You are on page 1of 13

PENERAPAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK

INDONESIA TENTANG PERJANJIAN KAWIN YANG DIBUAT OLEH


NOTARIS TERHADAP KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DI KOTA
BATAM (STUDI PENELITIAN DI KANTOR NOTARIS DI KOTA
BATAM)

ELIZABETH ALFA
Fakultas Hukum Universitas Batam
Jl. Abulyatama No. 5 Batam
Email : elizabethalfa90@gmail.com

ABSTRAK
With the issuance of the decision of the Constitutional Court indirectly answered
anxiety over the legal issues mentioned above. The Constitutional Court's decision
becomes a guideline for the Notary to make a marriage agreement after marriage.
However, in carrying out the Notary does not have the courage to make a
marriage agreement after the marriage. the main problem of the research is how
the Application of the Constitutional Court Decision of the Republic of Indonesia
Number 69 / PUU-XII / 2015 Against the Notary Marriage Agreement by Notary
Public and the obstacles in the Application of the Constitutional Court Decision
Number 69 / Puu-Xii / 2015 Against the Marriage Agreement by Notary . The
purpose of this study was to determine the Application of the Constitutional Court
Decision of the Republic of Indonesia Number 69 / PUU-XII / 2015 Against the
Deed of Marriage Agreement by Notary Public and the obstacles in the
Application of the Constitutional Court Decision of the Republic of Indonesia
Number 69 / Puu-Xii / 2015 Against the Marriage Agreement Deed By Notary
Public. This thesis research is a normative legal research supported by empirical
legal research. Decision of the Constitutional Court is final and binding, so the
Notary can make a marriage agreement after the Constitutional Court's decision
No. 69 / PUU-XII / 2015. MK Decision. No. 69 / PUU-XII / 2015 is jurisprudence
which is one source of law. Jurisprudence is a decision that has permanent legal
force (inkracht van gewijsde) and the decision of the Constitutional Court (MK) is
final and binding, so it must still be implemented by all parties, both the Notary,
and the parties.
Keywords: Notary, Marriage Agrement.

PENDAHULUAN mewujudkan kesejahteraan umum,


Negara hukum yang dianut disamping menjaga ketertiban dan
oleh Indonesia merupakan bentuk keamanan (rust en orde) 1. Keaktifan
dari konsep negara welfare state.
Dalam ajaran welfare state Negara
dan pemerintah terlibat aktif dalam 1
HR Ridwan, Hukum Administrasi Negara
kehidupan ekonomi dan sosial Edisi Revisi, ( Jakarta : Rajawali Pers :
masyarakat, sebagai langkah untuuk 2014), hal 15.
1
2

negara dan pemerintah ini Perkawinan tidak hanya


ditunjukkan dengan dibuatnya menyatukan seorang pria dan wanita
regulasi untuk menjaga kesejahteraan dalam sebuah keluarga tetapi juga
umum. Keterlibatan negara dalam membawa konsekuensi hukum baik
kehidupan sosial ekonomi bagi sang istri maupun suami yang
masyarakatnya bukan berarti negara telah menikah secara sah. Berbagai
terlalu jauh mencampuri kehidupan konsekuensi hukum yang muncul
sosial masyarakatnya. akibat perkawinan itu antara lain,
Ini menunjukkan bahwa tugas menyangkut hak dan kewajiban
pemerintah tidaklah semata-mata masing- masing pihak selama
hanya di bidang pemerintahan saja, perkawinan berlangsung, tanggung
melainkan harus juga melaksanakan jawab mereka terhadap anak-anak,
kesejahteraan sosial dalam rangka konsekuensinya terhadap harta
mencapai tujuan yang dijalankan kekayaan baik kekayaan bersama
melalui pembangunan nasional. maupun kekayaan masing-masing,
Pembangunan nasional yang serta akibat hukumnya terhadap
dilancarkan negara pada hakikatnya pihak ketiga. Hal-hal ini penting
merupakan usaha modernisasi dalam untuk dipahami oleh setiap calon
berbagai bidang kehidupan termasuk pasangan suami istri guna untuk
dalam pembangunan masyarakat mencegah timbulnya permasalahan
Indonesia seutuhnya. di kemudian hari dalam perkawinan.
Sebagai makhluk yang Perkawinan merupakan
berkehidupan sosial, manusia tidak peristiwa penting dalam kehidupan
dapat hidup sendiri karena senantiasa setiap manusia. Perkawinan yang
selalu membutuhkan antara terjadi antara seorang pria dengan
sesamanya. Dalam kehidupannya seorang wanita akan menimbulkan
manusia senantiasa akan selalu akibat lahir maupun batin antara
mempunyai kepentingan antara mereka, terhadap masyarakat dan
individu satu dengan yang lainnya. juga hubungannya dengan harta
Disamping itu juga manusia selalu kekayaan yang diperoleh di antara
mempunyai naluri untuk hidup mereka baik sebelum, selama
bersama dan saling berinteraksi antar maupun sesudah perkawinan
sesama manusia, termasuk naluri berlangsung. perkawinan mempunyai
untuk berkumpul ataupun hidup pengertian sebagai aqad, yang
bersama dengan lawan jenisnya menghalalkan pergaulan dan
untuk membentuk suatu keluarga 2. membatasi baik hak dan kewajiban
Membentuk keluarga dilakukan serta tolong menolong, antara
melalui suatu proses yang disebut seorang laki-laki dan seorang
sebagai perkawinan. perempuan, yang keduanya bukan
muhrim 3.

