You are on page 1of 18

MATA KULIAH AUDITING II

Dosen : Syafdinal.,S.E.,M.M. Ak
Kelas :
____________________________________________________________________
Pertemuan ke 11:

Audit of Cash Balances

Capaian Pembelajaran:

Setelah menempuh mata kuliah ini mahasiswa semester 6 (enam) akan mampu memahami
dengan baik:

1. Show the relationship of cashin the bank to the varioustransaction cycles


2. Identify the major types of cashaccounts maintained bybusiness entitiesPengertian biaya
3. Design and perform audit testsof the general cash account
4. Recognize when to extend audittests of the general cash accountto test further for material fraud
5. Design and perform audit tests of the imprest payroll bank account
6. Design and perform audit testsof imprest petty cash

Kemampuan Akhir:

Setelah menyelesaikan bahan kajian ini mahasiswa diharapkan mampu:

Mengaudit atas kas, membedakan antara verifikasi rekonsiliasi saldo laporan bank oleh klien
dengan saldo buku besar, dan verifikasi bahwa pencatatan kas dalam buku besar merefleksikan
dengan benar seluruh transaksi kas yang terjadi sepanjang tahun. Verifikasi rekonsiliasi klien ke 
akun saldo bank dan buku besar lebih mudah.

Relationships of Cash in the Bank and Transaction Cycles

Semua siklus bisnis (Siklus Penjualan dan Penagihan, Siklus Pengadaan dan Pembayaran,
Siklus Penggajian dan Personalia, Siklus Persediaan dan Pergudangan, Siklus Modal dan
Pembayaran Kembali), kecuali Siklus Persediaan dan Gudang, diawali dan diakhiri dengan
akun kas dan bank.
Seluruh arus transaksi dalam kempat siklus tersebut bermuara pada akun kas dan bank.
Relationships of Cash in the
Bank and Transaction Cycles
Capital Acquisition and Repayment Cycle:

Capital Stock – Common Dividends Payable


Redemption Issue of Payment of
of stock stock dividends

Paid-in Capital in Excess


of Par – Common Cash in Bank
Redemption Issue of
of stock stock

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 23 - 3

Relationships of Cash in the


Bank and Transaction Cycles
Acquisition and Payment Cycle:

Accounts Payable
Payment

Cash in Bank

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 23 - 4


Relationships of Cash in the
Bank and Transaction Cycles
Sales and Collection Cycle:

Accounts Receivable Cash Discounts Taken


Cash
receipts

Gross Sales Cash in Bank


Cash
sales

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 23 - 5


Relationships of Cash in the
Bank and Transaction Cycles
Payroll and Personnel Cycle:
Accrued Wages, Salaries, Accrued Payroll
Bonuses, and Commissions Tax Expense
Payment Payment

Withheld Income Taxes


and Other Deductions Cash in Bank
Payment

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 23 - 6

Cash in the Bank and Transaction Cycles

 Duplicate payment of a vendor’s invoice


 Improper payments of officers’ personalexpenditures
 Payment for raw materials that were notreceived
 Payment to an employee for more hoursworked
 Payment of interest to a related party foran amount in excess of the going rate

Kas dan bank mudah sekali menjadi sasaran penjarahan. Oleh karena itu, manajemen wajib
membangun sistem pengendalian internal yang kuat atas kas dan bank.
Dua musuh atau ancaman terhadap sistem pengendalian internal yang bagaimanapun
baiknya.
Pertama, persekongkolan antara pejabat atau petugas yang fungsi dan kewenangannya
dipisahkan oleh system. Pemisahan tugas dalam sistem tersebut dihancurkan oleh
persekongkolan.
Kedua, manajemen menggunakan atau menyalahgunakan wewenangnya untuk
“mematikan” (overvide) penangkal-penangkal risiko. Memanfaatkan wewenang selaku
pimpinan untuk membuat sistem pengendalian tidak berfungsi, adalah management
overvide yang harus menjadi perhatian auditor, baik eksternal maupun internal.
1. Kas di bank dan siklus transaksi

Dalam audit atas kas, auditor harus membedakan antara verifikasi rekonsiliasi saldo laporan
bank oleh klien dengan saldo buku besar, dan verifikasi bahwa pencatatan kas dalam buku
besar merefleksikan dengan benar seluruh transaksi kas yang terjadi sepanjang tahun.
Verifikasi rekonsiliasi klien ke  akun saldo bank dan buku besar lebih mudah, tetapi bagian
terpenting dalam total audit dalam perusahaan adalah adanya verifikasi bahwa pencatatan 
transaksi kas dilakukan dengan benar. Misalnya, setiap salah saji berikut ini menghasilkan
kesalahan dalam pembayaran atau menyebabkan kesalahan dalam penerimaan kas, tetapi tak
satupun dapat ditemukan dalam audit atas rekonsiliasi bank :

