You are on page 1of 16

JURNAL ANDRAGOGI

Article Type :
Date Received :
Date Accepted :
Date Published :

PENGERTIAN ULUMUL QUR’AN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN STUDI ILMU AL-QUR’AN

Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan


Al-Hamidiyah Playgroup&Kindergarten Depok (yuliyantimiran@gmail.com)
Alwafi Islamic Boarding School Depok, Indonesia (sidiqmuchammad9@gmail.com)
Perguruan Tinggi Ilmu Alqur’an (PTIQ) JAKARTA (samsunga511998@gmail.com)

Kata Kunci : Abstrak


Qur’an, sejarah, Tulisan ini membahas tentang pengertian Ulumul Qur’an serta
ilmu Sejarah dan perkembangan studi ilmu Qur’an. Tulisan ini
menggunakan pendekatan kepustakaan. Instrumen yang
digunakan pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembahasan Ulumul Qur’an
sangatlah luas. Pembahasannya mencakup sebab turunnya ayat-
ayat Al-Qur’an, kompilasi tulisan Al-Qur’an, pengetahuan tentang
ayat-ayat Makkiyyah Madaniyyah, Nasikh Mansukh dan lain-lain.
Sebelum Ulumul Qur’an menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri,
ada beberapa fase-fase yang dileawati selama proses
perkembangannya. Tokoh-tokoh yang terlibatpun dalam bidang
ini sangatlah banyak, mulai dari Rasulullah itu sendiri, Sahabat,
Tabi’in hingga para Ulama yang berada di abad ke-15. Yang paling
masyhur diantara mereka adalah Jalaluddin Al Suyuthi yang menulis
kitab Al itqan fi ‘Ulumil Qur’an dan Al-Zarqany dengan karyanya Al
Burhan fi ‘Ulumil Qur’an. Kedua kitab ini selalu menjadi rujukan dalam
kajian-kajian Ulumul Qur’an.

1
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan
Keywords : Abstract

Qur’an, history, This paper discusses the meaning of Ulumul Qur'an, the history and

knowledge development of Qur’anic study. This paper uses a library approach. The
instrument used in this study is a qualitative method. The results of the
study show that the discussion of Ulumul Qur'an is very broad. The
discussion includes the reasons for the revelation of the verses of the
Qur'an, knowledge of the verses of Makiyyah, Madaniyyah, Nasikh
Mansukh and others before Ulumul Qur'an became a separate scientific
discipline, there were several phases that were passed during its
development process. There are many figures involved in this field,
starting from the Prophet himself, his Companions, Tabi'in to the
scholars who were in the 15th century. The most famous among them is
Jalaluddin al-Suyuthi who wrote the book Al-Itqan fi 'Ulumil Qur'an. And
Al-Zarqany with his work Al-Burhan fi 'Ulumul Qur'an. These two books
have always been a reference in the studies of the Ulumul Qur'an.

2
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan

A. PENDAHULUAN

Dalam pembahasan makalah ini, marilah kita mengenal lebih jauh mengenai
pengertian ulumul Qur’an dan sejarah perkembangan studi ilmu Al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan
perantara malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber ilmu bagi kaum
muslimin yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal.

‫َاب‬ َ ‫علَ ٰى ٰ َهؤ ََُل ِء ۚ َون ََّز ْلنَا‬


َ ‫علَيْكَ ْال ِكت‬ َ َ‫علَ ْي ِهم ِم ْن أَنفُ ِس ِه ْم ۖ َو ِج ْئنَا ِبك‬
َ ‫ش ِهيدًا‬ َ ‫ش ِهيدًا‬َ ‫ث ِفي ُك ِل أ ُ َّم ٍة‬ ُ ‫َو َي ْو َم َن ْب َع‬
َ‫ش ْيءٍ َو ُهدًى َو َرحْ َمةً َوبُ ْش َر ٰى ِل ْل ُم ْس ِل ِمين‬ َ ‫ِت ْب َيا ًنا ِل ُك ِل‬

Artinya : “(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang
saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi
saksi atas seluruh umat manusia dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Qur’an) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri.” (Q.S. An-Nahl : 89)1

Mempelajari isi Al-Qur’an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas


pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal
yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang
menunjukkan Maha Besarnya Allah sebagai penciptanya.

Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa setiap
orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-Qur’an. Lebih dari itu, ada orang
yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan Al-Qur’an dengan bantuan
terjemahannya, sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang Arab sendiri banyak
yang tidak mengerti kandungan Al-Qur’an. Maka dari itu, untuk dapat
mengetahui/memahami isi kandungan Al- Qur’an diperlukanlah ilmu yang mempelajari
bagaimana tata cara menafsiri Al-Qur’an yaitu ‘Ulumul Qur’an dan juga terdapat faedah-
faedahnya. Dengan adanya pembahasan ini, kita sebagai generasi islam supaya lebih
mengenal Al-Qur’an, karena tak kenal maka tak sayang.

