You are on page 1of 20

Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus

Purwanto)

Analisis Kinerja Penggunaan Modulasi QPSK,


8PSK, 16QAM Pada Satelit Telkom-1
The Analysis Of Usage Performance Of QPSK,
8PSK, 16QAM Modulation On Telkom-1 Satellite
Sri ariyanti; Budi Agus Purwanto
Puslitbang Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika
Jl. Medan Merdeka Barat No.9 Jakarta 10110
sri.ariyanti@kominfo.go.id; budi_a_purwanto@telkomsel.co.id

Naskah diterima: 4 November 2013; Naskah disetujui: 27 November 2013

Abstract—The selection of modulation techniques become one of ditinjau dari segi kapasitas power dan kapasitas bandwidth.
the important things that must be considered because the usage Hasil penelitian menunjukkan bahwa modulasi yang paling
of modeulation technique is very big influence for power layak digunakan satelit Telkom-1 untuk layanan IDR adalah
allocation. This paper addressed the feasibility of modulation modulasi QPSK dengan diameter antena penerima 3 meter,
used Telkom-1 satellite in terms of power and bandwidth, sedangkan modulasi yang paling buruk digunakan satelit
influence the selection of modulation techniques for satellite telkom-1 adalah modulasi 16qam. Dilihat dari sisi power,
transponder capacity and parameters that determine the semakin tinggi orde modulasi, semakin kecil kapasitas
capacity of the satellite transponder. The research method in this transponder satelit. Dilihat dari sisi bandwidth, semakin tinggi
study with the study of literature. The research data is secondary orde modulasi, semakin besar kapasitas transponder. Parameter
data obtained from the PT. Telkom. The study used a descriptive yang menentukan besar kecilnya kapasitas transponder satelit
quantitative analysis techniques. Analysis of the feasibility of adalah EIRPSATELIT, bandwidth, Forward Error Correction
using modulation only in terms of power capacity and bandwidth (FEC), Figure of Merit stasiun bumi penerima (G/T)SBRX dan
capacity. The results showed that the most viable modulation diameter antena.
used Telkom-1 satellite for Intermediate Data Rate (IDR)
services are QPSK modulation with receiver antenna diameter of Kata kunci— analisis, kelayakan, satelit Telkom-1, modulasi
3 meters. While the worst modulation used Telkom-1 satellite is
16QAM modulation. In terms of power, the higher-order
modulation, the smaller capacity of the satellite transponder. In
terms of bandwidth, the higher-order modulation, the greater I. PENDAHULUAN
the transponder capacity. Parameters that determine the Satelit Telkom-1 diluncurkan pertama kali pada tanggal
capacity of satellite transponder are EIRPSATELIT, bandwidth, 12 Agustus 1999 dari pusat peluncuran satelit kourou, Guyana
Forward Error Correction (FEC), Figure of Merit earth stasiun Perancis. Konsep satelit Telkom-1 ini dirancang untuk
receiver {(G/T)SBRX} and diameter antenna.
menjawab kebutuhan pelanggan yang siap bersaing dalam era
informasi. Kesuksesan satelit Telkom-1 ini dapat diukur dari
Keywords— analysis, feasibility, Telkom-1 satellite, modulation
seberapa jauh kemampuan aksesnya terhadap informasi dan
luasnya kemampuan layanan bagi pelanggan.
Abstrak— Pemilihan teknik modulasi menjadi salah satu hal
penting yang harus dipertimbangkan karena teknik modulasi
Pada penelitian sebelumnya diteliti mengenai Analisa Efek
yang digunakan sangat berpengaruh besar pada alokasi power, Hujan Terhadap Kualitas Link Propagasi Hongkong-Cibinong
alokasi bandwidth dan kapasitas transponder satelit. Penelitian dan Cibinong-Hongkong dengan Menggunakan Satelit
ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan modulasi yang Telkom-1 oleh Sulistyono, A pada tahun 2001. Pada
digunakan satelit Telkom-1 ditinjau dari segi daya dan lebar penelitian tersebut tidak menganalisis pemilihan modulasi
pita, mengetahui pengaruh pemilihan teknik modulasi terhadap yang digunakan. Padahal pemilihan modulasi sangat
besarnya kapasitas transponder satelit dan mengetahui berpengaruh terhadap power, bandwidth dan kapasitas
parameter yang menentukan besar kecilnya kapasitas transponder satelit.
transponder satelit. Metode penelitian dengan studi literature. Bandwidth dan power merupakan parameter utama dalam
Data penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari
PT. Telkom. Kajian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif
pengoperasian satelit. Keduanya mempunyai ketersediaan
deskriptif. Analisis kelayakan pemanfaatan modulasi hanya yang sangat terbatas. Sedangkan untuk mencapai suatu
kualitas link yang diinginkan, diperlukan power yang

45
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64

mencukupi dan bandwidth yang sesuai untuk kualitas arah uplink dan downlink pada satelit Telkom-1. Perhitungan
informasi yang ditransmisikan. Kondisi ketersediaan power redaman dengan menggunakan perhitungan link budget.
dan bandwidth pada transponder satelit biasanya selalu Tujuan penelitian Sulistyono adalah menganalisis daya yang
berbeda prosentasenya. Sebagian kasus merupakan bandwidth diterima oleh receiver baik dari arah uplink maupun downlink
limited dan sebagian yang lain merupakan power limited. apabila terjadi hujan.
Kondisi paling baik adalah jika prosentase pemakaian power
2) Karya Ilmiah berjudul “Arsitektur Satelit telkom-1, oleh
sama dengan prosentase pemakaian bandwidth. Dengan
Rum Muhammad Andri, Dony Ariyus
adanya keterbatasan power dan bandwidth tersebut maka
pemilihan teknik modulasi menjadi salah satu hal penting Kaya ilmiah berjudul “Arsitektur Satelit telkom-1, oleh
yang harus dipertimbangkan karena teknik modulasi yang Rum Muhammad Andri, Dony Ariyus mengemukakan
digunakan sangat berpengaruh besar pada alokasi power, tentang kapasitas transponder satelit telkom-1. Selain itu juga
alokasi bandwidth dan kapasitas transponder satelit. Apabila mengemukakan frekuensi kerja satelit telkom-1 pada
terjadi kesalahan dalam pemilihan teknik modulasi maka akan frekuensi C-band lebih baik bila dibandingkan menggunakan
menyebabkan kecilnya kapasitas transponder satelit, frekuensi Ku-band atau Ka-band. Satelit-Telkom-1
pemborosan bandwidth dan power. menggunakan daya transmisi yang tinggi yaitu sebesar 38
Satelit Telkom-1 mempunyai tiga jenis modulasi yang dBW(C-band) dan 41 dBW (extended C-band), sedangkan
berbeda yaitu QPSK, 8PSK dan 16 QAM. Pada kajian ini B2R hanya 36 dBW. Dengan power yang lebih tinggi ini,
dianalisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK dan 16 pelanggan akan mendapat kualitas yang lebih baik dari
QAM pada satelit Telkom-1 ditinjau dari segi kapasitas power penangkapan sinyal dan penrimanan sinyal, mennggunakan
dan kapasitas bandwidth jika menggunakan masing-masing antean piring yang relatif kecil sehingga bisa lebih hemat
modulasi tersebut. Selain itu akan diketahui bagaimana biaya.
pengaruh teknik modulasi pada kapasitas transponder satelit
dan parameter apakah yang mempengaruhi kapasitas B. Prinsip Dasar Sistem Komunikasi Satelit
transponder satelit Telkom-1. Dengan menganalisis kelayakan
Prinsip dasar sistem komunikasi satelit adalah system
modulasi pada satelit telkom-1, diharapkan penelitian ini
komunikasi radio dengan menggunakan satelit sebagai stasiun
dapat memberikan masukan bagi operator telekomunikasi
pengulang atau repeater. Arsitektur satelit dibedakan menjadi
yang meluncurkan satelit telkom-1 dalam pemilihan modulasi
dua, yaitu space segment dan ground segment. Pada space
yang paling baik.
segment, hanya terdapat satelit itu sendiri. Sedangkan, pada
Satelit Telkom-1 mempunyai tiga jenis modulasi yaitu
ground segment terdapat Stasiun Bumi pengirim dan
QPSK, 8PSK dan 16 QAM. Modulasi yang digunakan sangat
penerima serta Master Station untuk Telemetry, Tracking, dan
berpengaruh terhadap kapasitas transponder satelit Telkom-1.
Command (TTC). Arsitektur satelit dapat dilihat pada Gambar
Dalam kajian ini akan dianalisis ketiga modulasi tersebut
1.
manakah yang layak digunakan oleh satelit Telkom-1.
Kelayakan pemanfaatan ketiga modulasi ini hanya ditinjau
dari segi kapasitas power dan kapasitas bandwidth jika
menggunakan masing-masing modulasi tersebut. Selain itu
juga akan diketahui bagaimana pengaruh pemilihan teknik
modulasi pada kapasitas transponder satelit dan parameter
apakah yang mempengaruhi kapasitas transponder satelit
Telkom-1. Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kinerja modulasi yang digunakan satelit
Telkom-1 ditinjau dari segi kapasitas daya dan kapisas
bandwidth
2. Mengetahui pengaruh pemilihan teknik modulasi pada
besarnya kapasitas transponder satelit Gambar 1. Arsitektur Satelit (Sumber : Permana, 2012)
3. Mengetahui parameter yang menentukan besar kecilnya Bagian utama dari sistem komunikasi satelit adalah ruas
kapasitas transponder satelit bumi dan ruas angkasa. Ruas bumi terdiri dari beberapa
. stasiun bumi yang berfungsi sebagai stasiun bumi pengirim
dan stasiun bumi penerima. Sedangkan ruas angkasa berupa
II. TINJAUAN PUSTAKA
satelit yang menerima sinyal yang dipancarkan dari stasiun
A. Penelitian/Karya Ilmiah Sebelumnya bumi pengirim kemudian memperkuatnya dan mengirimkan
sinyal tersebut ke stasiun bumi penerima.
1) Analisa Efek Hujan Terhadap Kualitas Link Propagasi Jalur pada setiap kanal transponder pada satelit dari antena
Hongkong-Cibinong dan Cibinong-Hongkong dengan penerima ke antena pemancar disebut transponder.
Menggunakan Satelit Telkom-1, oleh Sulistyono, A. (2001). Transponder merupakan salah satu sub sistem satelit yang
Bandung: STTTelkom. berfungsi memperkuat sinyal yang diterima, menggeser
Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan satelit frekuensinya, dan memperkuat sinyal yang telah digesr
telkom-1 yaitu “Analisa Efek Hujan Terhadap Kualitas Link frekuensinya itu kemudian disalurkan ke antena untuk
Propagasi Hongkong-Cibinong dan Cibinong-Hongkong dipancarkan kembali. Selain itu untuk single carrier,
dengan Menggunakan Satelit Telkom-1” oleh Sulistyono, transponder satelit juga digunakan untuk pentransmisian
pada tahun 2001. Pada penelitian tersebut menganalisis multiple carrier. Pentransmisian ini mempengaruhi daya
seberapa besar redaman yang dipengaruhi oleh hujan untuk keluaran transponder. Untuk memberikan daya keluaran yang

