You are on page 1of 18

ARTIKEL/JURNAL

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG ORAL HYGIENE TERHADAP


PENGETAHUAN DAN SIKAP ORAL HYGIENE PADA SISWA
SDN 03 ALAI PADANG

Penelitian Keperawatan Anak

MELLY ELYA YERIZA


BP. 1311311022

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG ORAL HYGIENE TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP ORAL HYGIENE PADA SISWA
SDN 03 ALAI PADANG

Dr. Ns.Meri Neherta, S.Kep, M.Biomed*, Ns.Dewi Murni, M.Kep**, Melly Elya Yeriza***
*Pembimbing I Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
** Pembimbing II Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
*** Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Abstract : The Effect of Health Education about Oral Hygiene Toward the Students’
Knowledge and Attitude Oral Hygiene of SD 03 Alai Padang

Health education about oral hygiene for school-aged children is very important because
a result dental and oral health problems are very susceptible to the children. The purpose of this
research is to know the effect of health education aboaut oral hygiene toward the Students’
Knowledge and Attitude Oral Hygiene of SD 03 Alai Padang. This research used Pre
experimental research design which used Group Pretest-Posttest approach. The sampling
technique used Proportional Random Sampling and there were 89 samples selected. The
instrument used in this research is a questionnaire about knowledge and attitude of oral hygiene.
The statistic test used Wilcoxon. The results of this research showed that there was increased
mean of knowledge and attitude before and after health education about oral hygiene. The
knowledge before health education was 4,26 and after was 8,58, and than attitude was 30,62 and
after 35,76, with used statistic test the attitude value was p = 0,000;Z=-8,233 and knowledge
value was p = 0,000; Z=0,8162. It is expected that educational institution can work along with
nursing institution and local goverment clinic to maximize education by doing regular health
education, using more attractive methods and facilitating oral hygiene-related programs for the
students in order to improve their knowledge and attitudes about oral hygiene.

Keywords : Health Education, Oral Hygiene, Knowledge, Attitude.


References : 76 (2002-2016)

Abstrak : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Oral Hygiene Terhadap Pengetahuan


dan Sikap Oral Hygiene Siswa SD 03 Alai Padang

Pendidikan kesehatan tentang oral hygiene pada anak usia sekolah sangatlah penting
karena pada masa tersebut rentan terjadinya masalah kesehatan gigi dan mulut. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang oral hygiene terhadap
pengetahuan dan sikap oral hygiene pada siswa SD 03 Alai Padang. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian Pre Eksperimen dengan pendekatan One Group Pretest-Posttest. Teknik
pengambilan sampel menggunakan Proportional Random Sampling dengan jumlah sampel
sebanyak 89 orang. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner pengetahuan
dan sikap tentang oral hygiene. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Wilcoxon. Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan rata-rata skor pengetahuan dan sikap sebelum dan
setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang oral hygiene yakni pengetahuan sebelum
diberikan pendidikan kesehatan adalah 4,26 dan setelah 8,58, dan sikap sebelum diberikan
pendidikan kesehatan 30,62 dan setelah 35,76 dengan uji statistik didapatkan nilai sikap
p=0,000; Z=-8,233 dan pengetahuan p=0,000; Z=-8,162. Diharapkan kepada institusi pendidikan
dapat bekerjasama dengan institusi keperawatan dan puskesmas untuk memaksimalkan edukasi
dengan pendidikan kesehatan secara berkala dan dengan metode yang lebih menarik serta
memfasilitasi program terkait oral hygiene kepada siswa guna meningkatkan pengetahuan dan
sikap siswa tentang oral hygiene.

Kata kunci : Pendidikan Kesehatan, Oral Hygiene, Pengetahuan, Sikap.


Daftar Pustaka: 76 (2002-2016)

