You are on page 1of 10

Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri ISSN : 2503-488X

Vol. 8, No. 2, 200-209 Juni 2020

Pengaruh Suhu Pencampuran dan Lama Pengadukan


terhadap Karakteristik Sediaan Krim
Effect of Mixing Temperature and Stirring Time on the Characteristics of Basis Cream

Ida Bagus Bas Baskara, Lutfi Suhendra*, Luh Putu Wrasiati


PS Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Kampus Bukit
Jimbaran, Badung, Kode pos : 80361; Telp/Fax : (0361) 701801.

Diterima 11 Agustus 2019 / Disetujui 22 Januari 2020

ABSTRACT

This research aims to determine the effect of temperature and time of stirring on a basis cream and
determine the temperature and time of stir which is the best treatment for producing basis cream. This
research uses a randomized block design with two factorials. The first factor is temperature which is
consists of 3 levels, temperature 60±20C, 70±20C and 80±20C. The second factor is the time of stirring
which is consists of 3 levels 10, 15 and 20 minutes. From the combination of the two factors, were
obtained of 9 experimental units. These treatments were grouped based on the time of implementation
into two groups so that 18 experimental units. The observed variables are homogeneity, viscosity,
adhesion, spread ability, separation ratio and pH. The data that obtained will be analyzed by analysis of
variance and continued using the Tukey test. The treatment of mixing temperature and time of stirring
affect the viscosity, adhesion, dispersion and separation ratio, while the treatment of mixing temperature
and time of stirring did not significant effect on pH. The interaction between the two treatments can
affects the adhesion, dispersion, separation ratio and pH, but not significantly affect viscosity. The
treatment of mixing temperature 80±20C with time of stirring 20 minutes is the best treatment to produce
basis cream with characteristic viscosity cream value of 46,000 cp, a adhesion time of 17.97 seconds,
spread ability of 6.50 cm, a separation ratio of 0.83 and pH 6,45.
Keywords: Mixing temperature, stirring time, cream characteristics, virgin coconut oil, cocoa butter.

*Korespondensi Penulis:
Email : lutfi_s@unud.ac.id

200
Baskara, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

PENDAHULUAN fase air, juga meminimalkan energi


permukaan dari droplet yang terbentuk.
Sediaan krim merupakan salah satu Tween dan span merupakan surfaktan non
produk yang dapat digunakan sebagai ionik yang merupakan pengemulsi yang
kosmetik yang dapat digunakan untuk aman untuk digunakan.
melindungi kulit dan menjaga kesegarannya Faktor-faktor yang dapat
karena memiliki bentuk semi padat mempengaruhi proses pencampuran antara
(Thamrin, 2012). Sediaan krim yang baik lain suhu, tegangan dan waktu pengadukan,
memiliki viskositas yang optimum sehingga sehingga diperoleh sediaan krim yang
krim tidak memisah selama masa berkualitas. Suhu pencampuran dapat
penyimpanan, tetapi juga dapat menyebar mempengaruhi tegangan antarmuka sehingga
ketika digunakan di permukaan kulit. mempengaruhi sifat fisik krim (Nielloud dan
Menurut Anief (2004) krim dibagi menjadi Mesters, 2000). Menurut penelitian
dua tipe berdasarkan basisnya, yaitu krim Dwiastuti (2009) diketahui bahwa suhu
minyak dalam air (M/A) dan krim air dalam pencampuran merupakan faktor yang paling
minyak (A/M). Pada penelitian ini bahan-bahan dominan dalam mempengaruhi stabilitas
yang digunakan untuk pembuatan sediaan sediaan krim. Suhu pada saat pencampuran
krim adalah virgin coconut oil (VCO), lemak bahan-bahan sediaan krim harus dijaga
kakao, tween 80 dan span 80 sebagai kerena dapat mengurangi kemungkinan
emulgator. terjadinya pengkristalan atau pemadatan
Virgin coconut oil merupakan minyak bahan yang terlalu cepat pada saat proses
yang terbuat dari daging kelapa segar yang pembuatan sediaan krim.
memiliki warna bening, berbau khas minyak Lama pengadukan juga merupakan
kelapa dan memiliki rasa tawar seperti salah satu faktor yang penting dalam proses
minyak biasa. Kandungan asam laurat dan pembuatan sediaan krim karena pengadukan
oleat yang terdapat pada VCO memiliki sifat dalam proses pembuatan sediaan krim dapat
untuk menghaluskan kulit sehingga mempengaruhi partikel-partikel yang ada
membuatnya berpotensi untuk bahan sediaan menjadi semakin kecil sehingga diperoleh
obat, diantaranya sebagai basis krim (Syah, sediaan krim yang baik. Pencampuran yang
2005). Lemak kakao dapat dikonsumsi secara optimum akan menghasilkan sifat fisik dan
langsung, selain itu lemak kakao juga dapat stabilitas fisik yang baik pada sediaan krim.
diolah menjadi sediaan kosmetik. Menurut Menurut Voight (1994) bahan-bahan
Pakki et al. (2009) mengatakan bahwa kakao dicampur untuk mencapai homogenitas
memiliki zat bioaktif yang bermanfaat bagi partikel, dengan tahapan sesuai prosedur
kesehatan yaitu mengandung senyawa pembuatan krim. Pada saat pengadukan
antioksidan yang telah diuji secara in vitro. terjadinya gaya geser yang diaplikasikan
Lemak kakao berbentuk padat pada suhu selama proses pencampuran dapat
ruang dan meleleh pada suhu tubuh yaitu menurunkan viskositas krim dan selanjutnya
36°C (Sartini, 2013). berpengaruh pada kualitas sediaan krim yang
Emulgator atau emulsifying agent terbentuk (Amiji dan Sandman, 2003).
adalah zat yang diperlukan dalam pembuatan Meskipun demikian pengadukan yang
krim agar dapat diperoleh suatu sistem berlangsung terlalu lama tidak dapat
emulsi yang baik dan sediaan emulsi yang menjamin tercapainya homogenitas ideal
stabil. Menurut Allen (2002), emulgator yang inginkan pada sediaan krim. Pada
merupakan surfaktan yang mengurangi penelitian Wirantara (2011) dalam
tegangan antarmuka antara fase minyak dan pembuatan sediaan krim menggunakan

