You are on page 1of 59

A.

KELOMPOK DAN TINGKATAN TEORI KEPERAWATAN


1. Proses Perkembangan Teori keperawatan
1) Berdasarkan cara kerja teoritis :
 Jenis I : Filosofi keperawatan .
 Jenis II : Model Konseptual Keperawatan.
 Jenis III : Teori Keperawatan.
 Jenis IV : Middle Range theory.
2) Berdasarkan tingkat struktur Pengetahuan :
 Metaparadigma
 Filosofi
 Model Konseptual
 Teori Grand
 Theory
 Middle Range Theory
3) Berdasarkan perkembangan sejarah keperawatan :
 Teori signifikansi sejarah keperawatan (Nursing theoriest of Historical
Significancy)
 Filosofi (Phylosophycal Theories)
 Model Konseptual (Nursing Models)
 Teori Keperawatan (Nursing Theories)
 Teori kisaran tengah (Middle Range Theories)

2. Kelompok Ahli Teori Keperawatan Signifikansi Sejarah


1) Ahli Teori Keperawatan Signifikansi Sejarah
a. Hildegard E. Peplau (teori hubungan interpersonal)
b. Faye Glenn Abdellah (21 masalah keperawatan)
c. Ernestine Wiedenbach (seni menolong dalam keperawatan klinik).
d. Lydia Hall (Model care, core, cure)
e. Virginia Henderson (teori definisi keperawatan)
f. Joice Travelbee (Model hubungan manusia ke manusia)
g. Kathryn E. Barnard (model interaksi pengkajian kesehatan anak)
h. Evelyn Adam (Model konseptual keperawatan)
i. Nancy Roper, Winifred W. Logan, Alison J. Tierney (Model keperawatan
berbasis model kehidupan).
2) Ahli Teori Filosofis Keperawatan
a. Florence Nightingale : Modern Nursing.
b. Jean Watson : Philosophy and Science of Caring.
c. Marylin Anne Ray : Theory of Bureaucratic caring.
d. Patricia Benner : From Novice to Expert: Excellence and Power in Clinical
Nursing Practice.
e. Karl Martinsen : Philosophy of Caring.
f. Katie Erickson : Theory of Caritative Caring.
3) Ahli Teori Model Konseptual Keperawatan
a. Myra Estrin Levine : The conservation Model.
b. Martha E. Roger : Unitary Human Being.
c. Dorothea E. Orem : Self-care dificit Theory of Nursing.
d. Imogene King: Interacting systems Framework and Middle range theory of goal
attainment.
e. Betty Neuman : System model.
f. Sister Callista Roy : Adapatation Models.
g. Dorothy E. Johnson : Behavioral System Model.
h. Anne Boykin & Savina O. Schoenhofer : Nursing as Caring: A model for
Transforming Practice.
4) Ahli Teori Keperawatan
a. Ida Jean Orlando (Pelletier): Nursing Process Theory.
b. Nola J. Pender: Health Promotion Model
c. Madeleine Leininger: Culture Care Theory of Diversity and Universality.
d. Margaret A. Newman: Health as Expanding Consciousness.
e. Rosemarie Rizzo Parse: Human Becoming
f. Helen C. Erickson, Evelyn M. Tomlin, & Mary Ann P. Swain: Modeling and Role
modeling.
g. Gladys L. Husted & James H. Husted: Symphonological Bioethical Theory.
5) Ahli Teori Middle Range & Practice Theories
a. Ramona T. Mercer : Maternal Role Attainment; becoming a mother.
b. Merle H. Mishel : Uncertainty in Illness Trajectory.
c. Pamela G. Reed: Self- Transcendence Theory.
d. Carolyn L. Wiener & Marylin J. Dodd : Theory of Illnes Trajectory.
e. Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke, & Margareth A.Hainsworth :
Theory of Chronic Sorrow.
f. Phil Barker : Tidal Model of Mental Health Recovery.
g. Katherine Kolcaba : Theory of Comfort.
h. Cheryl Tatano Beck : Post partum depression Theory.
i. Kristen M. Swanson :Theory of caring
j. Cornelia M. Ruland & Shirley M. Moore : Peaceful End of Life Theory.
3. Cara menganalisis teori keperawatan
1) Clarity (kejelasan)
Seberapa jelas teori ini mampu menerangkan tentang konstruktur, konsep, atau
postulate.
2) Simplicity (kesederhanaan)
Seberapa sederhana teori ini disajikan sehingga dapat dipahami dan dijadikan
pedoman.
3) Generality (Generalitas)
Seberapa luas teori ini mampu menjelaskan konsep dan tujuannya.
4) Empirical Precision (ketepatan empirik)
Seberapa jauh ketepatan dari teori ini jika diujikan dilihat dari konsep yang
terkandung dan kenyataan penerapannya yang dapat diobservasi.
5) Derivable consequencies (konsekwensi untuk diturunkan atau diderivasi
Seberapa penting teori ini untuk dikaitkan dengan penelitian, pelayanan, dan
pengembangan teori selanjutnya.
Hubungan Ners - Klien
Klien:
Keyakinan kesehatan Pengertian
Kebutuhan Kepercayaan
Preferensi Kontrol
Hak-hak Tanggung jawab

Ners:
Pengetahuan
Pengalaman
Etik dan etika
Hak professional
1. Hubungan Ners – Klien
1) Karakteristik : hubungan terapeutik
 Realisasi diri
 Identitas dan integritas tinggi
 Kemampuan membina hubungan
 Peningkatan fungsi dan kemampuan
2) Karakteristik perawat:
 Kesadaran akan nilai yang dianut
 Kemampuan menganalisa perasaan diri
 Kemampuan menjadi contoh peran
 Altruistik
 Rasa tanggung jawab etik dan moral
 Tanggung jawab
2. Penutup
a. Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional kepada mereka yang
membutuhkan diberikan oleh Ners yang telah dipersiapkan secara memadai melalui
pendidikan dasar dan pengalaman keperawatan berjenjang sesuai peran dan tanggung
jawab yang diemban oleh tenaga tsb.
b. Sebagai profesi, keperawatan memiliki paradigma yang digunakan sebagai pedoman
dalam kegiatan ilmiah keperawatan dan upaya pengembangan disiplin keperawatan.
c. Paradigma keperawatan merupakan serangkaian konsep yang saling berhubungan dan
mempengaruhi; bersifat terbuka untuk perubahan dan perkembangan disiplin
keperawatan
MODEL KEPERAWATAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Hildegard E. Peplau

Pandangan Teoritis
 Teori ini menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri & orang lain
dengan menggunakan dasar hubungan antar manusia (HAM)
 Menurut Peplau, Keperawatan adalah proses interpersonal karena melibatkan interaksi
antara dua atau lebih individu dengan tujuan bersama.

Fase-fase Hubungan Interpersonal :


1) Fase Orientasi ; Perawat dan pasien melakukan kontrak awal untuk menjalin trust, terjadi
proses pengumpulan data
2) Fase Identifikasi ; Perawat sebagai fasilitator untuk memfasilitasi expresi perasaan
pasien, melaksanakan asuhan keperawatan
3) Fase Eksplorasi ; Perawat telah membantu pasien dalam memberikan gambaran kondisi
pasien
4) Fase Resolusi ; Perawat berusaha secara bertahap untuk membebaskan pasien dari
ketergantungan terhadap nakes & menggunakan kemampuan yang dimilikinya

Asumsi
Asumsi utama atau asumsi dasar dalam pengembangan model konsep dan teori hubungan
interpersonal Oleh Peplau dibedakan menjadi asumsi eksplisit dan implisit.
1. Asumsi ekplisit memberi pandangan bahwa
 Perawat akan membuat pasien belajar ketika ia menerima penanganan perawatan,
 Menjalankan fungsi keperawatan dan pendidikan keperawatan dengan membantu
perkembangan pasien ke arah kedewasaan
 Keperawatan menggunakan prinsip-prinsip dan metode-metode yang membimbing
proses ke resolusi dari masalah interpersonal.
2. Asumsi implisit
Mempertegas profesi keperawatan memiliki tanggung jawab legal dalam penggunaan
keperawatan secara efektif dan segala konsekuensinya kepada pasien.
Komponen Dasar
Dalam kaitannya dengan perpektif paradigma keperawatan, Peplau juga menguraikan secara
terperinci berdasarkan 4 komponen dasar :
1. Manusia
Individu dipandang sebagai suatu organisme yang hidup dalam equilibrium yang tidak
stabil yang berjuang dengan caranya sendiri untuk megurangi ketegangan yang disebabkan
oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang unik, mempunyai persepsi yang
dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk proses interpersonal
2. Lingkungan
Merupakan kekuatan yang berada di luar organisme dimana Budaya, adat istiadat dan
kebiasaan serta keyakinan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
menghadapi individu
3. Kesehatan
Suatu perkembangan kepribadian dan proses kemanusiaan yang berkesinambungan ke
arah kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif
4. Keperawatan
Suatu proses interpersonal yang bermakna, bersifat therapeutic.

Peran Perwat
Peplau secara terperinci menguraikan beberapa peran perawat :
1. Stranger ; menerima pasien secara baik-baik untuk dapat beradaptasi dengan situasi
kehidupan yang berbeda, sehingga tercipta hubungan saling percaya,
2. Teacher ; sebagai guru dalam memberi pengetahuan sesuai kebutuhan,
3. Resource Person ; Sebagai narasumber atau pemberi informasi yang spesifik dalam
memahami masalah atau situasi yang baru,
4. Counselors ; Membantu individu untuk memahami dan mengintegrasikan makna
kehidupan saat ini sambil memberikan bimbingan dan dorongan untuk melakukan
perubahan,
5. Surrogate; bertindak sebagai advokasi, yaitu atas nama pasien untuk membantu
memperjelas domain saling ketergantungan dan kemandirian
6. Leader ; memimpin pertemuan dengan cara yang saling memuaskan
Skema Model Peplau dalam Hubungan Interpersonal

Dari skema diatas dapat dijelaskan bagaimana hubungan Perawat - Klien (Relation-
ship) itu terjadi. Pada dasarnya hubungan interpersonal antara perawat dan pasien memiliki
komponen pengaruh yang sama seperti nilai, budaya, dan lain sebagainya. Namun demikian
perlu dipahami bahwa nilai-nilai yang dimiliki oleh perawat jelas berbeda dengan yang
dimiliki oleh pasien. Pandangan perawat selalu mengacu secara etikal dan konsep ilmiah,
sementara pasien melihat masalah dengan menggunakan sudut pandang emikal (keyakinan
tradisional) dan belum pasti rasional adanya. Selain itu pula salah satu komponen dari
perawat adalah memiliki ide-ide, dimana ide tersebut bisa dijadikan alasan ilmiah untuk
meyakinkan pasien agar persepsi yang salah atau kurang tepat dalam upaya kesehatan dapat
dibenarkan.