1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Bandung: CV. Diponegoro, 2005).
3
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan

B. METODE
Metode yang dipakai dalam penelitian ini diantaranya adalah studi literature, dan
studi pustaka, yaitu berisi teori-teori yang relevan dengan masalah-masalah penelitian
disertai dengan pemaparan pembahasan dengan deskriptif dan naratif.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


I. Pengertian ‘Ulumul Qur’an
a. Arti Kata ‘Ulum
Secara etimologi, kata ‘Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari
dua kata, yaitu “Ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ‘ulum adalah bentuk jamak dari kata
“ilmu” yang berarti ilmu-ilmu2. Kata ulum yang disandarkan pada kata Al-Qur’an telah
memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang
berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur’an
maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya.
b. Arti Kata Al-Qur’an
Menurut bahasa, kata “Al-Qur’an” merupakan bentuk mashdar yang maknanya
sama dengan kata “qira’ah” yaitu bacaan. Bentuk mashdar ini berasal dari fi’il madhi
“qoro’a” yang artinya membaca.
Menurut istilah, “Al-Qur’an” adalah firman Allah yang bersifat mu’jizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril, yang dimulai
surah Al-Fatihah dan diakhiri surah An-Nas, yang dinukil dengan jalan mutawatir dan
yang membacanya merupakan ibadah.
Sedangkan ”al-Qur’an” menurut ulama ushul, fiqih, dan ulama bahasa adalah
Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang lafazh-lafazhnya
mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara
mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surat al-Fatihah sampai surat an-
Nas, dengan demikian, secara bahasa, ’ulum al-Qur’an adalah ilmu-ilmu (pembahasan-
pembahasan) yang berkaitan dengan al-Qur’an.
c. Arti Kata ‘Ulumul Qur’an
Setelah membahas kata “ulum” dan “Al-Qur’an” yang terdapat dalam kalimat
“Ulumul Qur’an”, perlu kita ketahui bahwa tersusunnya kalimat tersebut
mengisyaratkan bahwa adanya bermacam-macam ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan Al-Qur’an atau pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an,

4
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan
baik dari aspek keberadaannya sebagai Al-Qur’an maupun aspek pemahaman
kandungannya sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia.
Kata ‘ulum yang disandarkan kepada kata “al-Qur’an” telah memberikan
pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan
dengan al-Qur’an, baik dari segi keberadaannya sebagai al-Qur’an maupun dari segi
pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya. Secara istilah, para
ulama telah merumuskan berbagai defenisi Ulumul Qur’an.
1. Al-Zarqani merumuskan pengertian Ulumul Qur’an sebagai berikut: beberapa
pembahasan yang berhubungan dengan AL-Qur’an al-Karim, dari segi turunnya,
uruturutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, penafsirannya,
kemukjizatannya, nasikh dan mansukhnya, penolakan hal-hal yang bisa
menimbulkan keraguan terhadapnya, dan sebagainya.2
2. Manna’ al- Qathan memberikan defenisi bahwa Ulumul Qur’an adalah ilmu yang
mencakup pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an, dari
segi pengetahuan tentang sebab-sebab turunnya, pengumpulan Al-Qur’an dan urut-
urutannya, pengetahuan tentang ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah, hal–hal lain
yang ada hubungannya dengan al-Qur’an.3
3. Menurut T.M Hasbi As-Shiddiqie ‘Ulumul Qur’an ialah pembahasan-pembahasan
yang berhubungan dengan Al-Qur’an, dari segi nuzulnya, tertibnya,
mengumpulnya, menulisnya, membacanya dan menafsirkannya, I’jaznya, nasikh
mansukhnya, menolak syubhat-syubhat yang dihadapkan kepadanya.4

Defenisi nomor satu dan dua di atas pada dasarnya sama. Keduanya
menunjukkan bahwa ulumul Qur’an adalah kumpulan sejumlah pembahasan yang
pada mulanya merupakan ilmu-ilmu yang berdiri sendiri. Ilmu-ilmu ini tidak keluar
dari ilmu agama dan bahasa. Masing-masing menampilkan sejumlah aspek
pembahasan yang dianggap penting. Objek pembahasannya adalah Al-Qur’an.5
Adapun mengenai kapan lahirnya istilah Ulum Al-Qur’an, terdapat tiga pendapat,
yaitu:
1. Pendapat umum di kalangan para penulis sejarah ‘Ulum Al-Qur’an mengatakan