2
Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia,
3
Cet V, (Jakarta: Universitas Indonesia, Martiman Prodjohamidjojo, Tanya Jawab
2009), Hal. 48 Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta :
3

Di Indonesia, aturan pelengkap yang akan menjadi


mengenai perkawinan tidak saja pedoman bagi hakim di lembaga
dipengaruhi adat setempat, tetapi peradilan agama adalah Kompilasi
juga dipengaruhi oleh berbagai Hukum Islam di Indonesia yang telah
macam ajaran agama, seperti agama ditetapkan dan disebarluaskan
Hindu, Budha, Kristen serta agama melalui Instruksi Presiden Nomor 1
Islam. Adanya beragam pengaruh di Tahun 1991 tentang Kompilasi
dalam masyarakat tersebut Hukum Islam 5.
mengakibatkan terjadinya banyak Pasal 1 Undang Undang Nom
aturan yang mengatur masalah or 1 Tahun 1974 Disebutkan : Bahwa
perkawinan. Perbedaan dalam cara perkawinan adalah ikatan lahir bathi
melakukan perkawinan sebagai n antara seorang pria dan wanita seba
pengaruh dari pengaturan gai suami istri, dengan tujuan membe
perkawinan, membawa konsekuensi ntuk keluarga yang bahagia berdasar
pada cara hidup kekeluargaan, kan ketuhanan yang maha esa.
kekerabatan, dan kekayaan seseorang Adanya persetujuan dalam
dalam kehidupan bermasyarakat 4. perkawinan juga penting karena
Ketentuan yang berkenaan persetujuan perkawinan adalah hal
dengan perkawinan telah diatur yang penting karena merupakan
dalam peraturan perundangan negara kesepakatan antara calon suami dan
yang khusus berlaku bagi warga istri untuk mengikat dalam tali
negara Indonesia dalam bentuk perkawinan sebagaimana disebutkan
undang-undang yaitu Undang- dalam Pasal 6 Ayat (1) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang
Tentang Perkawinan dan peraturan berbunyi: “Perkawinan harus
pelaksanaannya dalam bentuk didasarkan atas persetujuan kedua
Peraturan Pemerintah Republik calon mempelai”.
Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Persetujuan atau kata sepakat
Tentang Pelaksanaan Undang- dari calon suami istri merupakan
Undang Nomor 1 Tahun 1974 unsur hakiki dari perkawinan karena
Tentang Perkawinan. Undang- mengandung suatu keharusan
Undang ini merupakan hukum adanya sifat akan berlangsungnya
materil dari perkawinan, sedangkan perkawinan yang langgeng.
hukum formalnya ditetapkan dalam Oleh karena itu, persetujuan tersebut
Undang-Undang Nomor 7 Tahun haruslah berlandaskan kesadaran dari
1989. Sedangkan sebagai aturan pihak yang bersangkutan dan juga
persetujuan itu harus bebas dari
segala pengaruh tertentu yang
mengganggu kebebasan tersebut
PT. Indonesia Legal Center Publishing,
2004), hal 19
4
Hilaman Hadikusuma, Hukum Perkawinan
5
Indonesia, Menurut Perundangan Hukum Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan
Adat dan Hukum Agama, (Bandung : CV. Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
Mandar Maju, 2003), Hal 8 2011), Hal. 1
4

