You are on page 1of 28

TEKNIK INTERPRETASI DALAM TAFSIR AL QUR’AN DAN

POTENSI DEVIASI PENERAPANNYA MENURUT ILMU DAKHIL

Sihabuddin Afroni, Lc. MA.


(Dosen. MK. Agama Islam, Universitas Indobesia)
sihabafroni@gmail.com

ABSTRACT
This paper describes the classification of interpretation, especially in terms of methods
and techniques of interpretation. The methods and techniques that emerged in this study of
the science of interpretation is very diverse and starting point on the tendency and interest
of the scholar of the interpreter. Also presented are other factors of the emergence of
various methods and styles of interpretation known in the study of the science of Tafsir.
Variations and differences of interpretation is a necessity but it does not mean the Qur'an is
free of interpretation. A mufassir must be bound by the rules of interpretation proposed by
the 'ulama. But sometimes carelessness of the mufassir in accepting secondary texts or
other non-selective causes can potentially lead to irregularities and errors in interpretation.
Ijtihad they are influenced by the ability of capability, linguistic knowledge, interest in
study, text references, flow affiliation, customs, methods and techniques of different
interpretations make misinterpretation difficult to avoid. Erroneous interpretation is the
object of science research Dakhil. Globally the author introduces in this paper the Dakhil
science methodology. Writing this paper using a qualitative method approach that comes
from various books relating to the above problems. The author attempts to explain his
analysis exposively in order to explain or provide insight into the topics covered.

ABSTRAK
Makalah ini memaparkan klasifikasi tafsir terutama dari sisi metode dan teknik
interpretasi. Metode dan teknik yang muncul dalam penelitian ilmu tafsir ini sangat
beragam dan bertitik tolak pada kecenderungan dan minat keilmuan sang penafsir.
Dipaparkan pula faktor-faktor lain dari munculnya beragam metode dan corak tafsir yang
dikenal dalam penelitian ilmu Tafsir. Variasi dan perbedaan tafsir adalah suatu keniscayaan
namun bukan berarti Al-Qur‟an bebas tafsir. Seorang mufassir mesti terikat dengan kaidah-
kaidah penafsiran yang dikemukakan ulama. Namun terkadang kecerobohan mufassir
dalam menerima teks-teks sekunder atau sebab-sebab lain yang tidak selektif itulah yang
dapat berpotensi menimbulkan penyimpangan dan kekeliruan dalam penafsiran. Ijtihad
mereka dengan dipengaruhi oleh kemampuan daya tangkap, pengetahuan bahasa, minat
kajian, referensi teks, afiliasi aliran, adat istiadat, metode dan teknik inetrpretasi yang
berbeda menjadikan kekeliruan tafsir sulit untuk dihindari. Kekeliruan Tafsir inilah yang
menjadi objek penelitian ilmu Dakhil. Secara global penulis mengenalkan dalam makalah
ini metodologi ilmu Dakhil tersebut. Penulisan makalah ini menggunakan pendekatan
metode kualitatif yang bersumber dari berbagai buku yang berkaitan dengan permasalahan
di atas. Penulis berupaya menjelaskan analisisnya secara eksposisi dengan tujuan untuk
menjelaskan atau memberikan pengertian topik yang dibahas.

Keywords: Tafseer Classification, Interpretation Method, Interpretation Technique,


Technique, Linguistics, Systemic, Socio Historical, Science Dakhil.

Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an …. 69


A. Pendahuluan lahirlah berbagai ilmu keislaman,
karena memang Al-Qur‟an sendiri
Al-Qur‟an terjaga dari campur
mendorong untuk melakukan
tangan dan unsur asing yang dibuat
pengamatan dan penelitian.2 Namun
manusia. Keaslian Al Qur‟an ini
variasi tafsir tidak lantas menjadikan
dijamin sendiri oleh Allah dalam Ayat-
semua orang bebas menafsirkan Al-
Nya. (QS. 6: 115) dan (QS. 15: 9).
Qur‟an. Penafsiran Al-Qur‟an tidak
Jaminan atau garansi keotentikan Al-
boleh sembarangan, ia sangat terikat
Qur‟an diberikan Allah Subhanahu wa
dengan kaidah dan metode yang
Ta‟ala. atas dasar kemahakuasaan dan
diungkapkan ulama ahli tafsir dari masa
kemahatahuan-Nya. Keaslian Al-Qur‟an
ke masa. Penguasaan ilmu alat saja
juga berkat upaya-upaya yang dilakukan
tidak cukup, apabila mufassir tidak
oleh kaum muslimin. Banyak penghafal
memahami metode dan teknik
Al-Qur‟an tersebar di seluruh dunia
penafsiran. Ketidak tahuan akan metode
dengan sendirinya mereka menjadi
dan teknik ini akan menyebabkan
penjaga keaslian Al-Qur‟an. Setiap
kekeliruan dalam menafsirkan Al-
kejanggalan dan perubahan yang terjadi
Qur‟an.
pasti diketahui oleh penghafal Al-
Qur‟an. Dengan berbagai cara umat Di kalangan para penggiat tafsir
Islam selalu menjaga keaslian Al- Al-Qur‟an, pernyataan bahwa Al-
Qur‟an dengan baik, sebab bacaan Al- Qur‟an itu bebas tafsir erat kaitannya
Qur‟an dijaga dengan kaidah-kaidah dengan bahasan at tafsir bir ra‟yi
pembacaan (qiro'ah) dan terikat dalam (penafsiran Al-Qur‟an dengan opini).
aturan ilmu tajwid. Karena jika Al-Qur‟an dikatakan bebas
tafsir artinya semua orang bebas untuk
Keterjagaan dan "imunitas" kata
memaknai dan menafsirkan Al-Qur‟an
dan redaksi Al-Qur‟an itu tidak berarti
dengan opini mereka masing-masing
dalam pengertian yang sama bahwa
dan pemahaman masing-masing yang
pemahaman dan penafsiran manusia
keluar dari benak mereka. Apakah
terhadap Al-Qur‟an bebas dari
benar demikian?
kekeliruan dan kesalahpahaman.
Menurut Az Zarqani, Tafsir adalah ilmu Tafsir meruapakan usaha manusia
yang membahas keadaan-keadaan Al- yang subjektif. Disamping pula Al-
Qur‟an yang mulia dari sisi makna yang Qur‟an, memang merupakan kitab yang
terkandung dari maksud Allah sebatas yahtamilu wujuhal ma‟na (mengandung
kemampuan manusia.1 Tafsir kemungkinan multi penafsiran).
merupakan interpretasi umat Islam Sehingga adanya pluralitas penafsiran
terhadap Al-Qur‟an dengan berbagai Al-Qur‟an adalah wajar-wajar saja,
bentuk, metode dan corak. Maka tafsir sepanjang dapat
Al-Qur‟an beragam dan bervariasi. dipertanggungjawabkan secara ilmiah
Variasi tafsir tersebut merupakan dan sesuai kaidah kaidah tafsir yang
gambaran bahwa Al-Qur‟an bagaikan digariskan oleh para ulama.
intan yang dapat memancarkan Unsur-unsur subjektifitas dalam
cahayanya ke berbagai sudut kehidupan. tafsir adalah suatu keniscayaan. Namun
Dari pancaran Al-Qur‟an tersebut
2
M. Quraish Shihab. 2013. Kaidah
1
Muhammad „Abdul Adzim al Zarqani. Tafsir Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang
1980. Manahil al-Irfan fi “ulum Al-Qur‟an. Patut Anda Ketahui dalam Memahami Ayat-
Kairo: Matba‟ah Dar Ihya al Kutub al Arabiyah, ayat Al-Qur‟an. Tangerang: Lentera Hati, hlm.
Jilid 1, hlm 2. 5.

70 Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an ….


bukan berarti Al-Qur‟an bebas kesalahan tafsir yang diakibatkan oleh
ditafsirkan oleh manusia. Seorang penyimpangan, kecerobohan atau
mufassir dituntut menguasai sejumlah ketidak-konsistenan mufassir dalam
metode dan teknik interpretasi sesuai menggunaakan teknik interperasi yang
kaidah tafsir yang dikemukakan oleh benar. Pembicaraan ini akan berangkat
ahli ilmu Islam. Seseorang tidak bisa pengertian dan perbedaan bentuk, corak,
menafsirkan kalamullah jika tidak metode dan teknik penafsiran. Jenis dan
memiliki kapasitas yang cukup untuk contoh setiap teknik penafsiran, Sejarah
menjadi seorang mufassir. Produk tafisr dan faktor-faktor munculnya berbagai
yang keliru inilah yang dikenal dalam bentuk tafsir. Kemudian menguraikan
ulumul Qur‟an dengan istilah al-Dakhîl tentang potensi penyimpangan tafsir
fî al-tafsîr.3 Kesalahan tafsir tidak yang merupakan pembahasan Ilmu
terlepas dari kecerobohan mufassir Dakhil.
dalam menggunakan berbagai teknik
interpretasi penafsiran Al-Qur‟an. B. Studi Pustaka.
Makalah ini akan membahas Banyak orang bingung dan rancu
tentang sejumlah metode dan teknik membedakan ketiga istilah "Pendekatan,
interpretasi dalam tafsir Al-Qur‟an.4 Metode dan Teknik “. Mengutip
Bervariasinya metode dan teknik pendapat Zamzami Zainuddin, seorang
penafsiran tidak lepas dari peneliti pendidikan pada Faculty of
perkembangan zaman, keunikan masing Education, University of Malaya, Kuala
masing mufassir dan faktor luasnya Lumpur bahwa ketiga istilah tersebut
kandungan makna Al-Qur‟an itu memiliki perbedaan ruang lingkup atau
sendiri. Diuraikan pula cara dan teknik cakupan.5 Masing-masing istilah
yang berkembang dalam penelitian ilmu mempunyai spektrum dan implementasi
tafsir. Meski para ulama tafsir telah sendiri. Secara sederhana list atau
menetapkan rambu-rambu dalam penyebutan di atas dibuat secara
penafsiran Al-Qur‟an, namun tidak berurutan mulai dari istilah umum
menutup kemungkinan seorang sampai spesifik yaitu: Pendekatan,
mufassir tergelincir dan menyimpang Metode, dan Teknik.
dari kaidah yang telah ditentukan para
ulama tersebut. Oleh karena itu makalah Menurut Zamzami, yang
ini juga akan memaparkan contoh menguraikan perbedaaan istilah tersebut
berangkat dari konteks dunia pengajaran
3
Al-dakhîl merupakan disiplin ilmu yang "pendekatan" (approach) memiliki
mandiri dalam rumpun Ulûm Al-Qurân. spektrum yang sangat luas dan belum
Meskipun memang ada pro-kontra apakah bisa di implementasikan dalam proses
Dakhil sebagai sebuah ilmu atau metode, namun
ditinjau dari segi kelengkapan sepuluh dasar
belajar mengajar. Karena approach
terbentuknya sebuah ilmu (al mabadi al masih asumsi (assumption) dan teori.
„asyroh) materi ini layak disebut dengan ilmu Sebelum seorang pengajar
Materi ini secara pokok menkaji kritis sejumlah mengimplementasikan metode
kekeliruan dan kelemahan dalam penafsiran Al- pengajarannya, ia harus terlebih dahulu
Qur‟an berdasarkan metodologi/patokan yang
telah ditetapkan.
4 5
Penulis makalah ini membatasi untuk
memfokuskan pada empat teknik interpretasi https://www.kompasiana.com/zamzami.zainudd
dalam penafsiran Al-Qur‟an. Yaitu; teknik in/perbedaan-istilah-pendekatan-metode-teknik-
interpretasi tekstual, interpretasi linguistic, dan-prosedur-dalam-
interpretasi sistematiis dan interpretasi sosio pengajaran_56b8ac8bf39273860f425980./dikses
historis. tanggal 30 Desember 2017

Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an …. 71


mengetahui asumsi, teori dan arah mengajar. Contoh metode antara lain
pembelajaran yang akan dibawa saat metode komunikatif dan metode
mengaplikasikan metode nantinya. kontekstual. Teknik adalah cara yang
Kalau dalam istilah politik, approach dipakai dalam menyelesaikan satu tugas
ini adalah ideologi sedangkan metode di kelas. Contoh dari teknik adalah
adalah partai politik, jadi ideologi dan teknik permainan, lagu, demonstrasi.
parpol harus singkron. Satu ideologi Metode lebih luas daripada teknik. Di
juga bisa diadopsi oleh banyak parpol. dalam menggunakan suatu metode guru
bisa menerapkan teknik bervariasi.
Dalam dunia pengajaran kita
Misalnya, guru menggunakan metode
mengenal sejumlah teori seperrti
komunikatif dalam pembelajaran
behaviorism, cognitivism dan
Bahasa Inggris. Di dalam kelas ia
constructivis. Penggunaan teori inilah
menggunakan teknik permainan.
yang disebut dengan approach atau
Dengan kata lain, metode adalah cara
pendekatan. Pengajar harus mengetahui
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
teori apa yang akan ia pakai sebelum
Sedangkan cara menyajikan atau
menentukan metode belajar-mengajar.
memformulasikan tafsir tersebut,
Jadi penggunaan teori dalam approach
dinamakan teknik penafsiran atau seni.
harus selaras dengan penggunaan
metode. Misalnya, jika pengajar Adapula istilah corak. Corak
menggunakan teori constructivism diistilahkan dalam bahasa Arab yaitu al-
sebagai teori dalam approach, mungkin laun yang arti dasarnya warna. Apabila
bisa menggunakan metode dikaitkan dengan ilmu tafsir, corak
communicative karena teori penafsiran yang dimaksud di sini ialah
constructivism lebih mengarahkan pada nuansa khusus atau sifat khusus yang
students-center. memberikan warna tersendiri pada
tafsir.7 Hal ini terjadi, karena mufassir
Kata “metode” berasal dari
memiliki latar belakang keilmuan yang
bahasa Yunani “methodos” yang berarti
berbeda-beda, sehingga tafsir yang
cara atau jalan”. Di dalam bahasa
dihasilkannya pun memilik corak yang
Inggris kata ini ditulis “method” dan
sesuai dengan disiplin ilmu yang
bangsa Arab menerjemahkannya
dikuasainya.
dengan “tharîqah” dan “manhaj”. Di
dalam bahasa Indonesia kata tersebut Dalam klasifikasi tafsir Al-
mengandung arti: “cara yang teratur dan Qur‟an, Quraish Shihab menjelaskan
terpikir, cara kerja yang bersistem untuk bahwa pada dasarnya tafsir
memudahkan pelaksanaan suatu dikelompokkan kepada tiga kelompok
kegiatan guna mencapai tujuan yang utama, yaitu bentuk, metode dan corak
ditentukan.6 tafsir. Dari segi metode muncul tafsir
tahlîly/ analisis, tafsir ijmâly global,
Selanjutnya, turunan dari
metode adalah teknik yang berarti trik, muqârin/ perbandingan dan maudhû‟
bagaimana metode dijalankan dalam i/tematik. Sedangkan dari segi
proses belajar-mengajar. Metode adalah bentuknya muncul tafsir bi al-ma‟tsûr,
cara umum dan khusus yang dipakai tafsir bi ar-ra‟y dan tafsir isyâry yang
oleh guru dalam proses belajar memang sudah sangat popular dalam
6 7
M. Nashruddin Baidan. 2002. Metode Abdul Mustaqim. 2005. Aliran-Aliran
Penafsiran Al-Qur‟an Kajian Kritis Terhadap Tafsir; Dari Periode Klasik hingga
Ayat-Ayat Yang Beredaksi Mirip. Yogyakarta: Kontemporer. Yogyakarta: Kreasi Warna, hlm.
Pustaka Pelajar, hlm. 54. 69.