PENDAHULUAN

Masa usia sekolah merupakan masa masalah kebersihan gigi dan mulut sekitar
yang dimulai dari usia 6 sampai mendekati 34%. Dari data tersebut terlihat bahwa
12 tahun yang memiliki berbagai label, dan masalah kebersihan gigi dan mulut pada
masing-masing menguraikan karakteristik anak usia sekolah masih perlu menjadi
dari periode tersebut (Wong, 2009). Periode perhatian. Lebih lanjut permasalahan
ini dimulai dengan masuknya anak ke kesehatan yang dihadapi anak biasanya
lingkungan sekolah yang memiliki dampak berdampak tidak baik terhadap anak seperti
yang signifikan dalam perkembangan dan gangguan pada proses perkembangannya.
hubungan anak dengan orang lain, serta Jika tidak diatasi dengan segera akan
secara fisiologis masa usia sekolah dimulai berlanjut pada fase berikutnya dan
dengan tanggalnya gigi susu pertama di bertambah parah. Hal ini tentunya akan
akhiri pada masa pubertas dengan menghambat proses perkembangan anak
memperoleh gigi permanen (Potter & Perry, yang optimal (Papilia, Olds & Feldman,
2010). 2009).
Menurut Mufidah (2012) umumnya Personal hygiene gigi dan mulut
permasalahan kesehatan pada anak usia merupakan salah satu masalah kesehatan
sekolah berkaitan dengan kebersihan yang sering terjadi pada anak usia sekolah.
perorangan (personal hygiene) dan Menurut Potter & Perry (2010) masa usia
lingkungan seperti menggosok gigi, sekolah terjadi masalah kebersihan gigi,
kebiasaan mencuci tangan pakai sabun serta umumnya perawatan gigi anak tidak teratur
menjaga kebersihan diri. Personal hygiene dan tidak adekuat, sehingga personal
menjadi aspek yang penting dalam menjaga hygiene gigi dan mulutpun buruk.
kesehatan, karena dapat meminimalkan Perawatan gigi yang tidak adekuat tersebut
masuknya mikroorganisme, terjadinya akan mengakibatkan masalah kesehatan gigi
penyakit, baik penyakit kulit, penyakit mulut pada anak seperti gigi berlubang (karies
dan penyakit saluran cerna (Saryono, 2010). gigi), maloklusi dan penyakit periodontal
Penelitian yang dilakukan oleh (Wong, 2008).
Motakpaili (2013) di India, dengan jumlah Menurut Rikesdas tahun 2013,
sampel 500 orang anak usia 6 – 14 tahun sebanyak 25,9% penduduk Indonesia
didapatkan hasil bahwa 27% dari populasi mempunyai masalah gigi dan mulut, dimana
anak masih memiliki personal hygiene yang prevalensi anak usia dibawah 12 tahun yang
buruk dengan masalah terbanyak yakni menderita masalah kesehatan gigi dan mulut
mengalami peningkatan yakni pada tahun (85,35%) memiliki prilaku menggosok gigi
2007 sebesar 28,9% dan pada tahun 2013 yang salah dan sebanyak 37 orang (63,8%)
sebesar 42,6%. Provinsi Sumatera Barat mengalami karies gigi. Dari data diatas
mempunyai prevalensi masalah kesehatan bahwa kurangnya pengetahuan tentang oral
gigi dan mulut pada tahun 2007 yakni 21,6% hygiene akan berdampak pada kesehatan
dan tahun 2013 22,2%. Dari data diatas gigi.
tentunya masalah kebersihan gigi dan mulut Pengetahuan tentang oral hygiene bisa
masih perlu menjadi perhatian, terutama ditingkatkan salah satunya dengan
pada anak usia sekolah. pemberian pendidikan kesehatan. Menurut
Gigi permanen sudah muncul pada masa Potter & Perry (2010) masa usia sekolah
usia sekolah sehingga perlunya kebersihan sangat penting untuk memperoleh tingkah
gigi dan perhatian yang rutin terhadap laku dan praktik kesehatan serta terjadi
terjadinya karies gigi (Wong, 2009). perkembangan kognitif sehingga pendidikan
Menurut survei World Health Organization kesehatan sangat efektif untuk diberikan.
(WHO) tahun 2016 angka kejadian karies Pendidikan kesehatan diberikan guna untuk
gigi pada anak usia sekolah sekitar 60% meningkatkan pengetahuan dan sikap
sampai 90%, sedangkan di Indonesia angka individu tentang kesehatan (Notoatmodjo,
karies aktif pada tahun 2013 sebesar 43,4% 2012). Pernyataan tersebut didukung oleh
dan tahun 2007 43,1% sementara di penelitian yang dilakukan oleh Bhat, K,
Sumatera Barat sebesar 1,7% (Rikesdas, Kumar, A,.dkk (2012) bahwa pengetahuan
2013). dan sikap tindakan tentang kebersihan gigi
Menurut Wong (2009) upaya dan mulut meningkat setelah diberikan
menurunkan kejadian karies gigi perlu pendidikan kesehatan tentang oral hygiene
dilakukan karena jika tidak ditangani akan kepada anak usia sekolah di India.
menyebabkan kerusakan total pada gigi. Banyak metode yang bisa digunakan
Ratnasari, dkk (2014) menyatakan bahwa dalam pendidikan kesehatan gigi dan mulut.
dampak lanjut dari karies gigi adalah sumber Selain ceramah dan demonstrasi, metode
infeksi dalam rongga mulut sehingga lain yang dapat digunakan yakni metode
menimbulkan rasa nyeri, dan rasa nyeri audiovisual yang salah satunya adalah video.
tersebut mempengaruhi status gizi melalui Pernyataan ini didukung oleh penelitian
mekanisme terganggunya fungsi yang dilakukan oleh Lubis (2016) bahwa
pengunyahan sehingga kurangnya nafsu ada perbedaan pengaruh pendidikan
makan. Pernyataan tersebut didukung oleh kesehatan antara metode ceramah dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hidayatul, et. metode audiovisual terhadap sikap dan
al, (2016) dengan jumlah sampel yang pengetahuan responden tentang perawatan
diambil 60 orang dengan rincian 30 orang karies gigi di wilayah puskesmas
sampel pada kategori status gizi kurang, Wonosegoro II. Nilai rata-rata post test
anak dengan status gizi kurang menunjukan metode audiovisual yang lebih tinggi dari
indeks karies gigi yaitu 8,1% yang termasuk nilai rata-rata selisih metode ceramah,
dalam kategori sangat tinggi berdasarkan sehingga metode audiovisual lebih efektif
jumlah populasi. untuk meningkatkan pengetahuan responden
Penyakit karies gigi pada anak usia tentang perawatan karies gigi, dan penelitian
sekolah dapat dicegah dengan meningkatkan yang dilakukan oleh Purnama (2013)
oral hygiene (Wong, 2008). Menurut didapatkan hasil bahwa media video lebih
penelitian yang dilakukan oleh Ningsih efektif dar pada leaflet untuk digunakan
(2013) bahwa dari 68 responden, 58 anak untuk media pendidikan kesehatan.
Sekolah mempunyai peran strategis jadwal kegiatannya tidak rutin. Informasi
dalam promosi kesehatan sebagai upaya biasanya didapatkan dari pihak puskesmas
menciptakan sekolah yang menjadi seperti dokter gigi dan perawat yang datang
komunitas yang mampu meningkatkan untuk memberikan materi penyuluhan
derajat kesehatan (Notoadmodjo, 2012). terkait tentang kebersihan gigi dan mulut
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan serta melakukan penjaringan kesehatan gigi
salah satu program di sekolah dimana pada siswa SD.
tempat untuk melakukan promosi kesehatan Koodinator UKS di SD 03 Alai
melalui pelayanan kesehatan baik promotif, menyebutkan bahwa sekolah mempunyai
preventif dan kuratif (Irwandi, S Ufatin, N, program UKGS yang bekerja sama dengan
Sultoni 2016). Usaha Kesehatan Gigi Puskesmas Alai. Sekolah belum mempunyai
Sekolah (UKGS) merupakan salah satu dokter atau perawat gigi yang tetap serta
program dari UKS guna untuk mengatasi dokter kecil. Informasi terkait kebersihan
masalah kesehatan gigi di sekolah gigi dan mulut dari pihak sekolah
(Herijulianti, E, Indriani TS, Artini, S. dimasukkan ke materi pelajaran kesehatan
2002). Disini perawat perlu menjalankan pribadi ke mata pelajaran penjaskes. Namun
