You are on page 1of 9

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.

3 (Desember 2008) 207 - 215

UJI COBA PENGGUNAAN INOKULUM TEMPE DARI KAPANG


Rhizopus oryzae DENGAN SUBSTR
SUBSTRAT TEPUNG BERAS DAN UBIKAYU
PADA UNIT PRODUKSI TEMPE SANAN KODYA MALANG

Tempeh Inoculum Application Test of Rhizopus oryzae with Rice and


Cassava Flour as Substrate at Sanan Tempeh
Tempeh Industries – Kodya Malang

Sukardi, Wignyanto, Isti Purwaningsih


Jurusan Teknologi Industri Pertanian – Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya
Jl. Veteran - Malang

ABSTRACT

This research was designed to obtain high quality dried tempeh inoculum (powder)
and to know the best level of inoculum for small medium industrial scale. Also it was
designed to know the preference of consumers. Experimental design employed in this
research was completely randomized design comprosed of one factor i.e. the level of R.
oryzae concentration consisted of 0.9% w/w; 0.7% w/w; 0.5% w/w; 0.3% w/w; and
0.1% w/w. The initial R. oryzae spore of the starter was 1,3x107 cfu/g. The best
treatment was determided by multiple atribute method. The application test of the best
inoculum was done at 3 tempeh small industries and the produced tempeh was
analyzed by sensory test.
The best level of R. oryzae pure culture addition was 0.5% based on substrate
weight, and the total microbial of dried inoculum was 8.02 x 107 cfu/g (7.90 log cfu/g)
with the percentage of viable mold after I month was 89,52%. The total number of mold
after mixing with rice flour was 3.04 x 107 cfu/g (6.893 log cfu/g), the percentage of
viable mold was 90.92%, and the percentage of contaminating bacterium was 41.75%.
The end piece of cassava could be used as substrate for tempeh inoculum production
from pure culture of R. oryzae and it had yield of 41.70% and moisture content of 6.57%.
The best addition of R. oryzae inoculum in producing tempeh was 0.15%, and the
consumers preference of texture was 8,07 (like very much), the appearance was 7,67
(like), color was 7.47 (like), the aroma was 7.47 (like), and taste was 8 (like very much).

Keywords: tempeh inoculum, pure culture, dried inoculum, tempeh industries

PENDAHULUAN banyak pula yang menyebut dengan ragi


tempe. Inokulum tempe merupakan
Tempe merupakan salah satu hasil kumpulan spora kapang dan jamur yang
fermentasi kedelai yang sudah cukup digunakan untuk bahan pembibitan dalam
dikenal sebagai makanan yang pembuatan tempe.
bermanfaat bagi kesehatan. Tempe Inokulum tempe yang telah dikenal
mengandung vitamin B12 yang biasanya masyarakat saat ini adalah usar (biasanya
terdapat dalam daging dan juga menempel di daun waru) dan inokulum
merupakan sumber protein nabati selain bubuk buatan LIPI. Usar banyak
sebagai sumber kalori, vitamin dan mengandung bakteri kontaminan karena
mineral (Suprapti, 2003), pada pembuatannya kurang
Pada fermentasi tempe dibutuhkan memperhatikan kondisi yang aseptis dan
inokulum tempe. Tanpa inokulum tempe, jenis kapang pada usar juga bervariasi
kedelai yang difermentasi akan menjadi seperti Rhizopus sp dan mikroorganisme
busuk (Sarwono, 2004). Inokulum tempe lain. Inokulum bubuk yang telah ada
disebut juga sebagai starter tempe dan sebelumnya dibuat dari kapang R

