Review Literatur Analisis Pengaruh Faktor Risiko Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Balita

You might also like

You are on page 1of 11

“KOSALA” JIK. Vol. 5 No.

1 Mei 2017

REVIEW LITERATUR
ANALISIS PENGARUH FAKTOR RISIKO TERHADAP
KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA

Budi Kristanto

Abstract

Background: stunting is the result of non-fulfillment of nutrients as per the terms of


nutrition in growth between the period of conception to age 24 months. Stunting reflects
the accumulated growth retardation before and after birth. Failure of growth during
childhood and often irreversible effect on adult life is short stature. The cause stunting
very complex.
Objective: the aim of this literature review to analyze the effect of risk factors on the
incidence of stunting in children under five.
Methods: the literature review conducted by Critical appraisal. The inclusion criteria
include children with stunting, aged 0-59 months, have KMS, still have a father and a
mother. While exclusion criteria specified are children who do not have KMS, children
who have no parents. Data extracted from multiple sources and then synthesized into a
review article from 6 different articles.
Results: factor nutritional status and body weight ≥ 2,500 grams, socioeconomic for class
C (poorest), aged 12-23 months, the duration of breastfeeding a child for 6-12 months
and the mother's education with secondary and higher education have a significant
influence on the incidence of stunting children (ρ-value = <0.001; <0.001; <0.001; <0.001;
<0.002 and <0.008). Nutritional status and body weight ≥ 2,500 grams, socioeconomic for
class C (poorest) and the duration of breastfeeding a child for 6-12 months is a risk factor
for children to experience stunting, while the mother's education at secondary and higher
education is not a risk factor stunting of children ( OR = 0.83 and 0.73).
Conclusions: social and economic factors are dominant factors on the risk of children
experiencing stunting (OR = 4.8).

Keywords: stunting, toddler, risk factors

PENDAHULUAN
Pada usia di bawah 1 tahun balita mengidentifikasikan bahwa nutrisi
belum memiliki aktivitas motorik tidak cukup untuk digunakan untuk
yang berlebihan. Menginjak usia 2 pertumbuhan saja. Tetapi juga untuk
th, motorik anak meningkat pesat. fungsi tubuh kritis lainnya seperti
Pertumbuhan bayi cenderung otak atau system imun tubuh.
ditandai dengan pertumbuhan cepat Karena perkembangan kritis fisik
(growth spurt) yang dimulai pada dan mental terjadi diantara masa
usia 3 bulan hingga usia 2 tahun. konsepsi sampai dengan 24 bulan
Jika tidak diimbangi dengan asupan pertama kehidupan, perkembangan
gizi, maka anak dapat mengalami selama fase ini menentukan potensi
stunting. Kejadian stunting kurang kehidupan individu dalam hal resiko
disadari kejadiannya oleh terhadap kesakitan dan kematian,
masyarakat terutama ibu dan prestasi sekolah, kekuatan fisik, dan
keluarga balita (Rosha, 2012). resiko penyakit kronis. Fase ini
Stunting adalah hasil dari tidak dikenal sebagai jendela 1000 hari
terpenuhinya nutrisi sesuai syarat (Bloem, dkk., 2013).
gizi pada pertumbuhan antara masa Konsekuensi dari mengalami dan
konsepsi sampai usia anak 24 tetap menjadi stunting adalah
bulan. Diketahui kejadian stunting meningkatnya resiko angka

