You are on page 1of 9

Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552

Vol.8. No 1, Maret 2019

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MURID SD


TERHADAP PERSONAL HYGIENE
1
Vetri Nathalia, 2 Gito Vakol
1,2
akademi Keperawatan Nabila
Email : vetri.nathalia@yahoo.com

ABSTRACT

Personal hygiene is a way of maintaining one's personal health both physically and
psychologically which aims to prevent the outbreak of illness and improve health status.
Data from the Padang Panjang City Health Office, the highest percentage of personal
hygiene problems occurred at Merapi Padang Panjang Elementary School at 68%. The
purpose of this study was to determine the relationship between students' knowledge and
attitudes to personal hygiene. This study uses descriptive correlational method using
cross-sectional design. The sample technique used in this study is total sampling. The
study was conducted in May 2018 with a sample of 80 students at SD Merapi Padang
Panjang. Data collection techniques using questionnaires. The statistical test used is chi-
squere. The results of this study revealed 53.8% of students' knowledge about personal
hygiene was low, 51.2% of students' attitudes about personal hygiene were classified as
negative, 55% of students' personal hygiene was bad. There is a significant relationship
between knowledge and attitudes to personal hygiene students of Padang Panjang
Merapi Elementary School in 2018 with a value of p = 0,000. It is expected that teachers
pay more attention to knowledge and attitudes to personal hygiene of elementary students
because knowledge and attitudes can have the most influence on health status.

Keywords : Knowledge, Attitudes, Personal Hygiene Age

ABSTRAK

Personal hygiene merupakan suatu cara pemeliharaan kesehatan diri seseorang baik fisik
maupun psikis yang bertujuan untuk mencegah terjangkitnya penyakit serta memperbaiki
status kesehatan. Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang persentase masalah
personal hygiene tertinggi terjadi di SD Merapi Padang Panjang sebesar 68%. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap murid terhadap
personal hygiene. Penelitian ini mengunakan metode deskriptif korelasional dengan
mengunakan desain cross-sectional. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan total sampling. Pada penelitian dilakukan pada bulan Mei
2018 dengan jumlah sampel 80 murid di SD Merapi Padang Panjang. Teknik
pengumpulan data menggunakan kuesioner. Uji statistik yang dipakai adalah chi-squere.
Hasil penelitian ini mengungkap 53,8% pengetahuan murid tentang personal hygiene
tergolong rendah, 51,2% sikap murid tentang personal hygiene tergolong negatif, 55%
personal hygiene murid tergolong buruk. Terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dan sikap terhadap personal hygiene murid SD Merapi Padang Panjang
Tahun 2018 dengan nilai p= 0,000. Diharapkan kepada guru lebih memperhatikan
pengetahuan dan sikap terhadap personal hygiene murid SD karena pengetahuan dan
sikap dapat memberikan pengaruh paling besar terhadap status kesehatan.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Personal Hygiene


