukuran distribusi ukuran butirannya menggunakan PSA. Morfologi butiran serbuk dianalisis
dengan menggunakan SEM.
Tabel 1. Variasi percobaan sintesis serbuk Cu dengan elektrolisis
Variabel [Cu2+] [H2SO4] Rapat Arus
Percobaan (M) (M) (mA/cm2)
0,075 0,500 150
0,150 0,500 150
Konsentrasi Cu2+
0,300 0,500 150
0,600 0,500 150
0,150 0,125 150
0,150 0,250 150
Konsentrasi
0,150 1,000 150
H2SO4
0,075 0,250 150
0,225 0,750 150
0,150 0,500 37,5
0,150 0,500 75
Rapat arus
0,150 0,500 225
0,150 0,500 300

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Kurva polarisasi katodik pada berbagai variasi konsentrasi Cu2+ dan H2SO4 ditunjukkan
masing-masing pada Gambar 1 dan Gambar 2. Dari kurva polarisasi ini dapat ditentukan limiting
current density (iL), exchange current density (io) dan rasio io/iL untuk masing-masing percobaan.
Sebagaimana hasil-hasil pengukuran yang dilaporkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya[5,8]
kurva polarisasi katodik deposisi tembaga menunjukkan 3 zona yang berbeda yaitu zona aktivasi
dimana laju deposisi tembaga terkendali oleh perpindahan muatan pada antarmuka katoda-
elektrolit, zona rapat arus limit dimana laju deposisi tembaga terkendali oleh perpindahan massa
ion Cu2+ dari ruah larutan ke permukaan katoda dan zona evolusi gas hidrogen yaitu ketika terjadi
perubahan kemiringan kurva setelah ilimit.
627
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017

Terlihat jelas bahwa rapat arus limit untuk pengendapan Cu meningkat seiring dengan
peningkatan konsentrasi Cu2+ dalam larutan elektrolit. Kecenderungan ini sesuai dengan korelasi
antara rapat arus limit untuk deposisi logam
iL = nFDC∞/ (1)
dengan n adalah jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi di katoda, C∞ adalah konsentrasi ion
logam dalam ruah larutan,F adalah konstanta Faraday, dan D koefisien difusi dari ion yang
mengendap di katoda. Hasil pengukuran kurva polarisasi katodik menunjukkan terjadinya
peningkatan rapat arus limit deposisi tembaga yang signifikan dari ±60 mA/cm2 ke 900 mA/cm2
pada peningkatan konsentrasi Cu dari 0,075M ke 0,6M. Konsentrasi asam sulfat tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap rapat arus limit deposisi Cu dimana peningkatan
konsentrasi H2SO4 sedikit menurunkan harga rapat arus limit. Nilai rapat arus dimana terjadi
evolusi gas hidrogen digunakan sebagai acuan pemilihan rapat arus dalam percobaan elektrolisis
untuk mensintesis serbuk tembaga pada berbagai konsentrasi Cu2+ dan H2SO4.
0
polarisasi katodik (Volt)(V)

-0,2

-0,4 2+
Konsentrasi Ion Cu :
0,075 M
-0,6
0,150 M
-0,8 0,300 M
0,600 M
-1
0,0001 0,001 0,01 0,1
Rapat arus, i (A/cm2)
GAMBAR 1. Kurva polarisasi katodik dengan varisi konsentrasi ion Cu2+

-0,1
Polarisasi katodik (Volt)

-0,3
Konsentrasi H2SO4:
-0,5
0,125 M
-0,7 0,250 M
0,500 M
-0,9
1,000 M
-1,1
0,0001 0,001 0,01 0,1
Rapat arus, i (A/cm2)

