You are on page 1of 10

AGRISTA : Vol. 5 No.

1 Maret 2017 : 36-45 ISSN : 2302-1713

ANALISIS USAHA DAN EFISIENSI PEMASARAN MELON (Cucumis


melo L) DI KABUPATEN KARANGANYAR

Fahrizal Adi Pradana, Endang Siti Rahayu , R. Kunto Adi


Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl.Ir.Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax (0271) 637457
Email: fahrizaladipradana@gmail.com, Telp: 085295840530
Abstract : This research aims to know the farming expense, revenue, income, efficiency and
benefit melon enterprises in Jumantono, to discover the marketing channel patterns, as well
as to know the expense and profit of melon marketing and analyze its margin and marketing
efficiency in Karanganyar. Based on the result of research shows the average total cost of
farming expense in Jumantono is Rp.68.739.741,69 per hectare per planting season. The
average farmers revenue is Rp.114.986.956,52 per hectare per planting season. The average
farmers income is Rp.46.247.214,83 per hectare per planting season. The statistic of farming
efficiency is 4.32 per hectare per planting season, which shows that the process is efficient.
The statistic of Net B/C Ratio melon farming is 1.72 per hectare per plantisnowng season,
which means as eligible because it provides economic benefits. Melon marketing process
shows three marketing channel patterns Karanganyar regency: Marketing channel I :
Farmers – contract buyers – retailers – consumers. Marketing channel II : Farmers –
contract buyers – wholesalesr – retailers – consumers. Marketing channel III : Farmers –
contract buyers – Traders Outside the City. Marketing channel I and III are more efficient
than marketing channel II because the farmer's share value on marketing channel I is 62,37%
and farmer's share value on marketing channel III is 59,78%. Marketing channel II is less
efficient because farmer's share value is 40% or less than 50,00%.

Keywords : Melon, Farming, Marketing, Efficiency, Farmer’s share

Abstrak : Penelitian bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya usahatani, penerimaan,


pendapatan, efisiensi dan kemanfaatan usahatani melon di Kecamatan Jumantono, mengetahui
pola saluran pemasaran melon, mengetahui biaya dan keuntungan pemasaran melon serta
menganalisis margin dan efisiensi pemasaran melon di Kabupaten Karanganyar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa total rata-rata biaya mengusahakan usahatani melon di
Kecamatan Jumantono sebesar Rp.68.739.741,69 per hektar per musim tanam. Rata-rata
penerimaan yang diperoleh petani per musim tanam adalah Rp.114.986.956,52 per hektar.
Rata-rata pendapatan petani dari usahatani melon per musim tanam adalah Rp.46.247.214,83
per hektar. Nilai efisiensi usahatani yang ditunjukkan dari nilai perbandingan penerimaan dan
biaya usahatani sebesar 4,32 per hektar per musim tanam, yang menunjukan sebagai usaha
yang efisien. Nilai Net B/C Ratio usahatani melon sebesar 1,72 per hektar per musim tanam
atau lebih dari satu yang berarti usahatani layak untuk dijalankan karena dapat memberikan
manfaat secara ekonomi. Pola pemasaran melon menunjukkan terdapat tiga pola saluran
pemasaran melon di Kabupaten Karanganyar: Pola saluran I: Petani – Pedagang Pengumpul –
Pedagang pengecer –Konsumen Akhir. Pola saluran II: Petani – Pedagang Pengumpul –
Pedagang Besar – Pedagang pengecer – Konsumen Akhir. Pola saluran III: Petani – Pedagang
Pengumpul – Pedagang Luar Kota. Saluran pemasaran I dan III merupakan saluran yang
efisien dengan nilai farmer’s share sebesar 62,37% pada saluran I dan 59,78% pada saluran II.
Saluran pemasaran II tidak efisien dikarenakan memiliki nilai farmer’s share sebesar 40,00%
dikarenakan kurang kurang dari 50,00%.

Kata Kunci : Melon, Usahatani, Pemasaran, Efisiensi, Farmer’s share


Fahrizal Adi P : Analisis Usaha….

