Professional Documents
Culture Documents
A. Kelompok Dan Tingkatan Teori Keperawatan 1. Proses Perkembangan Teori Keperawatan
A. Kelompok Dan Tingkatan Teori Keperawatan 1. Proses Perkembangan Teori Keperawatan
Ners:
Pengetahuan
Pengalaman
Etik dan etika
Hak professional
1. Hubungan Ners – Klien
1) Karakteristik : hubungan terapeutik
Realisasi diri
Identitas dan integritas tinggi
Kemampuan membina hubungan
Peningkatan fungsi dan kemampuan
2) Karakteristik perawat:
Kesadaran akan nilai yang dianut
Kemampuan menganalisa perasaan diri
Kemampuan menjadi contoh peran
Altruistik
Rasa tanggung jawab etik dan moral
Tanggung jawab
2. Penutup
a. Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional kepada mereka yang
membutuhkan diberikan oleh Ners yang telah dipersiapkan secara memadai melalui
pendidikan dasar dan pengalaman keperawatan berjenjang sesuai peran dan tanggung
jawab yang diemban oleh tenaga tsb.
b. Sebagai profesi, keperawatan memiliki paradigma yang digunakan sebagai pedoman
dalam kegiatan ilmiah keperawatan dan upaya pengembangan disiplin keperawatan.
c. Paradigma keperawatan merupakan serangkaian konsep yang saling berhubungan dan
mempengaruhi; bersifat terbuka untuk perubahan dan perkembangan disiplin
keperawatan
MODEL KEPERAWATAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Hildegard E. Peplau
Pandangan Teoritis
Teori ini menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri & orang lain
dengan menggunakan dasar hubungan antar manusia (HAM)
Menurut Peplau, Keperawatan adalah proses interpersonal karena melibatkan interaksi
antara dua atau lebih individu dengan tujuan bersama.
Asumsi
Asumsi utama atau asumsi dasar dalam pengembangan model konsep dan teori hubungan
interpersonal Oleh Peplau dibedakan menjadi asumsi eksplisit dan implisit.
1. Asumsi ekplisit memberi pandangan bahwa
Perawat akan membuat pasien belajar ketika ia menerima penanganan perawatan,
Menjalankan fungsi keperawatan dan pendidikan keperawatan dengan membantu
perkembangan pasien ke arah kedewasaan
Keperawatan menggunakan prinsip-prinsip dan metode-metode yang membimbing
proses ke resolusi dari masalah interpersonal.
2. Asumsi implisit
Mempertegas profesi keperawatan memiliki tanggung jawab legal dalam penggunaan
keperawatan secara efektif dan segala konsekuensinya kepada pasien.
Komponen Dasar
Dalam kaitannya dengan perpektif paradigma keperawatan, Peplau juga menguraikan secara
terperinci berdasarkan 4 komponen dasar :
1. Manusia
Individu dipandang sebagai suatu organisme yang hidup dalam equilibrium yang tidak
stabil yang berjuang dengan caranya sendiri untuk megurangi ketegangan yang disebabkan
oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang unik, mempunyai persepsi yang
dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk proses interpersonal
2. Lingkungan
Merupakan kekuatan yang berada di luar organisme dimana Budaya, adat istiadat dan
kebiasaan serta keyakinan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
menghadapi individu
3. Kesehatan
Suatu perkembangan kepribadian dan proses kemanusiaan yang berkesinambungan ke
arah kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif
4. Keperawatan
Suatu proses interpersonal yang bermakna, bersifat therapeutic.
Peran Perwat
Peplau secara terperinci menguraikan beberapa peran perawat :
1. Stranger ; menerima pasien secara baik-baik untuk dapat beradaptasi dengan situasi
kehidupan yang berbeda, sehingga tercipta hubungan saling percaya,
2. Teacher ; sebagai guru dalam memberi pengetahuan sesuai kebutuhan,
3. Resource Person ; Sebagai narasumber atau pemberi informasi yang spesifik dalam
memahami masalah atau situasi yang baru,
4. Counselors ; Membantu individu untuk memahami dan mengintegrasikan makna
kehidupan saat ini sambil memberikan bimbingan dan dorongan untuk melakukan
perubahan,
5. Surrogate; bertindak sebagai advokasi, yaitu atas nama pasien untuk membantu
memperjelas domain saling ketergantungan dan kemandirian
6. Leader ; memimpin pertemuan dengan cara yang saling memuaskan
Skema Model Peplau dalam Hubungan Interpersonal
Dari skema diatas dapat dijelaskan bagaimana hubungan Perawat - Klien (Relation-
ship) itu terjadi. Pada dasarnya hubungan interpersonal antara perawat dan pasien memiliki
komponen pengaruh yang sama seperti nilai, budaya, dan lain sebagainya. Namun demikian
perlu dipahami bahwa nilai-nilai yang dimiliki oleh perawat jelas berbeda dengan yang
dimiliki oleh pasien. Pandangan perawat selalu mengacu secara etikal dan konsep ilmiah,
sementara pasien melihat masalah dengan menggunakan sudut pandang emikal (keyakinan
tradisional) dan belum pasti rasional adanya. Selain itu pula salah satu komponen dari
perawat adalah memiliki ide-ide, dimana ide tersebut bisa dijadikan alasan ilmiah untuk
meyakinkan pasien agar persepsi yang salah atau kurang tepat dalam upaya kesehatan dapat
dibenarkan.
