You are on page 1of 19

EFEKTIVITAS AKAD PEMBIAYAAN BAI’ AL- WAFA

PADA BAITUL MAAL WAT TAMWIL

Kudus
Naghfir

Lembaga Kajian dan Advokasi Hukum Agraria Malang


Jl. Raya Pancir RT 16 RW 5 Desa Pusat Kidul Gondanglegi Malang
Email: kudus380@gmail.com; naghfirmkn@gmail.com

Abstract
Akad Bai’ al-Wafa is a complementary in the form of loans granted by Baitul Maal Wat Tamwil
(BMT) UGT Sidogiri Branch Wonokerto as a buyer (creditor) to its members (sellers) that
need funding on condition that the goods sold can be bought back by the seller. Concerning the
source of funds used by Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) comes from the savings of members
for the sake of the smooth customer financing of Bai’ al-Wafa. The purpose of this study is to
analyze the perspectives of scholars towards the contract implementation of the Ba’i al-wafa in
BMT UGT Sidogiri, to determine the effectiveness of Bai’ al-Wafa in BMT UGT Sidogiri, and to
analyze the benefits of contract Bai’ al-Wafa in BMT UGT Sidogiri. This is an empirical legal
research using a legal sociological approach. The sources of data in this study are primary and
secondary, as for primary data is obtained from the results of interviews with UGT Sidogiri
BMT clients, BMT UGT itself and the clergy. While secondary data is obtained from laws
and regulations such as Act No. 10 of 1998 on banking, Act No. 21 of 2008 concerning the
shari’a banking and shari’a law economy book. The results of this study is that the presence of
financing al-Wafa agreement can not be allowed because it is essentially in buying and selling
is the perfect of property in a way to avoid usury. While the essentiall in buying and selling is
an addition to his home, which is a contract that indicates to be returned with additional terms,
either on purpose or not. Then the buyer is free to make goods such guarantees may not be sold
to the public. The societies responsif towards BMT UGT is effective because people are easier
to obtain financing services.
Key words: bai’al-wafa, baitul maal wat tamwi

Abstrak
Akad Bai’ al-Wafa merupakan pelengkap yang berbentuk pinjaman yang diberikan oleh
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) UGT Sidogiri Cabang Wonokerto, selaku pembeli (pemberi
hutang) kepada anggotanya selaku penjual yang memerlukan dana dengan syarat bahwa
barang yang dijual tersebut dapat dibeli kembali oleh penjual. Mengenai sumber dana yang
dipakai oleh Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dalam memberikan pinjaman kepada anggota
berasal dari dana tabungan anggota demi kelancaran nasabah dalam pembiayaan Bai’ al-Wafa.
Pokok permasalahan yang akan menjadi rumusan masalah dalam penulisan jurnal ini adalah 1.
Bagaimana penerapan akad Bai’ al-Wafa di BMT UGT Sidogiri. 2. Bagaiamana efektivitas akad
pembiayaan Bai’ al-Wafa di BMT UGT Sidogiri dan ke 3. Apa manfaat akad pembiayaan Bai’
al-Wafa terhadap perkembangan ekonomi syari’ah di masa akan datang. Tujuan dari penelitian
ini untuk menganalisis perspektif ulama terhadap penerapan akad Bai’ al-Wafa di BMT UGT
Sidogiri, selanjutnya yaitu untuk mengetahui efektivitas Bai’ al-Wafa di BMT UGT Sidogiri,
serta menganalisis manfaat akad Bai’ al-Wafa di BMT UGT Sidogiri. Adapun Jenis metode
1 DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2017.01001.1
2 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 1-19

penelitian yang digunakan untuk membahas penelitian ini yaitu menggunakan jenis penelitian
hukum empiris. Dengan menggunakan pendekatan sosiologi hukum (Socio legal). Jenis dan
sumber data dalam penelitian ini yaitu primer dan sekunder, adapun data primer di peroleh dari,
hasil wawancara dengan para nasabah BMT UGT Sidogiri, pihak BMT UGT sendiri dan para
ulama. Sedangkan data sekunder diperoleh dari peraturan perundang-undang. Di antaranya.
Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, Undang nomor 21 tahun 2008 tentang
perbankan syari’ah, serta kitab hukum ekonomi syari’ah. Hasil dari penelitian ini ditemukan
bahwa Keberadaan akad pembiayaan (Jual beli) Al-wafa, tidak dapat diperkenankan karena
hakikatnya dalam jual beli adalah kepemilikan yang sempurna terhadap sebuah barang dengan
jalan yang terhindar dari riba. Sementara dalam jual beli hakekatnya adalah suatu tambahan
terhadap asalnya. Yaitu suatu akad yang menunjukkan hal tersebut akan dikembalikan dengan
syarat tambahan, baik sengaj maupun tidak. Maka pembeli dengan bebas memanfaatkan barang
jaminan tersebut tidak boleh dijual dengan pihak manapun. Responsif masyarakat terhadap
diterapkannya akad pembiayaan Bai’ al-Wafa Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) UGT sangat
efektif karena masyarakat lebih mudah untuk mendapatkan pelayanan pembiayaan.
Kata kunci: bai’al-wafa, baitul maal wat tamwil

Latar Belakang Praktek Jual beli semacam ini terbilang


Akad Bai’ al-Wafa merupakan akad unik, bahkan di zaman Rasulullah jual beli
pembiayaan dalam bentuk pinjaman oleh semacam ini belum ada. Bai’ al-Wafa baru
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) UGT Sidogiri dikenal sekitar abad ke-5 H di Bukhara
Cabang Wonokerto, selaku pembeli (pemberi dan Balkhan.Ketika itu ditengah-tengah
hutang) kepada anggotanya selaku penjual masyarakat telah meluas sebuah kenyataan
yang memerlukan dana dengan syarat bahwa bahwa, si kaya yang mempunyai sejumlah
barang yang dijual tersebut dapat dibeli uang tidak mau meminjamkan uangnya
kembali oleh penjual. Mengenai sumber dana kepada orang yang membutuhkan (si miskin).
yang dipakai oleh Baitul Maal Wat Tamwil Si kaya baru memberikan pinjaman uang,
(BMT) dalam memberikan pinjaman kepada jika ia diberi hak untuk mengembangkan
anggota berasal dari dana tabungan anggota.1 harta jaminannya. Sementara itu, mereka
Akad Bai’ al-Wafa adalah akad jual beli mengetahui bahwa memanfaatkan barang
yang dilangsungkan antara dua belah pihak jaminan oleh penerima jaminan bagian dari
yang diikuti dengan syarat bahwa barang riba dan dilarang oleh agama. Akad ini mirip
yang jual tersebut dapat dibeli kembali oleh dengan bai’ (jual), sehingga jual beli tersebut
penjual apabila tenggang waktu yang telah di perselisihkan oleh para ulama dari aspek
ditentukan telah tiba.2 hukumnya3.