PENDAHULUAN Usahatani merupakan suatu


Melon merupakan salah satu jenis kegiatan yang dilakukan petani dalam
buah-buahan yang makin populer di mengalokasikan sumberdaya yang
dunia. melon merupakan salah satu ada secara efektif dan efisien guna
jenis buah-buahan yang makin memperoleh keuntungan. Usahatani
populer di dunia. Melon mempunyai tersebut perlu didukung dengan
karisma tersendiri di kalangan kegiatan pemasaran pertanian supaya
konsumen maupun produsen (petani). komoditas pertanian dapat
Permintaan pasar cenderung terdistribusi dengan baik sampai ke
meningkat dikarenakan melon tangan konsumen. Pemasaran
semakin digemari oleh berbagai diartikan sebagai suatu kegiatan
kalangan masyarakat (Rukmana, ekonomi yang berfungsi membawa
1994). Menurut Kementrian pertanian atau menyampaikan barang dari
produksi melon nasional pada tahun produsen ke konsumen.
2010-2014 mengalami peningkatan Pemasaran buah melon di
yaitu dari 85.161 ton menjadi 150.002 Kabupaten Karanganyar tidak hanya
ton. Rata-rata peningkatan melon untuk memenuhi kebutuhan
tahun 2010-2014 sebesar 17,16 ton konsumen Kabupaten Karanganyar
per hektar. Terjadinya peningkatan saja, akan tetapi juga dipasarkan ke
produksi melon dalam lima tahun luar Kabupaten Karanganyar, antara
terakhir dikarenakan luas panen yang lain Surakarta, Semarang, Bandung
semakin meningkat, peningkatan luas dan Jakarta. Dalam menjangkau pasar
panen berpeluang untuk terus yang lebih luas tersebut, produsen
meningkatkan produksi melon tidak mampu apabila hanya
nasional. mengandalkan penjualan langsung
Buah melon merupakan salah kepada konsumen. Sehingga dalam
satu buah andalan di Kabupaten pemasaran buah melon di Kecamatan
Karanganyar yang sedang Jumantono Kabupaten Karanganyar
ditingkatkan produksinya, terbukti melibatkan beberapa lembaga
pada tahun 2015 produksi melon pemasaran agar dapat menyalurkan
Kabupaten Karanganyar sebesar produk dengan cepat dan tepat.
6.116 kuintal. Permintaan buah melon Tujuan dari penelitian ini
yang terus meningkat, seiring dengan adalah untuk menganalisis biaya
meningkatnya kesadaran masyarakat usahatani, penerimaan, dan
akan pentingnya mengkonsumsi pendapatan usahatani melon di
buah-buahan. Angka konsumsi melon Kecamatan Jumantono, Kabupaten
per kapita di Indonesia menurut Karanganyar, menganalisis efisiensi
Badan Pusat Statistik (2015) dan kemanfaatan usahatani melon di
meningkat dari 0,209 kg/kap/thn pada Kecamatan Jumantono, Kabupaten
tahun 2012 menjadi sekitar 0,417 Karanganyar, mengkaji pola saluran
kg/kap/thn pada tahun 2013 dan 2014. pemasaran melon di Kabupaten
Peningkatan angka konsumsi ini Karanganyar, menganalisis biaya dan
menjadi peluang bagi petani melon di keuntungan pemasaran melon
Karanganyar untuk terus berusahatani ditingkat lembaga pemasaran dalam
melon sehingga dapat memenuhi saluran pemasaran melon, dan
permintaan melon nasional. menganalisis marjin dan efisiensi

37
Fahrizal Adi P : Analisis Usaha….

pemasaran melon di Kabupaten dikurangi biaya mengusahakan.