207
Uji Coba Penggunaan Inokulum Tempe (Sukardi dkk)

oligosporus yang dibiakkan pada media METODE PENELITIAN


beras yang telah masak, kemudian
dikeringkan lalu digiling (Kasmidjo, Waktu dan Tempat
1990). Penelitian ini dilaksanakan pada
Inokulum tempe bubuk yang sudah bulan Maret-Nopemver 2006 bertempat
beredar, dibuat menggunakan Rhizopus di Sentra industri tempe Sanan dan di
oligosporus sebagai kapang utamanya. Laboratorium Bioindustri dan Pengolahan
Ternyata kurang sesuai dengan kondisi Limbah Jurusan Teknologi Industri
di Kota Malang, karena kapang ini Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
umumnya menyebabkan tempe yang Universitas Brawijaya Malang.
dihasilkan kurang kompak dan kadang
menyebabkan bau alkoholis. Kapang Alat dan Bahan
tersebut ternyata hanya cocok sebagai Alat yang digunakan pada penelitian
kapang utama di daerah panas (Shurtleff ini untuk proses adalah autoclaf, cawan
dan Aoyagi, 1979). Noranita (2006) telah Petri, bunsen, pengering kabinet,
melakukan penelitian pembuatan blender, plastik, timbangan analitik,
inokulum menggunakan substrat ujung ayakan 120 mesh, timbangan, jarum ose,
ubi kayu untuk pertumbuhan kapang R. nampan aluminium, dan alat-alat gelas.
oryzae. Dari hasil pene-litian diperoleh Alat yang digunakan untuk analisis antara
bahwa kapang Rhizopus oryzae dapat lain cawan Petri, alat-alat gelas,
dijadikan sebagai bahan pembuatan penetrometer, oven, ayakan 120 mesh,
inokulum tempe dalam bentuk tepung dan timbangan analitik, pisau, dan alat-alat
menghasilkan tempe yang berkualitas pembuatan tempe.
untuk skala laboratorium. Miselium Bahan yang digunakan untuk proses
Rhizopus oryzae lebih panjang berupa beras, onggok, ampas tahu, dan
ukurannya, sehingga tempe yang biakan murni Rhizopus oryzae. Beras
dihasilkan tampak lebih padat, yang digunakan adalah varietas IR-64
pertumbuhan kapang lebih baik, dan nilai diperoleh dari pasar Dinoyo, Malang.
nutrisi tempe meningkat. Kapang Biakan murni Rhizopus oryzae diperoleh
Rhizopus oryzae juga dapat mengubah dari Laboratorium Mikrobiologi Jurusan
aroma langu kedelai menjadi aroma khas Biologi Universitas Brawijaya, Malang.
tempe. Bahan analisis berupa aquades, PDA,
Setelah diketahui pembuatan tepung Rose Bengal 5%, kedelai varietas AS
inokulum tempe yang berkualitas, maka diperoleh dari koperasi (KOPTI) Sanan,
perlu dilakukan penelitian pengembangan Malang.
nya ke skala UKM, sehingga dapat
meningkatkan nilai guna dan nilai Metode Penelitian
ekonomis limbah industri pertanian dan Penelitian Laboratorium untuk
dikembangkan ke skala yang lebih besar. menghasilkan inokulum terbaik dilakukan
Penggunaan inokulum bubuk merupakan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
salah satu pemecahan dalam menghadapi faktor tunggal yaitu konsentrasi kultur
masa-lah ketidak murnian inokulum dan murni R. oryzae yang terdiri dari 5 (lima)
kese-suaian dengan tepat pembuatan perlakuan sebagai berikut: Konsentrasi
tempe. 0,9% b/b, 0.7% b/b, 0,5% b/b, 0,3% b/b,
Tujuan dari penelitian ini adalah dan 0,1% b/b. Jumlah spora kapang R.
untuk memperoleh inokulum tempe oryzae pada starter awal mengandung
7
kering (bubuk) yang berkualitas serta 1,3x10 cfu/g. Penentuan perlakuan
mengetahui kondisi proses terbaik untuk terbaik dengan metode multiple atribut.
produksi tempe skala UKM, sehingga Uji coba hasil inokulum di UKM
tempe yang dihasilkan mempunyai dilakukan kepada 3 pengrajin tempe,
kualitas yang baik dan disukai konsumen. berdasarkan hasil pembuatan inokulum
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No. 3 (Desember 2008) 207 - 215