1 Wawancara dengan Yaskur, Manager BMT UGT Sidogiri di Kantor Cabang Wonokerto, 27 Maret 2016.
2 Abbas Arfan, 99 Kaidah Fiqih Muamalah Kulliyah (Tipologi Dan Penerapannya Dalam Ekonomi Islam Dan
Perbankan Islam), (Malang: UIN-Maliki Press, 2013), hlm. 131.
3 Yazid Afandi, Fiqih Muamalah dan Implementasinya Dalam Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta:
Logung Creative Design, 2009), hlm. 64.
Kudus, Naghfir, Efektivitas Akad Pembiayaan Bai’ Al-Wafa pada Baitul Maal ... 3

Menurut ulama Hanafiyah ibn taymiyah dengan menjual sepeda motornya kepada
memandang bahwa jual beli al-Wafa’ seperti Baitul maal wat tamwil (BMT) UGT Sidogiri
diatas dipandang tidak syah. Ia menyatakan, dan dibeli dengan 50 % (lima puluh persen)
bahwa jual beli yang dipraktekkan dalam dari harga pasar, pihak baitul maal wat tamwil
kehidupan masyarakat seperti yang terjadi (BMT) berjanji tidak akan menjual kendaraan
setiap hari, yaitu dengan cara jual beli, tukar tersebut kepada pihak manapun selain kepada
menukar, dan lain sebagainya. Namun dalam nasabah (penjual). Setelah sepeda motor
hal ini jual beli yang diperbolehkan yang tersebut menjadi milik baitul maal wat tamwil
sudah melalui akad yaitu kesepakatn antara (BMT) UGT Sidogiri (pembeli), pembeli
para pihak. menyerahkan dan menyewakan kendaraan
Pembiayaan Murabahah diartikan suatu tersebut kepada nasabah (penjual), nasabah
penjualan barang seharga barang tersebut di mensepakati akan membayar uang sewa dan
tambah dengan keuntungan yang disepakati.4 angsuran pembiayaan dalam waktu yang
Dimana penerapannya, penjual harus sudah disepakati, setelah masa tenggangnya
memberi tahu harga produk yang ia beli dan habis, maka penjual dapat membeli kembali
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai sepeda motornya sesuai kesepakatan di awal.
tambahannya. Misalnya, pedagang eceran Peristiwa hukum tersebut, terjadi pada
membeli komputer dari harga grosir dengan nasabah Baitul Maal Wat Tamwil (selanjutnya
harga Rp 10.000.000.00- (sepuluh juta rupiah) disebut BMT) UGT Sidogiri. Di mana nasabah
kemudian ia menambahkan keuntungan ingin melakukan pinjaman (pembiayaan)
sebesar Rp 750.000.00 (tujuh ratus lima puluh untuk modal usahanya. Pihak BMT akan
ribu rupiah) dan menjual kepada si pemilik memberikan pinjaman kepada nasabah yang
dengan harga Rp 10.750.000.00- (sepuluh Perspektif dan akad yang digunakan oleh pihak
juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Pada BMT UGT Sidogiri adalah akad Bai’ al-Wafa.
umumnya, si pedagang eceran tidak akan Dimana nasabah menjual sepeda motornya
memesan dari grosir sebelum ada pesanan dari dengan merk Honda Supra seharga 6.000.000
calon pembeli dan mereka sudah menyepakati (enam juta rupiah) akan tetapi pihak BMT
tentang lama pembiayaan, besar keuntungan hanya mau membeli 50% (lima puluh persen)
yang akan di ambil pedagang eceran, serta dari harga pasar, sehingga setelah ditaksir oleh
besarnya anggsuran kalau memang dibayar pihak BMT harganya menjadi Rp 3.069.000
secara angsuran.5 (tiga juta enam puluh Sembilan ribu rupiah)
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, plus marginnya sebesar 2,3% (dua koma tiga
seorang nasabah meminjam modal untuk usaha, persen), untuk pengembalian pinjamannya.

4 Ibid., hlm. 202.


5 Ibid., hlm. 102.
4 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 1-19

Pembayaran angsuran dilakukan dengan cara nasabahnya adalah karakter dan loyalitas
dicicil selama 1 (satu) tahun sesuai dengan anggota. Karakter dan loyalitas tersebut
waktu yang telah disepakati, dan setelah dapat dilihatdari kejujuran dan kesungguhan
cicilannya lunas nasabah dapat membeli anggota dalam melengkapiatau persyaratan-
kembali sepeda motornya dengan harga yang persyaratan yang diajukan oleh Baitul Maal
sama yakni 50 % (lima puluh persen) dari Wat Tamwil (BMT) UGT Sidogiri Cabang
harga pasar, sesuai dengan kesepakatan yang Wonokerto dalam melakukan pembiayaan.
terjadi di awal akad. Ketentuan pembiayaan Bai’ al-Wafa
Motivasi BMT UGT Sidogiri cabang di BMT UGT Sidogiri Cabang Wonokerto
Wonokerto menerapkan Bai’ al-Wafa sebagai berikut:
dikarenakan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) 1. BMT menyediakan dana yang diperlukan.
bukan hanya sebagai lembaga sosial tetapi 2. BMT meminta peminjam untuk membeli
BMT juga sebagai lembaga profit oriented kembali barang yang dijualkepada pihak
yang juga ingin mendapatkan keuntungan, BMT.
akad pembiayaan Bai’ al-Wafa sering 3. Pengembalian pinjaman dilakukan

digunakan para nasabah BMT yang ingin dengan cara mengangsur tiap bulanpada

melakukan pembiayaan, karena akad ini pihak BMT.

dianggap menguntungkan dan paling mudah. Presentase yang digunakan oleh BMT
Bagi pihak BMT, jika dibandingkan dengan UGT Sidogiri Cabang Wonokerto adalah
sistem bagi hasil (mudharabah), produk sebesar 50 % (lima puluh persen) dalam
Bai’ al-Wafa cukup memudahkan, mark menentukan harga beli dari barang jaminan
up pembiayaan tersebut dapat diterapkan yang akan di jual kepada pihak BMT, dengan
sedemikian rupa sehingga memastikan ketentuan margin sebesar 2.3% (dua koma
bahwa BMT dapat memperoleh keuntungan, tiga persen).
pembiayaan tersebut juga menjauhkan diri
1. Sumber dana dan syarat pada
dari ketidak pastian yang ada pada pendapatan
akad Bai’ al-Wafa
usaha-usaha dengan sistem profit dan loss
a. Sumber Dana pada akad Bai’ al-Wafa
sharing.
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) UGT
Sidogiri Cabang Wonokerto sangat selektif
Pembahasan
dan berhati-hati dalam menyalurkandananya
A. Penerapan Akad Bai’ Al-Wafa kepada masyarakat khusunya yang berupa
di BMT UGT Sidogiri Cabang pembiayaan Bai’ al-Wafa. Sumber dana
Wonokerto Bai’ al-Wafa di BMT UGT Sidogiri Cabang
Penerapan akad pembiayaan Bai’ al-Wafa Wonokerto berasal dari dana tabungan

hal yang pertama dilihat oleh BMT terhadap anggota BMT.