90
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

PENDAHULUAN tersebut ada yang bisa diubah dan


tidak dapat diubah. Faktor-faktor yang
Personal hygiene adalah suatu dapat diubah adalah faktor
cara pemeliharaan kesehatan diri pengetahuan, sosial, kebiasaan, sosial
seseorang baik fisik maupun psikis ekonomi, dan kondisi fisik salah satu
yang bertujuan untuk mencegah cara merubah faktor tersebut adalah
terjangkitnya penyakit serta dengan memperbaiki tingkat
memperbaiki status kesehatan. Salah pengetahuan melalui pendidikan
satu bentuk pemeliharaan kesehatan kesehatan (Notoatmodjo, 2011).
diri adalah perawatan rongga gigi dan Pendidikan kesehatan merupakan
mulut (Isro'in, 2012). program kesehatan yang dirancang
Selain itu kaki, tangan dan kuku untuk mempengaruhi individu dan
membutuhkan perhatian khusus dalam masyarakat agar berpikir, bersikap,
perawatan kebersihan diri seseorang dan berperilaku positif dengan tujuan
karena rentan terhadap infeksi. Setiap meningkatkan kesehatan pendidikan
kondisi yang mengenai tangan dan kesehatan berpengaruh pada
kaki secara otomatis akan peningkatan pengetahuan dan perilaku
mempengaruhi kemampuan dalam hal personal hygiene pada anak usia
perawatan kebersihan diri seseorang. sekolah (Notoatmodjo, 2011).
Kuku merupakan salah satu anggota Pengetahuan masyarakat yang
badan yang terdapat pada ujung jari- kurang mengakibatkan pola perilaku
jari tangan dan kaki yang mengandung hidup bersih dan sehat menjadi sulit
lapisan tanduk (Isro’in & Andarmoyo, untuk diterapkan dalam kehidupan
2012). sehari-hari. Masalah personal hygiene
Kebersihan kaki, tangan, dan kuku dianggap kurang penting karena
menjadi hal yang penting untuk kurangnya pengetahuan mereka
diperhatikan kebersihannya terutama terhadap pentingnya PHBS ( prilaku
ketika sedang sakit, perawatannya hidup bersih dan sehat ), penelitian
menjadi semakin penting untuk dari (Kusumawati, 2008).
diperhatikan. Kuku yang tidak terawat Anak usia Sekolah Dasar (SD)
juga dapat mengakibatkan masalah merupakan masa tumbuh kembang
kesehatan. Beberapa masalah akibat yang baik. Masa ini anak perlu
tidak terawatnya kuku misalnya kuku mendapatkan pengawasan terhadap
yang panjang dapat mengakibatkan kesehatannya karena usia sekolah
kuku menjadi mudah robek dan dapat adalah masa dimana anak-anak
melukai kulit sekitar, kuku yang mempunyai banyak aktivitas, dan
tumbuh kedalam menuju jaringan aktivitas tersebut seringkali
lunak sekitar kuku karena pemotongan berhubungan langsung dengan
kuku yang salah (Isro’in & lingkungan yang kotor dan
Andarmoyo, 2012). menyebabkan anak mudah terserang
Perilaku menjaga kebersihan diri penyakit. Perawatan kuku pada anak
dipengaruhi oleh berbagai faktor, juga sering kali terabaikan oleh orang
seperti faktor pengetahuan, sosial, tua. Kurangnya pengetahuan dan
budaya, kebiasaan, citra tubuh, sosial kesadaran orang tua dalam
ekonomi, dan kondisi fisik (Tarwoto & memperhatikan personal hygiene anak
Wartonah, 2006). Faktor-faktor menyebabkan anak juga tidak
91
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

memperhatikan kebersihan dirinya kelompok usia 35-44 tahun prevalensi


sendiri. Meskipun terlihat sepele, karies gigi mencapai 80,5 dengan
tetapi perawatan kuku juga merupakan DMF-T 4,46 sedangkan usia diatas 65
hal penting yang harus diperhatikan tahun dengan prevalensi karies
dan kesehatan mulut (Wong, 2009). sebesar (94,4%) dan DMF-T 18,33.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Batasan kesehatan menurut
perlu didirikan dalam rangka untuk Undang-Undang Kesehatan No.23
meningkatkan perilaku personal Tahun 1992 menjelaskan keadaan
hygiene pada anak usia sekolah dasar, sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang
usaha kesehatan sekolah mempunyai memungkinkan setiap orang hidup
peranan penting terhadap pemantauan secara sosial dan ekonomi. Batasan
kesehatan anak-anak di sekolah. yang diangkat dari batasan kesehatan
Selain itu. Usaha Kesehatan Sekolah menurut Organisasi Kesehatan Dunia
juga berfungsi memberikan (WHO) yang paling baru ini, memang
pengetahuan tentang kesehatan, seperti lebih luas dan dinamis dibandingkan
cara menjaga kebersihan diri, dengan batasan sebelumnya yang
mengobati luka dengan benar, mengatakan, bahwa kesehatan adalah
perawatan kuku, serta penerapan keadaan sempurna, baik fisik, mental
perilaku kesehatan yang lainnya maupun sosial, dan tidak hanya bebas
(Wong, 2009). dari penyakit dan cacat (Notoatmodjo,
Dampak dari kurangnya menjaga 2007).
kebersihan mulut salah satunya adalah Murid Sekolah Dasar merupakan
kanker mulut, di negara maju seperti sekelompok masyarakat yang
Amerika Serikat (25%) dari 30.000 mempunyai besar dalam kelangsungan
warganya meninggal akibat kanker negara ini sehingga sangat perlu
mulut, oleh karena itu perlu menjaga ditingkatkan kemampuan hidup sehat,
kesehatan mulut kita supaya tetap salah satunya dengan meningkatkan
bersih dan terhindar dari penyakit pengetahuan dan sikap murid tentang
(Rahmadhan, 2010). kesehatan terutama tentang personal
Angka penyakit gigi dan mulut hygiene. Kemampuan dan sikap murid
terutama karies di Indonesia masih dapat ditingkatkan salah satunya
banyak di derita, baik oleh anak-anak dengan memberikan informasi atau
maupun dewasa. Data Kementerian penyuluhan kesehatan. Sebagai suatu
Kesehatan 2010 menunjukkan, bahwa institusi pendidikan, sekolah
prevalensi karies di Indonesia mempunyai peranan dan kedudukan
mencapai (60-80%) dari populasi, strategis dalam upaya promosi
serta menempati peringkat ke 6 kesehatan. Hal ini disebabkan karena
sebagai penyakit yang paling banyak sebagian besar anak usia 5-19 tahun
yang di derita (Kemenkes, 2011). berada dalam lembaga pendidikan
Hasil Riskesdas (2007), dalam jangka waktu yang cukup lama.
melaporkan bahwa prevalensi karies Dari segi populasi, promosi kesehatan
gigi di Indonesia adalah sebesar 46,5 di sekolah dapat menjangkau dua jenis
dengan penjabaran prevalensi karies populasi, yaitu populasi murid sekolah
untuk kelompok usia 12 tahun sebesar dan populasi masyarakat umum atau
(36,1%) dengan Desay, Missing, keluarga. Promosi kesehatan di
Filling Tooth (DMF-T) 0,91, sekolah membantu meningkatkan
92
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

