Professional Documents
Culture Documents
1285 2986 1 SM PDF
1285 2986 1 SM PDF
Abstract: The habit of consuming alcoholic beverages (modern, traditional or bootleg) can cause negative
effects on physical, mental, and psychosocial healths. The problem of this research is related to regulation on
the consumption of alcoholic beverages that is still not specific and not comprehensive. The purpose of this study
is to gathered information on the consumption of alcoholic beverages and the enforced regulation, as well as a
more specific and comprehensive concept on regulation regarding the consumption of alcoholic beverages so
that people could be protected from the negative effects of the alcohol. This study uses qualitative descriptive
study of literature and policy analysis with a formal evaluation approach. The results showed that there are some
Indonesian who have a habit of consuming alcoholic beverages. The impact can cause physical, mental, as well
as psychosocial health problems, and it can even takes one’s life (especially bootleg alcohol) thus disturbing the
public. The regulation is currently still enforced over several different levels against several sectoral charges
related to industry, investment, business licenses, alcoholic beverages, the imposition of customs, crime as the
effects of consuming alcoholic beverages. Therefore future regulation should be more focused on the efforts
to protect the public from negative effects of alcohol consumption with consideration on various factors from
production to consumption.
Keywords: consumption of alcoholic beverages, alcohol abuse, regulation, rehabilitation.
Abstrak: Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol (modern, tradisional ataupun oplosan) dapat
menimbulkan efek negatif baik secara fisik, mental, maupun psikososial. Permasalahan penelitian ini adalah
pengaturan terkait konsumsi minuman beralkohol masih belum spesifik dan komprehensif. Tujuan penelitian
adalah untuk mendapatkan informasi tentang konsumsi minuman beralkohol dan pengaturan yang ada selama ini,
serta konsep pengaturan ke depan terkait konsumsi minuman beralkohol yang lebih spesifik dan komprehensif
agar masyarakat dapat terlindungi dari efek negatif minuman beralkohol. Penelitian menggunakan metode
deskriptif kualitatif dengan studi literatur dan dilakukan analisis kebijakan dengan pendekatan evaluasi formal.
Hasil penelitian menunjukkan ada sebagian masyarakat Indonesia yang mempunyai kebiasaan mengonsumsi
minuman beralkohol. Pengaturan yang ada masih tersebar di beberapa tingkat peraturan perundang-undangan
dengan muatan pengaturan masih sektoral. Untuk itu, pengaturan ke depan harus lebih difokuskan pada upaya
perlindungan masyarakat dari efek negatif konsumsi minuman beralkohol dengan memerhatikan berbagai faktor
mulai produksi sampai dikonsumsi.
Kata kunci: konsumsi minuman beralkohol, penyalahgunaan alkohol, pengaturan, rehabilitasi.
Tri Rini Puji Lestari, Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia | 127
mengatur produksi dan peredaran minuman keras, Tenggara Timur (NTT) sebesar 17,7%, (Riskesdas,
yang dimaksud dengan minuman keras adalah 2013). Selain itu, yang sangat mengkhawatirkan
semua jenis minuman beralkohol tetapi bukan obat adalah konsumsi minuman beralkohol yang
dan meliputi tiga golongan, yaitu: diproduksi secara tradisional karena tidak terkontrol
– Golongan A, dengan kadar etanol 1 sampai kadar alkohol yang dikandungnya dan konsumsi
dengan 5%. minuman beralkohol oplosan yang terus meningkat
– Golongan B, dengan kadar etanol dari 5 sampai karena telah banyak menelan korban jiwa. Korban
dengan 20%. oplosan pada tahun 2011 sebanyak 280 orang
– Golongan C, dengan kadar etanol lebih dari 20 meninggal dunia meningkat menjadi 304 orang
sampai dengan 55%. meninggal dunia dan 311 orang dirawat pada tahun
2015 (Kementerian Kesehatan, 2015:1). Fenomena
Secara umum, mengonsumsi minuman
peningkatan peredaran minuman beralkohol
beralkohol bukan menjadi tradisi maupun kebiasaan
oplosan ini dikarenakan sulit dan terbatasnya akses
masyarakat Indonesia, terlebih karena dampaknya
terhadap minuman beralkohol yang sah atau resmi
dari segi kesehatan dan sosial sangat merugikan.
(harga mahal), sedangkan minuman beralkohol
Minuman beralkohol merupakan minuman yang
oplosan sangat mudah dan murah untuk didapat.
hanya dikonsumsi dan digunakan oleh kalangan
Di sisi lain, keragaman sikap dan penerimaan
terbatas dengan tujuan dan alasan tertentu baik
masyarakat Indonesia terhadap minuman beralkohol
positif maupun negatif, seperti: 1) dikonsumsi
sebagaimana sudah diuraikan di atas telah menjadi
untuk jamuan makan di kalangan tertentu seperti
dasar terbitnya beberapa Peraturan Daerah
di konsulat asing dan acara hajat pernikahan atau
(Perda) atau kebijakan daerah yang bervariasi.