terbaik di Laboratorium, dan hasilnya atau tidaknya hipotesis Ho serta ada


(tempe yang diperoleh) dianalisis tidaknya beda nyata antar perlakuan.
berdasar uji organoleptik (kesukaan).
Ujicoba Inokulum di UKM Tempe Sanan
Pelaksanaan Penelitian Pembuatan Pelaksanaan ujicoba penggunaan
Inokulum Awal inokulum Rhizopus oryzae di UKM tempe
Potongan ubi kayu bagian ujung Sanan-Malang, dilakukan dengan aplikasi
dikupas, dicuci kemudian diparut kasar. langsung di 3 pengrajin. Jumlah inokulum
Ubi yang telah diparut, dikukus selama yang ditambahkan sebelumnya campur
30 menit kemudian didinginkan (diangin- dengan tepung beras. Tepung beras
anginkan). Setelah dingin diinokulasi disangrai selama 15 menit kemudian
dengan kultur murni R. oryzae. Biakan didinginkan. Proses penyangraian
murni R. oryzae dari tabung reaksi bertujuan untuk mematikan mikroba yang
diambil satu ose dan diinokulasikan pada tercampur dalam tepung agar tidak
ubi kayu dan diin-kubasi selama 48 jam. menimbulkan gangguan terhadap mikroba
Ubi kayu yang telah ditumbuhi R. oryzae fermentasi. Inokulum bubuk hasil
0 0
dikeringkan pada suhu 40 C-45 C selama penelitian terbaik di laboratorium,
48 jam, kemudian dihaluskan dan diayak ditimbang sebanyak 20% dari berat total
dengan ayakan 120 mesh. tepung beras. Selanjutnya inokulum
bubuk hasil pencampuran digu-nakan
Pembuatan Inokulum Bubuk untuk pembuatan tempe dengan jumlah
Potongan ubi kayu bagian ujung pemberian inokulum sebesar 0,1%, 0,5%,
dikupas dan dicuci bersih. Potongan ubi 0,10%, 0,15%, 0,20%, 0,25% dan 0,30%
diparut kasar untuk pengecilan ukuran b/b.
kemudian dikukus selama 30 menit. Ubi Tempe yang diperoleh kemudian
kayu yang telah dikukus, didinginkan dianalisis kualitas fisik yaitu: tekstur/
kemudian diinokulasi dengan starter kekerasan (Nathasetija, 1998), derajat
sesuai dengan perlakuan yaitu sebanyak pengimbalan (Hardiningsih, 1995) dan uji
0,1%b/b, 0,3%b/b, 0,5%b/b, 0,7%b/b dan hedonik dengan atribut mutu terdiri dari
0,9%b/b dari berat total substrat, warna, rasa, aroma, tekstur serta
kemudian diinkubasi selama 48 jam. Ubi kekompakan tempe dilanjutkan dengan uji
kayu yang telah ditumbuhi spora statistik non para metrik (Wilcoxon).
o
dikeringkan pada suhu 40-45 C selama Responden pengrajin dipilih yang
48 jam (2 hari) kemudian dihaluskan dan memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun
diayak dengan ayakan 120 mesh. Hasil dalam pembuatan tempe.
yang tidak lolos ayakan dihaluskan
kembali sehingga dapat lolos ayakan. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kadar Air Inokulum Rhizopus oryzae


Analisis yang dilakukan meliputi Kadar air inokulum tempe berkisar
rendemen, kadar air (AOAC, 1990), antara 6,57% sampai 6,69% (Gambar 1).
jumlah kapang dan jumlah bakteri Kadar air inokulum tempe tidak
kontaminan (Fardiaz, 1992). Perhitungan dipengaruhi oleh perlakuan. Pengeringan
0
jumlah kapang dilakukan dengan hitungan inokulum dilakukan pada suhu 40-45 C
cawan metode pour plate. selama 48 jam (2 hari) sehingga akan
Data yang diperoleh diuji dengan diperoleh nilai kadar air yang relatif
statistik parametrik dan keragamannya sama. Nilai kadar air relatif kecil (kurang
menggunakan uji Analisis Ragam untuk dari 10%).
mengetahui sejauh mana keragaman Menurut Onwueme (1978) kadar air
perlakuan dalam memberikan respon dan tepung berkisar antara 10-13,5%, dan
sekaligus untuk memutuskan diterima ka-dar air maksimalnya adalah 14%.

209
Uji Coba Penggunaan Inokulum Tempe (Sukardi dkk)

Pengeringan bertujuan untuk pada pemberian konsentrasi starter yang


menghilangkan sebagian air sampai batas bervariasi tidak terjadi kecenderungan
tertentu sehingga dapat memperlambat kenaikan atau penurunan rendemen.
laju kerusakan bahan akibat aktivitas
biologik dan kimia (Buckle et al., 1987). Total Kapang Inokulum Tempe
Total kapang inokulum bubuk
7
berkisar antara 2,69 x 10 cfu/g (7,429
8 8
7 6,565 6,587 6,573 6,725 6,691 log cfu/g) sampai dengan 3,96 x 10
6 cfu/g (8,598 log cfu/g). Total kapang
Kadar air (%)