Pembahasan
Dari berbagai pandangan tersebut diatas member inspirasi yang sangat tepat bagi kami,
mengapa dan bagaimana Peplau mengembangkan model konsep dan teori keperawatan
tentang Hubungan Interpersonal. Konsep ini dijadikan sebagai dasar pengetahuan untuk
memahami permasalahan-permasalahan pasien, membentuk dasar dari sekian banyak
aplikasi metode penelitian, dan lebih penting lagi adalah memberikan kontribusi yang
signifikan pada komunitas keperawatan melalui riset yang telah dilakukan untuk
mengevaluasi, memvalidasi, dan membuat lebih tepat teori hubungan interpersonal.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa hubungan interpersonal yang diawali dengan
komunikasi efektif yang terjadi pada suatu unit kerja seperti dalam bidang keperawatan,
aktivitas interpersonal tersebut senantiasa disertai dengan tujuan yang ingin dicapai. Budaya
hubungan interpersonal dalam konteks pelayanan keperawatan harus dilihat dari berbagai
sisi. Sisi pertama adalah hubungan interpersonal antara perawat manajerial kepada perawat
pelaksana, sisi kedua antara sesama perawat pelaksana, dan sisi ketiga adalah antara perawat
dengan pasien sebagai penerima pelayanan keperawatan, yang masing-masing mempunyai
pola hubungan interpersonal yang bebeda.
Hubungan interpersonal dengan komunikasi efektif merupakan sarana untuk
mengadakan koordinasi antara berbagai subsistem dalam suatu unit kerja. Menurut Kohler,
ada dua model komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan suatu
unut kerja ini. Pertama, komunikasi koordinatif, yaitu proses komunikasi yang berfungsi
untuk menyatukan bagian-bagian (subsistem) unit kerja. Kedua, komunikasi interaktif, ialah
proses pertukaran informasi yang berjalan secara berkesinambungan, pertukaran pendapat
dan sikap yang dipakai sebagai dasar penyesuaian di antara sub-sub sistem dalam unit kerja,
dalam hal ini kualitas pelayanan keperawatan akan tercapai sehingga berimplikasi pada
kinerja perawat itu sendiri. Peningkatan kinerja perawat secara perorangan akan mendorong
kinerja sumber daya manusia keperawatan secara keseluruhan dan memberikan feed back
yang tepat terhadap perubahan perilaku, yang direkflesikan dalam peningkatan kualitas
pelayanan dan memberikan kepuasan pada pasien.
Banyak sudah pandangan yang dibahas oleh Peplau, tetapi masih terdapat
keterbatasan-keterbatasan yang memerlukan kajian dan penelitian lebih lanjutan. Dinamika
dalam keluarga, pertimbangan ruang pribadi dan sumber daya masyarakat serta pelayanan
sosial dianggap kurang, merupakan kererbatasan dalam pemahamanan konsep hubungan
interpersonal ini. Penggunaan teori ini juga sangat terbatas jika diterapkan pada pasien yang
tak sadarkan diri, pikun/tua atau baru lahir, karena dalam situasi demikian hubungan perawat
pasien terkadang hanya satu arah. Disamping itu, pada beberapa daerah model konsep ini
tidak cukup spesifik untuk menghasilkan hipotesis.

Kesimpulan
Model konseptual keperawatan oleh Peplau merupakan suatu bentuk atau cara untuk
memandang situasi dan kondisi hubungan interpersonal melibatkan interaksi perawat dan
pasien didalamnya. Teori ini menggambarkan suatu hubungan pasien perawat, dimana pasien
dan perawat dengan kesadaran akan perasaannya masing-masing sebagai pemberi dan
penerima pelayanan keperawatan, akan tetap terjalin hubungan interpersonal melalui
komunkasi dan keakraban.
Model dan Teori konseptual peplau dapat digunakan untuk mengembangkan skala
tingkah laku dan instrumen empati, juga digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu
rancangan penelitian, terutama untuk mengatahui secara kualitatif seberapa besar pengaruh
komunikasi efektif dalam hubungan ineterpersonal terhadap kepuasan pasien.
NURSING PROCESS THEORY
Ida Jean Orlando

A. Biografi
Ida Jean Orlando Pelletier lahir pada tanggal 12 Agustus 1926 di New Jersey. Ia telah
aktif berkarir sebagai pelaksana , pendidik, peneliti dan konsultan dalam bidang keperawatan.
Pada awal karirnya ia bekerja sebagai staf keperawatan diberbagai bidang seperti obstetri,
perawatan penyakit dalam dan bedah, serta di ruang emergenci. Ia juga telah menjabat
sebagai suvervisor dan menjabat sebagai asisten dua direktur keperawatan. Ia diterima di
Diploma Keperawatan di New York tahun 1947, medapat gelar Bachelor of Nursing pada
tahun 1951 dari Universitas di Brooklyn New York, Pada tahun 1954 menerima MA di
mental health consultation dari Universitas Colombia. Buku pertamanya yang dipublikasikan
pada tahun 1961dan diprint ulang pada tahun 1990 yaitu hubungan dinamis perawat-
pasien : fungsi, prinsip dan proses. Ia juga menjabat sebagai pimpinan graduate program
dalam kesehatan mental dan psikiatri nursing di Yale. Orlando juga aktif dibebagai
organisasi seperti pada Massachusetts Nurses’ Associations dan di Harvard Community
Health Plan. Ia juga sebagai dosen dan konsultan pada berbagai institusi keperawatan.
Dalam teorinya Orlando mengemukanan tentang beberapa konsep utama,
diantaranya adalah konsep disiplin proses keperawatan ( nursing process discipline) yang
juga dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses keperawatan. Disiplin proses
keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera,
mengidentifikasi permasalahan klien yang disampaikan kepada perawat, menanyakan
untuk validasi atau perbaikan. (Tomey, 2006: 434).
Orlando juga menggambarkan mengenai disiplin nursing proses sebagai interaksi
total (total interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan
pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut
dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya
serta untuk melakukan tindakan yang tepat (George, 1995 ;162)
B. Paradigma Keperawatan Orlando
Asumsi Orlando terhadap paradigma keperawatan hampir seluruhnya terkandung
dalam teorinya. Sama dengan teori-teori keperawatan pendahulunya asumsinya tidak
spesifik, namun demikian Schmieding (1993) mendapatkan dari tulisan Orlando mengenai
empat area yang ditekuninya :
1. Perawat
Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan
sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional yaitu membantu mengenali
dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu merupakan tanggung jawab
perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya. Dalam
teorinya tentang disiplin proses keperawatan mengandung elemen dasar, yaitu perilaku
pasien, reaksi perawat dan tindakan perawatan yang dirancang untuk kebaikan pasien
2. Manusia
Manusia bertindak atau berperilaku secara verbal dan nonverbal, kadang-kadang dalam
situasi tertentu manusia dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan pertolongan, dan
akan mengalami distress jika mereka tidak dapat melakukannya. Hal ini dijadikan dasar
pernyataan bahwa perawat profesional harus berhubungan dengan seseorang yang tidak
dapat menolong dirinya dalam memenuhi kebutuhannya.
2. Sehat
Orlando tidak medefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa bebas dari
ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan sejahtera berkontribusi
terhadap sehat. Perasaan adekuat dan sejahtera dalam memenuhi kebutuhannya
berkontribusi terhadap sehat.
4. Lingkungan
Orlando berasumsi bahwa lingkungan merupakan situasi keperawatan yang terjadi ketika
perawat dan pasien berinteraksi, dan keduanya mempersepsikan, berfikit, dan merasakan
dan bertindak dalam situasi yang bersifat segera. Pasien dapat mengalami distress
terhadap lingkungan therapeutik dalam mencapai tujuannya, perawat perlu
mengobservasi perilaku pasien untuk mengetahui tanda-tanda distress.
C. Konsep Utama Dalam Teori Proses Keperawatan

PERSON A PERSON B
Reaction ACTION ACTION Reaction
Secret Secret
PERCEPTION
PERCEPTION

THOUGHT
THOUGHT
REACTION
FEELING FEELING REACTION

Dalam teorinya Orlando mengemukanan tentang beberapa konsep utama,


diantaranya adalah konsep disiplin proses keperawatan (nursing process discipline) yang juga
dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses keperawatan. Disiplin proses keperawatan
meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi
permasalahan pasien yang disampaikan kepada perawat, menanyakan untuk validasi atau
perbaikan.
Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien
dan perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi. Dan sebagai
orang pertama yang mengidentifikasi dan menekankan elemen-elemen pada proses
keperawatan dan hal-hal kritis penting dari partisipasi pasien dalam proses keperawatan.
Proses aktual interaksi perawat-pasien sama halnya dengan interaksi antara dua orang .
Ketika perawat menggunakan proses ini untuk mengkomunikasikan reaksinya dalam
merawat pasien, Orlando menyebutnya sebagai ”nursing procces discipline”. Itu merupakan
alat yang dapat perawat gunakan untuk melaksanakan fungsinya dalam merawat pasien.
Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi
perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal atau kesegaraan, disiplin
proses keperawatan serta kemajuan.
1. Tanggung jawab perawat
Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam
mendapatkan pengobatan atau dalam pemantauan. Perawat harus mengetahui kebutuhan
pasien untuk membantu memenuhinya. Perawat harus mengetahui benar peran
profesionalnya, aktivitas perawat profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat
secara bebas dan bertanggung jawab guna mencapai tujuan dalam membantu pasien.
Ada beberapa aktivitas spontan dan rutin yang bukan aktivitas profesional perawat yang
dapat dilakukan oleh perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus
pada aktivitas-aktivitas yang benar-benar menjadi kewenangannya.
2. Mengenal perilaku pasien
Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien
maupun perilaku nonverbal yang ditunjukkan pasien.
3. Reaksi segera
Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien. Reaksi segera
adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi individu pasien ,
berfikir dan merasakan.
4. Disiplin proses keperawatan
Menurut George (1995 hlm 162) mengartikan disiplin proses keperawatan sebagai
interaksi total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi
antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat
terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi
kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tindakan yang tepat.
5. Kemajuan / peningkatan
Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.

D. Disiplin Proses Keperawatan


Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa disiplin proses keperawatan dalam nursing
procces theory dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses keperawatan. Disiplin
proses keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera,
mengidentifikasi permasalahan klien yang disampaikan kepada perawat, menanyakan
untuk validasi atau perbaikan. (Tomey, 2006 hlm 434). Disiplin proses keperawatan
didasarkan pada ” proses bagaimana seseorang bertindak”. Tujuan dari proses disiplin ketika
digunakan antara perawat dan pasien adalah untuk membantu pemenuhan kebutuhan pasien.
Peningkatan perilaku pasien merupakan indikasi dari pemenuhan kebutuhan sebagai hasil
yang diharapkan.
1. Perilaku Pasien
Disiplin proses keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perilaku pasien . seluruh
perilaku pasien yang tidak sesuai dengan permasalahan dapat dianggap sebagai ekpresi
yang membutuhkan pertolongan, ini sangat berarti pada pasien tertentu dalam kondisi
gawat harus dipahami. Orlando menekankan hal ini pada prinsip pertamanya ” dengan
diketahuinya perilaku pasien , atau tidak diketahuinya yang seharusnya ada hal tersebut
menunjukan pasien membutuhkan suatu bantuan”.
Perilaku pasien dapat verbal dan non verbal. Inkonsistensi antara dua perilaku ini dapat
dijadikan faktor kesiapan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien. Perilaku verbal
yang menunjukan perlunya pertolongan seperti keluhan, permintaan, pertanyaan,
kebutuhan dan lain sebagainya. Sedangkan perilaku nonverbal misalnya heart rate,
edema, aktivitas motorik: senyum, berjalan, menghindar kontak mata dan lain
sebagainya. Walaupun seluruh perilaku pasien dapat menjadi indikasi perlunya bantuan
tetapi jika hal itu tidak dikomunikasikan dapat menimbulkan masalah dalam interaksi
perawat-pasien. Tidak efektifnya perilaku pasien merupakan indikasi dalam memelihara
hubungan perawat-pasien, ketidakakuratan dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien
yang diperlukan perawat, atau reaksi negatif pasien terhadap tindakan perawat.
Penyelesaian masalah tidak efektifnya perilaku pasien layak diprioritaskan. Reaksi dan
tindakan perawat harus dirancang untuk menyelesaikan perilaku seperti halnya
memenuhi kebutuhan yang emergenci
2. Reaksi Perawat
Perilaku pasien menjadi stimulus bagi perawat , reaksi ini terdiri dari 3 bagian yaitu
pertama perawat merasakan melalui indranya, kedua yaitu perawat berfikir secara
otomatis, dan ketiga adanya hasil pemikiran sebagai suatu yang dirasakan. Contoh
perawat melihat pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri
kemudian memberikan perhatian
Persepsi, berfikir, dan merasakan terjadi secara otomatis dan hampir simultan. Oleh
karena itu perawat harus belajar mengidentifikasi setiap bagian dari reaksinya. Hal ini
akan membantu dalam menganalisis reaksi yang menentukan mengapa ia berespon
demikian. Perawat harus dapat menggunakan reaksinya untuk tujuan membantu pasien.
Displin proses keperawatan menentukan bagaimana perawat membagi reaksinya dengan
pasien. Orlando menawarkan prinsip untuk menjelaskan penggunaan dalam hal berbagi “
beberapa observasi dilakukan dan dieksporasi dengan pasien adalah penting untuk
memastikan dan memenuhi kebutuhannya atau mengenal yang tidak dapat dipenuhi oleh
pasien pada waktu itu “.
Orlando (1972) menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan keberhasilan perawat dalam
mengeksplor dan bereaksi dengan pasien, yaitu ;
a. Perawat harus segera menemui pasien dan konsisten terhadap perilaku verbal dan
nonverbalnya kepada pasien
b. Perawat harus dapat mengkomunikasikannya dengan jelas terhadap apa yang akan
diekspresikannya
c. Perawat harus menanyakan kembali kepada pasien langsung untuk perbaikan atau
klarifikasi.