karena perkawinan pada asasnya dinyatakan bahwa persatuan


adalah untuk berlaku dan (pencampuran) harta itu sepanjang
berlangsung langgeng selamanya perkawinan tidak boleh diadakan
atau seumur hidup. dengan suatu persetujuan antara
Sebelum berlakunya Undang- suami-istri8. Harta persatuan itu
Undang Nomor 1 Tahun 1974 menjadi kekayaan bersama dan
Tentang Perkawinan, bangsa apabila terjadi perceraian, maka harta
Indonesia sudah mengenal kekayaan bersama itu harus dibagi
pemberlakuan hukum secara plural dua, sehingga masing-masing
yang diterapkan berdasarkan mendapat separuh”.
golongan penduduk 6. Pada masa Setelah berlakunya Undang-
pemerintahan kolonial menerapkan Undang Nomor 1 Tahun 1974
kebijakan penggolongan penduduk Tentang Perkawinan, Perjanjian
Indonesia atas golongan kawin diatur dalam Pasal 29, yang
sebagaimana tertuang dalam Indische menentukan 9 :
staatsregeling (IS), yaitu : golongan a. Pada waktu atau sebelum
penduduk Eropa, golongan Pribumi perkawinan dilangsungkan, kedua
dan Golongan penduduk Timur pihak atas persetujuan bersama
Tengah yang masing-masing dapat mengadakan perjanjian
dibedakan perlakuan status tertulis yang disahkan oleh
perdatanya. Salah satu ketentuan Pegawai pencatat perkawinan,
yang hingga kini masih berlaku setelah mana isinya berlaku juga
adalah yang berkenaan dengan terhadap pihak ketiga sepanjang
pengaturan harta dalam perkawinan. pihak ketiga tersangkut.
Pengaturan tersebut telah mengalami b. Perjanjian tersebut tidak dapat
perkembangan yang cukup signifikan disahkan bilamana melanggar
dan menjadi wacana perdebatan batas-batas hukum, agama dan
dalam pembaruan hukum nasional kesusilaan.
Indonesia. c. Perjanjian tersebut berlaku sejak
Jika membahas masalah harta perkawinan dilangsungkan .
dalam perkawinan, maka pada d. Selama perkawinan berlangsung
dasarnya harta yang didapat selama perjanjian tersebut tidak dapat
perkawinan menjadi satu, menjadi dirubah, kecuali bila dari kedua
harta bersama. Di dalam Kitab belah pihak ada persetujuan untuk
Undang-Undang Hukum Perdata merubah dan perubahan tidak
disebutkan bahwa “kekayaan merugikan pihak ketiga.
masing-masing yang dibawanya ke
dalam perkawinan itu dicampur
menjadi satu”7. Lebih lanjut 8
Pasal 119 Ayat (2) Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata
9
Wahyono Darmabrata dan Surini Ahlan
6
Hilaman Hadikusuma, Loc. Cit Hal. 9 Sjarif, Hukum Perkawinan dan Keluarga
7
Pasal 119 Kitab Undang-Undang Hukum di Indonesia, (Jakarta: Rizkita, 2002), hlm.
Perdata 48.
5

Berdasarkan ketentuan hukum dilangsungkan dan ada pula yang


Perdata Eropa, setiap calon suami diperoleh karena bawaan istri atau
atau calon istri mempunyai suami juga tidak jarang bawaan
kebebasan yang besar sekali untuk terjadi karena kewarisan atau hibah
menentukan sendiri akibat-akibat kepada salah satu pihak 12. Dengan
perkawinannya, utamanya mengenai kata lain harta kekayaan antara suami
harta benda mereka 10. Setiap calon dan istri dibedakan menjadi 2 yaitu
suami atau calon istri dapat harta kekayaan sebelum menikah dan
menentukan apakah seluruh harta setelah menikah. Terdapat
benda mereka akan bercampur atau pemisahan antara sebelum menikah
hanya sebagian saja yang akan dan setelah menikah. Apabila harta
tercampur dan sebagian lagi terpisah, tersebut diperoleh setelah menikah
atau sama sekali tidak ada campuran maka hak terhadap harta tersebut
harta benda, sehingga masing- berada pada suami dan istri.
masing mempunyai harta bendanya Sementara apabila harta tersebut
sendiri, menurut Pasal 119 Kitab didapatkan sebelum menikah maka
Undang-Undang Hukum Perdata pemegang hak tersebut hanya satu
apabila oleh calon suami atau calon pihak baik itu suami atau istri.
istri sebelum perkawinan Perjanjian kawin dibuat
dilangsungkan tidak dibuat sebagai sebuah upaya antisipasi
perjanjian kawin yang mengatur terhadap kejadian yang akan datang.
persatuan (campuran) harta secara Pada umumnya perjanjian kawin
bulat antara harta istri dan suami dibuat sebelum melangsungkan
maka mengakibatkan terjadi perkawinan. Isi yang diatur di dalam
pencampuran persatuan bulat harta perjanjian kawin tergantung pada
kekayaan perkawinan. Pencampuran pihak-pihak calon suami-calon istri,
itu terjadi terhadap harta yang asal tidak bertentangan dengan
mereka bawa, maupun yang akan undang-undang, agama dan
mereka peroleh sepanjang kepatutan atau kesusilaan. Bentuk
perkawinan11. dan isi perjanjian kawin,
Menurut soedjono soekanto, sebagaimana halnya dengan
harta kekayaan suami istri dibedakan perjanjian pada umumnya, kepada
sebagai, harta kekayaan yang kedua belah pihak diberikan
diperoleh setelah perkawinan kebebasan (sesuai dengan asas
dilangsungkan dan ada pula yang hukum “kebebasan berkontrak”)
diperoleh sebelum perkawinan asalkan tidak bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan atau
tidak melanggar ketertiban umum.
10
Dasar hukum dari keadaan
Ko Tyay sing, Hukum Perdata Jilid I tersebut di atas, dapat dilihat dari
Hukum Keluarga (Diktat Lengkap),
(Semarang : Seksi Perdata Barat, Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro1981), hal
12
182 Soedjono Soekanto, Intisari Hukum keluar
11
Ibid. ga cet. 1 ( Bandung Alumni 1980) hal. 6
6