5 tertinggi diperoleh dari perlakuan


4
konsentrasi kultur murni 0,9%,
3
2
sedangkan total kapang terendah
1 diperoleh dari konsentrasi kultur murni
0
0,1%.
0,1 0,3 0,5 0,7 0,9
konsentrasi kultur murni (%)
Beda sangat nyata antar perlakuan
didapatkan antara konsentrasi kultur
Gambar 1. Kadar air inokulum tempe murni 0,9% dengan 0,5%, 0,3% dan 0,1%
dan konsentrasi kultur murni 0,7%
Rendemen dengan 0,1% dan 0,3%. Total kapang
7
Nilai rendemen berkisar antara pada inokulum awal adalah 2,01x10
41,36-42,29% (Gambar 2). Berdasarkan cfu/g (7,030 log cfu/g). Pada Gambar 3
hasil analisis ragam, pada uji rendemen dibawah ini menunjukkan grafik hubungan
menunjukkan tidak ada beda nyata antar konsentrasi kultur murni dengan total
perlakuan, yang berarti perlakuan tidak kapang inokulum bubuk.
memberikan respon yang berbeda.

8,800
total kapang (log cfu/g)

45 41,357 42,074 41,699 41,601 42,286


8,600
40 8,400
35
Rendemen (%)

30
8,200
25 8,000
20 7,800
15 7,600
10 7,400
5
7,200
0
0,1 0,3 0,5 0,7 0,9
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

konsentrasi kultur m urni (%) konsentrasi kultur murni (%)

Gambar 2. Rendemen inokulum tempe Gambar 3. Hubungan konsentrasi kultur


dengan total kapang
Nilai rendemen dipengaruhi oleh
kadar air bahan. Kadar air awal inokulum Pada penelitian ini pemberian kultur
tempe relatif sama yaitu antara 6,57- murni dibatasi hanya sampai konsentrasi
6,69%. Nilai kadar air ini tidak 0,9%. Pada grafik dapat dilihat bahwa
mengalami kenaikan atau penurunan pemberian kultur murni dengan
karena bahan baku mengalami perlakuan konsentrasi yang semakin tinggi akan
yang sama mulai dari awal proses hingga mengakibatkan kenaikan jumlah kapang
akhir. Hal ini sesuai dengan Desrosier pada inokulum tempe.
(1988) bahwa rendemen bahan pangan Kenaikan yang terlihat jelas yaitu
kering dipengaruhi oleh kadar air awal pada pemberian konsentrasi kultur murni
bahan dan kadar air akhir. Hal ini 0,3 dan 0,5%. Pada pemberian
menunjukkan bahwa perlakuan tidak konsentrasi kultur murni 0,7% kenaikan
berpengaruh pada rendemen sehingga yang terjadi relatif kecil, dan
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No. 3 (Desember 2008) 207 - 215

kemungkinan pemberian konsentrasi


7,600

total kapang (log cfu/g)


kultur murni lebih dari 0,9% akan 7,400
menghasilkan jumlah kapang yang lebih 7,200
rendah. Hal ini sesuai dengan Buckle et 7,000
al. (1987), bahwa pertumbuhan populasi 6,800
6,600
mikroorganisme tidak selamanya terjadi
6,400
secara eksponensial. Apabila jumlah 6,200
mikroorganisme telah mencapai 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
maksimum maka pertumbuhan tidak lagi konsentrasi kultur murni (%)
mengalami kenaikan, melainkan
cenderung menurun dan akhirnya Gambar 4. Hubungan konsentrasi kultur
terhenti. dengan total kapang