Kudus, Naghfir, Efektivitas Akad Pembiayaan Bai’ Al-Wafa pada Baitul Maal ... 5

b. Syarat pada akad Bai’ al-Wafa Maka kemudian munculah akad Bai’
Setiap orang yang akan mengajukan al-Wafa ini. Dilihat dari harta yang menjadi
pembiayaan Bai’ al-Wafa di BMT UGT jaminan harus kembali kepada pemilik harta,
Sidogiri Cabang Wonokerto harus memenuhi maka akad ini mirip dengan Rahn. Namun jika
persyaratan sesuai dengan yang dijelaskan dilihat dari sisi harta yang menjadi jaminan
sebelumnya. Selain itu ada persyaratan lain tersebut bebas untuk di ambil manfaatnya oleh
yaitu anggota yang melakukan pinjaman penerima jaminan, akad ini mirip dengan bai’.
Bai’ al-Wafa diminta untuk membeli kembali Sehingga jual beli ini merupakan jual beli
barang yang telah dijual pada pihak BMT6. khusus yang memang di perselisihkan oleh
ulama dari aspek hukumnya yakni tentang
2. Analisis prespektif syariah
syarat, dimana pihak penjual tidak boleh
terhadap penerapan akad
menjual barang yang dibeli kepada pihak
pembiayaan Bai’ al-Wafa
manapun kecuali pihak penjual pertama. Hal
a. Latar belakang munculnya Bai’ al-Wafa
inilah yang menjadi perselisihan sebab kalau
Jual beli jenis ini yakni Bai’ al-Wafa belum
merujuk kepada syarat jual beli syarat seperti
di kenal pada zaman nabi. Ia baru dikenal
itu tidak ada.
pada sekitar pertengahan abad ke-V Hijriyah
di Bukhara dan Balkhan. Ketika itu di tengah- 3. Analisis perspektif ulama terhadap
tengah masyarakat telah meluas sebuah penerapan akad pembiayaan Bai’
kekayaan bahwa, si kaya yang mempunyai al-Wafa Di Baitul Maal Wat Tanwil
sejumlah uang tidak mau meminjamkan (BMT) UGT Sidogiri Cabang
uangnya kepada orang yang membutuhkan Wonokerto
(si miskin) yang sedang membutuhkan. Si “Sesungguhnya ulama adalah
kaya baru mau memberi pinjaman uang, jika pewaris para nabi, sungguh para nabi
tidak mewariskan dinar dan dirham,
ia diberi hak untuk mengembangkan harta sungguh mereka hanya mewariskan
jaminannya. Sementara itu, mereka tahu ilmu maka barang siapa mengambil
bahwa memanfaatkan barang jaminan oleh warisan tersebut, ia telah mengambil
bagian yang banyak7
penerima jaminan termaksud bagian dari riba
dan dilarang oleh agama berdasarkan hadits Menurut Romadhon Khotib, Bai’al-
nabi. Wafa dari aspek hukumnya masih terdapat
pertentangan, disebabkan dalam akad tersebut
Artinya : “setiap utang yang di barengi terdapat penggabungan tiga akad. Menurut
dengan pemanfaatan (untuk pemberian utang) beliau ada beberapa pendapat mengenai Bai’
adalah riba”. (HR. al-Bukhari). al-Wafa ini. Menurut Mazhab Hambali dan

6 Ibid.
7 (HR. Al-Imam Al-Timidzi).
6 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 1-19

Maliki cenderung tidak memperbolehkan yang tidak boleh adalah Fiiqadliyah


karena adanya penggabungan tiga akad, yang Wahidah dalam satu qodliyah. Contohnya,
pertama, ijarah, kedua rahn, dan bai’ (jual wudhunya ikut imam syafi’i shalatnya imam
beli) itu sendiri. Sehingga ini dianggap kurang hanafiyah itu juga boleh, yang tidak boleh
sesuai. Akan tetapi menurut mazhab hanafi, mencampurkan beberapa mazhab dalam satu
hal itu merupakan hal yang bemanfaat untuk persoalan. Shalatnya caranya ikut syafi’iah
menghindari riba sehingga fiqih mazhab batalnya shalat ikut hanafiyah, itu yang tidak
memperbolehkan hal tersebut. Dan menurut boleh, kalau wudhunya ikut syafi’i, shalatnya
koridor fiqih, kita boleh mengikuti mazhab ikut hanafiyah penuh sak batal-batal shalat.
yang 4 itu. Yang dilarang adalah talfeq’. Itu boleh karena satu qoddiyah.10
Talfeq’ itu mencampur adukkan beberapa Ungkapan yang sama juga di sampaikan
mazhab dalam satu masalah.8 oleh Bapak Moch Ichsan tentang hukum bai’
Begitu juga dengan Bapak Nursalim yang al-wafa’ yang menjadi perselisihan diantara
sependapat dengan beliau yang memandang beberapa ulama. Beliau menyampaikan
Bai’ al-Wafa yang masih di perselisihkan bahwa Bai’ al-Wafa banyak diperselisihkan
bagi kalangan beberapa ulama. Sebagaimana oleh beberapa ulama salah satunya tentang
yang disampaikan beliau bahwa Bai’ al-Wafa syarat tersebut, tetapi menurut beliau
memang di perdebatkan antara ulama. Para indi’qotil Madzaaib (pindah imam). Dengan
ulama syafi’iah, hambali dan maliki yang catatan hanya berlaku dalam satu qoddiyah
tidak sepakat terhadap hal tersebut.Tetapi hukum itu. Contohnya: Bab mengenai
ulama hanafiyah itu memperbolehkan dengan shalat, bab tentang shalat itu kita mengikuti
dalih ikhthisan supaya terhindar dari riba.9 imam hanafi padahal kita termaksud ashabul
Beberapa ulama berpendapat bahwa asy-syafi’iyah, maka itu boleh dengan
Bai’ al-Wafa masih di pertanyakan dari segi catatan seluruh yang berkaitan dengan shalat,
hukumnya.Sebagaimana yang di ungkapkan termaksud wudhunya, batal wudhunya harus
bahwa Bai’ al-Wafa banyak di perselisihkan mengikuti imam hanafi.11
oleh banyak ulama. Mereka berpendapat Pendapat-pendapat tersebut dapat
untuk mengikuti imam yang memperbolehkan dipersepsikan bahwa kita boleh mengikuti
saja, seperti imam hanafiyah tersebut yang empat mazhab tersebut asal tidak mencampur
mengembangkan akad tersebut. Mengikuti adukan dari empat mazhab tersebut dalam 1
mahzab yang empat tersebut diperbolehkan,

8 Wawancara dengan Romadhon Khotib, Kantor Cabang Nadlatul Ulama, 27 Mei 2016.
9 Wawancara dengan Nursalim, Pondok Pesantren Raudatul Ulum Gondang Legi, 27 Mei 2016.
10 Wawancara dengan Romdhon dan Drs. Nursalim, Khotib, 27 Mei 2016.
11 Wawancara dengan KH. Moch Ichsan, di Kediamannya Gondang legi, 27 Mei 2016.
Kudus, Naghfir, Efektivitas Akad Pembiayaan Bai’ Al-Wafa pada Baitul Maal ... 7

(satu) masalah12. Berpindah mazhab fiqih itu ada syarat seperti itu. Maka caranya harus
diperbolehkan dalam kondisi dan ketentuan ditata pemikirannya atau diarahkan, jangan
yang khusus, tujuannya untuk memudahkan sampai terucap dalam satu akad, karena
ummat islam karena inilah karakter ajaran Mazhab Syafi’i mengatakan bahwa kalau
islam. Nabi Muhammad SAW di utus muhtadol ardi itu adalah fisufil ardi dalam satu
juga untuk mempermudah dan bukan untuk transaksi maka itu termaksud riba. Akan tetapi
mempersulit ummatnya. Sabagaimana dengan bila tidak dalam satu transaksi atau dalam
akad Bai’ al-Wafa tujuannya mempermudah satu akad maka itu di perbolehkan. Dengan
anggota (nasabah) dalam melakukan cara, ketika ada akad seperti itu tidak boleh
pembiayaan untuk usahanya atau keperluan memakai syarat atau ucapan yang tidak boleh
mendesak. menjual barang tersebut kepada orang lain
Dalam Bai’ al-Wafa ada syarat yang atau barang tersebut harus kembali ke pemilik
mengikat, yakni pihak kedua tidak boleh pertama. Maka syarat seperti itu diucapkan di
menjual barang jaminan kepada siapapun luar akad atau cukup dengan saling mengerti
kecuali kepada pihak pertama (penjual). Akan antara keduanya tentang barang tersebut.
tetapi bila kita merujuk kepada hadits jual Ketika ada syarat seperti itu di akad Bai’
beli yang dibarengi dengan syarat tersebut al-Wafa, memperbolehkan akad Bai’ al-Wafa
termasuk jual beli yang dilarang syara’. Hal tersebut di terapkan. Sementara tentang
ini sesuai dengan sebuah hadits, “Rasulullah boleh tidaknya akad Bai’ al-Wafa diterapkan,
SAW melarang jual beli yang dibarengi informan yang pertama yakni Bapak
dengan syarat.”13 Maka dari itu syarat ini Romadhon Khotib memandang boleh saja Bai’
yang menjadi perselisihan diantara ulama- al-Wafa di terapkan asal dalam penerapannya
ulama.Akan tetapi para informan- informan seperti yang di jelaskan oleh beliau bahwa Bai’
dalam penelitian ini. Memiliki pandangan al-Wafa dengan cara seperti itu bukan menjadi
yang berbeda dalam menyikapi syarat yang persyaratan tapi persyaratan dibicarakan
ada di Bai’ al-Wafa. dibelakang tidak disebutkan dalam akad
Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat tersebut. Seperti dasarnya yang seperti ini,
di pahami oleh peneliti bahwa dalam praktek yang pertama “setiap transaksi yang menjadi
Bai’ al-Wafa tersebut sebaiknya syarat persyaratan itu, kalau persyaratan fishohibul
tersebut di ucapkan di luar akad, karena jika ardhi maka dia menjadi riba. Tetapi kalau fii
merujuk kepada syarat jual beli tidak boleh ghairo sahibul ardhi (di luar akad) maka itu

