You are on page 1of 11

ANALISIS SALURAN DAN TINGKAT EFISIENSI PEMASARAN BERAS SEMI

ORGANIK DI KECAMATAN RAMBUTAN KABUPATEN BANYUASIN

Muhammad Arbi, Thirtawati, Yulian Junaidi


Staf Pengajar Universitas Sriwijaya
Email: Arbiunsri@yahoo.com

ABSTRACT

Semi-organic rice is an environtmentally and consumer friendly food product. However, one of the
main problem associated with semi-organic rice and organic food in general is marketing, since it
has spesific consumer and relatively higher price. Thus, studies focused on semi-organic marketing
is of paramount important. The objectives of this study are, to identify marketing channel for semi-
organic rice from farmer to consumer, analyze structure and conduct of semi-organic rice market,
and analyze marketing efficiency of each marketing channel and the efficiency of each marketing
organization in each channel. This study employed survey method based on questionnaire to guide
the interview. The sample used in this study are 30 farmers randomly selected from a population of
95 semi-organic rice farmers located at Pangkalan village, on Gelebak sub-district, in the district
of Banyuasin. Based on 30 sample farmers, the marketing channel for semi-organic rice was traced
using snowball method and 2 collecting trader and 1 retail trader were identified. The result shows
that there are two channels in the marketing of semi organic rice in the studied area, channel 1
(farmer-village level collecting trader-large collecting trader-retail trader-consumer) and channel
2 (farmer-village level collecting trader-konsumer). The second result shows that semi-organic rice
market in the studied area tend to be monopolistic since there is no single actor control consumer,
price, product, and transaction. The final result shows that each marketing channel of semi-organic
rice is efficient.

Keywords: Semi-organic rice marketing, marketing efficiency, Rambutan sub-district

PENDAHULUAN organik karena produk yang dihasilkan bebas


Pembangunan pertanian diarahkan untuk residu pestisida dan pupuk kimia. Selain ramah
meningkatkan produksi pertanian guna lingkungan, biaya untuk pertanian organik
memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan pun lebih rendah karena pupuk dan pestisida
industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, yang digunakan berasal dari alam di sekitar
meningkatkan pendapatan petani, memperluas petani. Bila harus beli, harganya pun relatif
kesempatan kerja dan mendorong pemerataan murah (Andoko, 2006). Dampak negatif akan
kesempatan berusaha. Salah satu komoditas penggunaan pupuk, pestisida kimia, dan sarana
strategis dalam mendukung pembangunan produksi modern lainnya telah menumbuhkan
sektor ekonomi dan pemenuhan kebutuhan kesadaran kepada petani akan pentingnya
pangan nasional adalah padi. Kebutuhan beras permasalahan lingkungan. Menurut Shirappa
sebagai komoditi pangan pokok akan terus dan Razaq (2007) menyebutkan bahwa sebagian
meningkat. Menurut Pramono (2005), hal ini kecil dampak negatif tersebut membuat petani
sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk beralih dari pertanian konvensional ke pertanian
dan peningkatan konsumsi perkapita, sehingga organik.
optimalisasi produktivitas padi di lahan sawah Lahan yang dipakai beras semi organik
menjadi salah satu upaya yang bertujuan untuk adalah lahan yang belum organik atau belum
meningkatkan produksi gabah nasional dalam dipakai tanam organik sampai 5 Tahun. Namun
usaha peningkatan ketahanan pangan nasional. selain itu terutama dari penggunaan pupuknya
Kesadaran akan pentingnya kesehatan dan sama saja dengan beras anorganik. Jika
kelestarian lingkungan mendorong masyarakat dibandingkan dengan beras yang anorganik
pertanian untuk kembali ke sistem pertanian (tidak organik) beras semi organik ini