acara lainnya; 2) dikonsumsi di tempat umum yang
Namun demikian, kebijakan mengenai minuman
telah ditentukan seperti hotel berbintang, bar, klub
beralkohol yang diatur dalam berbagai peraturan
malam, cafe dan tempat-tempat lain; 3) dikonsumsi
perundang-undangan, mulai dari tingkat undang-
untuk tujuan kesehatan, seperti minum jamu dan
undang sampai tingkat peraturan daerah yang ada
rempah-rempah yang mengandung alkohol; 4) untuk
saat ini masih belum disebutkan secara spesifik,
keperluan pemijatan/massage; 5) untuk keperluan
yakni hanya dikategorikan sebagai “minuman” atau
upacara adat; 6) untuk keperluan negatif atau
“pangan olahan”. Seperti misalnya pengaturan pada
tindak kekerasan seperti perampokan, perampasan,
Pasal 111 dan 112 Undang-Undang No. 36 Tahun
dan tawuran. Namun ada sebagian golongan atau
2009 tentang Kesehatan; Pasal 86, 89, 90, 91, 97,
agama di Indonesia yang mengharamkan minuman
99, dan 104 Undang-Undang No. 18 Tahun 2012
beralkohol untuk dikonsumsi. (Pemda Provinsi
tentang Pangan; Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun
Jawa Tengah, 2016: 1).
2004 tentang Kemananan, Mutu, dan Gizi Pangan;
Minuman beralkohol merupakan salah satu
Keppres No. 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan
faktor risiko utama untuk masalah kesehatan secara
Pengendalian Minuman Beralkohol; Permendag No.
global. Dari segi kesehatan, kebiasaan mengonsumsi
15/M-DAG/PER/3/2015 tentang Perubahan Ketiga
minuman beralkohol dapat menimbulkan Gangguan
atas Peraturan Menteri Perdagangan, Pengedaran,
Mental Organik (GMO), merusak saraf dan daya
Penjualan, Pengawasan dan Pengendalian Minuman
ingat, oedema otak (pembengkakan otak), sirosis
Beralkohol; dan Peraturan Menteri Perindustrian
hati (pengerasan hati oleh karena timbulnya jaringan
No.71/M-IND/PER/7/2012 tentang Pengendalian
parut pada hati), gangguan jantung, gastritis
dan Pengawasan Industri Minuman Beralkohol
(peradangan pada lambung), paranoid (adanya
(di dalamnya mengatur juga mengenai minuman
waham curiga) dan lain sebagainya. Sedangkan
beralkohol tradisional) (Kejaksaan Agung, 2015:
dari segi sosial, biasanya orang yang mabuk
2).
karena alkohol jika tidak dikontrol akan merusak
Fakta di atas menunjukkan bahwa ada sebagian
tatanan sosial masyarakat, mengganggu ketertiban
masyarakat Indonesia yang memang terbiasa
keamanan (memicu terjadinya keributan dan tindak
mengonsumsi minuman beralkohol, baik yang
kekerasan), bahkan sampai menjurus pada tindak
diproduksi secara pabrikan maupun tradisional serta
pidana kriminal berat (Baleg, 2014:5).
oplosan. Akan tetapi, sampai saat ini pengaturannya
Sampai akhir tahun 2016, besar populasi yang
masih tersebar, mulai dari peraturan perundang-
mengonsumsi minuman beralkohol selama satu
undangan yang ada di berbagai instansi sampai pada
tahun adalah 4,6% dan pada bulan Desember terdapat
peraturan daerah dengan substansi yang beragam
3%. Adapun provinsi yang mempunyai prevalensi
(sesuai dengan kebijakan lokal/daerahnya masing-
penggunaan minuman beralkohol tertinggi
masing).
dibandingkan dengan provinsi lainnya yaitu Nusa
Tri Rini Puji Lestari, Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia | 129
yang optimal menurut WHO, di mana ada dua Jenis minuman keras (minuman beralkohol)
kewajiban pemerintah terhadap rakyatnya di bidang ada berbagai macam, di antaranya: (Kemenkes,
kesehatan yaitu, pertama pengaturan (dalam rangka 2015: 6)
perlindungan kesehatan bagi penyandang hak) dan – Brandy, disuling dari fermentasi air buah yang
kedua penyediaan fasilitas atau pelayanan kesehatan kemudian disimpan dalam tong kayu kecil.
(Titon, 2007: 13). Warna dari brandy disebabkan oleh kayu atau
Terkait dengan peredaran dan konsumsi penambahan karamel.
minuman beralkohol di masyarakat, hak – Whisky, dibuat melalui proses penyulingan
atas kesehatan bermakna bahwa Pemerintah dari jus yang telah difrementasi dari biji-bijian
bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi seperti jagung dan gandum.
yang memungkinkan setiap individu untuk dapat – Rum adalah minuman yang disuling dari
hidup sehat dan terbebas dari efek negatif minuman fermentasi sirop gula atau air tebu selama paling
beralkohol. Itu artinya, Pemerintah dituntut untuk tidak 3 tahun. Sedangkan sebagai pewarnanya,
dapat membuat kebijakan yang mengarah pada kadang-kadang digunakan karamel.