Gambar 2. Kurva polarisasi katodik dengan variasi konsentrasi H2SO4

628
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017

Hasil percobaan sintesis serbuk Cu dengan elektrolisis menunjukkan bahwa peningkatan


konsentrasi Cu2+ dalam larutan elektrolit memiliki kecenderungan meningkatkan efisiensi arus
dan menurunkan konsumsi energi proses elektrolisis (Gambar 3). Nilai efisiensi arus terendah
yaitu 86,8% dan konsumsi energi tertinggi yaitu 5,46 kWh/kg-Cu diperoleh pada konsentrasi
Cu2+ 0,075 M dan pada rapat arus 150mA/cm2. Pada rapat arus yang sama, peningkatan
konsentrasi Cu2+ dari 0,075M ke 0,3M menaikkan efisiensi arus secara signifikan dari 87%
menjadi 98%. Pada konsentrasi Cu2+ lebih dari 0,3M terbentuk gas hidrogen yang semakin
sedikit dan endapan yang terbentuk mulai cenderung membentuk plat atau bukan serbuk.
Semakin banyak volume gas hidrogen yang terbentuk, semakin rendah efisiensi arus elektrolisis
karena sejumlah tertentu arus yang diberikan digunakan untuk reaksi pembentukan gas hidrogen
ini. Pada kurva polarisasi katodik, hidrogen yang terbentuk semakin sedikit ketika nilai rapat arus
dan overpotensialnya mendekati zona mixed activation-diffusion control atau disekitar rapat arus
limitnya.
Peningkatan konsentrasi H2SO4 dalam larutan elektrolit memiliki kecenderungan
meningkatkan nilai efisiensi arus dan menurunkan konsumsi energi proses elektrolisis untuk
mensintesis serbuk Cu seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Nilai efisiensi arus terendah yaitu
79,4% dan konsumsi energi tertinggi yaitu 9,77 kWh/kg-Cu diperoleh pada konsentrasi H2SO4
0,125 M, pada rapat arus 150mA/cm2. Nilai overpotensial deposisi Cu cenderung meningkat
seiring dengan penurunan konsentrasi H2SO4. Kondisi ini yang menyebabkan nilai efisiensi arus
menurun, karena evolusi gas hidrogen yang semakin meningkat.

Efisiensi Arus Konsumsi Energi


100% 6,0
Konsumsi Energi (kWh/kg-Cu)

5,46
98%
Efisiensi Arus

95% 97% 5,0


4,25

90% 4,47 4,0


87% 90% 3,92

85% 3,0
0,05 0,25 0,45 0,65
Konsentrasi Ion Cu2+ (M)
GAMBAR 3. Profil efisiensi arus dan konsumsi energi elektrolisis seruk Cu sebagai fungsi
konsentrasi Cu2+

629
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017

Efisiensi Arus Konsumsi Energi


100% 12

Konsumsi Energi (kWh/kg-Cu)


9,77
95% 90% 10
97%

Efisiensi Arus 90% 7,11 8

85% 6
4,25
79% 86%
80% 3,25 4

75% 2
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Konsentrasi H2SO4 (M)
GAMBAR 4. Profil efisiensi arus dan konsumsi energi elektrolisis serbuk Cu sebagai fungsi
konsentrasi H2SO4

Hasil analisis komposisi kimia serbuk dengan AAS menunjukkan rata-rata serbuk yang
dihasilkan memiliki kandungan tembaga 94%. Berdasarkan data komposisi ini, serbuk yang
dihasilkan dapat digunakan salahsatunya sebagai bahan campuran cat anti-fouling. Sementara
itu, hasil analisis XRD mengindikasikan bahwa sebagian serbuk teroksidasi menjadi CuO. Hasil
analisis dengan SEM menunjukkan morfologi dominan yang terbentuk adalah kubik seperti
ditunjukkan pada Gambar 5. Dari hasil pengukuran distribusi ukuran serbuk dengan
menggunakan PSA, dapat diketahui bahwa rata rata ukuran serbuk yang dihasilkan dari
percobaan dengan konsentrasi Cu2+ 0,15 M; H2SO4 ,5 M; dan rapat arus 150 mA/cm2 adalah
759,9 ± 99 nm. Ukuran ini termasuk dalam kategori sub-micron powder.