22 JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018


mempunyai segudang kelebihan karena proses Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin
pengolahannya yang berbeda. Beras semi 2. Mengetahui struktur pasar dan perilaku
organik penanamannya menggunakan kompos pemasaran beras semi organik yang terjadi
dan pupuk hijauan serta pemberantasan hama di Desa Pangkalan Gelebak Kecamatan
menggunakan pestisida alami yang dihasilkan Rambutan Kabupaten Banyuasin.
dari daun-daunan dan buah-buahan yang 3. Menganalisis besar tingkat efisiensi
difermentasikan secara alami. Proses organis pemasaran dari setiap saluran pemasaran
itu sendiri akan dapat memperbaiki struktur dan dan tingkat efisiensi pemasaran dari masing-
kesuburan tanah, serta membangun ekosistem masing lembaga pemasaran pada setiap
yang berkelanjutan. Selain itu, rasa dari beras saluran pemasaran beras semi organik
semi organik ini pulen, wangi, dan tidak mudah di Desa Pangkalan Gelebak Kecamatan
basi. Daya tahan nasi dengan beras semi organik Rambutan Kabupaten Banyuasin.
bisa mencapai 48 jam tanpa perlu menyimpan di Hasil penelitian ini diharapkan berguna
lemari es (Kompasiana, 2013). sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah
Selanjutnya untuk meningkatkan efisiensi, setempat untuk menentukan kebijakan-kebijakan
diperlukan studi mengenai sistem pemasaran yang berkaitan dengan program peningkatan
dan permasalahan yang dihadapi oleh setiap produksi beras berbasis ramah lingkungan
pelaku pemasaran di dalam kegiatan pemasaran menuju pertanian berkelanjutan.
tersebut. Menurut Daniel (2002), semakin
pendek rantai tataniaga dari suatu barang hasil METODE PENELITIAN
pertanian maka akan mengakibatkan biaya Penelitian didesain dengan metode surve
tataniaga semakin rendah, margin tataniaga juga dan dipilih Desa Pangkalan Gelebak dimana
akan semakin rendah, dan harga yang harus terdapat sebagian petani yang telah menerapkan
dibayarkan konsumen juga semakin rendah serta sistem pertanian padi semi organik di Kecamatan
harga yang diterima produsen akan semakin Rambutan Kabupaten Banyuasin. Metode
tinggi, sehingga saluran pemasaran tersebut pengambilan sampel responden dilakukan
akan semakin efisien. dengan menggunakan rumus Slovin dengan
Saluran pemasaran adalah serangkaian tingkat kesalahan 15% pada populasi sebanyak
organisasi yang saling tergantung yang terlibat 95 petani dan ditetapkan sebanyak 30 responden.
dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa Sementara untuk sampel pedagang dan
siap untuk digunakan atau dikonsumsi (Kotler, konsumen digunakan metode snowball. Untuk
2005). Ada beberapa saluran pemasaran beras mendapatkan data primer maupun sekunder,
semi organik yang ada di Desa Pangkalan Gelebak dilakukan wawancara dengan berpedoman pada
Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin. kuisioner yang telah disusun serta pengamatan
Melalui penelitian ini, akan terlihat bagaimana langsung terhadap aktivitas petani semi organik
proporsi distribusi keuntungan masing-masing di lokasi penelitian.
lembaga pada setiap saluran pemasaran, proses Pendekatan yang digunakan untuk
pembentukan harga, serta alternatif-alternatif menngetahui saluran pemsaran yang terbentuk
saluran yang dapat dimaksimalkan untuk lebih adalah dengan pendekatan deskriptif langsung
lanjut meningkatkan pendapatan petani padi semi yaitu dengan mengikuti aliran produksi padi
organik. Setiap saluran pemasaran memiliki semi organik dari petani produksen sampai ke
tingkat efisiensi yang berbeda berdasarkan rantai konsumen akhir. Setelah diperoleh data primer,
pemasarannya. Berdasarkan uraian di atas maka maka dapat diketahui bagaimana efisiensi
peneliti tertarik untuk menganalisis saluran pemasaran beras semi organik dan besarnya
pemasaran beras dan tingkat efisiensi pemasaran efisiensi masing-masing saluran pemasaran di
beras semi organik di Desa Pangkalan Gelebak Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin.
Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin. Untuk mengetahui efisiensi diunakan rumus:
Berdasarkan latar belakang penelitian MP = Pr – Pf
tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini Di mana:
adalah: MP : margin pemasaran
1. Mendeskripsikan saluran pemasaran beras Pr : harga di tingkat konsumen
semi organik dari tingkat petani hingga ke Pf : harga di tingkat produsen
konsumen akhir di Desa Pangkalan Gelebak Share yang diterima petani:

JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018 23


Shp = (pf/pr ) x 100% tidak produktif, yaitu dimulai dari rentan 30 tahun
Shp : share petani sampai 60 tahun masih produktif, sedangkan di
Pf : harga di tingkat petani atas 60 tahun tidak produktif lagi. Berdasarkan
Pr : harga di tingkat konsumen hasil lapangan, Petani dengan usia yang lebih
Share keutungan lembaga pemasaran ke-i dari 60 tahun, biasanya menyerahkan pekerjaan
Ski = (Ki / (pr-pf)) x 100% petaninya kepada anak cucu mereka sehingga
Ki : keuntungan lembaga pemasaran tidak jarang diperoleh ketika wawancara bapak
Ki = Pji – Pbi – Bij dan anak laki-laki memiliki profesi yang sama
Pji : Harga jual lembaga ke-i sebagai petani padi juga
Pbi : harga beli lembaga ke-i b). Pendidikan
Bij : Biaya yang dikeluarkan lembaga ke-I Tingkat pendidikan juga mempunyai
dari berbagai jenis biaya pengaruh bagi petani dalam menjalankan
usahataninya. Pendidikan yang tinggi dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN membantu petani dalam mengambil keputusan
1. Identitas Petani Sampel apabila petani dihadapkan oleh beberapa masalah
a) Umur yang berkaitan dengan kegiatan usahatani yang
Usia Kerja adalah suatu tingkat umur dilakukannya, serta tanggap terhadap perubahan
seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja yang terjadi di lingkungannya ataupun dalam
dan menghasilkan pendapatannya sendiri. Umur mengadopsi suatu teknologi baru dibandingkan
merupakan salah satu faktor yang menentukan dengan petani dengan tingkat pendidikan yang
kegiatan petani dalam mengelola usahataninya. rendah. Sedangkan apabila petani memiliki
Pada umumnya semakin tinggi umur maka tingkat pendidikan yang tinggi dan cukup baik,
kemampuan kerja akan semakin meningkat dapat menyebabkan petani tersebut mampu
sampai pada batas tertentu. Umur petani untuk menyesuaikan pekerjaannya dengan
contoh di Desa Pangkalan Gelebak bervariasi hasil yang akan diperoleh nantinya. Petani
antara 30 sampai 60 tahun. Dengan rata-rata contoh memiliki berbagai latar belakang
umur petani contoh di Desa Pangkalan Gelebak pendidikan yang beragam mulai dari SD, SMP,
adalah 47,50 tahun, artinya umur petani contoh SMA, sampai Perguruan Tinggi. Tabel 2 akan
di Desa Sumber Suko tergolong usia produktif. menunjukkan rincian tingkat pendidikan petani
Pada Tabel 4.5 dapat dilihat rincian tingkat yang melakukan usahatani padi semi organik di
umur petani contoh di Desa Pangkalan Gelebak Desa Pangkalan Gelebak Kecamatan Rambutan
Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin. Kabupaten Banyuasin.
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa
Tabel 2. Karakterisitk responden berdasarkan
kelompok umur terbanyak untuk petani contoh
tingkat pendidikan.
yaitu kelompok umur 40-49 yaitu sebanyak 13
Tingkat
orang. Sedangkan kelompok umur yang paling No Jumlah %
Pendidikan
sedikit adalah kelompok umur 60-69 yaitu 1 SD 5 16,67
sebanyak 2 orang. Berdasarkan tabel klasifikasi 2 SMP 21 70,00
umur ini menunjukkan bahwa petani berusia 3 SMA 3 10,00
produktif lebih banyak daripada petani berusia 4 PT 1 03,00
Jumlah 30 100,0
Sumber : Analisis data primer (2017)