71
“KOSALA” JIK. Vol. 5 No. 1 Mei 2017

kesakitan, kematian, keterlambatan ekonomi dan pemberdayaan wanita


dalam perkembangan motor dan (Ikeda dan Shibuya, 2013).
mental serta penurunan kapasitas Nutrisi yang terpenuhi dengan
kerja (Gordon dan Halileh, 2013). optimal adalah jaminan
Salah satu harapan MDGs adalah pertumbuhan dan perkembangan
pencegahan tingkat kematian anak dari anak serta sebagai dasar masa
(Moore, 2011). depan anak (Ramli, dkk., 2009).
Penyebab stunting sangat Sedangkan pertumbuhan optimal
kompleks. Namun, hal ini membutuhkan intake nutrisi dan
kemungkinan disebabkan oleh energi yang adekuat, tanpa penyakit
rendahnya kualitas intake diet yang dan perawatan yang tepat
terjadi secara terus menerus, begitu (Monteiro, dkk., 2010).
juga dengan kejadian infeksi yang
berulang (Rah, dkk., 2010). Stunting TUJUAN
bertanggung jawab atas kematian Menganalisis pengaruh faktor risiko
global pada anak sebesar 14-17% terhadap kejadian stunting pada
(Prendergast, dkk., 2014). Antara anak balita.
171 juta dan 314 juta anak di dunia
di bawah 5 tahun menderita DESAIN PENELITIAN
stunting. 90% beban global ini Desain penelitian ini adalah
terjadi di Afrika dan beberapa literature review. Artikel-artikel yang
negara Asia (Fenske, Burns, dipilih adalah artikel correlation
Hothorn, dan Rehfuess, 2013). Di research yang menggunakan study
Indonesia, 37% anak usia dibawah cross sectional. Respondennya
5 tahun menderita stunting (Ramli, adalah anak dengan stunting usia 0-
dkk., 2009). 59 bulan. Artikel yang terkumpul
Sedangkan berdasarkan data Riset dikelompokkan berdasarkan kriteria
Kesehatan Dasar kejadian stunting inklusi berikut : anak dengan
pada balita di Indonesia masih stunting, berusia 0-59 bulan,
sangat tinggi, yaitu 36.8% pada memiliki KMS, masih memiliki ayah
tahun 2007 (Rosha, 2012). dan ibu. Sedangkan kriteria ekslusi
Berdasarkan data Riset Kesehatan yang ditetapkan adalah anak yang
Dasar (2007 dan 2010) kejadian tidak memiliki KMS, anak yang
stunting pada balita di Indonesia sudah tidak memiliki orang tua. Hasil
masih sangat tinggi, yaitu 36.8% atau outcome yang diukur adalah
(18.8% sangat pendek dan 18.0% analisis faktor-faktor yang
pendek) pada tahun 2007 dan berpengaruh terhadap kejadian
35.6% (18.5% sangat pendek dan stunting pada anak balita usia0-59
17.1% pendek) pada tahun 2010 bulan.
atau lebih dari sepertiga balita di Proses pelaksanaan systematic
Indonesia (Renyoet, Hadju, dan review dengan mengumpulkan
Rochimiwati, 2013). artikel artikel menggunakan
Beban global tentang kekurangan beberapa search engine guna
nutrisi pada anak usia kurang dari 5 menelusuri materi artikel terkait
tahun sekitar 300 juta anak. kejadian stunting pada anak. Engine
Perbaikkan status nutrisi pada anak yang digunakan diantaranya adalah
adalah prioritas utama pada Sciencedirect, MEDLINE-EBSCO,
kesehatan anak. Untuk mengurangi google search engine dengan kata
beban tersebut sangat penting untuk kunci stunting, infant, children dan
melaksanakan kebijakkan yang Indonesia. Sedangkan operator
tepat, intervensi dengan target Boolean yang dipilih adalah “OR”
penentu seperti pendidikan, status guna memperluas area pencarian.

72
“KOSALA” JIK. Vol. 5 No. 1 Mei 2017

Pemilihan judul artikel tidak mengenai pengaruh status gizi


menetapkan limit maupun filter anak dengan kejadian stunting.
termasuk batasan tahun karena Data yang didapat adalah data
penelitian mengenai stunting dari Nigeria berdasarkan berat
termasuk terbatas. Tahun artikel badan lahir, yaitu dengan berat
tertua yang didapat tahun 2007 dan badan lahir kurang dari 2.500
terbaru tahun 2013. Format artikel gram dan dengan berat badan
full pdf, berbahasa Inggris pada lahir ≥ 2.500 gram. Hasil uji
hasil pencarian melalui EBSCO dan statistik dengan menggunakan uji
berbahasa Indonesia pada hasil logistic regression menunjukkan
pencarian google search dengan bahwa nilai Odds Ratio (OR)
format kata kunci [stunting pada untuk anak dengan berat badan
anak+artikel+pdf] serta merupakan lahir kurang dari 2.500
artikel tidak berbayar. gramadalah 1.21 (95% CI = 1.10
Metode pengkajian kualitas study –1.33). Hal ini berarti bahwa
menggunakan aplikasi Critical status gizi dengan berat badan
Appraisal Skills Programme. lahir kurang dari 2.500 gram ≥
Pelaksanaannya menggunakan 2.500 gram memiliki risiko
CASP checklist untuk case control mengalami stunting sebesar 1.2
study dengan menjawab 11 kali. Selanjutnya, memiliki ρ-
pertanyaan screening questions. value = < 0.001. Hal ini berarti
Proses selanjutnya adalah ekstraksi bahwa faktor status gizi dengan
data dengan mengelompokkan data berat badan lahir kurang dari
menurut variabel yang ingin dikaji. 2.500 gram memiliki pengaruh
Setelah terkumpul langkah secara bermakna terhadap
selanjutnya adalah sintesis data kejadian stunting pada anak
untuk dihubungkan guna (Adekanmbi, Kayode dan
mendapatkan korelasi faktor Uthman, 2013).
penyebab stunting dengan kejadian 3. Pengaruh umur anak terhadap
stunting. Faktor apakah yang sangat kejadian stunting pada anak
berperan. Dari 6 artikel terkait, ada 2 artikel
yang membahas mengenai
HASIL ANALISIS pengaruh umur anak dengan
1. Pengaruh Panjang badan lahir kejadian stunting. Di Nigeria,
terhadap kejadian stunting pada hasil uji statistik dengan
anak menggunakan uji logistic
Panjang badan lahir dapat regression menunjukkan bahwa
dikaitkan dengan riwayat status anak usia 12 – 23 bulan memiliki
gizi selama kehamilan. Anak nilai Odds Ratio (OR) sebesar
dengan IUGR memiliki potensi 2.24 (95% CI = 1.94 –2.60).
untuk mengalami stunting. Dari 6 Selanjutnya anak usia 24 – 35
artikel yang ditelaah tidak bulan (OR = 2.01, 95%CI: 1.72 –
ditemukan artikel yang 2.34) dan memiliki ρ-value =<
membahas tentang hubungan 0.001. Hal ini berarti bahwa umur
panjang badan lahir dengan anak 12 – 23 bulan memiliki
kejadian stunting pada anak. risiko mengalami stunting
Sehingga tidak dapat dikaji sebanyak 2.24 kali sedangkan
pengaruh antara panjang badan anak usia 24 – 35 bulan memiliki
lahir dengan kejadian stunting. risiko mengalami stunting
2. Pengaruh status gizi terhadap sebanyak 2.01 kali. Selanjutnya,
kejadian stunting pada anak ρ-value baik anak usia 12 – 23
Dari 6 artikel terkait, hanya ada 1 bulan maupun usia 24 – 35 bulan
artikel yang membahas adalah < 0.05. Hal ini