bunyi Pasal 1320 juncto Pasal 1338 pihak ketiga sepanjang pihak ketiga
Kitab Undang-Undang Hukum ini tersangkut.
Perdata. Pasal 1320 Kitab Undang- Akan tetapi dewasa ini
Undang Hukum Perdata menyatakan perjanjian kawin tersebut dapat
bahwa Untuk sahnya suatu perjanjian dibuat terhadap perkawinan
diperlukan empat syarat : campuran antara Warga Negara
1. Sepakat mereka yang Indonesia dan Warga Negara Asing.
mengikatkan dirinya; Akan tetapi permasalahan timbul
2. Kecakapan untuk membuat suatu dikarenakan biasanya perjanjian
perikatan; kawin tersebut dibuat sebelum
3. Suatu hal tertentu; menikah, atau pada saat menikah.
4. Suatu sebab yang halal. Sementara hampir sebagian besar
Pasal 1338 Kitab Undang- perkawinan campuran tidak memiliki
Undang Hukum Perdata menyatakan perjanjian kawin. Hal ini semakin
sebagai berikut : “Semua perjanjian dilematis manakala suami/istri yang
yang dibuat secara sah berlaku berwarganegara indonesia ingin
sebagai undang-undang bagi mereka memiliki lahan di indonesia.
yang membuatnya. Suatu perjanjian Menurut Undang-Undang Nomor 5
tidak dapat ditarik kembali selain Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
dengan sepakat kedua belah pihak, Agraria, bahwa warga negara asing
atau karena alasan-alasan yang oleh tidak diperkenankan untuk memiliki
undang-undang dinyatakan cukup tanah yang bersertifikat Hak Milik,
untuk itu. Suatu perjanjian harus Hak Guna Banguna, Hak Guna
dilaksanakan dengan itikad baik”13. Usaha.
Perjanjian kawin yang Oleh karena itu maka Pada
dilakukan oleh calon suami istri tanggal 27 Oktober 2016, Mahkamah
semacam ini biasanya berisi Konstitusi Republik Indonesia telah
mengenai janji tentang harta benda mengeluarkan Putusan Nomor
yang diperoleh selama perkawinan 69/PUU-XIII/2015 yang mana pada
berlangsung. Lazimnya berupa pokoknya telah mengabulkan
perolehan harta kekayaan terpisah, permohonan uji materi terhadap
masing-masing pihak memperoleh ketentuan mengenai Perjanjian
apa yang diperoleh atau didapat Perkawinan yang diatur dalam Pasal
selama perkawinan itu termasuk 29 ayat (1), ayat (3) dan ayat (4)
keuntungan dan kerugian. Perjanjian Undang-Undang Nomor 1 Tahun
kawin ini berlaku sebagai undang- 1974 tentang Perkawinan.
undang bagi mereka yang Mahkamah Konstitusi mengabulkan
membuatnya, juga berlaku bagi secara bersyarat permohonan dari Ike
Farida, seorang warga negara

13
Pasal 1338 juga merupakan salah asas
yang lazim dikenal sebagai asas Pacta
Sunct Servanda
7

Indonesia yang menikah dengan permasalahan hukum tersebut diatas.