Karanganyar. Efisiensi usahatani melon diketahui
dengan perhitungan R/C rasio dan
METODE PENELITIAN Kemanfaatan usahatani diketahui
Metode dasar yang digunakan pada dengan perhitungan Net B/C rasio.
penelitian ini menggunakan metode Menurut Soekartawi (1995),
deskriptif analitis yang bertujuan efisiensi usahatani melon dapat
untuk menggambarkan secara dihitung dengan rumus:
sistematis dan akurat fakta dan R
karakteristik populasi atau bidang R/C ratio =
C
tertentu. Teknik penelitian yang
Keterangan:R = penerimaan usahatani
digunakan adalah teknik survei.
melon (Rp), C = biaya usahatani
Penentuan lokasi penelitian ini
melon (rupiah), Kriteria yang
dilakukan dengan metode purposive
digunakan dalam analisis efisiensi
sampling yaitu di Kecamatan
usahatani sebagai berikut: Efisiensi >
Jumantono Kabupaten Karanganyar.
1 usahatani melon berarti efisien,
Responden pada penelitian ini
Efisiensi = 1 berarti usahatani melon
terbagi menjadi dua, yaitu responden
impas, Efisiensi < 1 berarti usahatani
petani dan responden lembaga
melon tidak efisien. Kemanfaatan
pemasaran. Pemilihan responden
usahatani dapat diketahui dengan
petani dilakukan menggunakan
menggunakan Net Benefit-Cost Ratio
proportional random sampling
Rumus dari Kemanfaatan usahatani
dengan jumlah 30 petani yang
adalah sebagai berikut:
menanam melon di Kecamatan
B
Jumantono Kabupaten Karanganyar. Net B / C Ratio =
Penentuan responden lembaga C
pemasaran di Kabupaten Karanganyar Keterangan: B=Pendapatan usahatani
menggunakan metode snowball melon, C=Biaya usahatani melon.
sampling. Kriteria: Net B/C Ratio > 1 berarti
Analisis Usahatani layak dijalankan (memberi manfaat),
Analisis usaha menggunakan konsep Net B/C Ratio < 1 berarti tidak layak
biaya yang digunakan adalah konsep (tidak memberi manfaat), Net B/C
biaya mengusahakan. Biaya Ratio= 1 belum layak.
mengusahakan merupakan biaya yang Efisiensi Pemasaran
dikeluarkan untuk kegiatan usaha tani Alat analisis yang digunakan adalah
yang terdiri dari biaya alat-alat luar analisis biaya dan marjin pemasaran
(benih, pupuk, sewa lahan, pestisida, (cost margin analysis): a)Biaya
benih, polibag, mulsa, kayu ajir dan Pemasaran: Bp = Bp1 + Bp2 + … +
tali rafia, upah tenaga kerja luar, Bpn. Keterangan: Bp: Biaya
penyusutan alat dan biaya lain-lain) pemasaran melon (Rp/Kg), Bp1,
ditambah biaya tenaga kerja dalam Bp2,…Bpn: Biaya pemasaran tiap
yang dibayar setara biaya tenaga kerja lembaga pemasaran melon (Rp/Kg),
luar (Hadisapoetro,1973). Penerimaan b)Keuntungan Pemasaran: Kp = Kp1
dihitung dari jumlah produksi + Kp2 + … + Kpn. Keterangan:
dikalikan dengan harga produksi. Kp:Keuntungan pemasaran melon
Pendapatan dihitung dari penerimaan (Rp/Kg), Kp1, Kp2, …,Kpn :
Keuntungan tiap lembaga pemasaran