Pembahasan
Dari berbagai pandangan tersebut diatas member inspirasi yang sangat tepat bagi kami,
mengapa dan bagaimana Peplau mengembangkan model konsep dan teori keperawatan
tentang Hubungan Interpersonal. Konsep ini dijadikan sebagai dasar pengetahuan untuk
memahami permasalahan-permasalahan pasien, membentuk dasar dari sekian banyak
aplikasi metode penelitian, dan lebih penting lagi adalah memberikan kontribusi yang
signifikan pada komunitas keperawatan melalui riset yang telah dilakukan untuk
mengevaluasi, memvalidasi, dan membuat lebih tepat teori hubungan interpersonal.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa hubungan interpersonal yang diawali dengan
komunikasi efektif yang terjadi pada suatu unit kerja seperti dalam bidang keperawatan,
aktivitas interpersonal tersebut senantiasa disertai dengan tujuan yang ingin dicapai. Budaya
hubungan interpersonal dalam konteks pelayanan keperawatan harus dilihat dari berbagai
sisi. Sisi pertama adalah hubungan interpersonal antara perawat manajerial kepada perawat
pelaksana, sisi kedua antara sesama perawat pelaksana, dan sisi ketiga adalah antara perawat
dengan pasien sebagai penerima pelayanan keperawatan, yang masing-masing mempunyai
pola hubungan interpersonal yang bebeda.
Hubungan interpersonal dengan komunikasi efektif merupakan sarana untuk
mengadakan koordinasi antara berbagai subsistem dalam suatu unit kerja. Menurut Kohler,
ada dua model komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan suatu
unut kerja ini. Pertama, komunikasi koordinatif, yaitu proses komunikasi yang berfungsi
untuk menyatukan bagian-bagian (subsistem) unit kerja. Kedua, komunikasi interaktif, ialah
proses pertukaran informasi yang berjalan secara berkesinambungan, pertukaran pendapat
dan sikap yang dipakai sebagai dasar penyesuaian di antara sub-sub sistem dalam unit kerja,
dalam hal ini kualitas pelayanan keperawatan akan tercapai sehingga berimplikasi pada
kinerja perawat itu sendiri. Peningkatan kinerja perawat secara perorangan akan mendorong
kinerja sumber daya manusia keperawatan secara keseluruhan dan memberikan feed back
yang tepat terhadap perubahan perilaku, yang direkflesikan dalam peningkatan kualitas
pelayanan dan memberikan kepuasan pada pasien.
Banyak sudah pandangan yang dibahas oleh Peplau, tetapi masih terdapat
keterbatasan-keterbatasan yang memerlukan kajian dan penelitian lebih lanjutan. Dinamika
dalam keluarga, pertimbangan ruang pribadi dan sumber daya masyarakat serta pelayanan
sosial dianggap kurang, merupakan kererbatasan dalam pemahamanan konsep hubungan
interpersonal ini. Penggunaan teori ini juga sangat terbatas jika diterapkan pada pasien yang
tak sadarkan diri, pikun/tua atau baru lahir, karena dalam situasi demikian hubungan perawat
pasien terkadang hanya satu arah. Disamping itu, pada beberapa daerah model konsep ini
tidak cukup spesifik untuk menghasilkan hipotesis.
Kesimpulan
Model konseptual keperawatan oleh Peplau merupakan suatu bentuk atau cara untuk
memandang situasi dan kondisi hubungan interpersonal melibatkan interaksi perawat dan
pasien didalamnya. Teori ini menggambarkan suatu hubungan pasien perawat, dimana pasien
dan perawat dengan kesadaran akan perasaannya masing-masing sebagai pemberi dan
penerima pelayanan keperawatan, akan tetap terjalin hubungan interpersonal melalui
komunkasi dan keakraban.
Model dan Teori konseptual peplau dapat digunakan untuk mengembangkan skala
tingkah laku dan instrumen empati, juga digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu
rancangan penelitian, terutama untuk mengatahui secara kualitatif seberapa besar pengaruh
komunikasi efektif dalam hubungan ineterpersonal terhadap kepuasan pasien.
NURSING PROCESS THEORY
Ida Jean Orlando
A. Biografi
Ida Jean Orlando Pelletier lahir pada tanggal 12 Agustus 1926 di New Jersey. Ia telah
aktif berkarir sebagai pelaksana , pendidik, peneliti dan konsultan dalam bidang keperawatan.
Pada awal karirnya ia bekerja sebagai staf keperawatan diberbagai bidang seperti obstetri,
perawatan penyakit dalam dan bedah, serta di ruang emergenci. Ia juga telah menjabat
sebagai suvervisor dan menjabat sebagai asisten dua direktur keperawatan. Ia diterima di
Diploma Keperawatan di New York tahun 1947, medapat gelar Bachelor of Nursing pada
tahun 1951 dari Universitas di Brooklyn New York, Pada tahun 1954 menerima MA di
mental health consultation dari Universitas Colombia. Buku pertamanya yang dipublikasikan
pada tahun 1961dan diprint ulang pada tahun 1990 yaitu hubungan dinamis perawat-
pasien : fungsi, prinsip dan proses. Ia juga menjabat sebagai pimpinan graduate program
dalam kesehatan mental dan psikiatri nursing di Yale. Orlando juga aktif dibebagai
organisasi seperti pada Massachusetts Nurses’ Associations dan di Harvard Community
Health Plan. Ia juga sebagai dosen dan konsultan pada berbagai institusi keperawatan.
Dalam teorinya Orlando mengemukanan tentang beberapa konsep utama,
diantaranya adalah konsep disiplin proses keperawatan ( nursing process discipline) yang
juga dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses keperawatan. Disiplin proses
keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera,
mengidentifikasi permasalahan klien yang disampaikan kepada perawat, menanyakan
untuk validasi atau perbaikan. (Tomey, 2006: 434).