warga negara Jepang 14. Putusan Mahkamah Konstitusi
Putusan Mahkamah menjadi pegangan buat Notaris untuk
Konstitusi (MK) tersebut melakukan perjanjian kawin setelah
mengabulkan permohonan untuk perkawinan 15. Akan tetapi dalam
sebagian yang mana yakni, dalam pelaksanaanya Notaris tidak
Pasal 29 ayat (1) UU No.1 Tahun memiliki keberanian untuk
1974 tentang Pekawinan “Pada melakukan perjanjian kawin setelah
wkatu, sebelum dilangsungkan atau dilaksanakan perkawinan.
selama dalam ikatan perkawinan Berdasarkan analisis diatas
kedua belah pihak atas persetujuan maka penyusun tertarik untuk
bersama dapat mengajukan meneliti lebih lanjut serta akan
perjanjian tertulis yang disahkan oleh dituangkan dalam bentuk usulan
pegawai Pencatat perkawinan atau penelitian dengan judul
Notaris, setelah mana isinya berlaku “PENERAPAN PUTUSAN
juga terhadap pihak ketiga MAHKAMAH KONSTITUSI
tersangkut”. Dalam Pasal 29 ayat (3) REPUBLIK INDONESIA
Undang-Undang Nomor 1 Tahun TENTANG PERJANJIAN
1974 tentang Perkawinan, KAWIN YANG DIBUAT OLEH
“Perjanjian tersebut mulai berlaku NOTARIS TERHADAP
sejak perkawinan dilangsungkan KEPEMILIKAN HAK ATAS
kecuali ditentukan lain dalam TANAH DI KOTA BATAM
Perjanjian Perkawinan”. Kemudian (STUDI PENELITIAN DI
Pasal 29 ayat (4) UU No.1 Tahun KANTOR NOTARIS DI KOTA
1974 tentang Pekawinan “Selama BATAM)”.
perkawinan berlangsung, perjanjian
perkawinan dapat mengenai harta Rumusan Masalah
perkawinan atau perjanjian lainnya, Berdasarkan uraian latar
tidak dapat diubah atau dicabut, belakang di atas maka dapat
kecuali bila dari kedua belah pihal dirumuskan pokok permasalahan
ada persetujuan untuk mengubah penelitian sebagai berikut :
atau mencabut, dan perubahan atau a. Bagaimana pengaturan hukum
pencabutan itu tidak merugikan mengenai akta perjanjian kawin
pihak ketiga”. yang dibuat oleh notaris terhadap
Dengan dikeluarkannya kepemilikan hak atas tanah di
putusan Mahkamah konstitusi Kota Batam?
tersebut secara tidak langsung b. Bagaimana implementasi putusan
menjawab kegundahan terhadap Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia Nomor 69/PUU-
XII/2015 tentang akta perjanjian
14
http://www.hukumonline.com/berita/baca/l
t58180e 2811d66/plus-minus-putusan-mk-
tentang-perjanjian-perkawinan, dikutip
15
tanggal 11 Juni 2019, pukul: 09.34 WIB. Ibid.
8

kawin yang dibuat oleh notaris tertulis sehingga penelitian ini sangat
terhadap kepemilikan hak atas erat hubungannya pada
tanah di Kota Batam ? perpustakaan.
c. Faktor-faktor yang Metode penelitian hukum
mempengaruhi implementasi empiris adalah suatu metode
putusan Mahkamah Konstitusi penelitian hukum yang berfungsi
Republik Indonesia Nomor untuk melihat hukum dalam artian
69/PUU-XII/2015 tentang akta nyata dan meneliti bagaimana
perjanjian kawin yang dibuat bekerjanya hukum di lingkungan
oleh notaris terhadap masyarakat. Dikarenakan dalam
kepemilikan hak atas tanah di penelitian ini meneliti orang dalam
Kota Batam? hubungan hidup di masyarakat maka
Metode Penelitian metode penelitian hukum empiris
Penelitian pada dasarnya dapat dikatakan sebagai penelitian
merupakan, “suatu upaya pencarian” hukum sosiologis. Berdasarkan
dan bukannya mengamati dengan penjelasan di atas penelitian Tesis ini
teliti terhadap sesuatu obyek yang adalah penelitian hukum normatif
sudah terpegang, di tangan. yang didukung dengan penelitian
Penelitian merupakan terjemahan hukum yang bersifat empiris.
dari bahasa Inggris yaitu research, PEMBAHASAN
yang berasal dari kata re (kembali) A. pengaturan hukum mengenai akta
dan to search (mencari) 16. Dengan perjanjian kawin yang dibuat
demikian secara logika berarti oleh notaris terhadap
mencari “kembali”. Apabila suatu kepemilikan hak atas tanah di
penelitian itu merupakan usaha Kota Batam
pencarian, lantas timbul suatu Putusan pengadilan
pertanyaan apakah yang dicari. Pada merupakan hukum bagi para pihak
dasarnya sesuatu yang dicari itu tidak yang berperkara, sehingga putusan
lain adalah “pengetahuan” atau lebih pengadilan itu hanya mengikat dan
tepatnya “pengetahuan yang benar”, harus dilaksanakan para pihak yang
di mana pengetahuan yang benar ini berperkara. Dalam ilmu hukum,
nantinya dapat dipakai untuk putusan pengadilan ini disebut
menjawab pertanyaan atau yurisprudensi. Menurut Sudikno
17
ketidaktahuan tertentu . Penelitian Mertokusumo, yurisprudensi adalah
Hukum Normatif, metode penelitian pelaksanaan hukum dalam hal
hukum jenis ini juga bisa disebut konkrit terjadi tuntutan hak yang
sebagai penelitian hukum doktriner dijalankan oleh suatu badan yang
atau peneilitian perpustakaan berdiri sendiri dan diadakan oleh
dikarenakan penelitian ini hanya negara serta bebas dari pengaruh apa
ditujukan pada peraturan-peraturan dan siapapun dengan cara
memberikan putusan yang bersifat
16
Ibid Hal. 25
17
Ibid, hlm 27- 28
9