38
Fahrizal Adi P : Analisis Usaha….

melon (Rp/Kg), c)Marjin Pemasaran: Kriteria untuk mengetahui


Mp = Pr - Pf. Keterangan: Mp: bahwa pemasaran melon dianggap
Marjin pemasaran melon (Rp/Kg), Pr: efisien secara ekonomis adalah tiap-
Harga melon di tingkat konsumen tiap saluran pemasaran mempunyai
(Rp/Kg), Pf: Harga melon di tingkat nilai persentase marjin pemasaran
petani (Rp/Kg). d)Farmer’s Share: yang rendah dan mempunyai nilai
 Mp  persentase farmer’s share petani
FS = 1   x 100%. Keterangan : melon yang tinggi. Bila farmer’s
 Pr 
share petani kurang dari 50% berarti
FS :Bagian yang diterima petani (%),
pemasaran belum efisien, dan bila
Mp:Marjin pemasaran melon
farmer’s share petani lebih dari 50%
(Rp/Kg), Pr:Harga melon ditingkat
maka pemasaran dikatakan.
konsumen (Rp/Kg).
(Sudiyono, 2004).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Usahatani Melon
Karakteristik Petani. Karakteristik rata enam tahun. Rata-rata luas lahan
petani melon merupakan gambaran usahatani melon seluas 0,38 Ha.
secara umum mengenai keadaan dan Biaya Mengusahakan Melon. Biaya
latar belakang petani melon. mengusahakan pada usahatani melon
Tabel 1 menunjukkan rata-rata merupakan penjumlahan dari rata-rata
karakteristik petani melon. Umur biaya alat-alat luar (biaya sarana
petani rata-rata 42 tahun yang berarti produksi, upah tenaga kerja luar,
berada pada usia produktif (14-64 penyusutan, biaya lain-lain) dan upah
tahun). Tingkat pendidikan rata-rata tenaga kerja dalam. Besarnya biaya
masih tergolong sedang. Jumlah yang dikeluarkan Petani melon dalam
anggota keluarga empat orang. satu musim tanam dapat dilihat pada
Pengalaman berusahatani melon rata- tabel 2.
Tabel 1. Karakteristik Petani Melon di Kecamatan Jumantono
No. Uraian Rata-Rata
1. Umur Petani (Tahun) 42
2. Tingkat Pendidikan SMP
3. Jumlah Anggota Keluarga (Orang) 4
4. Pengalaman Usahatani Melon (Tahun) 6
5. Luas Lahan (Ha) 0,38
Sumber: Analisis Data Primer, 2016
Tabel 2. Biaya Mengusahakan Melon per Musim Tanam di Kecamatan
Jumantono.
Biaya (Rp)
No. Uraian
Per Usahatani (0,38Ha) (Rp) Per Ha (Rp)
1. Biaya Sarana Produksi 13.738.344,43 35.839.159,39
2. Biaya Tenaga Kerja Luar 8.636.000,00 22.927.433,63
3. Biaya Penyusutan Alat 54.166,04 187.437,50
4. Biaya Lain-lain 497.944,45 1.298.985,50
5. Biaya Tenaga Kerja Dalam 3.196.666,67 8.486.725,66
Jumlah 26.123.121,59 68.739.741,69
Sumber: Analisis Data Pimer, 2016