3. Tindakan Perawat
Setelah memvalidasi dan memperbaiki reaksi perawat terhadap perilaku pasien, perawat
dapat melengkapi proses disiplin dengan tindakan keperawatan, Orlando menyatakan
bahwa apa yang dikatakan dan dilakukan oleh perawat dengan atau untuk kebaikan
pasien adalah merupakan suatu tidakan profesional perawatan. Perawat harus
menentukan tindakan yang sesuai untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien. Prinsip
yang menjadi petunjuk tindakan menurut Orlando yaitu perawat harus mengawali dengan
mengekplorasi untuk memastikan bagaimana mempengaruhi pasien melalui tindakan atau
kata-katanya.
Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu : tindakan otomatis dan tindakan
terencana. Hanya tindakan terencana yang memenuhi fungsi profesional perawat.
Sedangkan tindakan otomatis dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya
tindakan pemberian obat atas intruksi medis. Dibawah ini merupakan kriteria tindakan
keperawatan yang direncanakan:
a. Tindakan merupakan hasil dari indetifikasi kebutuhan pasien dengan memvalidasi
reaksi perawat terhadap perilaku pasien.
b. Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien dan sesuai untuk memenuhi
kebituhan pasien.
c. Perawat memvalidasi efektifitas tindakan, segera setelah dilakukan secara lengkap
d. Perawat membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pasien
ketika melakukan tindakan.
Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh tindakan
otomatis tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan perlindungan
kesehatan secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi reaksi perawat

4. Fungsi profesional
Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat perawat dalam
menyelesaikan fungsi profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya
perawatan pasien. Perawat harus tetap menyadari bahwa aktivias termasuk profesional
jika aktivitas tersebut direncanakan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan pasien.
Disiplin proses keperawatan adalah serangkaian tindakan dengan suatu perilaku
pasien yang membutuhkan bantuan. Perawat harus bereaksi terhadap perilaku pasien
dengan mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membagi aspek reaksinya
dengan pasien, meyakinkan bahwa tindakan verbal dan nonverbalnya adalah konsisten
dengan reaksinya, dan mengidentifikasi reaksi sebagai dirinya sendiri, perawat
mengunjungi pasien untuk memvalidasi reaksinya dan perawat membantu pasien dengan
menggunakan proses yang sama agar komunikasi lebih efektif . Selanjutnya tindakan
yang sesuai untuk menyelesaikan kebutuhan adalah saling menguntungkan antara pasien
dan perawat. Setelah perawat bertindak , perawat segera katakan kepada pasien jika
tindakannya berhasil . Secara keseluruhan interaksi , perawat meyakinkan bahwa perawat
bebas terhadap stimulasi tambahan yang bertentangan dengan reaksinya terhadap pasien.
E. Analisis Teori Orlando.
1. Kejelasan (Clarity )
Pada buku pertamanya ”The dynamic Nurse patien relation ship function,process and
principles of professional nursing practice” (1961), Orlando memperkenalkan konsep
dengan jelas.Ia secara konsisten menggunakan terminologi yang sama pada teorinya.
Pada buku keduanya ” The Discipline and teaching of nursing prosess ; an evaluative
study (1972) Ia menggambarkan kembali proses keperawatan yang berhati-hati adalah
proses keperawatan yang disiplin. Yang lain selain perubahan ini, Orlando secara
konsisten menggunakan kata yang sama untuk komponen prosesnya. Perkembangan dari
teorinya mengharuskan pembaca untuk lebih familiar dengan kedua buku. Meskipun
tulisannya jelas dan ringkas, beberapa kali pengulangan memudahkan pemahaman.

2. Kesederhanaan ( simplicity )
Karena teori Orlando berhubungan dengan sedikit konsep dan hubungan antar masing-
masing konsep,maka teorinya sederhana. Teorinya juga dapat dilihat secara sederhana,
sebab ia dapat membuat beberapa pernyataan prediksi dan tidak hanya menggambarkan
dan menjelaskan .kesederhanaan dari teori Orlando menguntungkan pada panggunaan
penelitian.
Walker dan Avant ( 1995) menggunakan teori Orlando sebagai satu contoh dari grand
nursing teori ; meskipun tidak semua grand teori berada pada level abstrak yang
sama.mereka menetapkan bahwa grand nursing teory memberikan pandangan secara
global, tetapi berdasarkan sifatnya yang umum dan keabstrakannya, banyak dari grand
teori tidak dapat diuji pada kondisi sekarang.

3. Keadaan Umum ( Generality )


Orlando mengilustrasikan kontak perawat – pasien pada keadaan pasien sadar, dapat
berkomunikasi dan memerlukan pertolongan. Meskipun tidak fokus pada pasien yang
tidak sadar ataupun berkelompok .Aplikasi dari teorinya tetap dapat dikerjakan dengan
mudah. Perilaku non verbal adalah unsur dari perumusannya ,oleh karena itu perawat
dapat fokus pada hal ini untuk menentukan kebutuhan pasien dan mengobservasi
perubahan perilaku non verbal setelah tindakan perawatan.
4. Ketepatan Empirik ( empirical Precision )
Pada buku Orlando yang kedua ” The discipline and Teaching of nursing process ; an
evaluative study ” (1972), adalah laporan dari proyek penelitiannya untuk menguji
ketepatan rumusan perawatannya. Program pelatihan ini berdasarkan rumusannya sudah
berjalan selama 3 tahun sebelum proyek penelitian dimulai. Perawat dilatih untuk
menggunakan proses keperawatan secara disiplin pada hubungan perawat – pasien.
Tujuan dari proyek adalah untuk mengevaluasi keefektifan disiplin proses perawatan
pada kontak perawat di tempat kerja dan keefektifan program pelatihan, keefektifan
ditentukan oleh ada atau tidak hasil yang bermanfaat , yang dinilai oleh 2 penilai dari luar
yang dapat dipercaya .Penilai ini membandingkan antara perilaku awal dari subjek
dengan perilaku akhirnya

5. Konsekuensi untuk diturunkan ( Derivable Consequences)


Teori Orlando tetap efektif dan efisien dalam mencapai hasil yang bernilai segera
mengidentifikasi kebutuhan pasien dan kemampuan perawat untuk menentukan
kebutuhan pasien adalah kemajuan dari praktek keperawatan. Keteraturan proses
perawatan membuat perawat dapat melihat pasien dari sudut pandang keperawatan
daripada orientasi penyakit medisnya.
Menggunakan teori Orlando menguntungkan pasien, meningkatkan profesionalisme perawat
dan memajukan profesi perawat.
APLIKASI TEORI PROSES KEPERAWATAN ORLANDO DALAM ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT

Praktisi keperawatan dalam melaksanakan fungsinya perlu menerapkan teori atau model yang
sesuai dengan situasi tertentu. Pada kondisi awal, kombinasi dari beberapa teori atau model dapat
dipertimbangkan, tetapi jika dipergunakan secara konsisten dapat dilakukan analisa atau
evaluasi terhadap efektivitasnya. Dengan menggunakan berbagai teori dan model keperawatan,
maka fokus dan konsekwensi praktek keperawatan dapat berbeda .
Dibawah ini merupakan gambaran aplikasi disiplin proses keperawatan Orlando pada penderita
SKA STEMI 1 jam setelah mendapat serangan.
A. Gambaran Kasus
Tn X usia 45 tahun satu jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri dada
sebelah kiri menjalar ke leher, rahang, lengan serta ke punggung sebelah kiri. Nyeri dirasakan
seperti tertekan benda berat. Nyeri menetap walaupun telah diistirahatkan. Nyeri dirasakan terus
menerus lebih dari 30 menit. Kemudian oleh keluaga dibawa ke UGD RSHS.
Klien sebelumnya belum pernah dirawat atau sakit berat tetapi memiliki kebiasaan
kurang olah raga, riwayat merokok berat 2 bungkus per hari, klien adalah seorang kepala
keluarga dan bekerja sebagai seorang meneger di salah satu perusahaan.
Hasil pemeriksaan fisik : kesadaran kompos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi
98 kali/pemit, respirasi 30 kali/menit. Tampak gelisah, banyak keluar keringat. Hasil
pemeriksaan EKG menunjukan adanya ST elevasi. Hasil Laboratorium terdapat enzim troponin
T positip dan CKMB meningkat. Oleh dokter klien didiagnosa sindroma koroner akut dengan
ST elevasi Miocard infark.

A. Peaksanaan Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori Proses Keperawatan Orlando.


Pada kasus Tn X tersebut diatas maka perawat harus segera bereaksi terhadap perilaku pasien
baik secara perbal maupun non verbal, melakukan validasi, membagi bereaksi terhadap
perilaku pasien dengan mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membantu pasien
untuk mengurangi ketidaknyamanan baik fisik maupun psikologis, ketidakmampuan pasien
dalam menolong dirinya, serta mengevaluasi tindakan perawatan yang sudah dilakukannya.
Semua itu dapat diterapkan melalui pendakaan disiplin proses keperawatan Orlando sebagai
berikut :
1. Fase Reaksi Perawat.
Menutut George (1995) bahwa reaksi perawat dimana terjadi berbagi reaksi perawat dan
perilaku pasien dalam disiplin proses keperawatan teori Orlando identik dengan fase
pengkajian pada proses keperawatan.
Pengkajian difokuskan terhadap data-data yang relatif menunjukan kondisi yang
emergenci dan membahayakan bagi kehidupan pasien, data yang perlu dikaji pada kasus
diatas selain nyeri dada yang khas terhadap adanya gangguan sirkulasi koroner, juga
perlu dikaji lebih jauh adalah bagaimana kharakteristik nyeri dada meliputi apa yang
menjadi faktor pencetusnya, bagaimana kualitasnya, lokasinya, derajat dan waktunya.
Disamping itu dapatkan juga data adakah kesulitan bernafas, rasa sakit kepala, mual dan
muntah yang mungkin dapat menyertai keluhan nyeri dada.
Perawat perlu mengkaji perilaku pasien non verbal yang menunjukan bahwa pasien
memerlukan pertolongan segera seperti : tanda-tanda vital, pada kasus didapatkan
tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 98 kali/menit, respirasi 30 kali/menit. Tampak gelisah,
banyak keluar keringat. Perlu juga dikaji bagaimana kondisi akral apakah hangat atau
dingin, CRT, kekuatan denyut nadi, Selanjutnya perawat perlu mengetahui data-data lain
seperti catatan dari tim kesehatan lain, hasil laboratorium dan pemeriksaan diagnostik.
Pada kasus didapatkan : EKG ST elevasi, diagnosa medis SKA STEMI. Troponin T
positif, CKMB meningkat.
2. Fase Nursing Action
Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase nursing action pada
disiplin proses keperawatan mencakup sharing reaction (analisa data), diagnosa
keperawatan, perencanaan dan tindakan keperawatan atau implementasi . Tujuannya
adalah selalu mengurangi akan kebutuhan pasien terhadap bantuan serta berhubngan
dengan peningkatan perilaku pasien.
Setelah mendapatkan data-data yang menunjukan perilaku pasien, menurut Orlando
perawat perlu melakukan sharing reaction yang identik dengan analisa data, sehingga
dapat ditentukan diagnosa keperawatan.
a. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan difokuskan terhadap masalah ketidak mampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhannya sehingga perlu pertolongan perawat. Dari data yang
didapatkan pada kasus Tn X ditemukan masalah :
1) Ketidakmampuan pasien menolong dirinya dalam memelihara perfusi jaringan
otot jantung (berhubungan dengan penurunan aliran darah sekunder terhadap
obstruksi.)
2) Ketidakmampuan pasien menolong dirinya dalam mengatasi rasa nyeri
(berhubungan dengan adanya iskemik)
3) Ketidakmampuan pasien untuk melakukan aktivitas fisik (berhubungan dengan
ketidaksimbangan suplai dan kebutuhan akan oksigen)
b. Rencana Keperawatan
Setelah masalah keperawatan pasien ditentukan disusun rencana keperawatan, fokus
perencanaan pada pasien Tn X yaitu Rencana Tn X sendiri, dengan merumuskan
tujuan yang saling menguntungkan baik pasien maupun perawat sehingga terjadi
peningkatan perilaku Tn X kearah yang lebih baik. Adapun tujuannya yang
diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn X yaitu mampu
menolong dirinya memelihara perfusi otot jantung secara adekuat, pasien mampu
menolong dirinya untuk mengatasi rasa nyeri, serta mampu melakukan pemenuhan
aktivitas tanpa harus memberatkan kerja jantung.
c. Implementasi
Fokus implementasi adalah efektifas tindakan untuk menanggulangi yang sifatnya
mendesak, terdiri dari tindakan-tindakan otomatis seperti melaksanakan tindakan
pengobatan atas instruksi medis dan dan tindakan terencana terencana yang dianggap
sebagai peran perawat profesional sesungguhnya.. Adapun implementasi
keperawatan yang perlu dilakukan pada Tn X yaitu :
1). Membantu pasien dalam menolong dirinya untuk memelihara perfusi jaringan otot
jantung