1) Kesalahan dalam menagih konsumen


2) Pencurian kas dengan menghambat pembayaran kas dari konsumen sebelumnya dicatat,
dengan akun dianggap sebagai piutang tak tertagih
3) Duplikasi pembayaran faktur vendor
4) Pembayaran tidak benar atas biaya pribadi pejabat perusahaan
5) Pembayaran atas bahan baku yang tidak pernah diterima
6) Pembayaran atas karyawan  lebih besar daripada jam kerja aktualnya
7) Pembayaran atas bunga pada pihak luar jumlahnya lebih besar dibandingkan tingkat
bunga sebenarnya

Seluruh jenis salah saji biasanya ditemukan sebagai bagian dari pengujian atas rekonsiliasi bank.
Hal ini meliputi :

1) Kesalahan dalam memasukkan cek yang tidak dicairkan didalam daftar cek beredar,
meskipun telah dicatat dalam jurnal pengeluaran kas
2) Kas yang diterima dari klien masih dalam perjalanan pada tanggal neraca, tetapi sudah
dicatat dalam penerimaan kas pada tahun berjalan
3) Setoran dicatat sebagai penerimaan kas mendekati akhir tahun, disetorkan pada bank
dibulan yang sama, dan dimasukan dalam rekonsiliasi bank sebagai setoran dalam
perjalanan
4) Pembayaran atas weswl bayar didebet langsung dari saldo bank oleh bank, tetapi tidak
dimasukkan dalam catatan klien.

2. Jenis-jenis akun kas umum

Akun Kas Umum

Akun kas umum adalah titik fokus bagi banyak perusahaan karena semestinya seluruh
penerimaan kas dan pengeluaran kas mengalir melalui akun ini. Misalnya, pengeluaran dalam
siklus akusisi dan pembayaran biasanya dibayar melalui akun kas umum, dan penerimaan kas
dalam siklus penjualan dan penagihan juga disetorkan ke dalam akun tersebut.

Akun Impres

Pada umumnya banyak perusahaan yang mengunakan akun impres. Misalnya, membuat akun
penggajian impres terpisah untuk meningkatkan pengendalian internal pembayaran gaji. Saldo
tetap, misalkan Rp. 5.000.000,- dibuat dalam akun bank penggajian. Segera sebelum setiap
periode pembayaran, suatu cek atas transfer elektronik ditarik pada akun kas umum untuk
menyetorkan total jumlah penggajian bersih ke akun penggajian. Setelah cek untuk gaji
dilakukan pada akun penggajian impres, akun bank seharusnya memiliki saldo Rp.
5.000.000,-. Satu-satunya setoran ke dalam akun adalah untuk penggajian mingguan dan semi
bulanan dan satu-satunya pengeluaran adalah pembayaran cek kepada karyawan.

Terdapat jenis akun impres lain yang terdiri atas satu akun bank untuk penerimaan dan
pengeluaran. Perusahaan bisa saja memilikin akun ini untuk setiap divisi berbeda. Seluruh
penerimaan disetorkan ke dalam akun impres dan totalnya dipindahkan ke akun umum secara
periodik. Akun pengeluaran dibentuk berbasis impres, tetapi dengan cara yang berbeda
dengan akun pengajian impres.

Akun Bank Cabang

Akun bank cabang berguna untuk membangun relasi dengan bank dalam komunitas lokal dan
memungkinkan sentralisasi operasional pada tingkat cabang. Dalam beberapa perusahaan,
penyetoran dan pengeluaran untuk setiap cabang dibuat dalam akun yang berbeda, dan
kelebihan kas secara periodik dikirimkan ke akun bank umum pada kantor pusat. Akun
cabang dalam ini seperti akun umum, tetapi pada tingkat cabang.

Dana Kas Kecil Impres

Dana kas kecil impres bukan merupakan akun bank, tetapi hampir sama dengan kas pada
bank. Kun kas kecil biasanya merupakan akun kas yang simpel untuk keperluan biaya yang
mendadak. Akun ini digunakan untuk pengeluaran kas berjumlah kecil yang lebih mudah
dibayarkan jika menggunakan uang tunai dibandingkan dengan cek atau untuk memudahkan
karyawan dalam mencairkan cek gaji atau pribadi.