46
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)

baik, transponder menggunakan suatu sistem penguatan 3. Transponder Satelit Telkom-1


TWTA (Travelling Wave Tube Amplifier) atau SSPA (Solid Satelit Telkom-1 memiliki 36 transponder yang terdiri dari
State Power Amplifier) (Gideon, 2000). 24 transponder menggunakan spektrum frekuensi Standar C-
C. Satelit Telkom-1 band (12 transponder horisontal dan 12 transponder vertikal)
dan 12 transponder menggunakan spektrum frekuensi
1. Umum Extended C-band (6 transponder horisontal dan 6 transponder
Dalam rangka memenuhi kebutuhan sarana vertikal). Satelit Telkom-1 mempunyai bandwidth 36 MHz
telekomunikasi yang semakin meningkat dari waktu ke waktu, dan guard band 4 MHz. Guard band digunakan untuk
PT. Telkom selalu mencari alternatif solusi teknologi tinggi mencegah terjadinya interferensi. Untuk frekuensi Standard
dengan mempertimbangkan mutu dan kehandalan. Teknologi C-band, frekuensi uplink sebesar 5925 – 6425 MHz
sistem komunikasi satelit selama ini telah terbukti mampu sedangkan frekuensi downlink sebesar 3700 – 4200 MHz.
berperan sebagai tulang punggung jaringan telekomunikasi Pada extended C-band, frekuensi uplink sebesar 6455-7705
nasional. Hal ini menjadi faktor yang mendasari diluncurkan MHz dan frekuensi downlink sebesar 3400 – 3660 MHz.
satelit Telkom-1. Satelit Telkom-1 milik PT. Telekomunikasi Adapun alokasi frekuensi pada masing-masing transponder
Indonesia, Tbk diluncurkan pada tanggal 12 Agustus 1999 satelit Telkom-1 baik standar C-band maupun Extended C-
dari pusat peluncuran satelit Kourou, Guyana Perancis. Satelit Band dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 berikut ini:
Telkom-1 merupakan produk keluaran Lockheed Martin
dengan type A2100A dan menempati slot orbit 108 0 Bujur TABEL 1. FREKUENSI STANDARD C-BAND TELKOM-1
Timur. Trans- Frekuensi Polarisasi Frekuensi Polarisasi
2. Struktur Fisik ponder Uplink Downlink
Satelit Telkom-1 merupakan produk Lockheed Martin (MHz) (MHz)
dengan type A2100A yang diluncurkan tanggal 12 Agustus T1 5945 vertikal 3720 horisontal
1999 dan menempati slot orbit 108 0 Bujur Timur. Satelit T2 5985 vertikal 3760 horisontal
Telkom-1 berbentuk paralel epipedum berukuran (1.8 m x 1.8 T3 6025 vertikal 3800 horisontal
m x 3.0 m) dengan bobot 2764 Kg dan dindingnya terbuat
T4 6065 vertikal 3840 horisontal
dari baham epoxy composite. Kedua sisinya yang saling
T5 6105 vertikal 388 horisontal
berhadapan (timur dan barat) terpsang sebuah antena parabola
dari bahan Kevlar dengan diameter 2.16 meter. Sedangkan T6 6145 vertikal 3920 horisontal
kedua sisi lainnya (utara dan selatan) tergantung dua panel T7 6185 vertikal 3960 horisontal
surya empat sektor dari bahan Galium Arsenid dan Silikon T8 6225 vertikal 4000 horisontal
efisiensi tinggi yang secara total dapat memberikan daya T9 6265 vertikal 4040 horisontal
sebesar 4.5 KW diakhir umurnya. (Purwanto, 2003). T10 6305 vertikal 4080 horisontal
Dengan kemampuan penggunaan daya yang efisien, satelit T11 6345 vertikal 4120 horisontal
Telkom-1 semula didesain beroperasi selama 15 tahun, namun T12 6385 vertikal 4160 horisontal
dengan adanya penambahan bahan bakar dan peluncuran T13 5965 horisontal 3740 vertikal
skema single launch maka umurnya dapat diperpanjang
T14 6005 horisontal 3780 vertikal
hingga 20 tahun. Dengan umur teknisnya yang lama tersebut
maka pemanfaaatan satelit Telkom-1 dapat lebih cost T15 6045 horisontal 3820 vertikal
effective. T16 6085 horisontal 3860 vertikal
T17 6125 horisontal 3900 vertikal
T18 6165 horisontal 3940 vertikal
T19 6205 horisontal 3980 vertikal
T20 6245 horisontal 4020 vertikal
T21 6285 horisontal 4060 vertikal
T22 6325 horisontal 4100 vertikal
T23 6365 horisontal 4140 vertikal
T24 6405 horisontal 4180 vertikal
TABEL 2. FREKUENSI EXTENDED C-BAND TELKOM-1

Trans- Frekuensi Polarisasi Frekuensi Polarisasi


ponder Uplink Downlink
(MHz) (MHz)
T25 6465 vertikal 3420 horisontal
Gambar 2. Struktur Fisik Satelit Telkom-1 T26 6505 vertikal 3460 horisontal
Dengan sistem stabilisasi tiga sumbu satelit telkom-1 T27 6545 vertikal 3500 horisontal
berfungsi sebagai repeater pada posisi 1080 Bujur Timur, T28 6585 vertikal 3540 horisontal
menerima dan mengirimkan kembali bit informasi per detik. T29 6625 vertikal 3580 horisontal
Satelit Telkom-1 melaju dengan kecepatan 10.728 km/jam T30 6665 vertikal 3620 horisontal
dengan ketinggian orbit sekitar 36.000 Km, satelit tersebut T31 6485 horisontal 3440 vertikal
serasa diam relatif terhadap bumi. T32 6525 horisontal 3480 vertikal
T33 6565 horisontal 3520 vertikal