72 Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an ….


kajian tafsir.8 Sedangkan terkait corak
tafsir beliau mengatakan bahwa corak
penafsiran yang dikenal selama ini,
antara lain: corak sastra bahasa, corak
filsafat, corak teologi, corak penafsiran
ilmiah, corak fiqih atau hukum, corak
tasawuf, dan corak sastra budaya. 9
Untuk lebih memudahkan
pemahaman, berikut ini penulis
tampilkan skema klasifikasi tafsir Al-
Qur‟an: 10

Klasifikasi Tafsir

Pendekatan/Bentuk Metode
1. Tafsir bi al-ma‟ tsûr 1. Tafsir tahlîly
2. Tafsir bi ar-ra‟ y 2. Tafsir ijmâly
3. Tafsir isyâry 3. Tafsir muqârin
4. Tafsir maudhui

Corak Teknik
1. Tafsir Bahasa 1. Interpretasi Tekstual
2. Tafsir Filasafat 2. Interpretasi Linguistik
3. Tafsir Teologi 3. Interpretasi Sistemis
4. Tafsir Fiqih 4. Interpretasi Sosio Historis
5. Tafsir Tasawuf dll. 5. Interpretasi Sosiologis
6. Interpretasi Kultural

8
M. Quraish Shihab. Kaidah Tafsir…,
hlm. 349.
9
M. Quraish Shihab. 1992. Membumikan
al-Qur‟an. Bandung: Mizan. hlm. 72
10
Azkia Muharom Albantani. 2016.
Pendekatan Dalam Tafsir: Tafsir bi al-Ma‟tsûr,
Tafsir bi al-Ra‟yi, dan Tafsir bi al-Isyârah.
Jurnal Hikamuna, Vol 1, No. 2, 2016, hlm. 31.

Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an …. 73


C. Metode Pembahasan. generasi pertama itulah yang
dikembangkan oleh para mufassir yang
Penelitian ini mengambil metode
datang kemudian. Metode tafsir yang
Library Research (penelitian
pertama kali muncul saat itu adalah
kepustakaan), dimana bahan penelitian
metode Ijmali (global), yang mengambil
diambil dari sumber-sumber refrensi
bentuk dalam tafsir bi al-ma‟sur,
ilmu ushūl tafsīr, metodologi tafsir dan
kemudian nantinya diikuti oleh bentuk
buku-buku yang berkaitan dengan ilmu
al-ra‟yi seperti dalam tafsir al-
dasar tafsir.
Jalalain.12
Karena objek penelitian ini adalah Metode Ijmali inilah yang
tentang penerapannya ilmu dakhil kemudian berkembang terus hingga
dalam teknik interpretasi dalam tafsir al melahirkan apa yang disebut metode
qur‟an maka teknik analisis data yang analitis (tahlili), yang ditandai dengan
digunakan adalah pendekatan analisis munculnya kitab-kitab tafsir yang yang
historis yang memiliki ciri (1) lebih memberikan uraian cukup luas dan
banyak menggantungkan diri pada data mendalam tentang pemahaman suatu
yang diamati orang lain di masa-masa ayat, seperti tafsir al-Tabari dalam
lampau; (2) lebih banyak bergantung bentuk al-ma‟sur, dan tafsir al-Razi
kepada data primer dibandingkan dalam bentuk al-ra‟yi. Seiring
dengan data sekunder, sehingga bobot perkembangan zaman, para ulama tafsir
datanya harus dikritik, baik secara berusaha menafsirkan Al-Qur‟an lebih
internal ataupun eksternal; (3) mencari pesifik lagi, lalu mereka
data secara lebih tuntas , serta menggali mengkhususkan tafsirannya pada
informasi yang lebih tua yang tidak bidang-bidang tertentu, maka lahirlah
diterbitkan ataupun yang tidak dikutip tafsir fiqh, tasawuf, teologi, bahasa, dan
dalam bahan acuan yang standar; dan sebagainya. Itulah yang kemudian
(4) sumber data harus dinyatakan secara diistilahkan dengan corak tafsir. Pada
definitive, baik nama pengarang, tempat periode selanjutnya, sekitar abad ke-5
dan waktu, untuk kemudian diuji Hijriyah, lahir pula metode komparatif
kebenaran dan keasliannya.11 (muqarin). Dalam bidang ini, tercatat
kitab Durrat al-Tanzil wa Gurrat al-
D. Hasil Pembahasan. Ta‟wil oleh al-Khatib al-Iskafi, dan al-
Pada masa awal Islam, tidak Burhan fi Tawjih Mutasayabih Al-
ditemukan ulama salaf yang membahas Qur‟an oleh Taj Al-Qur‟an‟ al-
tentang metodologi tafsir secara khusus. Karmani. Di sisi lain, munculnya
Karena, pada saat itu mereka belum berbagai corak tafsir, mengilhami para
merasa perlu menetapkan kajian khusus ulama tafsir untuk menyusun metode
mengenai metodologi tafsir. Uumumnya baru dalam penafsiran Al-Qur‟an,
mereka menguasai ilmu-ilmu yang hingga melahirkan metode tematik
diperlukan dalam menafsirkan Al- (maudu„i).
Qur‟an, seperti ilmu bahasa Arab, Meskipun pola penafsiran tematik
balagah, sastra, dan sebagainya. Akan ini secara embriotik telah lama dikenal
tetapi, bukan berarti mereka dalam sejarah tafsir, namun dalam
menafsirkan Al-Qur‟an tanpa metode, bentuknya yang dikenal sekarang,
sebaliknya metode yang diterapkan oleh pertama kali ditulis Prof. Dr. Ahmad al-
Kumi (Ketua Jurusan Tafsir pada
11 12
Nazir, Moh. 2003. “Metode M. Nasharuddin Baidan. Metode
Penelitan”. Jakarta: Ghalia Indonesia. hlm. 93. Penafsiran Al-Qur‟an. hlm. 53.

74 Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an ….


Fakultas Ushuluddin, Universitas al- Al-Qur‟an dapat diuraikan sebagai
Azhar). Kalau pendapat ini diterima, berikut:
maka metode tematik dikatakan baru 1. Luasnya Makna Al-Qur‟an
lahir secara faktual pada paruh kedua Merupakan Aspek kemukjizatan Al-
abad ke-20 yang lalu.13 Quraish Shihab Qur‟an
menjelaskan bahwa metode yang Tafsir adalah satu bentuk hasil
dicetuskan oleh al-Kumi ini merupakan kajian yang mendalam terhadap Al-
kelanjutan dari metode tematik gaya Qur‟an. Jumlah kitab tafsir saat ini
Mahmud Syaltut, dalam tafsirnya Tafsir sudah sangat banyak, namun seorang
Al-Qur‟an al-Karim, yang disusun pada pengkaji Al-Qur‟an tidak akan
bulan Januari 1960, sedangkan al-Kumi kehabisan mutiara yang terdapat di
mencetuskan ide itu pada akhir tahun dalam Al-Qur‟an. Dari satu Al-
enam puluhan.14 Qur‟an yang sama, lahirlah ribuan
Di antara keempat metode karya, termasuk karya tafsir dengan
tersebut, yang paling populer adalah berbagai corak dan metodenya.
metode tahlili dan maudu„i. Semakin dikaji, maka akan semakin
banyak pengetahuan yang
Keunggulan dari metode tahlili adalah
didapatkannya. Hal ini tersurat
pembahasannya yang luas, karena ayat dengan jelas pada QS. Al-
Al-Qur‟an dianalisis dari berbagi segi, Kahfi/18:109
mulai dari kosakata, sebab turunnya
ayat, munasabah, dan hal-hal lain yang ً ‫ان ْال َب ْح ُس م َد‬
‫اد ا‬ َ ‫ُق ْل َل ْى َك‬
ِ
ْ َ َ
‫اتِ َز ّ ِب ي ل َن ِف َد ال َب ْح ُس‬
berkaitan dengan teks atau kandungan
ayat. Namun, meskipun metode ini ِ ‫ِل ك ِل َم‬
dinilai sangat luas, namun tidak ‫ات َز ّ ِب ي‬ ُ ‫َق ْب َل َأ ْن َث ْن َف َد َك ل َم‬
ِ
ْ ْ َ
‫َول ْى ِج ئ َن ا ِب ِم ث ِل ِه َم د ًد ا‬
َ
menyelesaikan satu pokok bahasan,
karena seringkali satu pokok bahasan
diuraikan kelanjutannya pada ayat lain, "Katakanlah: Sekiranya
sehingga metode ini tidak mampu lautan menjadi tinta untuk
memberi jawaban tuntas terhadap (menulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, sungguh habislah
persoalan-persoalan yang dihadapi
lautan itu sebelum habis
sekaligus, karena sifat penafsirannya (ditulis) kalimat-kalimat
amat teoretis dan tidak sepenuhnya Tuhanku, meskipun Kami
mengacu kepada persoalan-persoalan datangkan tambahan
khusus yang mereka alami dalam sebanyak itu (pula)".
masyarakat.15 2. Perintah Allah S.W.T. untuk
Adapun faktor-faktor ayang senantiasa tadabbur (merenungkan)
menyebabkan munculnya variasi makna Al-Qur’an.
bentuk, metode dan teknik penafsiran Terdapat banyak ayat yang
berisi perintah untuk merenungkan
makna yang terkandung dalam Al-
13
M. Nasharuddin Baidan. Metode Qur’an. Setiap orang memiliki
Penafsiran Al-Qur‟an. hlm. 54.
14
kebebasan untuk hal tersebut. Di sisi
M. Quraish Shihab. Membumikan Al- lain, setiap orang memiliki tingkat
Qur‟an. hlm. 76.
15
M. Quraish Shihab. Membumikan Al- kecerdasan yang berbeda, atau
Qur‟an. hlm. 86-87. bahkan disiplin ilmu yang berbeda.

Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an …. 75


Hal ini berimplikasi pada perbedaan Pengantar Studi Al-Qur’an: Teori
hasil perenungannya terhadap Al- dan Pendekatan.18
Qur’an. Quraish Shihab menuliskan 4. Spesialisasi ilmu pengetahuan
bahwa perbedaan adalah Semakin hari, ilmu pengetahuan
konsekuensi logis dari perintah semakin berkembang. Salah satu
tadabbur Al-Qur’an, selama bukti nyata dari perkembangan
pemahaman dan penafsiran tersebut tersebut adalah dengan spesialisasi
dilakukan secara sadar dan penuh ilmu pengetahuan. Spesialisasi
tanggung jawab.16 Yang dimaksud dimaksudkan agar seseorang lebih
dengan kebebasan yang bertanggung fokus dalam mendalami sebuah ilmu.
jawab dalam hal ini adalah adanya Disiplin ilmu yang berbeda-beda
pembatasan-pembatasan berupa inilah yang kemudian berpengaruh
syarat-syarat diterimanya sebuah besar pada muncul corak tafsir yang
tafsir Al-Qur’an, sebagaimana bervariasi.
pembatasan-pembatasan yang Seperti contoh, yang ahli nahwu
dikemukakan dalam setiap disiplin melakukan penafsiran dari sudut
ilmu.17 Oleh karena itu, setiap orang pandang nahwu, seperti al-Zujaj, al-
bisa memetik hikmah dari setiap Wahidi, dan Abu Hayyan. Yang ahli
kegiatan pembacaannya terhadap Al- teologi melakukannya dari sudut
Qur’an, namun ia tidak dapat pandang teologi, seperti al-Razi
memaksakan pemahamannya untuk dalam Mafatih al-Gaib. Yang
diakui sebagai penafsiran, kecuali bergelut di dunia sufi menafsirkan
memenuhi standar kualifikasi tafsir Al-Qur’an dengan pendekatan
yang sudah ditentukan oleh para sufistik, seperti Ibnu ‘Arabi dan
ulama. ‘Abd al-Razzaq al-Kasyani, dan
3. Keuniversalan Al-Qur’an yang sebagainya.19
diperhadapkan pada zaman yang 5. Kebutuhan akan metode tafsir yang
senantiasa bekembang. dapat menjawab persoalan-persoalan
Al-Qur’an sahih li kulli zaman masyarakat secara tuntas.
wa makan, sehingga menuntut Metode tematik menjadi metode
adanya fleksibilitas dalam yang paling populer digunakan,
memahami Al-Qur’an, mengingat karena metode-metode tafsir yang
problematika kehidupan senantiasa ada sebelumnya belum mampu
berkembang. Oleh karena itu, yang memberikan sebuah pemahaman
perlu diubah bukanlah teks Al- yang komprehensif terhadap ayat-
Qur’an, melainkan bagaimana ayat Al-Qur’an.20 Oleh karena itu,
rekonstruksi terhadap pemahaman boleh jadi di masa yang akan datang
Al-Qur’an itu dilakukan. Dan hal akan muncul metode baru dalam
tersebut dapat tercapai dengan menafsirkan Al-Qur’an, namun
adanya pembaharuan metodologi
tafsir, sebagaimana diungkapkan 18
Munzir Hitami. 2012. Pengantar Studi
oleh Munzir Hitami, dalam buku Al-Qur‟an: Teori dan Pendekatan. Cet. I;
Yogyakarta: LKiS, hlm. 113.
19
Muhammad Husain al-Tabataba‟i.
1998. Al-Qur‟an fi al-Islam (Mengungkap
16
M. Quraish Shihab. Membumikan Al- Rahasia Al-Qur‟an. terj. A. Malik Madaniy,
Qur‟an. hlm. 76. dkk. Cet. XI; Bandung: Mizan, hlm. 67.
17 20
M. Quraish Shihab. Membumikan Al- M. Quraish Shihab. Membumikan Al-
Qur‟an. hlm. 85. Qur‟an. hlm. 74.