201
Vol. 8, No. 2, Juni 2020 Pengaruh Suhu Pencampuran dan Lama Pengadukan …

stearic acid, cetyl alcohol, paraffin liquid dan akuades, tween 80 (KGaA) dan span 80
triethanolmine diperoleh kondisi optimum (KGaA).
dengan suhu pencampuran 70°C, waktu
pencampuran selama 10 menit dan kecepatan Rancangan Percobaan
putar 300 rpm yang dapat menghasilkan krim Penelitian ini menggunakan
dengan sifat fisik dan stabilitas fisik yang rancangan acak kelompok (RAK) dengan dua
baik. faktor. Faktor pertama adalah suhu
Selain itu pada penelitian Utami pencampuran yang terdiri dari 3 taraf yaitu,
(2018) yaitu pembuatan krim dengan suhu 60±20C, 70±20C dan 80±20C. Faktor
menggunakan perbandingan bubuk kulit ari kedua adalah lama pengadukan yang terdiri
biji kakao dengan kulit buah jeruk nipis dari 3 taraf yaitu, 10 menit, 15 menit dan 20
diperoleh suhu terbaik yaitu 70oC dengan menit. Dari kombinasi kedua faktor tersebut
waktu selama 15 menit dan kecepatan diperoleh 9 unit percobaan. Perlakuan
pengadukan 1000 rpm. Pada penelitian ini dikelompokan berdasarkan waktu
dilakukan modifikasi bahan dengan pelaksanaan menjadi 2 kelompok sehingga
menggunakan VCO dan lemak kakao dengan diperoleh 18 unit percobaan. Analisis data
menggunakan perlakuan suhu pencampuran dilakukan dengan analisis variasi (ANOVA)
dan lama pengadukan dalam proses dan jika perlakuan tersebut berpengaruh
pembuatan sediaan krim. terhadap variabel yang diamati, maka akan
dilakukan dengan uji Tukey menggunakan
METODE PENELITIAN software minitab 18.

Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Pada penelitian ini menggunakan dua
Laboratorium Rekayasa Proses dan fase yaitu fase minyak dan fase air. Formula
Pengendalian Mutu Fakultas Teknologi krim berdasarkan pra penelitian terbaik dapat
Pertanian Universitas Udayana yang dilihat pada Tabel 1.
bertempat di Kampus Sudirman Denpasar. Tabel 1. Formula krim
Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai
dari Mei sampai Juli 2019. No. Bahan Berat (g)
1 VCO 5
Alat dan Bahan Penilitian 2 Lemak kakao 25
Alat-alat yang digunakan pada 3 Tween 80 dan span 80 5
penelitian ini adalah hot plate (Sigma), (surfaktan)
timbangan analitik (Shimadzu), viskometer 4 Beeswax 15
(Brokfield), centrifuge (Hettich), gelas beker 5 Gliserin 4
(Pyrex Iwaki Te-32), gelas ukur (Pyrex Iwaki 6 Xanthan gum 5
Te-32), pH meter (Beckman), gelas objek, 7 Akuades 41
cawan petri (Pyrex Iwaki Te-32), mixer Total 100
(Philips), tabung reaksi (Pyrex Iwaki Te-32), Pada penelitian ini, bahan dibagi
pipet tetes (Medika) dan lempengan kaca menjadi 2 fase yaitu fase minyak dan fase air.
(Sibata). Fase minyak terdiri dari VCO dan lemak
Bahan baku yang digunakan adalah kakao. Sedangkan pada fase air terdiri dari
Virgin Coconut Oil (Selumbung), lemak xanthan gum dan akuades. Tahap pertama
kakao (Royyak), xanthan gum (Biotechno), dilakukan pada fase minyak yaitu dengan
beeswax (PT. Brataco), gliserin (Emsure), dipanaskannya lemak kakao yang berada di

202
Baskara, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

gelas beker dan diletakkan diatas hot plate suhu 60oC. Selain suhu pencampuran, lama
dengan suhu yang berbeda-beda yaitu pengadukan juga berpengaruh terhadap
60±20C, 70±20C dan 80±20C hingga mencair homogenitas sediaan krim. Lama
selama 5 menit, setelah itu dicampurkan pengadukan dapat memperluas bidang
VCO, surfaktan, beeswax dan gliserin kontak dengan meningkatnya kecepatan
kedalam gelas beker yang berisikan lemak pengadukan sehingga meningkatkan
kakao. Selanjutnya dilakukan tahap kedua homogenitas dari suatu campuran (Barkat et
pada fase air yaitu dengan cara aquades al., 2013). Selain itu menurut Wilda (2011)
dimasukan kedalam gelas beker dan diletakan pengadukan atau agitasi adalah suatu proses
diatas hot plate dengan suhu yang berbeda- yang menunjukkan gerakan yang terinduksi
beda yaitu 60±20C, 70±20C dan 80±20C, pada suatu bahan atau campuran dimana
kemudian campurkan xanthan gum kedalam proses agitasi akan membentuk pola sirkulasi
gelas beker yang berisikan aquades dan yang akan mempengaruhi proses
diaduk manual hingga homogen selama 5 homogenisasi.
menit. Setelah itu fase minyak dan fase air Penambahan emulsifier
dicampur kedalam gelas beker. Lalu krim menggunakan tween 80 dan span 80 sebagai
diaduk menggunakan mixer dengan waktu surfaktan non ionik yang dibantu dengan
yang berbeda-beda yaitu selama 10 menit, 15 pengadukan untuk mempercepat
menit dan 20 menit. pembentukan emulsi dan menstabilkan
emulsi. Menurut Lubis et al. (2012) suatu
Variabel yang Diamati sediaan krim yang terdistribusi merata
Variabel yang diamati dalam bertujuan agar tidak menimbulkan iritasi
penelitian ini yaitu, homogenitas (Michael pada permukaan kulit ketika dioleskan.
dan Ash, 1997), viskositas (Badan
Standarisasi Nasional, 1996), daya lekat Viskositas
(Delia et al., 2015), daya sebar (Voight, Hasil analisis keragaman
1994), rasio pemisahan (smaoui et al., 2012) menunjukkan bahwa perlakuan suhu
dan pH (Iswindari, 2014). pencampuran berpengaruh nyata (P≤0,05),
perlakuan lama pengadukan berpengaruh
HASIL DAN PEMBAHASAN sangat nyata (P<0,01), sedangkan interaksi
keduanya berpengaruh tidak nyata (P>0,05)
Homogenitas terhadap viskositas sediaan krim.
Berdasarkan hasil uji homogenitas Tabel 2 menunjukkan nilai viskositas
yang dilakukan pada sediaan krim sediaan krim pada perlakuan suhu
menunjukkan bahwa seluruh sediaan krim pencampuran 80±20C merupakan yang
homogen. Sediaan krim yang homogen dapat tertinggi, yaitu 43.333±3,011cp dan pada
diketahui dengan melihat penyebaran warna perlakuan suhu pencampuran 60±20C
dan pencampuran bahan sediaan krim tetap merupakan yang terendah 34.000±2,191cp.
merata sehingga tidak terdapat butiran- Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
butiran kasar menunjukkan bahwa suhu pencampuran akan menghasilkan
homogenitas dari sediaan krim yang stabil. viskositas sediaan krim yang tinggi. Hal ini
Homogenitas suatu sediaan krim dapat terjadi karena semakin tinggi suhu yang
dipengaruhi oleh emulsifier (Kurniasih, digunakan pada saat pencampuran maka
2016). Penggunaan perlakuan suhu 60±20C, semakin rendah kandungan air yang terdapat
70±20C dan 80±20C terhadap sediaan krim pada sediaan krim. Nilai rata-rata viskositas
karena titik didih bahan sediaan krim pada sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 2.