73
“KOSALA” JIK. Vol. 5 No. 1 Mei 2017

menunjukkan bahwa ada secara bermakna antara


pengaruh secara bermakna kecukupan ASI dengan kejadian
antara usia dengan kejadian stunting pada anak (Adekanmbi,
stunting pada anak (Adekanmbi, Kayode, dkk., 2013).
Kayode, dkk., 2013). Di Pilipina, hasil uji statistik
Di Maluku, hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-
dengan menggunakan uji logistic Square menunjukkan ρ-value =
regression menunjukkan bahwa 0.09. Hal ini berarti bahwa tidak
anak usia 0 – 23 bulan memiliki ada pengaruh secara bermakna
nilai Odds Ratio (OR) 1.10(95% antara kecukupan ASI dengan
CI = 1.07 – 1.14) sedangkan kejadian stunting pada anak
pada anak usia 0 – 59 bulan (OR (Rohner, dkk., 2013).
= 1.11, 95%CI: 1.08 – 1.14). Hal 5. Pengaruh status ekonomi
ini berarti bahwa anak 0 – 23 terhadap kejadian stunting pada
bulan memiliki risiko mengalami anak
stunting sebanyak 1.10 kali Dari 6 artikel terkait, ada 3 artikel
sedangkan anak usia 24 – 35 yang membahas mengenai
bulan memiliki risiko mengalami pengaruh status ekonomi dengan
stunting sebanyak 1.11 kali. kejadian stunting. Di Pilipina,
Selanjutnya, ρ-value baik anak hasil uji statistik dengan
usia 0 – 23 bulan maupun usia 0 menggunakan uji logistic
– 59 bulan adalah> 0.05. Hal ini regression menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa tidak ada berdasarkan sosial ekonomi
pengaruh antara usia dengan untuk kelas C (poorest)
kejadian stunting pada anak didapatkan nilai Odds Ratio (OR)
(Ramli, dkk., 2009). sebesar 4.8 (95% CI = 2.4 – 9.4)
4. Pengaruh kecukupan ASI dan ρ-value = < 0.001. Hal ini
terhadap kejadian stunting pada berarti bahwa anak dengan sosial
anak ekonomi kelas C memiliki risiko
Dari 6 artikel terkait, ada 2 artikel mengalami stunting sebesar 4.8
yang membahas mengenai kali. Demikian halnya untuk
pengaruh kecukupan ASI dengan sosial ekonomi untuk kelas D
kejadian stunting. Di Nigeria, (poor) didapatkan nilai Odds
hasil uji statistik dengan Ratio (OR) sebesar 2,4 (95% CI
menggunakan uji logistic = 1.4 – 4.4) dan uji Chi-Square
regression menunjukkan bahwa menunjukkan ρ-value = 0.001.
anak usia 6–12 bulan memiliki Hal ini berarti bahwa anak
nilai Odds Ratio (OR) sebesar dengan sosial ekonomi kelas D
2.13 (95% CI = 1.83 –2.48), usia memiliki risiko mengalami
13 – 24 bulan (OR = 2.66 ; 95% stunting sebesar 2.4 kali. Secara
CI: 2.24 – 3.17) dan (OR = 3.74 ; statistik memiliki hubungan yang
95% CI: 2.90 – 4.83). Hal ini bermakna (ρ-value < 0.05)
berarti bahwa lama menyusui (Rohner, dkk., 2013).
anak 6-12 bulan memiliki risiko Di Nigeria, hasil uji statistik
mengalami stunting sebanyak dengan menggunakan uji logistic
2.13 kali, sedangkan pada anak regression menunjukkan bahwa
usia 13 – 24 bulan sebanyak 2.66 ibu yang bekerja secara
kali, dan usia > 24 bulan serabutan memiliki nilai Odds
sebanyak 3.74 kali. Selanjutnya, Ratio (OR) sebesar 1.01 (95% CI
ρ-value baik pada anak 6-12 = 0.93 – 1.11) dan pekerja
bulan, 13 – 24 bulan dan > 24 kantoran memiliki OR = 1.00
bulan adalah < 0.001. Hal ini (95% CI: 0.90 – 1.08). Hal ini
berarti bahwa ada pengaruh berarti bahwa ibu yang bekerja