76 Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an ….


tentunya metode tersebut tidak pelarajan, berpidato dan lain
dapat terlepas begitu saja dari sebagainya.24
keempat metode yang telah ada. Secara istilah interpretasi tekstual
dapat diartikan sebagai kecenderungan
D.1. Teknik Interpretasi dalam atau metode penafsiran yang
Penafsiran Al Quran menitikberatkan pada makna teks secara
Kata “teknik” dalam Kamus Besar harfiah (literal) dengan tanpa
Bahasa Indonesia berarti cara sistematis menyertakan konteks sosio-historis teks
mengerjakan sesuatu.21 Adapun kata dalam aktivitas penafsirannya: di mana,
“interpretasi”, yang disadur dari bahasa kapan, dan mengapa teks tersebut lahir,
Inggris interpretation, berarti pemberian dan bagaimana proyeksi makna teks ke
kesan, pendapat, atau pandangan teoritis depan. Karena, mengedapankan makna
22 harfiah teks di satu sisi, dan menafikan
terhadap sesuatu; tafsiran.
peran keterlibatan sang penafsir di sisi
Dalam metodologi penelitian ilmu lain, maka penetapan maknanya menjadi
Tafsir terdapat banyak teknik dominan otoritas teks. Di luar teks tidak
interpretasi dalam penafsiran Al-Qur‟an ada makna yang bisa
yaitu; Interpretasi Tekstual, Interpretasi dipertanggungjawabkan dan diyakini
Linguistik, Interpretasi Sistematis, maknanya.25
Interpretasi Sosio Historis, Interpretasi
Teologis, Interpretasi Kultural, Biasanya kata tekstual diungkapkan
Interpretasi Logis. Namun dalam untuk membedakan kata „kontekstual‟.
makalah ini akan dibahas empat teknik Konteks sendiri berarti kondisi di mana
interpretasi saja. suatu keadaan terjadi. Ada beberapa
jenis konteks. Konteks fisik meliputi
ruangan, objek nyata, pemandangan,
D.1.a. Interpretasi Tekstual dan lain sebagainya. Bagian suatu
uraian atau kalimat yang dapat
Kata “tekstual” berasal dari mendukung atau menambah kejelasan
Bahasa Inggris textual yang berarti makna; hari dan rentetan peristiwa yang
relating to a written text, especialy dirasakan terjadi sebelum peristiwa
literacy texts (berkenaan dengan teks komunikasi.26
tertulis; khususnya berdasarkan teks
atau naskah).23 Teks berarti naskah Teknik interpretasi tekstual yang
pada umumnya dipahami adalah
yang berupa kata-kata asli dari
memahami teks seperti "apa adanya
pengarang atau kutipan dari kitab suci
teks", dipahami sesuai dengan yang
untuk pangkal ajaran atau alasan atau
tersurat. Ketika teks Al-Qur'an
bahan tertulis untuk dasar memberikan
menjelaskan dirinya sendiri tanpa harus
memperhatikan unsur yang
21
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
24
dan Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Indonesia. edisi II Cet. VII; Jakarta: Balai dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa
Pustaka, hlm. 1024. Indonesia. hlm. 1474.
22 25
Pusat Bahsa Departemen Pendidikan H. U. Syafrudin. 2009. Paradigma
dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Tafsir Tekstual dan Kontekstual. Cet. 1;
Indonesia. hlm. 384. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 41-42.
23 26

https://www.collinsdictionary.com/dictionary/en https://id.wikipedia.org/wiki/Konteks/diakses 1
glish/textual/diakses /tanggal 1 Januari 2017. Januari 2017.

Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an …. 77


melingkupinya, maka teks tersebut Shalallahu’alaihi wa Sallam.
dipahami tekstual. Muin Salim seperti interpretasi tekstual dipandang lebih
dikutip oleh Muh. Zuhri Abu Nuwas akurat dalam menghasilkan konsep
lebih memahami tekstual dengan dibandingkan dengan natijah (produk)
penafsiran teks dengan teks, baik teks itu sendiri. Hal ini merupakan faktor
Al-Qur'an maupun teks hadis, atau pertama untuk menghasilkan derajat
lebih dikenal dengan tafsir bi al- ‚interpretasi utama‛. Hal ini dipandang
ma'tsur. Teknik interpretasi tekstual lebih menjaga dan menjauhkan mufasir
adalah menafsirkan teks-teks Al-Qur'an dari kesalahan interpretasi yang
dengan menggunakan teks-teks Al- disebabkan oleh adanya pergeseran
Qur'an sendiri ataupun dengan hadis makna bahasa yang terjadi dalam
Nabi saw. Dasar penggunaan teknik ini, proses perkembangan bahasa.28
menurutnya, adalah penegasan Al-
Qur'an bahwa ia berfungsi sebagai Pada pembahasan ini tafsir
penjelasan terhadap dirinya sendiri dan tekstual dibagi menjadi dua yaitu
tegas Nabi sebagai mubayyin terhadap interpretasi Al-Qur’an dengan Al-
Al-Qur'an.27 Qur’an dan tafsir Al-Qur’an dengan
Sunnah:
Oleh karena itu teknik
interpretasi tekstual terbagi menjadi 1. Interpretasi Dengan Teks Al-
dua bagian yaitu interpretasi dengan Qur’an
Al-Qur’an, tentu sumbernya adalah Secara eksplisit Al-Qur’an
Allah S.W.T. sebagai pemilik teks, menyatakan bahwa kewenangan
sementara yang kedua adalah dengan memberikan bayan (penjelasan)
hadis, dan sumbernya adalah Nabi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an adalah
Shalallahu’alaihi wa Sallam. sebagai otoritas Allah dan Rasulnya. Meskipun
mubayyin terhadap teks (Al-Qur’an). demikian tidak berarti bahwa ayat-ayat
Muhammad ‘Ali as-Sabuni dalam Al-Qur’an tidak boleh lagi digali makna
Tibyan fi ‘Ulum Al-Qur’an dan kandungannya karena Al-Qur’an
menambahkan dengan qaul sahabah. adalah kitab hidayah yang senantiasa
Tafsir jenis ini Ali as-Sabuni terbuka dikaji oleh siapapun termasuk
menyebutnya sebagai langkah mereka yang tidak mempercayainya
penafsiran dan memasukkannya sebagai sebagai kitab suci yang diwahyukan
turunan dari jenis tafsir bil ma’sur. Hal Allah kepada Muhammad
ini karena ia membagi tafsir ke dalam Shalallahu’alaihi wa Sallam.
tiga bagian yaitu tafsir bi riwayah, a. Model Interpretasi dengan Al-
dirayah, dan isyarah. Qur’an
Nabi Muhammad Menurut ulama model
Shalallahu’alaihi wa Sallam. dipandang penafsiran qurani ini terbagi menjadi
sebagai mubayyin (yang menjelaskan) dua macam yaitu tafsir muttasil dan
Al-Qur’an. Dengan begitu maka orang tafsir munfasil.29 Tafsir muttasil ini
yang pertama yang mendapatkan maksudnya ialah ayat yang menafsirkan
otoritas untuk menginterpretasikan Al- bersambung dengan ayat yang
Qur’an adalah Nabi Muhammad
28
Abd Muin Salim, dkk. 1433 H/ 2011
27
Muh. Zuhri Abu Nawas. 2015. M. Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu‟i.
“Teknik Interpretasi Tekstual Dan Kontekstual”. Makassar; Pustaka al-Zikra. hlm. 130
29
Jurnal Al Asas, IAIN Palopo, Vol. III, No. 1, Abd Muin Salim, dkk. Metodologi
April. hlm 101. Penelitian Tafsir Maudhu‟i. hlm. 135.

78 Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an ….


ditafsirkan seperti dalam QS. Al- orang yang mendapat
Tariq/86: 2-3 petunjuk”.
َّ
‫﴾ َو َما‬١﴿ِ‫ق‬ِ ِ ‫الص َماء َوالط ِاز‬ َّ ‫َو‬
َّ ﴾٢﴿ِ‫ق‬
‫الن ْج ُم‬
ُ َّ
ِ ‫اك َما الط ِاز‬ َ َ ‫َأ ْد‬ Pada ayat di atas dijelaskan oleh
‫ز‬ Rasulullah sendiri dalam sebuah
َّ
﴾٣﴿ِ‫ب‬ ِ ُ ‫الثا ِق‬ riwayat yang diriwayatkan oleh Al-
Bukhari
“Demi langit dan yang datang ََ
‫ َح َّدجىا‬،‫يد‬ َ ُ َ َ َ َّ َ
ِ ‫حدجىا أبى الى ِل‬
pada malam hari, (1)
Tahukah َ َ ،‫ُش ْع َب ُت‬
kamu apakah yang datang ‫ َع ْن‬،‫ش‬ ِ ‫م‬َ ‫ألا ْع‬ ‫ن‬ ِ ‫ع‬
pada malam hari itu? (2) ْ َ ْ َ َ َ ََْ ْ َ َ َ ْ
‫ عن عب ِد‬،‫ عن علقمت‬،‫ِإبس ِاهيم‬
(yaitu) bintang yang َّ َ َ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َّ
cahayanya menembus”. (3) ‫ َلا‬:‫ال‬ ‫ ق‬،‫ ز ِض ي الله عىه‬،‫الل ِه‬
َْ َ ُ َّ ْ َ َ
Pada ayat di atas terdapat
‫ين َآمىىا ولم‬ َ ‫{الر‬
ِ :‫ه َزلت‬
َْْ ُْ َ ْ
pertanyaan yang maknanya menafikan :‫َيل ِب ُسىا ِإ َيمان ُه ْم ِبظل ٍم} [ألاو َع ِام‬
kemampuan memahami apa yang
‫اب‬ َ ْ َ َ َ َ َ َّ َ
dimaksud dengan al-tariq sedangkan ِ ‫ شق ذ ِلك على أصح‬، ]28
َّ َّ َ َّ
pada ayat ketiga menegaskan bahwa ‫صلى الل ُه عليه‬ ‫َز ُسى ِل الل ِه‬
yang dimaksud al-tariq itu ialah ْ َ َ َ ُ َ
bintang yang cahanya menembus.30 ‫ أ ُّيىا ل ْم َيلبس‬:‫ َوقالىا‬،‫وسلم‬
Kemudian tafsir munfasil yaitu َّ
‫ال َز ُسى ُل الل ِه‬ َ ‫إ َيم َاه ُه ب ُظ ْلم؟ َف َق‬
kedua ayat terkait tapi tidak ٍ ِ ِ
َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ
bersambung seperti halnya bentuk ‫ "أهه‬:‫صلى الله علي ِه وسلم‬
َ َ ََ َ َ َ َْ
‫) ت ْس َم َع ِإلى‬3( ‫ أَل‬،‫اك‬
pertama. Walaupun kedua ayat atau
tidak bersambung namun, diantara ‫ليس ِبر‬
ْ ُ َ َ َ ُْ َ
mereka terdapat titik temu sehingga ‫ َ{يا ُبن َّي َل تش ِس ْك‬:‫ق ْى ِل لق َمان‬
ayat-ayat itu dapat dipandang memiliki
ٌ ‫الش ْس َك َل ُظ ْل ٌم َعظ‬
‫يم‬
ّ َّ َّ
hubungan penjelasan. Salah satu contoh ِ ِ ‫ِبالل ِه ِإن‬
tafsir munfasil ini sebagaimana dalam ‚Telah menceritakan kepada
QS. Al-An’am/6: 82. kami Abu Al Walid berkata,
ْ َ َ ‫َّال ر‬
‫ين َآم ُن ىا َول ْم َي ل ِب ُص ىا‬ ِ telah menceritakan kepada
َ َٰ َ ُ ْ ُ kami Syu'bah dari A’masy
‫يم َان ُه ْم ِب ظ ل ٍم أ ول ِئ َك ل ُه ُم‬َ ‫إ‬
ِ dari Ibrahim dari Alqamah
َ‫ْ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ ْ َ ُ ن‬ dari Abdullah berkata:
ِ ‫ْلا م ن و ه م م ه ت د و‬ ketika turun ayat: "Orang-
“Orang-orang yang beriman orang beriman dan tidak
dan tidak mencampur adukkan iman
mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman"
mereka dengan kezaliman para sahabat Rasulullah
(syirik), mereka itulah yang shallallahu 'alaihi wasallam
mendapat keamanan dan bertanya: "Siapakah
mereka itu adalah orang- diantara kami yang tidak
berbuat zhalim? Maka Allah
'Azza wajalla menurunkan
30
Abdurrahman ibn Abi Bakr Jalal al- (firman-Nya):
Din al-Suyuti. al-Dur al-Mansiur. Juz. VIII "Sesungguhnya kesyirikan
Bairut; Dar al-Fikr, t.th. hlm. 747.

Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an …. 79


adalah kezhaliman yang yang sederhana dan karenanya
besar". (QS. Luqman: 13) menjelaskan masing-masing kata, frase,
(HR. Bukhari)31 atau kalimat.33
Salah satu contoh tafsir Nabi
2. Interpretasi Al-Quran dengan
qauli pada QS. Al-Anfal/8: 60.
Teks Hadits Nabi.
ْ َ ُ ْ ُ َ َ َ َّ َ
Tafsir yang diberikan oleh ،‫وف‬ ٍ ‫حدجىا ه ُازون بن مع ُس‬
ْ َ َ ْ َ
‫ أخ َب َرِوي َع ْم ُسو‬،‫أخ َب َرها ْاب ُن َو ْه ٍب‬
Rasulullah bersumber dari wahyu.
Sebagaimana tafsian pada QS. Al-
َ ْ
Najam/53: 2-3 ‫ َع ْن أ ِبي َع ِل ّ ٍي‬،‫ْب ُن ال َحا ِز ِث‬
َّ َ َ ُ َ ُ
َ ُ َ َّ َ َ
‫اح ُبك ْم َو َما غ َىي‬
ِ ‫ما ضل ص‬ ‫ أه ُه َس ِم َع‬،‫ج َم َامت ْب ِن شف ّ ٍي‬
ُ ُ َ ْ
َْ ْ
)3( ‫) َو َما َيى ِط ُق ع ِن الهىي‬8(
َ َ ‫ َس ِم ْعت‬:‫ َيقى ُل‬،‫ُعق َبت ْب َن َع ِام ٍس‬
َ ُ َّ َ
} )4( ‫ىحى‬ َ ‫إ ْن ُه َى إَل َو ْح ٌي ُي‬ ‫هللا َعل ْي ِه‬ ‫صلى‬ ِ ‫َزسىل‬
‫هللا‬ َ ُ
ِ ِ ُ ْْ َ َّ
“Kawanmu (Muhammad) tid " :‫ َيقى ُل‬،‫َو َسل َم َو ُه َى َعلى ِاَلى َب ِر‬
ُ َ َ ْ َ ْ ُ َ ُّ َ َ
ak sesat dan tidak pula
‫استط ْعت ْم ِم ْن‬ ‫{وأ ِعدوا لهم ما‬
َّ‫ َأ ََل إن‬، ]06 :‫ُق َّىة} [ألاهفال‬
keliru, dan tiadalah yang
diucapkannya itu (Al-
ِ ٍ
Qur'an) menurut kemauan َ َّ ُ ْ َّ َ َ ُ ْ َّ َ َّ ُ ْ
hawa nafsunya. Ucapannya ‫ أَل ِإن القىة‬،‫القىة السمي‬
َ ُْ َ َ َّ
itu tiada lain hanyalah " ‫ أَل ِإ َّن الق َّىة السمي‬،‫الس ْم ُي‬
34 ُ ْ َّ
wahyu yang
diwahyukan (kepadanya).
…Saya mendengar
Menurut Al-Farra’ bahwa apa Rasulullah bersabda diatsa
yang dikatakan oleh Rasulullah dengan mimbar belaiu membaca
ra’yu-nya terhadap Al-Qur’an bahwa suatu ayat yaitu siapkanlah
itu adalah wahyu.32 Interpretasi dengan untuk menghadapi mereka
Sunnah menjadi dua bagian yaitu dari (musuh) apa yang mampu
pernyataan Nabi baik itu dari praktis kamu siapkan dari kekuatan.
(amali) atau statemen (qauli) dari Ingatlah bahwa kekuatan
pernyataan sahabat. Nabi menjelaskan yang dimaksud ialah
apa makna suatu ayat terntentu. memanah beliau
Sementara tafsir praktis bisa disebut mengulanginya tiga kali.
tafsir langsung. Sebagian besar tafsir
Nabi untuk para pengikutnya adalah
tafsir praktis ketimbang ekspositoris.
Orang-orang disekeliling Nabi 33
Abdullah Saeed. 2016. Interpreting
memahami bahasa Arab Al-Qur‟an The Qur‟an: Towards a Contemporary
Approach. diterj. Lien Iffah Naf‟atu Fina,
Paradigma, Prinsip dan Metode Penafsiran
31
http://library.islamweb.net/newlibrary/d Kontekstualis Al-Qur‟an. Cet. II; Yogyakarta:
isplay_book.php?idfrom=8646&idto=8651&bk Baitul Hikmah Press. hlm. 89-90.
34
_no=52&ID=2550/diakses 1 Januari 2018 Muslim ibn Hajjaj Abu al-Hasan al-
32
Abu Zakariyya Yahya ibn Ziyad ibn Qusyairiy al-Naisaburiy. al-Musnad al-Sahih al-
„Abdullah ibn Manzur al-Dailami al-Farra‟. Mukhtasar bi Naql al-„Adl ila Rasulillah.
Ma‟ani Al-Qur‟an. Juz. III Cet. I; Mesir: Dar al- Bairut; Dar Fu‟ad „Abd al-Baqiy, t.th, Juz III,
Misriyyah, t.th. hlm. 95. hlm 1522.

80 Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an ….


D.1.b. Interpretasi Linguistik Ahmad Syurbasyi menempatkan ilmu
bahasa dan yang terkait (nahwu, sharaf,
Teknik penafsiran lain yang
etimologi, balaghah dan qira‟at) sebagai
sangat signifikan dalam memahami Al-
syarat utama bagi seorang mufassir.37
Qur‟an adalah pendekatan linguistik
Di sinilah, urgensi bahasa akan sangat
atau yang lebih dikenal dengan istilah
tampak dalam penafsirkan Al-Qur‟an.
tafsir lughawi. Tafsir lughawi sangat
Orang pertama yang memahami dan
diperlukan dalam memahami Al-Qur‟an
menafsirkan Al-Qur‟an adalah
di samping karena Al-Qur‟an
Rasulullah, di samping karena ada
menggunakan bahasa arab yang penuh
perintah Allah untuk menjelaskan
dengan sastra, balaghah, fashahah,
wahyu tersebut. (QS; An-Nahl: 44)
bayan, tamsil dan retorika, Al-Qur‟an
Salah satu cara Rasulullah menjelaskan
juga diturunkan pada masa kejayaan
dan menafsirkan Al-Qur‟an adalah
syair dan linguistik. Bahkan pada awal
melalui pendekatan bahasa dengan
Islam, sebagian orang masuk Islam
mencarikan makna muradif (sinonim-
hanya karena kekaguman linguistik dan
nya) atau menjelaskan makna kosa kata
kefasihan al-Qur‟an.35 Yang dimaksud
dalam ayat-ayat Al-Qur‟an.38
dengan tafsir lughawi adalah tafsir yang
mencoba menjelaskan makna-makna Setelah Rasulullah, orang yang
Al-Qur‟an dengan menggunakan paling memperhatikan, mempelajari,
kaidah-kaidah kebahasaan. atau lebih menghafal dan merealisasikan Al-
simpelnya tafsir lughawi adalah Qur‟an adalah para sahabat. Akan tetapi
menjelaskan Al-Qur‟an al-Karim sebelum mengamalkan Al-Qur‟an,
melalui interpretasi semiotik mereka meancari tahu tentang makna
dan semantik yang meliputi etimologis, setiap lafal atau kata yang tidak
morfologis, leksikal, gramatikal dan termasuk dalam bahasa mereka, atau
retorikal.36 kata yang jarang digunakan atau kata
yang tidak menggunakan makna
Ketika seseorang ingin
aslinya. Dan hal itu marak terjadi
menafsirkan Al-Qur‟an dengan
setelah Rasulullah telah tiada. Sahabat
pendekatan bahasa harus mengetahui
yang paling banyak ditanya tentang
bahasa yang digunakan Al-Qur‟an yaitu
makna dan sinonim kalimat Al-Qur‟an
bahasa Arab dengan segala seluk-
dan paling banyak menafsirkan Al-
beluknya, baik yang terkait dengan
Qur‟an melalui pendekatan bahasa atau
Nahwu, Balaghah dan Sastranya.
syair-syair arab klasik adalah Abdullah
Dengan mengetahui bahasa Al-Qur‟an,
bin Abbas.39
seorang mufassir akan mudah untuk
melacak dan mengetahui makna dan Penafsiran Abdullah bin Abbas yang
susunan kalimat-kalimat Al-Qur‟an cenderung menjadikan syair sebagai
sehingga akan mampu mengungkap salah satu sumber penafsirannya
makna di balik kalimat tersebut. Bahkan merupakan cikal bakal munculnya
madrasah lughah. Hal itu terjadi ketika
35
Salah satu contohnya adalah Umar bin
37
Khattab yang kagum terhadap Al-Qur‟an ketika Ahmad Syurbasyi. 1999. Sejarah
dia mendengar Rasulullah membaca surah al- Perkembangan Tafsir Al-Qur‟an al-Karim.
Haqqah. untuk lebih lengkapnya baca, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. I, hlm. 31.
38
Shafiyyurrahman al-Mubarakfury. 1994. al- Musthafa al-Shawi al-Juwaini.
Rahiq al-Makhtum. Riyad: Maktabah Dar al- Manahij fi al-Tafsir. Iskandariyah: Mansya‟ah
Salam. hal. 101 al-Ma‟arif. hlm. 16.
36 39
Abd Muin Salim. Metodologi Tafsir. Musthafa al-Shawi al-Juwaini.
hlm. 34 Manahij fi al-Tafsir. hlm. 23.

Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an …. 81


menjadi pengajar dan pembimbing di surah al-An‟am ayat 112 dengan
madrasah tafsir di Makkah yaitu pada melakukan pendekatan makna akar
abad pertama Hijriyah dan diteruskan kata dari kata (jauh) dan
oleh para murid-muridnya seperti Said
(yang tersembunyi) maka
bin Jabir, Mujahid bin Jabar, Ikrimah,
sekelompok filosof menafsirkan
Thawus bin Kaisan dan Atha‟ bin Abi
lafal tersebut dengan “Nafsu yang
Rabah hingga abad ke-2 Hijriyah.40
jauh berpisah lagi jelek yang
Analisis Penafsiran dan pemikiran berlindung dari panca indra”.42
terhadap Al-Qur‟an tidak akan bisa 4. Aspek sufistik semisal ketika Ibnu
dilakukan tanpa bahasa karena Araby mengatakan bahwa lafal ‫عند‬
bahasalah yang mengantarkan dan ‫ربه‬menjadi zharaf dari lafal ‫ومن‬
menghubungkan antara kandungan ‫ يعظم‬dalam surah al-Hajj ayat 30,
makna lafal dengan lafal yang lain. sehingga maksud ayat ini bisa
Tanpa bahasa, analisis pemikiran tidak mengarah kepada ajaran tasawwuf
akan berarti apa-apa. Oleh karena itu, yaitu “Barang siapa yang
peran dan pengaruh dari tafsr lughawi mengagungkan kemulyaan Allah di
tentu akan mencakup sekian banyak sisi Tuhannya pada suatu tempat,
aspek atau corak penafsiran. Di maka hendaklah dia cari pada
antaranya: tempat yang lain yang ada di sisi
1. Aspek hukum (fiqh) seperti ketika Tuhanmu.
menafsirkan kalimat dalam 5. Aspek ilmy (saintifik) yaitu ketika
menafsirkan lafal dalam
masalah wudhu‟ surah al-Maidah
ayat 6, jika dibaca manshub (harkat surah al-Rahman ayat 33, sebagian
fathah) maka yang wajib dilakukan pakar mengatakan bahwa seseorang
pada kaki ketika berwudhu‟ adalah mampu mencapai luar angkasa
membasuh bukan mengusap, tetapi dengan . Begitu juga saat
jika majrur (harkat kasrah) maka menafsirkan surah al-Furqan ayat
yang wajib hanya mengusap.41 53 yang menunjukkan adanya
Masih banyak contoh-contoh yang pemisah antara air tawar dan asin
lain. melalui pendekatan bahasa.43
2. Aspek teologi seperti pada saat
menafsirkan Tafsir lughawi dengan berbagai macam
penyajian dan pembahasannya tidak
dengan didahulukannya lafal ‫إياك‬
akan keluar dari dua kelompok besar
dari lafal , berarti dalam yaitu:
beribadah tidak boleh terjadi
kesyirikan karena lafal tersebut 1. Tafsir lughawi yang murni atau lebih
bermakna hashar (terbatas, banyak membahas hal-hal yang
khusus). terkait dengan aspek bahasa saja,
3. Aspek filsafat misalnya ketika seperti tafsir Ma‟an Al-Qur‟an karya
menafsirkan lafal dalam al-Farra‟, Tafsir al-Jalalain karya

40 42
Musthafa al-Shawi al-Juwaini. Muhammad Husain az-Zahabi. Al-
Manahij fi al-Tafsir. hlm. 77. Tafsir wa Al-Mufassirun. hlm 143.
41 43
Abu Abdillah al-Qurthubi. 2003. Al- M. Quraish Shihab. 2006. Mukjizat Al-
Jami‟ li Ahkam Al-Qur‟an. Bairut Lebanon: Dar Qur‟an. Bandung: Mizan Pustaka, Cet. XVI,
al-Kutub al-Araby, Cet. V, Jilid. 6 hlm. 90. hlm. 175-180.

