Professional Documents
Culture Documents
GROUP:
Members:
Name NIM
Thalia Khoirunisa Apriana D500194004
Andari Rahmadhani D500194024
Yolian Habsari Putri D500194031
2020
I. EXPERIMENT OBJECTIVES
1. Determine saponification numbers and oil and fat samples.
2. Determine the acid number of oil and fat samples.
II. THEORY
a. Definition of Oil and Fat.
Oil is an ester of a glycerol molecule and three fatty acid molecules,
therefore it also called triacyl (Pranowo and Muchalal, 2004).
Fat is one of the macro-nutrient components with the largest energy content
compared to protein and carbohydrates. Fat has a different function from other
energy sources. As in protein, fat molecules are composed of micro
components which in this case are called fatty acids (Subandiyono and Hastuti,
2016).
Edible fats and oils produced by nature, which can be sourced from
vegetable or animal ingredients. In plants or animals, the oil functions as a
source energy reserves (Mamuaja, 2017).
Fat is more preffered backup energy than carboydrates (Subandiyono and
Hastuti, 2016).
Oils and fats are a group of triglycerides or tricyglycerol, the structure is
related to one another, but there are differences in physical shape between
those (Wardiyah, 2016).
It called oil if it is liquid at room temperature and it is fat if it solid at room
temperature (Pranowo and Muchalal, 2004).
c. Saponification Reaction.
The reaction between fat and base will produce soap and glycerol. this
reaction is also called the saponification reaction (Wardiyah, 2016).
b. Acid Numbers
Weigh as much as 20 grams of sample fat or oil, then put
in a 250 mL erlenmeyer. Then add 50 mL of 95% neutral alcohol
and reflux for about 10 minutes in a water bath. Then the solution
is titrated with 0.1 N KOH using a phenolphthalein indicator until
a persistent pink color is formed for 10 seconds. Then observe the
changes and note the KOH volume used. Repeat the experiment
three times and record the average volume.
IV. RESULTS AND DISCUSSION
A. Reactions that occur during the trial period
In this chemical oil and fat analysis practicum, to determine the
saponification reaction we use the saponification reaction or
saponification reaction. The saponification reaction is the reaction of
the hydrolysis of fats / oils using strong bases such as NaOH or KOH
to produce glycerol and fatty acid salts or soap.
b. Lathering Numbers
Average volume of blank titration
39,2 + 37,6 + 38,1
= = 38,3 mL
3
Analisis Kandungan Asam Lemak pada Minyak Kedelai dengan Kromatografi Gas-
Spektroskopi Massa
ABSTRACT
Research on transesterification of soybean oil with sodium methoxide as the catalyst in methanol
has been conducted. Yields of transesterification reaction were analyzed by gas chromatography-mass
spectroscopy (GC-MS). GC-MS spectrum showed that mehtyl palmitic, methyl stearic, methyl oleic and
methyl linoleic were produced from the reaction. The reaction was done for 90 minutes and gave convertion
of 84.53% (b/b).
Derajat ketidakjenuhan lemak bergantung pada Transesterifikasi minyak kelapa sawit menjadi
ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemaknya, campuran esternya dengan cara reaksi
dan dapat diketahui dari besarnya angka iod. Makin transesterifikasi menggunakan katalis asam
banyak ikatan rangkap yang terkandung dalam ataupun basa telah dilakukan Morrison [6]. Metoda
suatu lemak maka angka iod akan semakin besar pemisahan campuran metil ester dilakukan dengan
[4]. Asam-asam lemak tidak jenuh yang mempunyai distilasi fraksinasi pengurangan tekanan [7].
18 atom karbon per molekul, yaitu asam oleat, Esterifikasi dengan metoda Fischer dilakukan
asam linoleat dan asam linolenat. Asam-asam dengan menggunakan katalis asam-asam mineral
lemak ini mempunyai 1, 2, dan 3 ikatan rangkap kuat, seperti asam klorida atau asam sulfat [8].
dua per molekul. Asam lemak jenuh dari minyak Transesterifikasi minyak tumbuh-tumbuhan di
pada umumnya mempunyai rantai lurus dalam metanol pada ratio molar antara metanol
monokarboksilat dengan jumlah atom karbon genap terhadap minyak adalah 6 : 1, menggunakan
misalnya, asam laurat (C12), asam miristat (C14), katalis 0,5% NaOCH3 pada temperatur 600 C dan
asam palmitat (C16) , dan asam stearat (C18). waktu reaksi 1 jam akan menghasilkan konversi
Kedelai adalah tanaman semusim yang biasa ester secara optimum berkisar 98% dan bila
diusahakan pada musim kemarau, karena tanaman menggunakan ratio molar 3 : 1 maka konversi ester
kedelai tidak memerlukan air dalam jumlah besar. yang diperoleh secara optimum berkisar 76 - 78%.