203
Vol. 8, No. 2, Juni 2020 Pengaruh Suhu Pencampuran dan Lama Pengadukan …

Tabel 2. Nilai rata-rata viskositas (cp) sediaan krim pada perlakuan suhu pencampuran dan lama
pengadukan.
Lama Pengadukan (menit) Suhu (oC) Rata-rata
60±2 70±2 80±2
10 34.000±2,800 34.000±2,800 34.000±28,000 36.666±3,011b
15 36.000±0,000 36.000±0,000 42.000±28,000 38.000±4,899ab
20 40.000±0,000 44.000±0,000 46.000±28,000 40.666±5,888a
c
Rata-rata 34.000±2,191 38.000±3,347b 43.333±3,011a
Keterangan: huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata pada baris atau kolom yang sama menunjukkan perbedaan
tidak nyata (P>0,05). Data merupakan rata-rata dari dua kelompok pada masing-masing perlakuan.
Pada perlakuan lama pengadukan Menurut Schmitt (1996) Nilai
didapat hasil terendah pada lama pengadukan viskositas yang baik memiliki nilai yang
10 menit dan semakin meningkat pada lama tinggi, semakin tinggi viskositas maka
mengadukan 15 menit dan 20 menit. Hal ini pergerakan partikel akan semakin sulit
terjadi karena semakin meningkatnya lama sehingga bahan akan menjadi stabil. Selain
pengadukan, maka nilai viskositas sediaan itu menurut Erwiyani et al. (2018) viskositas
krim semakin meningkat. Lama pengadukan yang baik ditunjukkan oleh semakin tinggi
berbanding terbalik dengan ukuran partikel, nilai viskositas maka pergerakan partikel
sehingga semakin lama pengadukan akan akan cenderung makin sulit sehingga krim
mengakibatkan semakin kecilnya ukuran akan semakin stabil. Hasil penelitian ini
partakel. Ukuran partikel yang kecil akan menunjukkan bahwa nilai viskositas sediaan
menghasilkan sistem emulsi yang stabil. krim masih memenuhi syarat SNI yaitu pada
Lama pengadukan sediaan krim tidak boleh kisaran 2.000 – 50.000 cp.
terlalu pendek atau terlalu lama, jika waktu
pengadukan terlalu pendek maka proses Daya Lekat
emulsifikasi menjadi belum sempurna karena Hasil analisis keragaman
globula yang terbentuk pada sediaan krim menunjukkan perlakuan suhu pencampuran,
masih dalam ukuran besar dan emulgator lama pengadukan dan interaksinya
belum melapisi globula secara sempurna. berpengaruh sangat nyata (P≤0,01) terhadap
Sedangkan jika lama pengadukan terlalu daya lekat sediaan krim. Nilai rata-rata daya
lama maka dapat menyebabkan terjadinya lekat sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 3.
tumbukan antar globula minyak.
Tabel 3. Nilai rata-rata daya lekat (detik) sediaan krim pada perlakuan suhu pencampuran
dan lama pengadukan.
Lama Pengadukan (menit) Suhu (oC)
60±2 70±2 80±2
10 5,23±0,47cd 5,14±0,17d 4,85±0,70d
15 5,96±0,17cd 6,22±0,64cd 7,77±0,34c
20 16,84±0,75a 13,65±0,05b 17,97±0,46a
Keterangan: huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan nyata (P≤0,05). Data
merupakan rata-rata dari dua kelompok pada masing-masing perlakuan.
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai 17,97 detik dan terendah pada perlakuan suhu
daya lekat sediaan krim tertinggi pada pencampuran 80±20C dengan lama
perlakuan suhu pencampuran 80±20C dengan pengadukan 10 menit, yaitu sebesar 4,85
lama pengadukan 20 menit, yaitu sebesar detik. Hasil ini menunjukkan semakin tinggi