Setara Kas

Perusahaan ini biasanya menginvestasikan kelebihan akumulasi kas dalam bagian tertentu
dalam suatu siklus, dimana kas tersebut akan diperlukan dalam waktu dekat dan bisa disebut
setara kas yang sangat likuid. Setara kas meliputi deposito berjangka, sertifikat deposito, dan
dana pasar uang. Setara kas bisa sangat material dan dimasukan dalam laporan keuangan
sebagai keuangan dari akun kas jika merupakan investasi jangka pendek yang siap
dikonversikan menjadi kas dalam jumlah yang pasti, dan tidak dapat dirisiko signifikan atas
perubahan nilai dari perubahan tingkat bunga. Sekuritas yang dapat diperdagangkan dan
investasi berbunga dengan jangka waktu yang lebih panjang bukan merupakan setara kas.

3. Audit atas kas umum

Pada pengujian saldo akhir tahun dalam akun kas umum, auditor harus mengakumulasikan
bukti yang cukup memadai untuk mengevaluasi apakah kas, sebagaimana dinyatakan dalam
neraca, dinyatakan dan diungkapkan dengan wajar sesuai lima dari keenam tujuan audit-
terkait saldo untuk seluruh pengujian perincian saldo (keberadaan, kelengkapan, akurasi ,
pisah batas, dan kecocokan perincian). Hak atas kas umum, klasifikasinya dalam neraca, dan
nilai realisasi kas tidak dapat diaplikasikan. Metodologi untuk kas pada akhir tahun sama
dengan saldo akun neraca lainya.

Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Yang mempengaruhi Kas (Tahap I)


Banyak perusahaan yang tidak memiliki risiko bisnis yang cukup signifikan dalam
memengaruhi saldo kas. Risiko bisnis klien dapat muncul dari kebijakan menajemen kas yang
tidak memadai atau penanganan dana yang dilakukan pihak luar.

Risiko bisnis klien lebih banyak muncul dari setara kas dan jenis investasi lainya. Beberapa
perusahaan yang menyediakan jasa keuangan mengalami kerugian besar akibat aktivitas
perdagangan oleh perorangan yang disembunyikan dengan salah menyajikan saldo investasi
dan kas. Auditor harus memahami risiko dari kebijakan dan strategi investasi klien, sama
halnya dengan pengendalian manajemen yang dapat memperburuk risiko tersebut.

Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Menilai Risiko Bawaan (Tahap I)

Saldo kas tidak material dalam kebanyakan audit, tetapi transaksi kas yang memengaruhi
saldo ini sifatnya hampir selalu sangat material. Oleh karena itu, sering muncul potensi salah
saji material dalam kas.

Oleh karena kas lebih mudah dicuri dibandingkan aset lainya, terdapat risiko bawaan cukup
tinggi untuk tujuan keberadaan, kelengkapan dan akurasi. Tujuan ini biasanya akan berfokus
pada audit saldo kas. Risiko bawaan relatif kecil untuk tujuan lainya.

Menilai Risiko Pengendalian (Tahap I)

Pengendalian internal atas saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu:

1. Pengendalian atau siklus transaksi yang memengaruhi pencatatan penerimaan kas dan
pengeluaran kas.
2. Rekonsiliasi bank independen

Pengendalian yang memengaruhi pencatatan transaksi kas, Misalnya dalam siklus akuisisi,
pengendalian utama meliputi pengendalian pembagian tugas yang memadai antara
penandatangan cek dan fungsi utang dagang,penandatanganan cek hanya dilakukan oleh personel
yang berwenang, menggunakan cek yang bernomor urut yang dicetak pada kertas khusus, adanya
telaah yang saksama atas dokumen pendukung sebelum cek ditandatangani oleh personel yang
berwenang, dan verifikasi internal yang memadai. Jika penegendalian yang memengaruhi kas
terkait transaksi beroperasi efektif, maka risiko pengendalian berkurang sebagaimana pengujian
audit untuk rekonsiliasi bank akhir tahun.