39
Fahrizal Adi P : Analisis Usaha….

Tabel 2 menunjukkan besar per kilogram. Besar penerimaan rata-


biaya mengusahakan yang rata usahatani melon sebesar
dikeluarkan petani dalam satu musim Rp.114.986.956,52 per hektar per
panen melon. Biaya ini meliputi biaya musim tanam. Penerimaan ini
sarana produksi yang terdiri dari sewa bersumber dari penjualan melon
lahan, benih, sewa lahan, biaya dalam satu musim tanam.
pupuk, biaya pestisida, biaya benih, Tabel 4 menunjukkan pendapatan
polibag, mulsa, kayu ajir dan tali usahatani melon di Kecamatan
rafia, penyusutan, upah tenaga kerja Jumantono dalam satu musim tanam
luar, biaya lain-lain dan upah tenaga (3 bulan) sebesar Rp.46.247.214,83.
kerja dalam. Biaya terbesar adalah Pendapatan per bulan adalah Rp
biaya sarana produksi. Biaya sarana 6.514.713,41. Efisiensi usahatani
produksi yang terdiri atas beberapa yang ditunjukkan dari nilai
komponen sehingga membutuhkan perbandingan penerimaan dan biaya
pengeluaran yang banyak. Biaya usahatani (R/C Ratio) yaitu sebesar
besar kedua adalah upah tenaga kerja 4,32 per hektar per musim tanam.
luar. Hal ini dikarenakan dalam Nilai R/C Ratio usahatani melon
usahatani melon dari umur 15 hari tersebut dapat diartikan bahwa setiap
setelah tanam hingga umur tanaman Rp 1,00 yang dikeluarkan petani
45 hari, pemeliharaan tanaman melon memberikan pengembalian sebesar
harus intensif meliputi sanitasi, Rp.4,32 per hektar per musim tanam
pengikatan, pemangkasan, pemilihan untuk usahatani melon. Nilai Net B/C
buah, pengairan, pemupukan Ratio usahatani melon sebesar 1,72
tambahan dan pengendalian hama dan per hektar per musim tanam atau
penyakit sehingga membutuhkan lebih dari satu yang berarti usahatani
tenaga kerja luar yang cukup banyak. layak untuk dijalankan karena dapat
Penerimaan dapat dihitung dari memberikan manfaat secara ekonomi.
jumlah produksi dan harga jual melon
Tabel 3. Rata-Rata Penerimaan Usahatani Melon per Musim Tanam di Kecamatan
Jumantono
No. Keterangan Per Usahatani (0,38Ha) Per Ha
1. Produksi (Kg) 9.904,77 25.838,52
2. Harga Jual (Rp/Kg) 4.433,33 4.433,33
3. Penerimaan 44.078.333,33 114.986.956,52
Sumber: Analisis Data Primer, 2016
Tabel 4. Rata-Rata Penerimaan, Pendapatan, Efisiensi dan Kemanfaatan
Usahatani Melon per Musim Tanam di Kecamatan Jumantono
Pendapatan (Rp)
No Uraian
Per Usahatani (0,38Ha) Per Ha
1. Penerimaan Usahatani 44.078.333,33 114.986.956,52
2. Biaya Mengusahakan 26.123.121,59 68.739.741,69
3. Pendapatan Usahatani 17.955.211,75 46.247.214,83
4. Efisiensi Usahatani 4,32
5. Kemanfaatan Usahatani 1,72
Sumber: Analisis Data Primer, 2016

40
Fahrizal Adi P : Analisis Usaha….

Tabel 5. Karakteristik Pedagang Melon di Kabupaten Karanganyar


No. Uraian Rata-Rata
1. Umur Pedagang (Tahun) 45
2. Tingkat Pendidikan SD
3. Jumlah Anggota Keluarga (Orang) 4
4. Pengalaman Usahatani Melon (Tahun) 8
Sumber: Analisis Data Primer, 2016
Efisiensi Pemasaran Melon Kabupaten Karanganyar
Efisiensi pemasaran dapat terjadi menunjukkan ada tiga saluran
apabila biaya pemasaran dapat pemasaran yaitu :
ditekan sehingga keuntungan Pola saluran I: Petani – Pedagang
pemasaran dapat lebih tinggi, Pengumpul – Pedagang pengecer –
persentase perbedaan harga yang Konsumen
dibayarkan konsumen dan produsen Pola saluran II : Petani – Pedagang
tidak terlalu tinggi, tersedianya Pengumpul – Pedagang Besar –
fasilitas fisik tataniaga serta adanya Pedagang Pengecer – Konsumen,
kompetisi pasar yang sehat Pola saluran III : Petani –Pedagang
(Soekartawi, 1989). Meningkatnya Pengumpul – Pedagang Luar Kota
efisiensi atau sistem pemasaran yang Menurut Limbong dan Sitorus
efisien merupakan keinginan atau (1985), Saluran dua tingkat (two
tujuan dari partisipan pemasaran level channel) mencakup dua
yaitu petani, lembaga-lembaga perantara. Dalam pasar konsumsi
pemasaran (pedagang, pengolah dan pedagang yang terlibat merrupakan
pabrik), konsumen dan masyarakat grosir dan pengecer. Hal ini sesuai
umum. dengan hasil penelitian dimana pada
Tabel 1 menunjukkan rata-rata saluran I menggunakan dua
karakteristik Pedagang melon. Umur pedagang perantara yaitu pedagang
pedagang rata-rata 45 tahun yang pengumpul dan pedagang pengecer.
berarti berada pada usia produktif Menurut Limbong dan Sitorus
(14-64 tahun). Tingkat pendidikan (1985), Saluran tiga tingkat (three
rata-rata masih tergolong rendah. level channel) didapati tiga
Jumlah anggota keluarga empat perantara. Dalam hal ini, selain
orang. Pengalaman berdagang melon grosir dan pengecer ditemui pula
rata-rata delapan tahun. pedagang pemborong. Pemborong
Lembaga dan Saluran Pemasaran. tersebut membeli barang dari
Proses penyaluran produk sampai pedagang grosir dan menjualnya ke
ketangan konsumen akhir dapat pedagang pengecer kecil yang pada
menggunakan saluran yang panjang umumnya tidak dapat dilayani oleh
ataupun pendek sesuai dengan pedagang grosir. Berdasarkan hasil
kebijaksanaan saluran distribusi penelitian, pola saluran II terdapat
yang ingin dilaksanakan lembaga tiga pedagang perantara diantaranya
pemasaran. Berdasarkan hasil pedagang pengumpul, pedagang
penelitian yang telah dilaksanakan besar dan pedagang pengecer.
dapat diuraikan mengenai pola Sementara pada saluran III
saluran pemasaran melon di berdasarkan hasil penelitian, tidak

