You are on page 1of 6

SISTEM ZONASI DAN PENGATURAN POLA ARUS LALU LINTAS

DI PELABUHAN PENYEBERANGAN GORONTALO PROVINSI


GORONTALO
(Survey Fasilitas Darat di Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo Tahun 2020)

ZONING SYSTEM AND TRAFFIC FLOW PATTERN AT PORT OF FERRY


GORONTALO
GORONTALO PROVINCE
(Survey of Land Facilities at Port of Ferry Gorontalo 2020)

ANDREAS GULO, S.ST (TD)


BPTD Wilayah XXI Provinsi Gorontalo
@gmail.com

ABSTRACT

The Individual Work Paper aims to provide input and advice on the application of the zoning
system and regulation of traffic flow pattern at the Port of Ferry Gorontalo to the Port Manager and
as a prerequisite for completing the Training Force Measurement Ship SDP Batch I 2020.

Application of Zoning System according to Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 29 Tahun


2016 about Sterilisasi Pelabuhan Penyeberangan hasn’t been omplemented properly because
there are still many officers and sercive users who do not understand the boundaries of the area at
the port which causes it can not operate optimally and the application of passenger and vehicle flow
patterns is not yet according to Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor:
SK.242/HK.104/DRJD/2010 about Pedoman Teknis Manajemen Lalu Lintas Penyeberangan due
to incompatibility the procedure for transportating the vehicle that will board to the ship because
doesn’t pass the weighing-bridge, vehicle inspection based only on vehicle class and the type of
payload.

If this condition continues at the port in line with the number of passengers and vehicles that
continues to increase, so this making operational activities at the port not optimal and obstructed.

The method used in this paper is to observe directly the conditions in the port regarding the
existing and traffic flow pattern at the Port of Ferry Gorontalo.

To support operational activities in the Port area, so this is important to set the zoning system
in the Port of Ferry Gorontalo so the activities would be safe and comportable.

Keywords : Zoning System, Traffic Flow Pattern at Port


ABSTRAK

Kertas Kerja Perorangan bertujuan untuk memberi masukan dan saran terhadap penerapan
sistem zonasi dan pengaturan pola arus lalu lintas di Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo kepada
Pengelola Pelabuhan dan sebagai prasyarat untuk menyelesaikan Diklat Pengukuran Kapal SDP
Angkatan I Tahun 2020.

Penerapan sistem zonasi yang sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2016 Tentang Sterilisasi Pelabuhan Penyeberangan belum
dilaksanakan dengan baik dikarenakan masih banyak petugas dan pengguna jasa yang belum
memahami batasan-batasan wilayah yang ada di pelabuhan tersebut sehingga menyebabkan
Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo belum bisa beroperasi secara optimal serta penerapan pola
arus penumpang dan kendaraan yang belum sesuai menurut Surat Keputusan Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat Nomor: SK.242/HK.104/DRJD/2010 Tentang Pedoman Teknis Manajemen
Lalu Lintas Penyeberangan dikarenakan yang menyebabkan pola arus yang ada di Pelabuhan
Penyeberangan Gorontalo masih terlihat berantakan dikarenakan oleh tidak sesuainya prosedur
pengangkutan kendaraan yang akan naik ke kapal karena tidak melewati jembatan timbang,
pemeriksaan kendaraan yang hanya berdasarkan golongan kendaraan dan jenis muatannya yang
dapat mengakibatkan kapal menjadi overload. Jika kondisi seperti ini terus terjadi di pelabuhan
dengan seiring jumlah penumpang dan kendaraan yang terus bertambah maka akan
mengakibatkan kegiatan operasional pada pelabuhan menjadi tidak optimal dan terhambat.

Adapun metode yang dipakai dalam makalah ini yakni dengan mengamati secara langsung
kondisi di lapangan mengenai pola arus lalu lintas serta eksisting di Pelabuhan Penyeberangan
Gorontalo.

Untuk menunjang kegiatan operasional di area pelabuhan, maka diperlukannya pengaturan


sistem zonasi sehingga kegiatan dan pola arus lalu lintas di pelabuhan menjadi aman, nyaman,
tetrib, teratur, dan lancar.