upaya perlindungan generasi muda dari efek negatif – Wine, dibuat dari berbagai macam jenis buah-
minuman beralkohol baik dari segi kesehatan buahan seperti anggur, peach, plum atau
maupun sosial. Upaya perlindungan generasi muda aprikot. Sebagian besar wine dihasilkan dari
ini di antaranya mencakup kebijakan yang terkait anggur. Tanah tempat anggur tersebut tumbuh
pada akses terhadap minuman beralkohol (baik dan kondisi cuaca sangat menentukan kualitas
minuman beralkohol modern/pabrikan maupun dan rasa anggur yang juga akan menentukan
tradisional serta oplosan) dan akses terhadap jasa kualitas dan rasa wine.
rehabilitasi akibat penyalahgunaan alkohol dan – Bir, dibuat dari proses fermentasi, campuran
ketergantungan mengonsumsi minuman beralkohol. cairan yang disebut wort, disiapkan dengan
Untuk itu, diperlukan komitmen dan konsep yang menggabungkan ragi dan biji-bijian seperti
tegas dan jelas serta peran serta masyarakat agar jagung, gandum, dan gandum hitam. Fermentasi
tujuan perlindungan generasi muda dari efek negatif dari campuran cairan ini menghasilkan alkohol
minuman beralkohol baik dari segi kesehatan dan CO2. Fermentasi cairan ini dihentikan
maupun sosial dapat terwujud. sebelum selesai untuk batas kandungan alkohol.
Alkohol yang dihasilkan disebut sebagai bir
Konsumsi Minuman Beralkohol dan Efeknya yang kandungan alkoholnya 4–8% alkohol.
bagi Manusia Tabel 1. Jenis Minuman Beralkohol
Alkohol adalah golongan senyawa kimia
alifatik yang mempunyai satu gugusan –OH. Nama Kadar
No. Sumber
Minuman Alkohol (%)
Golongan alkohol banyak digunakan sebagai
pelarut dan jenis alkohol yang sering dijumpai Produk Pabrik/Modern
adalah metanol, etanol, dan isopropanol. Minuman 1. Brandy Sari buah 40 - 50
beralkohol dengan alkohol adalah dua hal yang
2. Whisky Sereal (biji- 40 - 55
berbeda. Tidak ada seorangpun yang sanggup bijian)
meminum alkohol dalam bentuk murni (alkohol
100%) karena dapat menyebabkan kematian. Jenis 3. Rum Karamel 40 - 55
alkohol yang biasa terkandung dalam minuman 4. Wine (Port, Anggur/buah- 10 - 22
beralkohol bisa diproduksi dari proses fermentasi. Sherry, buahan lainnya
Minuman beralkohol adalah minuman yang Champagne, dll)
mengandung alkohol atau etanol (C2H5OH) yang 5. Bir Sereal (biji- 5-8
dibuat secara fermentasi dari jenis bahan baku bijian)
nabati yang mengandung karbohidrat, seperti biji- Produk tradisional/lokal
bijian, buah-buahan, nira atau yang dibuat dengan
6. Sopi, arak, tuak, Palm/Nira Tidak
cara distilasi/penyulingan hasil fermentasi. Dengan saguer cap tikus, diketahui pasti
demikian, senyawa alkohol yang biasa digunakan balok, lapen, (± > 50 – 60)
dalam minuman beralkohol adalah etanol ciu dll
(C2H5OH). Etanol atau etil alkohol, digunakan Sumber: Kemenkes, 2015
sebagai pelarut, antiseptik, campuran obat batuk,
Alkohol bukan satu-satunya senyawa kimia
anggur obat, dalam minuman keras, dan minuman
yang dapat menyebabkan mabuk, masih banyak
lain yang mengandung alkohol (Irianto, 2014: 594).
senyawa-senyawa lain yang terdapat dalam
Tri Rini Puji Lestari, Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia | 131
Misalnya pada saat acara atau pesta ulang akan berdampak pada kemampuan kognitif si anak
tahun teman, saat berkumpul dengan teman di kemudian hari. Sedangkan bagi ibunya dapat
sebaya pada saat malam minggu atau kumpul mengalami masalah dengan rendahnya perhatian
bersama teman geng motornya. Pada kondisi dan reaksi. Kerusakan jaringan otak juga dapat
ini penggunaan minuman beralkohol bertujuan terjadi secara permanen. Jika kondisi ini terjadi, akan
untuk rekreasi (just fun) bersama teman- menimbukam gangguan daya ingat, kemampuan
temannya. penilaian baik dan buruk, kemampuan belajar
3. Situasional. Pada kondisi ini, umumnya karena terganggunya daya ingat, gangguan jiwa
seseorang mengonsumsi minuman beralkohol tertentu, dan perubahan kepribadian. Sedangkan
sebagai salah satu upaya atau cara untuk bagi laki-laki, dapat terjadi impotensi dan gangguan
melarikan diri dari masalah yang sedang seks lainnya (Kemenkes, 2015: 14-19).