Orlando juga menggambarkan mengenai disiplin nursing proses sebagai interaksi
total (total interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan
pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut
dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya
serta untuk melakukan tindakan yang tepat (George, 1995 ;162)
B. Paradigma Keperawatan Orlando
Asumsi Orlando terhadap paradigma keperawatan hampir seluruhnya terkandung
dalam teorinya. Sama dengan teori-teori keperawatan pendahulunya asumsinya tidak
spesifik, namun demikian Schmieding (1993) mendapatkan dari tulisan Orlando mengenai
empat area yang ditekuninya :
1. Perawat
Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan
sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional yaitu membantu mengenali
dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu merupakan tanggung jawab
perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya. Dalam
teorinya tentang disiplin proses keperawatan mengandung elemen dasar, yaitu perilaku
pasien, reaksi perawat dan tindakan perawatan yang dirancang untuk kebaikan pasien
2. Manusia
Manusia bertindak atau berperilaku secara verbal dan nonverbal, kadang-kadang dalam
situasi tertentu manusia dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan pertolongan, dan
akan mengalami distress jika mereka tidak dapat melakukannya. Hal ini dijadikan dasar
pernyataan bahwa perawat profesional harus berhubungan dengan seseorang yang tidak
dapat menolong dirinya dalam memenuhi kebutuhannya.
2. Sehat
Orlando tidak medefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa bebas dari
ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan sejahtera berkontribusi
terhadap sehat. Perasaan adekuat dan sejahtera dalam memenuhi kebutuhannya
berkontribusi terhadap sehat.
4. Lingkungan
Orlando berasumsi bahwa lingkungan merupakan situasi keperawatan yang terjadi ketika
perawat dan pasien berinteraksi, dan keduanya mempersepsikan, berfikit, dan merasakan
dan bertindak dalam situasi yang bersifat segera. Pasien dapat mengalami distress
terhadap lingkungan therapeutik dalam mencapai tujuannya, perawat perlu
mengobservasi perilaku pasien untuk mengetahui tanda-tanda distress.
C. Konsep Utama Dalam Teori Proses Keperawatan
PERSON A PERSON B
Reaction ACTION ACTION Reaction
Secret Secret
PERCEPTION
PERCEPTION
THOUGHT
THOUGHT
REACTION
FEELING FEELING REACTION
3. Tindakan Perawat
Setelah memvalidasi dan memperbaiki reaksi perawat terhadap perilaku pasien, perawat
dapat melengkapi proses disiplin dengan tindakan keperawatan, Orlando menyatakan
bahwa apa yang dikatakan dan dilakukan oleh perawat dengan atau untuk kebaikan
pasien adalah merupakan suatu tidakan profesional perawatan. Perawat harus
menentukan tindakan yang sesuai untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien. Prinsip
yang menjadi petunjuk tindakan menurut Orlando yaitu perawat harus mengawali dengan
mengekplorasi untuk memastikan bagaimana mempengaruhi pasien melalui tindakan atau
kata-katanya.
Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu : tindakan otomatis dan tindakan
terencana. Hanya tindakan terencana yang memenuhi fungsi profesional perawat.
Sedangkan tindakan otomatis dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya
tindakan pemberian obat atas intruksi medis. Dibawah ini merupakan kriteria tindakan
keperawatan yang direncanakan:
a. Tindakan merupakan hasil dari indetifikasi kebutuhan pasien dengan memvalidasi
reaksi perawat terhadap perilaku pasien.
b. Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien dan sesuai untuk memenuhi
kebituhan pasien.
c. Perawat memvalidasi efektifitas tindakan, segera setelah dilakukan secara lengkap
d. Perawat membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pasien
ketika melakukan tindakan.
Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh tindakan
otomatis tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan perlindungan
kesehatan secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi reaksi perawat
4. Fungsi profesional
Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat perawat dalam
menyelesaikan fungsi profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya
perawatan pasien. Perawat harus tetap menyadari bahwa aktivias termasuk profesional
jika aktivitas tersebut direncanakan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan pasien.
Disiplin proses keperawatan adalah serangkaian tindakan dengan suatu perilaku
pasien yang membutuhkan bantuan. Perawat harus bereaksi terhadap perilaku pasien
dengan mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membagi aspek reaksinya
dengan pasien, meyakinkan bahwa tindakan verbal dan nonverbalnya adalah konsisten
dengan reaksinya, dan mengidentifikasi reaksi sebagai dirinya sendiri, perawat
mengunjungi pasien untuk memvalidasi reaksinya dan perawat membantu pasien dengan
menggunakan proses yang sama agar komunikasi lebih efektif . Selanjutnya tindakan
yang sesuai untuk menyelesaikan kebutuhan adalah saling menguntungkan antara pasien
dan perawat. Setelah perawat bertindak , perawat segera katakan kepada pasien jika
tindakannya berhasil . Secara keseluruhan interaksi , perawat meyakinkan bahwa perawat
bebas terhadap stimulasi tambahan yang bertentangan dengan reaksinya terhadap pasien.
E. Analisis Teori Orlando.
1. Kejelasan (Clarity )
Pada buku pertamanya ”The dynamic Nurse patien relation ship function,process and
principles of professional nursing practice” (1961), Orlando memperkenalkan konsep
dengan jelas.Ia secara konsisten menggunakan terminologi yang sama pada teorinya.
Pada buku keduanya ” The Discipline and teaching of nursing prosess ; an evaluative
study (1972) Ia menggambarkan kembali proses keperawatan yang berhati-hati adalah
proses keperawatan yang disiplin. Yang lain selain perubahan ini, Orlando secara
konsisten menggunakan kata yang sama untuk komponen prosesnya. Perkembangan dari
teorinya mengharuskan pembaca untuk lebih familiar dengan kedua buku. Meskipun
tulisannya jelas dan ringkas, beberapa kali pengulangan memudahkan pemahaman.
2. Kesederhanaan ( simplicity )
Karena teori Orlando berhubungan dengan sedikit konsep dan hubungan antar masing-
masing konsep,maka teorinya sederhana. Teorinya juga dapat dilihat secara sederhana,
sebab ia dapat membuat beberapa pernyataan prediksi dan tidak hanya menggambarkan
dan menjelaskan .kesederhanaan dari teori Orlando menguntungkan pada panggunaan
penelitian.