mengikat dan berwibawa 18. Secara dapat dikatakan Putusan Mahkamah


ringkas singkat, menurut Sudikno, Konstitusi bersifat final dan
yurisprudensi adalah putusan mengikat, maka Notaris dapat
pengadilan. Menurut Subekti, membuat akta perjanjian kawin
yurisprudensi adalah putusan Hakim pasca putusan MK No. 69/PUU-
atau Pengadilan yang tetap dan XII/2015. Putusan MK. No. 69/PUU-
dibenarkan oleh Mahkamah Agung XII/2015 merupakan yurisprudensi
sebagai Pengadilan Kasasi atau yang merupakan salah satu sumber
putusan Mahkamah Agung sendiri hukum. Yurisprudensi merupakan
yang sudah tetap 19. Hans Kelsen putusan yang telah berkekuatan
mengemukakan, Keputusan hukum tetap (inkracht van gewijsde)
pengadilan tidak hanya memiliki dan keputusan Mahkamah Konstitusi
karakter deklarasi 20. Pengadilan (MK) bersifat final dan mengikat,
tidak hanya “menemukan” (dalam sehingga harus tetap dilaksanakan
bahasa Jermannya: das Recht finden) oleh semua pihak baik Notaris, dan
hukum yang sudah selesai para pihak.
diciptakan; fungsi pengadilan bukan akibat hukum perjanjian
sekedar sebagai “yurisdiksi”, yakni kawin tersebut dapat memberikan
keputusan hukum dalam pengertian kepastian hukum bagi pihak ketiga.
deklaratif. Penemuan hukum hanya perjanjian kawin pasca putusan MK.
terjadi ketika norma umum yang No. 69/PUU-XII/2015, dapat dicatat
akan diterapkan dalam kasus konkret di Dukcapil jika memenuhi dua
mesti dipastikan; dan bahkan syarat, yaitu 21:
pemastian ini memiliki karakter 1. Perjanjian kawin harus
konstitusi, bukan hanya deklarasi. berupa akta notariil, yang
Pengadilan yang harus menerapkan dibuat dihadapan Notaris.
norma yang absah secara umum dari Beliau mengemukakan pula
sebuah tatanan hukum pada kasus bahwa petugas Dukcapil tidak
konkret, harus memutuskan akan menerima perjanjian
konstitusional atau tidaknya norma kawin yang tidak dibuat
yang akan diterapkan, yakni dengan akta notariil;
diciptakan dengan prosedur legislasi 2. Perkawinan yang akan
yang ditetapkan oleh konstitusi atau membuat perjanjian kawin
oleh tradisi yang diwakili oleh pasca putusan MK. No.
konstitusi. Berdasarkan uraian di atas 69/PUU-XII/2015, harus
perkawinan yang sudah
tercatat melalui hukum
18
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara negara Indonesia. Tidak
Perdata Indonesia, hlm.92
19
Subekti, 1989, Hukum Acara Perdata,
Bandung : Bina Cipta, hlm. 88
20 21
Hans Kelsen.Cetakan IX, 2011, Teori https://kliklegal.com/ini-dua-syarat-agar-
Hukum Murni Dasar-Dasar Ilmu Hukum perjanjian-perkawinan-bisa-dicatat-di-
Normatif, Bandung : Nusa Media). hlm, dukcapil/ (diakses tanggal 30 Oktober
261. 2019)
10