Pengendalian yang penting atas saldo akhir kas adalah rekonsiliasi bank secara bulanan dari
akun bank umum berbasis waktu oleh personel yang independen dari pihak yang menangani atau
mencatat transaksi kas. Jika suatu perusahaan melakukan rekonsiliasi bank dengan memakan
waktu lama, maka nilai pengendalian akan turun dan memengaruhi penilaian auditor atau risiko
pengendalian kas. Rekonsiliasi membantu mencatat akuntansi agar mencerminkan saldo kas
yang lama antar saldo kas aktual di bank setelah mempertimbangkan transaksi-transaksi yang
memerlukan rekonsiliasi. Lebih penting lagi, verifikasi atas transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas dapat dilakukan dalam rekonsiliasi yang independen. Jika laporan bank diterima
dalam keadaan tertutup oleh pihak yang merekonsiliasi dan pengendalian fisik dilakukan atas
laporan bank tersebut sampai rekonsiliasi diselesaikan, maka cek dibatalkan, duplikat slip
setoran, dokumen lain yang termasuk dalam laporan bank dapat diperiksa tanpa perlu khawatir
akan diganti, dihapus atau ditambahkan. Rekonsiliasi bank dilakukan dengan hati-hati oleh pihak
klien dengan melakukan tindakan berikut ini:

1) Membandingkan cek yang dibatalkan dengan catatan pengeluaran kas atas


tanggal, dibayarkan kepada siapa, dan berapa jumlahnya.
2) Memeriksa tanda tangan, personel otorisasi, dan pembatalan atas cek dibatalkan.
3) Membandingkan setoran ke bank dengan tanggal, pembeli, dan jumlah pada
pencatatan setoran kas.
4) Memeriksa urutan nomer pada cek dan memeriksa jika ada yang hilang.
5) Merekonsiliasi seluruh bagian yang menyebabkan perbedaan antara saldo buku
dengan saldo bank dan memeriksa kewajaranya dalam bisnis klien.
6) Merekonsiliasi total debet pada laporan bank dengan total catatan pengeluaran
kas.
7) Merekonsiliasi total kredit pada laporan bank dengan total catatan penerimaan
kas.
8) Menindaklanjuti cek beredar dan peringatan penghentian pembayaran.

Banyak paket peranti lunak akuntansi yang menyediakan rekonsiliasi bank sebagai bagian dari
prosedur bulanan. Meskipun peranti lunak mengurangi tindakan klerikal dalam melakukan
rekonsiliasi bank, pihak yang menyiapkan harus tetap melakukan banyak prosedur pada daftar di
atas. Pengendalian atas rekonsiliasi bank dilakukan pada saat personel yang kompoten menelaah
rekonsiliasi bank sesegera mungkin setelah selesai.

Mendesain dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif Atas


Transaksi (Tahap II)

Oleh karena saldo kas dipengaruhi oleh seluruh siklus, kecuali persediaan dan pergudangan,
maka sejumlah besar transaksi akun memengaruhi kas. Dalam bab-bab sebelumnya, telah
membahas secara terperinci mengenai pengujian pengendalian dan pegujian substansif yang
memadai untuk audit setiap siklus. Misalnya, pengendalian atas penerimaan kas. Transaksi kas
diaudit melalui pengujian siklus transaksi tersebut.

Mendesain dan Melakukan Prosedur Analitis (Tahap III)

Dalam audit, rekonsiliasi bank pada akhir tahun di audit secara luas. Dengan menggunakan
prosedur analitis, pengujian atas kewajaran saldo kas tidak terlalu penting dibandingkan area
audit lainya.

Auditor biasanya membandingkan saldo akhir pada rekonsiliasi bank, setoran dalam perjalanan,
cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainya dengan rekonsiliasi yang dilakukan pada tahun-tahun
sebelumnya. Auditor juga membandingkan saldo akhir kas dengan saldo bulan-bulan
sebelumnya. Prosedur analtis ini dapat ditemukan salah saji pada kas.

Mendesaian Pengujian Perincian Saldo Kas (Tahap III)

Titik awal verifikasi saldo dalam akun bank umum adalah dengan mendapatkan rekonsiliasi bank
dari klien dengan memasukkan dokumentasi auditor. Untuk mengaudit kas dibank, auditor
melakukan verifikasi apakah rekonsiliasi bank yang diterima klien sudah benar. Tujuan audit-
terkait saldo dan pengujian perincian saldo dalam audit kas yang paling penting adalah
keberadaan, kelengkapan, dan akurasi, oleh karena itu harus diperhatikan. Auditor juga
melakukan pengujian yang berhubungan dengan keempat tujuan penyajian dan pengungkapan,
seperti menelaah hasil pertemuan dewan direksi dan penyajian utang untuk menentukan apakah
ada restriksi atas kas yang harus diugkapkan. Dalam area audit lainya, prosedur audit aktual
bergantung pada materialitas dan risiko dalam kas yang sudah diidentifikasi auditor pada audit di
bagian lainya.