tugas dan perannya dalam meningkatkan beberapa bulan terakhir tidak terlaksana.
perilaku kesehatan dan menanggulangi Pendidikan kesehatan yang pernah diberikan
masalah kesehatan pada anak usia sekolah. di sekolah menggunakan metode ceramah
Perawat dapat memberikan promosi dan demonstrasi. Selain metode tersebut ada
kesehatan tentang kesehatan gigi dan tangan metode lain yang lebih efektif dalam
melalui kerjasama dengan pihak sekolah dan pemberian pendidikan kesehatan yakni
puskesmas (Potter & Perry, 2005). dengan metode audiovisual. Metode ini
Padang merupakan salah satu kota di belum pernah dilakukan di sekolah dan akan
provinsi Sumatera Barat dan merupakan ibu dilakukan oleh peneliti pada saat penelitian.
kota provinsi Sumatera Barat yang juga Menurut hasil wawancara dan observasi
memiliki masalah tentang kesehatan pada dari siswa-siswi kelas III, IV dan V di SDN
anak usia sekolah khusunya pada masalah 03 Alai pada tanggal 5 April 2017,
kebersihan gigi dan mulut. Menurut data menunjukan bahwa siswa tidak teratur
yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kota menggosok gigi, dilihat dari beberapa siswa
Padang tahun 2015, Alai termasuik kedalam pada masing-masing kelas yang mengalami
tiga daerah tertinggi yang memiliki karies gigi dan gigi yang berplak. Melalui
prevalensi masalah karies gigi pada anak wawancara 10 siswa kelas III mengatakan
usia sekolah yakni 66,8%. Alai salah satu jika gigi terasa sakit tidak dibawa kedokter,
daerah di Padang yang memiliki 8 sekolah, hanya didiamkan sampai nyeri hilang, siswa
dari 8 sekolah tersebut SDN 03 Alai yang juga mengatakan mengganti sikat gigi hanya
memiliki jumlah terbanyak siswa yang ketika bulu sikat gigi sudah rusak. 12 siswa
menderita penyakit karies gigi. Dari 119 kelas IV mengatakan kurang mengerti cara
siswa yang dijaring, semua siswa mengalami menggosok gigi yang benar. Menurut 15
masalah karies gigi. siswa kelas V waktu menggosok gigi 2 kali
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan sehari pada pagi hari saat bangun tidur dan
wawancara dari beberapa guru yang sore hari, 3 siswa kurang mengerti cara
dilakukan pada tanggal 5 April 2017 di SDN menggosok gigi dengan benar.
03 Alai, bahwa informasi mengenai Berdasarkan hasil observasi mengenai
kebersihan gigi dan mulut sudah pernah sarana dan prasarana terkait kesehatan gigi
diberikan, namun belum maksimal karena dan mulut, di dapatkan bahwa di SD 03 Alai
mempunyai ruang UKS serta terdapat alat- kelas III, IV dan V SDN 03 Alai Padang, 3)
alat untuk pemeriksaan gigi namun sudah Bisa membaca dan menulis. Penelitian ini
jarang difungsikan. Pemeriksaan gigi hanya telah dilakukan di SD Negeri 03 Alai
dilakukan olah dokter gigi dan perawat dari Padang dari tanggal 10 sampai tanggal 21
puskesmas ketika datang kesekolah tersebut. Juli 2017. Pengambilan data pada penelitian
Poster-poster tentang kesehatan gigi belum dilakukan mengunakan kuesioner.
terlihat.
Menurut data-data dan fenomena yang
diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk HASIL PENELITIAN DAN
melakukan penelitian mengenai pengaruh PEMBAHASAN
Pendidikan Kesehatan Tentang Oral
Hygiene Terhadap Pengetahuan dan Sikap Hasil Penelitian
Oral Hygiene pada Siswa SDN 03 Alai.
Gambaran Umum Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan
METODE PENELITIAN
cara angket dengan menggunakan kuesioner.
Jenis penelitian ini adalah Sebelum diberikan pendidikan kesehatan
eksperimen dengan jenis pre eksperimen tingkat pengetahuan dan sikap responden
yang bertujuan untuk mengetahui suatu diukur, kemudian diukur kembali setelah
gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai diberikan pendidikan kesehatan.
akibat dari adanya perlakuan tertentu.
Rancangan penelitian yang digunakan Karakteristik Responden
adalah One Group Pretest-Posttest.
Rancangan ini tidak ada kelompok No Karakteristik f %
pembanding (control), akan tetapi paling Responden
tidak sudah dilakukan observasi peertama 1 Jenis Laki-laki 51 57,3
(pretest) yang memungkinkan peneliti dapat Kelamin Perempuan 38 42,7
menguji perubahan-perubahan yang terjadi 2 Usia 8 tahun 13 14,6
setelah adanya eksperimen (program), jadi 9 tahun 31 34,8
setiap perubahan penelitian menjadi kontrol 10 tahun 30 33,7
terhadap dirinya sendiri (Notoatmodjo, 11 tahun 12 13,5
2012). 12 tahun 3 3,4
Populasi adalah keseluruhan objek
penelitian atau objek yang akan diteliti B. Analisa Univariat
(Notoatmodjo, 2012). Populasi dari
penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas Tabel 5.2 Rata-rata skor pengetahuan
III, IV, V SDN 03 Alai Padang yang dan sikap sebelum dilakukan pendidikan
berjumlah 442 orang. kesehatan tentang Oral Hygiene di SD 03
Teknik pengambilan sampel yang Alai Padang Tahun 2017
digunakan dalam penelitian ini adalah
Propotional Random Sampling. Sampel Sebelum N Mean SD Min Max
dalam penelitian ini adalah siswa kelas III, pendidikan
IV, V di SD Negeri 03 Alai Padang. Kriteria kesehatan
Inkulsi: 1) Bersedia menjadi responden Pengetahuan 89 4,26 1,370 1 8
dengan mengisi informed consent yang
disetujui oleh wali kelas, 2) Siswa-siswi Sikap 89 30,62 2,447 25 37
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat Berdasarkan tabel diatas didapatkan
bahwa rata-rata skor pengetahuan sebelum bahwa rata-rata tingkat pengetahuan siswa
dilakukan pendidikan adalah 4,26 dengan SD sebelum diberikan pendidikan kesehatan
nilai terendah 1 dan nilai tertinggi 8 dan adalah 4,26 dan rata-rata skor sesudah
rata-rata skor sikap sebelum dilakukan dilakukan pendidikan kesehatan adalah 8,57.
pendidikan kesehatan adalah 30,62 dengan Dengan demikian terdapat selisih rata-rata
nilai terendah 25 dan nilai tertinggi 37. skor pengetahuan antara sebelum dan
sesudah dilakukan pendidikan kesehatan
Tabel 5.3 Rata-rata skor pengetahuan tentang oral hygiene yakni 4,31. Hasil uji
dan sikap sesudah dilakukan pendidikan statistik didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05)
kesehatan tentang Oral Hygiene di SD 03 maka Ha diterima yang berarti bahwa ada
Alai Padang tahun 2017 perbedaan rata-rata skor pengetahuan
sebelum dan setelah dilakukan pendidikan
Sesudah n Mean SD Min Max kesehatan tentang oral hygiene di SD 03
pendidikan Alai Padang.
kesehatan
Pengetahuan 89 8,57 0,838 7 10 Tabel 5.5 Pengaruh pendidikan kesehatan
tentang oral hygiene terhadap sikap oral
Sikap 89 35,76 2,403 29 40 hygiene pada siswa SD 03 Alai Padang
tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
Selisih p value
bahwa rata-rata skor pengetahuan setelah Sikap n Mean
dilakukan pendidikan kesehatan adalah 8,58 Mean
dengan nilai terendah 7 dan nilai tertinggi 10 Sebelum 89 30,62
dan rata-rata skor sikap setelah dilakukan Pendidikan
pendidikan kesehatan adalah 35,76 dengan Kesehatan 0.000
nilai terendah 29 dan nilai tertinggi 40 5,14
Sesudah 89 35,76
Pendidikan
kesehatan
C. Analisa Bivariat
Berdasarkan tabel diatas didapatkan
Tabel 5.4 Pengaruh pendidikan bahwa rata-rata skor sikap siswa SD
kesehatan tentang oral hygiene terhadap sebelum dilakukan pendidikan kesehatan
pengetahuan oral hygiene pada siswa SD adalah 30,62 dan rata-rata skor sikap siswa
03 Alai Padang tahun 2017 SD sesudah dilakukan pendidikan kesehatan
adalah 35,76. Dengan demikian terdapat