Kata kunci : Sistem Zonasi, Pola Arus Lalu Lintas di Pelabuhan


Gorontalo berdasarkan Peraturan Menteri
1. PENDAHULUAN
Perhubungan Republik Indonesia Nomor
Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo PM 29 Tahun 2016 Tentang Sterilisasi
merupakan pelabuhan perintis yang Pelabuhan Penyeberangan dan pola arus
dikelola oleh Balai Pengelola Transportasi lalu lintas kendaraan di Pelabuhan
Darat Wilayah XXI – Proinsi Gorontalo Penyeberangan Gorontalo yang belum
yang dibawahi oleh Direktorat Jenderal diterapkan menurut Surat Keputusan
Perhubungan Darat. Pelabuhan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Penyeberangan Gorontalo dibangun pada Nomor: SK.242/HK.104/DRJD/2010
Tahun 1992 s/d Tahun 1997 dan Tentang Pedoman Teknis Manajemen Lalu
diresmikan pada tanggal 17 September Lintas Penyeberangan yang menyebabkan
1997. Pelabuhan Penyeberangan masih banyak ditemukan pengguna jasa dan
Gorontalo terletak di kota Gorontalo petugas-petugas yang belum mengetahui
dimana batas - batas administratif Provinsi batasan-batasan wilayah yang ada di
Gorontalo meliputi Sebelah Utara (Laut Pelabuhan sehingga pola arus menjadi
Sulawesi), Sebelah Timur (Provinsi berantakan.
Sulawesi Utara), Sebelah Selatan (Teluk
Tomini), Sebelah Barat (Provinsi Sulawesi
Tengah).
Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo
melayani 2 (dua) lintasan yaitu lintasan
perintis dan lintasan komersil dan dilayani
oleh 2 (dua) armada kapal Penyeberangan
yaitu KMP. Moinit (untuk lintasan Komersil Penumpang dan kendaraan pada saat
kegiatan bongkar muat melewati jalur
Gorontalo – Pagimana) serta KMP. Tuna
yang sama yaitu pintu rampa
Tomini (untuk lintasan Perintis Gorontalo –
Wakai – Ampana). Sebagai daerah yang
unggul dalam sektor pertanian dan
perikanan, maka kebutuhan akan angkutan
penyeberangan sangat penting sebagai alat
transportasi penunjang ekonomi dan
aktivitas masyarakat dalam melakukan
perpindahan.
Pada kondisi saat ini, Pelabuhan Pintu rampa yang belum terbuka sepenuhnya
yang dapat membahayakan keselamatan orang
Penyeberangan Gorontalo belum bisa
berfungsi secara optimal. Hal ini disebabkan
karena belum diterapkannya sistem zona
untuk menentukan batas-batas zona wilayah
yang diperlukan untuk penumpang dan
kendaraan di Pelabuhan Penyeberangan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah mempelajari dan mengkaji data-
data serta mengadakan pengamatan
langsung di lokasi atau obyek penelitian
penulis mencoba untuk menganalisa dan
memberikan gambaran keadaan dan

Orang luar yang bebas Area vital yang tidak kondisi eksisting yang berkaitan dengan
masuk ke dalam steril sistem pembagian zona dan pola arus lalu
dermaga
lintas di Pelabuhan Penyeberangan
Gorontalo, yakni sebagai berikut :
a. Melihat dari data dan kondisi yang ada di
lapangan, sangatlah perlu ditetapkan
pembagian batas-batas wilayah sesui
dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Sterilisasi
Pelabuhan Penyeberangan, yaitu

Antrian loket yang bercampur sehingga antrian sebagai berikut:


jadi menumpuk

Kendaraan dengan muatan berlebih karena


tidak tersedianya jembatan timbang Layout Sterilisasi Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo

1. Zonasi A untuk Orang, meliputi:


2. METODE PENELITIAN
a. Zona A1 untuk penempatan
Metode yang digunakan dalam penelitian loket dan parkir kendaraan
ini adalah metode observasi dimana dan hanya di peruntukan bagi
surveyor meninjau, memantau, dan pengantar atau penjemput
mengamati secara langsung kondisi objek penumpang (dari pintu
yang sebenarnya di lapangan yaitu dengan gerbang pelabuhan sampai
mengamati dan melakukan pengambilan loket).
dokumentasi secara langsung mengenai b. Zona A2 untuk ruang tunggu
pola arus lalu lintas serta kondisi eksisting di dan hanya di peruntukan bagi
Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo. calon penumpang.
c. Zona A3 untuk pemeriksaan
tiket penumpang dan hanya di Pola Arus Lalu Lintas
Kendaraan dan Penumpang
peruntukan bagi orang yang Naik ke Atas Kapal
akan menyeberang.
2. Zonasi B untuk Kendaraan,
meliputi:
a. Zona B1 merupakan area
pelabuhan untuk penempatan
jembatan timbang dan tollgate
bagi kendaraan.
b. Zona B2 merupakan area
pelabuhan untuk antrian
kendaraan yang akan
Pola Arus Lalu Lintas
Kendaraan dan Penumpang
menyeberang (sudah memiliki Turun Kapal
tiket).
c. Zona B3 merupakan area
muat kendaraan siap masuk
kapal.
3. Zonasi C untuk Fasilitas Vital, meliputi
area Pelabuhan untuk keamanan dan
keselamatan fasilitas penting, dilarang
dimasuki orang kecuali petugas, antara
lain:
a. Bunker c. Pengadaan Jembatan timbang dan portal
b. Rumah Movable Bridge dan untuk mengukur beban kendaraan
Gangway sehingga dapat diketahuinya berat
c. Hidran air muatan kendaraan serta pemeriksaan
d. Gardu listrik atau genset kendaraan yang tidak hanya berdasarkan
e. Tempat bolder golongan kendaraan dan jenis
muatannya yang dapat mengakibatkan

b. Kondisi pola arus lalu lintas penumpang kapal menjadi overload.

dan kendaraan di Pelabuhan d. Pengadaan rambu, portal, personil

Penyeberangan Gorontalo pada saat ini petugas yang dibutuhkan dalam

masih belum teratur dengan baik mendukung keamanan di Pelabuhan

sehingga sangatlah perlu diadakan Penyeberangan Gorontalo.

evaluasi terhadap pola arus lalu lintas


kendaraan yang sesuai dengan
SK.242/HK.104/DRDJ/2010 Tentang
Pedoman Teknis Manajemen Lalu Lintas
Penyeberangan, yaitu sebagai berikut:
4. KESIMPULAN 5. DAFTAR PUSTAKA
Pengelola Pelabuhan Penyeberangan
Undang – Undang Republik Indonesia
Gorontalo dalam hal ini Balai Pengelola
Transportasi Darat Wilayah XXI Provinsi Nomor : 17 Tahun 2008 tentang
Gorontalo harus segera menyiapkan Pelayaran;
pengadaan jembatan timbang di Pelabuhan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM
serta melakukan pengawasan terkait sistem
zonasi agar dapat diketahuinya batasan- 154 Tahun 2016 Tentang Organisasi

batasan di area Pelabuhan sehingga dan Tata Kerja Balai Pengelola


kegiatan operasional dan pola arus
Transportasi Darat;
kendaraan dan penumpang di Pelabuhan
dapat berjalan dengan tertib dan teratur. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM

29 Tahun 2016 Tentang Sterilisasi

Pelabuhan;

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM

154 Tahun 2016 Tentang Organisasi

dan Tata Kerja Balai Pengelola

Transportasi Darat;

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM

103 Tahun 2017 Tentang Pengaturan

dan Pengendalian Kendaraan yang

Menggunakan Angkutan

Penyeberangan;

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor PM

52 Tahun 2004 Tentang

Penyelenggaraan Pelabuhan

Penyeberangan;

Surat Keputusan Direktur Jenderal

Perhubungan Darat Nomor

SK.242/HK.104/DRJD/2010 Tentang

Pedoman Teknis Manajemen Lalu

Lintas Penyeberangan;

You might also like