Ketiga prosedur ini harus ditambahkan dalam pembahasan permintaan konfirmasi bank sangat
penting dan kompleks: laporan bank atas pisah batas dan pengujian rekonsiliasi bank.

Permintaan atas Konfirmasi Bank

Meskipun tidak disyaratkan oleh standar audit, auditor biasanya meminta konfirmasi dari setiap
bank atau institusi keuangan lainnya yang berbisnis dengan klien, kecuali jika terdapat sejumlah
besar akun yang tidak aktif. Jika bank tidak menjawab permintaan konfrimasi, maka auditor
perlu mengirimkan permintaan kedua atau meminta klien berkomunikasi dengan bank untuk
meminta mereka melengkapi dan mengembalikan konfirmasi kepada auditor, agar memudahkan
auditor maupun pihak bank yang diminta mengisi konfirmasi, di Amerika Serikat, AICPA
menyetujui penggunaan formulir bank standar.

Pentingnya konfirmasi bank dalam audit lebih dari sekedar verifikasi saldo kas aktual. Bank
mengonfirmasi informasi pinjaman dan saldo bank dalm formulir yang sama. Infromasi pada
wesel bayar pada bank, hipotek, dan utang lainnya biasanya memasukkan jumlah dan tanggal
pinjaman, tanggal jatuh tempo pinjaman, tingkat bunga, dan adanya jaminan.

Bank tidak bertanggung jawab untuk mencari pencatatan atas saldo bank atau pinjaman selain
yang dimasukkan dalam formulir dari klien KAP. Laporan di bagian bawah formulir meminta
bank menginformasikan kepada KAP semua pinjaman yang tidak dimasukkan dalam konfirmasi
dari bank yang memiliki informasi tersebut. Dampak dari tanggung jawab yang terbatas ini dalah
untuk mensyaratkan auditor agar memenuhi tujuan kelngkapan atas saldo dan utang bank yang
tidak tercatat dengan cara lain. Sama halnya, bank tidak perlu menginformasikan kepada auditor
mengenai persyaratan kredit, persyaratan saldo kompensasi, atau kewajiban kontinjen ketika
kewajiban dijaminkan. Jika auditor menginginkan konfirmasi tas jenis informasi ini, maka
mereka harus mendapatkan konfirmasi yang terpisah dari institusi keuangan yang dapat
menjawab pertanyaan tersebut.

Setelah auditor menerima konfirmasi bank secara lengkap, saldo dalam akun bank yang
dikonfirmasi oleh bank garus ditelusuri ke saldo yang disebutkan dalam konfirmasi bank. Sama
halnya dengan informasi lain, dalam konfirmasi, juga garus ditelusuri ke skedul audit lainnya.
Jika konfirmasi bank tidak sesuai dengan skedul audit, maka auditor harus memeriksa selisihnya.

Permintaan atas Laporan Bank Pisah Batas

Laporan bank atas pisah batas adalah laporan bank pada periode tertentu dan pembatalan cek
terkait, duplikan slip setoran, dan dokumen lain yang termasuk dalam laporan bank, dikirimkan
oleh bank ke kantor KAP. Tujuan dari laporan bank atas pisah batas adalah untuk memberikan
verifikasi bagian yang direkonsiliasi pada rekonsiliasi bank klien di akhir tahun dengan bukti
yang tidak dapat diakses ke klien. Untuk memenuhi tujuan ini, auditor meminta klien agar bank
mengirimkan laporan langsung kepada auditor dalam waktu 7 samoai 10 hari setelah tanggal
neraca.

Banyak auditor melakukan verifikasi periode laporan bank jika laporan pisah batas tidak diterima
langsung dari pihak bank. Tujuan adalah untuk menguji apakah karyawan klien tidak
memasukkan, menambahkan, atau menggantikan dokumen sesuai dengan laporan. Pengujian ini
jelas dilakukan untuk salah saji yang disengaja. Auditor melakukan verifikasi berikut ini dalam
bulan setelah tanggal neraca:

1) Memeriksa saldo seluruh cek yang dibatalkan, memo debet, setoran, dan memo kredit.
2) Melakukan verifikasi saldo laporan bank saat penjumlahan dilakukan.
3) Menelaah bagian dari penjumlahan untuk memastikan sudah dibatalkan oleh bank pada
periode yang tepat dan tidak ada penghapusan atau penggantian.