82 Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an ….


Al-Suyuthi dan Al-Mahally. Dan lainnya yang ada di sekitarnya atau
lain-lain. kedudukannya dalam surah.
2. Tafsir lughawi yang pembahasannya Dalam pembahasan Ulumul
campur-baur dengan pembahasan Qur‟an, ilmu tentang kaitan ayat dan
lain seperti hukum, theology dan surah atau ayat dan ayat disebut ilmu
sejenisnya, seperti Tafsir al-Thabary munasabah. Secara terminologi atau
li Ibn Jarir al-Thabary, Mafatih al- istilah yang diberikan para ulama,
Ghaib li al-Fakhruddin Al-Razy, dan munâsabah adalah ilmu yang
sebagian besar tafsir dari awal mengaitkan bagian-bagian awal ayat
hingga sekarang, termasuk Tafsir al- dan akhirnya, mengaitkan lafadz umum
Mishbah yang disusun oleh Quraish dan khusus atau hubungan antar ayat
Shihab.44 yang terkait dengan sebab akibat, „illat
D.1.c. Interpretasi Sistemis dan ma‟lul, kemiripan ayat,
pertentangan (ta‟aruḍ ) dan sebagainya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Sebegitu eratnya hubungan antara
Indonesia kata sistemis diartikan dengan bagian satu dengan bagian yang lain
bertalian atau berhubungan dengan dalam Al-Qur‟an dari unsur paling
suatu sistem atau susunan yang terkecil hingga menjadi seperti
teratur.45 Dalam ilmu hukum, penafsiran bangunan yang kukuh, utuh, sempurna
sistemis adalah suatu penafsiran yang dan sesuai istilah imam az-Zarkasy
menghubungkan pasal yang satu dengan bagian-bagiannya tersusun harmonis.
pasal-pasal yang lain dalam suatu Lebih jauh lagi az-Zarkasyi
perundang-undangan yang bersangkutan menempatkan ilmu munâsabah adalah
atau pada perundang-undangan hukum satu dari sekian banyaknya segi
lainnya, sehingga kita mengerti apa kemukjizatan Al-Qur‟an (i‟jaz Al-
yang di maksud.46 Qur‟an). 48
Dalam ilmu Tafsir teknik Di dalam pustaka berbahasa
interpretasi sistemis adalah cara Indonesia dipakai beberapa istilah yang
menyajikan pngambilan makna atau bervariasi sebagai sinonim dari
interpretasi suatu ayat dikaitkan dengan munâsabah, seperti kesesuaian,
ayat-ayat lain yang berkorelasi di dalam hubungan, korelasi, kaitan, pertalian,
maupun di luar surahnya.47 Tegasnya di tanasub,49 dan di antaranya tetap
sini ayat tersebut dianalisis dengan memakai istilah munâsabah itu sendiri.
melihat pertautannya dengan ayat-ayat Penggunaan tehnik ini mengacu dari
kenyataan Al-Qur’an sebagai kitab suci
yang memiliki sistematika yang utuh dan
44
padu dan disusun oleh Allah yang
https://thkhusus.wordpress.com/2010/ Mahabijaksana lagi Mahatahu. Tentu saja
01/03/tafsir-lughawy/diakses tanggal 1 Januari makna yang diperoleh berdasarkan tehnik
2017.
45
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
ini terbatas sesuai dengan kemampuan
dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa intelektual mufassir. Siapa pun yang
Indonesia,…hal 1077
46
48
http://www.jurnalhukum.com/penafsiran- Badr ad-dîn Muhammad az-Zarkasyî.
hukum-interpretasi-hukum/diakses tanggal 2 Al-Burhân fi „Ulûm Al-Qur‟an. ed. Muhammad
Desember 2018 Abû al-Fadhl Ibrâhim.‟Isâ al-Bâb al-Halabî, cet
47
Abdul Muin Salim. 2002. Fiqih 1, t.th., juz I, hlm. 35.
49
Siyasah, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al- Nashruddin Baidan. 2011. Wawasan
Qur'an. cet III; Jakarta: Raja Grafindo. hlm. 49- Baru Ilmu Tafsir. Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
51. cet II. hlm. 192.

Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an …. 83


mencoba mengaitkan berbagai sebab memandang suatu ayat dari segi yang
tanpa ilmu yang memadai, berarti ia berbeda. Menurut Chaerudji A. Chalik
telah memaksakan diri untuk munâsabah dapat dilihat dari dua sisi,
melakukan sesuatu yang tidak yaitu sifat dan materinya.52
semestinya sehingga hanya akan
menghasilkan hubungan yang tidak a. Munasabah dari sisi Sifat,
akurat. Dengan demikian, tentu tidak Dilihat dari sisi sifatnya, terbagi
akan ditemukan pembicaraan yang menjadi dua bagian, yaitu:
indah, apalagi yang terbaik Dalam hal Pertama Dẓ ahir al-irtibâṭ , yaitu
ini, harus dipahami bahwa bagai persesuaian atau kaitan yang tampak
manapun Al-Qur‟an turun selama lebih jelas, karena kaitan kalimat yang satu
dari dua puluh tahun dengan memuat dengan yang lain erat sekali sehingga
hukum yang berbeda. Kondisi itulah yang satu tidak bisa menjadi kalimat
yang tidak mudah kita hubungkan yang sempurna bila dipisahkan dengan
sebagian dengan yang lain secara paksa. kalimat lainnya, seolah-olah ayat
Ilmu munasabah mulai disadari tersebut merupakan satu kesatuan yang
keutamaannya ketika masa Abu Bakar sama. Misalnya, dapat kita cermati ayat
an-Naisaburi (w. 324 H), pada masa Surat Al-A‟raf Ayat 26.
ُ َ ْ َْ َ
‫َيا َب ِني َآد َم ق ْد أه َزل َنا َعل ْيك ْم‬
keemasan Islam (abad I-IV H), yaitu
ketika terjadi lonjakan besar dalam
ً ُ
perkembangan ilmu-ilmu keislaman.50 ۖ ‫اشا ُي َى ِازي َش ْىآ ِثك ْم َو ِزيشا‬ ً ‫ل َب‬
ِ
Ketika dihadapkan padanya ayat Al-
َ‫الت ْق َى َٰي ََٰذل َك َخ ْي ٌر ۚ ََٰذلك‬
َّ ‫اس‬ َ
ُ ‫وِلب‬ َ
Qur‟an kepadanya selalu ia katakan, ِ ِ
َّ َّ َّ َ َّ
ِ َ ‫ات الل ِه ل َعل ُه ْم َيرك ُس‬ َ ْ
“Mengapa ayat ini diletakkan di
samping ayat ini dan apa rahasia ‫ون‬ ِ ‫ِمن آي‬
diletakannya surat ini di samping surat
itu”, begitulah yang terjadi berulang- Hai anak cucu Adam!
ulang seperti dikutip oleh az-Zarkasyi Sesungguhnya Kami telah
dari asy-Syahrâbânî. Terlepas dari pro menyediakan kepadamu
dan kontra atas apa yang dilakukan pakaian untuk menutupi
Naisaburi, tindakannya merupakan auratmu dan untuk perhiasan
sebuah kejutan dan langkah baru dalam bagimu. Tetapi pakaian
dunia tafsir saat itu. Atas prestasi takwa itulah yang paling
Naisaburi dalam memelopori ilmu baik. Demikianlah sebagian
munâsabah ia mendapat gelar sebagai dari tanda- tanda kekuasaan
bapak ilmu munâsabah.51 Allah, mudah-mudahan
mereka selalu ingat. (QS.
Dalam pembagiannya munâsabah Al-A‟raf: 26)
ini, para ulama juga berbeda pendapat
mengenai pengelompokan munâsabah Munâsabah dalam ayat di atas
dan jumlahnya, hal ini dipengaruhi tampak jelas, hubungan antara pakaian
bagaimana seorang ulama tersebut biasa dan pakaian taqwa dalam
menutupi aurat manusia. Allah telah
50
memberi kenikmatan berupa pakaian,
Nashruddin Baidan. 2011. Wawasan
Baru Ilmu Tafsir. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 52
Acep Hermawan. 2011. „Ulumul
cet II. hlm 186. Qur‟an. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
51
M. Nor Ichwan. 2008. Studi Ilmu-Ilmu hlm. 125.
Al-Qur‟an. Semarang: RaSAIL Media Group,
hlm 53.

84 Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an ….


libâs. Ada banyak jenis pakaian yang dilarang berperang, namun jika umat
ada di alam semesta, namun hanya satu Islam diserang terlebih dahulu, maka
di hadapan Allah pakaian yang larangan berperang menjadi gugur
dikaruniai yaitu pakaian taqwa, libâs at- meskipun pada musim haji dan
taqwâ. Hal tersebut terlihat dari kalimat diperbolehkan melawan serangan
żâlika khair. Adanya tambahan tersebut selama tidak melampaui
keterangan tersebut, makin jelas bahwa batas.53
pakaian yang efektif yang diperintahkan
Allah dalam memelihara seseorang dari b. Munasabah dari sisi Materi.
hal-hal negatif lahir-batin, terhindar dari
godaan syaitan dan perbuatan keji Banyak mufassir yang memiliki
adalah pakaian taqwa. Yaitu sikap konsen dalam hal munâsabah Al-Qur‟an
mental yang selalu tunduk dan patuh saat ini, seperti Quraish Shihab. Ia
melak-sanakan perintah dan mengklasifikasikan korelasi kalimat,
meninggalkan larangannya agar ayat, surat dalam teks Al-Qur‟an dalam
terhindar dari siksa neraka.20 tujuh point penting. 54Yaitu:
1. Munasabah antara surah dengan
Kedua khafî al-irtibâṭ, yaitu munâsabah
surah
yang tampak samar, sehingga tidak
2. Munasabah antara nama surah
tampak adanya hubungan antara
dengan kandunganya
keduanya, bahkan seolah-olah masing-
3. Munasabah antara ayat dengan ayat
masing ayat/surat berdiri sendiri, baik
dalam surah yang sama.
karena yang pertama di‟aṭ afkan
4. Munasabah antara ayat dengan ayat
kepada yang lain maupun karena yang
dan hubungan antara satu sama
pertama bertentangan dengan yang lain.
lain.
Misalnya dalam Aurat Al-Baqarah ayat
5. Munasabah antara akhir suatu surat
189 dan 190. Allah berfirman, Mereka
dengan awal surat berikunya.
bertanya kepadamu tentang bulan sabit.
6. Munasabah antara kalimah dengan
Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah
kalimah dalam satu surah.
tanda-tanda waktu bagi manusia dan
7. Munasabah awal uraian surat dengan
(bagi ibadat) haji; dan bukanlah
akhirnya
kebajikan memasuki rumah-rumah dari
belakangnya, akan tetapi kebajikan itu
Berikut ini Penulis akan
ialah kebajikan orang yang bertakwa.
menguraikan tiga contoh saja,
dan masuklah ke rumah-rumah itu dari
interpretasi sistemik atau munasabah
pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada
dari sisi materi diatas.
Allah agar kamu beruntung. (QS. Al-
Baqarah: 189) Ayat tersebut
b.1. Munasabah Antara Surat dengan
mempunyai korelasi dengan ayat
Surat.
setelahnya. “Dan perangilah di jalan
Salah satu contoh yang dapat diajukan
Allah orang-orang yang memerangi
kamu, (tetapi) janganlah kamu di sini adalah munasabah yang dapat
melampaui batas, karena Sesungguhnya ditarik pada tiga surat beruntun, masing-
Allah tidak menyukai orang-orang yang 53
melampaui batas. (QS. Al-Baqarah: Acep Hermawan. „Ulumul
Qur‟an…hlm 126.
190) 54
M. Quraish Syihab. 2013. Mukjizt Al
Munâsabah antara keduanya Qur‟an Ditinjau dariAspek Kebahasaan, Isyarat
adalah ketika musim haji umat Islam Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib. Jakarta, Mizan.
hlm 36.

Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an …. 85


masing QS. Al-Fatihah (1), QS. Al- beberapa bukti menunjukkan bahwa
Baqarah (2), dan QS. Ali-Imran (3). 55 suatu Surat terkadang memiliki satu
Satu surah berfungsi menjelaskan surat nama dan terkadang dua nama atau
lebih. Tampaknya ada rahasia dibalik
sebelumnya, misalnya di dalam Surat
nama tersebut. Para ahli tafsir
Al-Fatihah (QS: 1: 6) disebutkan: sebagaimana yang dikemukakan oleh
‫إهدها الصساط املصتقيم‬ al-Sayuthi melihat adanya keterkaitan
antara nama-nama Surat dengan isi atau
..“Tunjukilah kami jalan uraian yang dimuat dalam suatu Surat.
yang lurus” Kaitan antara nama surat dengan isi ini
Lalu dijelaskan dalam Surat dapat di identifikasikan sebagai
Al-Baqarah (QS: 2: 2), berikut56 :
bahwa jalan yang lurus itu a. Nama diambil dari urgensi isi serta
ialah mengikuti petunjuk Al- kedudukan Surat. Nama Surat Al-
Qur‟an, sebagaimana Fatihah disebut dengan umm Al-
disebutkan: Kitab karena urgensinya dan
َ ُ َ ْ َ ََٰ
‫اب َل َزْي َب ۛ ِف ِيه ۛ ُه ًدي‬
disebut dengan Al-Fatihah karena
‫ذ ِلك ال ِكت‬ kedudukannya.
ْ
ِ َ ‫ِلل ُم َّت ِق‬
‫ين‬ b. Nama diambil dari perumpamaan,
peristiwa, kisah atau peran yang
..Kitab (Al-Qur‟an) ini tidak menonjol, yang dipaparkan pada
ada keraguan padanya, rangkaian ayat-ayatnya; sementara
petunjuk bagi mereka yang di dalam perumpamaan, peristiwa,
kisah atau peran itu sarat dengan
bertakwa” (QS. Al-Baqarah:
ide. Di sini dapat disebut nama-
2) nama Surat: Al-„Ankabut, Al-Fath,
Al-Fil, Al-Lahab dan sebagainya.
Keserasian hubungan atau c. Nama sebagai cerminan isi
munasabah antar surat ini pada pokoknya, misalnya al-Ikhlas
hakikatnya memperlihatkan kaitan yang karena mengandung ide pokok
erat dari suatu surat dengan surat keimanan yang paling mendalam
lainnya. Bentuk munasabah yang serta kepasrahan: al-Mulk
tercermin pada masing-masing surat, mengandung ide pokok hakikat
kelihatannya memperlihatkan kesatuan kekuasaan dan sebagainya.
tema. Salah satunya memuat tema d. Nama diambil dari tema spesifik
sentral, sedangkan surat-surat lainnya untuk dijadikan acuan bagi ayat-
menguraikan sub-sub tema berikut ayat lain yang tersebar diberbagai
perinciannya, baik secara umum surat. Contoh Al-Hajj (dengan
maupun parsial. spesifik tema haji), al-Nisa‟
(dengan spesifik tema tentang
b.2. Munasabah Antara Nama Surat tatanan kehidupan rumah tangga).
dengan Kandungan Isinya Kata Nisa‟ yang berarti kaum
Nama satu Surat pada dasarnya wanita adalah irrig keharmonisan
bersifat tauqifi (tergantung pada rumah tangga.
petunjuk Allah dan Nabi-Nya). Namun

55 56
Jalal ad-Din al-Suyuthi. Tanâsuq ad- Acep Hermawan. „Ulumul
Durar fi Tanâsub as-Suwar. hlm. 76. Qur‟an…hlm 128.

86 Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an ….


e. Nama diambil dari huruf-huruf diturunkan. Hal ini berpijak pada suatu
tertentu yang terletak dipermulaan landasan faktual bahwa terdapat ayat-
surat, sekaligus untuk menuntut ayat Al-Qur'an yang diturunkan
perhatian khusus terhadap ayat-ayat berkaitan dengan peristiwa-peristiwa
di dalamnya yang memakai huruf atau kasus-kasus tertentu. 58 Teknik
itu. Contohnya: Thaha, Yasin, semacam ini sudah dikenal dan bahkan
Shad, dan Qaf. dipergunakan sejak masa sahabat.
Teknik interpetasi ini dikenal
b.3. Munâsabah antara ayat dengan ayat dalam Ulumul Qur‟an dengan
dalam satu surat. penafsiran berdasarkan Asbabun Nuzul.
Sebagai contoh jenis ini dapat Atau sebab-sebab turunnya (suatu ayat)
diperhatikan ayat-ayat pada awal Surat Al-Qur‟an. Dalam penafsiran tersebut
Al-Baqarah mulai ayat 1-20. Ayat-ayat dibahas mengenai latar belakang atau
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sebab-sebab suatu atau beberapa ayat
tiga kelompok: a) keimanan, merupakan Al-Qur'an diturunkan. Pada umumnya,
ayat 1-5; b) kekufuran, perhatikan ayat Asbabun Nuzul memudahkan para
6-7; dan c) kemunafikan dari ayat 8-20. mufassir untuk menemukan tafsir dan
Dalam membedakan ketiga kelompok pemahaman suatu ayat dari balik kisah
tersebut secara jelas dengan menarik diturunkannya ayat itu. Selain itu, ada
hubungan antara ayat-ayat tersebut. juga yang memahami ilmu ini untuk
Misalnya dengan menyebut sifat-sifat menetapkan hukum dari hikmah di balik
mukmin, kafir dan munafik secara kisah diturunkannya suatu ayat.
runtun dan berdekatan maka akan Mengetahui Asbabun Nuzul suatu ayat
memberikan pemahaman yang lebih dapat membantu Mufassir memahami
gamblang dan utuh tentang watak ketiga makna ayat. Pengetahuan tentang
golongan itu. Oleh karenanya akan amat Asbabun Nuzul suatu ayat dapat
masuk akal ketika ketiga golongan memberikan dasar yang kukuh untuk
tersebut disebut secara berurutan, menyelami makna suatu ayat Al-
sehingga memudahkan dalam menyerap Qur‟an.
informasi.57 Pengetahuan Asbābun-Nuzūl
merupakan hal yang amat penting
D.1.d. Interpretasi Sosio dalam memahami Al-Qur‟ān dan
Historis menafsirinya. Seperti yang sudah
ditetapkan para ulama, bahwa Al-
Interpretasi Sosio Historis Qur‟ān itu diturunkan dengan dua
mengandung pengertian penelaahan bagian. Satu bagian diturunkan secara
suatu objek (dalam hal ini ayat Al- langsung, dan bagian ini merupakan
Qur‟an) berdasarkan keadaan, mayoritas Al-Qur‟ān. Bagian kedua
perkembngan masyarakat ketika ayat itu diturunkan setelah ada suatu kejadian
diturunkan dengan melakukan atau permintaan, yang turun mengiringi
pendekatan secara kesejarahan selama turunnya wahyu, yaitu selama
(historis). Ayat-ayat Al-Qur‟an tiga belas tahun. Bagian kedua inilah
ditafsirkan dengan pendekatan sejarah yang dibahas berdasarkan sebab
berkenaan dengan kehidupan sosio turunnya. Sebab, mengetahui sebab
kultural masyarakat Arab ketika ayat
58
Abdul Muin Salim. Fiqih Siyasah,
57
Jalal ad-Din al-Suyuthi. Tanâsuq Ad- Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur'an.
Durar fi Tanâsub As-Suwar. hlm. 78. hlm. 49-51.

Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an …. 87


turunnya dan seluk-beluk yang katakan kepada Rasulullah bagaimana
melingkupi nash, akan membantu kalau Maqām Ibrahim kita jadikan
pemahaman dan apa yang akan tempat salat, maka turunlah ayat
dikehendaki dari nash itu.59 ‫“ﯧﯦﯥﯤﯣ ﯨ‬Dan jadikanlah sebahagian
maqām Ibrahim tempat salat” (Al-
Sebagai contoh di sini dapat
Baqarah: 125). Dan aku berkata wahai
dikemukakan tentang penginterpretasian
Rasulullah: “Sesungguhnya di antara
kata al-tahlukah pada ayat berikut:
orang-orang yang menemui istri-istrimu
َُ َ َ ً ُ ً ََ
ِ‫التهلك ِة‬ ‫ِباءيديكم ِالي‬
ِ ‫وَل ثلقىا‬ ada yang baik (Al-barru) dan ada yang
jahat (Al-fājir), bagaimana kalau anda
Menurut riwayat Ibnu Jarir, memerintahkan kepada mereka untuk
menjelang turunnya ayat tersebut diatas membuat hijāb (tabir). Kemudian
ada suiatu kasus seorang sahabat turunlah ayat hijāb, yakni ayat dari surat
membagi-habiskan harta perbekalan Al-Ahzāb ayat 53.61
perangnya kepada sahabat lainnya. Menurut Az-Zarqani tidak semua
Dengan demikian maka yang dimaksud ayat atau beberapa ayat mempunyai
al-tahlukah dalam ayat ini adalah asbāb an-nuzūl, diantaranya ayat yang
membiarkan diri terpuruk dalam berbicara mengenai kejadian atau
keadaan yang telah lampau dan akan
kesengsaraan atau kelaparan.60
datang, semisal kisah nabi-nabi dan
Adapun ayat yang diturunkan umat terdahulu dan juga kejadian
karena suatu peristiwa menurut Az- tentang as-sā„ah (kiamat) dan yang
Zarqani ada tiga bentuk. Pertama, berhubungan dengannya. Ayat-ayat
peristiwa khushūmah (pertengkaran) seperti ini banyak terdapat dalam Al-
yang sedang berlangsung, semisal Qur`an.62
perselisihan antara kelompok Aus dan
Khazraj yang disebabkan oleh rekayasa Menurut Anin Summa, paling
kaum Yahudi sampai mereka berteriak: sedikit ada tiga kemungkinan mengapa
“as-silāh, as-silāh” (senjata, senjata). tidak seluruh ayat Al-Qur‟an dapat
Dari kejadian ini turunlah beberapa ayat diketahui sebab-sebab yang
dari surat Ali „Imrān yang di mulai dari melatarbelakangi penurunannya. Dan
ayat 100. Kedua, peristiwa berupa masing-masing kemungkinan itu terkait
kesalahan seseorang yang tidak dapat di erat antara satu dengan yang lain.
terima akal sehat. Seperti orang yang Kemungkinan pertama tidak semua hal
masih mabuk mengimani salat sehingga yang bertalian dengan proses turun Al-
ia salah dalam membaca surat al- Qur‟an ter-cover oleh para sahabat yang
Kāfirūn. Kemudian turunlah ayat dari langsung menyaksikan proses
surat an-Nisā: 43. Ketiga, peristiwa penurunan wahyu Al-Qur‟an. Kedua,
mengenai cita-cita dan harapan, seperti penyaksian para sahabat terhadap hal-
muwāfaqāt (persesuaian, kecocokan) hal yang berkenaan dengan proses
Umar RA. Aku ada persesuaian dengan penurunan wahyu Al-Qur‟an tidak
Tuhanku dalam tiga perkara. Aku semuanya dicatat. Kalaupun kemudian
dicatat, pencatatan itu sendiri dapat
59
dikatakan sudah terlambat. Sehingga,
Yusuf Al-Qardawi. 2000. Bagaimana kalaupun semua proses penurunan Al-
Berinterakasi dengan Al-Qur`an. terj. Kathur
Suhardi, Jakarta: Pustaka al-Kausar, hlm. 267. Qur‟an itu secara keseluruhan terekam
60
Abd Al-Rahmān Jalāl al-Dīn al-
61
Syuyūhī. al-Durr al- Mantsūr fi al-Tafsīr al-Ma- Az-Zarqani. Manāhil al-„Urfān. hlm. 96
62
tsūr. hlm. 5, hlm. 500. Az-Zarqani. Manāhil al-„Urfān. hlm. 97

88 Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an ….


oleh para sahabat, tentu ada yang hilang Al-Qur‟an tidaklah semudah
dari ingatan mereka mengingat membalikkan telapak tangan.
keterlambatan pencatatan itu tadi. Berbicara tentang salah dan
Ketiga, terbuka lebar kemungkinan ada benarnya sebuah tafsir merupakan hal
sejumlah ayat-ayat Al-Qur‟an yang yang tidak mudah. Sebab sejak
penurunannya memang tetap dipandang meninggalnya Nabi, tidak ada lagi
tepat dengan atau tanpa dikaitkan seseorang yang dipandang memiliki
langsung dengan suatu peristiwa/untuk otoritas untuk menentukan yang mana
mengenali sebab nuzul ayat, selain bisa sebuah tafsir itu dikatakan benar atau
ditelusuri melalui sejumlah kitab tafsir, salah. Pertanyaan yang muncul adalah
atau dengan pertanyaan yang siapakah yang berhak menilai bahwa
mendahuluinya.63 sesuatu tafsir dikatakan benar benar
atau salah? Namun, bukan berarti tidak
D.2. Potensi Deviasi Penafsiran Al- ada jalan untuk menemukan kesalahan-
Qur’an Dalam Tinjauan Ilmu kesalahan dalam tafsir. Langkah-
Dakhil. langkah yang bisa ditempuh adalah
dengan melihat ijma‟ ulama-ulama
Para penafsir Al-Qur‟an telah tafsir ketika berbicara tentang sebab-
menawarkan berbagai macam metode sebab kesalahan dalam menafsirkan Al-
dan teknik penafsiran untuk memahami Qur‟an.64
Al-Quran. Metode dan teknik tersebut Al-Zahabi misalnya mengatakan
sangat bergantung pada kecenderungan bahwa agar seorang mufassir agar tidak
dan minat kelimuan sang penafsir. Dari terjatuh dalam kesalahan, maka ia harus
perbedaan kecenderungan keilmuan meninggalkan hal-hal berikut:
tersebut lahirnya bermacam-macam
madzhab tafsir seperti tafsir fiqhi, tafsir 1. Terburu-buru menafsirkan Al-
ilmi, tafsir adabi ijtima‟i, tafsir Qur‟an tanpa mengetahui
hermeneutis dan lain sebagainya. aturan-aturan kebahasaan dan
ushul al-syari‟ah.
Dari sekian metode yang 2. Terlalu mendalami sesuatu yang
ditawarkan oleh berbagai mufassir dari dirahasiakan oleh Allah sep-erti
zaman klasik hingga modern- ayat-ayat mutasyabihat.
kontemporer, sangat sulit untuk 3. Menafsirkan Al-Qur‟an dengan
menentukakn metode yang mana yang hawa nafsu dan dugaan-dugaan
paling pas dan benar. Namun yang pasti semata.
semua penafsir Al-Qur‟an semuanya 4. Penafsiran yang ditundukkan
menginginkan agar karya tafsirnya pada mazhab yang rusak
dapat mengungkap makna Al-Qur‟an (mazhab al-fasid).
dengan sebenar-benarnya. Penulis yakin 5. Tafsir yang dipotong-potong
bahwa tidak ada seorang mufassirpun (parsial) tanpa adanya dasar
yang menafsirkan Al-Qur‟an dengan argumen yang jelas.65
tujuan memaknai Al-Qur‟an secara
salah. Namun, kemungkinan kesalahan
dalam penafsiran tentu akan banyak 64
ditemukan karena mengungkap makna Abdul Halim. 2014. “Sebab-sebab
Kesalahan dalam Tafsir”. Jurnal Syahadah,
Universitas Islam Indragiri Tembilahan, Vol 2.
N0.1 April, hlm. 72.
63 65
Muhammad Amin Suma. 2013. Ulumul Muhammad Husain al-Zahabi. al-
Qur`an. Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 209. Tafsir wa al-Mufassirun. juz.1, hlm. 275.

Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an …. 89


Meskipun para ulama telah sahabat. Kalau pada masa Rasulullah
menetapkan berbagai macam Shalalahu‟alaihi wa Sallam para
persyaratan sebagai kompetensi untuk sahabat menanyakan persoalan-
menafsirkan Al-Qur‟an, namun ijtihad persoalan yang tidak jelas kepada
mereka dengan dipengaruhi oleh beliau, maka setelah wafatnya, mereka
kemampuan daya tangkap, pengetahuan terpaksa melakukan ijtihad, khususnya
bahasa, minat kajian, referensi teks, mereka yang mempunyai kemampuan
afiliasi aliran, adat istiadat, letak semacam 'Ali bin Abi Thalib, Ibnu
geografi mereka yang berbeda 'Abbas, Ubay bin Ka'ab, dan Ibnu
menjadikan cacat tafsir ini sulit untuk Mas'ud. Sementara sahabat ada pula
dihindari. Kekeliruan dalam penafsiran yang menanyakan beberapa masalah,
inilah yang dikenal dalam ilmu tafsir khususnya sejarah nabi-nabi atau kisah-
dengan istilah al-Dakhîl66. kisah yang tercantum dalam Al-Qur‟an
kepada tokoh-tokoh Ahlul-Kitab yang
Ilmu Dakhîl memang relatif
telah memeluk agama Islam, seperti
belum terlalu populer. Ilmu ini baru
'Abdullah bin Salam, Ka'ab Al-Ahbar,
disusun secara sistematis dan diajarkan
dan lain-lain. Inilah yang merupakan
di Al-Azhar Kairo Mesir pada sekitar
benih lahirnya Israiliyat.i67
tahun delapan puluhan. Di Universitas
Al Azhar Mesir, mata kuliah al-Dakhîl Sekalipun para sahabat orang-
fi al Tafsir dimasukkan sebagai materi orang Arab dan berbahasa Arab, tetapi
pokok dalam jurusan Tafsir Fakultas pengetahuan mereka tentang bahasa
Ushuluddin Azhar Mesir sampai saat Arab berbeda-beda. Pengetahuan
ini. Mata kuliah ini menduduki posisi sahabat tentang sastra Arab, gaya
yang sangat sentral bagi penggiat studi bahasa, adat istiadat dan kata-kata yang
tafsir dan Ulumul Qur‟an mengingat terdapat dalam Al-Qur‟an juga
banyak produk tafsir dari para mufassir mempunyai tingkatan yang berbeda.
yang mengandung kelemahan- Ada sababat yang sering mendampingi
kelemahan. Kekeliruan tersebut hanya Nabi Muhammad Shalallahu‟alaihi wa
bisa dikoreksi secara metodik dan Sallam, sehingga banyak mengetahui
terarah dengan mengenal Ilmu Dakhil sebab-sebab ayat-ayat Al-Qur‟an
(Metode kritik Tafsir). Sebagaimana diturunkan dan ada pula yang jarang
halnya dengan mengkritisi hadis-hadis mendampingi beliau. Pengetahuan
yang beredar dengan menerapkan Ilmu tentang sebab-sebab Al-Qur‟an
Musthalahul Hadis (Metode Kritik diturunkan itu, sangat diperlukan untuk
Hadis, Sanad dan Matan). mentafsirkan Al-Qur‟an. Karena itu
sahabat-sahabat yang banyak
Sejarah mengungkapkan bahwa
pengetahuan mereka tentang sebab Al-
kekeliruan dalam menafsirkan Al-
Qur‟an diturunkan itu, lebih mampu
Qur‟an juga dilakukan sebagian
mentafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an
dibandingkan dengan yang lain.
66
Makna umum al-Dakhîl fî al-tafsîr
secara istilah adalah kekeliruan dalam Sebagai contoh kekeliruan sahabat
menafsirkan Al-Qur‟an. Dakhîl dalam tafsir dalam menafsirkan ayat, dapat
dapat diartikan suatu aib dan cacat yang dikemukakan sebagai berikut.
sengaja ditutup-tutupi dan disamarkan
hakikatnya serta disisipkan di dalam beberapa
67
bentuk tafsir Al-Qur‟an yang otentik. Akibat Muhammad Abu Syuhbah. 1408 H. Al
penyembunyian dan penyamaran ini, usaha Israiliyat wa al Maudhu‟at fi Kutubit Tafsir.
untuk mengetahui dan mengungkapannya Kairo, Maktabah As-Sunnah. hlm. 20.
membutuhkan suatu penelitian..

90 Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an ….


Diriwayatkan bahwa Khalifah Umar bin beriman, sesungguhnya (meminum
Khathab telah mengangkat Qudamah khamar, berjudi (berkorban untuk)
sebagai gubernur Bahrain. Dalam suatu berhala, mengundi nasib dengan panah,
peristiwa datanglah Jarud mengadu adalah perbuatan keji; termasuk
kepada Khalifah Umar, bahwa perbuatan syaitan. Kerana itu jauhilah
Qudamah telah meminum khamar dan perbuatan-perbuatan itu agar mendapat
mabuk. Umar berkata: "Siapakah orang keberuntungan (kejayaan)".
lain yang ikut menyaksikan perbuatan
tersebut?" Jarud kemudian menukas: Berkata Umar: "Benarlah lbnu Abbas."
"Abu Hurairah telah menyaksikan apa
Dari keterangan di atas dapat
yang telah kukatakan". Khalifah Umar
diambil kesimpulan bahwa lbnu Abbas
memanggil Qudamah dan mengatakan:
lebih mengetahui sebab-sebab
"„Ya Qudamah! Aku akan mendera
diturunkannya ayat 93 Surah Al-
engkau!. Lalu berkata Qudamah:
Ma‟idah dibanding dengan Qudamah.
"Seandainya aku meminum khamar
Sebab menurut riwayat Ibnu Abbas,
sebagaimana yang mereka katakan,
bahwa setelah Ayat 90 Surat Al-
tidak ada suatu alasan pun bagi engkau
Ma‟idah diturunkan, sahabat-sahabat
untuk menderaku". Umar bertanya:
saling menanyakan tentang keadaan
"Kenapa?" jawab Qudamah: "Karena
para sahabat yang telah meninggal,
Allah telah berfirman dalam surat Al
padahal mereka dahulu sering
Maidah ayat 93. Artinya: Tidak ada
meminum khamar seperti Sayidina
dosa bagi orang-orang yang beriman
Hamzah, bapak saudara Nabi yang
dan menengerjakan amalan yang saleh,
gugur sebagai syuhada pada perang
karena memakan makanan yang telah
Uhud. Ada sahabat yang mengatakan
mereka makan dahulu, apabila mereka
bahawa Hamzah tetap berdosa karena
bertakwa serta beriman dan
perbuatannya yang telah lalu itu. karena
mengerjakan amalan-amalan yang
itu turunlah Ayat 93 Surah Al Al-
saleh, kemudian mereka tetap bertakwa
Ma‟idah, yang menyatakan bahawa
dan beriman, kemudian mereka (tetap
umat Islam yang meninggal sebelum
juga) bertakwa dan berbuat kebajikan.
turunnya ayat 90 Surah (5) Al Maa'idah
Dan Allah menyukai orang-orang yang
tidak berdosa karena meminum khamar
berbuat kebajikan.”
itu. Tetapi umat sekarang berdosa
Sedang saya adalah orang yang meminumnya.
beriman, mengerjakan amal saleh,
Contoh lain kekeliruan penafsiran
kemudian bertakwa dan beriman, saya
sahabat yang terjadi pada masa
ikut bersama Nabi Muhammad
Rasullallah S.A.W. Yaitu ayat dalam
Shalallahu‟alaihi wa Sallam. dalam
Surat Al-Baqarah 187 yang artinya
perang Badar, perang Uhud, perang
seperti di bawah ini;
Khandaq dan peperangan yang lain."
“Makan dan minumlah hingga jelas
Umar berkata: "Apakah tidak ada di
bagimu (perbedaan) antara benang
antara kamu sekelian yang akan
putih dan benang hitam, yaitu fajar.
membantah perkataan Qudamah?.
Kemudian sempurnakanlah puasa
Berkata lbnu Abbas: "Sesungguhnya
sampai (datang) malam.
Ayat 93 Surah Al-Ma‟idah diturunkan
sebagai melindungi umat di masa Ayat di atas mendapat persepsi
sebelum Ayat 90 ini diturunkan, karena yang keliru dari seorang sahabat Nabi
Allah berfirman: Surat Al-Ma‟idah Ayat Shalallahu‟alaihi wa Sallam, yaitu
90. Artinya: Hai orang-orang yang `Adiy ibn Hâtim. Sebagaimana yang

Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an …. 91


diceritakannya bahwa ia berkata; kehati-hatian dan melengkapi syarat-
"Ketika ayat (Makan dan minumlah syaratnya.68
hingga jelas bagimu (perbedaan) Adalah Prof. Dr. Ibrahim
antara benang putih dan benang hitam) Khafilah, guru besar Universitas Al
turun (dengan tanpa kalimat Min al- Azhar Mesir yang secara spesifik
Fajr) saya mengambil dua utas igal,ii mempopulerkan istilah dakhil. Beliau
igal pertama berwarna hitam dan yang menetapkan sejumlah landasan
kedua berwarna putih. Saya meletakkan teoritis/metodologi terkait dengan Ilmu
keduanya di bawah bantal saya. Saya Dakhil. Dalam bukunya al-Dakhîl fi al
tidak dapat membedakan warna Tafsir beliau menulis bahwa bentuk
keduanya dengan jelas. Pada pagi penafsiran Al-Qur‟an secara garis
harinya saya menghadap Rasulullah besarnya ada dua yaitu al-ma´tsûr atau
Shalallahu‟alaihi wa Sallam dan riwayat dan al-ra´yi atau akal. Al-
melaporkan yang saya lakukan. Beliau Ma´tsûr mencakup Al-Qur‟an, hadis,
bersabda, 'Kalau begitu, bantalmu pendapat sahabat dan pendapat tabiin.
sangat lebar. Maksud ayat adalah Penggunaan al-ma´tsûr dalam
terangnya cahaya siang dari kegelapan penafsiran Al-Qur‟an didahulukan
malam.' " daripada penggunaan al-ra´yi. Dan
Ibnu Katsir dalam menafsirkan dalam penggunaan al-ma´tsûr
kalimat Kalau begitu, bantalmu sangat mengikuti susunannya, yaitu mencari
lebar menyatakan bahwa maksud penafsiran Al-Qur‟an di dalam Al-
benang putih adalah cahaya siang Qur‟an itu sendiri. Bila tidak
sedang maksud benang hitam adalah ditemukan, maka mencarinya dalam
kegelapan malam. Dengan demikian hadis yang layak dijadikan hujjah dan
seandainya bantal 'Adi ibn Hatim dapat demikian seterusnya. Tetapi tidak
memuat cahaya siang dan kegelapan semua al-ma´tsûr itu sahih, dan tidak
malam, maka pastilah bantalnya itu semua al-ma´tsûr yang sahih memenuhi
seluas ufuk timur dan barat.iii persyaratan-persyaratan untuk dijadikan
hujjah dalam tafsir, dan tidak semua
Dakhîl yang dilakukan oleh
tafsir bi al-ra´yi itu benar.
sahabat seharusnya menjadi pelajaran
bagi semua kaum muslimin. Bila Tiga bentuk penafsiran yang
seorang sahabat yang bertemu dan termasuk kategori al-Dakhîl adalah (1)
bergaul dengan Nabi, melihat dan tafsir bi al-ma´tsûr yang tidak sahih
mengetahui sebab-sebab turunnya Al- atau tidak valid dalam periwayatannya,
Qur‟an dan memperoleh berkat (2) tafsir bi al-ma´tsûr yang sahih
kenabian masih salah dalam memahami periwayatannya tetapi tidak memenuhi
sebagian Al-Qur‟an, maka apatah lagi persyaratan-persyaratan untuk dijadikan
kaum muslimin yang hidup setelah hujjah, dan (3) tafsir bi al-ra´yi yang
priode sahabat! Kesalahan mereka keliru salah dan tidak dapat diterima.
seharusnya memperingatkan kaum Kerena menafsirkan berdasarkan hawa
muslimin bahwa tafsir Al-Qur‟an adalah nafsu atau afiliasi mazhab sang penafsir,
masalah besar, penting dan krusial. tanpa mengindahkan syarat-syarat
Karena itu penafsiran Al-Qur‟an harus metodologi tafsir bi ar-ra‟yi, atau
dilakukan dengan penuh ketelitian, dikarenakan kurangnya syarat untuk

68
Ibrâhîm Khalîfah. 1404 H. al-Dakhîl
fî al-Tafsîr. Kairo: Dâr al-Bayân, Jilid 1, hlm.
21-22.

92 Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an ….