a.) Tindakan Otomatis:


(1). Berikan therapi nitrogliserin sesuai program therapi
(2) Berikan therapi aspirin sesuai program therapi
(3). Persiapkan klien untuk therapi trombolitik sesuai program
(4). Persiapkan pasien untuk pelaksanaan PTCA sesuai program terapi.
(5) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
b) Tindakan terencana
(1) Istirahatkan pasien bed rest sampai kondisi akut teratasi dan keadaan
stabil.
(2) Observasi tanda-tanda vital setiap 30 menit atau sesui
(3) Observasi tanda-tanda adanya penurunan kardiak output.
(4). Lakukan pemeriksaan EKG secara rutin
2). Membantu pasien untuk menolong dirinya menolong dirinya dalam mengatasi
rasa nyeri.
a). Tindakan otomatis
(1) Memberikan obat anti nyeri : morfin sesuai dengan program therapi.
(2) Berikan Oksigen melalui nasal canul 4 liter / menit sesuai program therapi
(3) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
b). Tindakan terencana ;
(1) Istirahatkan pasien : Bed rest sampai dengan kondisi klien stabil.
(2) Posisikan pasien semi fowler
(3) Observasi tanda-tanda vital setiap 30 menit atau sesuai kebutuhan
(4) Observasi perkembangan nyeri : kharakreistik, kwalitas dan kwantitasnya
(5) Lakukan tindakan relaksasi dengan menarik nafas dalam dan keluarkan
nafas secara perlahan.
3). Membantu pasien untuk menolong dirinya dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari
a) Tindakan otomatis
(1) Hindari pasien untuk melakukan mengedan ketika defekasi
(2) Observasi tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktivitas.
b). Tindakan terencana
(1) Observasi tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktivitas.
(2) Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari ; nutrisi, personal
hygiene, eliminasi.
(3) Lakukan mobilisasi fisik setelah kondisi stabil

3 Evaluasi
Evaluasi, pada fase tindakan proses disiplin merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Tindakan- tindakan yang terencana , setelah tidakan lengkap dilaksanakan, perawat harus
mengevaluasi keberhasilannya.Evaluasi asuhan keperawatan pada tuan X difokuskan
terhadap perubahan perilaku terhadap kemampuan menolong dirinya untuk mengatasi
ketidakmampuannya. Evaluasi dilakukan setelah tindakan keperawatan dilaksankan.
Adapun hasil yang diharapkan adalah:
a. Perfusi jaringan pada otot jantung meningkat atau adekuat, ditandai dengan tanda-
tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal, hasil
pemeriksaan EKG normal. Nyeri dada tidak ada.
b. Rasa nyaman terpenuhi: nyeri berkurang atau tidak ada, ditandai dengan : pasien
mengatkan nyeri berkurang atau tidak ada, pasien relak. Tandatanda vital dalam batas
normal,
c Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari : tidak ada keluhan nyeri dada, sesak
nafas atau palpitasi saat melakukan aktivitas, tekanan darah, nadi, respirasi dalam
batas normal sebelum, selama dan setelah melakukan. Aktivitas. Pasien ammpu
melakukan aktivitas sendiri dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari : makan,
personal higiene dan eliminasi.

Dengan melihat aplikasi disiplin proses keperawatan pada kasus Tn X yang mengalami
gangguan sistem kardiovaskular berhubungan dengan sindroma akut koroner non ST elevasi,
penulis mencoba untuk membahas pelaksanaan aplikasi teori tersebut dengan membandingkan
dengan proses keperawatan
Pada kedua proses tersebut, pada bagian tertentu secara keseluruhan sama. Misalnya keduanya
merupakan hubungan interpersonal dan membutuhkan interaksi antara pasien dan perawat.
Pasien sebagai input dalam keseluruhan proses. Kedua proses menggambarkan pasien sebagai
total person. Tidak selalu tentang penyakit atau bagian tubuh. Kedua proses juga menggunakan
metode tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan tersebut.
Fase pengkajian pada proses keperawatan sesuai dengan berbagi pada reaksi perawat
dengan perilaku pasien dalan disiplin proses keperawatan orlando. Perilaku pasien mengawali
pengkajian. Perilaku yang dikaji adalah perilaku verbal yang dikatakan oleh pasien yaitu riwayat
kesehatan sekarang meliputi keluhan utama, bagaimana keluhan itu dirasakan, bagaimana sifat
dan kwalitas keluhan tersebut. Apa faktor pencetusnya. Dan faktor resiko terhadap terjadinya
gangguan kesehatan. Sedangkan perilaku non verbal yang perlu diketahui oleh perawat adalah
tanda-tanda dari gangguan fungsi tubuh sebagai respon pasien terhadap tidak terpenuhinya
kebutuhan yang membutuhkan pertolongan perawat, seperti perubahan tanda-tanda vital, keluar
keringat yang berlebihan, ketidaknormalan fungsi tubuh seperti yang ditunjukan oleh hasil
pemeriksaan penunjang EKG, pemeriksaan enzim roponin dan lain sebagainya.
Berbagi pada reaksi perawat dalam disiplin nursing proses adalah komponen yang
sama dengan analisis pada proses keperawatan. Walaupun reaksi perawat adalah otomatis. Hal
ini sedikit berbeda dengan analisa data pada proses keperawatan dimana seorang perawat untuk
mampu melakukan analisa data perlu menggunakan dasar teori keperawatan dan menggunakan
prinsip dari pengetahuan fisik dan perilaku dan itu harus benar-benar menjadi dasar dalam
menganalisa berbagai tanda dan gejala yang dirasakan atau ditemukan pada pasien.
Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase nursing action pada
disiplin proses keperawatan. Tujuannya adalah selalu mengurangi akan kebutuhan pasien
terhadap bantuan. Tujuannnya berhubungan dengan peningkatan perilaku pasien. Tujuan yang
dirumuskan pada teori Orlanda menurut penulis masih terlalu umum yaitu fokuskan pada
perubahan perilaku dalam menolong untuk memenuhi kebutuhan dirinya sehingga
kemungkinan keberhasilannya sulit untuk diukur terutama terhadap masalah yang hanya
diketahui oleh perawat tetapi tidak disadari oleh pasien. Seperti pada contoh kasus Tn X yaitu
masalah penurunan perfusi jaringan pada otot jantung.
Implementasi meliputi seleksi akhir dan pelaksanaan dari tindakan keperawatan dan
ini juga merupakan bagian dari fase tindakan keperawatan pada proses disiplin Orlando. Kedua
proses memerintahkan bahwa tindakan harus sesuai bagi pasien sebagai individu yang unik. Pada
Teori orlando tindakan keperawatan ada dua macam yaitu tindakan otomatis yang sifatnya segera
dan terencana. Keduanya tidakan tersebut lebih diarahkan terhadap penanggulangan masalah
kperawatan yang bersifat segera dan mengacam kehidupan pasien dan kurang memperhatikan
tindakan-tindakan yang bersifat promotif atau preventif yang sebenarnya tidakan preventif
seperti : pencegahan serangan ulang dan menghindari faktor resiko adalah penting bagi pasien
yang menderita penyakit jantung seperti yang dialami Tn. X.
Evaluasi, pada fase tindakan proses disiplin merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan. Tindakan- tindakan yang terencana , setelah tidakan lengkap dilaksanakan, perawat
harus mengevaluasi keberhasilannya. Evaluasi pada teori Orlando sudah cukup baik, yang mana
evaluasi selalu dilakukan setelah setiap tindakan keperawatan dilakukan secara lengkap.
KESIMPULAN
Proses keperawatan dan proses disiplin Orlando keduanya menggambarkan rangkaian
tahapan. Setiap tahapan sama-sama tidak terpisah. Pada proses disiplin Orlando hampir
secara berkesinambungan saling mempengaruhi dimana perilaku pasien menjadi tujuan
reaksi perawat, mengarahkan perilaku perawat, mengarahkan reaksi pasien. Kedua proses
tersebut merupakan proses dinamis dan responsif terhadap perubahan kondisi pasien.
Proses keperawatan dan proses disipin Orlando mempunyai banyak persamaan.
Proses keperawatan panjang dan lebih formal dan fasenya lebih mendetail dibandingkan
proses disiplin Orlando. Dan membutuhkan perawat untuk menggunakan pengetahuan dan
prinsip keilmuan dan teori keperawatan. Orlando hanya membutuhkan bahwa perawat harus
mengikuti prinsip-prinsip yang ia tetapkan.
TEORI KEPERAWATAN ADAPTASI MODEL
Sister Callista Roy
Konsep Grand Teori
 Teori Keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya, dimulai dari meta
theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory
 Level ke tiga dari teori keperawatan adalah Grand Theory yang menegaskan fokus global
dengan board perspective dari praktik keperawatan dan pandangan keperawatan yang
berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan.
 Grand Theory Keperawatan dibedakan dengan Teori Filosofi Keperawatan.
 Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar disiplin keperawatan dalam
memandang manusia sebagai makhluk biologis dan respon manusia dalam keadaan sehat
dan sakit, serta berfokus kepada respons mereka terhadap suatu situasi.
 Filosofi belum dapat diaplikasikan langsung dalam praktik keperawatan, sehingga perlu
dijabarkan dan dibuat dalam bentuk yang lebih konkrit
 Grand theory keperawatan (Alligood, 2002), menyatakan teori pada level ini lebih fokus
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi keperawatan yang spesifik seperti spesifik
untuk kelompok usia pasien, kondisi keluarga, kondisi kesehatan, dan peran perawat.