p selisih rata-rata skor sebelum dan sesudah
Tingkat Mea Selisih dilakukan pendidikan kesehatan yakni 5,14.
N value
Pengetahuan n Mean Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000
Sebelum 8 4,26 (p<0,005) maka Ha diterima yang berarti
Pendidikan 9 ada perbedaan rata-rata skor sikap sebelum
Kesehatan dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan
4,31 0.000
Sesudah 8 8,57 tentang oral hygiene pada siswa SD 03 Alai
Padang tahun 2017.
Pendidikan 9
kesehatan
PEMBAHASAN SD Boto Kembang Yogyakarta bahwa
responden laki-laki lebih banyak dari
responden perempuan yakni (66,66%).
A. Pengetahuan sebelum dan sesudah Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
dilakukan pendidikan kesehatan anak laki-laki memliki prevalensi karies
tentang oral hygiene lebih tinggi dari pada perempuan. Penelitian
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
1. Pengetahuan sebelum dilakukan oleh Hamadi, A dkk (2015) bahwa DMF-T
Pendidikan Kesehatan tentang Oral rendah pada jenis kelamin laki 1,47% dan
Hygiene perempuan 2,52%. Sehingga pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian kesehatan tentang oral hygiene penting
menunjukkan bahwa rata-rata skor diberikan.
pengetahuan sebelum diberikan pendidikan Pada penelitian ini digunakan
kesehatan tentang oral hygiene adalah 4,26. kuesioner untuk mendapatkan data skor
Dari 89 responden, sebelum diberikan pengetahuan siswa sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan diperoleh skor pendidikan kesehatan, dimana kuesioner
terendah yakni 1 dan tertinggi 8. Hasil terdiri dari 10 pertanyaan. Pada kuesioner
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang tersebut didapatkan bahwa persentase
dilakukan oleh Purwati (2016) bahwa rata- terendah menjawab dengan benar adalah
rata skor pengetahuan sebelum diberikan soal nomor 4, hanya 8,9% responden yang
pendidikan kesehatan adalah 1,77. mengetahui kapan sebaiknya mengganti
Berdasarkan karakteristik usia dari sikat gigi dan persentase tertinggi menjawab
89 orang responden diperoleh bahwa usia dengan benar adalah soal nomor 1
terbanyak yakni usia 9 tahun (34,8%). didapatkan hampir semua (87,2%)
Penelitian ini sejalan dengan pernyataan responden menjawab dengan benar tentang
Pieget bahwa anak usia 9 tahun sudah dapat tujuan dari oral hygiene. Berdasarkan hasil
melakukan penalaran logika, memiliki penelitian kurang dari separuh responden
kemampuan untuk menggolong-golongkan (49%) mendapatkan skor lebih dari rata-rata.
sesuatu serta sudah mulai memikirkan Menurut Notoatmodjo (2012)
secara lebih abstrak, idealis dan logis pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini
(Desmita, 2015). Sehingga dengan terjadi setelah orang melakukan
berkembanganya aspek kogntif, anak penginderaan terhadap suatu objek tertetu.
menunjukkan proses belajar yang mereka Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh
terima melalui penyuluhan. Pada responden beberapa faktor yakni usia, pendidikan,
yang berumur 9 tahun saat dilakukan minat, pengalaman, kebudayaan, lingkungan
pengambilan data diperoleh data bahwa sekitar dan informasi (Mubarak, 20007).
48,4% mendapat nilai diatas rata-rata dan Informasi yang diperoleh dari pendidikan
sebanyak 51,6% mendapat nilai dibawah formal maupun nor formal dapat
rata-rata. memberikan pengaruh jangka pendek
Berdasarkan jenis kelamin responden sehingga menghasilkan perubahan atau
terbanyak berjenis kelamin laki-laki dengan peningkatan pengetahuan (Efendi, 2009)
jumlah 51 orang (53,3%). Penelitian ini juga Menurut analisis peneliti rendahnya
sejalan dengan penelitian yang dilakukan persentase siswa yang menjawab menjawab
oleh Isrofah (2007) tentang pengaruh dengan benar tentang kapan mengganti sikat
pendidikan kesehatan gigi terhadap gigi (8,9%) dapat dipengaruhi oleh
pengetahuan dan sikap anak usia skolah di kurangnya informasi yang diperoleh oleh
siswa tentang oral hygiene baik dari tujuan oral hygiene merupakan pertanyaan
pendidikan formal maupun non formal yang paling banyak dijawab dengan benar
sehingga anak dapat mengingat kembali oleh responden. Hampir seluruh responden
materi tentang oral hygiene. Sehingga (95,5%) mengetahui tujuan dari oral hygiene
pemberian pendidikan kesehatan tentang adalah untuk membersihkan gigi dan mulut
oral hygiene khususnya materi tentang dan persentase terendah responden
waktu mengganti sikat gigi dari sekolah atau menjawab dengan benar adalah soal nomor
petugas kesehatan perlu diberikan. 7 yakni 74,1% reponden menjawab sikat
Hasil ini sejalan dengan penelitian gigi yang bagus adalah sikat gigi yang
yang dilakukan oleh Anisa (2012) bahwa kepalanya kecil dengan panjang kepala
beberapa siswa memiliki kategori 1,5cm.
pengetahuan yang buruk dikarenakan siswa Menurut Santrock (2012) bahwa
SD belum mendapat informasi yang cukup salah satu strategi untuk meningkatkan
dalam hal personal hygiene. Isrofah (2010) memori atau daya ingat anak dengan
dalam jurnal nya juga menyebutkan bahwa mengulang kembali beberapa informasi
semakin banyak seseorang menerima dengan lebih sering serta membedakan
informasi maka semakin meningkat media dan metode yang diberikan agar anak
pengetahuan, sehingga pemberian informasi lebih tertarik dan tidak jenuh dengan materi
melalui penyuluhan kesehatan dapat yang diberikan.
maningkatkan pengetahuan dalam Menurut analisa peneliti adanya
memelihara kesehatan gigi dan mulut peningkatan rata-rata skor dan tingginya
persentase responden menjawab dengan
2. Pengetahuan setelah dilakukan benar tentang tujuan oral hygiene (95,5%)
pendidikan kesehatan tentang oral disebabkan karena pendidikan kesehatan
hygiene yang dilaksanakan sebanyak 3 kali
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pertemuan dan menggunakan media yang
bahwa rata-rata skor pengetahuan setelah berbeda pada setiap pertemuan. Disini
dilakukan pendidikan kesehatan adalah 8,58 peneliti menggunakan media yang berbeda
tiap pertemuan yakni audiovisual, ceramah
dengan nilai tertinggi 10 dan terendah 7
dan demonstrasi dengan media power point,
dengan selisih rata-rata skor sebelum
video dan alat peraga dengan 3 kali
diberikan pendidikan kesehatan adalah 4,32. pertemuan dalam waktu 11 hari. Menurut
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Gillbert (2012) bahwa media pada
terdapat peningkatan pengetahuan setelah pendidikan kesehatan sebaiknya diganti
diberikan pendidikan kesehatan tentang oral setiap 20 menit dan lama pemberian
hygiene pada siswa SD 03 Alai. Penelitian pemberian pendidikan kesehatan maksimal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan 30 menit. Serta masih rendahnya presentase
oleh Purwati (2016) bahwa rata-rata skor responden menjawab dengan benar tentang
setelah dilakukan pendidikan kesehatan sikat gigi yang bagus (74,1%) disebabkan
yakni 12,93 dengan selisih skor sebelum kerena media pemberian pendidikan yang
dilakukan pendidikan kesehatan yakni 1,16. masih kurang menarik responden, sehingga
Pendidikan kesehatan yang diberikan informasi belum dapat diterima dengan baik.
kepada siswa menambah informasi dan Penelitian ini sejalan dengan
pengetahuan siswa tentang oral hygiene. penelitian yang dilakukan oleh Mardhiah
Berdasarkan hasil skor yang didapat dari (2015) bahwa terjadi peningkatan