47
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64

Trans- Frekuensi Polarisasi Frekuensi Polarisasi menghasilkan kualitas yang maskimum dan efisiensi transmisi
ponder Uplink Downlink (Sklar, 1988).
(MHz) (MHz) Proses modulasi ini mempunyai beberapa pertimbangan
T34 6605 horisontal 3560 vertikal dan keuntungan antara lain: (Indonesia, 1998)
T35 6645 horisontal 3600 vertikal a. Menigkatkan efisensi penggunaan media karena satu
T36 6685 horisontal 3640 vertikal media dapat digunakan sekaligus oleh banyak informasi
b. Pengiriman di daerah frekuensi tertentu kadang kala
4. Parameter Teknis satelit Telkom-1 menguntungkan karena karakteristik medianya lebih
Untuk melihat performansi dari satelit, perlu data teknis sesuai
satelir Telkom-1. Tabel 3 menunjukkan data teknis satelit c. Dalam kaitannya dengan gangguan alam yang kita kenal
Telkom-1. sebagai derau atau noise, modulasi memberikan tambahan
kekebalan terhadap gangguan tersebut.
TABEL 3. DATA TEKNIS SATELIT TELKOM-1 Modulasi digital merupakan proses penumpangan sinyal
digital (bit stream) ke dalam sinyal carrier. Modulasi digital
Item Spesification sebetulnya adalah proses mengubah-ubah karakteristik dan
Nama Satelit Telkom-1 sifat gelombang pembawa (carrier) sedemikian rupa sehingga
Type Spacecraft LM A2100A bentuk hasilnya (modulated carrier) memeiliki ciri-ciri dari
Pabrik Pembuat Lockheed Martin bit-bit (0 atau 1) yang dikandungnya. (Wikipedia, 2012)
Waktu Peluncuran 12 Agustus 1999 Berarti dengan mengamati modulated carriernya, kita bisa
Massa Satelit 2784 kg mengetahui urutan bitnya disertai clock (timing, sinkronisasi).
Posisi Satelit 1080 BT
Melalui proses modulasi digital sinyal-sinyal digital setiap
tingkatan dapat dikirim ke penerima dengan baik. Untuk
Life Time 15-20 tahun
pengiriman ini dapat digunakan media transmisi fisik (logam
Frekuensi 6/4 GHz (C-Band)
atau optik) atau non fisik (gelombang-gelombang radio). Pada
Kapsitas Transponder 24 Xpdr Std C-band dasarnya dikenal 3 prinsip atau sistem modulasi digital yaitu:
12 Spdr Ext C-band Amplitude Shift Keying (ASK), Frequency Shift Keying
Bandwidth Transponder 36 Mhx (FSK), dan Phase Shift Keying (PSK) (Wikipedia, 2012).
Polarisasi Linier (Horisontal atau Amplitude Shift Keying Amplitude Shift Keying (ASK)
EIRP saturasi maksimum Vertikal)
40 dBW atau pengiriman sinyal berdasarkan pergeseran amplitude,
G/T 1,5 dB/K merupakan suatu metoda modulasi dengan mengubah-ubah
SFD (-98) dBW/m2 amplitude. Dalam proses modulasi ini kemunculan frekuensi
gelombang pembawa tergantung pada ada atau tidak adanya
PAD 6 dB
sinyal informasi digital. Keuntungan yang diperoleh dari
Input Back-Off 3 dB
metode ini adalah bit per baud (kecepatan digital) lebih besar.
Output Back-Off 2 dB Sedangkan kesulitannya adalah dalam menentukan level
acuan yang dimilikinya, yakni setiap sinyal yang diteruskan
5. Cakupan Satelit Telkom-1 melalui saluran transmisi jarak jauh selalu dipengaruhi oleh
Cakupan satelit Telkom-1 sangat luas yang meliputi redaman dan distorsi lainnya. Oleh sebab itu meoda ASK
seluruh wilayah Indonesia, Aisa tenggara, Hongkong, Taiwan, hanya menguntungkan bila dipakai untuk hubungan jarak
Papua Nugini dan Australia Utara. Untuk lebih jelasnya dapat dekat saja. Dalam hal ini faktor derau harus diperhitungkan
dilihat pada gambar dibawah ini: dengan teliti, seperti juga pada sistem modulasi AM. Derau
menindih puncak bentuk-bentuk gelombang yang berlevel
banyak dan membuat mereka sukar mendeteksi dengan tepat
menjadi level ambangnya. (Wikipedia, 2012)
Frequncy Shift Keying Frequency Shift Keying (FSK)
atau pengiriman sinyal melalui penggeseran frekuensi.
Metoda ini merupakan suatu bentuk modulasi yang
memungkinkan gelombang modulasi menggeser frekuensi
output gelombang pembawa. Pergeseran ini terjadi antara
harga-harga yang telah ditentukan semula dengan gelombang
output yang tidak mempunyai fase terputus-putus. Dalam
proses modulasi ini besarnya frekuensi gelombang pembawa
berubah-ubah sesuai dengan perubahan ada atau tidak adanya
sinyal informasi digital. FSK merupakan metode modulasi
Gambar 2. Cakupan Wilayah Satelit Telkom-1 yang paling populer. Dalam proses ini gelombang pembawa
digeser ke atas dan ke bawah untuk memperoleh bit 1 dan bit
6. Sistem Modulasi 0. Kondisi ini masing-masing disebut space dan mark.
Modulasi adalah proses menumpangkan sinyal informasi Keduanya merupakan standar transmisi data yang sesuai
sedemikian hingga mempengaruhi pola parameter (amplituda, dengan rekomendasi CCITT. FSK juga tidak tergantung pada
frekuensi, fasa) suatu sinyal pembawa. Tujuan modulasi ini teknik on-off pemancar, seperti yang telah ditentukan sejak
adalah untuk mentransformasikan sifat sinyal informasu agar semula. Kehadiran gelombang pembawa dideteksi untuk
sesuai dengan keadaan medium trnasmisi sehingga menunjukkan bahwa pemancar telah siap. Dalam hal
penggunaan banyak pemancar (multi transmitter), masing-

48
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)

masingnya dapat dikenal dengan frekuensinya. Prinsip Dimana: Eb = energy per bit (W/bot)
pendeteksian gelombang pembawa umumnya dipakai untuk No = rapat daya derau sistem (W/Hz)
mendeteksi kegagalan sistem bekerja. Bentuk dari modulated
Carrier FSK mirip dengan hasil modulasi FM. Secara konsep, b. Eight-state Phase Shift Keying (8PSK)
modulasi FSK adalah modulasi FM, hanya disini tidak ada Pada modulasi Eight-state Phase Shift Keying (8PSK)
bermacam-macam variasi /deviasi ataupun frekuensi, yang sinyal pembawa mempresentasikan delapan keadaaan fasa
ada hanya 2 kemungkinan saja, yaitu More atau Less (High untuk menyatakan delapan symbol. Satu symbol 8PSK terdiri
atau Low, Mark atau Space). Tentunya untuk deteksi dari tiga bit yaitu : “000”, “001”, “011”, “010”, “110”, “111”,
(pengambilan kembali dari kandungan Carrier atau proses “101” dan “100”. (Sklar, 1988) Setiap tiga bit akan
demodulasinya) akan lebih mudah, kemungkinan kesalahan mengalami perubahan fasa sebsesar 450 sedangkan kecepatan
(error rate) sangat minim/kecil. Umumnya tipe modulasi FSK bit informasinya sebesar tiga kali kecepatan simbolnya. Pada
dipergunakan untuk komunikasi data dengan Bit Rate modulasi 8PSK, besarnya m = 3 ( 2m = 8) sehingga bandwidth
(kecepatan transmisi) yang relative rendah, seperti untuk yang dibutuhkan untuk perubahan fasa tiap detik adalah: (Tri
Telex dan Modem-Data dengan bit rate yang tidak lebih dari T, 1998)
2400 bps (2.4 kbps). (Wikipedia, 2012)
Phase Shift Keying (PSK) atau pengiriman sinyal melalui
R 
pergeseran fase. Metoda ini merupakan suatu bentuk modulasi BW8 PSK   t .1    ………………………...…….(3)
fase yang memungkinkan fungsi pemodulasi fase gelombang  3
termodulasi di antara nilai-nilai diskrit yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam proses modulasi ini fase dari frekuensi dimana: α = roll of factor yang menyatakan unjuk kerja
gelombang pembawa berubah-ubah sesuai dengan perubahan sebuah modulator
status sinyal informasi digital. Sudut fase harus mempunyai Rt = kecepatan transmisi (bit/s)
acuan kepada pemancar dan penerima. Akibatnya, sangat
diperlukan stabilitas frekuensi pada pesawat penerima. Guna Sedangkan probability of bit error (BER) dari modulasi
memudahkan untuk memperoleh stabilitas pada penerima, 8PSK dapat dirumuskan sebagai berikut: (Sklar, 1988)
kadang-kadang dipakai suatu teknik yang koheren dengan
PSK yang berbeda-beda. Hubungan antara dua sudut fase
 1   6 Eb    
1/ 2
yang dikirim digunakan untuk memelihara stabilitas. Dalam
keadaan seperti ini , fase yang ada dapat dideteksi bila fase PB (e)   .Q   . sin  ………...……(4)
sebelumnya telah diketahui. Hasil dari perbandingan ini  12   No   8 
dipakai sebagai patokan (referensi). Untuk transmisi Data atau
sinyal digital dengan kecepatan tinggi, lebih efisien dipilih
Dimana: Eb = energy per bit (W/bit)
sistem modulasi PSK. (Wikipedia, 2012).
No = rapat daya derau sistem (W/Hz)
Satelit Telkom-1 mempunyai tiga jenis modulasi yang
berbeda yaitu:
c. Sixteen-state Quadrature Amplitude Modulation(16 QAM)
a. Quadrature Phase Shift Keying (QPSK)
Pada Quadrature Amplitude Modulation (QAM), modulasi
Pada modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK)
yang dilakukan meliputi modulasi amplituda dan modulasi
sinyal pembawa mempresentasikan empat keadaan fasa untuk
fasa, atau dapat dikatakan bahwa modulasi QAM merupakan
emnyatakan empat symbol. Satu symbol QPSK terdiri dari
gabungan dari modulasi ASK dan modulasi PSK sehingga
dua bit yaitu “00”, “01”, “10”, dan “11”. Setiap dua bit akan
modulasi QAM (Quadrature Amplitude Modulation) ini lebih
mengalami perubahan fasa sebesar 900 sedangkan kecepatan
sering dikenal dengan modulasi Amplitude Phase Keying
bit informasinya sebesar dua kali kecepatan simbolnya.
(APK). (Sklar, 1988)
(Sklar, 1988) Pada modulasi QPSK besarnya m = 2 (2 m = 4)
Satu simbol pada modulasi 16QAM terdiri dari empat bit
sehingga bandwidth yang dibutuhkan untuk perubahan fasa
yaitu “0000”, “0001”, “0100”, “0010”, “0110”, “0110”,
tiap detik adalah : (Tri T, 1998)
“0011”, “1100”, “1101”, “1001”, “1000”, “1010”, “1011”,
“1110” dan “1111”. (Sklar, 1988) Sehingga besar m =
R  4(2m=16) maka kecepatan bit informasinya sebesar empat kali
BWQPSK   t .1    ……………………………..(1) kecepatan simbolnya. Bandwidth yang diutuhkan untuk
 2 perubahan fasa tiap detik: (Tri T, 1998)
R 
dimana: α = roll of factor yang menyatakan unjuk kerja BW16QAM   t .1    ………………………..…(5)
sebuah modulator  4
Rt = kecepatan transmisi (bit/s)
dimana: α = roll of factor yang menyatakan unjuk kerja
Sedangkan probability of bit error (BER) dari modulasi sebuah modulator
QPSK dapat dirumuskan sebagai berikut : (Sklar, 1988) Rt = kecepatan transmisi (bit/s)