Tinjauan Teoritis The Roy Adaptation Model


1. Manusia Sebagai System Adaptive.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang dapat menyesuaikan diri
(adaptive system ). Sebagai sistim yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat
digambarkan secara holistik (bio, psicho, Sosial) sebagai satu kesatuan yang mempunyai
Input, Control, Proses Feedback, dan Output.
1) Input (Stimulus)
Manusia sebagai suatu sistim dapat menyesuaikan diri dengan menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri
2) Mekanisme Koping.
a. Tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan diri.
b. Ada 2 (dua) Mekanisme koping, yaitu :
 Mekanisme koping bawaan, yaitu ditentukan oleh sifat genetic yang dimiliki
 Mekanisme koping yang dipelajari, yaitu dikembangkan melalui strategi
pembelajaran atau pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani
kehidupan.
c. Ada 2 (dua) Respon Adaptasi :
 Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan itegritas dalam batasan
yang sesuai dengan tujuan “human system”.
 Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi yang
sesuai dengan tujuan “human system.
3) Output
Respon-respon yang adaptive mempertahankan atau meningkatkan intergritas, sedangkan
respon maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui proses feedback, respon-
respon itu selanjutnya akan menjadi Input (masukan) kembali pada manusia sebagai
suatu sistim.
Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit
(maladaptife). Jika pasien masuk pada zona maladaptive maka pasien mempunyai
masalah keperawatan adaptasi
4) Subsistem Regulator dan Kognator
a. Subsistim Regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada
sistim saraf, kimia tubuh, dan organ endokrin, dan merupakan mekanisme kerja
utama yang berespon dan beradaptasi terhadap stimulus lingkungan.
b. Subsistim Kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan
kognitif dan emosi, termasuk didalamnnya persepsi, proses informasi, pembelajaran,
membuat alasan dan emosional.
Respon-respon susbsistem tersebut semua dapat terlihat pada empat perubahan yang ada
pada manusia sebagai sistim adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
Interdependensi.
1) Perubahan Fungsi Fisiologis
Adanya perubahan fisik akan menimbulkan adaptasi fisiologis untuk mempertahankan
keseimbangan.
Contoh : Keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi endokrin (kelenjar adrenal
bagian korteks mensekresikan kortisol atau glukokortikoid, bagian
medulla mengeluarkan epenefrin dan non epinefrin), sirkulasi dan oksigen.

2) Perubahan konsep diri


Adalah keyakinan perasaan akan diri sendiri yang mencakup persepsi, perilaku dan
respon. Adanya perubahan fisik akan mempengaruhi pandangan dan persepsi terhadap
dirinya.
Contoh : Gangguan Citra diri, harga diri rendah.

3) Perubahan fungsi peran


Ketidakseimbangan akan mempengaruhi fungsi dan peran seseorang.
Contoh : peran yang berbeda, konflik peran, kegagalan peran.
4) Perubahan Interdependensi
Ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan masing-masing komponen menjadi
satu kesatuan yang utuh.
Contoh : kecemasan berpisah.

Gambar 1: Skema Manusia Sebagai Sistem Adaptive

Proses kontrol Output


Input Efektor

Stimuli internal dan external


Tkt. Adaptasi Mekanisme koping
Fokal Regulator Fs. Fisiologi Respons :
Kontextual Kognator Konsep Diri Adaptif
Residual Fs. Peran Maladaptif
Interdependen

Umpan Balik

Sumber : Tomey and Alligood. 2006. Nursing theoriest, utilization and application. Mosby : Elsevier
2. Stimulus.
 Stimuluis Internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa
pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel
maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.
 Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis yang diterima individu
sebagai ancaman.

Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara lain:
1) Stimulus Fokal
Stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan
ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab infeksi
2) Stimulus Kontektual.
Stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) seperti keadaan
tidak sehat, dan tidak terlihat langsung pada saat ini, misalnya penurunan daya tahan
tubuh.
3) Stimulus Residual
Sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi terjadinya
keadaan tidak sehat (faktor predisposisi), sehingga terjadi kondisi Fokal, mis ; persepsi
pasien tentang penyakit, gaya hidup, dan fungsi peran.
3. Tingkat Adaptasi
Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam 3 (tiga
kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Tingkat adaptasi seseorang
adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari stimulus.

4. Sehat-Sakit (Adaptive dan Maladaptif)


Adaptasi yang tidak memerlukan energi dari koping yang tidak efektif dan
memungkinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain.
Aplikasi Teory Model Adaptasi Roy
1. Pengkajian Perilaku
1) Pengakajian Fisiologis.
Ada 9 (Sembilan) perilaku Respon Fisiologis :
a. Oksigenasi ; berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi.
b. Nutrsisi ; untuk memperbaiki kondisi tubuh dan perkembangan.
c. Eliminasi ; Pola eliminasi.
d. Aktivitas dan istirahat ; pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur.
e. Intergritas kulit ; Pola fisiologis kulit.
f. Rasa/senses ; Fungsi sensoris perceptual b.d panca indra.
g. Cairan dan elektrolit ; Pola fisiologis penggunaan cairan dan elektrolit.
h. Fungsi Neurologis ; Pola kontrol neurologis, pengaturan dan intelektual.
i. Fungsi endokrin ; Pengaturan system reproduksi termasuk respon stress.
2) Pengkajian Konsep diri.
Mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang berhubungan dengan Ide diri
sendiri tentang fisik, perasaan, dan moral-etik.
3) Pengkajian Fungsi Peran.
Mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang dengan orang lain akibat dari
peran ganda.
4) Pengkajian Interdpendensi.
Mengidentifikasi pola nilai menusia, kehangatan, cinta dan memiliki melalui hubungan
interoersonal terhadap individu dan kelompok.
Roy sudah mengidentifikasikan sejumlah respon yang berkaitan dengan aktivitas
Subsistim regulator dan Subsistem Kognator yang tidak efektive, seperti pada table
berikut :
Gejala berat dari aktivitas Regulator : Gejala Inefektiv dari Kognator :
 peningkatan deyut jantung dan  Gangguan persepsi/ proses informasi.
tekanan darah.  Pembelajaran inefektive.
 Tegang.  Tidak mampu membuat justifikasi.
 Hilang nafsu makan.  Afektive tidak sesuai.
 Peningkatan kortisol serum
Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for
Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.
2. Pengkajian Stimulus.
Stimulus yang berpengaruh :
Budaya : Status sosial ekonomi, Ektnis (suku/Ras), sistim
kepercayaan.
Keluarga : Struktur keluarga, tugas keluarga.
Fase perkembangan : Usia, jenis kelamin, tugas, keturunan dan faktor keturunan.
Intergritas dari cara-cara : Fisiologis (termasuk patologi penyakit), konsep diri, fungsi
penyesuaian (modes peran, interdependensi.
Adaptive)
Efektivefitas Kognator : Persepsi, pengatahuan, skill.
Pertimbangan lingkungan : Perubahan lingkungan internal dan ekternal, menajemen
pengobatan, penggunaan obat-obatan. Alkohol, dan
merokok.

3. Diagnosa Keperawatan.
Fisiologis Mode
1. Oksige 6. sensoris.
nasi.  Nyeri akut.
 Hipoksia/syoks.  Nyeri kronis.
 Gangguan ventilasi.  Sensori overload.
 Inadekuat  Gangguan sensori primer.
pertukaran gas.  Potensial injuri.
 Inadekuat transport  Kehilangan kemampuan
Gas perawatan diri.
 Gangguan perfusi  Gangguan persepsi.
jaringan.  Potensial injuri/ hilang
2. nutrisi. kemam-puan merawat diri.
 Malnutrisi. 7. cairan dan
 Mual,muntah. elektriolit.
 Anoreksia.  Dehidrasi.
3. elimina  Retensi cairan intra seluler.;
si.  Edema.
 Diare.  Shok hipo/hipervolemik.
 Konstipasi.  Hyper atau hipokalsemia.
 Kembung.  Ketidakseimbangan asam
 Retensi Urine. basa.
 Inkontinensia urine. 8. Fungsi Nerologis.

4. aktivita  Penurunan kesadaran.


s dan istirahat.  Defisit memori.
 Inadekuat pola  Ketidakstabilan perilaku dan
aktivitas dan istirahat. mood.
 Intolenransi 9. Fungsi endokrin.
aktivitas.  Inefektiv regulator hormon.
 Immobilisasi.  Inefektiv pengembangan
 Gangguan tidur. reproduksi.
5. intergrit  Ketidakstabilan sikulus ritme
as kulit. stress internal.
 Gatal-gatal.
 Kekeringan.
 Infeksi.
 Dekubitus
Konsep Diri
Pandangan terhadap fisik. Pandangan terhadap personal.
 Penurunan konsep seksual.  Cemas tidak berdaya.
 Agresi.  Harga diri rendah.
 Kehilangan.  Merasa bersalah.
 Seksual disfungtion.
Fungsi peran Interdependensi
 Transisi peran.  Kecemasan.
 Peran berbeda.  Merasa.
 Konflik peran.  Ditinggalkan/isolasi.
 Kegagalan peran.
Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for
Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.
4. Rencana Tindakan
Standar Tindakan Gangguan Fisiologis
Memenuhi kebutuhan Oksigen. Memenuhi kebutuihan aktivitas dan
Kriteria: Istirahat/tidur.
1. Menyiapkan tabung oksigen dan Kriteria
flow meter. 1. Melakukan latihan gerak pada pasien
2. Menyiapkan hemodifier berisi air. tidak sadar.
3. Menyiapkan slang nasal dan 2. Melakukan mobilisasi pad pasien
masker. pasca operasi.
4. Memberikan penjelasan pada 3. Mengatur posisi yg nyama pada
pasien. pasien.
5. Mengatur posisi pasien. 4. Menjaga kebersihan lingkungan.
6. Memasang slang nsal dan masker. 5. Mengopservasi reaksi pasien.
7. Memperhatikan reaksi pasien.
Memenuhi kebutuhan Intergritas kulit
Memenuhi kebutuhan Nutrisi: (kebersihan dan kenyamanan fisik)
Kriteria Kriteria
1. Menyiapkan peralatan 1. Memandikna pasien yang tidak sadar/
dalam dressing car. kondisinya lemah.
2. Menyeiapkan cairan infus, 2. Mengganti alat-alat tenun sesuai
makanan, atau darah. kebutuhan atau bila kotor.
3. Memberikan penjelasan 3. Merapikan alat-alat pasien.
pada pasien.
4. Mencocokan jenis
cairan/darah/diet makanan
5. Mengatur posisi pasien.
6. Melakukan pemasangan
infus/darah/makana Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologsi
Kriteria
Memenuhi kebutuhan Eliminasi 1. Mengopservasi tanda-tanda vital sesuai
kriteria kebutuhan.
1. Menyiapkan alat pemberian 2. Melakukan tes alergi pada pemberian
hukmah/gliserin, dulkolac & peralatan obat baru.
pemasangan kateter 3. Mengobservasi reaksi pasien.
2. Memperhatikan suhu cairan/ukuran
kateter
3. Menutup dan memasang selimut.
4. Mengobservasi keadaan feses dan
uerine.
5. Mengobservasi rekasi pasien.
Standar Tindakan Gangguan Konsep Diri
Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual.
Kriteria
1. Melaksnakan orientasi pada pasien baru.
2. Memberikan penjelasan tentang tibndakan yang kan dilakukan.
3. Memberikan penjelasan dangan bahasa sederhana.
4. Memperhatikan setiap keluhan pasien.
5. Memotivasi pasien untuk berdoa.
6. Membantu pasien beribadah.
7. Memperhatikan pesan-pesan pasien.
Standar Tindakan Pada Gangguan Peran
1. Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna
bagi keluarga dan msayarakat.
2. Mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.
3. Melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan dirinya.
4. Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri pasien.
5. Bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien.
6. Mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
7. Perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang dilakukan
secara benar dalam perawatan.
8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang
negatif dari klein.
Standar Tindakan Pada Gangguan Interdepensi
1. Membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum.
2. Membantu pasien memenuhi kebutuhan eliminasi.
3. Membantu pasien memenuhi kebutuhan kebesihan diri (mandi).
4. Membantu pasien untuk berhias atau berdandan.