41
Fahrizal Adi P : Analisis Usaha….

dapat diketahui termasuk pada dibandingkan keuntungan pemasaran


saluran tingkat berapa dikarenakan pada saluran pemasaran I dan III, hal
penelitian terhenti di pedagang ini dikarenakan kualitas melon yang
pengumpul yang kemudian berbeda. Pada saluran pemasaran II
dikirimkan ke luar kota diluar daerah dengan kualitas melon yang baik,
penelitian. pedagang menjual melon dengan
Biaya, Keuntungan dan Marjin harga yang tinggi di tingkat
Pemasaran. Besarnya biaya konsumen sebesar Rp.11.000,00 per
pemasaran menurut Lukito dan kg sedangkan pada pola saluran I
Prayugo (2007), sangat tergantung hanya dijual sebesar Rp.7.023,81 per
pada panjang pendeknya jalur kg ditingkat konsumen.
pemasaran. Selain semakin mahal, Menurut Anindita (2004),
jalur pemasaran yang jauh juga Marjin pemasaran menunjukkan
memiliki tingkat risiko yang tinggi. perbedaan harga diantara tingkat
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian lembaga dalam sistem pemasaran,
dimana biaya pemasaran melon yang sehingga dapat didefinisikan sebagai
paling banyak dikeluarkan adalah perbedaan anatara harga yang
saluran II karena melibatkan dibayar oleh konsumen dan harga
beberapa lembaga pemasaran yaitu yang diterima oleh produsen untuk
pedagang pengumpul, pedagang produk pertanian. Tinggi rendahnya
besar dan pedagang pengecer. marjin pemasaran dipakai untuk
Masing-masing lembaga ingin mengukur efisiensi sistem
mendapatkan keuntungan, maka pemasaran. Semakin besar marjin
harga yang dibayarkan oleh masing- pemasaran maka makin tidak efisien
masing lembaga pemasaran juga sistem pemasaran tersebut. Hal ini
berbeda. Jarak yang mengantarkan sesuai dengan hasil penelitian
produksi pertanian dari produsen ke dimana marjin pemasaran terbesar
konsumen menyebabkan terjadinya yaitu pada saluran II sebesar
perbedaan besarnya keuntungan. Rp.6.600,00 per kg. Hal ini
Perbedaan harga dimasing-masing dikarenakan banyaknya lembaga
lembaga pemasaran sangat bervariasi pemasaran yang terkait, dari tiap
tergantung besar kecilnya lembaga pemasaran mengambil
keuntungan yang diambil oleh keuntungan sehingga harga yang
masing-masing lembaga pemasaran. diperoleh produsen dengan harga
Keuntungan pemasaran melon pada yang diterima konsumen memiliki
saluran pemasaran II lebih besar marjin harga yang tinggi.
Tabel 6. Perbandingan Total Biaya, Total Keuntungan dan Total Marjin
Pemasaran serta Farmer’s Share dari ketiga Saluran Pemasaran melon
di Kabupaten Karanganyar.
No Uraian Saluran I Saluran II Saluran III
1 Total biaya pemasaran (Rp/kg) 1.163,06 1.420,52 909,30
2 Total keuntungan (Rp/kg) 1.479,80 5.179,48 2.074,03
3 Total marjin pemasaran (Rp/kg) 2.642,86 6.600,00 2.983,33
4 Farmers share (%) 62,37 40,00 59,78
Sumber: Analisis Data Primer, 2016