boleh nikah siri, dikarenakan dikenakan hukum berhadapan


register dan kutipan akta dengan penerap sanksi. Batasan
nikahnya tidak ada. tanggung jawab notaris dapat
B. Implementasi Putusan diminta sepanjang mereka masih
Mahkamah Konstitusi Republik berwenang dalam melaksanakan
Indonesia Nomor 69/Puu- tugas jabatan sebagai notaris atau
Xii/2015 Tentang Akta kesalahan-kesalahan yang dilakukan
Perjanjian Kawin Yang Dibuat dalam menjalankan tugas jabatan
Oleh Notaris Terhadap sebagai notaris dan sanksi-sanksi
Kepemilikan Hak Atas Tanah Di yang dapat dikenakan kepada notaris
Kota Batam yang berwenang untuk melaksanakan
Dasar Kewenangan Notaris jabatannya sebagai notaris.
dalam menjalankan tugas dan C. Faktor-faktor yang
jabatanya sebagai notaris untuk mempengaruhi implementasi
membuat akta otentik dalam hal ini putusan Mahkamah Konstitusi
akta perjanjian perkawinan diatur di Republik Indonesia Nomor
dalam Undang Undang Republik 69/PUU-XII/2015 tentang akta
Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 perjanjian kawin yang dibuat
Tentang Perubahan Atas Undang- oleh notaris terhadap
Undang Nomor 30 Tahun 2004 kepemilikan hak atas tanah di
Tentang Jabatan Notaris Pasal 15. Kota Batam
Penjelasan dalam Pasal ini
memberikan gambaran yang jelas Permasalahan pertama adalah
mengenai wewenang seorang notaris dari faktor hukumnya sendiri. Faktor
dalam menjalankan tugas membuat hukum menjadi pemasalahan paling
akta otentik bagi para pihak. Baik itu mendasar yang mengakibatkan tidak
akta perjanjian perkawinan atau akta- dapat terlaksanya putusan mahkamah
akta otentik yang lainnya. Pasca konstitusi tentang perjanjian kawin
putusan Mahkamah Konstitusi No. dikarenakan dalam aturan hukum
69/ PUU-XII/2015 tentang dasar sendiri tidak secara eksplisit
pembuatan perjanjian perkawinan disebutkan siapa yang berhak untuk
yang bisa dibuat sebelum, pada saat membuat perjanjian kawin tersebut
dan setelah terjadinya perkawinan sehingga notaris memiliki keragu-
banyak menjadi kajian notaris. raguan dalam membuat perjanjian
Menurut teori dari Robert B. tersebut. Keraguan ini dikarenakan
Seidman tentang sistem bekerjanya sesuai dengan Undang-Undang
hukum, maka pada waktu Notaris Jabatan Notaris yang mengharuskan
menjalankan tugas jabatannya di notaris untuk selalu berhati hati
bidang kenotariatan, kedudukan dalam membuat sebuah perjanjian.
notaris sebagai pelaksana hukum, Selain itu notaris juga harus
sedangkan pada waktu notaris mempertimbangkan dampak dari
dikenakan tanggung gugat, dibuatnya perjanjian perkawinan
kedudukan notaris sebagai yang tersebut terhadap pihak ketiga.
11

Permasalahan kedua yaitu dari Penutup


penegak hukumnya. Dalam hal Kesimpulan
pembuatan perjanjian perkawinan. Putusan Mahkamah
notaris selaku pejabat publik yang Konstitusi bersifat final dan
diberikan kuasa oleh negara dalam mengikat, maka Notaris dapat
membuat perjanjian sudah membuat akta perjanjian kawin
seharusnya dan sepantasnya juga pasca putusan MK No. 69/PUU-
diberikan kejelasan mengenai XII/2015. Putusan MK. No. 69/PUU-
pembuatan perjanjian kawin tersebut. XII/2015 merupakan yurisprudensi
Dalam Undang-Undang Perkawinan yang merupakan salah satu sumber
tidak disebutkan siapa saja perjabat hukum. Yurisprudensi merupakan
yang berwenang untuk membuat putusan yang telah berkekuatan
perjanjian perkawinan tersebut. hukum tetap (inkracht van gewijsde)
Sehingga rata-rata notaris enggan dan keputusan Mahkamah Konstitusi
untuk membuat perjanjian tersebut. (MK) bersifat final dan mengikat,
Permasalahan ketiga adalah Sarana sehingga harus tetap dilaksanakan
dan fasilitas. Terkait dengan oleh semua pihak baik Notaris, dan
pelakasanaan perjanjian perkawinan para pihak. akibat hukum perjanjian
tersebut masih minimnya dilakukan kawin tersebut dapat memberikan
sosialisasi terhadap notaris yang kepastian hukum bagi pihak ketiga.
dilakukan oleh badan yang perjanjian kawin pasca putusan MK.
berwenang menangani hal tersebut. No. 69/PUU-XII/2015, dapat dicatat
hal ini tentu mempengaruhi kinerja di Dukcapil jika memenuhi dua
notaris untuk membuat perjanjian syarat, yaitu:
perkawinan tersebut. Selain 1. Perjanjian kawin harus
sosialisasi pada notaris, sudah berupa akta notariil, yang
seharusnya dilakukan edukasi kepada dibuat dihadapan Notaris.
masyarakat mengenai keuntungan Beliau mengemukakan pula
dan kerugian membuat perjanjian bahwa petugas Dukcapil tidak
perkawinan sehingga masyarakat akan menerima perjanjian
tidak lagi menjadi buta terhadap kawin yang tidak dibuat
permasalahan ini. Permasalahan ke dengan akta notariil;
empat adalah faktor masyarakat. 2. Perkawinan yang akan
Masyarakat Indonesia masih merasa membuat perjanjian kawin
tabu atau enggan untuk membuat pasca putusan MK. No.
perjanjian perkawinan dikarenakan 69/PUU-XII/2015, harus
adanya anggapan bahwa pada saat perkawinan yang sudah
melakukan perjanjian perkawinan tercatat melalui hukum
maka besar kemungkinan terjadinya negara Indonesia. Tidak
perceraian. Hal ini tentu tidaklah boleh nikah siri, dikarenakan
benar dikarenakan tidak semua yang register dan kutipan akta
membuat perjanjian perkawinan akan nikahnya tidak ada.
berakhir dengan perceraian.
12