Tabel 1. Klasifikasi Umur Responden Petani Padi Semi Organik.


Jumlah Petani
No Tingkat Umur (Tahun) Persentase (%)
(Orang)
1 30-39 5 16,67
2 40-49 13 43,33
3 50-59 10 33,33
4 60-69 2 6,67

  Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer (2017)

24 JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018


2. Identitas Pedagang Sampel Gambar 1. Skema saluran pemasaran beras semi
a). Pedagang Pengepul organik di Desa Pangkalan Gelebak
Pedagang pengumpul dalam penelitian ini dipilih Kecamatan Rambutan.
secara sengaja berdasarkan informasi yang
didapat dari petani contoh. Pedagang pengumpul Berdasarkan Gambar 1, saluran pemasaran beras
dalam penelitian ini berjumlah 2 orang. Pedagang semi organik di Desa Pangkalan Gelebak terdapat
pengumpul yang dimaksud dalam penelitian ini dua saluran pemasaran dan melibatkan dua
adalah pabrik penyimpanan beras semi organik lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul
yang terletak di Desa Pegayut Kecamatan dan pedagang pengecer. Berikut penjelasan
Pemulutan dan pedagang pengepul yang ada di mengenai saluran pemasaran beras semi organik
Desa Pangkalan Gelebak. Pedagang pengumpul yang ada di Desa Pangkalan Gelebak Kecamatan
membeli beras semi organik dari petani di desa Rambutan.
tersebut dan mengemasnya kemudian dijual 3.1. Saluran Pemasaran I Beras Semi
ke pedagang pengecer, atau langsung dijual ke Organik
konsumen. Pada saluran pemasaran pertama di
b). Pedagang Pengecer Desa Pangkalan Gelebak, petani menjual beras
Pedagang pengecer adalah pedagang yang semi organik ke pedagang pengumpul di Desa
membeli beras dari pedagang pengumpul dan Pangkalan Gelebak. Pedagang pengumpul
kemudian menjual beras tersebut secara eceran yang dimaksud adalah pabrik penggilingan
di pasar. Pedagang pengecer dalam penelitian ini padi milik Bapak Rony di Desa Pangkalan
berjumlah 1 orang yang ada di pasar Jakabaring Gelebak yang juga membeli beras semi
yang membeli beras dari pedagang pengumpul organik untuk ditampung dan dijual ke gudang
di Desa Pangkalan Gelebak atau dari Gudang atau pedagang pengepul di Desa Pegayut
Beras Semi Organik di Desa Pegayut Kecamatan Kecamatan Pemulutan. Petani menjual beras
Pemulutan. semi organik karena berbagai alasan yaitu
karena langganan, memiliki kekerabatan dengan
3. Saluran Pemasaran pedagang pengumpul, dan tetangga. Setelah
Saluran pemasaran adalah seperangkat itu pedagang pengumpul mengemas beras
organisasi yang saling tergantung yang terlibat semi organik tersebut menjadi beras yang siap
dalam proses pembuatan produk dan jasa yang dijual. Kemudian pedagang pengumpul menjual
berguna untuk dipakai atau dikonsumsi. Saluran berasnya ke gudang dan selanjutnya dari gudang
pemasaran ada yang berbentuk sederhana dan atau pedagang pengepul besar di Desa Pegayut
rumit. Hal ini tergantung dari macam komoditi, akan dijual ke pihak pengecer dan selanjutnya
lembaga pemasaran dan struktur pasar. Berikut baru dijual ke konsumen. Pedagang pengecer
saluran pemasaran beras semi organik yang dalam saluran pemasaran ini adalah pedagang
ada di Desa Pangkalan Gelebak Kecamatan pengecer di Pasar Jakabaring yang khusus
Rambutan Kabupaten Banyuasin dapat dilihat menjual beras semi organik.
pada Gambar 1 berikut ini: 3.2. Saluran Pemasaran II Beras Semi
Organik
Pada saluran pemasaran kedua di Desa
Pangkalan Gelebak, pedagang pengumpul
menjual beras semi organik hasil produksinya
langsung kepada konsumen tanpa perantara
lembaga pemasaran yang lainnya. Sebagian
besar konsumen pada saluran pemasaran ini
memilih untuk membeli beras semi organik
langsung kepada pedagang pengumpul dengan
berbagai alasan seperti harga yang lebih murah,
langganan, tetangga, dan lain-lain.