204
Baskara, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

suhu pencampuran dan lama pengadukan emulsifier karena emulsifier bekerja dengan
akan menghasilkan daya lekat sediaan krim membentuk lapisan disekeliling tetesan
yang tinggi. terdispersi sehingga mencegah terjadinya
Nilai daya lekat yang tinggi pemisahan cairan terdispersi (Anief, 2004).
dipengaruhi oleh suhu pencampuran, karena Hasil penelitian menunjukkan semua nilai
semakin tinggi suhu maka semakin daya lekat memenuhi syarat ketentuan
terpecahnya droplet-droplet sehingga menurut SNI yaitu lebih dari 4 detik.
memudahkan bahan untuk tercampur secara
merata. Menurut Almutairi (2008) ukuran Daya Sebar
droplet mempengaruhi daya lekat pada krim, Hasil analisis keragaman
dimana semakin besar dan tidak seragamnya menunjukkan perlakuan suhu pencampuran
ukuran droplet dapat menyebabkan dan lama pengadukan berpengaruh sangat
konsistensi krim menjadi semakin menurun. nyata (P≤0,01), sedangkan interaksi
Lama pengadukan menyebabkan semua keduanya berpengaruh nyata (P≤0,05)
bahan tercampur secara merata sehingga terhadap daya sebar sediaan krim. Nilai rata-
tidak terdapat butiran pada sediaan krim. rata daya sebar sediaan krim dapat dilihat
Kestabilan waktu lekat pada sediaan pada Tabel 4.
krim didukung dengan penggunaan
Tabel 4. Nilai rata-rata daya sebar (cm) sediaan krim pada perlakuan suhu pencampuran
dan lama pengadukan.
Lama Pengadukan (menit) Suhu (oC)
60±2 70±2 80±2
10 12,55±0,21 a 11,25±0,35 b 10,20±0,42c
15 10,25±0,07bc 9,10±0,28d 8,70±0,28d
20 9,15±0,21 d 8,50±0,28 d 6,50±0,42e
Keterangan: huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan nyata (P≤0,05). Data
merupakan rata-rata dari dua kelompok pada masing-masing perlakuan
Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai mengasilkan daya sebar sediaan krim yang
daya sebar sediaan krim tertinggi pada luas. Lama pengadukan berbanding terbalik
perlakuan suhu pencampuran 60±20C dengan dengan ukuran partikel, sehingga semakin
lama pengadukan 10 menit, yaitu sebesar lama pengadukan akan mengakibatkan
12,55cm dan terendah pada perlakuan suhu semakin kecilnya ukuran partakel. Ukuran
pencampuran 80±20C dengan lama partikel yang kecil dapat menyebabkan
pengadukan 20 menit, yaitu sebesar 6,50 cm. penyebaran yang lebih sempit sehingga dapat
Hasil ini menunjukkan bahwa semakin lebih mudah menyerap pada permukaan
rendah suhu pencampuran dan lama kulit, sedangkan ukuran partikel yang lebih
pengadukan akan menghasilkan daya sebar besar akan menyebabkan penyebaran krim
sediaan krim yang tinggi. semakin luas. Pada penelitian Erwiyani et al.
Nilai daya sebar sediaan krim yang (2018) mengatakan bahwa semakin cair
tinggi dipengaruhi oleh suhu pencampuran sediaan krim maka diameter sebar sediaan
pada saat proses pencampuran bahan sediaan krim akan semakin luas karena daya sebar
krim. Hal ini terjadi karena semakin rendah berbanding terbalik dengan viskositas krim
suhu yang digunakan pada saat pencampuran sehingga nilai sebar yang tinggi maka nilai
maka semakin tinggi kandungan air yang viskositas akan rendah. Daya sebar yang baik
terdapat pada sediaan krim sehingga berada pada kisaran 4 – 7 cm dengan