dihadapi, konflik, atau stres dan frustasi. Selain itu, menurut Chandrasoma dan Taylor
4. Konsumsi minuman beralkohol yang sudah (2005) dalam McKenzie (2007), dinyatakan bahwa
bersifat patologis, dikarenakan sudah digunakan kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol
secara rutin setiap hari, paling tidak sudah (alkoholisme) juga dapat menyebabkan gangguan
berlangsung selama satu bulan. Dalam kondisi fungsi sosial dan pekerjaan, meningkatkan toleransi
ini biasanya sudah mulai terjadi penyimpangan terhadap efek alkohol dan ketergantungan fisiologik.
perilaku, karena sudah mengganggu fungsi dan Menurut Morse dan Flavin (1992) dalam McKenzie
perannya di lingkungan sosial. Misalnya dalam (2007), Alkoholisme (alcoholism) merupakan
bekerja atau pendidikan (jika sebagai pelajar). suatu penyakit yang ditandai dengan terganggunya
5. Ketergantungan. Kondisi ini, merupakan kendali atas perilaku alkohol, pikirannya selalu
kondisi yang paling berat dari seseorang yang pada konsumsi alkohol dan konsumsi alkohol
mengonsumsi minuman beralkohol, karena berkelanjutan tanpa mengindahkan efek negatifnya.
sudah terjadi ketergantungan baik fisik maupun Alkoholisme bersifat kronis dan dipengaruhi oleh
psikologis. Ketergantungan fisik ditandai faktor-faktor genetik, psikososial, dan lingkungan
dengan adanya toleransi dan sindrom putus zat (McKenzie, 2007: 385).
(alkohol), yaitu suatu kondisi dimana individu Pada orang tua dan keluarga, mengonsumsi
terbiasa menggunakan zat adiktif (dalam hal minuman beralkohol dapat menimbulkan beban
ini alkohol) secara rutin pada dosis tertentu. mental, emosional, dan sosial yang berat. Selain
Kondisi ini akan menurunkan jumlah zat yang itu, dapat menimbulkan beban biaya yang sangat
digunakan atau berhenti memakai, sehingga tinggi bahkan sampai berdampak terjadinya
akan menimbulkan gejala sesuai dengan jenis kebangkrutan ekonomi keluarga. Mengonsumsi
zat yang digunakan. Pada kondisi ini biasanya minuman beralkohol juga dapat menimbulkan beban
berperilaku anti sosial. penderitaan yang berkepanjangan dan hancurnya
harapan tentang masa depan anak, memicu terjadinya
Dari kelima alasan tersebut di atas, perilaku
proses penelantaran keluarga dan kekerasan dalam
agresif, emosional, acuh, dan apatis terhadap
rumah tangga (KDRT) serta perceraian.
permasalahan dan kondisi sosial merupakan
Efek mabuk yang ditimbulkan dari minuman
sifat-sifat yang sering muncul pada orang dengan
beralkohol, jika tidak terkontrol, banyak
penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap
menyebabkan masalah sosial dan kamtibmas
alkohol.
(keamanan dan ketertiban masyarakat). Hal ini
Secara umum, senyawa alkohol bersifat
dikarenakan, orang yang sedang mabuk biasanya
narcosis atau memabukkan dan berimplikasi pada
memiliki emosi yang tidak terkontrol. Akibatnya
gungguan kesehatan fisik, jiwa, dan mental. Efek
akan mudah tersinggung. Padahal orang yang
fisik yang dialami dari mengonsumsi minuman
berada di bawah pengaruh alkohol cenderung
beralkohol di antaranya kerusakan hati, ginjal, paru-
menjadi berani dan agresif, bahkan tidak takut
paru, jantung, pankreas, peradangan lambung, otot
mati. Selain itu, orang yang sedang mabuk akan
saraf, dan gangguan metabolisme tubuh. Konsumsi
menjadi kurang perhatian terhadap lingkungan
alkohol berlebihan meningkatkan risiko timbulnya
sekitarnya. Tidak jarang, hanya untuk mendapatkan
lebih dari 200 penyakit, termasuk siroris hati,
seteguk alkohol, para pecandu minuman beralkohol
tuberkolosis dan beberapa jenis kanker. Bagi kaum
berani melakukan tindakan-tindakan nekat yang
perempuan, peluang terjadinya kerusakan saraf otak
melanggar norma-norma dan sikap moral yang
lebih besar dibanding laki-laki. Konsumsi minuman
berlaku di masyarakat.
beralkohol bagi perempuan yang sedang hamil
Secara sosial, mengonsumsi minuman
juga dapat merusak jabang bayinya. Kondisi ini
beralkohol dapat menimbulkan beban ekonomi yang
Tri Rini Puji Lestari, Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia | 133
informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil Tabel 2. Prevalensi Minuman Beralkohol pada
kebijakan yang secara eksplisit diinginkan oleh 11 Provinsi Tertinggi
berbagai pelaku kebijakan (Dunn, 2003: 612). Konsumsi Alkohol (%)
Terkait pengaturan konsumsi minuman
No. Provinsi Dalam Dalam
beralkohol, evaluasi kebijakan dilakukan melalui
12 Bulan 1 Bulan
pendekatan evaluasi formal untuk memberikan Terakhir Terakhir
sumbangan pada klarifikasi serta kritik terhadap
1. Nusa Tenggara Timur 17,7 13,5
nilai-nilai yang mendasari penentuan tujuan
dan target dari pengaturan konsumsi minuman 2. Sulawesi Utara 17,4 14,9
beralkohol yang ada. Dengan demikian, evaluasi 3. Gorontalo 12,3 10,7
formal dapat menjelaskan bagaimana kebijakan
4. Sulawesi Tengah 8,9 6,4
dan implementasinya dapat mencapai tujuan.