Total Kapang Inokulum (Setelah Dicampur Gambar 4 menunjukkan kenaikan


Tepung Beras ) total kapang pada penambahan
Total kapang pada inokulum tempe konsentrasi kultur murni yang semakin
yang telah dicampur dengan tepung beras tinggi. Kenaikan jumlah kapang akibat
menunjukkan penurunan dari jumlah awal pemberian konsentrasi kultur murni pada
sebelum pencampuran. Total kapang inokulum yang tidak dicampur maupun
setelah pencampuran dengan tepung yang dicampur tepung beras mempunyai
6
beras yaitu berkisar antara 2,7x10 cfu/g kesamaan, yaitu kenaikan terlihat jelas
7
(6,432 log cfu/g) sampai dengan 3,46x10 pada pemberian konsentrasi 0,3 dan
cfu/g (7,539 log cfu/g). 0,5%, tetapi pada pemberian konsentrasi
Berdasarkan hasil analisis ragam, 0,7% kenaikan terjadi relatif kecil dan
menunjukkan bahwa konsentrasi kultur kemungkinan akan terjadi penurunan
murni berpengaruh sangat nyata (α=0,01) jumlah kapang pada pemberian
terhadap jumlah kapang pada inokulum konsentrasi diatas 0,9%. Hal ini sesuai
tempe yang telah dicampur dengan dengan Buckle et al. (1987), bahwa
tepung beras. Tabel 1 menunjukkan rata- pertumbuhan populasi mikroorganisme
rata total kapang setelah dicampur tidak selamanya terjadi secara
dengan tepung beras. Perbedaan jumlah eksponensial, apabila jumlah
kapang ditunjukkan pada pemberian mikroorganisme telah mencapai
konsentrasi 0,9 % dengan 0,5%, 0,3% dan maksimum maka pertumbuhan tidak lagi
0,1% dan 0,7% dengan 0,1% dan 0,3%. mengalami kenaikan, melainkan
cenderung menurun dan akhirnya
Tabel 1. Rerata total kapang setelah terhenti.
dicampur tepung beras Jumlah kapang pada inokulum yang
Kultur Rerata (log Notasi dicampur tepung beras dipengaruhi oleh
murni (%) cfu/g) jumlah kapang inokulum awal yaitu
0,1 6,432 a sebelum dicampur tepung beras. Tepung
0,3 6,524 a beras berfungsi sebagai bahan pengisi
0,5 6,893 ab agar warna inokulum tempe menjadi lebih
0,7 7,398 bc putih, selain itu agar dapat dijual dalam
0,9 7,539 c jumlah yang banyak. Menurut Suprapti
BNT 5% 0,548 (2003), penambahan tepung beras juga
dapat meningkatkan kemampuan ragi
Gambar 4 menunjukkan hubungan dalam melunakkan biji kedelai, tetapi jika
antara konsentrasi kultur murni dengan jumlah tepung beras yang digunakan
total kapang setelah dilakukan sebagai media tidak sesuai dengan
pencampuran dengan tepung beras. ketentuan, misalnya terlalu banyak, maka
konsentrasi spora rendah. Menurut

211
Uji Coba Penggunaan Inokulum Tempe (Sukardi dkk)

Anonymous (2000) pencampuran antara Tabel 2. Nilai rerata kesukaan terhadap


inokulum dan tepung beras adalah 10 tekstur tempe
gram inokulum untuk setiap 50 gram Penambahan Rerata
Notasi
tepung beras, atau jumlah inokulum 20% Inokulum (% b/b) kesukaan
dari berat bahan pengisi. 0,05 6,73 a
0,10 5,93 b
Pemilihan Perlakuan Terbaik 0,15 8,07 a
Perlakuan terbaik dipilih 0,20 6,53 a
berdasarkan metode multiple attribute. 0,25 6,73 a
Hasil perlakuan terbaik yang diperoleh 0,30 7,47 a
adalah perlakuan K3 yaitu konsentrasi
kultur murni sebanyak 0,5% dengan nilai Pada Tabel 2 diketahui bahwa ting-
rendemen 41,699%, kadar air 6,573%, kat kesukaan panelis pada masing-
persentase bakteri kontaminan 41,748%, masing perlakuan berbeda. Nilai rerata
jumlah kapang inokulum awal terendah pada proporsi 0,10% sebesar
7
8,02x10 cfu/g (7,902 log cfu/g), 5,93 (netral), dan yang tertinggi pada
persentase jumlah kapang yang hidup proporsi inokulum 0,15% sebesar 8,07
setelah 1 bulan pada inokulum awal (sangat menyukai).
89,52%, jumlah kapang inokulum tempe Adanya perbedaan penilaian panelis
setelah dicampur dengan tepung beras terhadap tekstur tempe ini dapat
7
3,04x10 cfu/g (6,472 log cfu/g) dan disebabkan pada tempe dengan
persentase jumlah kapang yang hidup penambahan inokulum 0,15% memiliki
setelah 1 bulan pada inokulum tempe miselium kapang yang tumbuh lebih
sebesar 90,92%. banyak dari pada tempe dengan
Menurut Rahman (1992), untuk penambahan inokulum 0,10% dan pada
menghasilkan tempe yang baik, jumlah penambahan lainnya. Semakin banyak
sel hidup dalam inokulum berkisar antara miselium kapang yang tumbuh pada
6 9
10 –10 koloni/g. Menurut Kasmidjo tempe, semakin baik tekstur tempe
(1990), keberadaan bakteri kontaminan tersebut. Miselium akan meningkatkan
tidak akan mengganggu fermentasi tempe kerapatan massa tempe satu sama lain
asalkan jumlahnya tidak melebihi jumlah sehingga membentuk suatu massa yang
kapang dalam inokulum tempe. Jumlah kompak dan mengurangi rongga udara
kapang inokulum bubuk pada perlakuan didalamnya. Pada akhir proses
7
terbaik adalah 8,02x10 cfu/g (7,90 log fermentasi rongga udara ini dapat terisi
cfu/g) dengan persentase bakteri oleh massa air hasil respirasi jamur
kontaminan sebesar 41,75%. tempe selama fermentasi, swehingga
menyebabkan kenaikan kadar air tempe.
Karakteristik Organoleptik Tempe Tekstur atau kekerasan tempe dapat juga
dipengaruhi kadar air. Semakin tinggi
Tekstur Tempe kandungan air dalam tempe semakin
Hasil uji Friedman menunjukkan lunak pula teksturnya, sehingga panelis
terdapat beda nyata untuk uji fisik cenderung lebih menyukai tempe pada
tekstur tempe dari masing-masing perlakuan 3 (0,15%).
perlakuan. Skor panelis terhadap tekstur Menurut Susanto (1999), tekstur
berkisar antara 4 (agak tidak menyukai) (kekerasan) tempe dipengaruhi oleh per-
sampai dengan 9 (amat sangat menyukai). tumbuhan miselia yang merata dan pesat
Adapun rerata skor panelis terhadap yang akan menutupi permukaan tempe,
tekstur tempe dapat dilihat pada Tabel 2. sehingga memberikan tekstur yang
kokoh. Pembentukan tekstur dipengaruhi
oleh kandungan air, kadar lemak, jenis
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No. 3 (Desember 2008) 207 - 215