Secara fisik setiap biji kedelai berbeda dalam hal Dengan katalis 1% NaOH dalam ratio molar 3 : 1,
warna, ukuran, dan bentuk biji dan juga terdapat maka konversi ester secara optimum hanya
perbedaan pada komposisi asam lemak dalam berkisar 60%.
kedelai dipengaruhi oleh varietas dan keadaan iklim Transesterifikasi minyak tumbuh-tumbuhan
tempat tumbuh. dengan menggunakan katalis basa dari logam alkali
Asam lemak dalam kedelai sebagian besar umumnya dilakukan mendekati titik didih
terdiri dari asam lemak essensial yang sangat alkoholnya. Namun di dalam [3] dan [9], disebutkan
penting dibutuhkan oleh tubuh. Minyak kedelai bahwa transesterifikasi berkatalis basa dalam skala
dapat digunakan untuk pembuatan minyak goreng besar akan menghasilkan konversi ester secara
serta untuk segala keperluan pangan. Lebih dari optimum 90% dalam suhu kamar. Pada saat
50% produk pangan terbuat dari minyak kedelai, penambahan katalisator suhu sistem akan naik
terutama margarine dan shortening. Hampir 90% karena reaksi bersifat eksotermis.
dari produksi minyak kedelai digunakan di bidang
pangan dalam bentuk telah dihidrogenasi, karena
minyak kedelai mengandung lebih kurang 85 % METODOLOGI
asam lemak tak jenuh. Minyak kedelai juga
digunakan untuk pembuatan lilin, sabun, semir, Bahan dan alat
insektisida dan lain-lain (Ketaren, 1986). Kadar
minyak kedelai relatif rendah dibandingkan dengan Penelitian ini menggunakan bahan-bahan
jenis kacang-kacangan lainya dan memiliki kadar utama yaitu minyak kedelai (Happy Salad Oil),
protein yang tinggi. Karena hal tersebut kedelai metanol p.a (E.Merck), logam natrium p.a
lebih banyak digunakan sebagai sumber protein (E.Merck), asam sulfat p.a (E.Merck), natrium sulfat
daripada sebagai sumber minyak. anhidrous p.a (E.Merck), petroleum eter p.a (E.
Asam-asam lemak yang terkandung dalam Merck), batu didih (E.Merck). Alat yang digunakan
minyak kedelai disajikan pada tabel 1. Minyak untuk menganalisa asam lemak adalah
kedelai secara umum memiliki sifat-sifat kimia Kromatografi Gas-Spektrometer Massa Shimadzu
sebagai berikut: berat jenis (250C) 0,916– QP 5000.
0,922, indeks bias (250C) 1,471–1,475, Angka
penyabunan 189–195, angka asam lemak bebas Metode
1,5%, angka asam 0,2–0,6 dan angka Iod 189-195
[5]. Transesterifikasi pada penelitian ini dilakukan
Komponen penyusun minyak adalah asam- dengan mereaksikan minyak nabati dengan natrium
asam lemak dengan kandungan berkisar 94-96%, metoksida. Minyak yang digunakan minyak kedelai.
yang mempunyai pengaruh besar terhadap sifat Minyak tersebut direaksikan dengan natrium
fisika dan sifat kimianya. Untuk mempelajari minyak metoksida dalam media metanol.
yang dipelajari adalah sifat asam-asam lemak Metanol seberat 48,063 g (1,5 mol; BM
penyusunnya. Asam lemak penyusun minyak dapat 32,042) atau 60,7 mL (ρ = 0,792) dimasukkan ke
diperoleh dengan memecah molekul trigliserida dalam labu alas bulat kapasitas 1 L yang dilengkapi
melalui reaksi hidrolisis atau melalui reaksi pengaduk magnit. Kedalam metanol dimasukkan
transesterifikasi. logam natrium seberat 0,71 g (0,03 mol; BA 23)
sambil dilakukan pengadukan. Setelah semua dalam media metanol pada berbagai waktu reaksi
logam natrium larut di dalam metanol, larutan disajikan pada grafik Gambar 1.