Sedangkan probability of bit error (BER) dari modulasi


 2 Eb  16QAM dapat dirumuskan sebagai berikut: (Sklar, 1988)
PB (e)  Q   …………………………....……..(2)
 No 

49
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64

 3   4 Eb  EIRP (dBW )  PTX (dBW )  GTX (dBi ) .................….(8)


PB (e)   .Q   ………………………………(6) Dimana:
 4   5 No  PTX = daya pancar pada feed antena pemancar (dBW)
GTX = gain antena pemancar (dBi)
Dimana: Eb = energy per bit (W/bit)
No = rapat daya derau sistem (W/Hz) EIRPSB selain dicari dengan penjumlahan logaritma PTX
dan GTX untuk system pemancar dapat juga dicari dari
Perbedaab efisiensi bandwidth untuk masing-masing jenis spesifikasi satelit yaitu: (Miya, 1985)
modulasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
EIRPSB.Linier(dBW) = SFD + 10log(4πd2) + PAD –
TABEL 4. PERBEDAAN EFISIENSI BANDWIDTH UNTUK MODULASI QPSK, 8PSK
DAN 16QAM
IBOTotal.................................................................................(9)

Modulation Bandwidth Bandwidth EIRPSAT sendiri terbagi menjadi dua macam yaitu
Format (BW) Efficiency EIRPSATSaturasi yang nilainya disertakan pada spesifikasi satelit
QPSK (R/2) x [1 + α] 2 bits/second/Hz
yang bersangkutan dan EIRPSAT sangat dipengaruhi oleh
8PSK (R/3) x [1 + α] 3 bits/second/Hz besarnya EIRP SAT Saturasi dan OBOTotal yaitu: (Miya, 1985)
16QAM (R/4) x [1 + α] bits/second/Hz
EIRPSAT Linier(dBW) = EIRPSAT Saturasi - OBOTotal
……………...............................................................................................……(10)
III. METODE PENELITIAN
A. Teknik Penelitian b. Penguatan (Gain) antena
Gain antenna didefinisikan sebagai perbandingan antara
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan intensitas radiasi maksimum antena yang diukur terhadap
mengacu pada teori-teori dasar telekomunikasi yaitu intensitas maksimum antena isotropik pada arah dan daya
mengenai perhitungan link budget pada satelit dan parameter - input yang sama. (Tri T, 1998) Antena isotropis merupakan
parameternya, teknik modulasi, redaman hujan, parameter. antenna maya (ideal) yang berbentuk titik, meradiasikan daya
secara merata ke segala arah. Jenis antenna yang digunakan
B. Teknik Pengumpulan dan Sumber Data adalah antenna parabola dengan rumus penguatan yaitu:
Data pada penelitian ini diperoleh dari permohonan data (Miya, 1985)
kepada PT. Telkom. Selain itu juga diperoleh dari studi
literature.  D  2 
G    f .   ……………..........................……….(11)
C. Metode Analisis Data  C  
Parameter untuk menganalisis kelayakan modulasi pada Dengan mengganti nilai π dan C pada persamaan (11) akan
satelit Telkom-1 yaitu dengan menggunakan: diperoleh pendekatan penguatan antenna dalam bentuk
1. Parameter Link Budget algoritma yaitu: (Miya, 1985)
2. Parameter transponder satelit
3. Parameter kualitas link satelit G(dB) = 20.4 + 10 log(η) + 20 log(f) GHz + 20 log (D)m ...(12)
4. Pengukuran besarnya power dan bandwidth
Berikut ini merupakan detail penjelasan masing-masing Dimana:
parameter yang digunakan pada analisis yang dilakukan : f = frekuensi kerja (GHz) terdiri dari frekuensi uplink dan
downlink
1. Parameter Link Budget D = diameter antenna stasiun bumi (meter)
Perhitungan link budget berguna untuk menilai kualitas C = kecepatan cahaya 3 x 107 m/s
link agar dicapai rancangan system dengan kualitas yang Η = nilai efisiensi antenna (0≤η≤1)
sesuai dengan yang diharapkan. Hasil akhir perhitungan link
budget akan memperlihatkan pemakaian power dan c. Figure of Merit (G/T)
bandwidth yang dibutuhkan sejumlah carrier pada transponder Figure of Merit (G/T) biasanya digunakan untuk
satelit. Adapun untuk melakukan perhitungan lin budget, menunjukkan performansi antenna dan LNA (Low Noise
diperlukan parameter-parameter sebagai berikut: Amplifier). Parameter G merupakan gain antenna penerima,
a. Equivalent Isotropic Radiated Power (EIRP) sedangkan nilai parameter T merupakan jumlah dari
Salah satu kunci dalam menghitung link budget adalah temperature noise system penerima dan temperature noise
Equivalent Isotropic Radiated Power yang dinotasikan antenna. Temperature noise sistem penerima ditentukan oleh
dengan EIRP. EiRP menyatakan besarnya level daya efektif besar kecilnya noise figure system penerima tersebut.
yang dipancarkan secara isotropis oleh antenna stasiun bumi (Bostian, 1986)
atau satelit yang memancar sama ke semua arah. EIRP juga (G/T) dibagi menjadi dua macam yaitu (G/T)SAT dan
menyatakan hasil kali daya pancar sinyal pembawa (P TX) (G/T)SB RX. (G/T)SAT adalah perbandingan besarnya gain yang
dengan gain pada sistem pemancar (GTX). EIRP dirumuskan diterima oleh input transponder satelit dengan noise
sebagai berikut: (Tomasi, 1998) temperature yang diperoleh dari karakteristik satelit yang
bersangkutan. Sedangkan (G/T)SB RX adalah perbandingan
EIRP (Watt )  PTX (Watt ).GTX ……………....................(7) penguatan antena dengan total noise temperature pada sistem

50
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)

penerima (stasiun bumi) yang terukur di depan LNA atau


feeder output dirumuskan dengan: (Bostian, 1986)
G  dB  L

  .   G(dB)  10 log( T )( Kelvin) ................(13)


  SB RX  K 
T
(Hr-Hs)
Dimana :
T = (F-1).2900K El

Dimana G = gain antenna stasiun bumi penerima (dB)


T = total noise temperature (0K)
STASIUN BUMI
LG
d. Redaman Ruang Bebas ( Free Space Loss)
Free Space Loss merupakan redaman yang dialami
Gambar 3. Geometri Perhitungan Redaman Hujan (Freeman, 1991)
gelombang radio yang melintas dalam ruang bebas dengan
media atmosfer. Besar redaman diperhitungksn dari faktor Sehingga redaman hujan untuk persen waktu 0,01% adalah:
jarak propagasi dan frekuensi kerja. Jika antena isotropis (Freeman, 1991)
meradiasikan daya sebesar Pt seragam ke semua arah, maka  90 
untuk jarak d dari antenna tersebut akan terdapat rapat daya A0.01  a.( R0.01 ) b .L. (dB) .……..(22)
sebesar: (Tri T, 1998)  90  4 L cos( El ) 
 w  Pt Untuk konversi ke redaman hujan persen waktu p,
W 2   ………………………...........…..…(14) digunakan persamaan: (Freeman, 1991)
 m  4d
2

Ap  ( A0,01).(0,12). p 0,5460,043.log(p )  ……............…(23)