5. Evaluasi:
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi. PerilakuTujuan
dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan, dan bagaimana pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperaweatan didasarkan
pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan
intervensi setelah hasil evaluasi ditetapkan.
GRAND THEORY STRESOR DAN GARIS PERTAHANAN DIRI
Betty Neuman

A. Konsep Utama
Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi: stresor, garis pertahanan dan
perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem pasien, struktur dasar, intervensi
dan rekonstitusi (Fitzpatrick & Whall, 1989)
1. Stressor
Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensial
untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi stressor sebagai berikut :
1) Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan dengan
lingkungan internal (misalnya : respons autoimmune)
2) Stressor interpersonal : terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki
pengaruh pada system, (misalnya : ekspektasi peran)
3) Stressor ekstrapersonal : terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga dari pada
stressor interpersonal, (misalnya : sosial politik).
2. Garis pertahanan dan perlawanan
 Garis pertahanan normal merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu
keadaan stabil untuk individu. Garis pertahanan normal jika garis pertahanan
fleksibelnya tidak dapat melindungi secara adekuat.
 Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada
sistem dari stressor.
 Sedangkan garis perlawanan merupakan serangkaian lingkaran putus-putus yang
mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten ini melindungi struktur dasar dan
akan teraktivasi jika ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis normal
pertahanan (normal line of defense).
3. Tingkatan pencegahan
1) Pencegahan primer : terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi :
promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Strateginya mencakup :
immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup.
2) Pencegahan sekunder, meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari
stressor.
3) Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem pasien
secara optimal. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.
4. Sistem pasien
Model Sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang terbuka dan dinamis.
Pasien sebagai sistem bisa individu, keluarga, kelompok, komunitas atau sosial issue.
Pasien sebagai suatu sistem memberikan arti bahwa adanya keterkaitan antar aspek yang
terdapat dalam sistem tersebut.
5. Struktur dasar
Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup dasar yang biasa
terdapat pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik, seperti genetik.
6. Intervensi
Merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh, meningkatkan dan
memelihara sistem keseimbangan, terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tertier.
7. Rekonstitusi
Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi yang terjadi
berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap stressor.

B. Penerapan Grand Teori Pada Tatanan Nyata Menurut Para Ahli


1. Dorothy Orem
1) Universal Self-Care Requisites
Tujuan universally required adalah untuk mencapai perawatan diri atau kebebasan
merawat diri dimana harus memiliki kemampuan untuk mengenal, memvalidasi dan
proses dalam memvalidasi mengenai anatomi dan fisiologi manusia yang berintegrasi
dalam lingkaran kehidupan.
Dibawah ini terdapat 8 teori self care secara umum yaitu :
 Pemeliharaan kecukupan pemasukan udara
 Pemeliharaan kecukupan pemasukan makanan
 Pemeliharaan kecukupan pemasukan cairan
 Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi
 Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
 Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi social
 Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia.
 Peningkatan promosi fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok
social sesuai dengan potensinya
2) Developmental self-care requisites
Berhubungan dengan tingkat perkembangn individu dan lingkungan dimana tempat
mereka tinggal yang berkaitan dengan perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus
kehidupan. Tiga hal yang berhubungan dengan tingkat perkembangan perawatan diri
adalah:
 Situasi yang mendukung perkembangan perawatan diri
 Terlibat dalam pengembangan diri
 Mencegah atau mengatasi dampak dari situasi individu dan situasi kehidupan
yang mungkin mempengaruhi perkembangan manusia.
3) Health deviation self-care requisites
perawatan diri ditujukan kepada orang-orang yang sakit atau trauma, yang mengalami
gangguan patologi, termasuk ketidakmampuan dan penyandang cacat juga yang
berada sedang dirawat dan menjalani terapi. Adanya gangguan kesehatan terjadi
sepanjang waktu sehingga mempengaruhi pengalaman mereka dalam menghadapi
kondisi sakit sepanjang hidupnya.
Penyakit atau trauma tidak hanya pada struktur tubuh, fisiologi dan psikologi tetapi
juga konsep diri seutuhnya. Ketika konsep diri manusia mengalami gangguan
(termasuk retardasi mental atau autisme), perkembangan individu akan memberikan
dampak baik permanen maupun sementara. Dinegara-negara yang warganya banyak
mengalami gangguan kesehatan, self-care (perawatan diri) digunakan sebagai alat
dalam pengobatan dan terapi kesehatan.
Perawatan diri (self-care) adalah komponen system tindakan perawatan diri individu
yang merupakan langkah-langkah dalam perawatan ketika terjadi gangguan kesehatan.
Kompleksitas dari self-care atau system dependent-care (ketergantungan perawatan)
adalah meningkatnya jumlah penyakit yang terjadi dalam waktu-waktu tertentu.

4) Therapeutic self-care demand


Terapi pemenuhan kebutuhan dasar berisi mengenai suatu program perawatan dengan
tujuan pemenuhan kebutuhan dasar pasien sesuai dengan tanda dan gejala yang
ditampilkan oleh pasien. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat ketika
memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien diantaranya :
 Mengatur dan mengontrol jenis atau macam kebutuhan dasar yangdi butuhkan
oleh pasien dan cara pemberian ke pasien
 Meningkatkan kegiatan yang bersifat menunjang pemenuhan kebutuhan dasar
seperti promosi dan pencegahan yang bisa menunjang dan mendukung pasien
untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien sesuai dengan taraf kemandiriannya.

2. Martha E. Rogers
Prinsip – prinsip hemodinamika memberi petunjuk untuk mengetahui hubungan antara
perkembangan individu dengan alam sebagai respon sehat yang berhubungan dengan
masalah yang terjadi.
Kesuksesan menggunakan prinsip hemodinamika perlu pertimbangan perawat dan
melibatkan baik perawat maupun klien dalam proses keperawatan. Jika sesuatu di luar
individu adalah bagian dari lingkungan maka perawat menjadi bagian dari lingkungan
klien.
Keperawatan bekerja dengan klien bukan untuk untuk klien. Ini meliputi proses
keperawatan dengan menunjukkan bahwa perawat memperhatikan manusia secara
keseluruhan, tidak cukup satu aspek, satu masalah, atau terbatas pada pemenuhan
kebutuhannya saja.
1) Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Riset Keperawatan
Model konseptual abstrak yang di kemukakan Martha E Rogers secara langsung
memiliki hubungan dengan riset dan pengembangan ilmu keperawatan. Model
konseptualnya memberikan arah dan stimulus untuk aktifitas keilmuan tersebut.
Model keperawatan Rogers menunjukkan betapa uniknya realita profesi keperawatan.
Peneliti yang memiliki asumsi dan pemahaman seperti konsep Martha E Rogers akan
menemukan mendapatkan pandangan yang jelas tentang seperti apakah sesungguhnya
bekerja sebagai perawat. Secara jelas dalam konsepnya Martha E Roger menunjukkan
bahwa kebutuhan kritis dalam keperawatan adalah merupakan dasar pengetahuan
dalam aktifitas penelitian keperawatan.
2) Hubungan Teori Martha E. Rogers dengan Pendidikan Keperawatan
Pada tahun 1963, Rogers mencetuskan ide untuk mendirikan kembali program
undergraduated dan graduated dalam pendidikan keperawatan. Hal ini adalah di
lakukannya sebagai refleksi terhadap evolusi perubahan dalam ilmu keperawatan.
Konsistensi terhadap definisi yang ia berikan untuk keperawatan bahwa keperawatan
adalah profesi yang di pelajari, unik serta memiliki batang tubuh pengetahuan, maka
ia sangat menganjurkan bagi perawat untuk menempuh pendidikan dalam
keperawatan.
3) Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan Praktik Keperawatan
Martha E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari konsepnya
sangat mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan. Malinski (1986)
mencatat ada tujuh trend yang ada dalam praktik keperawatan, yang kesemuanya
berdasar pada konsep teori yang di kemukakan Martha E Rogers,yaiyu :
a. Pemberian kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien
b. Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar
c. Penyesuaian terhadap pola
d. Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu musik, pergerakan dalam proses
penyembuhan.
e. Menunjukkan suatu perubahan yang positif
f. Memperluas fase pengkajian dalam proses keperawatan
g. Menerima hubungan yang menyeluruh dalam hidup.

C. Fenomena Keperawatan
1. Gambaras Kasus
Dalam salah satu kegiatan kami di masyarakat, kami menghadapi suatu keluarga yaitu
pasangan yang baru menikah dengan usia yang sangat muda (keduanya 18 tahun).
Mereka telah menikah selama 3 bulan, dan pasangan tersebut sudah menghadapi banyak
stres.Mereka tinggal bertiga bersama ibu dari pihak suami. Sang ibu merasa bahwa ibu
mertua terlalu menguasai dan mencampuri urusan keluarganya. Saat ini si ibu muda
sedang hamil 12 minggu, sementara sang suami belum mempunyai pekerjaan yang dapat
diharapkan untuk membiayai keluarga. Bersama ibu mertua, untuk membantu keuangan
keluarga, setiap hari si ibu membuat kue basah yang dititipkan di warung.
2. Analisis Kasus
1) Stressor
 Kondisi yang membawa stres extrapersonal adalah :
Kondisi pengangguran dari suami sehingga sumber keuangan mereka tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
 Kondisi yang membawa stres interpersonal adalah :
Harapan ibu terhadap suami sebagai pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
keluarga tidak terpenuhi sehingga kondisi ini menimbulkan stres interpersonal.
 Kondisi yang membawa stres intrapersonal adalah :
Istri juga hamil pada waktu itu dengan kondisi gizi-nya yang kurang
(underweight) dan emosional yang labil (kesedihan dan kemarahan) menciptakan
stres intrapersonal.

2) Garis Pertahanan dan Perlawanan


Kita ketahui, berdasarkan Neuman's Systems Model, bahwa reaksi terhadap stres akan
tergantung pada kekuatan garis pertahanan.
Si ibu, karena kendala keuangan, mengakibatkan penderitaan dengan status gizi buruk.
Dia biasanya tidak memiliki cukup tidur karena sifat dari pekerjaannya. Hal ini
menimbulkan pelanggaran terhadap garis pertahanannya. Garis normal pertahanannya
juga menjadi tidak dapat diandalkan karena sikap tidak peduli terhadap kehamilannya
dan kemampuannya juga terpengaruh karena ia terkadang sibuk dengan masalah
hubungannya dengan ibu mertua.
Kondisi ini menempatkan tidak hanya klien tapi juga anaknya yang belum lahir di
ambang mengembangkan berbagai penyakit. Oleh karena itu, intervensi kami
fokuskan pada mengembalikan stabilitas sistem, dengan membantu sistem klien untuk
beradaptasi dengan stres.
3) Tingkatan Pencegahan
a. Pencegahan Primer :
 Kami mencoba untuk mendidik keluarga mereka pada pentingnya memiliki
nutrisi yang baik.
 Kami menyarankan beberapa pilihan makanan murah tapi bergizi.
 Kami juga mencoba memberi saran terhadap pekerjaan alternatif yang
mungkin tidak akan membahayakan kesehatan pada bayi yang belum lahir.
b. Pencegahan Sekunder :
 Kami menyarankan agar ibu melakukan pre-natal check-up, dan
memanfaatkan layanan yang tersedia di pusat kesehatan terdekat.