kemudian didinginkan hingga suhu kamar. Semakin lama waktu reaksi, berat ester yang
Ke dalam larutan Na-metoksida dimasukkan dihasilkan cenderung semakin bertambah dan
333,7 g minyak sedikit demi sedikit, disertai minyak yang tersisa semakin sedikit. Pertambahan
pengadukan. Selang waktu reaksi 30 menit (dimulai berat ester terlihat tidak mencolok untuk setelah
dari 30 menit pertama), sampel diambil sebanyak waktu reaksi 90 menit. Reaksi mulai berjalan
1/10 berat total sistem reaksi. Sampel yang berupa lambat setelah 90 menit yang dapat dilihat dari
campuran metil ester dan sisa-sisa reaktan pertambahan berat ester yang dihasilkan tidak lagi
dimasukkan dalam corong pisah kapasitas 125 mL, bertambah secara mencolok pada waktu reaksi 120
ditambahkan 25 mL air dan ditambahkan H2SO4 menit. Pada waktu reaksi 90 menit konsentrasi
secara bertetes-tetes hingga pH ± 4. Terbentuk dua reaktan sudah sangat kecil sehingga tumbukan
lapisan, lapisan organik dan lapisan anorganik antara molekul ion metoksida dengan molekul
dipisahkan. Lapisan anorganik yang masih minyak tidak efektif menghasilkan metil ester.
mengandung ester dan minyak diekstrak dengan Selain ester sebagai hasil reaksi
12,5 mL petroleum eter (2 kali). Lapisan organik transesterifikasi pada akhir reaksi masih terdapat
dijadikan satu. Lapisan organik kemudian dicuci sisa reaktan. Sisa reaktan memiliki volatilitas yang
beberapa kali dengan air hingga netral. Kemudian rendah yang tertinggal pada saat distilasi dengan
ditambahkan Na2SO4 anhidrous secukupnya. pengurangan tekanan. Ditinjau dari volatilitas
Larutan disaring dan pelarut diuapkan dengan semua reaktan yang digunakan yang memiliki
evaporator Buchii. Pemisahan campuran metil ester volatilitas paling besar adalah minyak, berarti sisa
dan minyak sisa reaksi dilakukan dengan distilasi reaktan adalah minyak. Untuk gliserol, asam
dengan pengurangan tekanan. karboksilat dan sabun sebagai hasil samping
Campuran metil ester dianalisis dengan reaksi transesterifikasi larut dalam air.
Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa Shimadzu Hasil transesterifikasi tidak dapat mencapai
QP-5000 dengan kondisi: jenis pengion EI (elektron hasil yang optimum dimungkinkan karena
impact) 70 ev, kolom DB-1, panjang 30 meter, terbentuknya NaOH yang larut dalam air. NaOH
temperatur kolom 80o – 250 oC, laju kenaikan terjadi dari reaksi redoks antara molekul air dan
temperatur 10 oC/menit, temperatur injektor 270 oC, logam Na pada saat pembuatan larutan Na-
temperatur detektor 280 oC, gas pembawa helium, metanolat, dimana kemungkinan metanol masih
laju alir 40 mL/menit. mengandung air. Selain itu minyak yang
mengandung air juga dapat menyebabkan
HASIL DAN PEMBAHASAN berkurangnya konsentrasi Na-metanolat, karena ion
Na+ pada Na-metanolat akan ditarik oleh molekul
Minyak nabati memiliki komposisi asam lemak H2O membentuk NaOH dan metanol. Hal ini
yang berbeda tergantung jenis tumbuhan sumber dikarenakan reaktivitas yang berbeda antara H2O
minyak tersebut. Perbedaan komposisi asam lemak dan CH3OH. Reaktivitas molekul H2O lebih kuat
dalam minyak dapat dipelajari dengan memecah terhadap Na maupun K dibandingkan CH3OH [1].
molekul trigliserida dalam minyak menjadi ester dari Berkurangnya jumlah atau konsentrasi Na-
asam-asam lemak penyusun trigliserida melalui metanolat menyebabkan berkurangnya jumlah
reaksi transesterifikasi. Minyak kedelai memiliki reaksi yang terjadi sehingga jumlah metil ester yang
komponen utama berupa asam linoleat (C18:2) terbentuk tidak bertambah.