Daya yang diterima oleh antenna isotropis bergantung pada
besar kecilnya antenna penerima dan daya yang diterima
sebesar:
2 Dimana:
Pr  W . Ae  W . …………………...........………(15) k = konstanta Botzman = 1,33.10-23
4 J/K = -228,6 dBW/K/Hz
Apabila persamaan 13 dimasukkan ke persamaan 14 maka BW = lebar pita frekuensi (Hz)
persamaan menjadi: G/T = figure of merit (dB/K)
 Pt  
2 Untuk system komunikasi yang terdiri dari beberapa ho,
Pr   2 
. ……………........……..………….(16) harus ditentukan (C/N) secara skeseluruhan yang dinyatakan
 4d  4 sebagai berikut: (Tri T, 1998)
Redaman ruang bebas merupakan perbandingan antara C 1 .….......(24)
daya pancar dan day yang diterima oleh antena, nilainya    1 1 1
 Total  C  
N  C    C  
        ...    
menyatakan besar energi elektromagnetik yang berjalan dari
sumber sebesar: (Tri T, 1998)  N 1   N  2   N  n 
2
 f
 4 
Pt
FSL  d 2
  4d .  …….........……(17) f. Rasio Sinyal Pembawa Terhadap Derau (C/N)
Pr  C C/N adalah perbandingan antara daya sinyal pembawa
yang diterima oleh antenna penerima dengan daya derau
FSL = 92.4 + 20log(f)GHz + 20log(d)km…….........…(18) thermal system. Besarnya adalah: (Tri T, 1998)
C G
 (dB)  EIRP  FSL     k  10 log( BW ) ….........(25)
e. Redaman Hujan  
N T 
Parameter yang menentukan besarnya redaman hujan pada
link system komunikasi satelit adalah redaman hujan spesifik g. C/N yang dibutuhkan system
dan panjang lintasan hujan. Referensi redaman hujan spesifik Penentuan unjuk kerja link untuk komunikasi digital
yang digunakan adalah A0,01 yaitu redaman hujan yang terjadi ditentukan oleh nilai (C/N) yang dibutuhkan dengan (C/N)
pada laju curah hujan spesifik R0,01 (Freeman, 1991) total dari persamaan (3.20). Nilai (C/N) yang dibutuhkan
 dB  adalah: (Freeman, 1991)
A0.01  a.( R0.01 ) b   ………………...........……(19)
 km  C  Eb   Rt 
     10 log   CG  MI …...(26)
Dimana a dan b adalah koefisien redaman hujan yang  N  Re q  No  Re q  BW 
bergantung pada frekuensi dan polarisasi. Karena sepanjang Dimana:
lintasan hujan, laju curah hujan tidak terjadi secara merata (Eb/No)Req = energy per bit yang dibutuhkan (dB)
sepanjang lintasan, maka diperlukan adanya faktor koreksi, CG = coding gain (dB)
besarnya faktor koreksi adalah: (Freeman, 1991) MI = margin implementasi (dB)
90
r0.01  ………………....…….....……….(20) h. Lebar Pita Frekuensi (Bandwidth)
90  4 LG Bandwidth merupakan fungsi dari kecepatan informasi,
FEC, jumlah bit dalam satu symbol dan roll of factor. Bit rate
LG=Lcos(El)(km) ………………………..…...……..(21) emnyatakan jumlah bit informasi yang masuk sebagai input
modem tiap detik. Dalam transmisi digital biasanya disertai
pengkodean yang berfungsi untuk deteksi dan koreksi

51
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64

kesalahan serta memperbaiki BER system karena BER secara Atau secara logaritma (dengan memasukkan nilai
langsung menunjukkan kesalahan yang terjadi pada transmisi r=36.000 Km) maka:
digital. Pengkodean yang paling umum digunakan adalah  dBW 
FEC coding. Pengkodean dengan FEC tidak emmperpanjang  2   EIRPSB  162.1  PAD ....................….(31)
waktu transmisi tetapi hanay emnambah jumlah bit yang  m 
dikirim, sehingga bit ratenya menigkat. Secara umum Dimana : PAD = redaman transponder satelit (dB)
besarnya bandwidth yang dibutuhkan (BWOCC) dirumuskan
sebagai berikut: (Tri T, 1998) a. Input Back Off (IBO) atau Output Back Off (OBO)
 R   IBO dan OBO menunjukkan penempatan titik kerja di
BW ( Hz)   inf o (1   ) ………...............…..(27) bawah titik saturasi, yang masih berada pada kelinieran
 m.FEC   daerah kerja dari penguat transponder satelit. Pada umumnya
BWALL = BWOCC.(1+GB)………...............………………(28) input-output suatu penguat transponder satelit mempunyai
karakteristik yang linier sampai pada batas tertentu dan
Dimana : selanjutnya akan mempunyai karakteristik tidak linier yang
BWALL = bandwidth yang dialokasikan (Hz) merupakan batas daerah saturasi dari penguat tersebut. Titik
Rinfo = bit/information rate (bps) operasi dimana daya output HPA adalah makasimum disebut
GB = gurad band = 20% “titik saturasi”. Jika IBO OBO merupakan input dan output
m = jumlah bit untuk 1 simbol back-off dari HPA yang didefinisikan sebagai berikut: (Tri T,
α = Roll of Factor (0 ≤ α ≤ 1) 1998)

IBO 
EIRPSB.Saturasi  1 ………….....................…(32)
i. Energy Bit to Noise Density Ratio (Eb/No)
EIRPSB
Kualitas sinyal yang diterima ditentukan oleh perbandingan
energi sinyal pembawa per bit per hertz yang diterima
OBO 
EIRPSAT .Saturasi  1 ……….....................…..(33)
terhadap derau temperature. (Eb/No) diperoleh dari harga
EIRPSAT
BER yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dari
grafik fungsi BER terhadap (Eb/No). (Eb/No) dapat
dirumuskan : (Freeman, 1991) b. Power Flux Density (PFD)
Power Flux Density (PFD), Ω atau rapat fluks daya operasi
 Eb  C  BW 
 (dB)     10 log  …..............(29) satelit adalah power yang menembus luas bidang khayal 1 m2
 No   N  sistem  R  yang dirumuskan dengan : (Tri T, 1998)
Dimana :  EIRP 
PFD ,    2 
…………..............……….(34)
 4d 
Eb = energy per bit (W/bit)
No = rapat daya derau system (W/Hz)
Dimana d= jarak dari stasiun bumi ke satelit sekitar 35.786
j. Bit Error Rate (BER) km
Parameter yang digunakan untuk menilai unjuk kerja
transmisi digital pada system komunikasi satelit adalah Bit c. Redaman PAD (Attenuator)
Error rate. BER adalah perbandingan antara jumlah bit PAD merupakan redaman pada transponder satelit yang
informasi terima salah dengan jumlah bit informasi yang ditambahkan kepada rapat fluks density yang diterima satelit,
ditrnasmisikan pada selang waktu tertentu. Semakin rendah sistem satelit secara otomatis meredam rapat daya yang
BER yang dihasilkan transmisi digital, semakin baik unjuk diterima. Redaman PAD berfungsi untuk mengoptimalkan
kerja transmisi digital tersebut. Hubungan antara (Eb/No) sinyal yang diterima satelit. (Gideon, 2000)
dengan BER tergantung pada jenis modulasi yang digunakan.
Suatu nilai (Eb/No) untuk sistem modulasi yang berlainan 3. Parameter kualitas link satelit
akan menghasilkan nilai BER yang berbeda. (Sulistyono, Untuk membahas masalah kualitas sinyal akibat derau yang
2001) terjadi pada sistem komunikasi satelit berdasarkan unjuk kerja
transmisinya, salah satunya digunakan (C/N). (C/N) adalah
2. Parameter transponder satelit perbandingan antara daya sinyal terima dengan daya derau
Transponder (Transmitter – Responder) berfungsi untuk yang ditunjukkan dalam decibel (dB).
menerima sinyal, memperkuatnya dan mengirimkan kembali. a. Anggaran Uplink
(Gideon, 2000) Pada satelit Telkom-1 digunakan frekuensi Perhitungan arah uplink pada link sistem komunikasi satelit
kerja 6 GHz (uplink) dan 4 GHz (downlink). dinyatakan dalam formula Carrier to Thermal Noise Ratio
Saturated Flux Density (SFD) atau rapat fluks daya Satelit Uplink / (C/N)UP yaitu : (Freeman, 1991)
C  G   dB 
saturasi merupakan nilai yang menunjukkan sensitivitas dari   (dB)  EIRPSB (dBW )  LUP (dB)      ...(35)
 N UP  T  SAT  K 
satelit. SFD inilah yang membuat EIRP SAT mencapai saturasi
 dBJ 
dan menentukan besarnya power yang akan dikirim stasiun  10 log( k )   10 log( BW )( Hz)
 K 
bumi dilambangkan dengan Φ. Nilai SFD dapat diketahui dari
Dengan menentukan nilai k sebesar 1,38x10-23J/K
spesifikasi satelit bersangkutan. SFD ini dapat ditulis sebagai
diperoleh persamaan sebagai berikut:
berikut: (Miya, 1985)
C G  dB  …...(36)
EIRPSB   (dB)  EIRPSB (dBW )  LUP (dB)     
 ………………....................…..…..(30)  N  UP  T  SAT  K 
4r 2 .PAD  228.6  10 log( BW )( Hz)