74
“KOSALA” JIK. Vol. 5 No. 1 Mei 2017

secara serabutan memiliki anak 0–23 bulan memiliki risiko


dengan risiko mengalami stunting mengalami stunting sebanyak
sebanyak 1.01 kali, sedangkan 1.33 kali, sedangkan anak usia
pada ibu pekerja kantoran 24–35 bulan memiliki risiko
sebanyak 1.00 kali. Selanjutnya, mengalami stunting sebanyak
ρ-value baik pada ibu yang 1.31 kali. Selanjutnya, ρ-value
bekerja secara serabutan dan ibu baik pada pekerjaan ibu sebagai
pekerja kantoran adalah 0.720 nelayan dengan anak usia 0–23
dan 0.768. Hal ini berarti bahwa bulan maupun usia anak 0–59
tidak ada pengaruh secara bulan adalah > 0.05. Hal ini
bermakna antara pekerjaan ibu menunjukkan bahwa tidak ada
terhadap kejadian stunting pada pengaruh antara status pekerjaan
anak (Adekanmbi, Kayode, dkk., ibu dengan kejadian stunting
2013). pada anak (Ramli, dkk., 2009b).
Di Maluku, berdasarkan 6. Pengaruh tingkat pendidikan
pekerjaan ayah adalah tertinggi orang tua terhadap kejadian
pada ayah yang tidak bekerja, stunting pada anak
yaitu hasil uji statistik dengan Dari 6 artikel terkait, ada 3 artikel
menggunakan uji logistic yang membahas mengenai
regression menunjukkan bahwa pengaruh tingkat pendidikan
anak usia 0 – 23 bulan memiliki orang tua terhadap kejadian
nilai Odds Ratio (OR) 1.45 (95% stunting pada anak. Di Pilipina,
CI = 0.63 – 3.34) sedangkan hasil uji statistik dengan
pada anak usia 0 – 59 bulan (OR menggunakan uji Chi-Square
= 1.65, 95% CI: 0.92 – 2.94). Hal menunjukkan bahwa ρ-value = <
ini berarti bahwa ayah yang tidak 0.001. Hal ini berarti bahwa ada
bekerja dengan anak usia 0 – 23 pengaruh antara status
bulan memiliki risiko mengalami pendidikan ibu terhadap kejadian
stunting sebanyak 1.45 kali stunting pada anak (Rohner,
sedangkan dengan anak usia dkk., 2013).
24–35 bulan memiliki risiko Di Nigeria, hasil uji statistik
mengalami stunting sebanyak menunjukkan bahwa untuk
1.65 kali. Selanjutnya, ρ-value pendidikan menengah memiliki ρ-
baik pada ayah yang tidak value = 0.002 (OR= 0.83 ; CI
bekerja dengan anak usia 0 – 23 95%= 0.74–0.94) dan pendidikan
bulan maupun usia 0 – 59 bulan tinggi memiliki ρ-value = 0.008
adalah > 0.05. Hal ini (OR= 0.73 ; CI 95%= 0.58–0.92).
menunjukkan bahwa tidak ada Hal ini berarti bahwa ibu dengan
pengaruh antara status pekerjaan pendidikan menengah dan tinggi
ayah dengan kejadian stunting memiliki pengaruh secara
pada anak (Ramli, dkk., 2009b). bermakna terhadap kejadian
Sedangkan pada ibu, tertinggi stunting, namun bukan
pada ibu yang berprofesi sebagai merupakan faktor risiko kejadian
nelayan, yaitu hasil uji statistik stunting terhadap anak
dengan menggunakan uji logistic (Adekanmbi, Kayode, dkk.,
regression menunjukkan bahwa 2013).
anak usia 0 – 23 bulan memiliki Di Maluku, hasil uji statistik
nilai Odds Ratio (OR) 1.33 (95% menunjukkan berdasarkan
CI = 0.62 – 2.88) sedangkan pendidikan ayah, tertinggi pada
pada anak usia 0 – 59 bulan (OR SMP, yaitu anak dengan usia
= 1.31, 95% CI: 0.78– 2.22). Hal 0-23 bulan memiliki OR sebesar
ini berarti bahwa pekerjaan ibu 0.84 dengan CI 95% = 0.59-1.21,
sebagai nelayan dengan anak sedangkan untuk anaku sia 0-59