4. Analisis Tingkat Efisiensi Pemasaran


Efisiensi pemasaran merupakan salah satu
hal yang perlu diperhatikan dalam suatu kegiatan

JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018 25


pemasaran. Pemasaran yang efisien akan tercipta Pada saluran pemasaran I beras semi
apabila pihak produsen dan lembaga pemasaran organik dapat dilihat bahwa marjin pemasaran
serta konsumen memperoleh kepuasan dengan pedagang pengumpul lebih besar daripada
adanya aktifitas pemasaran yang ada. Sistem marjin pemasaran pedagang pengecer.
pemasaran yang tidak efisien mengakibatkan Hal ini dikarenakan pedagang pengumpul
kecilnya bagian yang diterima produsen dan mengeluarkan biaya pemasaran lebih banyak
konsumen membayar tinggi. daripada pedagang pengecer. Karena pedagang
Selain itu, tingkat efisiensi pemasaran juga pengumpul merupakan pabrik penyimpanan
dapat dilihat dari beberapa hal yaitu perhitungan beras semi organik yang membeli beras semi
marjin pemasaran, besarnya biaya pemasaran, organik dari petani dan dikemas untuk dijual ke
besarnya keuntungan pemasaran, besarnya pedagang pengecer atau langsung ke konsumen.
bagian yang diterima oleh petani (farmer’s Sedangkan marjin pemasaran pedagang
share) dan besarnya bagian yang diterima oleh pengumpul di Desa Pangkalan Gelebak sebesar
lembaga pemasaran (trader’s share) serta tingkat Rp 1.500,00. Hal ini dikarenakan jarak antara
efisiensi masing-masing lembaga pemasaran pedagang pengumpul tingkat desa dan gudang
yang terlibat dalam proses tataniaga. Adapun cukup jauh, sehingga pedagang pengecer
uraian dari masing-masing perhitungan tersebut mengeluarkan biaya transportasi yang lumayan
dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai besar. Pada saluran pemasaran ini, sebagian
berikut. beras semi organik di pedagang pengumpul
dijual ke pedagang pengecer di Pasar Jakabaring
4.1. Marjin Pemasaran Kota Palembang.
Marjin pemasaran merupakan selisih Pada saluran pemasaran II, hanya
antara harga jual dan harga beli dari suatu melibatkan satu lembaga pemasaran yaitu
produk pada setiap lembaga pemasaran yang pedagang pengumpul di Desa Pangkalan
terlibat dalam suatu kegiatan pemasaran. Di Gelebak. Pedagang pengumpul pada saluran
Desa Pangkalan Gelebak terdapat dua saluran pemasaran II adalah pedagang pengumpul yang
pemasaran beras. Saluran pertama melibatkan ada di saluran pemasaran I. Marjin pemasaran
pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. dari setiap lembaga pemasaran pada saluran
Petani menjual beras semi organik ke pedagang pemasaran II dapat disajikan pada Tabel 4
pengumpul desa yang merupakan pabrik atau sebagai berikut:
penggilingan beras kemudian dari pedagang
pengumpul di Desa Pangkalan Gelebak akan Tabel 4. Harga beli, harga jual, dan marjin
dijual ke Pedagang Pengepul (gudang) di Desa pemasaran beras semi organik pada
Pegayut dan selanjutnya baru dijual ke pedagang saluran pemasaran II.
pengecer untuk dijual secara eceran. Harga beli Harga Harga Margin
Lembaga
dan harga jual serta marjin pemasaran dari setiap No. Beli Jual Pemasaran
Pemasaran
lembaga pemasaran pada saluran pemasaran I (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
1 Petani - 8.000 -
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Pedagang
2 8.000 9.000 1.000
Pengumpul
Tabel 3. Harga beli, harga jual, dan marjin
Sumber : Data Primer (2017)
pemasaran beras semi organik pada
saluran pemasaran I. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa
Harga Harga pada saluran pemasaran II diperoleh marjin
Lembaga Margin
No Beli Jual
Pemasaran (Rp/Kg) pemasaran pedagang pengumpul sebesar Rp
(Rp/Kg) (Rp/Kg)
1.000,00 per kilogram. Marjin pemasaran
1 Petani - 8.000 -
pedagang pengumpul pada saluran II agak
Pedagang
2 8.000 9.500 1.500 berbeda dikarenakan pada saluran kedua ini
Pengumpul
Pedagang pihak pedagang pengepul di Desa Pangkalan
3 Besar 9.500 10.500 1.000 Gelebak langsung menjual ke pihak konsumen
(Gudang) dan biasanya konsumen akan datang sendiri ke
Pedagang pabrik penggilingan padi sehingga berpengaruh
4 10.500 11.500 1.000
Pengecer terhadap biaya pemasaran yang berkurang
Sumber : Data Primer (2017) terutama untuk biaya transportasi.