205
Vol. 8, No. 2, Juni 2020 Pengaruh Suhu Pencampuran dan Lama Pengadukan …

menunjukkan konsistensi semisolid yang bahwa perlakuan suhu pencampuran, lama


nyaman pada penggunanya (Garg et al., pengadukan dan interaksi keduanya
2002). berpengaruh sangat nyata (P≤0,01) terhadap
rasio pemisahan sediaan krim. Nilai rata-rata
Rasio Pemisahan rasio pemisahan sediaan krim dapat dilihat
Hasil analisis keragaman menunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai rata-rata rasio pemisahan sediaan krim pada perlakuan suhu pencampuran dan
lama pengadukan.
Lama Pengadukan (menit) Suhu (oC)
60±2 70±2 80±2
10 0,36±0,02 de 0,33±0,02 e 0,43±0,02bcd
15 0,41±0,02bcd 0,44±0,00bc 0,43±0,00bcd
20 0,37±0,01 cde 0,45±0,00 b 0,83±0,00a
Keterangan: huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan nyata (P≤0,05). Data
merupakan rata-rata dari dua kelompok pada masing-masing perlakuan.
Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai apabila nilai volume rasio pemisahan (F) = 1
rasio pemisahan sediaan krim tertinggi pada dimana ini dapat diartikan bahwa tidak ada
perlakuan suhu pencampuran 80±20C dengan terjadinya emulsi yang terpecah. Apabila
lama pengadukan 20 menit, yaitu sebesar nilai F mendekati 1 maka dapat dikatakan
0,83 dan terendah pada perlakuan suhu emulsi semakin stabil (Mollet dan
pencampuran 70±20C dengan lama Grubenmann, 2001).
pengadukan 10 menit, yaitu sebesar 0,33.
Hasil ini menunjukkan semakin tinggi suhu Derajat Keasaman (pH)
pencampuran dan lama pengadukan maka Hasil analisis keragaman
sediaan krim semakin tidak memisah. menunjukkan bahwa perlakuan suhu
Pada suhu pencampuran yang rendah pencampuran pada sediaan krim berpengaruh
akan terjadinya pemisahan pada sediaan krim sangat nyata (P≤0,01), lama pengadukan
dikarenakan suhu pada proses pembuatan berpengaruh tidak nyata (P>0,05), sedangkan
krim baru menyentuh titik didih pada emulsi interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata
dan pada saat pengadukan tidak mendapatkan (P≤0,01) terhadap pH. Nilai rata-rata pH
cukup waktu. Hal ini menyebabkan partikel sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 6.
tidak dapat untuk menstabilkan emulsi Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai pH
sehingga mengakibatkan sediaan krim sediaan krim tertinggi pada perlakuan suhu
terpisah. pencampuran 70±20C dengan lama
Nilai rasio pemisahan yang tinggi pengadukan 15 menit, yaitu sebesar 6,90 dan
dipengaruhi oleh suhu pencampuran, karena terendah pada perlakuan suhu pencampuran
semakin kecil ukuran partikel maka akan 60±20C dengan lama pengadukan 10 menit,
semakin tidak terjadinya pemisahan pada 15 menit dan 20 menit, yaitu sebesar 6,0.
sediaan krim. Ukuran partikel yang kecil Nilai pH sediaan krim dapat stabil
dapat mempertahankan emulsi agar tetap karena penggunaan emulsi Tween 80 dan
stabil sehingga tidak terjadinya pemisahan Span 80 sehingga pH sediaan krim masih
krim. Sedangkan ukuran partikel yang lebih dapat diaplikasikan pada kulit (Kurniasih,
besar tidak akan mampu untuk menstabilkan 2016). Menurut Wasitaatmadja (1997)
emulsi sehingga mengakibatkan creaming mengatakan bahwa emulsi yang baik
pada sediaan krim. Emulsi dikatakan baik merupakan emulsi yang menunjukkan sesuai