sebanyak 48-58%. Hasil reaksi transesterifikasi
minyak kedelai dengan katalis natrium metoksida
berat total metil ester (gram)
30
25
20
15
10
5
0
30 60 90 120 150 180
waktu reaksi (menit)
Gambar 1 Berat metil ester hasil reaksi transesterifikasi minyak kedelai pada berbagai waktu reaksi
Gambar V.31 Spektra massa GC-MS metil oleat minyak kelapa sawit
2. Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi 7. Furniss, B. S., Hannford, A.J., Smith, P. W. G.,
Minyak dan Lemak, edisi I, Penerbit and Rogers, T. A., 1978, Vogel’s Textbook of
Universitas Indonesia , Jakarta Practical Organic Chemistry, 5th edition, The
3. Markley, K. S., 1947, Fatty Acid, 1st, English Language Book Society and Longman,
Interscience Publishers, Inc., New York London
4. Hilditch, T.P., 1949, Industrial Chemistry of 8. Allinger, N. L., Cava, M., De Jongh, D. C.,
Fats and Waxes, 3rd edition, Bailliere, Tindall Johnson, C., Lebel, N. A., and Stevens, C. L.,
and Cox, London 1976., Organic Chemistry, 2nd edition, Worth
5. Allen, J, C. and Hamilton, R. J., 1983, Publishers, Inc., New York
Rancidity in Food, Applied Science Publishers 9. Eckey, E. W., 1954, Vegetable Fat and Oil,
LTD, England Reinhold Publishing Corporation, New York
6. Morrison, R. I., and Boyd, R. N., 1981, Organic
Chemistry, 3rd edition, university Publication,
Taiwan
Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan arang aktif dari serbuk
gergaji kayu ulin dalam proses adsorpsi minyak goreng bekas. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui
waktu adsorpsi yang paling baik diantara range waktu yang digunakan untuk proses adsorpsi minyak
goreng bekas dengan menggunakan arang aktif dari serbuk gergaji kayu ulin. Arang aktif dibuat dengan
membakar serbuk gergaji kayu dan diaktivasi menggunakan ZnCl2 0,1 N. Arang aktif yang diperoleh
digunakan untuk mengadsorpsi minyak goreng bekas dengan variasi jumlah arang sebanyak 5, 10 dan 15
gram. Selanjutnya minyak goreng bekas dan arang aktif yang sudah dicampurkan dalam Erlenmeyer
tersebut diadsorpsi dengan variasi waktu 40, 60 dan 80 menit menggunakan shaker. Setelah disaring,
minyak goreng bekas tersebut dianalisa angka asam, bilangan peroksida dan bilangan penyabunannya.
Hasil penelitian yang didapatkan yang mememenuhi standar SNI 01- 3741-2002 dan hasil yang paling
bagus adalah dengan berat arang aktif 15 gram dan dengan lama waktu pengadukan selama 80 menit.
Dengan nilai angka asam sebesar 0,224 mgKOH/gram, bilangan peroksida sebesar 10 mg eq/gram,
sedangkan untuk bilangan penyabunan yang memenuhi standar adalah dengan arang aktif 10 gram dan
lama waktu pengadukan 40 menit yaitu sebesar 200,09 mg KOH/gram.
menggunakan adsorben sehingga mutu minyak gurih, menambah nilai gii, dan sumber kalori
dapat dipertahankan. Adsorben ini dapat dalam pangan. Kerusakan minyak akibat
menghilangkan sebagian asam lemak bebas, pemanasan dapat diamati dari perubahan warna,
peroksida dan membesar bilangan penyabunan. kenaikan kekentalan, peningkatan bilangan
Minyak goreng yang sudah diadsorpsi dapat peroksida. Selain itu dapat juga dilihat dari
digunakan kembali sebagai bahan baku penurunan bilangan iod dan penurunan asam
pembuatan biodiesel dan pembuatan sabun.
Penelitian ini dilakukan dengan memurnikan Tabel 1 Standar mutu minyak goreng
No. Kriteria Persyaratan
minyak goreng bekas dengan menggunakan arang
aktif dari serbuk gergaji kayu, karena menurut 1. Bau dan Rasa Normal
hasil penelitian Pari dkk (2000) bahwa arang aktif 2. Warna Putih, kuning
pucat sampai
dapat digunakan untuk menjernihkan minyak kuning
goreng kualitas II. Dipilihnya serbuk gergaji kayu 3. Kadar Air Max 0,3% b/b
sebagai bahan baku arang aktif, selain harganya 4. Berat Jenis 0,900 g/liter
murah dan potensinya cukup tinggi juga 5. Bilangan Asam Max 2 mg KOH/g
mengurangi dampak buruk ke lingkungan yaitu 6. Bilangan Peroksida Max 2 Meq/Kg
antara lain mengotori lingkungan dan dapat 7. Bilangan Iod 45-46
mengurangi penyerapan air ke dalam tanah . 8. Bilangan Penyabunan 196-206
9. Indeks Bias 1,448-1,450
Tujuan Penelitian 10. Cemaran Logam Max 0,1 mg/kg
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, (kecuali seng)
maka penelitian ini bertujuan untuk: (Sumber : SNI 01-3741-2002 Standar Mutu Minyak
1. Mengetahui sejauh mana kemampuan arang Goreng)
aktif dari serbuk gergaji kayu ulin dalam
lemak tak jenuh.
proses adsorpsi minyak goreng bekas.