Setelah sekitar 1 bulan kunjungan konstan pada keluarga ini, kami benar-benar
mendapatkan perbaikan yang nyata dalam kondisi kesehatan mereka. Wanita itu
mulai menunjukkan berat badan sesuai dengan usia kehamilan. Pasangan itu juga
telah belajar untuk menanam dan makan makanan bergizi seperti buah-buahan dan
sayuran.
Suami mulai bekerja sebagai operator produksi di pabrik terdekat, sehingga istrinya
dapat beristirahat dari pekerjaan lamanya.
Sebelum tugas kami dimasyarakat berakhir, kami melakukan pencegahan tersier:
 Mendukung dan memuji perubahan perilaku positif yang oleh pasangan.
 Kami juga memberi penguatan terhadap atribut positif dari keluarga, seperti
keteguhan iman mereka kepada Allah, dan pengabdian yang kuat diantara mereka
satu sama lain.
GRAND THEORY SELF CARE
Dorothy Orem

1. Riwayat Singkat
Dorothea Elizabeth Orem lahir pada tahun 1914 di Baltimore, Maryland. Orem
adalah anak terakhir dari dua bersaudara. Dorothea E. Orem memulai karir keperawatannya
sejak terdaftar sebagai siswa di Providence di Washington DC. Lulus Sarjana Muda tahun
1930. Lulus Master tahun 1939 pendidikan keperawatan. Tahun 1945 bekerja di Universitas
Katolik di Amerika sebagai asisten direktur.
Selama perjalanan kariernya ia telah bekerja sebagai staf perawat, perawat tugas
pribadi, pendidik, administrasi keperawatan dan sebagai konsultan (1970). Tahun 1958-1959
sebagai konsultan di Departemen kesehatan pada bagian pendidikan kesejahteraan dan
berpartisipasi pada proyek pelatihan keperawatan. Tahun 1959 konsep perawatan Orem
dipublikasikan pertama kali. Tahun 1965 Orem bergabung dengan Universitas Katolik di
Amerika membentuk model teori keperawatan komunitas. Tahun 1968 membentuk
kelompok konferensi perkembangan keperawatan, yang menghasilkan kerja sama tentang
perawatan dan disiplin keperawatan. Tahun 1976 mendapat gelar Doktor Honoris Causa.
Tahun 1980 mendapat gelar penghargaan dari alumni Universitas Katolik Amerika tentang
teori keperawatan. Selanjutnya Orem mengembangkan konsep keperawatan tentang
perawatan diri sendiri dan dipulikasikan dalam keperawatan (Concept of Pratice tahun 1971).
Tahun 1980 mempublikasikan buku kedua yang berisi tentang edisi pertama diperluas pada
keluarga, kelompok dan masyarakat. Tahun 1985 mempublikasikan buku kedua yang berisi
tentang tiga teori, yaitu : Theory self care, theory self care deficit, theory system
keperawatan.
Dorothea E. Orem meninggal pada 22 Juni 2007 di kediamannya di Savannah, USA.
Orem meninggal pada umur 93 tahun. Dunia keperawatan telah kehilangan seorang ahli dan
dianggap sebagai orang terpenting serta memiliki wawasan yang sangat luas di bidang
keperawatan. Dalam bidang keperawatan dapat dikatakan bahwa ahli Keperawatan dari
Amerika, Dorothea E Orem, termasuk salah seorang yang terpenting diantara orang yang
mengembangkan pandangan dalam bidang Keperawatan.
Dorothea E. Orem. Orem mengembangkan model konsep keperawatan ini pada awal
tahun 1971 dimana dia mempublikasikannya dengan judul “Nursing Conceps of Practice Self
Care”. Model ini pada awalnya berfokus pada individu kemudian edisi kedua tahun 1980
dikembangkan pada multiperson’s units (keluarga, kelompok dan komunitas) dan pada edisi
ketiga sebagai lanjutan dari tiga hubungan konstruksi teori yang meliputi : teori self care,
teori self care deficit dan teori nursing system. Keperawatan mandiri (self care) menurut
Orem’s adalah : “Suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu
itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit” (Orem’s 1980). Pada dasarnya
diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka
mempunyai hak untuk mendapatkan kebutuhan itu sendiri, kecuali bila tidak mampu.

Dorothea orem (1971) mengembangkan definisi keperawatan yang menekankan


pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri. Orem menggambarkan filosofi tentang
kaperawatan dengan cara seperti berikut : Keperawatan memiliki perhatian tertentu pada
kebutuhan manusia terhadap tindakan perawatan dirinya sendiri dan kondisi serta
penatalaksanaannya secara terus menerus dalam upaya mempertahankan kehidupan dan
kesehatan, penyembuhan dari penyakit, atau cidera, dan mengatasi hendaya yang
ditimbulkannya.
Perawatan diri sendiri dibutuhkan oleh setiap manusia, baik laki-laki perempuan dan
anak-anak. Ketika perawatan diri tidak dapat dipertahankan akan terjadi kesakitan atau
kematian. Keperawatan berupaya mengatur dan mempertahankan kebutuhan keperawatan
diri secara terus menerus bagi mereka yang secara total tidak mampu melakukannya. Dalam
situasi lain, perawat membantu klien untuk mempertahankan perawatan diri dengan
melakukannya sebagian, tetapi tidak seluruh prosedur, melainkan pengawasan pada orang
yang membantu klien dengan memberikan instuksi dan pengarahamn secara individual
sehingga secara bertahap klien mampu melakukannya sendiri.
Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam pandangan mengenai
pemenuhan kebutuhan dasar, Orem membagi dalam konsep kebutuhan dasar yang terdiri
dari:
1. Air (udara): pemeliharaan dalam pengambian udara.
2. Water (air): pemeliharaan pengambilan air
3. Food (makanan): pemeliharaan dalam mengkonsumsi makanan
4. Elimination (eliminasi): pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi
5. Rest and Activity (Istirahat dan kegiatan): keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
6. Solitude and Social Interaction (kesendirian dan interaksi sosial) : pemeliharaan dalam
keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial
7. Hazard Prevention (pencegahan risiko): kebutuhan akan pencegahan risiko pada
kehidupan manusia dalam keadaan sehat .
8. Promotion of Normality

2. Keyakinan Dan Nilai – Nilai


Keyakinan Orem tentang empat konsep utama keperawatan adalah :
1. Individu/Klien
Individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus mempertahankan self
care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit atau trauma atu koping dan efeknya.
2. Sehat
Kemampuan individu atau kelompoki memenuhi tuntutatn self care yang berperan untuk
mempertahankan dan meningkatkan integritas structural fungsi dan perkembangan.
3. Lingkungan
Tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan keperluan self care dan perawat
termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik.
4. Keperawatan
Pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang dilakukan untuk membantu
individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam mempertahankan self care yang
mencakup, integritas struktural, fungsi dan perkembangan
Berdasarkan keyakinan empat konsep utama diatas, Orem’s mengembangkan konsep
modelnya hingga dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
3. Konsep Utama
1. Universal Self-Care Requisites
Tujuan universally required adalah untuk mencapai perawatan diri atau kebebasan
merawat diri dimana harus memiliki kemampuan untuk mengenal, memvalidasi dan
proses dalam memvalidasi mengenai anatomi dan fisiologi manusia yang berintegrasi
dalam lingkaran kehidupan. Dibawah ini terdapat 8 teori self care secara umum yaitu :
a. Pemeliharaan kecukupan pemasukan udara
b. Pemeliharaan kecukupan pemasukan makanan
c. Pemeliharaan kecukupan pemasukan cairan
d. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi
e. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
f. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi social
g. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia.
h. Peningkatan promosi fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok
social sesuai dengan potensinya
2. Developmental self-care requisites
Berhubungan dengan tingkat perkembangn individu dan lingkungan dimana tempat
mereka tinggal yang berkaitan dengan perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus
kehidupan. Tiga hal yang berhubungan dengan tingkat perkembangan perawatan diri
adalah:
a. Situasi yang mendukung perkembangan perawatan diri
b. Terlibat dalam pengembangan diri
c. Mencegah atau mengatasi dampak dari situasi individu dan situasi kehidupan yang
mungkin mempengaruhi perkembangan manusia.
3. Health deviation self-care requisites
Istilah perawatan diri ditujukan kepada orang-orang yang sakit atau trauma, yang
mengalami gangguan patologi, termasuk ketidakmampuan dan penyandang cacat juga
yang berada sedang dirawat dan menjalani terapi. Adanya gangguan kesehatan terjadi
sepanjang waktu sehingga mempengaruhi pengalaman mereka dalam menghadapi
kondisi sakit sepanjang hidupnya.
Penyakit atau trauma tidak hanya pada struktur tubuh, fisiologi dan psikologi tetapi juga
konsep diri seutuhnya. Ketika konsep diri manusia mengalami gangguan (termasuk
retardasi mental atau autisme), perkembangan individu akan memberikan dampak baik
permanen maupun sementara. Dinegara-negara yang warganya banyak mengalami
gangguan kesehatan, self-care (perawatan diri) digunakan sebagai alat dalam pengobatan
dan terapi kesehatan.
Perawatan diri (self-care) adalah komponen system tindakan perawatan diri individu yang
merupakan langkah-langkah dalam perawatan ketika terjadi gangguan kesehatan.
Kompleksitas dari self-care atau system dependent-care (ketergantungan perawatan)
adalah meningkatnya jumlah penyakit yang terjadi dalam waktu-waktu tertentu.

4. Therapeutic self-care demand


Terapi pemenuhan kebutuhan dasar berisi mengenai suatu program perawatan dengan
tujuan pemenuhan kebutuhan dasar pasien sesuai dengan tanda dan gejala yang
ditampilkan oleh pasien. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat ketika
memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien diantaranya :
a. Mengatur dan mengontrol jenis atau macam kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
pasien dan cara pemberian ke pasien
b. Meningkatkan kegiatan yang bersifat menunjang pemenuhan kebutuhan dasar seperti
promosi dan pencegahan yang bisa menunjang dan mendukung pasien untuk
memenuhi kebutuhan dasar pasien sesuai dengan taraf kemandiriannya.

Beberapa pemahaman terkait terapi pemenuhan kebutuhan dasar diantaranya :


a. Perawat harus mampu mengidentifikasi faktor pada pasien dan lingkunganya yang
mengarah pada gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia
b. Perawat harus mampu melakukan pemilihan alat dan bahan yang bisa dipakai untuk
memenuhi kebutuhan dasar pasien, memanfaatkan segala sumberdaya yang ada
disekitar pasien untuk memberikan pelyenana pemenuhan kebutuhan dasar pasien
semaksimal mungkin.
5. Self Care Agency
Pemenuhan kebutuhan dasar pasien secara holistik hanya dapat dilakukan pada perawat
yang memiliki kemampuan komprehensif, memahami konsep dasar manusia dan
perkembangan manusia baik secara holistik

6. Agent
Pihak atau prerawat yang bisa memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien
adalah perawat dengan keahlian dan ketrampilan yang berkompeten dan memiliki
kewenangan untuk memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien secara holistik.

7. Dependent Care Agent


Dependent care agency merupakan perawat profesional yang memiliki tanggung jawab
dan tanggung gugat dalam upaya perawatan pemenuhan kebutuhan dasar pasien
termasuk pasien dalam derajat kesehatan yang masih baik atau masih mampu atau
sebagain memenuhi kebutuhan dasar pada pasien. Pemberian kebutuhan dasar tetap
menekankan pada kemandirian pasien sesuai dengan tingkat kemampuannya. Perawatan
yang diberikan bisa bersifat promoting, prevensi dan lain-lain

8. Self Care Deficit


Perawat membantu pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, utamanya
pada pasien yang dalam perawatan total care. Perawatan yang dilakukan biasanya kuratif
dan rehabilitatif. Pemenuhan kebutuhan pasien hampir semunay tergantung pada
pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh tim tenaga kesehatan utamanya perawat.
9. Nursing Agency
Perawat harus mampu meningkatkan dan mengembangkan kemampuanya secara terus
menerus untuk bisa memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien secara holistik
sehingga mereka mampu membuktikan dirinya bahwa mereka adalah perawat yang
berkompeten untuk bisa memberika pelayanan profesional untuk memenuhi kebutuhan
dasar pasien. Beberapa ktrempilan selain psikomotor yang juga harus dikuasai perawat
adala komunikasi terapetik, ketrampilan intrapersonal, pemberdayaan sumberdaya di
sekitar lingkungan perawat dan pasien untuk bisa memberikan pelayanan yang
profesional.