Walker dan Avant ( 1995) menggunakan teori Orlando sebagai satu contoh dari grand
nursing teori ; meskipun tidak semua grand teori berada pada level abstrak yang
sama.mereka menetapkan bahwa grand nursing teory memberikan pandangan secara
global, tetapi berdasarkan sifatnya yang umum dan keabstrakannya, banyak dari grand
teori tidak dapat diuji pada kondisi sekarang.
Praktisi keperawatan dalam melaksanakan fungsinya perlu menerapkan teori atau model yang
sesuai dengan situasi tertentu. Pada kondisi awal, kombinasi dari beberapa teori atau model dapat
dipertimbangkan, tetapi jika dipergunakan secara konsisten dapat dilakukan analisa atau
evaluasi terhadap efektivitasnya. Dengan menggunakan berbagai teori dan model keperawatan,
maka fokus dan konsekwensi praktek keperawatan dapat berbeda .
Dibawah ini merupakan gambaran aplikasi disiplin proses keperawatan Orlando pada penderita
SKA STEMI 1 jam setelah mendapat serangan.
A. Gambaran Kasus
Tn X usia 45 tahun satu jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri dada
sebelah kiri menjalar ke leher, rahang, lengan serta ke punggung sebelah kiri. Nyeri dirasakan
seperti tertekan benda berat. Nyeri menetap walaupun telah diistirahatkan. Nyeri dirasakan terus
menerus lebih dari 30 menit. Kemudian oleh keluaga dibawa ke UGD RSHS.
Klien sebelumnya belum pernah dirawat atau sakit berat tetapi memiliki kebiasaan
kurang olah raga, riwayat merokok berat 2 bungkus per hari, klien adalah seorang kepala
keluarga dan bekerja sebagai seorang meneger di salah satu perusahaan.
Hasil pemeriksaan fisik : kesadaran kompos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi
98 kali/pemit, respirasi 30 kali/menit. Tampak gelisah, banyak keluar keringat. Hasil
pemeriksaan EKG menunjukan adanya ST elevasi. Hasil Laboratorium terdapat enzim troponin
T positip dan CKMB meningkat. Oleh dokter klien didiagnosa sindroma koroner akut dengan
ST elevasi Miocard infark.
3 Evaluasi
Evaluasi, pada fase tindakan proses disiplin merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Tindakan- tindakan yang terencana , setelah tidakan lengkap dilaksanakan, perawat harus
mengevaluasi keberhasilannya.Evaluasi asuhan keperawatan pada tuan X difokuskan
terhadap perubahan perilaku terhadap kemampuan menolong dirinya untuk mengatasi
ketidakmampuannya. Evaluasi dilakukan setelah tindakan keperawatan dilaksankan.
Adapun hasil yang diharapkan adalah:
a. Perfusi jaringan pada otot jantung meningkat atau adekuat, ditandai dengan tanda-
tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal, hasil
pemeriksaan EKG normal. Nyeri dada tidak ada.
b. Rasa nyaman terpenuhi: nyeri berkurang atau tidak ada, ditandai dengan : pasien
mengatkan nyeri berkurang atau tidak ada, pasien relak. Tandatanda vital dalam batas
normal,
c Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari : tidak ada keluhan nyeri dada, sesak
nafas atau palpitasi saat melakukan aktivitas, tekanan darah, nadi, respirasi dalam
batas normal sebelum, selama dan setelah melakukan. Aktivitas. Pasien ammpu
melakukan aktivitas sendiri dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari : makan,
personal higiene dan eliminasi.
Dengan melihat aplikasi disiplin proses keperawatan pada kasus Tn X yang mengalami
gangguan sistem kardiovaskular berhubungan dengan sindroma akut koroner non ST elevasi,
penulis mencoba untuk membahas pelaksanaan aplikasi teori tersebut dengan membandingkan
dengan proses keperawatan
Pada kedua proses tersebut, pada bagian tertentu secara keseluruhan sama. Misalnya keduanya
merupakan hubungan interpersonal dan membutuhkan interaksi antara pasien dan perawat.
Pasien sebagai input dalam keseluruhan proses. Kedua proses menggambarkan pasien sebagai
total person. Tidak selalu tentang penyakit atau bagian tubuh. Kedua proses juga menggunakan
metode tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan tersebut.
Fase pengkajian pada proses keperawatan sesuai dengan berbagi pada reaksi perawat
dengan perilaku pasien dalan disiplin proses keperawatan orlando. Perilaku pasien mengawali
pengkajian. Perilaku yang dikaji adalah perilaku verbal yang dikatakan oleh pasien yaitu riwayat
kesehatan sekarang meliputi keluhan utama, bagaimana keluhan itu dirasakan, bagaimana sifat
dan kwalitas keluhan tersebut. Apa faktor pencetusnya. Dan faktor resiko terhadap terjadinya
gangguan kesehatan. Sedangkan perilaku non verbal yang perlu diketahui oleh perawat adalah
tanda-tanda dari gangguan fungsi tubuh sebagai respon pasien terhadap tidak terpenuhinya
kebutuhan yang membutuhkan pertolongan perawat, seperti perubahan tanda-tanda vital, keluar
keringat yang berlebihan, ketidaknormalan fungsi tubuh seperti yang ditunjukan oleh hasil
pemeriksaan penunjang EKG, pemeriksaan enzim roponin dan lain sebagainya.
Berbagi pada reaksi perawat dalam disiplin nursing proses adalah komponen yang
sama dengan analisis pada proses keperawatan. Walaupun reaksi perawat adalah otomatis. Hal
ini sedikit berbeda dengan analisa data pada proses keperawatan dimana seorang perawat untuk
mampu melakukan analisa data perlu menggunakan dasar teori keperawatan dan menggunakan
prinsip dari pengetahuan fisik dan perilaku dan itu harus benar-benar menjadi dasar dalam
menganalisa berbagai tanda dan gejala yang dirasakan atau ditemukan pada pasien.
Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase nursing action pada
disiplin proses keperawatan. Tujuannya adalah selalu mengurangi akan kebutuhan pasien
terhadap bantuan. Tujuannnya berhubungan dengan peningkatan perilaku pasien. Tujuan yang
dirumuskan pada teori Orlanda menurut penulis masih terlalu umum yaitu fokuskan pada
perubahan perilaku dalam menolong untuk memenuhi kebutuhan dirinya sehingga
kemungkinan keberhasilannya sulit untuk diukur terutama terhadap masalah yang hanya
diketahui oleh perawat tetapi tidak disadari oleh pasien. Seperti pada contoh kasus Tn X yaitu
masalah penurunan perfusi jaringan pada otot jantung.
Implementasi meliputi seleksi akhir dan pelaksanaan dari tindakan keperawatan dan
ini juga merupakan bagian dari fase tindakan keperawatan pada proses disiplin Orlando. Kedua
proses memerintahkan bahwa tindakan harus sesuai bagi pasien sebagai individu yang unik. Pada
Teori orlando tindakan keperawatan ada dua macam yaitu tindakan otomatis yang sifatnya segera
dan terencana. Keduanya tidakan tersebut lebih diarahkan terhadap penanggulangan masalah
kperawatan yang bersifat segera dan mengacam kehidupan pasien dan kurang memperhatikan
tindakan-tindakan yang bersifat promotif atau preventif yang sebenarnya tidakan preventif
seperti : pencegahan serangan ulang dan menghindari faktor resiko adalah penting bagi pasien
yang menderita penyakit jantung seperti yang dialami Tn. X.
Evaluasi, pada fase tindakan proses disiplin merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan. Tindakan- tindakan yang terencana , setelah tidakan lengkap dilaksanakan, perawat
harus mengevaluasi keberhasilannya. Evaluasi pada teori Orlando sudah cukup baik, yang mana
evaluasi selalu dilakukan setelah setiap tindakan keperawatan dilakukan secara lengkap.
KESIMPULAN
Proses keperawatan dan proses disiplin Orlando keduanya menggambarkan rangkaian
tahapan. Setiap tahapan sama-sama tidak terpisah. Pada proses disiplin Orlando hampir
secara berkesinambungan saling mempengaruhi dimana perilaku pasien menjadi tujuan
reaksi perawat, mengarahkan perilaku perawat, mengarahkan reaksi pasien. Kedua proses
tersebut merupakan proses dinamis dan responsif terhadap perubahan kondisi pasien.
Proses keperawatan dan proses disipin Orlando mempunyai banyak persamaan.
Proses keperawatan panjang dan lebih formal dan fasenya lebih mendetail dibandingkan
proses disiplin Orlando. Dan membutuhkan perawat untuk menggunakan pengetahuan dan
prinsip keilmuan dan teori keperawatan. Orlando hanya membutuhkan bahwa perawat harus
mengikuti prinsip-prinsip yang ia tetapkan.
TEORI KEPERAWATAN ADAPTASI MODEL
Sister Callista Roy
Konsep Grand Teori
Teori Keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya, dimulai dari meta
theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory
Level ke tiga dari teori keperawatan adalah Grand Theory yang menegaskan fokus global
dengan board perspective dari praktik keperawatan dan pandangan keperawatan yang
berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan.
Grand Theory Keperawatan dibedakan dengan Teori Filosofi Keperawatan.
Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar disiplin keperawatan dalam
memandang manusia sebagai makhluk biologis dan respon manusia dalam keadaan sehat
dan sakit, serta berfokus kepada respons mereka terhadap suatu situasi.
Filosofi belum dapat diaplikasikan langsung dalam praktik keperawatan, sehingga perlu
dijabarkan dan dibuat dalam bentuk yang lebih konkrit
Grand theory keperawatan (Alligood, 2002), menyatakan teori pada level ini lebih fokus
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi keperawatan yang spesifik seperti spesifik
untuk kelompok usia pasien, kondisi keluarga, kondisi kesehatan, dan peran perawat.
Umpan Balik
Sumber : Tomey and Alligood. 2006. Nursing theoriest, utilization and application. Mosby : Elsevier
2. Stimulus.
Stimuluis Internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa
pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel
maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.
Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis yang diterima individu
sebagai ancaman.
Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara lain:
1) Stimulus Fokal
Stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan
ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab infeksi
2) Stimulus Kontektual.
Stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) seperti keadaan
tidak sehat, dan tidak terlihat langsung pada saat ini, misalnya penurunan daya tahan
tubuh.
3) Stimulus Residual
Sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi terjadinya
keadaan tidak sehat (faktor predisposisi), sehingga terjadi kondisi Fokal, mis ; persepsi
pasien tentang penyakit, gaya hidup, dan fungsi peran.
3. Tingkat Adaptasi
Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam 3 (tiga
kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Tingkat adaptasi seseorang
adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari stimulus.
3. Diagnosa Keperawatan.
Fisiologis Mode
1. Oksige 6. sensoris.
nasi. Nyeri akut.
Hipoksia/syoks. Nyeri kronis.
Gangguan ventilasi. Sensori overload.
Inadekuat Gangguan sensori primer.
pertukaran gas. Potensial injuri.
Inadekuat transport Kehilangan kemampuan
Gas perawatan diri.
Gangguan perfusi Gangguan persepsi.
jaringan. Potensial injuri/ hilang
2. nutrisi. kemam-puan merawat diri.
Malnutrisi. 7. cairan dan
Mual,muntah. elektriolit.
Anoreksia. Dehidrasi.