Evaluasi terkait pengaturan konsumsi minuman 5. Kalimantan Barat 8,8 4,8
beralkohol yang ada saat ini dapat mengarah 6. Maluku 8,2 5,0
pada perbaikan-perbaikan. Evaluasi tersebut juga
7. Papua Barat 8,1 4,9
dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang
mengganti secara total model yang ada (Suharto, 8. Sulawesi Tenggara 7,7 5,8
2012: 111). 9. Maluku Utara 7,4 4,4
10. Papua 6,7 4,4
Gambaran Konsumsi Minuman Beralkohol di
Sumber: Riskesdas, 2007
Indonesia
Berdasarkan sejarah, mengonsumsi minuman Tabel 3. Karakteristik Responden
beralkohol bukan merupakan hal baru di Indonesia. Pernah Minum Masih Minum
Ada beberapa tempat di Indonesia yang beranggapan Kelompok Alkohol Alkohol
minuman beralkohol merupakan bagian dari adat umur
No. Dalam 12 Dalam 1 Bulan
(Tahun)
istiadat masyarakat setempat. Di antaranya budaya Bulan Terakhir Terakhir
masyarakat di Papua, Manado, Sulawesi, Sumatera
1. 10 – 14 0,7 0,3
Utara, Jawa, dan Bali. Daerah-daerah tersebut biasa
menggunakan minuman beralkohol dalam acara 2. 15 – 24 5,5 3,5
ritual adatnya. Ritual adat ini menjadi pendorong 3. 25 –34 6,7 4,3
anggota masyarakat mengonsumsi minuman
4. 35 – 44 5,5 3,7
beralkohol/minuman keras. (Adik. W, 2014: 335).
Mengonsumsi minuman beralkohol saat ini 5. 45 – 54 4,8 3,3
sudah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian 6. 55- 64 3,6 2,4
masyarakat di Indonesia. Berawal dari coba-coba
7. 65 -74 2,6 1,7
kemudian akhirnya ketagihan. Walaupun tingkat
konsumsi minuman beralkohol di Indonesia 8. ≥ 75 1,5 0,9
termasuk paling rendah di dunia. Namun data Jenis Kelamin
WHO (2010) menyebutkan konsumsi minuman 1. Laki-laki 88 5,8
beralkohol di Indonesia 0,6 liter alkohol murni per
kapita per tahun. Menurut data Riset Kesehatan 2. Perempuan 0,7 0,4
Dasar (Riskesda) Tahun 2007, selama tahun 2007 Tingkat Pendidikan
ada tiga provinsi dengan prevalensi minuman 1. Tidak Sekolah 3,1 2,1
beralkohol terbanyak yaitu di Nusa Tenggara Timur
2. Tidak Tamat SD 3,8 2,5
(17,7%), Sulawesi Utara (17,4%), dan Gorontalo
(12,3%). Sedangkan para pengkonsumsi minuman 3. Tamat SD 4,5 3,0
beralkohol tersebut, sebagian besar tinggal tiga 4. Tamat SMP 5,5 3,5
provinsi di pedesaan (5,1%) dengan tingkat
5. Tamat SMA 6,0 3,8
pendidikan terbanyak adalah tamatan SMA (6,0%)
dengan usia 25–34 tahun (6,7%). (Adang B, 2016: 6. Tamat PT 3,9 2,4
19). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tipe Daerah
tabel berikut ini: 1. Perkotaan 3,9 2,5
2. Perdesaan 5,1 3,3
Sumber: Riskesdas, 2007
Tri Rini Puji Lestari, Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia | 135
konsumsi minuman beralkohol tersebut, maka peran tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah
negara dalam menciptakan lingkungan yang bersih Daerah untuk melakukan KIE (Komunikasi,
dari penyalahgunaan alkohol menjadi sangat vital. Imformasi, dan Edukasi) terkait konsumsi
Untuk itu, perlu adanya kebijakan khusus terkait minuman beralkohol.
pengaturan penggunaan minuman beralkohol di – Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Indonesia agar generasi muda calon penerus bangsa Pangan Pasal 86, 89, 90, 91, 97, 99, dan 104 yang
di masa depan dapat terlindungi dari efek negatif intinya mengatur adanya jaminan keamanan
alkohol. pangan dan mutu pangan yang dikonsumsi
mulai dari produksi sampai konsumsi. Pada
Pengaturan Terkait Konsumsi Minuman Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang
Beralkohol Saat ini Pangan ini pun tidak ada penyebutan minuman
Sampai saat ini belum ada pengaturan beralkohol secara eksplisit. Namun untuk
terkait konsumsi minuman beralkohol secara segala sesuatu yang dikonsumsi manusia
komprehensif. Pengaturan terkait konsumsi harus memenuhi jaminan kemanan dan mutu,
minuman beralkohol sampai saat ini masih termasuk minuman beralkohol.