2. Mengetahui waktu operasi yang paling baik
Menurut Ketaren (1986), tujuan utama
diantara range waktu yang digunakan untuk
proses pemurnian minyak adalah menghilangkan
proses adsorpsi minyak goreng bekas dengan
rasa dan bau yang tidak enak, warna yang tidak
menggunakan arang aktif dari serbuk gergaji
menarik, serta memperpanjang masa simpan
kayu ulin.
minyak sebelum dikonsumsi atau
digunakansebagai bahan mentah dalam industri.
Landasan Teori
Kotoran-kotoran yang ada dalam minyak dapat
Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik
berupa komponen yang tidak larut dalam minyak.
asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai
Komponen yang tidak larut alam minyak adalah
terbentuk akrolein yang menimbulkan rasa gatal
lendir, getah, abu, dan mineral. Komponen dalam
pada tenggorokan. Bila minyak mengalami
bentuk suspensi koloid adalah fosfolipid,
pemanasan yang berlebihan, bagian molekulnya
karbohidrat, dan senyawa yang
yaitu gliserol akan mengalami kerusakan dan
mengandungnitrogen. Komponen yang larut dalam
minyak tersebutakan mengeluarkan asap biru yang
minyak berupa asam lemak bebas, sterol,
sangat mengganggu lapisan selaput mata.
hidrokarbon, monogliserida, digliserida, dan zat
Molekul-molekul gliserol tersebut menjadi kering
warna yang terdiri dari karotenoid dan klorofil.
dan membentuk aldehida tidak jenuh yang disebut
Pemurnian merupakan tahap pertama dari
akrolein. Titik asap suatu minyak goreng
proses pemanfaatan minyakgoreng bekas, yang
bergantung pada kadar gliserol bebasnya. Semakin
hasilnya dapat digunakan sebagai minyak goreng
tinggi titik asapnya, semakin baik mutu minyak
kembali atau sebagai bahan baku produk untuk
goreng tersebut (Winarno, 1986).
pembuatan sabun mandi padat. Tujuan utama
Perubahan sifat fisika dan kimia pada minyak
pemurnian minyak goreng ini adalah
dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu keberadaan
menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak,
komponen air di dalam bahan pangan yang
warna yang kurang menarik dan memperpanjang
digoreng yang dapat menyebabkan reaksi
daya simpan sebelum digunakan kembali (Wijaya
hidrolisis minyak, adanya oksigen dari atmosfer
dkk, 2005).
yang dapat mempercepat reaksi oksidasi minyak,
Hasil penelitian Wijaya dkk (2005) dan
dan suhu proses yang sangat tinggi yang
Yuliana dkk (2008), bahwa adsorben atau bahan
berdampak pada percepatan proses kerusakan
penyerap berupa karbon aktif yang digunakan
minyak. Ketaren (1986) mengemukakan bahwa
dalam proses penggorengan, minyak berfungsi dapat meningkatkan kembali mutu minyak
goreng bekas, dimana karbon aktif akan
sebagai medium penghantar panas, menambah rasa
bereaksimenyerap warnayang membuat minyak
bekas menjadi keruh. Cara pelarutan yang terbaik ulin, kertas saring, alkohol netral 96%, indikator
adalah dengan menambahkan adsorben berupa PP, akuades, Na2S2O3 0,1 N, KI, CHCl3, KOH,
karbon aktif sebanyak 10% dari bahan minyak HCl 0,5 N, ZnCl2 0,1 N, indikator amilum dan
goreng bekas yang digunakan. Adsorben dilarutkan asam asetat glacial
dalam minyak selama 1-1,5 jam pada suhu 150oC,
kemudian minyak disaring.
Faradina dan Setiawati (2010) menggunakan
arang aktif dari tempurung kelapa untuk
mengadsorbsi minyak jelantah. Ukuran arang aktif
yang digunakan adalah 0,016 mesh. Ukuran arang
aktif digunakan cukup kecil agar mempercepat 3
proses adsorbsi dengan memperbesar luas
penampang adsorben. Wijayanti (2009)
menyimpulkan bahwa arang aktif yang digunakan
dapat menurunkan kadar asam lemak bebas dalam
minyak goreng bekas. Penurunan kadar asam
lemak bebas terbesar diperoleh dari arang aktif
dengan aktivasi kimia (49,7%).