52
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)

b. Anggaran Downlink IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Untuk perhitungan anggaran downlink diturunkan formula A. Analisis Kapasitas Transponder Satelit dengan
sebagai berikut: (Freeman, 1991) Memanfaatkan Modulasi QPSK
C  G   dB  1. Analisis kapasitas Transponder dari Segi Bandwidth
  (dB)  EIRPSAT (dBW )  LDW (dB)      ........(37)
 N  DW  T  RX  K  Parameter penting yang diperlukan dalam analisis kapasitas
 228.6  10 log( BW )( Hz) transponder dari segi bandwidth adalah teknik modulasi yang
Sehingga nilai kualitas link total dari sistem komunikasi dipakai, bit rate informasi, FEC, dan roll of factor. Dengan
satelit adalah: memasukkan nilai-nilai parameter tersebut si atas maka
1
 C kapasitas transponder dapat diektahui. Dengan menggunakan
  C   
1 1
C    .................(38)
             persamaan (27), (28) dan (44) maka jumlah carrier untuk satu
 N Total   N UP   
 N  DW   

 transponder dilihat dari segi bandwidth adalah sebagai
Apabila frekuensi yang dipancarkan dari stasiun bumi lebih berikut:
dari satu gelombang pembawa maka akan memungkinkan
 2Mbps 
terjadinya serau intermodulasi pada satelit. Hal ini BWOCC   (1  0,4) …………....………..(45)
dikarenakan adanya karakteristik tidak linier pada penguat RF  2( FEC ) 
yang kini umumnya menggunakan TWTA ataupun SSPA.
 2Mbps 
Derau yang diakibatkan oleh interferensi dan intermodulasi BW ALL    (1  0,4).(1  0,2)
ini dinyatakan dalam (C/N)IM. Selain itu juga ada noise yang  2( FEC )  ….....….…(46)
disebabkan polarisasi yang disimbolkan dengan (C/N)X-POLL.
Dari uraian di atas maka kualitas link secara keseluruhan  1 
BW ALL  (1.68)
dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
1
 FEC 
 C   C    C    C    C    C   
1 1 1 1 1
 
                       ...(39)
  36MHz 
 N Total  N UP   N  DW   I T   N  IM   N  X  Poll   JumlahCarrier    ………….....….(47)
  
(1,68) 
1
  FEC  
4. Pengukuran besarnya power dan bandwidth
Berdasarkan persamaan (47) dia ats terlihat bahwa jumlah
Besarnya power dan bandwidth untuk satu carrier
carrier untuk satu transponder akan mengalami peningkatan
ditentukan dari perhitungan linknya. Hasil perhitungan link
seiring dengan naiknya nilai FEC yang digunakan. Seperti
ini dapat memperlihatkan besarnya kapasitas power dan
pada gambar 4 dibawah ini terlihat bahwa besarnya kapasitas
kapasitas bandwidth yang dibutuhkan carrier. Desain yang
carrier untuk satu transponder akan mengalami kenaikan
paling baik jika kapasitas bandwidth mendekati dengan
seiring dengan semakin bertambahnya nilai FEC yang
kapasitas power. (Gideon, 2000)
digunakan.
Jumlah carrier untuk satu transponder dilihat dari segi
bandwidth dapat dirumuskan sebagai berikut:
BWxpdr
Jumlah carrier  ……………............……(40)
BW ALL
Sedangkan prosentase bandwidth per carriernya
dirumuskan sebagai berikut:

 BW   BWOCC Hz 


%  .100% ….........….(41)
 carrier  [BWxpdr ( Hz)] 
Prosentase penggunaan power setiap carrie-nya dapat
dirumuskan sebagai berikut:
  Linkcalculation 
 POWER   
%   10  
.100% …...........……(42)
10

 carrier 
Gambar 4. Pengaruh FEC Terhadap Jumlah Carrier Untuk Modulasi
LinkCalculation=EIRPSAT.linier - EIRPSAT.Operasi…........…(43) QPSK
Gambar 4 terlihat jelas bahwa besarnya FEC sangat
Sedangkan jumlah carrier untuk satu transponder dilihat mempengaruhi besarnya kapasitas transponder dilihat dari
dari segi power dapat dirumuskan sebagai berikut: segi bandwidth. Terlihat bahwa carrier mengalami kenaikan
setelah FEC diperbesar.
EIRPSAT . SaturasiOBO  EIRPSAT .Operasi
JumlahCarrier  10 10
...(44)

53
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64

Dalam menghitung besarnya (C/N)TOTAL, harus diketahui


dahulu besarnya EIRP SB OPERASI dan EIRPSAT OPERASI pada
karakteristik transponder satelit yang digambarkan di bawah
ini:
EIRP SATELIT
(dBW)

TITIK SATURASI
40
2 dB
TITIK LINIER
38
3 dB

TITIK KERJA
OPERASI
x
Gambar 5. Pengaruh FEC Terhadap Bandwidth Untuk Modulasi QPSK
SFD EIRP SB
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa nilai FEC juga -98 + 162,1 (dBW)
sangat mempengaruhi besarnya bandwidth yang dialokasikan. EIRP SB
Pada grafik diatas terlihat bahwa semakin besar harga FEC X+29,1 67,1 70,1 (dBW) 6 dB

maka semakin turun bandwidth occupted sehingga Gambar 7. Karakteristik Transponder Satelit yang Menggunakan
menyebabkan bandwidth allocated juga turun. Namun modulasi QPSK
dengan naiknya nilai FEC ini justru semakin memperbesar Berdasarkan karakteristik transponder satelit di atas dan
jumlah carrier untuk satu transponder. juga nilai parameter kualitas link yang sudah dihitung
diperoleh sebagai berikut:
2. Analisis kapasitas Transponder dari Segi Power (C/N)UP = EIRPSB OPERASI – FSLUP – A0,1_UP + (G/T)SAT - k –
Dalam melakukan analisis kapasitas transponder dilihat 10log(BW)
dari segi power, harus dilakukan analisis kualitas sinyal yang
diperlukan terlebih dahulu sebagai syarat minimal yang harus = (X + 29,1) – 199,1 -2,13 + 1,5 + 228,6 –
dipenuhi untuk kelayakan suatu sistem. Kualitas sinyal yang 10log(BW)
dipergunakan harus lebih besar dari kualitas sinyal yang = [X + 57,97 – 10log (BW)] dB ..........................(50)
diperlukan agar dapat memenuhi kinerja sistem. Dengan
memasukkan nilai parameter kualitas sinyal maka dapat (C/N)DW = EIRPSAT OPERASI – FSLDW – A0,1_DW + (G/T)SBRX - k
diperoleh sebagai berikut: – 10log(BW)
GRX(dB) = 20,4 + 20log(0,55) + 20log(4) + 20log(D) meter = (X – 195,6 - 0,19 + (G/T)SBRX + 228,6 - 10log(BW)
GRX(dB) = 27,2512 + 20log(D)meter ..................................................(48) =[X + 32,81 + (G/T)SBRX – 10log (BW)]dB ........(51)
(G/T)SB RX (dB/K) = 27,2512 + 20log(D)m-10log(80) Pada persamaan (50) di atas terlihat bahwa harga (C/N)
arah uplink sangat dipengaruhi oleh parameter EIRP satelit
(G/T)SB RX (dB/K) = 8,2212 + 20log(D)m........................(49) operasi dan besarnya bandwidth yang dibutuhkan juga sangat
Berdasarkan persamaan di atas terlihat bahwa ukuran dari tergantung pada nilai FEC yang digunakan. Sedangkan pada
antena stasiun bumi penerima sangat mempengaruhi besarnya persamaan (51) terlihat bahwa besarnya (C/N) arah downlink
figure of merit atau (G/T)SB di penerima. Semakin besar sangat dipengaruhi oleh parameter EIRP satelit operasi,
ukuran atau diameter antena stasiun bumi yang digunakan (G/T)SBRX dan alokasi bandwidth yang dibutuhkan. Dengan
maka (G/T)SBRX akan semakin besar. Dengan menggunakan memasukkan harga bandwidth untuk masing-masing nilai
diameter antena sebesar 3 meter, 5 meter, 7 meter dan 10 FEC maka diperoleh grafik pengaruh EIRP SAT OPERASI terhadap
meter amaka diperoleh grafik diameter antena terhadap (C/N)UPLINK seperti dibawah ini:
(G/T)SBRX sebagai berikut:

Gambar 6. Diameter Antena terhadap Figure Of Merit Untuk Modulasi 8PSK

Gambar 8. Pengaruh EIRPSAT OPERASI terhadap (C/N)UPLINK untuk Modulasi


8PSK

54
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)

Berdasarkan gambar 8 di atas terlihat bahwa dengan nilai 20.532 dB dan (C/I)x-poll = 30.532 dB maka dengan
FEC tetap, nilai (C/N)UPLINK akan semakin naik seiring dengan persamaan (39) diperoleh persamaan sebagai berikut:
naiknya EIRP SAT OPERASI. Selain itu semakin besar nilai FEC 1
   C    C  
   
maka semakin besar juga harga (C/N)UPLINK pada saat nilai     N10UP  
 N  DW 
 10 

EIRPSAT OPERASI tetap. C   





 33,532 
 
 20,532 
     ........(52)
 30,532 

   10  
 10  
 10  10   10  10   10  10  
 N  Total  
 
 
Dengan memasukkan persamaan (50) dan (51) ke
persamaan (52) maka diperoleh hubungan antara (C/N)TOTAL
dengan EIRPSAT OPERASI adalah:

Gambar 9. Pengaruh EIRPSAT OPERASI Terhadap (C/N)DOWNLINK dengan FEC


Sama untuk Modulasi 8PSK

Pada gambar 9 diatas terlihat juga bahwa nilai EIRP SAT


OPERASI sangat mempengaruhi harga (C/N)DOWNLINK. Dengan
nilai FEC tetap dan (G/T)SBRX tetap maka nilai (C/N)DOWNLINK
semakin naik seiring dengan naiknya harga EIRP SAT OPERASI.
Selain itu juga terlihat bahwa semakin besar nilai (G/T)SBRX
maka semakin besar pula harga (C/N)DOWNLINK dengan nilai
EIRPSAT OPERASI tetap. Gambar 11. Pengaruh EIRPSAT OPERASI Terhadap (C/N)TOTAL Untuk Modulasi
8PSK

Berdasarkan gambar 11 di atas terlihat bahwa nilai EIRPSAT


OPERASI berpengaruh besar pada nilai (C/N)TOTAL. Dengan
mengambil nilai FEC tetap dan (C/N)UPLINK tetap maka harga
(C/N)TOTAL akan semakin naik seiring dengan naiknya harga
EIRPSAT OPERASI untuk antena yang sama. Sedangkan pada
saat EIRPSAT OPERASI tetap maka nilai (C/N)TOTAL juga semakin
naik seiring dengan bertambahnya besar diameter antena yang
digunakan.
Agar kualitas link di stasiun bumi penerima dapat
terpenuhi, maka (C/N)TOTAL harus sama dengan nilai kaulitas
sinyal yang diperlukan [(C/N)Required]. Nilai EIRPSAT OPERASI
ini merupakan daya per carrier yang dapat masuk dalam
transponder satelit. Power per carrier ini tidak boleh melebihi
batas power maksimum yang diizinkan dan masih berada
Gambar 10. Pengaruh EIRPSAT OPERASI Terhadap (C/N)DOWNLINK dalam batas linier. Sehingga diketahui harga EIRP SAT OPERASI
dengan (G/T)SBRX Sama untuk Modulasi 8PSK maka kapasitas carrier dalam satu transponder dapat juga
diketahui. Dengan memasukkan nilai parameter satelit yang
Gambar 10 menunjukkan bahwa dengan nilai (G/T)SBRX
diketahui maka dengan menggunakan persamaan (44) dapat
yang sama dan nilai FEC yang berubah naik maka nilai
diperoleh:
(C/N)DOWNLINK akan naik seiring dengan naiknya harga
EIRPSAT OPERASI. Selain itu nilai (C/N)DOWNLINK juga semakin 40dBW 2 dB EIRPSAT .Operasi
naik seiring dengan nilai FEC yang digunakan pada saat JumlahCarrier  10 10
................(53)
EIRPSAT OPERASI bernilai tetap.
Karena nilai EIRPSAT OPERASI sangat mempengaruhi harga Berdasarkan persamaan diatas terlihat bahwa jumlah carrier
(C/N)UPLINK dan (C/N)DOWNLINK sehingga akan sangat per transponder sangat dipengaruhi oleh besarnya EIRPSAT
mempengaruhi juga pada harga (C/N)TOTAL. Berdasarkan data, OPERASI. Seperti terlihat pada grafik dibawah ini:
diketahui bahwa nilai (C/I) adjacent = 33.532 dN, (C/IM) =

55
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64

Gambar 13. Pengaruh FEC Terhadap bandwidth untuk Modulasi 8PSK


Gambar 12. Pengaruh EIRPSAT OPERASI Terhadap Jumlah Carrier untuk
Modulasi 8PSK Berdasarkan gambar 13 terlihat bahwa nilai FEC juga
sangat mempengaruhi besarnya bandwidth yang dibutuhkan
Pada gambar 12 di atas terlihat bahwa kapasitas carrier
dan besarnya bandwidth yang dialokasikan. Pada grafik di
dalam satu transponder akan mengalami penurunan apabila
atas terlihat bahwa semakin besar harga FEC maka besarnya
EIRPSAT OPERASI semakin naik. Kenaikan atau penurunan
bandwidth occupted semakin turun sehingga menyebabkan
nilai EIRPSAT OPERASI dapat disebabkan karena perubahan
bandwidth alloocated mengalami penurunan. Namun dengan
ukuran diameter antena stasiun bumi penerima yang
naiknya nilai FEC ini justru semakin memperbesar jumlah
digunakan. Semakin besar atau kecil diameter antena maka
carrier untuk satu transponder.
menyebabkan turun atau naiknya nilai EIRPSAT OPERASI.

B. Analisis Kapasitas Transponder Satelit dengan


Memanfaatkan Modulasi 8PSK
1. Analisis Kapasitas Transponder dari Segi Bandwidth
Parameter penting yang diperlukan dalam analisis kapasitas
transponder dari segi bandwidth adalah teknik modulasi yang
dipakai, bit rate informasi, FEC, dan roll of factor. Dengan
menggunakan persamaan (27), (28) dan (40) maka jumlah
carrier untuk satu transponder dilihat dari segi bandwidth
adalah sebagai berikut:
 2Mbps 
BWOCC   .(1  0,4) .............................(53)
 3( FEC ) 
 2 Mbps 
BW ALL   .(1  0,4)(1  0,2)
 3( FEC )  Gambar 14. Pengaruh FEC terhadap Jumlah Carrier untuk Modulasi 8PSK

 1  Gambar 14 diatas terlihat bahwa besarnya FEC sangat


BW ALL   .(3,36)..............................(54) mempengaruhi besarnya kapasitas transponder dilihat dari
 3FEC  segi bandwidth. Semakin besar harga FEC yang digunakan
  maka semakin besar pula jumlah carrier untuk satu
 36 MHz  transponder satelit.
JumlahCarrier   ............(55)
 1   2. Analisis Kapasitas Transponder dari Segi Power
  3FEC (3,36)  Dalam melakukan analisis kapasitas transponder dilihat
  dari segi power, harus dilakukan analisis kualitas sinyal yang
diperlukan terlebih dahulu sebagai syarat mionimal yang
Berdasarkan persamaan (55) di atas terlihat bahwa jumlah harus dipenuhi untuk kelayakan suatu sistem. Kualitas sinyal
carrier untuk satu transponder akan mengalami peningkatan yang dipergunakan harus lebih besar dari kualiats sinyal yang
seiring dengan naiknya nilai FEC yang digunakan. Terlihat diperlukan agar dapat memenuhi kinerja sistem. Dengan
pada gambar 13 dibawah ini besarnya kapasitas bandwidth memasukkan nilai parameter kualitas sinyal maka dapat
akan mengalami kenaikan seiring dengan semakin diperoleh persamaan sebagai berikut:
berkurangnya nilai FEC yang digunakan.
GRX(dB) = 20,4 + 20log(0,55) + 20log(4) + 20log(D)meter
GRX(dB) = 27,2512 + 20log(D)meter.............................(56)
(G/T)SB RX(dB/K) = 27,2512 + 20log(D)m-10log(80)
(G/T)SB RX(dB/K) = 8,2212 + 20 log(D)m.......................(57)

56
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)

Berdasarkan persamaan di atas terlihat bahwa ukuran dari = [X + 32,81 + (G/T)SBRX – 10log(BW)] dB ..(59)
antena stasiun bumi penerima sangat mempengaruhi besarnya
figure of merit atau (G/T)SB di penerima. Semakin besar
Persamaan (58) di atas terlihat bahwa harga (C/N) arah
ukuran atau diameter antena stasiun bumi yang digunakan
uplink sangat dipengaruhi oleh paramater EIRP satelit operasi
maka (G/T)SB RX akans emakin besar. Dengan menggunakan
dan besarnya bandwidth yang dibutuhkan. Bandwidth yang
diameter antena 3 meter, 5 meter, 7 meter dan 10 meter maka
dibutuhkan juga sangat tergantung pada nilai FEC yang
diperoleh grafik pada gambar 15 diameter antena terhadap
digunakan. Sedangkan pada persamaan (59) terlihat bahwa
(G/T)SB RX sebagai berikut:
besarnya (C/N) arah donlink sangat dipengaruhi oleh
parameter EIRP satelit operasi, (G/T)SBRX dan alokasi
bandwidth yang dibutuhkan. Dengan memasukkan harga
bandwidth untuk masing – masing nilai FEC maka diperoleh
grafik pengaruh EIRPSAT OPERASI terhadap (C/N)UPLINK seperti di
bawah ini (gambar 17):

Gambar 15. Diameter Antena Terhadap Figure Of Merit Untuk Modulasi


8PSK

Dalam menghitung besarnya (C/N)TOTAL, harus diketahui


dahulu besarnya EIRPSB OPERASI dan EIRPSAT OPERASI pada
Gambar 17. Pengaruh EIRPSAT OPERASI terhadap (C/N)UPLINK untuk modulasi
karakteristik transponder satelit yang digambarkan di bawah 8PSK
ini (gambar 16):
EIRP SATELIT Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa dengan nilai FEC
(dBW)
teteap, nilai (C/N)UPLINK akan semakin naik seiring dengan
naiknya EIRPSAT OPERASI. Selain itu semakin besar nilai FEC
TITIK SATURASI maka semakin besar juga harga (C/N)UPLINK padan saat nilai
40
2 dB EIRPSAT OPERASI tetap.
TITIK LINIER
38
3 dB

TITIK KERJA
OPERASI
x

SFD EIRP SB
-98 + 162,1 (dBW)