tersebar mulai dari tingkat peraturan perundang- – Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 3 Tahun
undangan sampai pada peraturan daerah. Selain 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian
itu, peraturan yang ada tersebut belum mengatur Minuman Beralkohol. Pada aturan ini,
konsumsi minuman beralkohol secara spesifik minuman beralkohol dengan kadar etanol >
dan komprehensif mulai dari produksi, peredaran 2,5% sampai 55% adalah kelompok minuman
sampai pengonsumsian beserta upaya perlindungan beralkohol yang diproduksi, peredaran dan
dari efek negatif minuman beralkohol. Peraturan penjualannya ditetapkan sebagai barang
perundang-undangan terkait konsumsi minuman dalam pengawasan. Sedangkan produksi
beralkohol yang ada sampai saat ini antara minuman beralkohol di dalam negeri hanya
lain, peraturan yang berkaitan dengan larangan dapat diselenggarakan berdasarkan izin
minuman beralkohol, peraturan yang terkait dengan Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Untuk
investasi industri, izin usaha, minuman beralkohol, peredaran yang dilakukan hotel, bar, restoran,
pengenaan cukai, tindak kriminal sebagai efek dari dan tempat tertentu lainnya ditetapkan oleh
mengonsumsi minuman beralkohol, dan Peraturan Gubernur setelah mendengarkan pertimbangan
Daerah (Perda) yang mengatur minuman berlakohol. dari Bupati/Walikota. Namun tempat-tempat
tersebut di atas, lokasinya dilarang berdekatan
Peraturan yang Berkaitan dengan Larangan
dengan tempat peribadatan, sekolah, rumah
Peraturan yang berkaitan dengan larangan
sakit, atau lokasi tertentu lainnya yang dilarang
minuman beralkohol, yaitu:
Gubernur setelah mendengarkan pertimbangan
– Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
dari Bupati/Walikota. Kemudian diatur juga
Kesehatan Pasal 111, Pasal 112, dan Pasal 160.
bahwa minuman beralkohol dilarang diedarkan
Pada Pasal 111 dan Pasal 112 mengatur bahwa
dan/atau dijual kepada yang belum berusia 25
makanan dan minuman yang dipergunakan untuk
tahun. Untuk minuman beralkohol tradisional,
masyarakat harus berdasarkan pada standar dan/
diatur bahwa dilarang diproduksi, kecuali
atau persyaratan kesehatan. Selain itu, makanan
untuk keperluan masyarakat sesuai kebiasaan
dan minuman hanya dapat diedarkan setelah
dan adat setempat berdasarkan izin Bupati/
mendapat izin edar sesuai dengan ketentuan
Walikota.
peraturan perundang-undangan. Dari kedua
– Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
pasal tersebut pengaturan minuman beralkohol
15/M-DAG/PER/3/2015 tentang Perubahan
tidak secara eksplisit tersurat disebutkan.
Ketiga atas Peraturan Menteri Perdagangan
Minuman beralkohol sebagai sebuah minuman
Nomor 43/M-DAG/PER/9/2009 tentang
harus memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut.
Ketentuan Pengadaan, Pengedaran, Penjualan,
Sedangkan pada Pasal 1604 diatur tentang
Pengawasan, dan Pengendalian Minuman
4
(1) Pemerintah, pemerintah daerah bersama masyarakat Beralkohol.
bertanggung jawab untuk melakukan komunikasi, – Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
informasi, dan edukasi yang benar tentang faktor risiko 71/M-IND/PER/7/2012 tentang Pengendalian
penyakit tidak menular yang mencakup seluruh fase dan Pengawasan Industri Minuman Beralkohol
kehidupan. (2) Faktor risiko sebagaimana dimaksud pada
(di dalamnya juga mengatur mengenai
ayat (1) antara lain meliputi diet tidak seimbang, kurang
aktivitas fisik, merokok, mengkonsumsi alkohol, dan minuman beralkohol tradisional).
perilaku berlalu lintas yang tidak benar.
Tri Rini Puji Lestari, Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia | 137
maka dalam pelaksanaannya menimbulkan kendala terhadap jenis minuman beralkohol modern,
dalam pelarangan dan pengawasannya. Akibatnya tradisional, dan oplosan. Produksi minuman
pelaksanaan peraturan perundang-undangan beralkohol modern atau pabrikan pengaturannya
tersebut tidak maksimal dan komprehensif. Sebagai perlu diselaraskan dengan peraturan perundang-
contoh, selama kurun waktu 5 tahun terakhir, Polda undangan yang sudah ada, di antaranya terkait izin
Sumut belum pernah secara spesifik melakukan pendirian pabrik, izin produksi, izin edar, produk
razia terhadap minuman beralkohol dikarenakan yang memenuhi standar mutu dan keamanan untuk
belum ada aturan yang digunakan sebagai dikonsumsi, serta cukai dan perpajakannya.