3. elimina Retensi cairan intra seluler.;
si. Edema.
Diare. Shok hipo/hipervolemik.
Konstipasi. Hyper atau hipokalsemia.
Kembung. Ketidakseimbangan asam
Retensi Urine. basa.
Inkontinensia urine. 8. Fungsi Nerologis.
5. Evaluasi:
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi. PerilakuTujuan
dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan, dan bagaimana pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperaweatan didasarkan
pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan
intervensi setelah hasil evaluasi ditetapkan.
GRAND THEORY STRESOR DAN GARIS PERTAHANAN DIRI
Betty Neuman
A. Konsep Utama
Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi: stresor, garis pertahanan dan
perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem pasien, struktur dasar, intervensi
dan rekonstitusi (Fitzpatrick & Whall, 1989)
1. Stressor
Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensial
untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi stressor sebagai berikut :
1) Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan dengan
lingkungan internal (misalnya : respons autoimmune)
2) Stressor interpersonal : terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki
pengaruh pada system, (misalnya : ekspektasi peran)
3) Stressor ekstrapersonal : terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga dari pada
stressor interpersonal, (misalnya : sosial politik).
2. Garis pertahanan dan perlawanan
Garis pertahanan normal merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu
keadaan stabil untuk individu. Garis pertahanan normal jika garis pertahanan
fleksibelnya tidak dapat melindungi secara adekuat.
Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada
sistem dari stressor.
Sedangkan garis perlawanan merupakan serangkaian lingkaran putus-putus yang
mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten ini melindungi struktur dasar dan
akan teraktivasi jika ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis normal
pertahanan (normal line of defense).
3. Tingkatan pencegahan
1) Pencegahan primer : terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi :
promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Strateginya mencakup :
immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup.
2) Pencegahan sekunder, meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari
stressor.
3) Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem pasien
secara optimal. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.
4. Sistem pasien
Model Sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang terbuka dan dinamis.
Pasien sebagai sistem bisa individu, keluarga, kelompok, komunitas atau sosial issue.
Pasien sebagai suatu sistem memberikan arti bahwa adanya keterkaitan antar aspek yang
terdapat dalam sistem tersebut.
5. Struktur dasar
Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup dasar yang biasa
terdapat pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik, seperti genetik.
6. Intervensi
Merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh, meningkatkan dan
memelihara sistem keseimbangan, terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tertier.
7. Rekonstitusi
Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi yang terjadi
berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap stressor.
2. Martha E. Rogers
Prinsip – prinsip hemodinamika memberi petunjuk untuk mengetahui hubungan antara
perkembangan individu dengan alam sebagai respon sehat yang berhubungan dengan
masalah yang terjadi.
Kesuksesan menggunakan prinsip hemodinamika perlu pertimbangan perawat dan
melibatkan baik perawat maupun klien dalam proses keperawatan. Jika sesuatu di luar
individu adalah bagian dari lingkungan maka perawat menjadi bagian dari lingkungan
klien.
Keperawatan bekerja dengan klien bukan untuk untuk klien. Ini meliputi proses
keperawatan dengan menunjukkan bahwa perawat memperhatikan manusia secara
keseluruhan, tidak cukup satu aspek, satu masalah, atau terbatas pada pemenuhan
kebutuhannya saja.
1) Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Riset Keperawatan
Model konseptual abstrak yang di kemukakan Martha E Rogers secara langsung
memiliki hubungan dengan riset dan pengembangan ilmu keperawatan. Model
konseptualnya memberikan arah dan stimulus untuk aktifitas keilmuan tersebut.
Model keperawatan Rogers menunjukkan betapa uniknya realita profesi keperawatan.
Peneliti yang memiliki asumsi dan pemahaman seperti konsep Martha E Rogers akan
menemukan mendapatkan pandangan yang jelas tentang seperti apakah sesungguhnya
bekerja sebagai perawat. Secara jelas dalam konsepnya Martha E Roger menunjukkan
bahwa kebutuhan kritis dalam keperawatan adalah merupakan dasar pengetahuan
dalam aktifitas penelitian keperawatan.
2) Hubungan Teori Martha E. Rogers dengan Pendidikan Keperawatan
Pada tahun 1963, Rogers mencetuskan ide untuk mendirikan kembali program
undergraduated dan graduated dalam pendidikan keperawatan. Hal ini adalah di
lakukannya sebagai refleksi terhadap evolusi perubahan dalam ilmu keperawatan.
Konsistensi terhadap definisi yang ia berikan untuk keperawatan bahwa keperawatan
adalah profesi yang di pelajari, unik serta memiliki batang tubuh pengetahuan, maka
ia sangat menganjurkan bagi perawat untuk menempuh pendidikan dalam
keperawatan.
3) Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan Praktik Keperawatan
Martha E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari konsepnya
sangat mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan. Malinski (1986)
mencatat ada tujuh trend yang ada dalam praktik keperawatan, yang kesemuanya
berdasar pada konsep teori yang di kemukakan Martha E Rogers,yaiyu :
a. Pemberian kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien
b. Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar
c. Penyesuaian terhadap pola
d. Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu musik, pergerakan dalam proses
penyembuhan.
e. Menunjukkan suatu perubahan yang positif
f. Memperluas fase pengkajian dalam proses keperawatan
g. Menerima hubungan yang menyeluruh dalam hidup.
C. Fenomena Keperawatan
1. Gambaras Kasus
Dalam salah satu kegiatan kami di masyarakat, kami menghadapi suatu keluarga yaitu
pasangan yang baru menikah dengan usia yang sangat muda (keduanya 18 tahun).