dan jumlah karbohidrat produk pangan tempe dengan tekstur terbaik yang
(Fellows, 1992). disebabkan tempe tersebut memiliki
jumlah miselium yang banyak dan
Kenampakan Tempe miselium akan meningkatkan kerapatan
Hasil uji Friedman menunjukkan massa tempe satu sama lain sehingga
adanya beda nyata pada uji fisik membentuk suatu massa yang kompak.
kenampakan tempe dari masing-masing Menurut Oktafiani (2001), salah satu
perlaku-an. Skor nilai panelis terhadap faktor yang dapat mempengaruhi
kenampak-an tempe berkisar antara 4 kekerasan tempe adalah kekompakan
(agak tidak menyukai) sampai dengan 9 dari kedelai, dan kekompakan kedelai
(amat sangat menyukai). Kenampakan disebabkan oleh banyak atau tidaknya
yang dimaksud adalah kekompakan miselium kapang yang tumbuh.
kedelainya. Daya terima panelis terhadap
kenampakan tempe, dapat dilihat pada Aroma Tempe
rerata hasil uji tersaji pada Tabel 3. Pengujian kesukaan terhadap aroma
Dari Tabel 3 diketahui bahwa nilai yang dilakukan dengan membau tempe
rerata skor panelis terhadap kenampakan yang baru jadi. Menurut Soekarto
tempe diperoleh hasil berbeda, untuk (1995), aroma merupakan gabungan
nilai rerata terendah yaitu pada tempe antara rasa dan bau (flavour). Hasil uji
dengan perlakuan penambahan proporsi Friedman menunjukkan tidak adanya
inokulum 0,25% nilai rerata sebesar 5,8 beda nyata untuk uji organoleptik aroma
(netral), dan yang tertinggi pada proporsi tempe dari ma-sing-masing perlakuan.
inokulum 0,15% sebesar 7,67 (menyukai). Adapun rerata skor panelis terhadap
Dari hasil rerata skor tersebut diketahui aroma tempe dapat dilihat pada Tabel 4.
bahwa kebanyakan panelis lebih Hasil uji organoleptik aroma tempe
menyukai perlakuan 3 (0,15%). pada Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat
kesukaan panelis pada masing-masing
Tabel 3. Nilai rerata kesukaan terhadap perlakuan hampir sama, yakni untuk nilai
kenampakan tempe rerata terendah pada tempe dengan
Penambahan Rerata perlakuan penambahan inokulum 0,10%
Notasi
Inokulum (% b/b) kesukaan sebesar 6,2 (agak menyukai), dan yang
0,05 6,4 b tertinggi pada proporsi inokulum 0,15%
0,10 6,13 b sebesar 7,47 (menyukai).
0,15 7,67 a
0,20 6,6 b Tabel 4. Rerata kesukaan terhadap
0,25 5,8 b aroma tempe
0,30 7,2 a Penambahan Rerata
Inokulum (% b/b) kesukaan
Adanya perbedaan penilaian panelis 0,05 7,13
terhadap kenampakan tempe dapat 0,10 6,2
disebabkan karena miselium kapang yang 0,15 7,47
tum-buh pada tempe untuk masing- 0,20 6,4
masing perlakuan berbeda. Pada tempe 0,25 6,47
dengan proporsi inokulum 0,15% memiliki 0,30 6,8
jumlah miselium yang lebih banyak
daripada tempe dengan proporsi Untuk kriteria aroma, kebanyakan
inokulum 0,25%, sehingga susunan panelis cenderung memilih perlakuan
kedelainya tampak lebih kompak dari penambahan 0,15% karena kapangnya
yang lainnya. Hal ini juga didukung oleh tumbuh dengan lebih baik dengan
hasil uji tekstur tempe bahwa pada miselium yang banyak sehingga
perlakuan penambahan 0,15% dihasilkan menghasilkan aroma tempe yang khas