26 JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018


4.2. Biaya Pemasaran besarnya dikarenakan kesamaan mekanisme
Biaya pemasaran adalah biaya yang pemasaran yang terjadi pada pedagang
dikeluarkan untuk keperluan pemasaran suatu pengumpul di saluran pemasaran I dan II. Dalam
produk yang meliputi biaya transportasi, biaya saluran pemasaran I dan II ini, biaya pemasaran
tenaga kerja, dan biaya-biaya lainnya yang yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul di
diperlukan dalam saluran pemasaran. Biaya Desa Pangkalan Gelebak adalah biaya tenaga
pemasaran terjadi karena adanya jarak antara kerja, biaya pengemasan, biaya pemeliharaan
produsen dan konsumen. Bila jarak antara alat yang dikeluarkan untuk memperbaiki
produsen dan konsumen tersebut pendek maka alat yang rusak, dan penyusutan alat mesin
biaya pengangkutan bisa diperkecil. Semakin pengolahan beras, dan penyusutan bangunan.
panjang jarak dari produsen atau dari pedagang Pada saluran pemasaran I, pedagang
ke konsumen akan semakin banyak perantara pengumpul menjual berasnya ke pedagang
(lembaga pemasaran) yang terlibat, maka biaya pengepul besar (gudang) di Desa Pegayut.
pemasaran akan semakin tinggi. Selanjutnya pedagang pengepul besar menjual
Aktifitas pemasaran beras memerlukan beras sebagian ke pengecer. Pedagang pengecer
biaya pemasaran. Kemudian biaya pemasaran membeli beras semi organik langsung ke
tersebut dikeluarkan oleh setiap lembaga pedagang pengumpul besar. Sehingga pedagang
pemasaran yang terlibat. Biaya pemasaran yang pengumpul yang ada di desa tersebut tidak
ditanggung oleh setiap lembaga pemasaran mengeluarkan biaya transportasi dalam
dalam setiap saluran relatif sama. Pada semua memasarkan beras semi organik. Biasanya
saluran yang ada, petani sebagai produsen biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pedagang
tidak mengeluarkan biaya pemasaran untuk pengumpul itu terdiri dari biaya tenaga angkut
memasarkan beras semi organik melainkan beras semi organik dari rumah petani ke pabrik
semua biaya pemasaran tersebut ditanggung penyimpanan pedagang pengumpul, dari
oleh pedagang pengumpul karena pedagang pedagang pengumpul ke pedagang pengecer,
pengumpul mengupah orang untuk mengangkut maupun ke konsumen lainnya. Namun, pada
beras semi organik dari rumah petani sampai saluran pemasaran II pedagang pengumpul di
ke pabrik penyimpanan atau ke gudang milik Desa Pangkalan Gelebak menjual beras semi
pedagang pengumpul. organik langsung ke konsumen. Konsumen
Besarnya biaya pemasaran dapat langsung datang ke pedagang pengumpul
dipengaruhi oleh beberapa hal seperti jarak, untuk membeli berasnya sehingga pedagang
skala usaha pedagang, jumlah tenaga kerja, dan pengumpul tidak mengeluarkan biaya
kualitas dari beras semi organik. Besarnya biaya transportasi. Besarnya biaya pemasaran yang
pemasaran akan mempengaruhi harga pada dikeluarkan oleh pedagang pengumpul pada
tingkat konsumen akhir dan farmer’s share. saluran pemasaran I dan saluran pemasaran II
Biaya pemasaran juga mempengaruhi penilaian dapat dilihat pada Tabel. 5 berikut ini:
efisien atau tidaknya suatu lembaga pemasaran
dalam menyalurkan barangnya. Tabel 5. Biaya pemasaran pada tingkat pedagang
Lembaga pemasaran yang terlibat pengumpul pada saluran pemasaran
pada pemasaran beras semi organik di Desa Komponen Jumlah Biaya
Pangkalan Gelebak adalah pedagang pengumpul No Rp/
Biaya Rp/Tahun %
pada saluran pemasaran I dan II, serta pedagang Kg
1 Tenaga Kerja 8.800.000 40,00 76,26
pengecer pada saluran pemasaran I. Kemudian
untuk penjelasan mengenai biaya pemasaran 2 Pengemasan 2.000.000 9,09 17,33
yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran Pemeliharaan
3 200.000 0,90 1,73
yang terlibat pada masing-masing saluran Alat
Penyusutan
pemasaran beras semi organik di Desa Pangkalan 4 180.000 0,82 1,56
Alat
Gelebak dapat dilihat sebagai berikut; Penyusutan
a). Pedagang Pengepul pada Saluran 5 360.000 1,64 3,12
Bangunan
Pemasaran I dan II Total 11.540.000 52,45 100,00
Pedagang pengumpul yang ada pada Sumber : Data Primer (2017)
saluran pemasaran I dan II merupakan pedagang
yang sama dan memiliki jumlah biaya yang sama

JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018 27


Berdasarkan Tabel 0.5 dapat dilihat bahwa Gelebak dan pedagang pengepul besar (gudang)
biaya pemasaran terbesar yang dikeluarkan oleh di Desa Pegayut serta pengecer. Besarnya
pedagang pengumpul adalah biaya untuk tenaga keuntungan pemasaran yang diperoleh setiap
kerja yaitu sebesar Rp 8.800.000,00 per tahun lembaga pemasaran pada saluran pemasaran I
atau sebesar 76,26 persen dari total biaya yang dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:
dikeluarkan oleh pedagang pengumpul pada
tahun 2017. Dari total biaya yang dikeluarkan Tabel 7. Keuntungan pemasaran di tingkat
adalah Rp 11.540.000,00 dengan volume beras lembaga pemasaran beras semi
sebanyak 220.000 kilogram, maka biaya per organik pada saluran pemasaran
satuan kilogram beras di tingkat pedagang tingkat I
pengumpul di Desa Pangkalan Gelebak Lembaga
Uraian (Per Tahun) Nilai
adalah Rp 52,45 per kilogram. Besarnya biaya Pemasaran
pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang Pedagang Marjin Pemasaran
Pengumpul 1.500
pengumpul di Desa Pangkalan Gelebak pada (Rp/Kg)
tiap saluran pemasaran. di Desa P. Biaya Pemasaran
Gelebak 52,45
b). Pedagang Pengecer di Pasar Jakabaring (Rp/Kg)
pada Saluran Pemasaran I Keuntungan
1.477,55
Besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh Pemasaran (Rp/Kg)
pedagang pengecer di Pasar Jakabaring meliputi Total Keuntungan
325.061.000
biaya biaya transportasi, biaya pengemasan, dan Pemasaran (Rp)
Pedagang Marjin Pemasaran
biaya sewa tempat. Besarnya biaya pemasaran Pengepul 1.000
yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer ini (Rp/Kg)
Besar Biaya Pemasaran
dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini: di Desa 52,45
(Rp/Kg)
Pegayut
Keuntungan
Tabel 6. Biaya Pemasaran pada tingkat pedagang 947,55
Pemasaran (Rp/Kg)
pengecer di Pasar Jakabaring pada
saluran pemasaran I. Total Keuntungan
208.461.000
Pemasaran (Rp)
Komponen Jumlah Biaya
No Pedagang Marjin Pemasaran
Biaya Rp/Tahun Rp/Kg % Pengecer 1.000,00
(Rp/Kg)
1 Transportasi 1.380.000 55,20 20,06 Biaya Pemasaran
Sewa 275,20
2 5.500.000 220,00 79,94 (Rp/Kg)
Tempat Keuntungan
Total 6.880.000 275,20 100,00 724,80
Pemasaran (Rp/Kg)
Sumber : Data Primer (2017)
Total Keuntungan
159.456.000,00
Pemasaran (Rp)
Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa Sumber : Data Primer (2017)
komponen biaya pemasaran terbesar yang
dikeluarkan oleh pedagang pengecer pada saluran Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa
pemasaran I adalah biaya untuk menyewa tempat besarnya keuntungan pemasaran yang diterima
yaitu sebesar Rp 5.500.000,- Besarnya biaya oleh pedagang pengumpul di Desa Pangkalan
pemasaran pada tingkat pedagang pengecer di Gelebak lebih besar dibandingkan keuntungan
Pasar Jakabaring pada saluran pemasaran I. yang diterima oleh pedagang pengepul besar dan
c). Keuntungan Pemasaran pengecer dalam setahun. Sedangkan keuntungan
Keuntungan pemasaran merupakan selisih pemasaran yang diterima oleh pedagang pengecer
antara penerimaan dengan biaya pemasaran pada saluran pemasaran ini hanya sebesar Rp
yang dikeluarkan. Perbedaan jumlah lembaga 724,80 per kilogram dengan total keuntungan
pemasaran akan mempengaruhi besarnya pemasaran sebesar Rp 159.456.000,00 dalam
keuntungan per lembaga dan pada akhirnya setahun. Kemudian untuk saluran pemasaran II
mempengaruhi keuntungan total saluran beras semi organik di Desa Pangkalan Gelebak
pemasaran tertentu. Terdapat dua saluran hanya melibatkan satu lembaga pemasaran,
pemasaran beras semi organik yang ada di yaitu pedagang pengumpul di Desa Pangkalan
Desa Pangkalan Gelebak. Saluran pemasaran Gelebak yang merupakan pabrik penggilingan
I melibatkan dua lembaga pemasaran yaitu padi.
pedagang pengumpul di Desa Pangkalan

28 JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018


Tabel 8. Keuntungan pemasaran di tingkat Tabel 9. Bagian yang diterima petani (farmer’s
lembaga pemasaran beras semi share) dan bagian yang diterima
organik pada saluran pemasaran pedagang (trader’s share) pada salurna
tingkat II pemasaran I dan II.
Lembaga Uraian (Per Nilai (%)
Nilai
Pemasaran Tahun) No. Uraian Saluran Saluran
Pedagang Marjin I II
Pengumpul Pemasaran (Rp/ 1.000,00 1 Farmer’s Share 69,56 88,88
Kg) Trader’s Share
Biaya Pemasaran Pedagang
52,45
(Rp/Kg) 2 Pengumpul di 82,60 100,00
Keuntungan
Desa Pangkalan
Pemasaran (Rp/ 947,55
Kg)
Gelebak
Trader’s Share
Total
Pedagang
Keuntungan 208.461.000,00
Pemasaran (Rp) 3 Pengumpul Besar 91,30 -
Sumber : Data Primer (2017) (gudang) di Desa
Pegayut
Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa Trader’s Share
besarnya keuntungan pemasaran pedagang 4 Pedagang 100,00 -
pengumpul pada saluran pemasaran II di Desa Pengecer
Sumber : Data Primer (2017)
Pangkalan Gelebak sebesar Rp 947,00 per
kilogram dengan total keuntungan pemasaran Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa
sebesar Rp 208.461.000 dalam setahun. bagian yang diterima petani pada saluran
pemasaran I adalah sebesar 69,56 persen dari
d). Farmer’s Share dan Trade Share harga jual di tingkat pedagang pengecer ke
Farmer’s share atau bagian yang diterima petani konsumen. Kemudian bagian yang diterima
merupakan persentase perbandingan harga oleh pedagang pengumpul di Desa Pangkalan
yang ada di tingkat petani dengan harga yang Gelebak adalah sebesar 82,60 persen dari harga
ada di tingkat konsumen. Hasil bagian yang jual pedagang pengecer ke konsumen. Sedangkan
diterima oleh petani baik kecil maupun besar bagian yang diterima oleh pedagang pengepul
menunjukkan merata atau tidaknya pembagian besar (gudang) sebesar 91,30 persen serta di
hasil oleh pedagang pengumpul, pedagang tingkat pengecer adalah sebesar 100,00 persen
besar, dan pedagang pengecer terhadap petani. karena pada saluran pemasaran ini pedagang
Bagian yang diterima petani akan semkain kecil pengecer menjual beras semi organik langsung
jika terlalu banyak pihak yang terlibat dalam ke konsumen. Pada saluran pemasaran II dapat
pemasaran beras semi organik. Trader’s share dilihat bahwa bagian yang diterima petani adalah
atau bagian yang diterima petani merupakan sebesar 88,88 persen dari harga jual pedagang
persentase perbandingan antara harga di tingkat pengumpul ke konsumen. Sedangkan bagian
pedagang dengan harga di tingkat konsumen yang diterima oleh pedagang pengumpul adalah
akhir. Besarnya bagian yang diterima oleh 100,00 persen karena pedagang pengumpul pada
petani dan pedagang pengumpul desa dan saluran ini menjual beras semi organik langsung
pedagang besar serta pedagang pengecer beras ke konsumen.
semi organik di Desa Pangkalan Gelebak yang
terlibat dalam saluran pemasaran I dan saluran 5. Struktur dan Perilaku Pemasaran
pemasaran II dapat dilihat pada Tabel 9. berikut 5.1. Struktur Pasar
ini: Struktur pasar adalah keadaan yang
menyatukan tingkat persaingan suatu pasar,
meliputi jumlah produksi dalam pasar,
distribusi, deskripsi produk dan diferensiasi
produk serta syarat masuk pasar. Struktur pasar
menggambarkan tingkat persaingan di suatu
pasar barang atau jasa tertentu. Karakteristik

JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018 29


pasar yang paling penting adalah jumlah dan standar, jumlah penjual yang sedikit dan jumlah
ukuran distribusi para penjual dan pembeli serta pembeli yang sama-sama banyak, dan penetapan
tingkat diferensiasi produk yang diperjualbelikan harga ditentukan oleh penjual dan pembeli.
dari pasar tersebut. Kebebasan penjual dan pembeli untuk keluar
Lembaga pemasaran yang terlibat dalam masuk pasar telah menjelaskan bahwa penjual
pemasaran beras semi organik terdiri dari tiga bebas menjual beras semi organik tanpa ada
lembaga yaitu petani, pedagang pengumpul unsur paksaan dari penjual lainnya. Sebagian
tingkat desa, dan lemabga pengepul besar besar transaksi yang terjadi antara penjual dan
(gudang) serta pedagang pengecer. Petani menjual pembeli karena pada umumnya para penjual
beras semi organik ke pedagang pengumpul, dari telah memiliki banyak pelanggan. Sehingga
pedagang pengumpul disalurkan ke pedagang beras semi organik bisa dijual tanpa adanya
pengepul besar selanjutnya dijual ke pengecer hambatan.
dan ada juga yang langsung ke konsumen,
kemudian pedagang pengecer menjual beras 5.2. Perilaku Pemasaran
semi organiknya ke konsumen akhir. Untuk lebih Perilaku pemasaran merupakan pola
jelas mengenai struktur pasar beras semi organik tingkah laku dari para pelaku-pelaku pemasaran
yang ada di Desa Pangkalan Gelebak dapat yang menyangkut peristiwa sosial. Para pelaku
dilihat pada Tabel 10, diketahui bahwa produsen pasar terdiri dari produsen, konsumen, dan
(petani), pedagang pengumpul, dan pedagang lembaga pemasaran. Produsen adalah petani
pengecer memiliki struktur pasar persaingan yang bertindak dalam memasarkan beras semi
monopolistik. Dinyatakan sebagai pasar organik hingga sampai kepada konsumen.
persaingan monopolistik karena struktur pasar Sedangkan konsumen adalah seseorang yang
beras semi organik di Desa Pangkalan Gelebak melakukan pembelian beras semi organik untuk
ini memiliki karakteristik yang mendukung dikonsumsi. Kemudian lembaga pemasaran
terjadinya pasar bersaing sempurna. Mulai dari adalah seseorang atau kelompok yang membentuk
adanya kebebasan dari masing-masing lembaga badan usaha untuk menyalurkan beras semi
pemasaran untuk keluar dan masuk pasar, adanya organik agar sampai ke tangan konsumen akhir.
kebebasan dalam menentukan jumlah barang Berdasarkan hasil penelitian di lapangan
yang diperjualbelikan, produk yang bersifat dapat dilihat bahwa sebagian beras semi organik
Tabel 10. Karakteristik pemasaran pada lembaga pemasaran beras semi organik di Kecamatan
Rambutan.
Lembaga Pemasaran
Pedagang
No. Karakteristik Petani Pedagang
Pengumpul
(Pedagang Desa) Pengecer
(Pabrik)
1 Jumlah penjual Banyak Sedikit Sedikit
2 Jumlah pembeli Banyak Banyak Banyak
3 Kebebasan keluar masuk
pasar
- Penjual Bebas Bebas Bebas
- Pembeli Bebas Bebas Bebas
4 Kekuasaan penetapan
jumlah barang yang
diperjualbelikan
- Penjual Bebas Bebas Bebas
- Pembeli Bebas Bebas Bebas
5 Sifat Produk
- Beras Semi Organik Standar Standar Standar
6 Penetapan Harga
- Penjual Penerima harga Penentu harga Penentu harga
- Pembeli Kekuatan pasar Penentu harga Penerima harga
7 Bersaing Persaingan Persaingan
Struktur Pasar
sempurna Monopolistik Monopolistik
Sumber : Data Primer (2017)