kesehatan murid, guru, karyawan, METODE PENELITIAN


keluarga serta masyarakat sekitar
sehingga proses belajar mengajar Metode penelitian yang digunakan
berlangsung lebih produktif (Rosso & dalam penelitian ini adalah deskriptif
Arlianti, 2009). korelasional dengan mengunakan
Hasil survey awal yang peneliti desain Cross-Sectional yang
lakukan di Dinas Kesehatan Kota merupakan rencana penelitian dengan
Padang Panjang bahwa masalah teknik wawancara, wawancara
personal hygiene dapat dilihat pada merupakan pertemuan dua orang untuk
tabel dibawah ini : bertukar informasi dan ide melalui
Tabel 1 Kasus Personal Hygiene di Kota tanya jawab dan teknik pengamatan
Padang Panjang Tahun 2017 dan observasi. Dua di antara yang
terpenting adalah proses pengamatan
Persentase dan ingatan (Sugiyono, 2013).
NO Nama SD
(%)
SD Merapi Padang Populasi dalam penelitian ini
1. 68%
Panjang
adalah seluruh murid SD Merapi
SD 02 Kampung
2. 42% Padang Panjang yang berjumlah 80
Manggis
SD 07 Silaing orang murid.
3. 36% Pada penelitian ini sampel diambil
Bawah
SD 15 Tanah dengan Teknik Total Sampling.
4. 32% Alat yang digunakan dalam
Hitam
5. SD 16 Koto Katik 28% pengumpulan data adalah daftar
pertanyaan dalam bentuk kuesioner
Sedangkan dari hasil survey awal merupakan lembaran pertanyaan
yang peneliti lakukan di SD Merapi terhadap responden dimana responden
Padang Panjang pada tanggal 22 diminta memberi jawaban sesuai
Desember 2017 didapatkan jumlah dengan petunjuk yang ada pada
murid SD Merapi Padang Panjang dari kuesioner. Analisa data menggunakan
kelas 1 sampai kelas 6 yaitu laki - laki analisa univariat dan bivariat.
berjumlah 62 orang dan perempuan Univariat untuk melihat distribusi
berjumlah 18 orang. Dari wawancara frekuensi dari masing-masing variabel
yang peneliti lakukan dengan Kepala independen (Pengetahuan dan sikap)
Sekolah dari Observasi yang peneliti dan variabel dependen (Personal
lakukan terhadap murid SD Merapi hygiene) dengan menggunakan SPSS.
Padang Panjang didapatkan bahwa Analisa bivariat menggunakan uji
murid di SD tersebut mulai dari kuku statistik melalui dua variabel yang
yang terlihat panjang dan kotor, serta diduga berhubungan antara variabel
penampilan rambut yang acak-acakan. independen (Pengetahuan dan sikap)
Dari data diatas peneliti tertarik untuk dengan variabel dependen (personal
meneliti “Hubungan Pengetahaun dan hygiene), yang menggunakan uji
Sikap Murid SD Terhadap Personal statistik Chi-Square. Bila p ≤ 0,05
Hygiene di SD Merapi Padang maka Ha diterima artinya ada
Panjang”. hubungan yang bermakna antara kedua
variabel, bila p > 0,05 maka Ho
diterima artinya tidak ada hubungan
93
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