12 Mencampur antara dua pendapat dalam satu Qodliyah (masalah) baik sejak awal, pertengahan dan seterusnya,
yang nantiya dari dua pendapat itu akan menimbulkan satu amaliyah yang tak pernah di katakana oleh orang
berpendapat. Ahmad Baidlowi, “Initisari amaliyah ulama fiqih”, http://restuandrian.blogspot.com/2011/12/
pengertian-dan-hukum-taqlid.html, diakses 26 Mei 2016.
13 HR. Muslim. An-Nasa’i, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah.
8 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 1-19

menjadi sah. Dan yang kedua jasikun hoiron jual kepada pihak manapun tidak diucapkan
riba. Jadi sah-sah saja diterapkan.14 didalam satu transaksi tapi di luar transaksi.16
Begitu juga dengan pendapat Bapak Dari beberapa pendapat tersebut, dapat
Nursalim yang juga sependapat bahwa Bai’ di simpulkan Bai’ al-Wafa boleh diterapkan,
al-Wafa bisa di terapkan. Menurut beliau yakni dengan imam yang memperbolehkan
sah-sah saja akad Bai’ al-Wafa diterapkan atau dengan pendapat yang kedua yakni syarat
asal aspek kemaslahatannya terjaga dan tidak yang tidak boleh di jual kepada pihak manapun
muncul pihak yang dirugikan secara hakiki15. tidak di ucapkan dalam satu transaksi tersebut
Pendapat di atas juga sejalan tapi di ucapkan di luar transaksi atau di
dengan pandangan Bapak Bahrul yang ucapkan di lain hari. Dan dalam penerapannya
memperbolehkan Bai’ al-Wafa diterapkan. aspek kemaslahatannya juga terjaga, karena
Sebagaimana yang di sampaikan oleh beliau. dasar jual beli tersebut adalah saling suka
sama suka.
Jika Bai’ al-Wafa boleh diterapkan,
Artinya: sesungguhnya jual beli ini hanya bagaimana jika Bai’ al-Wafa di gunakan untuk
sah jika suka sama suka” (Riwayat Ibnu pembiayaan.
Hibban) Menurut Bapak Romadhon Khotib
Prinsip dasar yang paling utama dari akad Bai’ al-Wafa bisa di gunakan untuk
muamalah itu saling rela namun mengapa pembiayaan dengan beberapa alasan yang di
terkesan longgar, ini untuk memberikan ungkapkan oleh beliau. Sebagai berikut bahwa
seluas-luasnya kesempatan kepada pelaku- bisa saja, dengan cara yang seperti mazhab
pelaku syariah itu, agar tidak terjebak atau syafi’i yakni syarat yang mengikat tadi bukan
terjatuh kepada riba “Allah menghalalkan jual sebagai syarat utama dalam transaksi satu
beli dan mengharamkan riba” maka terjadilah akad. Akan tetapi lebih ditekankan kepada
hilatul hukmi (rekayasa hukum). Bai’ al-Wafa perasaan pribadi orang itu saja.Tidak terucap
ini termasuk rekayasa hukum. dalam transaksi seperti itu. Kita ambil jalan
tengah, kita tidak menyalahkan dengan apa
Begitu juga dengan informan ke empat yang di gariskan oleh imam hanafi. Tetapi
Moch Ichsan yang memandang Bai’ al-Wafa juga mewakili mazhab syafi’i.17
boleh diterapkan sebagaimana yang di Berbeda dengan Bapak Nursalim yang
ungkapkan bahwa beliau memperbolehkan memandang berbeda tentang Bai’ al-Wafa
hak tersebut. Syarat yang tidak boleh di yang di gunakan untuk pembiayaan.

14 Wawancara dengan Romadhon, Khotib di Kantor Cabang Kabupaten Malang Nahdatul Ulama, 27 Mei 2016.
15 Wawancara dengan Nursalim, di Pondok Pesantren Gondang Legi Malang Selatan, 27 Mei 2016.
16 Wawancara dengan Moch Ichsan, di kediamannya Gondang Legi Malang Selatan, 27 Mei 2016.
17 Wawancara Romadhon Khotib, di Kantor Nadhdatul Ulama Cabang Kabupaten Malang, 27 Mei 2016.
Kudus, Naghfir, Efektivitas Akad Pembiayaan Bai’ Al-Wafa pada Baitul Maal ... 9

Sebagaimana pendapat beliau.bahwa boleh boleh-boleh saja kalau ada imam yang
saja, karena akad Bai’ al-Wafa dikembangkan mempertanggung jawabkan, saya teringat
oleh mazhab hanafiyah supaya masyarakat di Fathul Mu’in itu ada bahasa seperti ini
terhindar dari riba. Dan dinggapnya akad “seandainya ada ami (orang awam)20 yang
tersebut hal yang simpel dalam melakukan mempraktekkan suatu perbuatan, sekalipun
transaksi. Apalagi untuk pembiayaan. ia tidak tahu dasarnya. Asalkan tepat dengan
Menurut beliau indiqotil madzaaib (pindah salah satu pendapat imam yang bisa di
mazhab) yang diperbolehkan atau disepakati pertanggung jawabkan yakni empat imam
oleh ulama hanafiyah.18 tersebut. Ia masih di maafkan. Jadi akad Bai’
Berbeda dari sudut pandang Bapak al-Wafa tersebut boleh diterapkan dengan
Nursalim dengan informan yang pertama, dasar mengikuti imam hanafiyah, karena
dimana Bapak Nursalim memandang BMT dalam koditor fiqih kita boleh berpindah
UGT Sidogiri yang menerapkan akab Bai’ mazhab fiqih dalam kondisi dan ketentuan
al-Wafa sebagai berikut. yang khusus. Tujuannya untuk mempermudah

“Bagus untuk solusi. Daripada masyarakat dalam bermuamalah. Bai’ al-wafa


melakukan transaksi ribawi, bertujuan dalam rangka menghindari dari riba,
lebih baik memakai Bai’ al-Wafa. jadi menurut beliau boleh saja Bai’ al-Wafa
Kalau ribawi semua ulama tidak
mensepakati, kalau Bai’ al-Wafa kan digunakan oleh BMT UGT Sidogiri.21
di sepakati oleh mazhab hanafiyah, Begitu juga dengan Bapak Moch Ichsan
karena kita boleh mengikuti dari yang berpandangan sama dengan kedua
empat mazhab tersebut.19
informan kedua dan ketiga dalam memandang
Pendapat tersebut juga sejalan dengan BMT UGT Sidogiri yang menerapkan Bai’
pendapat Bapak Bahrul Ulum. Sebagaimana al-Wafa untuk pembiayaan. Menurut beliau
pendapat beliau bahwa BMT dalam bahwa beliau mendukung pemakaian akad
prakteknya seperti itu, beliau berpandangan tersebut, seperti tujuan di bentuknya akad ini
berprasangka baik terhadap BMT. Karena adalah untuk menghindari masyarakat dari
beliau bukan alumni sidogiri tapi alumni hukum haram yakni riba. Tapi masukan dari
Lirboyo, di Lirboyo tidak di kenal seperti itu. beliau untuk mencobal syarat tersebut tidak
Kalau di Sidogiri seperti itu beliau su’uzon di ucapkan dalam satu transaksi. Cukuplah
saja, mungkin BMT mempunyai dasarnya saling mengerti saja atau diucapkan di luar
yakni mengikuti Mazhab Hanafiyah, jadi akad.22