payung hukumnya. Akibatnya Polda tidak punya Untuk ke depan, pabrik-pabrik minuman
kewenangan untuk mengambil tindakan hukum. beralkohol yang sudah ada perlu juga didorong untuk
Selain itu, jika kedapatan kasus mengonsumsi produksi yang berorientasi pada produk ekspor.
minuman beralkohol termasuk untuk kasus Sedangkan untuk produk impor, keberadaannya
mengonsumsi minuman beralkohol oplosan, Polisi perlu dibatasi dan diperketat baik secara kuantitas/
tidak dapat melakukan penegakan hukum pada jumlah maupun kualitas.
pelakunya. Tindakan hukum baru dapat dilakukan Khusus produk minuman beralkohol tradisional
jika terkait izin edarnya saja (masuk dalam tindak perlu dilakukan pendataan dan pembinaan serta
pidana khusus) (DPR RI, 2015: 3). pendampingan sehingga setiap produk yang
dihasilkan dapat terkontrol serta memenuhi standar
Kebijakan yang Spesifik dan Komprehensif mutu dan keamanan untuk dikonsumsi.
Berdasarkan evaluasi formal Dunn, ada dua Perlu ditekankan juga bahwa setiap kemasan
hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan produk minuman beralkohol (modern maupun
suatu kebijakan, yaitu penentuan tujuan dan target. tradisional) harus menyertakan label yang minimal
Terkait konsumsi minuman beralkohol, tujuan berisi kandungan alkohol dan peringatan bahayanya
yang akan dicapai adalah perlindungan generasi bagi kesehatan. Selain itu, perlu diberlakukan juga
muda dari dampak negatif minuman beralkohol. pajak produksinya.
Sedangkan targetnya adalah pengaturan minuman Terkait dengan maraknya peredaran minuman
beralkohol mulai dari produksi sampai dikonsumsi beralkohol oplosan, aturan yang tegas perlu dibuat
(dari hilir ke hulu). sehingga dapat dijadikan sebagai payung hukum
Selain itu, sebagaimana pendapat Suharto bagi aparat penegak hukum dalam mengambil
(2012) yang menyatakan bahwa dengan melakukan tindakan tegas di masyarakat.
evaluasi formal (evaluasi terhadap pengaturan yang
Peredaran dan Konsumsi
sudah ada sebelumnya), maka pengaturan terkait
Sebagian besar penduduk Indonesia menganut
konsumsi minuman beralkohol ke depan hendaknya
agama Islam yang mengharamkan konsumsi
berupa pengaturan khusus yang spesifik dan
minuman beralkohol walau sedikitpun. Terkait
komprehensif, memuat ketentuan-ketentuan yang
dengan kondisi tersebut, Pemerintah harus bersikap
berkaitan dengan keberadaan minuman beralkohol
tegas membuat sebuah kebijakan yang di dalamnya
di masyarakat, mulai dari produksi sampai minuman
mengatur bahwa konsumsi minuman beralkohol
beralkohol tersebut dikonsumsi.
tidak diperuntukkan bagi masyarakat muslim.
Mengingat pentingnya perlindungan terhadap
Dengan demikian secara hukum (berdasarkan
masyarakat dari efek negatif dari konsumsi
identitas di KTP), semua masyarakat muslim
minuman beralkohol, maka menciptakan
dilarang mengonsumsi minuman beralkohol.
lingkungan hidup yang baik dan sehat sangatlah
Setiap masyarakat muslim dilarang menjual dan
penting. Untuk itu, selain pengaturan khusus yang
mengonsumsi minuman beralkohol, serta dilarang
tegas, spesifik, dan komprehensif terkait konsumsi
menyuruh orang lain untuk membeli minuman
minuman beralkohol, perlu ada juga kerja sama
beralkohol. Setiap orang (termasuk nonmuslim) juga
yang harmonis lintas sektor dan masyarakat baik di
dilarang menjual minuman beralkohol untuk/kepada
tingkat daerah maupun tingkat pusat.
masyarakat muslim (Simon, 2012). Kebijakan
Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa
larangan mengonsumsi minuman beralkohol bagi
faktor yang perlu diperhatikan, antara lain produk,
masyarakat muslim ini bukanlah hal baru. Larangan
peredaran dan konsumsi, rehabilitasi, peran serta
ini sudah diterapkan di beberapa negara dengan
masyarakat, serta komitmen dari pemerintah.
mayoritas berpenduduk muslim seperti Emirat Arab,
Produk Maroko, Malaysia dan Iran. Bahkan Iran secara
Pengaturan terhadap produk minuman tegas mengatur bahwa minuman beralkohol hanya
beralkohol dalam hal ini meliputi pengaturan diperbolehkan untuk kaum minoritas Kristen saja.