Mereka telah menikah selama 3 bulan, dan pasangan tersebut sudah menghadapi banyak
stres.Mereka tinggal bertiga bersama ibu dari pihak suami. Sang ibu merasa bahwa ibu
mertua terlalu menguasai dan mencampuri urusan keluarganya. Saat ini si ibu muda
sedang hamil 12 minggu, sementara sang suami belum mempunyai pekerjaan yang dapat
diharapkan untuk membiayai keluarga. Bersama ibu mertua, untuk membantu keuangan
keluarga, setiap hari si ibu membuat kue basah yang dititipkan di warung.
2. Analisis Kasus
1) Stressor
Kondisi yang membawa stres extrapersonal adalah :
Kondisi pengangguran dari suami sehingga sumber keuangan mereka tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Kondisi yang membawa stres interpersonal adalah :
Harapan ibu terhadap suami sebagai pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
keluarga tidak terpenuhi sehingga kondisi ini menimbulkan stres interpersonal.
Kondisi yang membawa stres intrapersonal adalah :
Istri juga hamil pada waktu itu dengan kondisi gizi-nya yang kurang
(underweight) dan emosional yang labil (kesedihan dan kemarahan) menciptakan
stres intrapersonal.
Setelah sekitar 1 bulan kunjungan konstan pada keluarga ini, kami benar-benar
mendapatkan perbaikan yang nyata dalam kondisi kesehatan mereka. Wanita itu
mulai menunjukkan berat badan sesuai dengan usia kehamilan. Pasangan itu juga
telah belajar untuk menanam dan makan makanan bergizi seperti buah-buahan dan
sayuran.
Suami mulai bekerja sebagai operator produksi di pabrik terdekat, sehingga istrinya
dapat beristirahat dari pekerjaan lamanya.
Sebelum tugas kami dimasyarakat berakhir, kami melakukan pencegahan tersier:
Mendukung dan memuji perubahan perilaku positif yang oleh pasangan.
Kami juga memberi penguatan terhadap atribut positif dari keluarga, seperti
keteguhan iman mereka kepada Allah, dan pengabdian yang kuat diantara mereka
satu sama lain.
GRAND THEORY SELF CARE
Dorothy Orem
1. Riwayat Singkat
Dorothea Elizabeth Orem lahir pada tahun 1914 di Baltimore, Maryland. Orem
adalah anak terakhir dari dua bersaudara. Dorothea E. Orem memulai karir keperawatannya
sejak terdaftar sebagai siswa di Providence di Washington DC. Lulus Sarjana Muda tahun
1930. Lulus Master tahun 1939 pendidikan keperawatan. Tahun 1945 bekerja di Universitas
Katolik di Amerika sebagai asisten direktur.
Selama perjalanan kariernya ia telah bekerja sebagai staf perawat, perawat tugas
pribadi, pendidik, administrasi keperawatan dan sebagai konsultan (1970). Tahun 1958-1959
sebagai konsultan di Departemen kesehatan pada bagian pendidikan kesejahteraan dan
berpartisipasi pada proyek pelatihan keperawatan. Tahun 1959 konsep perawatan Orem
dipublikasikan pertama kali. Tahun 1965 Orem bergabung dengan Universitas Katolik di
Amerika membentuk model teori keperawatan komunitas. Tahun 1968 membentuk
kelompok konferensi perkembangan keperawatan, yang menghasilkan kerja sama tentang
perawatan dan disiplin keperawatan. Tahun 1976 mendapat gelar Doktor Honoris Causa.
Tahun 1980 mendapat gelar penghargaan dari alumni Universitas Katolik Amerika tentang
teori keperawatan. Selanjutnya Orem mengembangkan konsep keperawatan tentang
perawatan diri sendiri dan dipulikasikan dalam keperawatan (Concept of Pratice tahun 1971).
Tahun 1980 mempublikasikan buku kedua yang berisi tentang edisi pertama diperluas pada
keluarga, kelompok dan masyarakat. Tahun 1985 mempublikasikan buku kedua yang berisi
tentang tiga teori, yaitu : Theory self care, theory self care deficit, theory system
keperawatan.
Dorothea E. Orem meninggal pada 22 Juni 2007 di kediamannya di Savannah, USA.
Orem meninggal pada umur 93 tahun. Dunia keperawatan telah kehilangan seorang ahli dan
dianggap sebagai orang terpenting serta memiliki wawasan yang sangat luas di bidang
keperawatan. Dalam bidang keperawatan dapat dikatakan bahwa ahli Keperawatan dari
Amerika, Dorothea E Orem, termasuk salah seorang yang terpenting diantara orang yang
mengembangkan pandangan dalam bidang Keperawatan.
Dorothea E. Orem. Orem mengembangkan model konsep keperawatan ini pada awal
tahun 1971 dimana dia mempublikasikannya dengan judul “Nursing Conceps of Practice Self
Care”. Model ini pada awalnya berfokus pada individu kemudian edisi kedua tahun 1980
dikembangkan pada multiperson’s units (keluarga, kelompok dan komunitas) dan pada edisi
ketiga sebagai lanjutan dari tiga hubungan konstruksi teori yang meliputi : teori self care,
teori self care deficit dan teori nursing system. Keperawatan mandiri (self care) menurut
Orem’s adalah : “Suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu
itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit” (Orem’s 1980). Pada dasarnya
diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka
mempunyai hak untuk mendapatkan kebutuhan itu sendiri, kecuali bila tidak mampu.
6. Agent
Pihak atau prerawat yang bisa memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien
adalah perawat dengan keahlian dan ketrampilan yang berkompeten dan memiliki
kewenangan untuk memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien secara holistik.