(a) (b)
GAMBAR 5. Foto SEM pada sampel serbuk yang dihasilkan dari elektrolisis dengan (a)
konsentrasi Cu2+0,15 M; H2SO4 0,5 M dan dan rapat arus 150 mA/cm2 (b) konsentrasi Cu2+0,15
M; H2SO40 ,5 M dan dan rapat arus 300 mA/cm2
630
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017

Peningkatan rapat arus memiliki kecenderungan menghasilkan butiran dengan ukuran yang
lebih kecil. Sementara, variasi konsentrasi H2SO4 relatif lebih tidak berpengaruh signifikan
terhadap ukuran serbuk yang dihasilkan. Hal ini karena variasi konsentrasi H2SO4 relatif tidak
terlalu berpengaruh terhadap nilai iL jika dibandingkan dengan variasi konsentrasi Cu2+ meskipun
terdapat sedikit penurunan nilai efisiensi arus seiring dengan penurunan konsentrasi H2SO4.

4. KESIMPULAN

Konsentrasi Cu2+ dalam larutan elektrolit dan rapat arus merupakan parameter kunci dalam
menghasilkan deposit tembaga dalam bentuk serbuk. Secara elektrokimia, pembentukan serbuk
tembaga terjadi bila proses deposisi tembaga dilakuan pada rezim rapat arus dan overpotensial
yang menghasilkan evolusi gas hidrogen. Hasil pengukuran kurva polarisasi katodik
menunjukkan terjadinya peningkatan rapat arus limit deposisi tembaga yang signifikan dari ±60
mA/cm2 ke 900 mA/cm2 pada peningkatan konsentrasi Cu dari 0,075M ke 0,6M. Hasil percobaan
sintesis serbuk tembaga menunjukkan bahwa ukuran serbuk tembaga semakin halus seiring
dengan penurunan efisiensi arus yang disebabkan oleh peningkatan laju evolusi gas hidrogen dari
permukaan katoda di atas rezim arus limit deposisi tembaga. Hasil analisis menunjukkan bahwa
rata rata ukuran serbuk tembaga yang dihasilkan dari percobaan elektrolisis dengan konsentrasi
Cu2+ 0,15 M, H2SO4 0,5 M dan rapat arus operasi 150 mA/cm2 adalah 759,9 ± 99 nm dan
termasuk dalam kategori sub-micron powder.

ACKNOWLEDGMENTS

Penulis mengucapkan terimakasih kepada PT. Smelting Gresik yang telah memberikan
sampel tembaga anoda untuk keperluan penelitian ini dan penelitian studi pengaruh additives
terhadap morfologi deposit pada electrorefining tembaga.

631
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017

REFERENSI

[1] Chang I and Zhao Y. (2013), Advances in Powder Metallurgy, Properties, Processing and
Applications, Woodhead Publishing, 1st Edition.
[2] Yebra, Meseguer D., Kiil S, and Johansen, K.D. Antifouling technology—past, present
and future steps towards efficient and environmentally friendly antifouling coatings." Progress in
organic coatings 50.2 (2004): 75-104
[3] Informasi dari https://www.icsg.org, diakses 17 Oktober 2017
[4] Informasi dari https://www.bps.go.id/website/ pdf_publikasi/Buletin-Statistik-
Perdagangan-Luar-Negeri-Ekspor-Menurut-Kelompok-Komoditi-dan-Negara-Juni-2016-.pdf,
Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri - Ekspor periode Juni 2016, Diakses 4 September
2016
[5] Popov, KI., Djokic SS., Nikolic ND. and Jovic, VD. (2016), Morphology of
Electrochemically and Chemically Deposited Metals, Springer International Publishing,
Switzerland.
[6] Gökhan O and Gezgin GG, (2012). Effect of electrolysis parameters on the morphologies
of copper powders obtained at high current densities." Serbian Chemical Society. Journal 77, 5,
pp. 651-665.
[7] Djokic, S.S. (2012), Electrochemical Production of Metal Powders, Springer, New York.
[8] Nikolic, ND. (2010), Fundamental Aspects of Copper Electrodeposition in the Hydrogen
Co-deposition Range, Zastita Materijala, 51, 197-203.

632

View publication stats

You might also like