Pengujian Rekonsiliasi Bank

Rekonsiliasi bank yang dilakukan dengan benar oleh pihak independen merupakan pengendalian
internal penting atas kas. Auditor menguji rekonsiliasi bank untuk menentukan apakah pihak
klien sudah menyiapkan rekonsiliasi denga gati-hati dan melakukan verifikasi apakah saldo bank
yang dicatat klien sama jumlahnya dengan kas di bank, kecuali bila ada setoran dalam
perjalanan, cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainnya.

Dalam verifikasi rekonsiliasi, auditor menggunakan informasi dalam laporan bank atas pisah
batas untuk melakukan verifikasi kewajaran rekonsiliasi. Verifikasi auditor dalam rekonsiliasi
meliputi beberapa prosedur:

1) Melakukan verifikasi bahwa rekonsiliasi bank klien akurat secara matematis.


2) Menelusuri saldo konfirmasi bank dan atau saldo awal pada laporan pisah batas ke saldo per
bank pada rekonsiliasi bank utnuk memastikan jumlahnya sama.
3) Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukkan ke laporan
bank atas pisah batas ke daftar cek beredar pada rekonsiliasi bank dan juga jurnal
pengeluaran kas dalam periode neraca atau periode sebelumnya. Seluruh cek yang dikliring
bank setelah tanggal neraca dan dimasukkan dalam jurnal pengeluaran kas harus
dimasukkan dalam daftar cek beredar. Jika cek dimasukkan dalam jurnal pengeluaran kas,
maka seharusanya dianggap cek beredar karena tidak dikliring di bank sebelum tanggal
neraca, maka tidak boleh dimasukkan dalam rekonsiliasi bank.
4) Memeriksa seluruh cek yang jumlahnya besar dan termasuk dalam daftar cek beredar  yang
belum dikliring oleh bank pada laporan pisah batas. Langkah pertama dalam pemeriksaan
ini harus dilakukan dengan menelusuri jumlah yang belum dikliring dalam jurnal
pengeluaran kas. Alasan mengapa cek belum diuangkan, harus dibahas dengan klien, dan
jika auditor khawatir telah terjadi kecurangan, maka vendor yang termasuk dalam saldo
utang dagang harus dikonfirmasi untuk menentukan apakah vendor tersebut sudah mengakui
penerimaan kas dalam pecatatannya. Ditambah lagi, cek yang dibatalkan perlu diperiksa
sebelum tanggal terakhir audit jika memang ada.
5) Menerima kas yang tidak disetorkan ke bank di akhir tahun harus ditelusuri ke laporan pisah
batas untuk memastikan bahwa kas tersebut disetorkan segera di awal tahun berikutnya.
6) Memperhatikan jenis rekonsiliasi lain ke laporan bank dan rekonsiliasi bank. Hal ini
meliputi biaya jasa bank, kesalahan dan pembetulan bank, dan transaksi tak tercatat yang
didebet atau dikredit langsung ke akun bank oleh pihak bank. Jenis rekonsiliasi ini perlu di
investigasi untuk memastikan sudah diperlukan dengan benar oleh klien.
4. Prosedur berorientasi – kecurangan

Kecurangan atas saldo kas umum ini terjadi karena tidak memadainya pemisahan tugas antara
pemegang kas dan pencatatn transaksi kas dalam pencatatan akuntansi dan kurangnya
rekonsiliasi bank bulanan yang independen. Prosedur yang harus dilakukan auditor untuk
menemukan kecurangan atas penerimaan kas meliputi, mempertimbangkan sifat dari
kurangnya pengendalian internal, jenis kecurangan yang dapat terjadi dari kekurangan
tersebut, potensi materialitas kecurangan, konfirmasi piutang dagang, pengujian yang
dilakukan untuk menemukan pencurian uang, penelaahan aktivitas akun kas atas transaksi
yang tidak lazim, pemeriksaan persetujuan dan dokumen pendukung untuk piutang tidak
tertagih dan retur dan cadangan penjualan, serta prosedur audit yang palin efektif untuk
menemukan kecurangan. Prosedur untuk menemukan kecurangan berikut langsung terkait
dengan saldo kas akhir tahun;

Perluasan Pengujian atas Rekonsiliasi Bank

Jika rekonsiliasi bank dapat dengan sengaja salah saji, maka perlu dilakukan perluasan
pengujian atas rekonsiliasi bank akhir tahun.