18 Wawancara dengan bapak Nursalim, Pondok Pesantren Raudatul Ulum Gondang Legi, 27 Mei 2016.
19 Wawancara dengan Nursalim, di Pondok Pesantren Raudatul Ulum Gondang Legi, 27 Mei 2016.
20 Orang awam itu seluruh orang yang hidup setelah 400 H. Kan pintu hijriyah ditutup. Menurut kesepakatan
mayoritas ulama, di sepakati setelah 400 tahun kebawah sampai sekarang dianggap ami (awam).
21 Wawancara dengan Bahrul Ulum, di Kediamannya Gondang Legi, 27 Mei 2016.
22 Wawancara dengan KH. Moch Ichsan, di Gondang Legi, 27 Mei 2016.
10 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 1-19

Pendapat informan (Ulama) yang pertama usaha atau untuk kebutuhan mendesak lainnya.
memberikan gambaran bahwa BMT UGT Sumber dana dalam akad Bai’ al-Wafa di BMT
Sidogiri menurut pandangan informan bahwa UGT Sidogiri Cabang Wonokerto berasal dari
dalam prakteknya tidak menjalankan sesuai dana tabungan anggota BMT.
dengan syariah. Dimana menurut pengalaman Ketentuan pembiayaan dengan akad
beliau, ketika pinjaman semakain besar Bai’ al-Wafa di BMT UGT Sidogiri Cabang
maka pengembaliannya lebih besar juga Wonokerto sebagai berikut:
padahal dalam administrasinya sama dengan 1. BMT menyediakan dana pinjaman, selaku
pinjaman yang lebih rendah. Dari pengalaman pembeli (Debitur)
tersebutlah beliau menyimpulkan bahwa tidak 2. BMT meminta penjual untuk menjual
yakin jika BMT menjalankan sesuai dengan barang jaminan seharga 50% (lima puluh
syariah. Berbeda dengan informan yang persen) dari harga pasar
lainnya mereka setuju dengan BMT yang 3. Pengembalian pinjaman dilakukan dengan
menggunakan akad tersebut, dimana mereka cara mengangsur tiap bulansebesar
memandang akad tersebut bagus untuk di jumlahangsuran yang sudah dihitung pihak
terapkan karena solusi untuk menghindari BMT, yang berasal darijumlah pinjaman,
riba begitu juga dengan informan yang margin 2,3% (dua koma tiga persen) dan
lainnya meraka sepakat dengan BMT yang biaya sewa (ujrah) tiap bulan
menerapkan akad tersebut asal di dukung Dalam teorinya, Bai’ al-Wafa adalah jual
dengan dasar yang kuat dan juga memberikan beli yang dilangsungkan antara dua belah
masukan untuk BMT dimana sebaiknya syarat pihak, diikuti dengan syarat bahwa barang
tersebut tidak diucapkan pada saat akad akan yang dijual tersebut dapat dibeli kembali
tetapi di luar akad. oleh penjual apabila tenggang waktu yang
Pembiayaan dengan menggunakan akad ditentukan telah tiba. BMT UGT Sidogiri
Bai’ al-Wafa merupakan produk baru dari Cabang Wonokerto menerapkan akad Bai’
BMT UGT Sidogiri Cabang Wonokerto. Bai’ al-Wafa, dimana BMT membeli barang
al-Wafa merupakan akad jual beli bersyarat. jaminannya seharga 50% (lima puluh persen)
Dimana penjual (nasabah) menjual barangnya dari harga pasar.
pada pembeli (pihak BMT) dimana barang Karena akad Bai’ al-Wafa sejak semula
yang di jual tersebut tidak boleh dijual kepihak ditegaskan sebagai jual beli, maka pembeli
manapu kecuali kepada pihak pertama, dengan bebas memanfaatkan barang itu.
sehingga pihak pertama dapat membeli Hanya saja pembeli tidak boleh menjual
kembali barang tersebut, karena penjual masih barang jaminan itu kepada orang lain selain
membutuhkan barang tersebut. Produk ini kepada penjual semula, karena barang
diberikan kepada nasabah untuk kebutuhan jaminan yang berada di tangan pemberi utang
Kudus, Naghfir, Efektivitas Akad Pembiayaan Bai’ Al-Wafa pada Baitul Maal ... 11

merupakan jaminan utang selama tenggang 3. Bentuk jual beli ini tidak ada di zaman
waktu yang disepakati itu. Pembiayaan Bai’ Rasulullah SAW maupun di zaman
al-Wafa ini adalah pembiayaan bagi anggota sahabat.
yang ingin melakukan pinjaman untuk 4. Jual beli ini merupakan hilah yang
kebutuhan usahanya ataupun untuk keperluan tidak sejalan dengan maksud syara’ dan
lainnya berdasarkan prinsip jual beli bersyarat persyariatan jual beli24.
tersebut. Hasil pandangan ulama yang menjadi
Alasan BMT membeli harga barang informan dalam penelitian mempunyai
jaminan seharga 50% (lima puluh persen) pandangan yang sama dalam memahami Bai’
dari harga pasar, hal ini bertujuan untuk al-Wafa dimana menurut pendapat mereka Bai’
mengurangi resiko apabila ada nsabah yang al-Wafa seperti Rahn. Karena dilihat harta yang
melakukan kecurangan, selain itu BMT juga menjadi jaminan harus kembali lagi kepada
sebagai lembaga profit oriented yang juga pemilik harta. Namun jika dilihat dari sisi harta
ingin mendapatkan keuntungan, dalam hal ini
bahwa harta yang menjadi jaminan tersebut
pada akad Bai’ al-Wafa.
untuk di ambil manfaatnya oleh penerima
Menurut Jalan fikiran ulama Mazhab
jaminan hal tersebut seperti Bai’. Dalam Kitab
Hanafi dalam memberikan justifikasi terhadap
Raddul Muhtar, ibnu Abidin juga demikian
Bai’ al-Wafa didasarka pada istihsan ‘urfi
dalam pemanfaatan objek akad (barang yang di
(menjustifikasi suatu permasalahan yang telah
jual). Statusnya hampir sama dengan Rahn, dan
berlaku umum dan berjalan baik di tengah-
hukumnya pun sama dengan akad Rahn. Hanya
tengah masyarakat). Akan tetapi ulama fiqih
saja akad tersebut merupakan perkembangan
lainnya tidak bias melegalisasi bentuk jual
dari rahn, yang kemudian menjadi akad Bai’
beli ini, alasan mereka adalah:
al-Wafa yang berubah sesuai dengan kebutuhan
1. Dalam suatu akad jual beli tidak
masyarakat.
dibenarkan adanya tenggang waktu,
Ulama-ulama fiqih memperselisihkan tetang
karena jual beli adalah akad yang
syarat yang ada di Bai’ al-Wafa dimana barang
mengakibatkan perpindahan hak milik
yang di jual tersebut tidak boleh di jual kepada
secara sempurna dari penjual ke pembeli.
pihak manapun kecuali kepada pihak yang
2. Dalam jual beli tidak boleh ada
syarat bahwa barang yang dijual itu pertama, artinya barang yang dijual tersebut