206
Baskara, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

dengan pH kulit yaitu antara pH 4,5-7,0. nilai pH pada sediaan krim berada pada
Krim yang memiliki nilai pH pada kisaran 8 kisaran pH 6.0 – 6.9 hasil penelitian ini
– 14 dapat mengakibatkan terjadinya menunjukkan nilai pH pada sediaan krim
pengelupasan pada kulit, sedangkan krim masih memenuhi syarat mutu pelembab kulit
dengan nilai pH 1 – 4 akan mengakibatkan menurut SNI 16-4399-1996 dengan nilai
terjadinya iritasi saat diaplikasikan pada derajat keasaman (pH) pada kisaran 4,5 – 7,5.
kulit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Tabel 6. Nilai rata-rata derajat keasaman (pH) pada sediaan krim pada perlakuan suhu
pencampuran dan lama pengadukan.
Lama Pengadukan (menit) Suhu (oC)
60±2 70±2 80±2
10 6,00 ±0,14c 6,65±0,21ab 6,10±0,00bc
15 6,00 ±0,00c 6,90±0,14a 6,30±0,14bc
20 6,00 ±0,28c 6,10±0,14bc 6,45±0,07abc
Keterangan: huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan nyata (P≤0,05). Data
merupakan rata-rata dari dua kelompok pada masing-masing perlakuan.
KESIMPULAN DAN SARAN 80±20C dengan lama pengadukan 20 menit.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Kesimpulan mengenai perlakuan suhu pencampuran dan
Berdasarkan penelitian yang telah lama pengadukan sehingga menghasilkan
dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal sediaan krim dengan karakteristik yang lebih
sebagai berikut: baik serta pengemulsi lainnya pada sediaan
1. Perlakuan suhu pencampuran dan lama krim dan penambahan bahan aktif pada
pengadukan berpengaruh terhadap sediaan krim sehingga dapat menjadi produk.
viskositas, daya lekat, daya sebar dan
rasio pemisahan, sedangkan berpengaruh DAFTAR PUSTAKA
tidak nyata terhadap pH. Interaksi
keduanya berpengaruh terhadap daya
lekat, daya sebar, rasio pemisahan dan Allen, L.V. 2002. The Art, Science, and
pH, tetapi berpengaruh tidak nyata Technology of Pharmaceutical
terhadap viskositas. Compounding. Second Editon.
2. Perlakuan suhu pencampuran 80±20C American Pharmaceutical Association,
dengan lama pengadukan selama 20 Washington, D.C.
menit merupakan perlakuan terbaik Almutairi, S. 2008. Effect of Droplet Size on
untuk menghasilkan sediaan krim dengan The Behavior and Characteristics of
karakteristik nilai krim viskositas 46.000 Emulsified Acid. Texas A and M
cp, waktu lekat 17,97 detik, daya sebar University, Texas.
6,50 cm, rasio pemisahan 0,83 dan pH
Amiji, M.M. and B.J. Sandmann. 2003.
6,45.
Applied Physical Pharmacy. McGraw-
Hill Companies Inc, United States of
Saran
America.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, maka untuk menghasilkan sediaan Anief, M. 2004. Ilmu Meracik Obat, Teori
krim dengan karakteristik terbaik disarankan dan Praktik. Gadjah Mada University
menggunakan perlakuan suhu pencampuran Press, Yogyakarta.