Prosedur yang dilakukan auditor :

a. Memulai rekonsiliasi bank untuk bulan/tahun tertanggal, dan membandingkan seluruh


bagian rekonsiliasi dengan cek yang dibatalkan dan dokumen lainnya dalam laporan bank
tertanggal.
b. Membandingkan sisa cek yang dibatalkan dan slip setoran dalam laporan bank tertanggal
dengan jurnal pengeluaran dan penerimaan kas bulan/tahun tertanggal.
c. Menelusuri seluruh bagian yang tidak jelas dalam rekonsiliasi bank dan jurnal penerimaan
dan pengeluaran kas ke rekonsiliasi bank klien untuk memastikan semua sudah
dimasukkan.
d. Melakukan verifikasi seluruh bagian rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank dari jurnal untuk
rekonsiliasi bank tertanggal yang belum dikliring ke bank.

Pembuktian Kas
Auditor menggunakan pembuktian kas untuk menentkan apakah,

1) Seluruh penerimaan kas yang tercatat telah disetorkan.


2) Seluruh setoran ke bank dicatat dalam pencatatan akuntansi
3) Seluruh pengeluaran kas dibayarkan oleh bank
4) Seluruh jumlah yang dibayarkan oleh bank sudah dicatat.

Pembuktian kas meliputi empat rekonsiliasi berikut ini :

a. Rekonsiliasi saldo pada laporan bank dengan saldo buku besar pada awal periodepembuktian
kas.
b. Rekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan ke bank dengan penerimaan yang tercatat
dalam jurnal penerimaan kas pada periode tertentu.
c. Rekonsiliasi cek yang dibatalkan  di kliring bank dengan yang dicatatdalam jurnal
pengeluaran kas untuk periode tertentu.
d. Rekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar pada akhir periode pembuktian kas.

Saat melakukan pembuktian kas, auditor menggabungkanpengujian susbtantif atas transaksi dan
pengujian perincian saldo. Pembuktian kas merupakan metode yang sangat baik dalam
membandingkan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas dengan akun bank dan rekonsiliasi
bank.

Pengujian Transfer Antarbank

Ada beberapa hal yang perlu diaudit atas jadwal transfer antarbank, yaitu sebagai berikut :

1) Keakuratan informasi pada jadwal transfer antarbank harus diverifikasi. Auditor harus
mempertimbangkan informasi pengeluaran dan penerimaan pada skedul ke pencatatan
pengeluaran dan penerimaan kas untuk memastikan akurasinya.
2) Transfer antarbank harus dicatat, baik di bank penerima maupun bank pengirim.
Asumsikan terdapat Rp 10.000.000 dipindahkan dari bank A ke bank B, tetapi hanya
pengeluarannya yang dicatat, maka ini adalah bukti pencurian uang yang ditutupi.
3) Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan untuk setiap transfer harus dilakukan
di tahun fiskal yang sama. Jika penerimaan kas dicatat pada tahun fiskal berjalan dan
pengeluaran kas dicatat setelah tanggal neraca, maka hal tersebut bisa saja dilakukan untuk
menutupi berkurangnya kas.
4) Pengeluaran pada skedul transfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkandengan
benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai cek beredar. Dalam akun kas umum harus
dimasukkan sebagai cek beredar pada transfer rekonsiliasi bank. Kurang saji cek beredar
pada rekonsiliasi bank mengindikasikan adanya kemungkinan kiting.
5) Skedul tranfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkan dengan benar dari
rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai setoran dalam perjalanan. Untuk akun tabungan dan
penggajian harus mengindikasikan setoran dalam perjalanan untuk transfer rekonsiliasi
bank. Lebih saji atas setoran dalam perjalanan pada rekonsiliasi bank mengindikasikan
adanya kemungkinan kiting.

Meskipun pengujian audit atas transfer antarbank biasanya dimaksudkan untuk menemukan
kecurangan, tindakan ini juga bisa dilakukan banyak transfer antarbank tanpa memerhatikan
pengendalian internal. Bila ada kemungkinan kiting, maka dapat mengakibatkan salah
perhitungan antara kas dan utang dagang.

5. Audit atas akun bank penggajian impres

Pengujian atas rekonsiliasi bank untuk penggajian tidak akan memakan waktu jika terdapat
akun impres untuk penggajian dan rekonsiliasi independen atas akun bank, seperti yang
dijelaskan pada akun umum. Biasanya, bagian yang direkonsiliasi adalah cek beredar. Cek
beredar tersebut akan langsung jelas ketika cek diterbitkan. Dalam pengujian saldo akun bank
untuk penggajian, auditor harus mendapatkan rekonsiliasi bank, konfirmasi bank, dan laporan
bank atas pisah batas. Prosedur rekonsiliasi sama dengan kas umum, kecuali pengujian pada
cek beredar yang biasanya terbatas untuk pengujian kewajarannya. Biasanya, diperlukan
perluasan prosedur bila pengendalian tidak memadai atau jika akun bank tidak direkonsiliasi
dengan saldo kas impres pada buku besar.