2
Muhammad Abdul ‘Azim, Manahil al-‘Irfan fi ulum al-Qur’an (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), 27.
3
Manna’ Al-Qathan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qu’an. (Beirut: Al-Syarikah al-Muttahidah li al-tauzi’, 1973), 15.
4
T.M. Hasbi As-Shiddiqie, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), 10-11.
5
Abd. Gani Isa, “Ulumul Qur’an (Kajian Sejarah dan Perkembangannya)”, Jurnal Academia
5
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan
bahwa lahirnya istilah ‘Ulum Al-Qur’an pertama kali ialah pada abad ke-7,6
2. Ibn Sa’id yang terkenal dengan sebutan Al-Hufi, dengan demikian menurutnya,
istilah ini lahir pada permulaan abad ke-15,7
3. Shubhi Al-Shalih berpendapat lain. Menurutnya, orang yang pertama kali
menggunakan istilah ‘Ulum Al-Qur’an ialah Ibn Al-Mirzaban. Dia berpendapat
seperti ini berlandasan pada penemuannya tentang beberapa kitab yang berbicara
tentang kajian Al-Qur’an yang telah mempergunakan istilah ‘Ulum Al-Qur’an. Yang
paling awal menurutnya ialah kitab Ibn Al-Mirzaban yang berjudul Al-Hawi Fi
‘Ulum Al-Qur’an yang ditulis pada abad ke-3 H. Hal ini juga disepakti oleh Hasbi As-
shiddieqi.8

II. Sejarah dan Perkembangan Studi Ilmu Al-Qur’an


Jika berbicara perkembangan ulumul Qur’an, tentu bahasannya sangat luas dan paling
tidak memerlukan referensi yang lengkap. Untuk itu, Penulis membahasnya pada bagian-
bagian yang dianggap terkait langsung dengan perkembangan ulumul Qur’an.
Al-Qura’anul Karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizat selalu diperkuat
oleh kemajuan ilmu pengetahun. Ia diturunkan Allah kepada Rasulullah, Muhammad s.a.w
untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta
membimbing mereka kejalan lurus. Rasulullah s.a.w. menyampaikan Qur’an kepada para
sahabatnya –orang-orang Arab asli– sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan
naluri mereka. Apabila mereka mengalami ketidak jelasan dalam memahami suatu ayat,
mereka menanyakannya kepada Rasulullah s.a.w.9
Nabi Muhammad saw bagi para sahabat adalah sebagai mahaguru dan sumber ilmu.
Hanya kepada Nabi, mereka menanyakan segala sesuatu yang tidak mereka pahami
termasuk makna atau pengertian ayat-ayat Alquran. Sebagai ilustrasi, berikut
dikemuakakan dalam contoh:
Sahabat bertanya kepada Nabi saw. Mengenai makna gayril magdhubi ’alaihim wa
ladhdhallin yang terdapat dalam surat Al-Fatihah, Nabi saw menjawab :magdhubi ’alaihim
adalah orang-orang Yahudi sedangkan dhallin adalah orang-orang Nasrani.”10
Lalu bagaimana proses perkembangannya hingga terbentuk menjadi Ulumul Qur’an itu

6 Muhammad Abd Al-‘Azhim Az-Zarqani, Manahil Al ‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, (Kairo: Dar Al Hadits, 2001),
34.
7 Muhammad Abd Al-‘Azhim Az-Zarqani, Manahil Al ‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, 34-35.

8 T.M. Hasbi As-Shiddiqie, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, 16.

9
Mannaa’ Khaliil al-Qattaan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2001), 1.
10
Kadar M. Yusuf, Studi Alquran, (Pekan Baru: Amzah, 2009), 5.
6
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan
sendiri. Fakta sejarah membuktikan bahwa ilmu ini sangat penting bagi umat Islam
khususnya. Al-Qur’an tidak akan bisa dipahami dengan baik dan benar tanpa menguasai
ulumul Qur’an.
Sejarah perkembangan ‘Ulumul Qur’an tidak terlepas waktu kapan Al-Qur’an
diturunkan pertama kali sampai dengan bagaimana Al-Qur’an menjadi sebuah mushaf.
Perkembangan ‘Ulumul Qur’an secara umum tidak ada yang tahu persis kapan istilah
‘Ulumul Qur’an pertama kali diperkenalkan dan menjadi sebuah disiplin ilmu.Namun
menurut beberapa ahli bahwa istilah ‘Ulumul Qur’an pertama kali diperkenalkan oleh Ibn
Al-Marzuben (wafat 309 H).11
Fase Turunnya Al-Qur’an
Para ulama membagi sejarah turunnya Al-Qur’an dalam dua periode: (1) Periode
sebelum hijrah (ayat-ayat makkiyyah); dan (2) periode sesudah hijrah (ayat-ayat
madaniyyah).12
Periode satu terbagi menjadi 2 proses, pertama yaitu berlangsung sekitar 4-5 tahun dan
telah menimbulkan bermacam-macam reaksi dikalangan masyarakat Arab ketika itu. Kedua
adalah turunnya Al-Qur’an pada periode ini terjadi selama 8-9 tahun, pada masa ini terjadi
pertikaian dahsyat antara kelompok Islam dan Jahiliah.
Pada periode kedua dakwah Al-Qur’an telah mencapai atau mewujudkan suatu prestasi
besar karena penganut-penganutnya telah dapat hidup bebas melaksanakan ajaran-ajaran
agama di Yatsrib (yang kemudian diberi nama Al-Madinah Al-Munawwarah). Periode ini
berlangsung selama 10 tahun.13
Al-Qur’an yang diturunkan dalam masa 23 tahun, atau tepatnya, dua puluh dua tahun
dua bulan dua puluh dua hari, yang terdiri dari 114 surat, 30 juz, dan susunannya ditentukan
oleh Allah dengan cara tawqifi, tidak mengggunakan metode-metode sebagaimana metode-
metode penyusunan buku-buku ilmiah. Buku-buku ilmiah yang membahas satu masalah,
selalu menggunakan satu metode tertentu dan dibagi dalam bab-bab dan pasal pasal. Metode
ini tidak terdapat di dalam al-Qur’an, yang di dalamnya banyak persoalan induk silih berganti
diterangkan.14
Al-Qur’an yang turun dalam jangka waktu tersebut berisi ajakan untuk bertauhid yang