75
“KOSALA” JIK. Vol. 5 No. 1 Mei 2017

bulan memiliki OR sebesar 0.90 sangat rentan untuk mengalami


dengan CI 95% = 0.71-1.14. penurunan berat badan. Selain
Sedangkan berdasarkan itu, berdasarkan berat badan lahir
pendidikan ibu juga tertinggi pada dari 7.322 anak yang mengalami
SMP, yaitu anak usia 0-23 bulan stunting terdapat 1.210 anak lahir
memiliki OR sebesar 0.95 dengan berat badan kurang dari
dengan CI 95% = 0.69-1.31, 2.500 gram dan 6.000 anak lahir
sedangkan untuk anak usia 0-59 dengan berat badan ≥ 2.500
bulan memiliki OR sebesar 0.85 gram (Adekanmbi, dkk., 2013).
dengan CI 95% = 0.66-1.09. Hal Usia 12-23 tahun merupakan
ini berarti bahwa baik pendidikan usia anak mengalami
ayah maupun ibu tidak memiliki perkembangan yang pesat dalam
pengaruh sebagai faktor risiko kemampuan kognitif dan motorik.
terjadinya stunting pada anak, Diperlukan status gizi yang
namun sebagai protektif (Ramli, optimal untuk mendukung
dkk., 2009b). perkembangan ini. Status gizi
7. Pengaruh tinggi badan orang tua rendah disebabkan oleh
terhadap kejadian stunting pada penyebab langsung dan tidak
anak langsung. Penyebab langsung
Dari 6 artikel, hanya 1 artikel salah satunya adalah konsumsi
yang membahas mengenai tinggi makanan yang kurang.
badan ibu. Penelitian di Sedangkan penyebab tidak
Bangladesh menyebutkan tinggi langsung yang dominan meliputi
badan ibu <150cm sebanyak 75. tingkat ekonomi yang kurang,
951 dengan kejadian stunting pendidikan umum dan pendidikan
sebanyak 64. 393 pada sampel gizi yang kurang. Gizi yang cukup
sebesar 165. 111 anak. Namun diperlukan setiap orang untuk
pemaparan ini belum bisa untuk mencapai pertumbuhan yang
menunjukkan adanya pengaruh optimal. Status gizi optimal terjadi
antara tinggi badan orang tua bila tubuh memperoleh cukup
dan kejadian stunting pada anak. zat-zat gizi yang digunakan
Oleh karena artikel yang ada secara efisien (Isdaryanti, 2007).
hanya mengukur prevalensinya Kurang gizi akan menghambat
saja. pertumbuhan otak mereka secara
optimal, yang pada akhirnya,
PEMBAHASAN akan membatasi kemampuan
1. Pengaruh Status gizi terhadap mereka untuk bertahan hidup
kejadian stunting pada anak (Kharas, 2013). Kekurangan gizi
Menurut Adekanmbi (2013) di pada bayi pertama kali
Nigeria dari 28.647 terdapat ditunjukkan dengan berat lahir
7.322 anak yang mengalami yang kurang dari 2.500 gram.
stunting sedangkan 21.325 tidak Sebagai konsekuensinya organ-
mengalami stunting. Dari 7.322 organ tubuh seperti kepala,
anak yang mengalami stunting tangan dan kaki lebih kecil dari
terbanyak pada usia 12–23 ukuran normal disamping
bulan, yaitu 1.819 anak, biasanya sang bayi lebih rentan
selanjutnya usia 36–47 bulan, terhadap penyakit infeksi
yaitu 1.631, usia 24–35 bulan, (Kombong dan Yuristianti, 2000).
yaitu 1.584, usia 48–59 bulan, 2. Pengaruh umur terhadap
yaitu 1.468 anak dan paling kejadian stunting pada anak
sedikit usia 0–11 bulan, yaitu 820 Stunting sering terjadi pada anak
anak. Hal ini menunjukkan bahwa usia 1 tahun ke atas, dimana
pada usia anak 12–23 bulan aktifitas anak bertambah.

76
“KOSALA” JIK. Vol. 5 No. 1 Mei 2017

Semakin bertambah usia maka pendidikan dalam kejadian


semakin bertambah kebutuhan stunting pada anak. Namun,
gizi dan aktifitas. Jika tidak hanya ada 3 artikel yang meneliti
diimbangi dengan asupan nutrisi pengaruh tingkat pendidikan
yang adekuat, maka anak dapat orang tua terhadap kejadian
terancam kekurangan gizi stunting pada anak. Ramli dalam
bahkan stunting. Dari 6 artikel, 5 penelitiannya memisahkan antara
diantaranya mengkaji pengaruh pendidikan ayah, ibu dan
antara usia dan kejadian stunting. orangtua.
Dari 5 artikel, 2 artikel meneliti Di Philipina dan Nigeria
pengaruh usia/umur anak menjelaskan bahwa status
terhadap kejadian stunting pendidikan ibu berpengaruh
adalah umur berpengaruh terhadap kejadian stunting pada
terhadap kejadian stunting di anak. Di Philipina semakin tinggi
Nigeria. Kemudian umur anak pendidikan ibu, semakin rendah
12–23 bulan memiliki risiko kejadian stunting (Rohner, dkk.,
mengalami stunting sebanyak 2013). Sedangkan di Nigeria,
2.24 kali sedangkan anak usia pendidikan ibu memiliki
24–35 bulan memiliki risiko pengaruh, tetapi bukan faktor
mengalami stunting sebanyak resiko kejadian stunting pada
2.01 kali (Adekanmbi, dkk., anak (Adekanmbi, Kayode, dkk.,
2013). Sedangkan di Maluku, 2013). Penelitian ketiga yang
hasil analisis statistik menunjukkan pengaruh adalah
menunjukkan bahwa tidak ada penelitian di Maluku. Hasil
pengaruh antara usia dengan penelitian menunjukkan bahwa
kejadian stunting pada anak pendidikan ibu dan ayah
(Ramli, dkk., 2009b). bukanlah faktor resiko melainkan
Kejadian di Maluku bertentangan sebagai protektif terhadap
dengan penyataan Kusuma kejadian stunting (Ramli, dkk.,
(2013) namun selaras dengan 2009a).
kejadian di Nigeria, yaitu stunting Menurut Sulastri tingkat
pada masa balita perlu mendapat pendidikan akan mempengaruhi
perhatian khusus termasuk pada konsumsi pangan melalui cara
anak usia 2-3 tahun. Proses pemilihan bahan pangan. Orang
pertumbuhan pada usia 2-3 yang berpendidikan lebih tinggi
tahun cenderung mengalami cenderung untuk memilih bahan
perlambatan sehingga peluang makanan yang lebih baik dalam
untuk terjadinya kejar tumbuh kualitas dan kuantitas hidangan
lebih rendah dibanding usia 0-2 dibandingkan mereka yang
tahun. berpendidikan rendah atau
3. Pengaruh tingkat pendidikan sedang. Makin tinggi tingkat
orang tua terhadap kejadian pendidikan makin baik status gizi
stunting pada anak anaknya (Sulastri, 2012).
Pendidikan adalah faktor lain 4. Pengaruh kecukupan ASI
yang sangat berperan dalam terhadap kejadian stunting pada
menentukan masa depan anak anak
termasuk dalam pemenuhan gizi. Pemberian ASI utamanya ASI
Orang tua yang memiliki Ekslusif adalah salah satu
pendidikan baik akan mengasuh sumber makanan bergizi bagi
anak-anak mereka dengan baik anak. Kandungan gizinya yang
dan sehat pula. Dari ke 6 artikel, sempurna dan antibodi
semua artikel tersebut melindungi anak dari penyakit
membahas mengenai keutamaan terutama penyakit infeksi