harus dikembalikan oleh pembeli ke akan kembali lagi kepada pihak yang menjual

penjual semula, apabila ia telah siap pertama jika tenggang waktu yang telah di

mengembalikan uang seharga jual tentukan pada saat perjanjian. Dan hal ini bila

semula23. merujuk kepada hadits tidak boleh ada syarat

23 HR. Muslim, An-Nasa’I, Abu Daud, At-Tirmizi, Ibnu Majah.


12 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 1-19

seperti ulama-ulama yang menjadi informan saling mengerti saja antara kedua belah pihak
dalam penelitian tersebut. Juga sepakat dengan terhadap barang tersebut.
ulama-ulama terdahulu yang memperselisihkan Ada juga ulama yang berbeda pendapat,
tentang syarat-syarat Bai’ al-Wafa tersebut. dimana cukup dengan intaqil madzaaib
Alasan yang dipakai untuk mengesahkan (pindah mazhab) saja, yakni mengikuti mazhab
akad Bai’ al-Wafa oleh Imam Hanafi adalah yang memperbolehkan yakni mazhab hanafi.
istihsan urfi, ialah menjustifikasikan suatu Sehingga akad tersebut bisa di terapkan untuk
permasalahan yang telah berlaku umum dan pembiayaan yang sekarang dipergunakan oleh
berjalan dengan baik di tengah masyarakat BMT UGT Sidogiri Cabang Wonokerto.
dan tidak mengandung mudharat. Sehingga
4. Efektifitas Akad pembiayaan Bai’
dianggap sah.
al-Wafa di Baitu Maal Wat Tamwil
Menurut ulama-ulama fiqih yang menjadi
(BMT) UGT Sidogiri Cabang
informan dalam peneliti tersebut. Kurang
Wonokerto
sepakat tentang syarat yang ada di Bai’ al-Wafa
Realisasi perhitungan pembiayaan Bai’
yakni barang yang menjadi jaminan, harus
al-Wafa di BMT UGT Sidogiri Cabang
kembali jika tenggang waktu yang telah di
Wonokerto. Realisasi akad Bai’ al-Wafa
tentukan telah tiba. Sedangkan jika merujuk
di BMT UGT Sidogiri Cabang Wonokerto
kepada syarat jual beli dan hadits tidak ada
adalah gambaran nyata pada anggota yang
syarat yang mengikat seperti itu, sebab jual beli
melakukan akad pembiayaan Bai’ al-Wafa.
adalah kepemilikan sempurna. Maka beberapa
Pada penerapan akad Bai’ al-Wafa, dimana
informan memberi jalan tengah dengan cara
ada anggota yang bernama Bapak Sulaiman,
syarat yang tidak boleh menjual barang jaminan
beliau sudah menjadi anggota BMT UGT
kepada orang lain kecuali kepada pihak pertama
Sidogiri Cabang Wonokerto selama 2 (dua)
(penjual pertama) tidak diucapkan di dalam
tahun akan melakukan pembiayaan dengan
satu transaksi atau dalam satu akad tersebut.
jaminan sepeda motor Mio Tahun 2012.
Karena mazhab syafi’i mengatakan bahwa
Sebelum anggota melakukan pembiayaan,
kalau muhtadol ardi itu adalah fisufil ardi
BMT menjelaskan Produk pembiayaan yang
dalam satu transaksi maka itu yang termasuk
dimiliki oleh BMT diantaranya ada produk
riba. Tapi kalau tidak dalam satu transaksi atau
pembiayaan Qord Al-hasan, Bai’ bitsmanil
dalam satu akad, maka itu diperbolehkan. Maka
‘ajil, murabahah, musyarakah, mudharabah,
dengan cara, ketika akad tidak memakai syarat
dan Bai’ al-Wafa dengan penjelasan dan
atau ucapan yang tidak diperbolehkan menjual
pengarahan tentang masing-masing akad
barang jaminan kepada orang lain kecuali
tersebut, anggota lebih tertarik dengan produk
kepada penjual pertama, diucapkan di luar akad
Bai’ al-Wafa, karena menurut mereka akad
atau di ucapkan dilain waktu. Dan juga dengan
Kudus, Naghfir, Efektivitas Akad Pembiayaan Bai’ Al-Wafa pada Baitul Maal ... 13

ini lebih praktis dan lebih mudah juga24. Erlies Septiana Nurbani tentang efektifitas
Dimana anggota cukup menjual sepeda motor hukum. Ia mengemukakan bahwa:
tersebut, tetapi sepeda motor tersebut, tetap “Hukum akan menjadi efektif
bisa dibeli kembali sesuai dengan kesepakatan jika tujuan keberadaan dan
penerapannya dapat mencegah
di awal dan juga anggota masih menggunakan perbuatan-perbuatan yang tidak
sepeda motor tersebut karena pihak BMT diinginkan dapat menghilangkan
menyewakan kepada anggota tersebut. kekacauan. Hukum yang efektif
secara umum dapat membuat apa
Motor Mio Tahun 2012 dihargai oleh yang dirancang dapat diwujudkan.
anggota seharga Rp. 7.500.000,- (tujuh juta Jika suatu kegagalan, maka
lima ratus ribu rupiah) akan tetapi BMT kemungkinan terjadi pembetulan
secara Menurut gampang jika terjadi
hanya mau membeli seharga 50% (lima puluh keharusan untuk melaksanakan atau
persen) dari harga pasar. Maka perhitungannya menerapkan hukum dalam suasana
yang dilakukan BMT sebagai berikut. Dimana baru yang berbeda, hukum akan
sanggup menyelesaikannya.”26
harga motor Rp. 7.500.000 (tujuh juta lima
ratus ribu rupiah), dikalikan dengan presentase Sesuai dengan konsep Anthony Allot
yang sudah di tentukan oleh BMT yaitu 50 % tentang efektifitas hukum tersebut dititik
(lima puluh persen) dari harga pasar. Maka beratkan pada perwujudan hukum dan
harga motor menjadi Rp. 3.750.000 (tiga juta pelaksanaannya dimasyarakat. Hukum yang
tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) yang akan efektif secara umum dapat membuat apa yang
dibeli oleh BMT tersebut25. dirancang dapat diwujudkan dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan.
5. Efektifitas Akad pembiayaan
Tujuan hukum adalah harus menjamin
Bai’ al-Wafa di Baitul Maal Wat
sebanyak mungkin kebahagiaan kepada
Tamwil (BMT) UGT Sidogiri
sebanyak mungkin manusia. Mengingat
CabangWonokerto
bahwa manusia itu sepanjang hidupnya selalu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
diancam bahaya, sehingga membutuhkan
penulis dikaitkan dengan teori efektifitas
perlindungan dalam bentuk hukum, maka
bahwa praktek akad pembiayaan Ba’ul wafa
hukum dibentuk bertujuan untuk mengatur
yang ada di Baitul Maal Wat tamwil (BMT)
masyarakat dan melindungi kepentingan
UGT Sidogiri Cabang Wonokerto.
manusia dan masyarakat serta menjaga
Berkaitan dengan Pendapat Anthony
ketertiban dalam masyarakat.27
Allot sebagaimana kutipan Salim, HS dan

24 Wawancara dengan Khoiron R.Z. Bagian, Teler di BMT UGT Sidogiri, 27 Mei 2016.
25 Wawancara dengan Khoiron R.Z. Bagian, Teler di BMT UGT Sidogiri, 30 Mei 2016.
26 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 302.
27 Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2011), hlm. 75.
14 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 1-19