11
Pipih Nurasiah Jamil, “Ulum Al-Qur’an, Sejarah dan Perkembangannya,” Jurnal
12
Cahaya Khaeroni, “Sejarah Al-Qur’an (Uraian Analitis, Kronologis, dan Naratif tentang Sejarah Kodifikasi
Al-Qur’an)”, Jurnal Historia 5, no. 2 (2017): 195.
13
Cahaya Khaeroni, “Sejarah Al-Qur’an (Uraian Analitis, Kronologis, dan Naratif tentang Sejarah Kodifikasi
Al-Qur’an)”, 196.
14
M. Quraish Shihab, Membumikan al Qur’an: Fungsi peran wahyu dalam kehidupan masyarakat (Bandung: Mizan,
2013), 16.
7
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan
diturunkan ke Makkah, sedangkan ayat-ayat yang turun di Madinah sebagai ajakan untuk
membangun sosial kemasyarakatan.15
Fase-fase Perkembangan ‘Ulumul Qur’an16
1. ’Ulumul Qur’an pada masa Rasulullah SAW
Embrio awal ‘Ulumul Qur’an pada masa ini berupa penafsiran ayat Al-Qur’an langsung
dari Rasulullah SAW kepada para sahabat,begitu pula dengan antusias para sahabat dalam
bertanya tentang makna suatu ayat,menghafalkan dan mempelajari hukum-hukumnya.
a. Rasulullah SAW menafsirkan kepada sahabat beberapa ayat.
Dari Uqbah bin Amir ia berkata:”aku pernah mendengar Rasulullah SAW berkata di
atas mimbar, ”Dan siapkan untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu sanggupi
(Anfal:60), ingatlah bahwa kekuatan di sini adalah memanah” (HR Muslim).
b. Antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajari Al-Qur’an.
Diriwayatkan dari Abu ‘Abdurrahman as-Sulami, ia mengatakan: ”Mereka yang
membacakan Al-Qur’an kepada kami, seperti Utsman bin ‘Affan dan ‘Abdullah bin
Mas’ud serta yang lain menceritakan, bahwa mereka bila belajar dari Nabi sepuluh ayat
mereka tidak melanjutkannya, sebelum mengamalkan ilmu dan amal yang ada di
dalamnya,mereka berkata ‘kami mempelajari Al-Qur’an berikut ilmu dan amalnya
sekaligus.”
c. Larangan Rasulullah SAW untuk menulis selain Al-Qur’an, sebagai upaya menjaga
kemurnian Al-Qur’an.
Dari Abu Sa’ad al-Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Janganlah kamu tulis
dari aku;barang siapa menuliskan tentang aku selain Al-Qur’an, hendaklah dihapus. Dan
ceritakan apa yang dariku, dan itu tiada halangan baginya, dan barang siapa sengaja
berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya di api neraka.” (HR Muslim).
2. ’Ulumul Qur’an pada masa Khalifah
Pada masa khalifah, tahapan perkembangan awal (embrio) ’Ulumul Qur’an mulai
berkembang pesat, diantaranya dengan kebijakan-kebijakan para khalifah sebagaimana
berikut:
a. Khalifah Abu Bakar: dengan kebijakan pengumpulan (penulisan) Al-Qur’an yang
pertama yang diprakarsai oleh ‘Umar bin Khottob dan dipegang oleh Zaid bin Tsabit.
b. Kekhalifahan Utsman Ra; dengan kebijakan menyatukan kaum muslimin pada satu
mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf Imam. Salinan-salinan

15
Yusron Masduki, “Sejarah Turunnya Al-Qur’an Penuh Fenomenal (Muatan Nilai-Nilai Psikologi Dalam
Pendidikan),” Jurnal Medina-Te 16, no. 1 (2017): 48.
16
Pipih Nurasiah Jamil, “Ulum Al-Qur’an, Sejarah dan Perkembangannya,” Jurnal
8
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan
mushaf ini juga dikirimkan ke beberapa provinsi. Penulisan mushaf tersebut dinamakan
ar-Rosmul ‘Usmani yaitu dinisbahkan kepada Usman, dan ini dianggap sebagai
permulaan dari ilmu Rasmil Qur’an.
c. Kekhalifahan Ali Ra: dengan kebijakan perintahnya kepada Abu ‘Aswad Ad-Du’ali
meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan
memberikan ketentuan harakat pada Qur’an. Ini juga disebut sebagai permulaan Ilmu
I’rabil Qur’an.
3. ’Ulumul Qur’an pada masa Sahabat dan Tabi’in
Pada masa ini penjelasannya ada di pembahasan berikutnya, karena banyak tokoh-
tokoh ulama yang berperan dalam perkembangan ulumul Qur’an. Karya-karyanya pun
memiliki pengaruh yang besar bagi terjaganya kesucian Al-Qur’an dan pemahaman
hukum-hukum didalamnya.