4. Asumsi Dasar
Orem (2001) mengidentifikasi beberapa hal mendasar dari teori keperawatan terkait
kebutuhan dasar manusia :
1. Kebutuhan dasar manusia bersifat berkelanjutan ,dimana pemenuhannya dipengaruhi dari
faktor dari dalam pasien ataupun dari lingkungan
2. Human agency, pasien yang memiliki tingkatan ketergantungan dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya
3. Pengalaman dan pengetahuan perawat diperlukan untuk bisa memberikan pelayanan
pemenuhan kebutuhan dasar pasien secara profesional
MODEL KEPERAWATAN “INTERACTING SYSTEMS”
Imogene M. King
Konsep Utama
1) Fokus teory Imogene M. King adalah Human Being dengan prinsip Goal Attainment
(Pencapaian tujuan ) yang berfokus pada system interpersonal.
2) Konsep teory Imogene M.King terdiri :
Interaksi, yaitu suatu proses dari persepsi dan komunikasi antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungan yang dimanifestasikan
sebagai perilaku verbal dan non verbal dalam mencapai tujuan.
Persepsi, diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, yang berhubungan
dengan pengalaman masa lalu, konsep diri, sosial ekonomi, genetika dan latar belakang
pendidikan.
Komunikasi, yaitu suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain
secara langsung maupun tidak langsung.
Transaksi, interaksi yang mempunyai maksud tertentu dalam pencapaian tujuan.
Peran, merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya dalam
sistem sosial.
Stress, suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat interaksi manusia dengan
lingkungannya.
Pertumbuhan dan perkembangan, tumbuh kembang mencakup sel, molekul dan tingkat
aktivitas perilaku yang kondusif untuk membantu individu mencapai kematangan.
Waktu, adalah perputaran antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain sebagai
pengalaman yang unik dari setiap manusia.
Ruang, yaitu area dimana terjadi interaksi antara perawat dengan pasien
Jarak, batas wilayah yang memiliki kebijakan masing-masing
3) King mengidentifikasi sistem yang dinamis dalam tiga sistem interaksi yang dikenal dengan
Dynamic Interacting Systems, meliputi: Personal systems (individuals), interpersonal
systems (groups) dan social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem
pelayanan kesehatan, dll) , dapat dilihat pada skema berikut dibawah ini :
Dynamic Interacting Systems
a. Sistem personal
Adalah individu atau pasien yang dilihat sebagai sistem terbuka, mampu berinteraksi,
mengubah energi, dan informasi dengan lingkungannya. Sistem personal dapat dipahami
dengan memperhatikan konsep berinteraksi yaitu: persepsi, diri, tumbang, waktu, ruang,
dan jarak
b. Sistem interpersonal
Adalah dua atau lebih individu atau grup yang berinteraksi. Interaksi ini dapat dipahami
dengan melihat lebih jauh konsep tentang peran, interaksi, komunikasi, transaksi, stress,
koping.
c. Sistem sosial
Merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatan lingkungan. Ada beberapa
hal yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat, interaksi, persepsi, dan kesehatan.
Asumsi King
1. Asumsi Eksplisit meliputi :
1) Focus sentral dari keperawatan adalah interaksi dari manusia dan lingkungannya, dengan
tujuan untuk kesehatan manusia
2) Individu adalah mahluk sosial, mengirim, rasional, reaksi, penerimaan, control,
berorientasi pada kegiatan waktu.
3) Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi, tujuan, kebutuhan, dan nilai pasien serta
perawat.
4) Manusia sebagai pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi, berpartisipasi
dalam membuat keputusan yng mempengaruhi kehidupannya.
5) Tanggung jawab dari anggota tim kesehatan adalah memberikan informasi kepada
individu tentang semua aspek kesehatan untuk membantu mereka mengambil keputusan.
6) Tujuan pemberi dan penerima pelayanan kesehatan mungkin tidak sama.
Menurut king, jika kesepakatan telah dibuat, tujuan akan tercapai. Pencapaian tujuan dapat
meningkatkan atau memelihara status kesehatan. Jika tujuan tidak tercapai, perawat perlu
untuk melakukan pengkajian kembali, berfikir kritis, dan perjanjian antara perawat dan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Ann Marriner Tomey, Martha Raile Alligood. 2006. Nursing Theorists and Their Work. Six Ed.
Mosby. USA
Fear, and Hope. 13 November 2008.http://w w w .thirds pac e.ca/ journal /art icle /view Fil e/w
al l/183
Fitzpatrick,Joyce J (1989), Conceptual Models of Nursing : Analysis and Application, Second
Ed, Appleton & Lange, California
George, J.B, 1990, Nursing Theories ; The Base For Professional Nursing Practice, Appleton &
Lange, Connecticut
George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth Edition.
USA : Appleton & Lange.
http://www.sandiego.edu/ACADEMICS/nursing/theory/midrange/midrange.htm
http://www.sandiego.edu/acamics/nursing/theory/Orlando
Kaiser, Leland R. What is self transcendence. 08 November 2008.
http://www.kaiser.net/seriesdetail.cfm?article_id=457
Kozier, B, et al. (1995). Fundamental of nursing concepts, process and practice (fifth edition).
California : Eddison Wasley Publishing Company.
Leininger, M and McFarland, M.R, 2002, Transcultural Nursing ; Concepts, Theories, Research
and Practice, McGraw-Hill Companies, USA
Marriner-Tomey & Alligood (2006). Nursing theorists and their works. 6th Ed.St.Louis:
Mosby Elsevier, Inc
McKenna H.P. (1997). Nursing Models and Theories. 18 November 2008.
Reed, P.G, Shearer, N.C., & Nicoll, L. H. (2004). Perspectives on nursing theory. 4th Ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Saur, Wilhelmus. 2002. "Self-Transcendence", Sebuah Pencarian Keotentikan Diri. 8 November
2008.
Tomey and Alligood. Nursing theoriest, utilization and application. Mosby : Elsevier. 2006.
. Nursing theorists and their work. Sixth edition. Mosby : Elsevier. 2006.
.(2006). Nursing Theorists and Their work. 6
.(1998). Nursing Theorist and Their Work, 4th edition, Mosby-Year Book, Inc,
Missouri