10. Nursing Design


Penampilan perawat yang dibutuhkan untuk bisa memberikan asuhan keperawatan yang
bisa memenuhi kebutuhan dasar pasien secara holistik adalah perawata yang profesioanl,
mampu berfikir kritis, memiliki dan menjalankan standar kerja dll.

11. Sistem Keperawatan


Merupakan serangkaian tindakan praktik keperawatan yang dilakukan pada satu waktu
untuk kordinasi dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien untuk mengetahui
dan memenuhi komponen kebutuhan perawatan diri klien yang therapeutic dan untuk
melindungi serta mengetahui perkembangan perawatan diri klien

4. Asumsi Dasar
Orem (2001) mengidentifikasi beberapa hal mendasar dari teori keperawatan terkait
kebutuhan dasar manusia :
1. Kebutuhan dasar manusia bersifat berkelanjutan ,dimana pemenuhannya dipengaruhi dari
faktor dari dalam pasien ataupun dari lingkungan
2. Human agency, pasien yang memiliki tingkatan ketergantungan dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya
3. Pengalaman dan pengetahuan perawat diperlukan untuk bisa memberikan pelayanan
pemenuhan kebutuhan dasar pasien secara profesional
MODEL KEPERAWATAN “INTERACTING SYSTEMS”
Imogene M. King

Konsep Utama
1) Fokus teory Imogene M. King adalah Human Being dengan prinsip Goal Attainment
(Pencapaian tujuan ) yang berfokus pada system interpersonal.
2) Konsep teory Imogene M.King terdiri :
 Interaksi, yaitu suatu proses dari persepsi dan komunikasi antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungan yang dimanifestasikan
sebagai perilaku verbal dan non verbal dalam mencapai tujuan.
 Persepsi, diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, yang berhubungan
dengan pengalaman masa lalu, konsep diri, sosial ekonomi, genetika dan latar belakang
pendidikan.
 Komunikasi, yaitu suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain
secara langsung maupun tidak langsung.
 Transaksi, interaksi yang mempunyai maksud tertentu dalam pencapaian tujuan.
 Peran, merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya dalam
sistem sosial.
 Stress, suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat interaksi manusia dengan
lingkungannya.
 Pertumbuhan dan perkembangan, tumbuh kembang mencakup sel, molekul dan tingkat
aktivitas perilaku yang kondusif untuk membantu individu mencapai kematangan.
 Waktu, adalah perputaran antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain sebagai
pengalaman yang unik dari setiap manusia.
 Ruang, yaitu area dimana terjadi interaksi antara perawat dengan pasien
 Jarak, batas wilayah yang memiliki kebijakan masing-masing

3) King mengidentifikasi sistem yang dinamis dalam tiga sistem interaksi yang dikenal dengan
Dynamic Interacting Systems, meliputi: Personal systems (individuals), interpersonal
systems (groups) dan social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem
pelayanan kesehatan, dll) , dapat dilihat pada skema berikut dibawah ini :
Dynamic Interacting Systems

Social system (society)

Interpersonal system (groups)

Personal system (individual)

a. Sistem personal
Adalah individu atau pasien yang dilihat sebagai sistem terbuka, mampu berinteraksi,
mengubah energi, dan informasi dengan lingkungannya. Sistem personal dapat dipahami
dengan memperhatikan konsep berinteraksi yaitu: persepsi, diri, tumbang, waktu, ruang,
dan jarak

b. Sistem interpersonal
Adalah dua atau lebih individu atau grup yang berinteraksi. Interaksi ini dapat dipahami
dengan melihat lebih jauh konsep tentang peran, interaksi, komunikasi, transaksi, stress,
koping.

c. Sistem sosial
Merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatan lingkungan. Ada beberapa
hal yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat, interaksi, persepsi, dan kesehatan.

Asumsi King
1. Asumsi Eksplisit meliputi :
1) Focus sentral dari keperawatan adalah interaksi dari manusia dan lingkungannya, dengan
tujuan untuk kesehatan manusia
2) Individu adalah mahluk sosial, mengirim, rasional, reaksi, penerimaan, control,
berorientasi pada kegiatan waktu.
3) Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi, tujuan, kebutuhan, dan nilai pasien serta
perawat.
4) Manusia sebagai pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi, berpartisipasi
dalam membuat keputusan yng mempengaruhi kehidupannya.
5) Tanggung jawab dari anggota tim kesehatan adalah memberikan informasi kepada
individu tentang semua aspek kesehatan untuk membantu mereka mengambil keputusan.
6) Tujuan pemberi dan penerima pelayanan kesehatan mungkin tidak sama.

2. Asumsi Implicit meliputi :


1) Pasien ingin berpartisipasi secara aktif dalam proses keperawatan.
2) Pasien sadar, aktif, dan secara kognitif mampu berpartisipasi dalam pembuatan atau
pengambilan keputusan.
3) Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
4) Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.

Pandangan King terhadap keperawatan


1. Konsep Manusia
King memandang manusia sebagai suatu system terbuka yang berinteraksi dengan
lingkungan
2. Konsep Lingkungan
Lingkungan adalah system social yang ada dalam masyarakat yang saling berinteraksi
dengan system lainnya secara terbuka
3. Konsep Sehat
King mendefinisikan sehat sebagai pengalaman hidup manusia yang dinamis, yang secara
berkelanjutan melakukan penyesuaian terhadap stressor internal dan eksternal melewati
rentang sehat sakit, dengan menggunakan sumber- sumber yang dimiliki oleh seseorang atau
individu untuk mencapai kehidupan sehari- sehari yamg maksimal.
4. Konsep Keperawatan
King menyampaikan pola intervensi keperawatannya adalah proses interaksi pasien dan
perawat meliputi komunikasi dan persepsi yang menimbulkan aksi, reaksi, dan jika ada
gangguan, menetapkan tujuan dengan maksud tercapainya suatu persetujuan dan membuat
transaksi.

Fenomena Keperawatan dikaitkan dengan Teory Imogine King


1. Kasus
 Ny. D, berusia 29 tahun masuk ke unit keperawatan onkologi dengan keluhan nyeri
pelvic dan pengeluaran cairan pervagina. Hasil pemeriksaaan Pap Smear didapatkan
menderita Ca Cerviks stadium II dan telah mengalami Histerektomy radikal dengan
bilateral salpingo-oophorectomy.
 Riwayat kesehatan masa lalu : jarang melakukan pemeriksaan fisik secara teratur. Ny
D mengatakan bahwa tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Dia
seorang perokok dan menghabiskan kurang lebih 2 bungkus sehari dan berlangsung
selama 16 tahun. Dia sudah memiliki 2 orang anak. Kehamilan pertama ketika dia
berusia 16 tahun dan kehamilan yang kedua saat berusia 18 tahun. Sejak saat itu dia
menggunakan kontrasepsi oral secara teratur. Dia menikah dan tinggal dengan
suaminya bersama 2 orang anaknya dirumah ibunya, dengan sanitasi lingkungan yang
kurang baik.
 Ny D telah mengikuti pembedahan dengan baik kecuali satu hal dia belum mampu
mengosongkan kandung kemihnya. Dia masih merasakan nyeri dan mual post operasi.
Hal itu mengharuskan dia untuk menggunakan kateter intermitten di rumah.
 Ny D sangat sedih. Dia menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap masa
depannya dan kedua anaknya. Dia percaya bahwa penyakit ini adalah sebuah hukuman
akibat masa lalunya.

2. Pengkajian dan analisa fenomena


 Pada model konseptual system King, Ny D sebagai konsep personal system yang
saling berinteraksi dengan system lain. Banyak hal yang saling mempengaruhi
perilaku dan kesehatannya. Diagnosa dari servikal kanker kelas V dan pengobatan
berikutnya, keduanya merupakan stressor utama juga berpengaruh untuk
kesehatannya. Interaksi bersama Ny D dan perawat, komunikasi, bersama-sama
menentukan tujuan dan membuat keputusan tentang maksud pencapaian tujuan.
 Perawat dalam situasi ini, dimulai dengan interpersonal system dengan Ny.D. Proses
transaksinya dimulai dengan persepsi, pertimbangan, mental action, dan reaksi kedua
individu.
 Persepsi Ny.D mungkin mempengaruhi tingkat emosional, stress dan nyeri. Persepsi
perawat dipengaruhi oleh budaya, status social ekonomi, usia dan pengetahuan
(pengobatan dan diagnose Ny D) dan keterampilan yang professional.
 Dalam system interpersonal, pasien diidentifikasi ada jarak dan sering mengalami
kekerasan dengan suami, yg tentunya menjadi kelemahan utama dalam dukungan
emosi selama melewati masa-masa yang sulit.
 Komunikasi adalah kunci kestabilan mutu dan kepercayaan antara Ny D dan perawat
untuk mencapai tujuan. Ny D mengharapkan partisipasi dalam pencapaian tujuan
tersebut.
 Sangat penting untuk menentukan sejauhmana kekhawatiran dan kecamasan yang
dialami Ny. D.
 Sebagai tambahan, perlu adanya diskusi tentang tujuan bersama, Ny.D mengharapkan
untuk dilibatkan dalam diskusi tentang tindakan untuk mencapai tujuan..
 Pencapaian tujuan memerlukan evaluasi yang berkelanjutan.

Menurut king, jika kesepakatan telah dibuat, tujuan akan tercapai. Pencapaian tujuan dapat
meningkatkan atau memelihara status kesehatan. Jika tujuan tidak tercapai, perawat perlu
untuk melakukan pengkajian kembali, berfikir kritis, dan perjanjian antara perawat dan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Ann Marriner Tomey, Martha Raile Alligood. 2006. Nursing Theorists and Their Work. Six Ed.
Mosby. USA
Fear, and Hope. 13 November 2008.http://w w w .thirds pac e.ca/ journal /art icle /view Fil e/w
al l/183
Fitzpatrick,Joyce J (1989), Conceptual Models of Nursing : Analysis and Application, Second
Ed, Appleton & Lange, California
George, J.B, 1990, Nursing Theories ; The Base For Professional Nursing Practice, Appleton &
Lange, Connecticut
George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth Edition.
USA : Appleton & Lange.
http://www.sandiego.edu/ACADEMICS/nursing/theory/midrange/midrange.htm
http://www.sandiego.edu/acamics/nursing/theory/Orlando
Kaiser, Leland R. What is self transcendence. 08 November 2008.
http://www.kaiser.net/seriesdetail.cfm?article_id=457
Kozier, B, et al. (1995). Fundamental of nursing concepts, process and practice (fifth edition).
California : Eddison Wasley Publishing Company.
Leininger, M and McFarland, M.R, 2002, Transcultural Nursing ; Concepts, Theories, Research
and Practice, McGraw-Hill Companies, USA
Marriner-Tomey & Alligood (2006). Nursing theorists and their works. 6th Ed.St.Louis:
Mosby Elsevier, Inc
McKenna H.P. (1997). Nursing Models and Theories. 18 November 2008.
Reed, P.G, Shearer, N.C., & Nicoll, L. H. (2004). Perspectives on nursing theory. 4th Ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Saur, Wilhelmus. 2002. "Self-Transcendence", Sebuah Pencarian Keotentikan Diri. 8 November
2008.
Tomey and Alligood. Nursing theoriest, utilization and application. Mosby : Elsevier. 2006.
. Nursing theorists and their work. Sixth edition. Mosby : Elsevier. 2006.
.(2006). Nursing Theorists and Their work. 6
.(1998). Nursing Theorist and Their Work, 4th edition, Mosby-Year Book, Inc,
Missouri

You might also like