77
“KOSALA” JIK. Vol. 5 No. 1 Mei 2017

berulang. Selain itu, juga dapat Pemberan ASI dan MP-ASI yang
menghindarkan anak mengalami tepat cegah gangguan
stunted. Oleh karena selain pertumbuhan (pendek/stunting).
kekurang gizi kronis, stunting Stunting pada 12 bulan pertama
juga dapat disebabkan oleh kehidupan balita dapat
kejadian penyakit infeksi diturunkan dengan pemberian
berulang pada anak. ASI dan MP-ASI yang tepat. Oleh
Dua artikel yang membahas karena, pemberian ASI secara
mengenai pengaruh kecukupan eksklusif dapat menjamin
ASI dengan kejadian stunting kebutuhan gizi bayi terpenuhi,
aalah di Philipina dan Nigeria. Di apalagi ASI merupakan makan
Pilipina, hasil penelitian terbaik. Selain itu, ASI juga
menunjukkan tidak ada pengaruh merupakan makanan terbaik bagi
secara bermakna antara anak sampai usia 2 tahun
kecukupan ASI dengan kejadian (Ahmad, 2010).
stunting pada anak (Rohner, ASI merupakan satu-satunya
dkk., 2013). Hasil penelitian di makanan terbaik bagi bayi
Nigeria menunjukkan bahwa ada sampai berumur 6 bulan karena
pengaruh secara bermakna mempunyai komposisi gizi yang
antara kecukupan ASI dengan paling lengkap dan ideal untuk
kejadian stunting pada anak. pertumbuhan dan perkembangan
Lama menyusui anak 6-12 bulan bayi yang dapat memenuhi
memiliki risiko mengalami kebutuhan gizi bayi selama 6
stunting sebanyak 2.13 kali, bulan pertama. Rekomendasi
sedangkan kejadian pada anak pemberian ASI saja yang dikenal
usia 13–24 bulan sebanyak 2.66 dengan ASI eksklusif sampai 6
kali, dan usia > 24 bulan bulan didasarkan pada bukti
sebanyak 3.74 kali. Pemberian ilmiah tercukupinya kebutuhan
ASI Eksklusif dari 7.322 anak bayi dan lebih baiknya
yang mengalami stunting pertumbuhan bayi yang
terdapat 357 anak yang mendapat ASI eksklusif serta
mendapatkan ASI Eksklusif < 6 menurunnya morbiditas bayi
bulan dan 1.217 anak diberikan (Kramer, 2002).
ASI sampai usia 6-12 bulan 5. Pengaruh status ekonomi
(Adekanmbi, Kayode, et al., terhadap kejadian stunting pada
2013). Selain itu, di India dari anak
12.176 responden, terdapat Kemampuan ekonomi sangat
prevalensi balita yang berperan dalam pemenuhan
mendapatkan ASI esklusif kebutuhan gizi anak. Semakin
dengan stunting (z-score ≤ -2) tinggi status ekonomi sebuah
sebanyak 4.481 orang. keluarga maka semakin beragam
Sedangkan anak dengan stunting dan berbobot nilai gizi yang
sangat pendek (z-score ≤3) diberikan untuk anak. Sebaliknya
sebanyak 2.082 orang. Hal ini rendahnya status ekonomi
berarti bahwa ada memaksa keluarga untuk
kecenderungan anak yang memberikan asupan gizi yang
mendapatkan ASI ekslusif tidak adekuat untuk anak.
kemungkinan menderita stunting Dari 6 artikel terkait, ada 3 artikel
lebih kecil dibandingkan anak yang membahas mengenai
yang tidak diberi ASI ekslusif. pengaruh status ekonomi dengan
Pemberian ASI yang tepat dapat kejadian stunting. Di Pilipina,
mencegah gangguan anak dengan sosial ekonomi
pertumbuhan (stunting). kelas C memiliki risiko