Pelaksanaan hukum dapat terjadi secara dalam penerapannya dimasyarakat,


sukarela antar manusia, hukum adalah penegakan hukum diselenggarakan adalah
kaidah sosial untuk mengatur perilaku untuk menjamin kepastian hukum, serta
manusia atau masyarakat agar kepentingan- menciptakan kedamaian dimasyarakat,
kepentingannya terlindungi, karena sehingga norma hukum tersebut secara
kepentingan-kepentingannya selalu diganggu sukarela akan ditaati dan dilaksanakan dalam
oleh sesamanya atau alam sepanjang masa. sosial kemasyarakatan.
Setiap manusia pada dasarnya berkepentingan Berlakunya hukum tentang adanya
bahwa hukum itu dilaksanakan oleh setiap Akad Pembiyaan Bai’ al Wafa tersebut
manusia karena dengan demikian kepentingan dalam konteks efektivitas berlakunya, yaitu
dirinya akan terlindungi juga. Oleh karena itu, menunjukkan suatu yang signifikan positif
hukum sebagai perlindungan kepentingan yang terjadi di masyarakat. Kultur yang
manusia harus dihayati, dilaksanakan, dan mayoritas muslim mempunyai korelasi
ditegakkan. yang bagus terhadap keefektifan keberadaan
Selain itu sebagaimana kutipan Salim hukum tersebut. Sarana dan prasarana dalam
HS dan Erlies Septiana Nurbani menurut mewadahi praktek pembiayaan yang berbasis
pendapat Soerjono Soekanto mengemukakan syari’ah merupakan bentuk maslahah
5 (lima) faktor yang harus diperhatikan dalam mursalah lil ummat, sehingga antusias
penegakan hukum, bahwa penegakan hukum masyarakat terhadap produk tersebut benar-
merupakan kegiatan menyerasikan hubungan benar efektif, namun pemahaman Ibu Maria
nilai-nilai yang diwujudkan kedalam kaidah Ulfa, profesinya sebagai pedangan baju
yang mantap dan mengejawantahkan serta di pasar wonokerto. Beliau sudah sekitar
sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran setengah tahun lebih menjadi nasabah BMT
nilai tahap akhir, untuk menciptakan, UGT Sidogiri Cabang Wonokerto. Beliau
memelihara, dan mempertahankan kedamaian mengajukan pembiayaan untuk tambahan
dalam masyarakat. Adapun 5 (kelima) faktor usahanya, maka BMT menyetujui untuk
tersebut sebagai berikut: memberikan pembiayaan dengan cara menjual
1. Faktor Hukum atau Undang-Undang; barang jaminan tersebut pada pihak BMT
2. Faktor Penegak Hukum; dan pihak BMT membeli seharga 50% (lima
3. Faktor Saran atau Fasilitas; puluh persen) dari harga pasar, dimana jual
4. Faktor Masyarakat; dan beli bersyarat tersebut merupakan salah satu
5. Faktor Kebudayaan.28 persyaratan dari BMT UGT Sidogiri Cabang
Maka untuk berlaku efektif hukum Wonokerto. Kepada anggota yang melakukan
harus memenuhi 5 (kelima) faktor tersebut akad Bai’ al-Wafa Ibu Maria Ulfa tidak merasa

28 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, op.cit., hlm. 307.


Kudus, Naghfir, Efektivitas Akad Pembiayaan Bai’ Al-Wafa pada Baitul Maal ... 15

keberatan dengan syarat yang diajukan pihak merupakan kepanjangan tangan dari Dewan
BMT karena menganggap pihak BMT adalah Syariah Nasional (DSN) Bselaku otoritas
bank Islam yang sudah banyak dipercaya yang mengeluarkan fatwa yang menjadi
masyarakat. Beliau juga sangat senang dasar pijakan bagi lembaga keuangan syariah
karena dapat melakukan pinjaman di BMT dalam menjalankan usahanya. Dari sudut
karena prosesnya yang mudah, dan juga bisa pandang emosional, mengamalkan ekonomi
mengembangkan usahanya dengan bantuan syariah berati mewujudkan seorang muslim
pinjaman dari BMT29. yang kaffah karena syariah, akhlak, dan
“Benar-benar bagus dengan adanya akidah merupakan tiga ajaran pokok dalam
pinjaman seperti ini yang diberikan islam. Mengamalkan sistem ekonomi syariah
oleh Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Wonokerto. Sangat membantu memberikan keuntungan bagi seseorang
kepada masyarakat, namun saya dalam bentuk kepatuhan hambanya terhadap
tidak paham apa Bai’ul Wafa itu? perintah-perintah Allah SWT. Salah satu
Yang penting saya bisa dapat
modal”30 perintah Allah SWT adalah bermuamalah
dengan meninggalkan konsep riba.
Berdasarkan ilustrasi di atas, menunjukkan
Selain ditinjau dari aspek emosional,
pemahaman masyarakat terhadap akad
sistem ekonomi syariah juga memberikan
pembiayaan Bai’ul wafa masih belum
keuntungan secara rasional. Keuntungan
maksimal, dengan pemahaman yang masih
tersebut dapat dirasakan dengan cara
minim tentang akad tersebut, mereka tetap
bertransaksi melalui lembaga keuangan
antusias, yaitu karena faktor kebutuhan dan
syariah seperti bank syariah, asuransi syariah
bunga yang diberikan sangat rendah.
dan lain-lain.  Keuntungan tersebut antara
6. Manfaat Akad Pembiayaan Bai’ul lain: bahwa berdasarkan wawancara penulis
Wafa terhadap Perkembangan dengan Kepala Cabang Baitul Maal Wat
Ekonomi Syari’ah di Masa Akan Tamwil (BMT) Cabang Wonokerto Malang.
Datang Bahwa proyeksi kedepan akad pembiayaan
Dalam sistem ekonomi syariah kita Bai’ul wafa mempunyai beberapa proyeksi
mengenal prinsip jual beli (Murabahah, jangka panjang dan insyaAllah akan menjawab
Salam, Ishtisna), bagi hasil (Mudharabah, tantangan perekonomian yang ilahiyah. Yaitu
Musyarakah), dan sewa (ijarah, IMBT). di antaranya.31
Dalam implementasinya pun juga diawasi Di tengah perekonomian yang tidak
oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang stabil dan suku bunga Bank Indonesia yang

29 Wawancara dengan Maria Ulfa, Nasabah BMT UGT Sidigiri Cabang Wonokerto, 30 Mei 2016.
30 Wawancara dengan Maria, Nasabah BMT UGT Sidogiri cabang Wonokerto, 30 Mei 2016.
31 Wawancara dengan Yaskur, Kepala Cabang BMT UGT Sidogiri Cabang Wonokerto, 30 Mei 2016.
16 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 1-19

berfluktuasi, skema murabahah ini sangat bulan berdasarkan proyeksi omset usaha
menguntungkan bagi nasabah individu nasabah dan porsi bagi hasil yang disepakati.
maupun korporasi. Bagi nasabah individu Selanjutnya setiap akhir bulan, nasabah akan
terdapat kepastian besarnya penghasilan yang menyampaikan deklarasi bagi hasil (rekap
harus disisihkan untuk membayar angsuran omset hasil usaha) yang didapat selama satu
setiap bulan. Bagi nasabah korporasi tentu bulan. Atas dasar deklarasi tersebut bank akan
akan lebih mudah dalam mengontrol keuangan menerima pembayaran bagi hasil yang didapat
operasionalnya dan menyusun budgeting atas usaha nasabah.
perusahaan karena cash out flow yang dapat 2. Bebas biaya penalti jika dilakukan
dihitung dengan pasti dikemudian hari. pelunasan sebelum Jatuh tempo
1. Sistem bagi hasil yang lebih adil Bank syariah tidak membebankan biaya
Bank syariah juga mengenal skema penalti dalam hal nasabah akan melakukan
pembiayaan berbasis bagi hasil atau biasa pelunasan sebelum jatuh tempo. Bahkan bank
dikenal pembiayaan mudharabah dan memungkinkan untuk memberikan diskon
musyarakah. Pembiayaan mudharabah kepada nasabah berupa potongan margin dari
adalah Akad kerjasama antara pemilik yang seharusnya dibayar penuh menjadi lebih
dana (shahibul maal) yang menyediakan kecil, walaupun potongan margin tersebut
seluruh kebutuhan modal dengan pihak tidak diperjanjikan di awal.
pengelola usaha (mudharib) untuk melakukan Beberapa point manfaat secara umum
kegiatan usaha bersama. Keuntungan diterapkannya akad pembiayaan Bai’ ul
dibagi menurut perbandingan (nisbah) yang wafa dalam sistem ekonomi syari’ah. Yaitu
disepakati. Pemilik modal tidak turut campur berdasarkan indek responsive masyarakat
dalam pengelolaan usaha, tetapi mempunyai terhadap produk akad pembiayaan ini, yaitu
hak untuk melakukan pengawasan. Perbedaan sangat proyeksi untuk menjaga stabilitas
yang paling utama antara skema mudharabah perekonomian bangsa. Menurut Kepala
dengan musyarakah adalah porsi modal Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Wonokerto
yang diberikan oleh pemilik dana. Dalam Malang.32
pembiayaan mudharabah seluruh modal
(100%) berasal dari pemilik dana, sedangkan Simpulan
pembiayaan musyarakah dana berasal 1. Dalam penerapan akad pembiayaan Bai’
kontribusi masing-masing pihak sesuai porsi al-Wafa para Ulama berpandangan bahwa
yang disepakati (misal: 70% : 30%). Bai’ al-Wafa sama dengan Rahn. Harta
Dalam pembiayaan ini, bank akan yang menjadi jaminan harus kembali
membuat proyeksi bagi hasil (PBH) setiap kepada pemilik semula, akan tetapi