Danarto dan Saman (2005) telah melakukan
pengaktivasian arang aktif dengan menggunakan
ZnCl2. Metode yang dilakukan dengan merendam
karbon yang sudah dibakar dalam larutan ZnCl2
2 3 1
selama 1 hari. Konsentrasi larutan ZnCl2 divariasi Keterangan
1. Tombol Power
5%, 10%, 15%, dan 20%. Karbon kemudian 2. Pengatur Kecepatan Shaker
disaring dan dicuci sampai bersih (ditandai dengan 3. Penyangga Erlenmeyer
larutan hasil cucian netral) kemudian dimasukkan
ke dalam cawan porselin dan dipanaskan dalam Gambar 1. Rangkaian alat percobaan untuk
muffle furnace pada suhu 500oC sekitar 2 jam. pengolahan minyak goreng bekas menggunakan
Kemampuan penyerapan maksimal diperoleh pada adsorben arang aktif
konsentrasi aktivator ZnCl2 20% yaitu sebesar
87,7%.
Pari (2006) telah melakukan percobaan Prosedur Penelitian
pemurnian minyak jelantah dengan menggunakan Preparasi Adsorben dari Arang Serbuk Gergaji
arang aktif dari serbuk gergaji. Arang aktif yang Kayu
terbaik diuji kemampuannya untuk memurnikan Limbah serbuk gergaji yang telah
minyak jelantah dengan cara menambahkan arang dibersihkan dimasukan ke dalam wadah kaleng,
aktif sebanyak 5,0% ke dalam 50 gram minyak kemudian dilakukan proses pembakaran dalam
goreng bekas dengan waktu kontak selama 60 kaleng tersebut selama kurang lebih selama 2 jam
menit. sampai terbentuk karbon (ditandai dengan tidak
terbentuknya asap).
METODE PENELITIAN Metode aktivasi dilakukan dengan proses
Alat aktivasi kimia menggunakan bahan kimia seng
Alat utama (Gambar 1) yang digunakan klorida (ZnCl2). Arang serbuk gergaji sebanyak
pada penelitian ini adalah seperangkat alat adsorpsi 200 gram ditimbang dan dimasukan ke dalam 600
minyak goreng menggunakan arang aktif dari mL larutan ZnCl2 0,1 N, kemudian diaduk. Arang
serbuk gergaji kayu ulin. Sedangkan alat-alat yang telah diaduk ditutup dan didiamkan selama
pendukung yang digunakan adalah wadah kaleng 24 jam pada temperatur kamar. Arang yang telah
bekas, beaker glass, erlenmeyer, labu ukur, neraca didiamkan kemudian disaring dan dicuci dengan
analitik, gelas ukur, botol semprot, hot plate, akuades dan kemudian dimasukan ke dalam muffle
shaker, buret dan statif, pipet tetes, corong, cawan furnace pada suhu 500oC sekitar 2 jam.
porselen, pengaduk, loyang, oven, ayakan, pipet Arang serbuk gergaji dihaluskan dengan
tetes, pipet volume, propipet, dan muffle furnace. lumpang, kemudian diayak dengan ayakan 60
mesh. Arang aktif yang telah dihaluskan ini
Bahan kemudian dicuci. Setelah dicuci kemudian di oven
Bahan yang digunakan adalah minyak dan disimpan di dalam wadah tertutup.
goreng bekas sebagai bahan baku utama, serbuk
gergaji kayu ulin, karbon aktif serbuk gergaji kayu Adsorpsi Minyak Goreng Bekas
Minyak jelantah sebanyak 100 gram angka asam. Penentuan angka asam dilakukan
dimasukkan ke dalam beaker glass, kemudian penambahan alkohol penambahan alkohol ini
ditambahkan arang aktif dari serbuk gergaji bertujuan untuk melarutkan asam lemak.