207
Vol. 8, No. 2, Juni 2020 Pengaruh Suhu Pencampuran dan Lama Pengadukan …

Badan Standarisasi Nasional. 1996. Sediaan (Glycine max L) : Uji Stabilitas Fisik
Tabir Surya SNI 2016-4399-1996. dan Efek Pada Kulit. Fakultas Farmasi.
Standar Nasional Indonesia, Jakarta. Universitas Muhammadiyah.
Surakarta.
Barkat, A. K., A. Naveed, H. M. S. Khan, K.
http://www.esprints.ums.ac.id. Diakses
Waseem, M. Tariq, A. Rasul, M. Iqbal
pada tanggal : 15 april 2019.
and K. Haroon. 2013. Development,
characterization an antioxidant activity Lubis, E.S. dan Reveny, J. 20112. Pelembab
of polysorbate based o/w emulsion Kulit Alami dari Sari Buah Jeruk Bali
containing polyphenols derived from (citrus maxima) Natural Skin
hippophae rhamnoides and cassia Moisturizer from pomelo juice (citrus
fistula. Brazilian Journal of maxima). Journal of Pharmaceutics and
Pharmaceutical Sciences. 49 (4) : 50. Pharmacology, 1 (2) : 104-111
Delia, K.S., N. Sugihartini., dan T. Yuwono. Michael and I. Ash. 1997. A Formulary of
2015 Evaluasi Uji Iritasi dan Uji Sifat Cosmetic Preparation. Chemical
Fisik Sediaan Emulgel Minyak Atsiri Publishing Co, New York.
Bunga Cengkeh (Syzigium Mollet, H. and A. Grubenmann. 2001.
aromaticum). Skripsi. Tidak Formulation Technology : Emulsions,
dipublikasi. Program Pasca Sarjana Suspensions, Solid Form. Wiley-Vch
Farmasi, Universitan Ahmad Dahlan, Publisher Ltd, Toronto. p. 261-262.
Yogyakarta.
Nielloud, F. and G.M. Mesters. 2000.
Dwiastuti, R. 2009. Optimasi Proses Pharmaceuticals Emulsions and
Pembuatan Krim Sunscreen Ekstrak
Suspensions, 2-11, 561, 590, Marcell
Kering Polifenol Teh Hijau (Camelia Dekker Inc., New York.
sinensis L.) dengan Metode Desain
Faktorial. Skripsi. Tidak dipublikasi. Pakki, E., Sartini, R. Tayeb dan N.L.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Maisarah. 2009. Formulasi dan
evaluasi kestabilan fisik krim
Erwiyani, A. S., D. Destianti dan S. A. antioksidan ekstraksi biji kakao
Kabelen. 2018. Pengaruh lama (Theobroma cacao L.) Jurnal Farmasi
penyimpanan terhadap sediaan fisik dan Farmakologi. 13 (2) : 1410-7031.
krim daun alpukat (Persen americana
Mill) dan daun sirih (Piper bettle Linn). Sartini, R. 2013. Pemanfaatan Kakao Sebagai
Indonesian Journal of Pharmacy and Sumber Bahan Aktif/Pembantu
Naturnal Product. 1 (1) : 26-27. Sediaan Farmasi (Obat dan Kosmetika)
dan Supplemen Makanan. Universitas
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., Singla,
Hasannudin, Makasar.
A.K., 2002. Spreading of Semisolid
Formulation.Pharmaceutical Schmitt, W. H. 1996. Skin care products. In:
Technology. Williams, D.F. and W.H. Schmitt (Ed).
1996. Cosmetics and Toiletries
Iswindari, D. 2014. Formulasi dan Uji Industry 2nd Ed. Blackie Academic and
Antioksidan Krim Rice Bran Oil. Profesional, London.
Skripsi. Tidak dipublikasikan. UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta. Smaoui, S., H.B. Hilma., R. Jarraya., N.G.
Komoun., R. Ellouze. and M. Damak.
Kurniasih, N. 2016. Formulasi Sediaan Krim 2012. Cosmetic emulsion of virgin
Tipe M/A Ekstrak Biji Kedelai coconut oil : formulation and

208
Baskara, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

biophysical evaluation. African Journal Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi


of Biotechnology. 11(34) : 8417-8424. Farmasi. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Syah, A.N.A. 2005. Virgin Coconut Oil.
Cetakan Kedua. Agromedia Pustaka, Wasitaatmadja, S. 1997. Penuntun Ilmu
Jakarta. Kosmetik Medik. Universitas
Indonesia Press, Depok.
Thamrin, N.F. 2012. Formulasi Sediaan Krim
Dari Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma Wilda, N. P. 2011. Pengaruh Agitasi Mekanik
domestica Val.) dan Uji Efektivitas Terhadap Presipitasi CaCo3 pada Air
Terhadap Bakteri Sthaphylococcus Sadah. Skripsi. Tidak Dipublikasi.
Aureus. Skripsi. Tidak dipublikasi. Universitas Indonesia, Depok.
Fakultas Ilmu Kesehatan, Univeritas Wirantara, Y. 2011. Optimasi Proses
Islam Negeri Alaudin, Makasar. Pencampuran Hand Cream dengan
Utami, I. G. A. A. P., G. P. Ganda Putra, dan Kajian Kecepatan Putar Mixer, Waktu
L. P. Wrasiati. 2018. Pengaruh dan Suhu Pencampuran Menggunakan
perbandingan bubuk kulit ari biji kakao Metode Deasin Faktorial. Skripsi.
: ekstrak kulit buah jeruk nipis dan Tidak dipublikasikan. Fakultas
waktu pengadukan terhadap Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
karakteristik bodi krim. Jurnal Yogyakarta
Rekayasa dan Manajemen Agroindusri.
7(1) : 38-50.

209

You might also like