III. Ruang Lingkup dan pokok bahasan Ulumul Qur’an


Berdasarkan pengertian ‘Ulum AL-Qur’an di atas dapat dipahami tentang ruang
lingkup Ulum Al-Qur’an, yaitu semua ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an berupa
ilmu agama dan ilmu ‘Ibrah Al-Qur’an. Bahkan As-Suyuthi sebagaimana dikutip oleh
Ahmad Syadali memperluasnya sehingga memasukkan kedokteran, ilmu ukur, astronomi
dan sebagainya ke dalam pembahasan ‘Ulumul Qur’an.17
Namun As-Shiddiqie sebagaimana yang dikutip oleh Ramli Abdul Wahid mengatakan
bahwa segala macam pembahasan ‘Ulumul Qur’an kembali kepada beberapa pokok
persoalan sebagai berikut:
1. Persoalan Nuzul, ayat-ayat Makiyah atau Madaniyah, sebab turun ayat, yang mula-
mula turun dan yang terakhir turun, yang berulang-ulang turun, yang turun terpisah
pisah, dan yang turun sekaligus.
2. Persoalan sanad, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan sanad yang muthawatir,
yang ahad, yang Syaz, bentuk-bentuk Qiraat, para periwayat dan penghafal Al-Qur’an
dan cara tahammul (penerimaan riwayatnya).
3. Persoalan adab Qiraat, masalah waqaf (berhenti), ibtida’ (cara memulai), imalah (cara
memanjangkan) takhfif Hamzah (cara meringankan Hamzah), idgham (memasukkan
bunyi huruf nun mati ke dalam huruf sesudahnya).
4. Persoalan yang menyangkut lafaz Al-Qur’an yaitu Gharib (pelik), Mu’rab (menerima
perubahan akhir kata), majaz (metafora), musytarak, muradif (sinonim), isti’arah

17
Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 11.
9
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan
(metaphor), tasybih (penyerupaan).
5. Persoalan makna al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum yaitu ayat yang
bermakna umum yang dikhususkan oleh sunnah, yang nash, yang zhahir, yang mujmal
(global), yang munfashal (yang terinci), yang manthuq (makna yang berdasarkan
pengutaraan), nasikh mansukh, mutlaq (tidak terbatas) dan muqayyad (terbatas) dan
lain sebagainya
6. Persoalan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan lafaz fashl (pisah), washal
(berhubungan), ijaz (singkat), ithnab (panjang) musawah (sama) dan Qashr
(pendek).18

IV. Tokoh-tokoh yang menonjol dalam Ulumul Qur’an


Sudah banyak para tokoh-tokoh yang berperan langsung dalam bidang ilmu Al-
Qur’an, mulai dari zaman sahabat, tabi’in hingga ulama-ulama kontemporer. Berikut
adalah para tokoh dan karya-karyanya yang sangat fenomenal bahkan sebagian masih
menjadi rujukan utama bagi yang mendalami bidang ulumul Qur’an.
1. Peranan Sahabat dalam penafsiran Al-Qur’an dan Tokoh-tokohnya19
Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan
makna-makna Al-Qur’an dan penafsiran ayat-ayat yang berbeda diantara mereka,
sesuai dengan kemampuan mereka yang berbeda-beda dalam memahami dan karena
adanya perbedaan lama dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah SAW, hal
demikian diteruskan oleh murid-murid mereka, yaitu para tabi’in.
Diantaranya para Mufassir yang termasyhur dari pada sahabat adalah:
1) Empat orang khalifah (Abu Bakar, ’Umar, ’Utsman dan ‘Ali)
2) Ibnu Mas’ud
3) Ibnu ‘Abbas,
4) Ubai bin Ka’ab,
5) Zaid bin Tsabit,
6) Abu Musa Al-Asy’ari dan
7) ’Abdullah bin Zubair.
2. Peranan Tabi’in dalam penafsiran Al-Qur’an dan tokoh-tokohnya
Mengenai para tabi’in, diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang
mengambil ilmu ini dari para sahabat disamping mereka sendiri bersungguh-sungguh