sebanyak 5 gram. Kemudian dilakukan Gambar 2 menunjukkan bahwa angka asam
pengadukan dengan kecepatan 500 rpm selama 40 pada sampel awal adalah sebesar 2,51
menit pada suhu kamar, setelah itu minyak jelantah mgKOH/gram, namun dengan bertambahnya berat
tersebut disaring dengan kertas saring. Selanjutnya arang aktif dan bertambahnya waktu pengadukan
melakukan hal yang sama untuk variasi waktu 60 maka nilai angka asam cenderung menurun. Angka
menit dan 80 menit, serta variasi jumlah arang Asam terbesar setelah penambahan arang aktif
aktif dari serbuk gergaji sebanyak 10 gram dan 15 diperoleh pada berat arang aktif 5 gram yaitu
gram. 1,792mgKOH/gram dengan lama waktu
pengadukan selama 40 menit dan angka asam
Analisa Hasil terkecil pada berat arang aktif 15 gram yaitu
Pada penelitian ini pengujian yang sebesar 0,224 mgKOH/gram dengan waktu
dilakukan meliputi Penetuan Angka Asam, pengadukan 80 menit.
Penentuan Bilangan Peroksida, serta Penentuan Wenti, dkk (2009), telah melakukan
Bilangan Penyabunan, sebelumnya dilakukan penelitian bahwa semakin banyak arang aktif,
pengujian pada sampel minyak jelantah tanpa proses adsorpsi akan berlangsung dengan baik
variasi suhu dan penambahan arang aktif, karena luas permukaan tempat berlangsungnya
kemudian pada minyak jelantah hasil variasi waktu proses adsorpsi semakin besar sehingga semakin
(40 menit; 60 menit; 80 menit) dan berat arang banyak asam lemak bebas dan asam lemak tidak
aktif (5 gram; 10 gram; 15 gram). jenuh yang terserap. Selain itu semakin lama
waktu pengadukan yang digunakan maka proses
pengikatan asam lemak bebas yang masih terdapat
PEMBAHASAN dalam minyak jelantah semakin besar karena
Angka Asam semakin lama waktu pengadukan semakin lama
Angka asam dinyatakan sebagai jumlah pula kontak antara permukaan arang aktif dengan
milligram KOH yang diperlukan untuk minyak sehingga jumlah asam lemak bebas yang
menetralkan asam lemak bebas yang terdapat diikat oleh permukaan arang aktif juga semakin
dalam 1 gram minyak atau lemak (Sudarmadji, S, banyak sehingga bilangan asam menurun.Selain
1989). Angka asam yang besar menunjukkan asam itu juga disebabkan karena semakin lama waktu
lemak bebas yang besar yang berasal dari hidrolisa pengadukan maka reaksi yang terjadi baik hidolisa
minyak ataupun karena proses pengolahan yang minyak maupun oksidasi asam lemak tidak jenuh
kurang baik. Makin tinggi angka asam makin berjalan semakin baik sehingga jumlah asam
rendah kualitasnya, sebaliknya jika angka asamnya lemak bebas yang diperoleh cenderung menurun.
rendah maka kualitas minyak tersebut bagus dan Hal ini terlihat dari angka asam yang diperoleh
2,7 2,51
2,4
Angka Asam (mgKOH/gram)
2,1 2
1,792
1,8 1,613
1,523 5 gram
1,5 1,25
1,12 10 gram
1,2
0,896 15 gram
0,9
0,627 sampel awal
0,6 0,492
SNI
0,224
0,3
-2,66E-15
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Gambar 2 Hubungan antara angka asam dengan lama waktu pengadukan dan berat arang aktif
layak untuk dikonsumsi. Parameter yang penting pada lama waktu pengadukan selama 80 menit
untuk mengetahui kualitas minyak adalah dari pada berat arang aktif 15 gram sebesar 0,224,
angka asam tersebut merupakan angka asam melakukan penelitian bahwa semakin banyak
terkecil yang diperoleh. arang aktif proses adsorpsi berlangsung secara baik
Angka asam setelah adsorpsi dengan karena luas permukaan tempat berlangsungnya
menggunakan arang aktif dari serbuk gergaji kayu proses adsorpsi semakin besar sehingga semakin
ulin telah memenuhi persyaratan SNI untuk Cara banyak peroksida yang terserap (bilangan
Uji Minyak dan Lemak. Standar angka asam peroksida yang dihasilkan semakin kecil). Selain
minyak goreng menurut SNI adalah max 2 mg itu, semakin lama waktu pengadukan yang
KOH/g (Sumber : SNI 01-3741-2002 Standar Mutu digunakan maka proses penyerapan akan selain
Minyak Goreng). lama juga dan semakin banyak yang terserap
dalam minyak goreng bekas tersebut.