yang bermakna antara kedua variabel. Tabel 4 Hubungan Pengetahuan Dengan


Analisis data di lakukan dengan Personal Hygiene
komputerisasi menggunakan metode
SPSS. Personal Hygiene
Pengeta P-
huan Baik Buruk Value
HASIL DAN PEMBAHASAN
f % f %
Tabel1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tinggi 29 78.3 8 21.6
Murid Tehadap Personal Hygiene 0,000
Rendah 7 16.3 36 83.7
N Pengeta Jumlah Persentase
o huan (f) (%) Total 36 44
1 Tinggi 37 46.2 Dari tabel diatas dapat dilihat dari
2 Rendah 43 53.8 43 murid yang berpengetahuan rendah
Total 80 100.0 terdapat lebih dari separoh memiiki
Berdasarkan tabel diatas dapat personal hygiene yang buruk yaitu
dilihat bahwa dari 80 murid separoh sebanyak 36 orang (83.7%).
diantaranya berpengetahuan rendah Berdasarkan uji statistik chi-
terhadap personal hygiene yaitu squere diperoleh nilai p= 0,000
sebanyak 43 murid (53.8%). (p≤0,05) menunjukkan bahwa Ha
diterima, artinya terdapat hubungan
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Sikap Murid yang signifikan antara tingkat
Terhadap Personal Hygiene pengetahuan dengan personal hygiene
N Sikap Jumlah Persentase murid SD Merapi Padang Panjang.
o (f) (%) Menurut Green (1980) dalam
1 Positif 39 48.8 Notoadmodjo (2007), mengemukakan
2 Negatif 41 51.2 bahwa faktor predisposisi yang
Total 80 100.0 mempengaruhi perilaku seseorang
Berdasarkan tabel diatas dapat adalah pengetahuan yaitu hasil
dilihat bahwa dari 80 murid separoh penginderaan manusia terhadap objek
diantaranya bersikap negatif terhadap diluarnya melalui indera-indera yang
personal hygiene yaitu sebanyak 41 dimilikinya. Dengan sendirinya pada
murid (51.2%). waktu penginderaan, dalam diri
manusia terjadi proses perhatian,
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Personal persepsi, penghayatan terhadap
Hygiene Murid
stimulus atau objek diluar subjek.
N Personal Jumlah Persentase
o Hygiene (f) (%)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
1 Baik 36 45,0 pengetahuan dapat di ukur atau di
2 Buruk 44 55,0 observasi melalui apa yang diketahui
Total 80 100.0
tentang objek.
Personal hygiene merupakan
Berdasarkan tabel diatas dapat suatu kesehatan perorangan dalam
dilihat bahwa dari 80 murid separoh memelihara kesehatan diri sendiri,
diantaranya memiliki personal hygiene memperbaiki dan mempertinggi nilai
yang buruk yaitu sebanyak 44 murid kesehatan serta mencegah timbulnya
(55%). penyakit (Depkes RI, 2001).
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian (Fatmawati, 2018) dengan
94
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