kuesioner, pertanyaan nomor 1 tentang pengetahuan keluarga dengan hipertensi di
Indrajaya setelah diberikan pendidikan Dari 10 penyataan sikap, persentase
kesehatan tentang perawatan hipertensi tertinggi yakni pada pernyataan nomor 1,
dengan 4 kali pertemuan dengan interval siswa setuju bahwa waktu menyikat gigi
waktu 1 minggu dan pertemuan pertama adalah dua kali sehari saat setelah makan
menggunakan metode ceramah serta dan sebelum tidur. Dan persentase terendah
pertemuan ke 4 menggunakan metode terdapat pada soal nomor 8, sekitar 88,8%
demonstrasi. Penelitian Goodarzi (2014) bahwa 55,3% responden setuju mengganti
menyebutkan bahwa ada peningkatan seikat gigi sekali 6 bulan.
pengetahuan dan sikap siswa SD setelah Menurut Notoatmodjo (2012)
diberikan pendidikan kesehatan gigi dan pengetahuan memegang peranan penting
mulut dengan metode film. Penelitian dalam penentuan sikap. Jadi semakin baik
Rosyidah (2016) menyebutkan bahwa pengetahuan tentang oral hygiene yang
metode ceramah dan audiovisual efektif didapat siswa, maka lebih baik pula sikap
dalam meningkatkan pengetahuan siswa siswa terkait oral hygiene. Menurut analisa
tentang dismenore. peneliti rendahnya skor rata-rata sikap
Menurut Notoatmodjo (2012) sebelum pendidikan kesehatan tentang
metode pembelajaran dalam pendidikan kapan sebaiknya mennganti sikat gigi
kesehatan dipilih berdasarkan tujuan diakibatkan salah satunya karena kurangnya
pendidikan kesehatan, kemampuan tenaga informasi atau pendidikan kesehatan
pengajar, besarnya kelompk, waktu sehingga kurangnya pengetahuan siswa
pelaksanaan dan fasilitas pendukung. Disini tentang oral hygiene.
peneliti menggunakan beberapa metode
pembelajaran yang bisa digunakan sesuai 2. Sikap sesudah dilakukan Pendidikan
dengan tujuan, kemampuan pengajar, besar Kesehatan tentang Oral Hygiene
kelompak dan waktu pelaksanaan yakni
dengan menggunakan metode ceramah, Menurut hasil penelitian didapatkan
audiovisual serta demonstrasi kepada siswa. bahwa rata-rata skor sikap setelah dilakukan
pendidikan kesehatan adalah 35,75 dengan
A. Sikap sebelum dan setelah dilakukan nilai tertinggi 40 dan terendah 28. Diperoleh
pendidikan kesehatan tentang oral bahwa lebih dari separuh responden (57,3%)
hygiene mendapat skor lebih dari rata-rata atau sikap
positif dan 42,7% responden mendapat nilai
1. Sikap sebelum dilakukan pendidikan kurang dari rata-rata atau sikap negatif.
kesehatan tentang oral hygiene Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Menurut hasil penelitian didapatkan yang dilakukan oleh Purwati (2016) dengan
rata-rata skor sikap sebelum dilakukan skor sikap setelah diberikan pendidikan
pendidikan kesehatan adalah 30,62 dengan kesehatan yakni 55,33 dengan selisih
nilai terendah 25 dan tertinggi 37, lebih sebelum diberikan pendidikan kesehatan
lanjut sebanyak 43% responden mendapat yakni 13,33.
skor kurang dari rata-rata atau sikap negatif Dari 10 pernyataan persentase tertinggi
dan 57% mendapat skor lebih dari rata-rata yakni pada pernyataan nomor 1, hampir
atau sikap positif. Penelitian ini sejalan seluruh (97,8%) responden setuju bahwa
degan penelitian yang dilakukan oleh waktu menggosok gigi dua kali sehari saat
Purwati (2016) bahwa rata-rata skor sikap setelah makan dan sebelum tidur. Dan
sebelum diberikan pendidikan kesehatan persentase terendah yakni ada soal nomor 6,
keberishan gigi dan mulut adalah 42. yakni sekitar 83,1% responden tidak setuju
bahwa menyikat gigi pada waktu mandi saja atau mengetahui bagaimana memelihara
karena lebih praktis. Dari 89 responden kesehatan dan menghindari atau mencegah
terdapat 1 responden yang memiliki skor hal-hal yang merugikan kesehatan
pretest sama dengan skor posttest. Menurut (Notoatmodjo, 2012).
analisa peneliti tidak berubahnya skor Namun demikan diketahui bahwa skor
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan sikap sebelum diberikan pendidikan
kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor kesehatan yakni 30,62 dan setelah diberikan
salah satunya adalah pengalaman pribadi pendidikan kesehatan yakni 35,75, selisih
dan pendidikan. Apa yang telah dan sedang mean sebelum dan setelah diberikan
dialami akan ikut membentuk dan pendidikan kesehatan yang tidak terlalu
mempengaruhi sikap. Menurut Wawan signifikan dan sikap positif lebih tinggi dari
(2010) sikap dapat dipengaruhi oleh sikap negative responden memperlihatkan
pengalaman pribadi, lembaga pendidikan, bahwa responden sudah pernah memperoleh
pengaruh orang lain, kebudayaan, media informasi tentang oral hygiene baik dari
masa, dan emosional. petugas kesehatan, televisi, buku bacaan dan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain lain
yang dilakukan Isrofah (2007) bahwa
pendidikan kesehatan tidak mempengaruhi B. Pengaruh pendidikan kesehatan
sikap anak usia sekolah dalam pemeliharaan tentang oral hygiene terhadap
kesehatan gigi dan mulut. Sikap juga pengetahuan dan sikap oral hygiene
diperoleh melalui proses belajar yang pada siswa SD 03 Alai
diperoleh dari pendidikan formal maupun
non formal, proses belajar ini tidak hanya 1. Pengetahuan
mempengaruhi kepercayaan namun juga
Berdasarkan hasil uji statistik
mempengaruhi kecenderungan prilaku.
menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai
Perubahan sikap tersebut bisa berupa
penambahan, pengalihan dan modifikasi diri p=0,000 (p<0,05) dan nilai Z = -8,233 maka
atau lebih. Artinya ada kemungkinan satu Ha diterima yang berarti bahwa ada
sikap atau dua komponen sikap itu berubah, perbedaan rata-rata skor pengetahuan
tapi komponen lain tetap sama. sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
Menurut Notoatmodjo (2012) sikap tentang oral hygiene pada siswa SD 03 Alai
merupakan kecenderungan merespons tahun 2017. Hasil penelitian ini sejalan
(secara positif atau negatif) orang, situasi dengan penelitian yang dilakukan oleh
atau objek tertentu. Dalam menentukan Larasati (2015) bahwa ada pengaruh
sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, pendidikan kesehatan personal hygiene gigi
keyakinan dan emosi memegang peranan dan mulut terhadap peningkatan
penting. Berdasarkan uraian dari hasil pengetahuan pada anak di SD Firdaus
penelitian maka dapat diasumsikan bahwa
Jakarta. Penelitian yang dilakukan Bath
peningkatan sikap siswa tentang oral
hygiene dipengaruhi oleh pemahaman siswa (2012) juga menyebutkan bahwa ada
yang diperoleh melalui pendidikan pengaruh pendidikan kesehatan gigi dan
kesehatan. mulut terhadap pengetahuan dan sikap
Pendidikan kesehatan merupakan suatu tentang kesehatan gigi dan kulut pada anak
upaya atau kegiatan untuk menciptakan sekolah. Serta penelitian yang dilakukan
perilaku masyarakat yang kondusif untuk Purwati (2016) juga menyebutkan ada
kesehatan. Artinya masyarakat menyadari pengaruh penyuluhan kesehatan gigi dan
mulut terhadap pengetahuan kesehatan gigi tingkah laku dan praktik kesehatan pada
dan mulut pada siswa SD Kandangan I dan masa dewasa salah satunya cara oral
II Sleman Yogyakarta. hygiene (Potter&Perry, 2010).
Pengaruh ini disebabkan karena Selain itu penggunaan metode tanya
meningkatnya rata-rata skor pengetahuan jawab saat pendidikan kesehatan juga dapat
pada responden setelah diberi pendidikan meningkatkan pengetahuan reponden.