42
Fahrizal Adi P : Analisis Usaha….

Menurut Sudiyono (2004), semakin rendah marjin pemasaran


kriteria pemasaran melon dianggap atau semakin tinggi bagian yang
efisien secara ekonomis adalah tiap- diterima oleh produsen, dan semakin
tiap saluran pemasaran mempunyai pendek saluran pemasaran maka
nilai persentase marjin pemasaran saluran pemasaran semakin efisien.
yang rendah dan mempunyai nilai
SIMPULAN
persentase bagian yang diterima
Berdasarkan hasil pembahasan dapat
petani melon yang tinggi. Bila disimpulkan sebagai berikut: (1)
bagian yang diterima petani kurang Total biaya mengusahakan usahatani
dari 50% berarti pemasaran belum melon rata-rata adalah
efisien, dan bila bagian yang Rp.68.739.741,69 per hektar per
diterima petani lebih dari 50% maka musim tanam. Rata-rata Penerimaan
pemasaran dikatakan.
Usahatani melon adalah
Saluran pemasaran dianggap Rp.114.986.956,52 per hektar per
efisien apabila masing-masing musim tanam. Pendapatan rata-rata
saluran pemasaran mempunyai nilai usahatani melon adalah
presentase pemasaran yang rendah Rp.46.247.214,83 per hektar per
dan nilai farmers share yang tinggi musim tanam musim tanam. (2)
atau lebih dari 50%. Setiap saluran
Efisiensi usahatani melon di
pemasaran mempunyai nilai farmers Kecamatan Jumantono mencapai
share yang berbeda-beda, pada efisiensi usahatani yang ditunjukkan
saluran I sebesar 62,37%, saluran II dari nilai R/C Ratio sebesar 4,32 per
sebesar 40,00% dan saluran III hektar per musim tanam yang berarti
sebesar 59,78%. Berdasarkan tinggi bahwa setiap Rp 1,00 yang
rendahnya marjin pemasaran dan
dikeluarkan petani memberikan
farmers share maka saluran I dan III pengembalian sebesar Rp.4,32 per
merupakan saluran yang efisien hektar per musim tanam.
secara ekonomis dibandingkan Kemanfaatan usahatani melon yang
sengan saluran II. Hal ini disebabkan ditunjukan dengan nilai Net B/C
karena pada saluran I dan III Ratio sebesar 1,72 per hektar per
lembaga pemasaran yang terlibat musim tanam yang berarti usahatani
tidak terlalu panjang, sedangkan layak untuk dijalankan karena dapat
pada saluran II melibatkan banyak memberikan manfaat secara
lembaga pemasaran. ekonomi. (3) Berdasarkan hasil
Berdasarkan hasil penelitian penelitian yang telah dilaksanakan
diketahui bahwa saluran pemasaran I dapat diuraikan mengenai pola
dengan marjin pemasaran sebesar saluran pemasaran melon di
Rp.2.642,86 dan nilai farmers share Kabupaten Karanganyar
sebesar 62,37% dan saluran III menunjukkan ada tiga saluran
dengan marjin pemasaran sebesar pemasaran yaitu: Pola saluran I:
Rp.2.983,33 dan nilai farmers share Petani – Pedagang Pengumpul –
sebesar 59,78% merupakan saluran Pedagang pengecer – Konsumen.
pemasaran yang efisien dibanding Pola saluran II : Petani – Pedagang
saluran pemasaran II. Hal ini Pengumpul – Pedagang Besar –
disebabkan nilai farmers share yang Pedagang Pengecer – Konsumen,.
diperoleh lebih dari 50% dan Pola saluran III : Petani –Pedagang