213
Uji Coba Penggunaan Inokulum Tempe (Sukardi dkk)

dan disukai oleh panelis. Aroma tempe warna tempe yang dihasilkan dengan
yang khas terutama ditentukan oleh perlakuan yang lain.
pertumbuhan kapang dan pemecahan
komponen-komponen dalam kedelai Rasa Temp
Tempe e
menjadi senyawa yang lebih sederhana Uji rasa dilakukan dengan mencicipi
yang bersifat volatil seperti amonia, tempe matang yang telah digoreng tanpa
aldehid, dan keton (Shurtleff dan Aoyagi, bumbu. Hasil uji Friedman pada
1979). menunjukkan adanya beda nyata pada
rasa tempe dari masing-masing
Warna Tempe perlakuan. Adapun skor rerata panelis
Hasil Uji Friedman menunjuk kan terhadap rasa tempe dapat dilihat pada
bahwa terdapat beda nyata untuk uji Tabel 6.
organoleptik warna tempe dari masing-
masing perlakuan. Skor panelis terhadap Tabel 6. Rerata kesukaan terhadap rasa
warna berkisar antara 4 (agak tidak tempe
menyukai) sampai dengan 9 (amat sangat Penambahan Rerata
menyukai). Rerata skor panelis terhadap Inokulum (% b/b) kesukaan Notasi
warna tempe terlihat di Tabel 5. 0,05 7,13 a
Hasil uji organoleptik warna tempe 0,10 6,87 a
pada Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat 0,15 8 a
kesukaan panelis pada masing-masing 0,20 5,8 b
perlakuan berbeda, yakni untuk nilai 0,25 6,67 b
rerata terendah pada tempe dengan 0,30 6,53 b
perlakuan proporsi inokulum 0,10%
sebesar 6 (agak menyukai), dan yang Hasil uji organoleptik rasa tempe
tertinggi pada proporsi inokulum 0,05% pada Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat
yaitu sebesar 7,73 (menyukai). Untuk kesukaan panelis pada masing-masing
kriteria warna ini, kebanyakan panelis perlakuan hampir sama, nilai terendah
lebih menyukai tempe pada perlakuan pada proporsi inokulum 0,20% sebesar
1(0,05%) karena warna putihnya lebih 5,8 (netral-agak menyukai), dan tertinggi
seragam secara keseluruhan. pada proporsi inokulum 0,15% sebesar 8
(sangat menyukai). Dari hasil tersebut
Tabel 5. Nilai rerata kesukaan terhadap untuk kriteria rasa, kebanyakan panelis
warna tempe cenderung memilih perlakuan 3 (0,15%).
Penambahan Rerata Adanya perbedaan ini disebabkan
Notasi
Inokulum (% b/b) kesukaan pada tempe dengan proporsi inokulum
0,05 7,73 a 0,15% memiliki kapang yang tumbuh
0,10 6 b lebih baik dengan miselium yang banyak
0,15 7,47 a sehingga menghasilkan tekstur yang baik
0,20 6,6 a serta massa yang kompak. Tempe
0,25 6,87 a dengan tekstur dan massa yang kompak
0,30 6,93 a pada saat digoreng tidak akan menyerap
minyak goreng yang banyak, sehingga
Adanya perbedaan penilaian panelis rasa yang dihasilkannya lebih gurih. Rasa
terhadap masing-masing perlakuan dapat tempe diperoleh dari hasil proses
disebabkan sifat dari kapang pada fermentasi karbohidrat, protein, dan
penambahan proporsi inokulum R. orizae lemak dalam bahan yang digunakan
0,05% tersebut memproduksi miselium sehingga menghasilkan rasa yang khas
dengan lebih merata, sehingga warna (Oktafiani, 2001).
tempenya lebih disukai panelis daripada
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No. 3 (Desember 2008) 207 - 215