30 JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018


dipasarkan langsung oleh petani ke pedagang DAFTAR PUSTAKA
pengumpul, kemudian pedagang pengumpul Andoko, Agus, 2005, Budidaya Padi Secara
ke pedagang pengecer, dan terakhir adalah Organik, Jakarta: Penebar Swadaya.
pedagang pengecer ke konsumen. Harga beras
semi organik yang dipasarkan di Pangkalan Arbi, M. 2016. Kajian Sebaran Produksi dan
Gelebak ini ditentukan oleh pedagang. Pedagang Perdagangan serta Karakteristik
pengumpul maupun pedagang pengecer ini Konsumen Sayuran Hidroponik di
dalam menentukan harga jual adalah berdasarkan Kota Palembang. Madura: Jurnal
besarnya biaya yang dibutuhkan dalam proses Agroekonomika. Vol. 5,No. 1:54-63.
pemasaran oleh masing-masing lembaga
pemasaran. Kemudian dari hasil wawancara di Assuari, M. 2002. Manajemen Pemasaran
lapangan dapat diketahui bahwa konsumen beras Dasar, Konsep, dan Strategi. Raja
semi organik tidak dikuasai pihak manapun. Grafinso Persada. Jakarta.
Sehingga konsumen bebas untuk membeli beras
semi organik dari pihak manapun yang mereka Badan Pusat Statistik. 2012. Kecamatan
inginkan. Rambutan dalam Angka 2012.BPS,
Kecamatan Rambutan Kabupaten
KESIMPULAN
Banyuasin.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
Limbong, Wilson H dan Panggabean Sitorus.
bahwa saluran pemasaran yang terbentuk dari
1987. Pengantar Tataniaga Pertanian.
kegiatan pemasaran beras semi oraganik di
Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
wilayah Desa Pangkalan Gelebak sebanyak 2
Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut
(dua) saluran, yaitu saluran 1 (petani – pengepul
Pertanian Bogor.
tingkat desa – pengepul besar – pengecer -
konsumen) dan saluran 2 (petani – pedagang
Nasoetion, A. 2011. Pengantar Ilmu-Ilmu
pengepul – konsumen). Sementara untuk struktur
Pertanian. PT. Pustaka Litera Antar
pasar yang terjadi termasuk dalam kategori pasar
Nusa. Jakarta.
persaingan sempurna pada tingkat pedangan
pengepul tingkat desa dan pasar persaingan
Nurmalina, R. 2007. Model Ketersediaan Beras
monopolistik karena konsumen, harga, produk
yang Berkelanjutan untuk Mendukung
dan transaksi tidak dikuasai pihak manapun.
Ketahanan Pangan Nasional. Disertasi.
Tingkat efisiensi pemasaran beras semi organik
Program Studi Ilmu Pengelolaan
pada tiap saluran pemasaran yang terbentuk di
Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Kecamatan Rambutan dikategorikan efisien.
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Melihat hasil kajian pola pemasaran
Bogor. Bogor.
beras semi organik di Desa Pangkalan Gelebak
Kecamatan Rambutan mengisyaratkan bahwa
Purnamaningsih, R. 2006. Induksi Kalus dan
perlu adanya peran pemerintah dalam hal
Optimasi Regenerasi Empat Varietas
mendorong petani lain yang belum menerapkan
Padi Melalui Kultur In Vitro. Jakarta.
pertanian secara berkelanjutan dengan cara
Jurnal Agrobiogen. Vol. 2, No. 2:74-80.
memberikan perhatian khusus dengan pemberian
stimulan bagi petani yang berhasil menerapkan
Samuelson, Paul A. Dan Nordhaus William D.
pertanian organik di di suatu wilayah. Perlunya
1996. Makro Ekonomi. Edisi ke- 17.
kesadaran petani padi semi organik dalam
Cetakan ketiga. Jakarta: Erlangga.
menentukan saluran pemasaran yang dipilih
agar mendapatkan laba yang lebih tinggi.
Sastraatmadja, E. 1987. Ekonomi Pertanian
Dibutuhkan suatu lembaga yang berperan dalam
Indonesia. Angkasa. Bandung.
menjaga dan menjamin keunggulan beras semi
organik dibandingkan dengan beras biasa. Untuk
Shim, K. J. Dan J. G. Siegel. 1992. Modern Cost
memperluas pemasaran perlu dilakukan upaya
Management and Analysis. Barron’s
pengembangan pemasaran beras organik melalui
Business Library. New York.
retail-retail tertentu seperti apotik, swalayan dan
lainnya.

JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018 31


Sjarkowi, F. Dan M. Sufri. 2002. Manajemen
Agribisnis. CV. Baldad Grafiti Press.
Palembang.

Soekartawi. 1996. Prinsip Dasar Manajemen


Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian Teori
dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo.
Jakarta.

Sukristiyonubowo, R., H. Wiwik, A. Sofyan,


H.P Benito, and S.D Neve. 2011.
Change from Conventional to Organic
Rice Farming System: Biophysical and
Socioeconomic Reasons. International
Research. J. Agric. Sci. Soil Sci. 1(5):
172-182.

Syohfitra, M. 2007. Analisis Pemasaran


Duku dari Desa Kecamatan Rasuan
Kecamatan Madang Suku Kabupaten
Ogan Komering Ulu Timur ke Jakarta.
Skripsi Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya. Indralaya.

Utomo, M. dan Nazaruddin. 2003. Bertanam


Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Penebar
Swadaya. Jakarta

32 JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018

You might also like