judul Pengaruh pendidikan Kesehatan Positif 29 74.4 10 25.6


0,000
Terhadap Pengetahuan Tentang Negatif 7 17.1 34 82.9
Personal Hygiene Pada Anak Usia Total 36 44
Sekolah. Hasil penelitian diperoleh Dari tabel diatas dapat dilihat dari
nilai p-value= 0,00 < 0,05 dengan 41 murid yang bersikap negatif
selisih nilai mean -2.35. Hal ini terdapat lebih dari separoh memiiki
menunjukkan ada pengaruh yang personal hygiene yang buruk yaitu
signifikan antara pengetahuan sebanyak 34 orang (82.9%).
responden sebelum dengan setelah Berdasarkan uji statistik chi-
diberikan pendidikan kesehatan . disini squere diperoleh nilai p= 0,000
dapat disimpulkan bahwa pengetahuan (p≤0,05) menunjukkan bahwa Ha
responden mengalami perubahan yang diterima, artinya terdapat hubungan
signifikan setelah diberikan yang signifikan antara sikap murid
pendidikan kesehatan. dengan personal hygiene murid SD
Menurut penelitian yang Merapi Padang Panjang.
dilakukan oleh Tiara (2013), Teori Bloom dalam Notoadmodjo
mengatakan murid dengan (2007), menyatakan bahwa sikap
pengetahuan tinggi tentang kebersihan merupakan presdisposisi yang
diri akan memiliki resiko lebih kecil menentukan bagaimana seseorang
terjadinya personal hygiene yang akan bertindak, dan juga sikap
buruk ditunjukkan dengan hasil dari merupakan reaksi atau respon
76 murid diperoleh 35 orang yang emosional seseorang terhadap stimulus
memiliki pengetahuan yang rendah, yang dapat dilanjutkan dengan
ditunjukkan dengan nila p=0,000 ( p ≤ kecendrungan untuk melakukan atau
0,005). tidak melakukan tindakan terhadap
Menurut asumsi peneliti objek.
Penelitian yang dilakukan di SD Penelitian ini juga didukung oleh
Merapi Padang Panjang menemukan Aini (2013), sikap merupakan respon
bahwa terdapat hubungan antara yang masih tertup dari seseorang
pengetahuan dan personal hygiene. terhadap suatu stimulus atau objek.
Murid yang mempunyai pengetahuan Peningkatan pengetahuan ini
yang tinggi tentang personal hygiene berdampak pada terbentuknya sikap
akan memiliki resiko lebih kecil siswa terhadap kemampuan
terjadinya personal hygiene yang melakukan pencengahan penularan
buruk, karena pengetahuan merupakan scabies. Pendidikan kesehatan melalui
dasar bagi murid untuk menentukan ceramah yang dingunakan untuk
tindakan dalam pelaksanaan personal menyampaikan informasi tentang
hygiene. penyakit scabies itu menimbulkan
pengetahuan.
Tabel 5 Hubungan Sikap Dengan
Penelitian yang sama dilakukan
Personal Hygiene
oleh Wijaya (2011), Personal hygiene
Personal Hygiene atau kebersihan diri adalah suatu usaha
Sikap
P- kesehatan perorangan untuk dapat
Baik Buruk Value memelihara kesehatan diri sendiri,
memperbaiki dan mempertinggi nilai-
f % f %
95
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

nilai kesehatan serta mencegah Padang Panjang, karena adanya


timbulnya penyakit Personal hygiene pengetahuan tersebut lebih bisa
meliputi kebersihan badan, memanfatkan fasilitas tentang
tangan,kulit / kuku, gigi dan rambut. kebersihan dan menjadi prilaku yang
Penelitian yang sama juga bermaanfaat bagi kesehatan kita atau
dilakukan oleh Tiara (2013), pun lingkungan sekolah.
mengatakan bahwa sikap murid yang
positif merupakan upaya pencegahan SIMPULAN
agar tidak tertular penyakit akibat
kurang menjaga personal hygiene. Berdasarkan hasil penelitian yang
Hasil analisa bivariat didapatkan telah dilakukan tentang tentang
adanya hubungan antara sikap dengan Hubungan Pengetahuan dan Sikap
personal hygiene diperoleh dari 76 Murid SD Terhadap Personal Hygiene
murid diperoleh 29 murid memiliki di SD Merapi Padang Panjang maka
sikap negatif dan pesonal hygiene dapat ditarik kesimpulan sebagai
buruk, hal ini ditunjukkan dengan uji berikut:
statistik chi-squere nilai p=0,000 (p ≤ 1. Pengetahuan murid tentang
0,005). personal hygiene di Sekolah
Menurut asumsi peneliti sikap Dasar Merapi Padang Panjang
murid di SD Merapi Padang Panjang tergolong pada kategori rendah
yang negatif tentang personal hygiene sebanyak 43 murid (53,8%).
menimbulkan tindakan yang buruk. 2. Sikap murid tentang personal
Sehingga mereka tidak bertindak dan hygiene di Sekolah Dasar
merespon untuk melakukan tindakan Merapi Padang Panjang
personal hygiene yang baik. tergolong negatif sebanyak 41
Murid yang mempunyai sikap murid (51,2%).
positif terhadap personal hygiene 3. Terdapat hubungan yang
berkemungkinan besar akan memiliki signifikan antara pengetahuan
personal hygiene yang baik, begitupun murid dan sikap dengan
sebaliknya murid yang mempunyai personal hygiene di SD Merapi
sikap negatif terhadap personal Padang Panjang Tahun 2018
hygiene berkemungkinan besar akan ditunjukkan dengan nilai
memiliki personal hygiene yang p=0,000 (α≤0,05).
buruk, karena sikap positif menjadikan
prilaku yang baik serta murid akan SARAN
melakukan upaya pencegahan agar
tidak tertular penyakit akibat kurang Diharapkan bagi institusi
menjaga personal hygiene dan sikap pendidikan agar dapat menerapkan
negatif menjadikan prilaku buruk pada langsung mata kuliah promosi
murid serta murid tidak berupaya kesehatan dengan melakukan
melakukan pencegahan yang penyuluhan tentang personal hygiene
menimbulkan penyakit. ke sekolah dasar, sehingga mampu
Diharapkan kepada murid SD meningkatkan pengetahuan dan sikap
Merapi Padang Panjang agar lebih murid dalam personal hygiene.
meningkatan pengetahuan tentang Selain itu diharapkan kepada guru
personal hygiene di SD Merapi lebih memperhatikan pengetahuan dan
96
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