18
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002), 9.
19
Pipih Nurasiah Jamil, “Ulum Al-Qur’an, Sejarah dan Perkembangannya,” Jurnal
10
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan
atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat. Yang terkenal di antara
mereka,masing-masing sebagai berikut:
1) Murid Ibnu Abbas di Mekah yang terkenal ialah, Sa’id bin ubair,Mujahid, ’IKrimah
bekas sahaya (maula) Ibnu Abbas, Tawus bin Kisan al-Yamani dan ‘Ata ’bin abu
Rabah.
2) Murid Ubai bin Ka’ab, di Madinah: Zaid bin Aslam, Abul Aliyah dan Muhammad bin
Ka’b al-Qurazi.
3) Abdullah bin Mas’ud di Iraq yang terkenal: ’Alqamah bin Qais, Masruq al Aswad bin
Yazid, ‘Amir as Sya’bi, Hasan Al-Basyri dan Qatadah bin Di’amah as-Sadusi. Dan
yang diriwayatkan mereka itu semua meliputi ilmu tafsir, ilmu Gharibil Qur’an,
ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Makki Wal madani dan ilmu Nasikh dan Mansukh, tetapi
semua ini tetap didasarkan pada riwayat dengan cara didiktekan.
3. Peranan para Ulama abad ke-2 H hingga 15 H
Pada abad ke 2 H ulumul Qur’an memasuki masa pembukuan. Para ulama
memberikan prioritas perhatian mereka kepada ilmu tafsir karena fungsinya sebagai
Umm al-‘ulum al-Qur’aniah (induk ilmu-ilmu Al-Qur’an). Penulis pertama dalam tafsir
adalah Syu’bah Ibn al-Hajjaj, Sufyan Ibn ‘Uyaynah, dan Wali’ Ibn al-Jarrah.20
Pada abad ke-3 terkenal seorang tokoh tafsir, yaitu Ibn Jarir al-Thabari. Dia orang
pertama membentangkan berbagai pendapat dan mentarjih sebagiannya atas lainnya.
Ia juga mengemukakan I’rab dan istinbath (penggalian hukum dari al-Qur’an). Di abad
ini juga lahir ilmu asbab al-Nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu tentang ayat-ayat
Makiyah dan Madaniyah. Berikut ini dapat kita lihat karya ulama pada abad ke -3,
yaitu:
1. Kitab Asbab al-Nuzul karangan Ali Ibn Al-Madini
2. Kitab nasikh dan mansukh, Qiraat dan keutamaan Al-Qur’an disusun oleh Abu
‘Ubaid al-Qasim Ibn Salam.
3. Kitab tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah karya Muhammad Ibn Ayyub al
Dharis.21
Di abad ke-4 lahir ilmu gharib al-Qur’an dan beberapa kitab Ulumul Qur’an.
Adapun Ulama ulumul Qur’an pada masa ini adalah:
1. Abu Bakar Muhammad Ibn al-Qasim al-Anbari, kitabnya ‘Ajaib Ulumul Qur’an.
2. Isi kitab ini tentang keutamaan Al-Qur’an, turunnya atas tujuh huruf, penulisan

20
Abd. Gani Isa, “Ulumul Qur’an (Kajian Sejarah dan Perkembangannya)”, Jurnal Academia
21
Shubhi Al-Shalih, Mabaahits fi Ulumul Qur’an, (Beirut: Dar al-‘ilm al-Malayin, 1977), 121-122.
11
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan
mushafmushaf, jumlah surah, ayat dan kata –kata Al-Qur’an.
3. Abu al-Hasan al-‘Asy’ari, kitabnya Al-Mukhtazan fi Ulumul Qur’an
4. Abu Bakar al-Sijistani, kitabnya Gharib al-Qur’an
5. Muhammad Ibn Ali al- Adfawi, kitabnya Al- Istighna fi Ulumul Qur’an.22

Di abad ke-5 muncul pula tokoh dalam ilmu qiraat. Adapun para tokoh serta
karyanya adalah:
1. Ali Ibn Ibrahim Ibn Sa’id al- Hufi, kitabnya Al- Burhan fi Ulumul Qur’an dan I’rab Al-
Qur’an
2. Abu Amr al- Dani, kitabnya Al-Taisir fi al-Qiraat al-Sab’I dan Al- Muhkam fi al-
Nuqath
3. Al- Mawardi, kitabnya tentang amtsal Qur’an.23

Pada abad ke-6 lahir pula ilmu Mubhamat al-Qur’an. Abu Qasim Abdur Rahman
al-Suahaili mengarang Mubhamat al-Qur’an. Ilmu ini menerangkan lafaz-lafaz Al-
Qur’an yang maksudnya apa dan siapa tidak jelas. Ibn al-Jauzi menulis kitab Funun al-
Afnan Fi ‘Aja’ib al-Qur’an dan kitab Al-Mujtaba fi Ulum Tata’allaq bi al-Qur’an.24
Pada abad ke-7 Ibn Abd al-Salam yang terkenal dengan sebutan Al’Izz mengarang
kitab Majaz al-Qur’an. ‘Alam al-Din al- Sakhawi mengarang tentang Qiraat. Ia menulis
kitab Hidayah al-Murtab fi al- Mutasyabih. Abu Syamah Abd al-Rahman Ibn Ismail al-
Maqdisi, menulis kitab Al-Mursyid al-Wajiz fi ma Yata’allaq bi al- Qur’an al-‘Aziz.
Pada abad ke-8 H muncul beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru
tentang Al-Qur’an, seperti berikut ini:
1. Ibn Abi al- Ishba’, kitabnya tentang badai al-Qur’an.Ilmu ini membahas berbagai
macam keindahan bahasa dalam al-Qur’an.
2. Ibn Qayyim, menulis tentang Aqsamul Qur’an
3. Najamuddin al-Thufi, menulis tentang Hujaj al-Qur’an. Isi kitab ini tentang bukti-
bukti yang dipergunakan Al-Qur’an dalam menetapkan suatu hukum
4. Abu Hasan al-Mawardi menyusun ilmu amstal al-Qur’an
5. Badruddin al-Zarkasyi, kitabnya Al- Burhan fi Ulum Al-Qur’an.25