Menurut Herijuliati (2002) tanya jawab
kesehatan tentang oral hygiene. Sesuai
dapat memberikan kesempatan pada
dengan pendapat Notoatmodjo (2012) yang responden untuk mengemukakan pendapat
menyatakan bahwa pendidikan kesehatan sehingga terjadi umpan balik dari responden.
adalah suatu kegiatan atau saha untuk Berdasarkan hasil penelitian yang
menyampaikan pesan kepada masyarakat, dilakukan oleh peneliti bahwa terbukti
kelompok, atau individu dengan harapan dengan diberikannya pendidikan kesehatan
bahwa dengan adanya pendidikan kesehatan tentang oral hygiene terjadinya peningkatan
tersebut maka masyarakat, kelompok atau pengetahuan tentang oral hygiene pada
individu mendapatkan pengetahuan yang siswa SD 03 Alai Padang dibuktikan dengan
lebih baik. meningkatnya nilai rata-rata skor
pengetahuan siswa.
Menurut Notoatmodjo (2012) bahwa
keberhasilan proses pendidikan kesehatan 2. Sikap
tergantung dari materi atau pesan dan
metode penyampaian materi tersebut. Berdasarkan hasil analisis bivariat untuk
Pendidikan kesehatan tentang oral hygiene melihat rata-rata sikap menggunkan uji
ini dilakukan dengan menggunakan Wilcoxon didapatkan nilai p=0,000
beberapa metode yakni ceramah, (p<0,005) dan nilai Z=-8,162 dengan selisih
audiovisual dan demonstrasi dalam 3 kali nilai mean sebelum dan sesudah diberikan
pertemuan dengan media power point, pendidikan kesehatan yakni 4,32 artinya ada
video, leafleat dan alat peraga. Selama perbedaan rata-rata skor sikap sebelum dan
penelitian berlangsung peneliti menjadi stelah diberikan pendidikan kesehatan
presentator dan melakukan observasi ke tentang oral hygiene pada siswa SD 03 Alai
kelas lain untuk melihat pelaksanaan Padang. Penelitian ini sejalan dengan
pendidikan kesehatan yang diberikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Purwati
enumerator. (2016) bahwa pengaruh penyuluhan
Proses pendidikan kesehatan yang kesehatan gigi dan mulut terhadap sikap
diberikan menggunakan bahasa yang pada siswa SD kandangan Yogyakarta.
sederhana serta mudah dimengerti sehingga Notoatmodjo dalam Wawan (2010)
materi yang disajikan dapat dipahami menyebutkan bahwa pengaruh sikap terjadi
dengan baik dan dapat meningkatan karena responden mengalami 4 tingkatan
pengetahuan responden (Notoatmodjo, yakni menerima, merespon menghargai dan
2007). Pada penelitian ini terdapat bertanggung jawab. Respon menerima
peningkatan rata-rata skor pengetahuan stimulus yang diberikan berupa pendidikan
yakni pada pretest 4,26 sedangkan posttest kesehatan melalui metode ceramah, video
8,58 dan ini menunjukkan bahwa pendidikan dan demonstrasi tentang oral hygiene,
kesehatan yang diberikan dapat diterima kemudian responden merespon isi materi
dengan baik. Pada usia sekolah pemberian dengan dibuktikan menjawab pertanyaan
pendidikan kesehatan sangat penting untuk dengan benar yang pada akhirnya responden
digunakan untuk memperoleh perubahan
menghargai dan berusaha bertanggung Saran
jawab atas segala sikap yang dipilihnya. 1. Bagi instansi sekolah
Sikap merupakan suatu respon yang Hasil penelitian ini dapat menjadi
masih tertutup seseorang terhadap suatu masukan terhadap sekolah, dan
stimulus (Notoatmodjo, 2012). Sikap juga diharapkan kepada para guru atau
dipengaruhi oleh pengetahuan, karena pendidik dapat tetap memberikan
pengetahuan dapat meningkatkan kesadaran informasi terutama tentang oral hygiene
dan akhirnya dapat menimbulkan secara rutin dan berkala khususnya
ketertarikan atau sikap positif. Responden materi tentang bagaimana memilih sikat
dalam penelitian ini mampu bersikap positif gigi dan kapan mengganti sikat yang
dalam menerima pendidikan mengenai oral baik dan benar.
hygiene. Dibuktikan meningkatnya rata-rata 2. Bagi profesi keperawatan
skor responden setelah diberikan pendidikan Diharapkan bagi tenaga
kesehatan. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan khususnya perawat yang
kesehatan, hampir semua responden berfungsi sebagai edukator dapat
menjawab bahwa tujuan dari oral hygiene memaksimalkan edukasi yakni melalui
adalah untuk mencegah penyakit gigi dan pendidikan kesehatan tentang oral
mulut, sehingga pentingnya menjaga hygiene khususnya tentang bagaimana
kebersihan gigi dan mulut. cara memikih sikat gigi yang baik dan
benar dengan media yang lebih menarik
lagi dan secara berkala agar pengetahuan
KESIMPULAN DAN SARAN siswa tentang oral hygiene khususnya
tentang bagaimana cara memilih sikat
Kesimpulan gigi dan kapan mengganti sikat gigi yang
1. Rata-rata skor pengetahuan sebelum baik dan benar dapat lebih baik lagi.
dilakukan pendidikan kesehatan adalah Serta mengadakan pemeriksaan gigi dan
4,26 dan setelah diberikan pendidikan mulut serta sikat gigi bersama secara
kesehatan adalah 8,58 rutin minimal 1 kali sebulan.
2. Rata-rata skor sikap sebelum dilakukan 3. Bagi peneliti selanjutnya
pendidikan kesehatan adalah 30,62 dan Hasil penelitian ini dapat menjadi
setelah diberikan pendidikan kesehatan referensi bagi penelit selanjutnya untuk
adalah 35,76 meneliti lebih lanjut terkait pendidikan
3. Pendidikan kesehatan berpengaruh kesehatan tentang oral hygiene. Dalam
secara bermakna terhadap peningkatan hal ini peneliti selanjutnya disarankan
pengetahuan siswa tentang oral hygiene untuk dapat menggunakan metode yang
ditunjukkan dengan nilai p=0,000, Z=- berbeda dan lebih menarik dalam
8,233 pemberian pendidikan kesehatan tentang
4. Pendidikan kesehatan berpengaruh oral hygiene dan menggunakan
secara bermakna terhadap peningkatan kelompok kontrol agar hasilnya tidak
sikap siswa tentang oral hygiene bias.
ditunjukkan dengan nilai p=0,000, Z=-
8,162
DAFTAR PUSTAKA Model. The school Community
Ahmad, U. (2005). Pengolahan citra digital Journal (155-175)
dan teknik pemogramannya.
Yogyakarta: Graha Ilmu Clark. (2007). Panduan Praktik
Keperawatan Dasar. Jakarta : EGC.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Dahlan, S. (2012). Statistik untuk
Jakarta:Rineka Cipta Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta:Salemba Medika.
Anisah dian, N. (2012). Pengaruh
pendidikan kesehatan terhada Desmita. (2015). Psikologi Perkembangan.
perilaku cuci tangan pakai sabun Bandung: PT Remaja Rosdakary.
pada anak usia sekolah di SD 2
Jambidan Banguntapan Bantul Dewi & Famia. (2010). Medikal Bedah
Keperawatan. Yogyakarta:EGC
Azizah laili, D, Arief, Y, Krisna, I. (2015).
Media Ceramah dan Film Pendek Hamadi, A, Gunawan, P, Mariati, N. (2015).
sebagai Upaya Pencegahan Penyakit Gambaran pengtehauan orang tua
Diare berdasar Teori Health tentang pencegahan karies dan
Promotioan Mpdel (HPM). Jurnal status karies murid SD kelurahan
Pediomaternal. 3(1) Mendono kecaatan Kintom
Kabupaten Banggai.Jurnal e-Gigi. 3
Bath, K, Kumar, A,. dkk. (2012). Effect of (1)
Oral Health Education On the
Knowledge, Attitude and Behavior Dinas Kesehatan Kota Padang. (2015).
Regarding Oral Health Among Data Masalah Kesehatan Murid SD
School Children in Bengaluru, India. Kota Padang Tahun 2015.
Journal of Contemporary Dentist. 3
(1). Efendi, F. (2009). Keperawatan kesehatan
Budiman, Riyanto, A. (2013). Pengetahuan Komunitas Teori dan Praktik dalam
dan Sikap dalam Penelitian Keperawatan.Jakarta:Salemba
Kesehatan. Jakarta:Salemba Medika. Medika.