43
Fahrizal Adi P : Analisis Usaha….

Pengumpul – Pedagang Luar Kota. pemberantasan hama dan penyakit,


(4) Total biaya pemasaran pada pascapanen dan pemasaran. (2) Perlu
saluran pemasaran I adalah sebesar dibentuknya wadah yang dapat
Rp.1.163,06 per kg dengan membantu petani untuk menguatkan
keuntungan total yang diperoleh posisi tawarnya, semisal forum,
adalah sebesar Rp.1.479,80. Total koperasi atau asosiasi petani
biaya pemasaran pada saluran sehingga dapat meningkatkan
pemasaran II adalah sebesar efisiensi pemasaran petani. (3)
Rp.1.420,52 per kg dengan Petani dapat aktif dalam mencari
keuntungan total yang diperoleh informasi pasar tentang harga melon
adalah sebesar Rp.5.179,48. Total ditingkat masing-masing lembaga
biaya pemasaran pada saluran pemasaran sehingga petani dapat
pemasaran III sebesar Rp.909,30 per menetapkan harga jual yang
kg dengan keuntungan total yang memberikan keuntungan lebih besar
diperoleh sebesar Rp.2.074,03. (5) bagi petani.
Marjin pemasaran pada saluran
pemasaran I adalah Rp.2.642,86 dan DAFTAR PUSTAKA
farmers share sebesar 62,37%. Anindita, Ratya. 2004. Pemasaran
Marjin pemasaran pada saluran Hasil Pertanian. Papyrus.
pemasaran II adalah Rp.6.600,00 dan Surabaya.
farmers share sebesar 40,00%.
Marjin pemasaran pada saluran Badan Pusat Statistik 2015. Tingkat
pemasaran III adalah Rp.2.983,34 Konsumsi buah melon tahun
dan farmers share sebesar 59,78%. 2011-2014. Badan Pusat
Berdasarkan persentase marjin Statistik. Jakarta.
pemasaran dan farmers share dapat
disimpulkan bahwa saluran Hadisapoetro, S. 1973. Biaya Dan
pemasaran I dan II merupakan Pendapatan dalam
saluran pemasaran yang efisien. Usahatani. Fakultas
Saran yang dapat diberikan Pertanian UGM. Yogyakarta.
yang berkaitan dengan usahatani dan
efisiensi pemasaran melon di Kadariah. 1988. Evaluasi Proyek
Kecamatan Jumantono Kabupaten Analisa Ekonomi. Fakultas
Karanganyar adalah sebagai berikut: Ekonomi Universitas
(1) Petani dapat mengaplikasikan Indonesia. Jakarta.
dan mengoptimalkan program
intensifikasi pertanian untuk Limbong dan Sitorus, 1985.
meningkatkan pendapatan dan Pengantar Tataniaga
efisiensi pemasaran yaitu Pertanian. IPB Bogor
pengolahan lahan pertanian dengan Lukito dan Prayugo. 2007.
sebaik-baiknya untuk meningkatkan Pemasaran Lobster air
hasil pertanian dengan program tawar. Penebar swadaya.
sapta usahatani antara lain Jakarta.
pengolahan tanah yang baik,
Kementrian Pertanian. 2015. Luas
pengairan yang teratur, pemilihan
panen, produksi, dan
bibit unggul, pemupukan,
produktivitas melon. http://

44
Fahrizal Adi P : Analisis Usaha….

aplikasi.deptan.go.id diakses dan Aplikasinya. PT Raja


tanggal 23 Oktober 2015 Grafindo Persada. Jakarta.
pukul 20.00 WIB
. 1995. Prinsip Dasar
Rukmana, R., 1994. Budidaya Melon Ekonomi Pertanian: Teori
Hibrida. Kanisius. dan Aplikasi. Raja Grafindo
Yogyakarta. Persada. Jakarta.
Sudiyono, A. 2004. Pemasaran
Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Pertanian, Cetakan kedua.
Manajemen Pemasaran UMM Press. Malang.
Hasil-hasil Pertanian: Teori

45

You might also like