Bilangan Peroksida Bilangan peroksida setelah adsorpsi dengan
Bilangan peroksida merupakan nilai menggunakan arang aktif dari serbuk gergaji kayu
terpenting untuk menentukan derajat kerusakan ulin dengan variasi jumlah berat arang aktif
pada minyak. Asam lemak tidak jenuh dapat sebesar 5 gram, 10 gram, dan 15 gram telah
mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya menunjukan penurunan yang lumayan besar
sehingga membentuk peroksida (Ketaren, 1986). dibandingkan dengan sampel awal namun ternyata
Adanya peroksida menunjukkan telah terjadinya belum memenuhi persyaratan SNI untuk Cara Uji
proses oksidasi pada minyak tersebut. Semakin Minyak dan Lemak. Standar bilangan peroksida
tinggi kadar peroksida di dalam minyak, semakin minyak goreng menurut SNI adalah max 2 mg
luas proses oksidasi yang terjadi, artinya kerusakan eq/gram (Sumber : SNI 01-3741-2002 Standar Mutu
minyak semakin berlanjut dan minyak akan Minyak Goreng), untuk bisa memenuhi standar
semakin berbau tengik. SNI tersebut maka perlu dilakukan penambahan
Dari Gambar 3 terlihat bahwa pada sampel berat arang aktif dan penambahan waktu
45
40 40
17
Bilangan Peroksida (mg eq/gram)
35
30 28
26 26 5 gram
25 24
10 gram
20 24 22
15 gram
15 16 sampel awal
12
10 SNI
10
5
2
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Gambar 3. Hubungan antara bilangan peroksida dengan lama waktu pengadukan dan berat arang aktif
lemak akan semakin kecil dan kualitas minyak pengadukan selama 40 menit, sedangkan untuk
akan semakin bagus, sebaliknya jika angka yang lainnya tidak memenuhi standar tersebut.
penyabunan kecil maka asam lemak besar dan Untuk semua variasi berat arang aktif dengan lama
kualitas menurun. waktu pengadukan 60 menit dan 80 menit adalah
Angka penyabunan adalah angka yang bilangan penyabunannya diatas sntandar SNI hal
menunjukkan jumlah miligram KOH yang ini menunjukan minyak yang disusun oleh asam
dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak. lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat
Besarnya angka penyabunan tergantung dari massa molekul relatif kecil akan mempunyai bilangan
molekul minyak, semakin besar massa molekul penyabunan yang besar dan jumlah KOH yang
semakin rendah angka penyabunannya (Herlina, dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak
2011). atau minyak juga semakin banyak (Sudarmadji,
260 253,385
250 243,1 244,035
240 19
Bilangan Penyabunan (mgKOH/gram)
231,88 238,425
230
220 222,53
208,505 5 gram
210 206
10 gram
200 200,096
15 gram
196
190 187,935 sampel awal
180 SNI
170
160 158,96
150
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa pada 1989). Sebaliknya pada berat arang aktif 5 gram
sampel awal bilangan penyabunannya adalah dengan lama pengadukan 40 menit bilangan
sebesar 158,96 mgKOH/gram, namun setelah penyabunannya dibawah standar SNI, hal ini
penambahan arang aktif dan semakin lama waktu menunjukan bahwa minyak memiliki berat
pengadukan menunjukkan maka nilai bilangan molekul besar sehingga jumlah KOH yang
penyabunan cenderung meningkat. Bilangan dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak
penyabunan terkecil setelah penambahan arang atau lemak juga sedikit. Secara teori (Ketaren,
aktif diperoleh pada berat arang aktif 5 gram yaitu 1986) bilangan penyabunan dapat dipergunakan
188 mgKOH/gram dengan lama waktu untuk menentukan berat molekul minyak dan
pengadukan 40 menit dan bilangan penyabunan lemak secara kasar. Peningkatan bilangan
terbesar adalah pada berat arang aktif 15 gram penyabunan dipengaruhi oleh berat arang aktif,
yaitu sebesar 253 mgKOH/gram dengan lama karena penambahan arang aktif dapat memecah
waktu pengadukan selama 80 menit. ikatan rantai C pada minyak goreng bekas. Selain
Standar bilangan penyabunan minyak itu, semakin lama waktu pengadukan maka
goreng menurut SNI adalah 196-206 mg molekul-molekul asam lemak yang terdapat dalam
KOH/gram(Sumber : SNI 01-3741-2002 Standar minyak akan semakin pecah, berat molekul
Mutu Minyak Goreng). Dari hasil penelitian yang minyak goreng bekas akan menjadi semakin kecil
memenuhi standar tersebut adalah pada variasi sehingga bilangan penyabunan yang diperoleh
berat arang aktif 10 gram dengan lama waktu semakin besar.