Budiharto. (2010). Pengantar Ilmu Perilaku Ermawati. (2012). Buku Ajar Konsep dan
Kesehatan dan Pendidikan Aplikasi Keperawatan Dalam
Kesehatan Gigi. EGC: Jakarta Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : CV Trans Info
Bastable, Susan, B. (2009). Perawat sebagai Media.
Pendidik : Prinsip-prinsip
pengajaran dan pembelajaran. Gilbert, Glen G.(2011).Health Education
Jakarta:EGC. creating strategies for school and
community health, 3rd. United States
Of America : Jones and Bartlett
Chang, M., Part,B., & Kim, S. (2009).
Parenting Class, PBrenting behavior, Publishers.
and Child Cognitive Development in
Early Hard Star: A Longitudinal
Goodarzi A, Heidarnia, A, Niknami, S. pengetahuan dan sikap anak usia
(2014). Efficacy of Educational Film sekolah di SD Buto Kembang
fir Enchancing Oral Health Kulonprogo Yogyakarta.
Knowledge, Attitude and
Performance of elementary Students. Kidd, E., dkk. (2012). Dasar-dasar penyakit
Journal of Dental School. 32(4): karies dan penanggulangan. Jakarta:
197-201 EGC.

Hariyani, Palupi, Soedjoko. (2008). Koring, M et.al. (2012). Synergistic Effects


Mengatasi Kegagalan Penyuluhan of Planing and Self-Efficacy on
Kesehatan Gigi pada Anak dengan Physial Activity. Heath Education
Pendekatan Psikologis. Dentika and Behaviour 39(2) : 152-158.
Jurnla Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara. 13 Kusumawardani, E. (2011). Buruknya
(1):80-84 kesehatan gigi dan mulut.
Yogyakarta :SIKLUS.
Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. (2002).
Pendidikan Kesehatan gigi. Jakarta: Larasati, B. (2015). Pengaruh Pendidikan
EGC. Kesehatan personal hygiene gigi dan
mulut terhadap peningkatan
Hidayat Azi, A, Uliyah, M. (2014). pengetahuan dan perilaku pada anak
Pengantar Kebutuhan Dasar di SD Alfirdaus Surakarta.
Manusia. Jakarta:Salemba Medika
Lubis, Fatahillah. (2016). Perbedaan
Hidayatul, Adhani, R, Triawanti. (2016). pendidikan kesehatan menggunakan
Hubungan Tingkat Keparahan Karies metode ceramah dan audiovisual
Dengan Status Gizi Kurang dan Gizi tehadap tingkat pengetahuan dan
Baik. Jurnal Kedoteran Gigi sikap perawatan karies gigi anak di
1(1):104-107. wilayah puskesmas wonosegoro II

Hikmawati, I. (2012). Ilmu Dasar Lusi, N. (2008). Psikologi anak.