6. Audit atas kas kecil impres


Kas kecil adalah akun yang unik. Meskipun jumlahnya tidak material, banyak auditor
melakukan verifikasi kas kecil karena terdapat potensi kecurangan dan klien mengharapkan
auditor memeriksa akun tersebut meski jumlahnya tidak material.

Pengendalian Internal atas Kas Kecil

Pengendalian internal yang paling penting dalam kas kecil adalah penggunaan dan impres
yang merupakan tanggung jawab perorangan. Dana untuk kas kecil tidak dapat digabungkan
dengan penerimaan lainnya, dan dana harus disimpan terpisah dari aktivitas lainnya.
Pembatasan juga harus dilakukan atas pengeluaran dari kas kecil, sama halnya dengan jumlah
total dana. Jenis pengeluaran yang dilakukan dari transaksi kas kecil harus jelas didefinisikan
sesuai kebijakan perusahaan.

Saat pengeluaran kas dilakukan dari kas kecil, pengendalian internal yang memadai
mensyaratkan adanya tanda tangan personel yang berwenang pada formulir kas kecil yang
bernomor urut. Total dari kas aktual dan cek dananya, ditambah total formulir kas kecil yang
disebut dalam buku besar. Perhitungan mendadak secara periodik dan rekonsiliasi dana kas
kecil harus dilakukan oleh auditor internal atau personel lain  yang berwenang.

Saat saldo kas kecil tinggal sedikit, cek dari akun kas umum harus dibuat untuk mengisi kas
kecil. Cek harus ditulis dengan jumlah yang sama dengan voucher bernomor urut yang
dijadikan bukti pengeluaran aktual sebelumnya. Voucher ini harus diverifikasi oleh petugas
utang dagang dan dibatalkan agar tidak digunakan kembali.

Pengujian Audit atas Kas Kecil

Penekanan dilakukan pada verifikasi kas kecil atas pengujian transaksi kas kecil dibandingkan
saldi akhir tahun. Bahkan jika dana kas kecil jumlahnya kecil, terdapat potensi kecurangan
transaksi jika dana sering dikeluarkan atau digunakan.

Dalam pengujian kas kecil, auditor pertama kali harus menentukan prosedur klien dalam
menangani dana. Hal ini dilakukan dengan mendiskusikan pengendalian internal bersama
pemegang kas kecil dan memeriksa dokumen atas beberapa transaksi. Saat hasil penilaian
risiko pengendalian adalah rendah dan hanya sedikit pengeluaran dilakukan selama tahun
berjalan, biasanya auditor tidak melakukan pengujian lebih lanjut karena tidak material.
Ketika auditor menguji kas kecil, dua prosedur utamanya adalah menghitung saldo kas kecil
dan melanjutkan dengan pengujian terperinci atas satu atau dua transaksi pengeluaran.
Prosedur utama harus meliputi:

1)  Menjumlahkan voucher pendukung kas kecil yang menunjukkan jumlah pengeluaran


2) Memperhatikan urutan voucher kas kecil
3) Memeriksa otorisasi dan pembatalan voucher kas kecil
4) Memeriksa kewajaran dokumen pendukung, biasanya terdiri atas gulungan register kas,
faktur, dan bukti penerimaan.

Pengujian kas kecil dapat dilakukan sewaktu-waktu selama tahun berjalan, tetapi agar
memudahkan, biasanya dilakukan pada tanggal interim. Jika saldo dana kas kecil diperkirakan
material, hal ini jarang terjadi, maka saldo tersebut harus diperhitungkan pada akhir tahun.
Pengeluaran yang belum diganti harus diperiksa sebagai bagian dari penentuan apakah biaya
yang belum tercatat jumlahnya material.

Buku Referensi

1. Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach; Alvin A. Arens, Randal J. Elder ,
Mark S. Beasley: Pearson Education International. Fourteenth Edition
2. Principle of Auditing An Introduction to International: Standards on Auditing, Second
Edition: Rick Hayes, Roger Dassen, arnold schilder, Philip Wallage

You might also like