22
T.M. Hasbi As-Shiddiqie, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, 14.
23
T.M. Hasbi As-Shiddiqie, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, 14.
24
Rifat Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), 221.
25
Rifat Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, 222.
12
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan
Pada abad ke-9 muncul beberapa ulama melanjutkan perkembangan ilmu-ilmu
Qur’an, yaitu:
1. Jalaluddin al- Bulqini, kitabnya Mawaqi’ al- Ulum min Mawaqi’ al- Nujum. Menurut
Al-Suyuthi, Al-Buqini dipandang sebagai ulama yang mempelopori penyusunan
Ulumul Qur’an yang lengkap. Sebab dalam kitabnya tercakup 50 macam ilmu Al-
Qur’an
2. Muhammad Ibn Sulaiman al-Kafiaji, kitabnya Al-Tafsir fi Qawa’id al-Tafsir. Di
dalamnya diterangkan makna tafsir, takwil, al-Qur’an, surat dan ayat. Juga
dijelaskan dalam kitabnya itu tentang syarat-syarat menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an.
3. Jalaluddin al-Suyuthi, kitabnya Al-Tahbir fi Ulum al-Tafsir(873 H). Kitab ini
memuat 102 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an. Menurut sebagian Ulama. Kitab ini
dipandang sebagai kitab Ulumul Qur’an yang paling lengkap. Al-Suyuthi merasa
belum puas, beliau menyusun lagi sebuah kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Di
dalam kitab ini terdapat 80 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an secara padat dan
sistematis. Menurut al- Zarqani kitab ini merupakan kitab pegangan bagi para
peneliti dan penulis dalam ilmu ini. Setelah wafatnya Al-Suyuthi tidak terlihat
munculnya penulis yang memiliki kemampuan seperti kemampuannya. Sehingga
terjadi kevakuman sejak wafatnya Imam Al-Suyuthi sampai dengan akhir abad ke
13 H.26

Sejak penghujung abad ke-13 H hingga abad ke-15, perhatian ulama terhadap
penyusunan kitab-kitab Ulumul Qur’an kembali bangkit. Kebangkitan ini sejalan
dengan kebangkitan modern dalam perkembangan ilmu-ilmu agama lainnya. Di antara
Ulama yang menulis tentang Ulumul Qur’an ialah:
1. Syeikh Thahir Al-Jazairi, kitabnya Al-Tibyan li Ba’dh Al- Mabahits Al-Muta’alliqah bi
Al-Qur’an.
2. Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi (1332 H) kitabnya, Mahaasin Al-Takwil.
3. Muhammad Abd Al-‘Azhim Al-Zarqani, kitabnya Manaahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-
Qur’an.
4. Musthafa Shadiq Al-Rafi’, kitabnya I’jaz Al-Qur’an
5. Sayyid Quttub, kitabnya Al-Thaswir al-Fanni Fi Al-Qur’an dan Fi Zilal Al-Qur’an
6. Muhammad Rasyid, kitabnya Tafsir al-Mannar

26
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, 20.
13
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan
7. Shubhi al-Shalih, kitabnya Mabaahits Fi Ulum Al-Qur’an
8. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqi, kitabnya ilmu-ilmu Qur’an
9. Rif’at Syauki Nawawi dan Ali Hasan, kitabnya Pengantar ilmu Tafsir
10. M. Quraish Shihab, kitabnya membumikan Al-Qur’an.27
11. Syeikh Mahfudz Termas, beliau adalah seorang ulama’ nusantara abad 14 H yang
mempunyai banyak karya, dan salah satunya adalah karya dalam bidang Ulumul
Qur’an, yaitu buku dengan karyanya yang berjudul Fath al-Khabir yang sampai
sekrang masih dalam bentuk manuskrip, juga menjadi warisan intelektual
nusantara.28