Keperawatan.Yogyakarta: Nuha Jakarta:Penerbit Indeks.
Medika.
Mardhiah, A, Absullah, A, Hermansyah.
Hiremath S. (2007). Text Book of (2015). Pendidikan Kesehatan dalam
Preventive and Community Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan
Dentistry. New Delhi : Elsevier Hal Keterampilan Keluarga dengan
385. Hipertensi. Jurnal Ilmu
Keperawatan. ISSN 2338-6371.
Irwandi, S, Ufatain,N, Sultoni. (2016). Peran
Sekolah dalam Menumbuhkan Maulana DJ,H.(2009). Promosi Kesehatan.
Perilaku Sehat Siswa Sekolah Dasar. Jakarta:EGC.
Jurnal Pendidikan 1(3):492-498.
Motakpaili, K, Indupalli,A, Sirwar,S, et.al.
Isrofah. (2007). Pengaruh pendidikan (2013). A Study On Health Hygiene
kesehatan gigi dan mulut terhadap Among School Children in Rural
Field Practice Area Of Ajims Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan
Mangalore In Karnataka:India. dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
International Journal Of Bioassays Rineka Cipta.
02(010):1407-1410.
Papilia, D.E., Old s, S.W., & Feldman, R.D.
Mubarak, Wahit Iqbal. (2013). Ilmu (2009). Human Development
keperawatan Komunitas 1. Jakarta: Perkembangan Manusia. Jakarta :
Salemba Medika. Salemba Humanika.

Mubarak, Wahit Iqbal. (2007). Promosi Potter & Perry. (2005). Buku Ajar
Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Fundamental Keperawatan :
Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4
Yogyakarta: Graha Ilmu. Volume 2. EGC : Jakarta.

Mufidah, F. (2012). Cermati Penyakit- Potter & Perry. (2010). Fundamental


penyakit yang Rentan Diderita Anak Keperawatan. Edisi 7 Buku 2.
Usia Sekolah.Yogyakarta Jakarta: Salemba Medika.
:FlashBooks.
Priyoto. (2014). Teori Sikap dan Perilaku
Mumpuni,Y, Pratiwi,E. (2013). 45 masalah dalam Kesehatan. Yogyakarta:Nuha
dan solusi penyakit gigi dan mulut. Medika.
Yogyakarta:Andi
Purnama, A. P. (2013). Efektifitas
Mutiah, D. (2010). Psikologi Bermain Anak Penggunaan Media Video dan Media
Usia Dini. Jakarta:Kencana Leaflet terhadap Perubahan
Pengetahuan dan Sikap Siswa
Stillman-Lowe, C. (2009). Oral Health tentang Bahaya NAPZA di SMPN 3
Education. What Lessons Have We Mojosongo Boyolali.
Learned?. BMC Oral Health
Purwati Dwi, E, Susilarti. (2016). Pengaruh
Ningsih, D. (2013). Gambaran Perilaku penyulihan kesehatan gigi dan mult
Menggosok Gigi Terhadap Kejadian tarhadap pengetahuan dan sikap
Karies Gigi Anak Usia Sekolah kesehatan gigi dan mulut siswa SDN
Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Kandangan I dan II Mergodadi
Sidemen, Kecamatan Sidemen, Seyegan Seleman Yogyakarta.
Kabupaten Karangasem. Jurnal Gigi dan Mulut 3(1)

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N.


Penelitian Kesehatan. Jakarta: (2011). Ilmu pencegahan penyakit
Rineka Cipta. jaringan keras dan jaringan
pendukung gigi. Jakarta:EGC.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan
dan perilaku kesehatan.Jakarta: Putri, Ikhsan,K, Astuti, Ratna,N. (2015).
Rineka cipta Pengaruh Pendidikan kesehatan gigi
dan mulut dengan media power point
terhadap pengetahuan siswa usia 9-
10 tahun di SD Keputran 2 Sariningsih Endang. (2012).Merawat Gigi
Yogyakarta. anak Sejak Usia Dini. Jakarta:
Gramedia.
Ramadhan Ardyan, G . (2010). Serba Serbi Saryono. (2010). Catatan Kuliah Kebutuhan
Kesehatan Gigi dan Dasar Manusia. Yogyakarta: Nuha
Mulut.Jakarta:Prestasi Pustaka. Medika.

Ratnasari, dkk. (2014). Tingkat Keparahan Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset
Karies dan Status Gizi Anak Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Sekolah Usia 7-8 tahun. Jurnal Ilmu.
Keperawatan. 10(1):33-37.
Suiraoka. (2012). Penyakit degenerative
Rejeki, S. (2015).Sanitasi, Hygiene, dan Mengenal, Mencegah dan
Kesehatan & Keselamatan Kerja Mengurangi Faktor Resiko.
(K3).Bandung:Rekayasa Sains. Yogyajarta:Nuha Medika

Rosyidah, I, Winarni. (2016). Efektifitas Susilaningrum,R, Nyrsalam, Uatami,S


ceramah dan audiovisual dalam .(2013).Asuhan Keperawatan Bayi
peningkatan pengetahuan dismenore dan Anak: untuk Perawat dan
pada siswi SMA.Gester.XIV(2) Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Diakses
pada tanggal 2 Maret 2017 dari Tamboyong, J. (2001). Anatomi Fisiologi
http//www.litbang.depkes.go.id/simn untuk Keperawatan. Jakarta:EGC.
a s4/day.2/gigi.pdf.htm.
Tarwoto, Wartonah. (2015). Kebutuhan
Sampakang T., Paulina N. Gunawan,Juliatri. dasar manusia dan Proses
(2015). Status Kebersihan Mulut Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
Anak Usia 9-11 Tahun dan Salemba Medika.
Kebiasaan Menyikat Gigi Malam
Sebelum Tidur di SDN Melonguane. Wawan A, Dewi M. (2010). Pengeahuan,
Jurnal E-Gigi (E).3(1):1-6. Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta:Nuha Medika.
Santoso, S. (2004). Kesehatan dan Gizi.
Jakarta:Rineka Cipta World Health Organization. (2016). Gbobal
Heatlh Data Bank.Ganeva:WHO.
Santrock, Jhon W. (2007). Perkembangan http://www.mah.se/CAPP/Country-
Anak. Edisi 7 jilid 2. Jakarta: Oral-Health-Profiles
Salemba Humanika Wilkins, Esther M. (2013). Oral Health
Awareness. Diakses pada tanggal 1
Santrock, J.W. (2012). Life-span april 2017 dari
th
development 14 ed New York: http://tandemnorthwest.org/wp-
McGraw-Hill Compainies, Inc content/uploads/2017/04/Dental-
Booklet.pdf
Wong, D. (2008). Buku Ajar Keperawatan
Periatrik, Edisi 6 Volume 1. Jakarta:
EGC.

Wong. (2009). Buku Ajar Keperawatan


Pediatrik. Edisi 6. Jakarta:EGC.

Zaidin. (2010). Dasar-dasar pendidikan


kesehatan masyarakat dan promosi
kesehatan.Jakarta:Trans Info Media.

You might also like