menjadi seorang mujtahid. Sedang tidak dapat dikompromikan dengan
penafsiran yang tepat dan benar disebut logika.(9) Menafsirkan Al-Qur‟an
al-ashîl.69 dengan riwayat yang materinya sangat
kontradiktif dan tidak dapat
Berikut dinukilkan beberapa
dikompromikan dengan bentuk ashîl al-
sebab Dakhil al Ma‟tsur yaitu
naqli yang lebih kuat darinya.70
kekeliruan dalam penafsiran riwayat
yang diidentifikasi oleh Prof Ibrahim Adapun kekeliruan tafsir
Khalifah dalam sembilan jenis. (1) dikarenakan pemikiran yang salah
Menafsirkan Alqurân dengan (dakhil al ra‟yi) didentifikasi oleh Prof.
menggunakan Hadis Nabi yang lemah Ibrahim Khalifah dalam tujuh faktor :
dan palsu. (2). Pendapat sahabat dan (1) Kesalahpahaman, kurang
tabiin yang sanadnya lemah atau kompetensi sang mufassir terhadap
dipalsukan. (3). Menggunakan riwayat syarat-syarat ijtihad.(2) Pendewaan
Isrâiliyyât yang bertentangan dengan terhadap logika, pengabaian terhadap
pokok agama Islam ataupun yang tidak makna lahir (literal) suatu kata.(3) )
kontradiktif akan tetapi Alqurân dan Literalisme yang berlebihan dan
hadis sahih tak sekalipun menyinggung pengabaian logika. (4)Pengungkapan
hal tersebut. Baik itu diriwayatkan oleh makna-makna filosofis yang berlebihan.
sahabat maupun tabiin. (4) Menafsirkan (5) Keinginan Mufassir menonjolkan
Alqur‟an dengan pendapat sahabat yang dirinya dalam kemampuan bahasa dan
berbeda dengan pendapat sahabat yang I‟rab sehinga timbul tafsir yang
lain, sedang perbedaannya sangat tajam, dipaksakan. (6) Pengungkapan aspek-
sehingga tidak diketahui mana yang aspek ilmiah yang berlebihan sehingga
benar. (5) Menafsirkan Al-Qur‟an timbul tafsir yang aneh dan mengada-
dengan pendapat tabiin yang tidak valid, ada. (7) Pengingkaran terhadap ayat-
seperti menafsirkan Al-Qur‟an dengan ayat Allah dan usaha merusak Islam.71
hadis mursal yang palsu atau sanadnya
Mengkritisi produk tafsir yang
daif. (6) Menafsirkan Al-Qur‟an dengan
disusun manusia yang lemah akan selalu
hadis mursal yang matannya mengenai
relevan.Apalagi kalau kita sadari bahwa
Israiliyat. Sekalipun hadis mursal itu
model pembaharuan apapun terutama
sesuai dengan Al-Qur‟an dan hadis
yang berkaitan dengan wacana
sahih, selama ia tidak diperkuat oleh
keagamaan akan selalu diawali dengan
sesuatu yang mengangkatnya ke posisi
pengkritisan produk pemikiran warisan
hadis hasan li ghairih maka tetap
masa silam. Berbagai metode dan teknik
dikategorikan dalam dakhil al ma‟tsur
penafsiran yang telah dikembangkan
(7) Menafsirkan Al-Qur‟an dengan
oleh para ulama terdahulu dapat
salah satu bentuk ashîl al-naqli dari
dijadikan rambu dan alat yang harus
empat bentuk ashîl al-naqli pertama,
digunakan secara hati-hati agar tidak
namun materinya kontradiktif, tidak
tergelincir pada kekeliruan atau
dapat dikompromikan dengan logika
penyimpangan tafsir. Kekeliruan
positif. (8) Menafsirkan Al-Qur‟an
pemahaman Al-Qur‟an ini berimplikasi
dengan salah satu bentuk ashîl al-naqli
sangat serius terhadap ajaran Islam dan
dari tiga bentuk ashîl al-naqli yang
bangunan budaya Islam.
terakhiriv, namun materinya kontradiktif
yang kontradiksinya sangat kontras dan
70
Ibrâhîm Khalîfah. al-Dakhîl. Jilid 1,
hlm. 10-11.
69 71
Ibrâhîm Khalîfah. al-Dakhîl. Jilid 1, Ibrâhîm Khalîfah. al-Dakhîl. Jilid 1,
hlm. 21. hlm. 14-15.

Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an …. 93


E. PENUTUP kesejarahan (historis), atau teknik
penafsiran dengan asbabun nuzul.
Dalam klasifikasi tafsir Al-
Metode dan teknik tersebut sangat
Qura‟an, dijelaskan bahwa tafsir
beragam bergantung pada
dikelompokkan kepada tiga kelompok
kecenderungan dan minat kelimuan
utama, yaitu bentuk, metode dan corak
sang penafsir. Namun Al-Qur‟an
tafsir. Dari segi metode muncul tafsir
bukanlah kitab bebas tafsir. Ilmu tafsir
tahlîli analisis, tafsir ijmâli global,
mempunyai metodologi dan kaidah-
muqârin/ perbandingan dan
kaidah yang mesti diperhatikan oleh
maudhûi/tematik. Sedangkan dari segi
orang yang ingin memaknai ayat-ayat
bentuknya muncul tafsir bi al-ma‟tsûr,
Al-Qur‟an. Ketidaktahuan akan kaidah
tafsir bi ar-ra‟y dan tafsir isyâry yang tersebut menyebabkan sesorang keliru
memang sudah sangat popular dalam atau menyimpang dalam menghasilkan
kajian tafsir. Sedangkan terkait teknik produk tafsir. Kekeliruan tafsir inilah
interpretasi, dalam metodologi yang dibahas dalam ilmu Dakhil.
penelitian ilmu Tafsir terdapat banyak Banyak produk-produk tafsir dalam
teknik interpretasi dalam penafsiran Al- kitab-kitab klasik ditengarahi masih
Quran yaitu ; Interpretasi Tekstual, mengandung kekeliruan dengan
Interpretasi Linguistik, Interpretasi berbagai sebab.
Sistematis, Interpretasi Sosio Historis, Di masa depan studi kritis atas
Interpretasi Teologis, Interpretasi kitab-kitab tafsir sudah semestinya
Kultural, Interpretasi Logis. dikembangkan. Meskipun literatur-
Teknik interpretasi tekstual yang literatur tafsir ditulis oleh para ulama-
pada umumnya dipahami sebagai ulama yang masyhur dan berkompeten
memaknai teks seperti "apa adanya tidaklah menutup kemungkinan studi
teks", dipahami sesuai dengan yang kritis tafsir ini dilakukan. Sebab
tersurat tanpa melibatkan unsure luar bagaimanapun karya tersebut
yang elingkupi. Tafsir linguistik atau merupakan sebuah ijtihad yang
tafsir lughawi adalah tafsir yang mungkin saja dapat keliru. Tafsir
mencoba menjelaskan makna-makna mempunyai peranan penting dalam
Al-Qur‟an dengan menggunakan ajaran Islam. Karena posisi Al-Qur‟an
kaidah-kaidah kebahasaan. Seperti sebagai sumber utama ajaran Islam,
melalui interpretasi semiotik maka hasil tafsiran para mufassir
dan semantik yang meliputi etimologis, seringkali menjadi rujukan absolut umat
morfologis, leksikal, gramatikal dan Islam dalam menghadapi berbagai
retorikal. Sedangkan Teknik interpretasi persoalan. Wallahu A‟lam.
sistemis adalah cara menyajikan
pngambilan makna atau interpretasi
suatu ayat dikaitkan dengan ayat-ayat DAFTAR PUSTAKA
lain ataupun ayat lain yang berkorelasi Abu Nawas, Muh. Zuhri. 2015. “Teknik
dalam maupun di luar surahnya atau Interpretasi Tekstual Dan
tasir munasabah ayat. Sedangkan Kontekstual”. Jurnal Al Asas,
Interpretasi Sosio Historis mengandung
IAIN Palopo, Vol. III, No. 1,
pengertian penelaahan suatu objek
(dalam hal ini ayat Al-Qur‟an) April.
berdasarkan keadaan, perkembngan Abu Syuhbah. Muhammad. 1408 H. Al
masyarakat ketika ayat itu diturunkan Israiliyat wa al Maudhu‟at fi
dengan melakukan pendekatan secara

94 Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an ….


Kutubit Tafsir. Kairo, Maktabah Qur`an. terj. Kathur Suhardi,
As Sunnah. Jakarta: Pustaka al-Kausar.
Al Bantani Azkia Muharom. 2016. Al-Qurthubi Abu Abdillah. 2003. al-
Pendekatan Dalam Tafsir: Jami‟ li Ahkam Al-Qur‟an.
Tafsir bi al-Ma‟tsûr, Tafsir bi al- Bairut Lebanon: Dar al-Kutub
Ra‟yi, dan Tafsir bi al-Isyârah. al-Araby, Cet. V.
Jurnal Hikamuna, Vol 1, No. 2. Al-Suyuti, Abdurrahman ibn Abi Bakr
Al -Zahabi Muhammad Husain. 2005. Jalal al-Din. al-Dur al-Mansiur.
al-Tafsir wa al-Mufassirun Juz. VIII Bairut; Dar al-Fikr,
Kairo: Darul Hadis. t.th.
Al Zarqani, Muhammad „Abdul Adzim. Al-Tabataba’I, Muhammad Husain.
1980. Manahil al-Irfan fi “ulum 1998. Al-Qur’an fi al-Islam
Al Qur‟an. Kairo: Matba‟ah Dar (Mengungkap Rahasia Al-
Ihya al Kutub al Arabiyah. Qur’an). terj. A. Malik Madani
Al-Aridh, Ali Hasan. 1992. Sejarah dan dkk. Bandung: Mizan, Cet. XI
Metodologi Tafsir. terj Ahmah Al-Zarkasyî, Badr ad-dîn Muhammad.
Akram, Jakarta, Rajawali. al-Burhân fi „Ulûm Al-Qur‟an.
Al-Farra, Abu Zakariyya Yahya ibn ed. Muhammad Abû al-Fadhl
Ziyad ibn ‘Abdullah ibn Manzur Ibrâhim.‟Isâ, Kairo, al-Bâb al-
al-Dailami’. Ma’ani Al-Qur’an. Halabî, cet 1, t.th.
Juz. III, Cet. I; Mesir: Dar al- Baidan, M. Nashruddin. 2002. Metode
Misriyyah, t.th, Penafsiran Al-Qur‟an Kajian
Al-Hayy, Abd Al-Farmawy. 1994. Kritis Terhadap Ayat-Ayat Yang
Metode Tafsir Maudhu'i. terj. Beredaksi Mirip. Yogyakarta:
Suryan A‟amrah, Jakarta: PT Pustaka Pelajar.
Raja Grapindo Persada, _____. 2011. Wawasan Baru Ilmu
Al-Juwaini, Musthafa al-Shawi. Tafsir, Pustaka Pelajar,
Manahij fi al-Tafsir. Yogyakarta, Cet. II.
Iskandariyah: Mansya‟ah al- Halim, Abdul. 2014 Sebab-sebab
Ma‟arif, Kesalahan dalam Tafsir. Jurnal
Al-Munawar, Sayyid Husin Agil. 1994. Syahadah, Universitas Islam
I'jaz Al-Quran dan Metodologi Indragiri Tembilahan, Vol 2.
Tafsir. Semarang: Toha Putra. N0.1 April, hal 72.
Al-Naisaburiy, Muslim ibn Hajjaj Abu Hermawan Acep. 2011. „Ulumul
al-Hasan al-Qusyairiy. al- Qur‟an. Bandung, PT Remaja
Musnad al-Sahih al-Mukhtasar Rosdakarya.
bi Naql al-‘Adl ila Rasulillah. Hitami, Munzir. 2012. Pengantar Studi
Bairut; Dar Fu’ad ‘Abd al- Al-Qur‟an: Teori dan
Baqiy, t.th, Juz III Pendekatan. Yogyakarta: LKiS,
Al-Qardawi. Yusuf. 2000. Bagaimana Cet. 1.
Berinterakasi dengan Al-

Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an …. 95


Ichwan. M. Nor. 2008. Studi Ilmu-Ilmu _____. 2011. Metodologi Penelitian
Al-Qur‟an. Semarang, RaSAIL Tafsir Maudhu‟i. Makassar;
Media Group. Pustaka al-Zikra.
Khalîfah, Ibrâhîm. 1404 H. al-Dakhîl fî Shihab, M. Quraish. 2013. Kaidah
al-Tafsîr, Kairo: Dâr al-Bayân. Tafsir Syarat, Ketentuan, dan
Mustaqim, Abdul. 2005. Aliran-Aliran Aturan yang Patut Anda Ketahui
Tafsir; Dari Periode Klasik dalam Memahami Ayat-ayat Al-
hingga Kontemporer. Qur‟an. Tangerang: Lentera
Yogyakarta Kreasi Warna. Hati.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan ______.1999. Sejarah dan Ulum Al-
dan Kebudayaan. 2002. Kamus Qur‟an. Jakarta, Pustaka
Besar Bahasa Indonesia. edisi Firdaus.
III, Cet. Kedua, Jakarta: Balai __________. 2006. Mukjizat Al-Qur‟an.
Pustaka. Bandung: Mizan Pustaka, Cet.
Saeed, Abdullah. Interpreting The XVI.
Qur‟an: Towardsa Contemporary __________. 1992. Membumikan Al-
Approach. diterj. Lien Iffah Qur‟an. Bandung: Mizan.
Naf‟atu Fina. 2016. Paradigma, Suma, Muhammad Amin. 2013. Ulumul
Prinsip dan Metode Penafsiran Qur`an. Jakarta: Rajawali Pers.
Kontekstualis Al-Qur‟an. Cet. II; Syafrudin H. U. 2009. Paradigma
Yogyakarta: Baitul Hikmah Press. Tafsir Tekstual dan Kontekstual.
Salim, Abdul Muin. 2002. Fiqih Cet. kedua Yogyakarta: Pustaka
Siyasah, Konsepsi Kekuasaan Pelajar.
Politik Dalam Al-Qur'an. cet III; Syurbasyi, Ahmad. 1999. Sejarah
Jakarta: Raja Grafindo. Perkembangan Tafsir Al-Qur‟an
al-Karim. Jakarta: Kalam Mulia,
Cet. I.

96 Teknik Interpretasi dalam Tafsir Al-Qur’an ….

You might also like