Semenjak keluarnya Putusan putusan Mahkamah


Dasar Kewenangan Notaris dalam Konstitusi No. 69/PUU-
menjalankan tugas dan jabatanya XII/2015.
sebagai notaris untuk membuat akta 2. Disarankan bagi Notaris
otentik dalam hal ini akta perjanjian untuk memberikan informasi
perkawinan diatur di dalam Undang hukum yang penting yang
Undang Republik Indonesia Nomor selayaknya diketahui klien
2 Tahun 2014 Tentang Perubahan sepanjang yang berurusan
Atas Undang-Undang Nomor 30 dengan masalah hukum
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris sebelum menuangkan
Pasal 15. Penjelasan dalam Pasal ini kehendak para pihak ke
memberikan gambaran yang jelas dalam sebuah akta.
mengenai wewenang seorang notaris
dalam menjalankan tugas membuat DAFTAR PUSTAKA
akta otentik bagi para pihak. Baik itu A. Buku-Buku
akta perjanjian perkawinan atau akta- Darmabrata, Wahyono dan Surini
akta otentik yang lainnya. Pasca Ahlan Sjarif, 2002, Hukum
putusan Mahkamah Konstitusi No. Perkawinan dan Keluarga di
69/ PUU-XII/2015 tentang dasar Indonesia, Rizkita, Jakarta.
pembuatan perjanjian perkawinan Hadikusuma, Hilaman, 2003, Hukum
yang bisa dibuat sebelum, pada saat Perkawinan Indonesia,
dan setelah terjadinya perkawinan Menurut Perundangan Hukum
banyak menjadi kajian notaris. Adat dan Hukum Agama,
Faktor-faktor yang Bandung : CV. Mandar Maju
mengakibatkan tidak dapat HR, Ridwan. (2014). Hukum
terlaksananya putusan Mahkamah Administrasi Negara Edisi
Konstitusi No. 69/ PUU-XII/2015 Revisi. Rajawali Pers.
tentang dasar pembuatan perjanjian Jakarta.
perkawinan adalah karena adanya Kelsen, Hans, 2011, Teori Hukum
faktor hukum, faktor penegak Murni Dasar-Dasar Ilmu
hukum, faktor sarana dan prasarana, Hukum Normatif, Bandung:
faktor masyarakatnya. Nusa Media
Prodjohamidjojo, Martiman, 2004,
Saran Tanya Jawab Undang-Undang
Adapun saran yang dapat diberikan Perkawinan, Jakarta : PT.
oleh penulis adalah sebagai berikut : Indonesia Legal Center
1. Dibuat Peraturan Menteri Publishing
sebagai pedoman pelaksanaan Sing, Ko Tyay, 1981, Hukum
dalam pembuatan perjanjian Perdata Jilid I Hukum
kawin terhadap ketentuan Keluarga (Diktat Lengkap),
Pasal 29 Ayat (1) Undang Semarang : Seksi Perdata
Undang Perkawinan Nomor.1 Barat, Fakultas Hukum
Tahun 1974 pasca Universitas Diponegoro
13

Soekanto, Soerjono, 1980, B. PERATURAN PERUNDANG-


Intisari Hukum keluarga cet. 1, UNDANGAN
Bandung : Alumni Undang-Undang Dasar Negara
________________1984, Pengantar Republik Indonesia Tahun
Penelitian Hukum, Jakarta : 1945
Universitas Kitab Undang-Undang Hukum
Indonesia Perdata
________________, 1986, Undang-Undang Nomor 5 Tahun
Pengantar Penelitian Hukum, 1960 tentang Pokok Pokok
Jakarta : UI Press Agraria
Soerjono Soekanto dan Sri Undang-Undang Nomor 2 Tahun
Mamudji,2009, Penelitian 2014 tentang Jabatan Notaris
Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, Cetakan ke Undang Undang Nomor 16 Tahun
– 11. Jakarta : PT Raja 2019 Tentang Perubahan Atas
Grafindo Persada Undang Undang Nomor 16
Subekti, R, 1989, Pokok-pokok Tahun 2019 Tentang
Hukum Perdata, Cet XXII, PT. Perubahan Atas Undang-
Intermesa, Jakarta. Undang Nomor 1 Tahun 1974
Sunggono, 2002, Metodologi tentang Perkawinan
Penelitian Hukum, Jakarta : Peraturan Pemerintah Nomor 103
Raja Grafindo Persada Tahun 2015 tentang
Syarifuddin, Amir, 2011, Hukum Kepemilikan Rumah Tempat
Perkawinan Islam di Tinggal Atau Hunian Oleh
Indonesia, Jakarta: Kencana Orang Asing Yang
Thalib, Sayuti, 2009, Hukum Berkedudukan Di Indonesia
Keluarga Indonesia, Cet V,
Universitas Indonesia, Jakarta.

You might also like