KESIMPULAN kualitas tempe kedelai. Jurnal


Mikrobiologi Indonesia 3(1): 27-33
Konsentrasi kultur murni yang Kasmidjo, R. B. 1990. Tempe
terbaik pada pembuatan inokulum tempe Mikrobiologi dan Biokimia
Pengolahan Serta Pemanfaatanya.
dari biakan murni R. oryzae adalah 0,5%
Pusat Antar Universitas Pangan
dari berat substrat dengan total kapang dan Gizi UGM, Yogyakarta
7
inokulum bubuk 8,02 x 10 cfu/g (7,902 Noranita, A. N. 2006. Produksi
log cfu/g) dengan persentase jumlah inokulum tempe dari kapang R.
kapang yang hidup setelah 1 bulan pada orizae dengan substrat limbah
inokulum awal 89,52%, jumlah kapang industri kripik singkong dan
inokulum tempe ( setelah dicampur perencanaan tataletak fasilitas
7 (kajian konsentrasi kultura
dengan tepung beras ) 3,04 x 10 cfu/g
(6,893 log cfu/g) dengan persentase murni). Skripsi Jurusan TIP-FTP
UB, Malang
jumlah kapang hidup pada inokulum
Onwueme. 1978. The Tropical Tuber
tempe sebesar 90,92% dan persentase
Crops. John Wiley and Sons Inc.,
bakteri kontaminan 41,748%. New York
Potongan ubi kayu bagian ujung Oktafiani, N. 2001. Pengaruh Macam
dapat digunakan sebagai substrat pada Varietas Kedelai terhadap Mutu
produksi inokulum tempe dari biakan Tempe Selama Penyimpanan Suhu
murni R. oryzae dengan nilai rendemen Beku. Jurusan THP-FTP-
sebesar 41,699% dan kadar air 6,573%. Universitas Brawijaya, Malang
Penambahan inokulum Rhizopus oryzae Rahman, A. 1992. Teknologi
Fermentasi. Arcan, Jakarta
yang terbaik pada pembuatan tempe
Sarwono, 2004. Membuat Tempe dan
adalah 0,15%.
Oncom. Penebar Swadaya, Jakarta
Susanto, T. 1999. Rekayasa Perbaikan
DAFTAR PUSTAKA Teknologi Pembuatan Tempe
Kedelai dan Pengembangannya
Anonymous. 2000. Pembuatan Laru pada Industri Tempe Generasi
(Ragi Tempe). Kedua dan Ketiga. Rangkuman
http://www.indomedia.com/intisa Hasil Penelitian. Lembaga
ri/2000/april/tempe4.htm. Penelitian. Universitas Brawijaya,
Tanggal akses 22 Juli 2005 Malang
Buckle, B. A., R. A. Edwards, G. H. Soekarto, S. T. 1995. Penilaian
Fleet, dan M. Wooton. 1987. Ilmu Organoleptik untuk Industri
Pangan. Diterjemahkan oleh Hari Pangan dan Hasil Pertanian.
Purnama dan Adiono. UI Press, Bhratara Karya Aksara, Jakarta
Jakarta Shurtleff, W. and A. Aoyagi. 1979. The
Fellows. 1992. Food Processing Book of Tempeh. Harper and Row,
Technology. Woodhead Publishing New York
Limited, Cambridge Suprapti, M. L. 2003. Pembuatan
Hardiningsih, R. 1995. Pengaruh Tempe. Kanisius, Yogyakarta
penyinaran ultraviolet terhadap Sudarmadji, S., B. Haryono, dan
kemampuan Rhizopus oligosporus Suhardi. 1997. Prosedur Analisis
UICC116 pada lama fermentasi dan untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty, Yogyakarta

215

You might also like