sikap terhadap personal hygiene murid Kesehatan. Jakarta : Rineka


SD karena pengetahuan dan sikap Cipta.
dapat memberikan pengaruh paling
besar terhadap status kesehatan 8. Pratiwi & Noviar. (2008 )
“Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Siswa terhadap PHBS di
DAFTAR PUSTAKA
SDN Ngebel Kec. Kasihan
1. Ali, M.dkk. (2006). Ilmu dan Kabupaten Bantul,
Aplikasi Pendidikan. Edisi Yogyakarta.
Pertama. Bandung :
Pedagogiana Press 9. Pratiwi & Noviar. (2008)
“Hubungan Pengetahuan dan
2. Andarmoyo Sulistyo. (2012).. Sikap Siswa terhadap PHBS di
Personal hygiene Konsep, SDN Ngebel Kec. Kasihan
Proses Kabupaten Bantul :
Yogyakarta.
3. Azwar, S. (2012). Sikap dan
Perilaku. Dalam : Sikap 10. Saifuddin, Anwar. (2012).
Manusia Teori dan Sikap Manusia (Teori
Pengukurannya. Yogyakarta : danPengukurannya).
Pustaka Pelajar, 3-22 dan Yogyakarta: PT. Pustaka
Aplikasi dalam Praktik Pelajar.
keperawatan. Yogyakarta :
Graha ilmu 11. Poltekkes Palembang. (2012)
hubungan pengetahuan dan
4. Isro’in, Laily., Andarmoyo, sikap dengan perilaku.pdf
Sulistyo. (2012). Personal
Hygiene Konsep, Proses dan 12. Siwach, Meena. (2009). Impact
Aplikasi dalam Praktek of Health Education
Keperawatan. Programme on the Knowledge
and Practices of School
5. Kemkes RI. (2011). Higiene Children Regarding Personal
dan Sanitasi Pangan. Hygiene in Rural Panipat :
http://gizi.depkes.go.id/wp- Kamla-Raj Int J Edu Sci, 1(2):
content/uploads/2015/02/higien 115-118
e-sanitasi-pangan-dit-gizi1.
pdf. Diakses 2011 13. Sugiyono. (2012). Metode
Penelitian Kuantitatif
6. Notoatmodjo, S. (2007). Kualitatif dan R&D. Bandung :
Promosi Kesehatan & Ilmu Alfabeta.
Perilaku. Jakarta: RINEKA
CIPTA 14. Tarwoto & Wartonah. (2006).
Kebutuhan Dasar Manusia
7. _____________. (2010). Dan Proses Keperawatan.
Metodologi Penelitian Edisi Ke-3. Jakarta : Salemba
Medika.
97
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

15. Kusumawati, dkk. (2008).


Hubungan antara Pendidikan
dan Pengetahuan Kepala
Keluarga Tentang Kesehatan
Lingkungan dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
http://www.typecat.com/pdf/jur
nal pengetahuan-masyarakat-
tentang-phbs.html.
DiaksesTanggal23 Juni2011
16. (Fatmawati, 2018) Pengaruh
Pendidikan Kesehatan
TerhadapPengetahuan
Tentang Personal Hygiene
Pada Anak Usia Sekolah Di
Sdn 206/Iv Kota Jambi
http://jab.stikba.ac.id/index.ph
p/jab/article/view/56/48

17. Wong. (2009). Buku Ajar


Keperawatan Pediatrik
Volume 1. Jakarta : EGC.

98

You might also like