Tri Rini Puji Lestari, Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia | 139
beralkohol. Prevalensi terbanyak menurut Riskesdas Pengaturan terkait konsumsi minuman
2007, di Provinsi Nusa Tenggara Timur (17,7%). beralkohol yang sudah ada sangat memerlukan
Pemuda usia produktif di pedesaan dengan tingkat kepastian payung hukum agar dapat lebih terarah
pendidikan SMA merupakan kelompok terbanyak dan jelas arah kebijakan yang akan diterapkan.
yang mengonsumsi minuman beralkohol. Bahkan Untuk itu, hendaknya DPR bersama Pemerintah
menurut data dari GeNAM, pada tahun 2014 jumlah segera membuat pengaturan terkait konsumsi
kelompok remaja yang mempunyai kebiasaan minuman beralkohol yang pro rakyat dengan
mengonsumsi minuman beralkohol tersebut memerhatikan berbagai faktor mulai dari produksi
meningkat 23% dari total jumlah remaja Indonesia (63 hingga konsumsi serta penanganan dari efek negatif
juta jiwa). Kondisi ini dikarenakan faktor lingkungan konsumsi minuman beralkoholnya.
pergaulan dan kondisi lingkungan keluarga yang
tidak mendukung kesehatan mentalnya. Akibat dari
mengonsumsi minuman beralkohol adalah gangguan
kesehatan fisik, mental, psikososial bahkan telah DAFTAR PUSTAKA
menelan korban jiwa (khususnya oplosan) sehingga
meresahkan masyarakat.
Pengaturan yang spesifik dan komprehensif
terkait konsumsi minuman beralkohol hingga Buku
saat ini belum ada. Pengaturan yang ada saat ini, Ayuningtyas, Dumilah. 2014. Kebijakan Kesehatan,
masih tersebar di beberapa tingkat peraturan Prinsip dan Praktik. Jakarta: Rajawali Pers.
perundang-undangan dan muatan pengaturannya Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan
juga masih sektoral di antaranya terkait dengan Publik, Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada
investasi industri, izin usaha, minuman beralkohol, University Press.
pengenaan cukai, tindak kriminal sebagai efek dari Djajoesman, Noegroho. 1999. Mari Bersatu
mengonsumsi minuman beralkohol. Di sisi lain, Memberantas Bahaya Penyalahgunaan Narkoba.
karena belum adanya payung hukum pasti terkait Jakarta: Kepolisian Negara Republik Iindonesia.
konsumsi minuman beralkohol, maka Perda yang
ada pengaturannya sangat bervariasi tiap daerah Dolbeare, Kenneth, M. (ed). 1975. Public Policy
Evaluation, Sage Yearbooks on Public Policy;Vol.
tergantung situasi dan karakteristik masyarakat di
II. Germany: SAGE Publication Ltd.
wilayahnya masing-masing. Ada Perda yang secara
tegas mengatur pelarangan minuman beralkohol Hari, Sasangka. 2003. Narkotika dan Psikotropika
dan ada juga Perda yang sifatnya mengendalikan Dalam Hukum Pidana. Bandung: Mandar Maju.
minuman beralkohol. Irianto, Koes. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Pengaturan ke depan harus lebih di fokuskan Bandung: Penerbit Alfabeta.
pada upaya perlindungan masyarakat dari efek Islamy, M. Irfan. 2009. Prinsip-prinsip Perumusan
negatif konsumsi minuman beralkohol. Untuk Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
itu, pengaturannya perlu dilakukan secara tegas,
spesifik, dan komprehensif dengan memerhatikan Manoukia, Simon. 2012. UAE Alcoholic Beverages
Report. Dubai: USDA Foreign Agricultural service.
beberapa faktor di antaranya mencakup: produk,
peredaran dan konsumsi, rehabilitasi, peran serta McKenzie, James, Robert R Pinger, dan Jerome E Koteksi.
masyarakat, serta komitmen dari pemerintah. 2007. Kesehatan Masyarakat Suatu Pengentar
Selain itu, perlu juga ada kerja sama yang harmonis Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
lintas sektor dan masyarakat baik di tingkat daerah Mustafa. 1983. Alkohol Dalam Penerapan Islam dan
maupun tingkat pusat. Dunia Kesehatan. Bandung: Alma’Ruf.
Saran Mustopadidjaja. AR. 2003.Manajemen Proses Kebijakan
Meskipun secara kuantitatif, jumlah masyarakat Publik; Formuasi, Implementasi dan Evaluasi
yang mengonsumsi minuman beralkohol di Kinerja. Jakarta: LAN-RI dan Duta Foundation.
Indonesia tidak banyak, namun mengingat usia Mutrofin. 2005. Pengantar Metode Riset Evaluasi (Kebijaan,
produktif yang banyak terkena dampak negatif Program dan Proyek). Yogyakarta: Laksbang Pressindo.
dari mengonsumsi minuman beralkohol, maka
Nugroho, Riant. 2009. Public Policy. Yogyakarta: UGM
pengaturan khusus yang spesifik dan komprehensif Press.
perlu ada. Untuk itu, hendaknya perlu ada
keseriusan dan komitmen serta ketegasan dari para Nurwijaya, Hartati. 2009. Bahaya Alkohol dan Cara
penyelenggara negara. Mencegah Kecanduannya. Jakarta: PT. Elex Media
Kompitindo.
Tri Rini Puji Lestari, Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia | 141