78
“KOSALA” JIK. Vol. 5 No. 1 Mei 2017

mengalami stunting sebesar 4.8 2.01±0.003). Sekitar 75.951


kali. Demikian halnya untuk orang ibu diantaranya yang
sosial ekonomi untuk kelas D memiliki tinggi badan kurang dari
(poor), anak dengan sosial 150 cm (< 150 cm) (Rah, dkk.,
ekonomi kelas D memiliki risiko 2010). Hal ini berarti bahwa
mengalami stunting sebesar 2.4 adanya kecenderungan bahwa
kali. Secara statistik memiliki anak yang pendek memiliki
hubungan yang bermakna orangtua yang pendek pula.
(Rohner, dkk., 2013). Tinggi badan orang tua sangat
Di Nigeria, tidak ada pengaruh mempengaruhi faktor hereditas
secara bermakna antara atau keturunan pada anak.
pekerjaan ibu terhadap kejadian Postur anak yang pendek bukan
stunting pada anak (Adekanmbi, hanya karena stunting tetapi bisa
Kayode, dkk., 2013). juga dikarenakan oleh faktor
Di Maluku, hasil penelitian keturunan. Tinggi badan
menunjukkan tidak ada pengaruh merupakan salah satu bentuk
antara status pekerjaan ayah dari ekspresi genetik, dan
dengan kejadian stunting pada merupakanfaktor yang diturunkan
anak. Sedangkan pada ibu, tidak kepada anak serta berkaitan
ada pengaruh antara status dengan kejadian stunting. Anak
pekerjaan ibu dengan kejadian dengan orang tua yang pendek,
stunting pada anak (Ramli, dkk., baik salah satu maupun
2009b). keduanya, lebih berisiko untuk
Anak pada keluarga dengan tumbuh pendek dibanding anak
tingkat ekonomi rendah lebih dengan orang tua yang tinggi
berisiko mengalami stunting badannya normal. Orang tua
karena kemampuan pemenuhan yang pendek karena gen dalam
gizi yang rendah, meningkatkan kromosom yang membawa sifat
risiko terjadinya malnutrisi. pendek kemungkinan besar akan
Pendapatan perkapita juga menurunkan sifat pendek
merupakan faktor yang turut tersebut kepada anaknya. Tetapi
menentukan status gizi balita. bila sifat pendek orang tua
Kemiskinan yang berlangsung disebabkan karena masalah
dalam waktu lama dapat nutrisi maupun patologis, maka
mengakibatkan rumah tangga sifat pendek tersebut tidak akan
tidak mampu untuk memenuhi diturunkan kepada anaknya
kebutuhan pangan dengan (Kusuma, 2013).
kualitas dan kuantitas yang baik.
Penurunan kualitas konsumsi KESIMPULAN
pangan rumah tangga yang Berdasarkan hasil dan pembahasan
dicirikan oleh keterbatasan dalam review literatur ini, maka
membeli pangan sumber protein, dapat dibuat simpulan bahwa faktor
vitamin dan mineral akan status gizi dengan berat badan lahir
berakibat pada kekurangan gizi, < 2.500 gram memiliki pengaruh
baik zat gizi makro maupun mikro secara bermakna terhadap kejadian
(Krebs, dkk., 2011). stunting pada anak dan memiliki
6. Pengaruh Tinggi badan orang tua risiko mengalami stunting sebesar
terhadap kejadian stunting pada 1.2 kali. Faktor lama menyusui anak
anak selama 6-12 bulan memiliki
Hasil penelitian di Bangladesh pengaruh secara bermakna
menunjukkan bahwa dari terhadap kejadian stunting pada
165.111 anak terdapat 82.556 anak dan memiliki risiko mengalami
orang yang mengalami stunting (- stunting sebanyak 2.13 kali. Faktor

79
“KOSALA” JIK. Vol. 5 No. 1 Mei 2017

usia anak dengan usia 12-23 bulan Bloem, M. W., Pee, S. De, Hop, L.
memiliki pengaruh secara bermakna T., Khan, N. C., Laillou, A.,
terhadap kejadian stunting pada Moench-pfanner, R., Asia, S.
anak dan memiliki risiko mengalami (2013). Key strategies to further
stunting sebanyak 2.24 kali. reduce stunting in Southeast
Faktor sosial ekonomi untuk kelas C Asia : Lessons from the ASEAN
(poorest) memiliki pengaruh secara countries workshop, 34(2), 8–
bermakna terhadap kejadian 17.
stunting pada anak dan memiliki Bunga Ch Rosha1, H. dan Y. F. B.
risiko mengalami stunting sebanyak (2012). Analisis Determinan
4.8 kali. Faktor pendidikan ibu Stunting Anak 0-23 Bulan Pada
dengan pendidikan menengah dan Daerah Miskin Di Jawa Tengah
tinggi memiliki pengaruh secara Dan Jawa Timur (Determinant
bermakna terhadap kejadian Analysis Of Stunting Children
stunting pada anak, namun bukan Aged 0-23 Months In Poor
merupakan faktor risiko kejadian Areas In Central And East
stunting terhadap anak (OR = 0.83 Java), 35(1), 34–41. Retrieved
dan 0.73). Faktor sosial ekonomi from
merupakan faktor dominan terhadap http://webcache.googleusercon
risiko anak mengalami stunting. tent.com/search?q=cache:Swh
_Cemp1dYJ:ejournal.litbang.de
SARAN pkes.go.id/index.php/pgm/articl
Pada penelitian selanjutnya e/download/3081/3049+dancd=
diperlukan analisis lebih dalam 4danhl=iddanct=clnkdanclient=f
mengenai pengaruh berat badan irefox-beta
lahir pada anak, sosial ekonomi dan Chang, S. M., Walker, S. P., dan
pengaruh tinggi badan orang tua. Christine, S. G. (2010). Early
Sedangkan pada masyarakat, perlu childhood stunting and later
ditingkatkan pemberian informasi fine motor abilities.
berupa penyuluhan kepada orang doi:10.1111/j.1469-
tua balita mengenai faktor risiko 8749.2010.03640.x
kejadian stunting apada anak Fenske, N., Burns, J., Hothorn, T.,
termasuk pentingnya mengkonsumsi dan Rehfuess, E. A. (2013).
bahan makanan sumber zat energi Understanding Child Stunting in
dan protein sehingga dapat India : A Comprehensive
mencegah stunting pada anak Analysis of Socio-Economic ,
balita. Nutritional and Environmental
Determinants Using Additive
DAFTAR PUSTAKA Quantile Regression, 8(11).
Adekanmbi, V. T., Kayode, G. A., doi:10.1371/journal.pone.00786
dan Uthman, O. A. (2013). 92
Original Article Individual and Gordon, N. H., dan Halileh, S.
contextual factors associated (2013). An analysis of cross
with childhood stunting in sectional survey data of
Nigeria : a multilevel analysis, stunting among Palestinian
244–259. doi:10.1111/j.1740- children less than five years of
8709.2011.00361.x age. Maternal and Child Health
Adekanmbi, V. T., Uthman, O. A., Journal, 17(7), 1288–96.
dan Mudasiru, O. M. (2013). doi:10.1007/s10995-012-1126-
Exploring variations in 4
childhood stunting in Nigeria
using league table , control
chart and spatial analysis.