Seperti yang diterangkan Zainur Awari dalam Abstrak Tesisnya, ia berpendapat


bahwa Fath al-Khabir bi Sharh Miftah al’Tafsir sangat cocok untuk dikaji dalam bidang
ilm ma’anal-Qur’an, karena konten yang terdapat dalam kitab tersebut lebih
menonjolkan aspek-aspek retorika.29
Sampai saat ini telah lahir puluhan tokoh di bidang Ulum Al-Qur’an, diantara
mereka yang paling masyhur adalah Jalaluddin Al Suyuthi yang menulis kitab Al itqan
fi ‘Ulumil Qur’an dan Al-Zarqany dengan karyanya Al Burhan fi ‘Ulumil Qur’an. Kedua
kitab ini selalu menjadi rujukan dalam kajian-kajian Ulumul Qur’an.30

D. KESIMPULAN
Ulumul Qur’an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup pembahasan
yang sangat luas. Ulumul Qur’an meliputi semua ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Qur’an,
baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti
ilmu balaghah dan ilmu I’rab al-Qur’an. Disamping itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang
tercakup didalamnya. Dalam kitab Al-Itqan, Assyuyuthi menguraikan sebanyak 80 cabang
ilmu. Dari tiap-tiap cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia
mengutip Abu Bakar Ibnu al-Araby yang mengatakan bahwa ulumul qur’an terdiri dari
77450 ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam al-qur’an dengan
dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an Mengandung makna Dzohir, batin,

27 Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, 21.


28
Ihwan Fahidin, “Studi Ulumul Qur’an Karya Muhammad Mafudz Al-Tarmas Dalam Buku Fath Al-Khabir Bi
Sharh Miftah Al’Tafsir,” Jurnal Nun 7, no. 1 (2021): 254.
29
Ihwan Fahidin, “Studi Ulumul Qur’an Karya Muhammad Mafudz Al-Tarmas Dalam Buku Fath Al-Khabir Bi
Sharh Miftah Al’Tafsir, 258.
30
Pipih Nurasiah Jamil, “Ulum Al-Qur’an, Sejarah dan Perkembangannya,” Jurnal
14
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan
terbatas, dan tidak terbatas. Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufrodatnya. Adapun
jika dilihat dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi tidak
terhitung. Firman Allah: “Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-
kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (Q.S. Al-Kahfi
:109).

E. SARAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH


Semoga tulisan ini bermanfaat khususnya bagi Penulis, Umumnya bagi pembaca.
Dengan adanya makalah ini, maka diharapkan dapat menjadi referensi dan juga menambah
pengetahuan tentang Al-Qur’an, terutama dalam proses pengumpulan/penyusunan
terkhusus kepada penulis sendiri. Didalam makalah ini juga diharapkan adanya saran dan
kritikan guna untuk perbaikan kedepannya. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada
Dosen Mata Kuliah ‘Ulumul Qur’an, Bapak Dr. Agus Tasbih, M.M. atas bimbingan dan
arahannya dalam penyusunan dan pemaparan tugas ini.

15
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan

DAFTAR PUSTAKA
‘Azim, Muhammad Abdul. Manahil al-‘Irfan fi ulum al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr, 1988.
Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Al-Shalih, Shubhi. Mabaahits fi Ulumul Qur’an. Beirut: Dar al-‘ilm al-Malayin, 1977.
Al-Qathan, Manna’. Mabahits fi ‘Ulum al-Qu’an. Beirut: Al- Syarikah al-Muttahidah li al-tauzi’,
1973.
Al-Qattaan, Mannaa’ Khaliil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Terj. Muzakkir AS. Bogor: PT. Pustaka
Litera Antar Nusa, 2001.
As-Shiddiqie, T.M. Hasbi. Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Az-Zarqani, Muhammad Abd Al-‘Azhim. Manahil Al ‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an. Kairo: Dar Al
Hadits, 2001.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan terjemahnya. Cet. V; Bandung: CV. Diponegoro, 2005.
Fahidin, Ihwan. “Studi Ulumul Qur’an Karya Muhammad Mafudz Al-Tarmas Dalam Buku
Fath Al-Khabir Bi Sharh Miftah Al’Tafsir.” Jurnal Nun 7, no. 1 (2021).
Isa, Abd. Gani. “Ulumul Qur’an (Kajian Sejarah dan Perkembangannya)”. Jurnal Academia
Jamil, Pipih Nurasiah. “Ulum Al-Qur’an, Sejarah dan Perkembangannya.” Jurnal
Khaeroni, Cahaya. “Sejarah Al-Qur’an (Uraian Analitis, Kronologis, dan Naratif tentang
Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an)”. Jurnal Historia 5, no. 2 (2017).
Masduki, Yusron. “Sejarah Turunnya Al-Qur’an Penuh Fenomenal (Muatan Nilai-Nilai
Psikologi Dalam Pendidikan).” Jurnal Medina-Te 16, no. 1 (2017).
Nawawi, Rifat Syauqi. dan M. Ali Hasan. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Bulan Bintang, 1988.
Shihab, M. Quraish. Membumikan al Qur’an: Fungsi peran wahyu dalam kehidupan masyarakat.
Bandung: Mizan, 2013.
Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002), Cet. Ke IV, h. 9
Yusuf, Kadar M. Studi Alquran. Pekan Baru: Amzah, 2009.

16

You might also like