32 Wawancara dengan Bapak Yaskur, Kepala Cabang BMT UGT Sidogiri Wonokerto, 30 Mei 2016.
Kudus, Naghfir, Efektivitas Akad Pembiayaan Bai’ Al-Wafa pada Baitul Maal ... 17

karena sejak awal ditegaskan sebagai jual Rasulullah SAW:”Setiap utang yang
bali “Bai’” maka pembeli dengan bebas dibarengi dengan pemanfaatan (untuk
memanfaatkan barang jaminan tersebut. pemberi utang) adalah riba” (HR.
Hanya saja muncul kesepakatan diantara al-Bukhari).
kedua belah pihak bahwa barang yang 2. Berdasarkan analisis teori efektivitas
menjadi jaminan tersebut tidak boleh indek responsif masyarakat terhadap
dijual kepada pihak manapun kecuali diterapkannya akad pembiayaan Bai’
kepada pihak penjual atau pemilik harta al-Wafa di Baitul Maal Wat Tamwil
jaminan. Sedangkan kalau Rahn dalam (BMT) UGT Sidogiri sangat cepat
Islam hanya merupakan jaminan utang, berkembang dan efektif, dikarenakan
sementara barang yang dijadikan jaminan dengan akad tersebut masyarakat lebih
tidak dapat dimanfaatkan oleh pemberi mudah untuk mendapatkan layanan
hutang. Hal ini didasarkan pada hadits pembiayaan.
Rasulullah SAW dari Abu Hurairah yang 3. Manfaat dan proyeksi akad pembiayaan
diriwayatkan oleh al-Hakim Ibn Majah, Bai’ al-Wafa bagi perkembangan
Ibnu Hibban, dan al-Baihaki yang intinya ekonomi syari’ah di masa akan datang
menyatakan bahwa pemegang barang tentang pembiayaannya lebih cepat
yang dijadikan jaminan utang pada perkembangannya dibanding ekonomi
prinsipnya tidak boleh memanfaatkan konvensional. Hal ini dipengaruhi
barang gadai tersebut, kecuali jika karena beberapa sistem yang diterapkan
yang dijadikan jaminan utang itu ekonomi syari’ah yaitu di antaranya:
adalah hewan ternak. Apabila pemberi angsuran pembiayaan yang tetap, sistem
utang memanfaatkan barang jaminan bagi hasil lebih adil. Bebas biaya penalti
tersebut, maka hasil yang dimanfaatkan jika dilakukan pelunasan sebelum Jatuh
itu termasuk dalam kategori riba. Hal tempo.
ini sejalan pula dengan sebuah hadist

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Arfan, Abbas. 99 kaidah fiqih muamalah
Afandi, Yazid. Fiqih Muamalahdan
kulliyyah (tipologi dan penerapannya
implementasinya dalam lembaga
dalam ekonomi islam dan perbankan
keuangan syariah. Yogyakarta: Logung
islam. Malang: Uin-maliki press, 2013.
Creative Design, 2009.
18 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 1-19

Dahlan Al-Barry, Kamus ilmiah populer. Mursalah dan Relevansinya dengan


Yogyakarta: Arkola, 2001. Pembaharuan Hukum Islam. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Pustaka Firdaus, 2002.
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Syafi’I, Antonio Muhammad. Bank syariah
Pustaka Cetakan Pertama, 2001. dari teori ke praktek, Jakarta: Gema
Dikutip dari bukunya Arif Sidharta. “Refleksi insani press, 2001.
tentang hukum-pengertian-pengertian Tadjuddin, Moh. Orisinalitas gagasan dalam
dasar dalam teori hukum”. Bandung: penulisan tesis dan disertasi. Bandung:
Citra Adtya Bakti, 1996. Program Pasca Sarjana Universitas
Hirsanuddin. Hukum Perbankan Syariah di Padjajaran, 2000.
Indonesia (Pembiayaan Bisnis Dengan
Prinsip Kemitraan. Yogyakarta: Genta Jurnal
Press, 2008. Ardiansyah, Dimas. ”Implementasi
HS, Salim. Penerapan Teori Hukum Pada pembiayaan dengan akad mudharabah
Penelitian Tesis Dan Disertasi. Jakarta: (study pada bank syariah di kota
RajaGrafindo Persada, 2013. Malang”. Jurnal Fakultas Ekonomi
Ibrahim, Johnny. Teori & Metodologi Universitas Brawijaya Study Ekonomi
penelitian hukum Normatif. Edisi Syariah, 201.
Revisi. Cetakan Ke-dua. Malang:
Banyumedia Publishing, 2006. Naskah Internet
Komariah. Hukum Perdata. Malang: UMM Baidlowi, Ahmad. “Intisari Amaliyah Ulama
University, 2002. Fiqih”. http://restuandrian.blogspot.
Manan, Abdul. Reformasi Hukum Islam com/2011/12/pengertian-dan-hukum-
di Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo taqlid.html. Diakses 26 Mei 2016.
Persada, 2006. Musthofa, Muhammad Asim. “Al Hilah,
Muhammad. Lembaga-Lembaga Keuangan Melakukan Rekayasa Terhadap Hukum
Umat Kontemporer. Yogyakarta: UII Allah”. https://almanhaj.or.id/2890-al-
Press, 2000. hilah-melakukan-rekayasa-terhadap-
Simanjuntak, PNH. Pokok-pokok Hukum hukum-allah.html. Diakses 21 April
Perdata di Indonesia. Jakarta: 2016.
Djambatan, 2009. Suheri. “Fatwa Tentang Dana Pensiun
Subekti. Hukum perjanjian. Jakarta: Syariah”. https://suherilbs.wordpress.
Intermasa, 2001. com/?ref=spelling. Diakses 21 April
Suratmaputra, Ahmad Munif. Filsafat 2016.
Hukum Islam Al-Ghazali: Mashlahah-
Kudus, Naghfir, Efektivitas Akad Pembiayaan Bai’ Al-Wafa pada Baitul Maal ... 19

Peraturan perundang-undangan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008


Kitab undang-undang hukum perdata tentang Perbankan Syari’ah.
(KUHPerdata). Al-qur’an dan al-hadist.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Fatwa hukum bisnis syar’ah.
tentang Perbankan. Kitab hukum ekonomi syari’ah (KHES).

You might also like