80
“KOSALA” JIK. Vol. 5 No. 1 Mei 2017

Ikeda, N., dan Shibuya, K. (2013). BMC Pediatrics, 9, 64.


Determinants of reduced child doi:10.1186/1471-2431-9-64
stunting in Cambodia : analysis Ramli, Agho, K. E., Inder, K. J.,
of pooled data from three Bowe, S. J., Jacobs, J., dan
Demographic and Health Dibley, M. J. (2009b).
Surveys, (February), 341–349. Prevalence and risk factors for
Monteiro, C. A., Aquino, H. D., stunting and severe stunting
Conde, L., Konno, S., dan among under-fives in North
Lucia, A. (2010). Narrowing Maluku province of Indonesia.
socioeconomic inequality in BMC Pediatrics, 9, 64.
child stunting : the Brazilian doi:10.1186/1471-2431-9-64
experience , 1974 – 2007, Renyoet, B. S., Hadju, V., dan
(June 2009), 305–311. Rochimiwati, S. N. (2013).
doi:10.2471/BLT.09.069195 Hubungan Pola Asuh Dengan
Moore, D. (2011). Influence of Kejadian Stunting Anak Usia 6-
Maternal Education on Child 23 Bulan Di Wilayah Pesisir
Immunization and Stunting in Kecamatan Tallo Kota
Kenya, 1389–1399. Makassar Connection Between
doi:10.1007/s10995-010-0670- Parenting And Stunting Case
z On Children Age 6–23 Months
Onis, M. De, Dewey, K. G., Borghi, In Coastal Region District Tallo
E., Onyango, A. W., Blössner, Makassar Wilayah pesisir
M., Daelmans, B., Branca, F. merupa, 1–13.
(2013). Orginal Article The Rohner, F., Woodruff, B. A., Aaron,
World Health Organization ’ s G. J., Yakes, E. A., Lebanan,
global target for reducing M. A. O., Rayco-solon, P., dan
childhood stunting by 2025 : Saniel, O. P. (2013). Infant and
rationale and proposed actions, young child feeding practices in
9, 6–26. urban Philippines and their
doi:10.1111/mcn.12075 associations with stunting,
Prendergast, A. J., Rukobo, S., anemia, and deficiencies of iron
Chasekwa, B., Mutasa, K., and vitamin A, 34(2), 17–35.
Ntozini, R., Mbuya, M. N. N., Semba, R. D., Moench-pfanner, R.,
Humphrey, J. H. (2014). Sun, K., Pee, S. De, Akhter, N.,
Stunting Is Characterized by Rah, J. H., Kraemer, K. (2012).
Chronic Inflammation in Consumption of micronutrient-
Zimbabwean Infants, 9(2). fortified milk and noodles is
doi:10.1371/journal.pone.00869 associated with lower risk of
28 stunting in preschool-aged
Rah, J. H., Akhter, N., Semba, R. D., children in Indonesia, 32(4),
Pee, S. De, Bloem, M. W., 347–354.
Campbell, A. A., Kraemer, K. Young, J. M., dan Solomon, M. J.
(2010). Low dietary diversity is (2009). How to critically
a predictor of child stunting in appraise an article. Nature
rural Bangladesh, 1393–1398. Clinical Practice.
doi:10.1038/ejcn.2010.171 Gastroenterology dan
Ramli, Agho, K. E., Inder, K. J., Hepatology, 6(2), 82–91.
Bowe, S. J., Jacobs, J., dan doi:10.1038/ncpgasthep1331
Dibley, M. J. (2009a).
1
Prevalence and risk factors for Mahasiswa Magister Keperawatan
stunting and severe stunting Universitas Diponegoro Semarang
among under-fives in North
Maluku province of Indonesia.

81

You might also like