EIRP SB
X+29,1 67,1 70,1 (dBW) 6 dB

Gambar 16. Karakteristik Transponder Satelit yang Memanfaatkan Modulasi


8PSK

Berdasarkan karakteristik transponder satelit di atas dan


juga nilai parameter kualitas link yang sudah dihitung
diperoleh persamaan sebagai berikut:
(C/N)UP = EIRPSB OPERASI – FSLUP – A0,1_UP + (G/T)SAT - K – Gambar 18. Pengaruh EIRPSAT OPERASI terhadap (C/N)DOWNLINK dengan FEC
10log(BW) Sama untuk Modulasi 8PSK

= (X + 29,1) – 199,1 -2,13 + 1,5 + 228,6 -10log(BW) Gambar 18 diatas terlihat juga bahwa nilai EIRP SAT OPERASI
sangat mempengaruhi harga (C/N)DOWNLINK. Dengan nilai
= [X + 57,97 – 10log(BW)] dB...........................(58) FEC tetap dan (G/T)SBRX tetap maka nilai (C/N)DOWNLINK
(C/N)DW = EIRPSAT OPERASI – FSLDW – A0,1_DW + (G/T)SBRX - semakin naik seiring dengan naiknya harga EIRP SAT OPERASI.
K – 10log(BW) Selain itu juga terlihat bahwa semakin besar nilai (G/T)SBRX
maka semakin beasr pula harga (C/N)DOWNLINK dengan nilai
= X – 195,6 – 0,19 + (G/T)SBRX + 228,6 – 10log(BW) EIRPSAT OPERASI tetap.

57
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64

Agar kualitas link di stasiun bumi penerima dapat


terpenuhi, maka (C/N)TOTAL harus sama dengan nilai kualitas
sinyal yang diperlukan [(C/N)Required]. Nilai EIRPSAT OPERASI
ini merupakan daya per carrier yang dapat masuk dalam
transponder satelit. Power per carrier ini tidak boleh
melebihi batas power maksimum yang diizinkan dan masih
berada dalam batas linier. Sehingga diketahuinya harga
EIRPSAT OPERASI maka kapasitas carrier dalam satu
transponder dapat diketahui. Dengan memasukkan parameter
satelit yang telah diketahui pada persamaan (44) maka
diperoleh persamaan sebagai berikut:
 40dBW  2 dBW  EIRPSAT .Operasi 
 
 
JumlahCarrier  10  
10
...........(61)
Berdasarkan persamaan di atas terlihat bahwa jumlah
Gambar 19. Pengaruh EIRPSAT OPERASI Terhadap (C/N)DOWNLINK dengan carrier per transponder sangat dipengaruhi oleh besarnya
(G/T)SBRX Sama untuk Modulasi 8PSK EIRPSAT OPERASI. Besarnya kapasitas carrier untuk satu
Gambar 19 diatas menunjukkan bahwa nilai (G/T)SBRX yang transponder akan naik seiring dengan turunnya nilai EIRPSAT
sama dengan nilai FEC berubah naik maka nilai OPERASI seperti terlihat pada gambar 21 di bawah ini:
(C/N)DOWNLINK akan naik seiring dengan naiknya harga
EIRPSAT OPERASI. Selain itu nilai (C/N)DOWNLINK juga semakin
naik seiring dengan naiknya nilai Fec yang digunakan pada
saat harga EIRPSAT OPERASI bernilai tetap.
Karena nilai EIRPSAT OPERASI sangat mempengaruhi harga
(C/N)UPLINK dan (C/N)DOWNLINK maka akan mempengaruhi
pula harga (C/N)TOTAL. Berdasarkan data yang diketahui
bahwa nilai (C/I)adjacent = 33,532 dB, (C/IM) = 20, 532m dB
dan (C/I)x-poll = 30,532 dB, maka dengan persamaan (39)
diperoleh sebagai berikut :
1
  C  
  
 C 
 

 
    N10UP  
 N  DW 
 10 

C     
 33, 532 
 
 20, 532 
   
 30, 532 

   10  
 10  
 10  10   10  10   10  10  
 N Total  
 
 
....(60)
Gambar 21. Pengaruh EIRPSAT OPERASI terhadap jumlah carrier untuk modulasi
Dengan memasukkan persamaan (58) dan (59) ke (60) 8PSK
maka diperoleh hubungan (C/N)TOTAL dengan EIRPSAT OPERASI
Pada gambar diatas terlihat bahwa kapasitas carrier dalam
sebagaimana terlihat pada gambar 20 dibawah ini:
satu transponder akan mengalami penurunan apabila nilai
EIRPSAT OPERASI dapat disebabkan oleh perubahan ukuran
diameter antena stasiun bumi yang digunakan. Semakin besar
diameter antena maka menyebabkan turunnya nilai EIRPSAT
OPERASI, begitu pula sebaliknya.

C. Analisis Kapasitas Transponder Satelit dengan


Memanfaatkan Modulasi 16QAM
1. Analisis Kapasitas Transponder dari Segi Bandwidth
Parameter penting yang diperlukan dalam analisis kapasitas
transponder dari segi bandwidth adalah teknik modulasi yang
digunakan, bit rate informasi, FEC, dan roll of factor. Dengan
menggunakan persamaan (27), (28) dan (40) maka jumlah
carrier untuk satu transponder adalah sebagai berikut:
Gambar 20. Pengaruh EIRPSAT OPERASI terhadap (C/N)TOTAL untuk modulasi  2MBps 
8PSK BWocc   .(1  0,4) ..................................(62)
Berdasarkan gambar 20 diatas terlihat bahwa EIRPSAT  4.( FEC ) 
OPERASIberpengaruh besar pada nilai (C/N)TOTAL. Apabila nilai  2Mbps 
FEC dan (C/N)UPLINK tetap maka harga (C/N)TOTAL kan BWALL =  .(1  0,4)(1  0,2)
semakin naik seiring dengan naiknya harga EIRPSAT OPERASI  4.( FEC ) 
untuk antena yang sama. Pada saat EIRPSAT OPERASI tetap maka  1 
nilai (C/N)TOTAL juga semakin naik seiring dengan BW ALL   .3,36 ........................................(63)
bertambahnya ukuran diameter antena yang digunakan.  4 FEC 

58
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)

  dipenuhi kelayakan suatu sistem. Kualitas sinyal yang


 36MHz  dipergunakan harus lebih besar dari kualitas sinyal yang
diperlukan agar dapat memnuhi kinerja sistem. Dengan
JumlahCarrier    .................(64)
  1 .(3,36)  memasukkan nilai parameter kulaitas sinyal maka diperoleh
  4 FEC   sebagai berikut:
  GRX(dB) = 20,4 + 20log(0,55) + 20log(4) + 20log(D) meter
Berdasarkan persamaan (64) diatas terlihat bahwa jumlah GRX(dB) = 27,2512 + 20log(D)meter.................................(64)
carrier untuk satu transponder akan mengalami peningkatan (G/T)SB RX (dB/K) = 27,2512 + 20log(D)m – 10log(80)
seiring dengan naiknya nilai FEC yang digunakan. Seperti (G/T) SB RX (dB/K) = 8,2212 + 20log(D)m.......................(65)
pada gambar 21 berikut ini terlihat bawa besarnya kapasitas Berdasarkan persamaan diatas terlihat bahwa ukuran dari
bandwidth akan mengalami kenaikan seiring dengan semakin antena stasiun bumi penerima sangat mempengaruhi besarnya
berkurangnya nilai FEC yang digunakan. figure of merit atau (G/T)SB di penerima. Semakin besar
diameter antena stasiun bumi yang digunakan maka (G/T) SBRX
akan semakin besar seperti gambar 24 di bawah ini:

Gambar 22. Pengaruh FEC Terhadap Bandwidth untuk Modulasi 16QAM


Gambar 24. Diameter Antena Terhadap Figure of Merit untuk Modulasi
Gambar 22 diatas terlihat bahwa nilai FEC juga sangat 16QAM
mempengaruhi besarnya bandwidth yang dibutuhkan dan yang Dalam menghitung besarnya (C/N)TOTAL, harus diketahui
dialokasikan. Semakin besar harga FEC maka besarnya dulu besarnya EIRP SAT OPERASI pada karakteristik transponder
bandwidth occupted semaik turun sehingga menyebabkan satelit (seperti terlihat gambar 15).
bandwidth allocated juga mengalami penurunan. Namun Berdasarkan karakteristik transponder satelit dan nilai
dengan naiknya nilai FEC ini maka akan semakin parameter kualitas link yang sudah dihitung diperoleh sebagai
memperbesar jumlah carrier untuk satu transponder. berikut:
(C/N)UP = EIRPSB OPERASI – FSLUP – A0,1_UP + (G/T)SAT - K –
10log(BW)

= (X + 29,1) – 199,1 -2,13 + 1,5 + 228,6 -10log(BW)

= [X + 57,97 – 10log(BW)] dB..........................(66)

(C/N)DW = EIRPSAT OPERASI – FSLDW – A0,1_DW + (G/T)SBRX -


K – 10log(BW)

= X – 195,6 – 0,19 + (G/T)SBRX + 228,6 – 10log(BW)

= [X + 32,81 + (G/T)SBRX – 10log(BW)] dB .....(67)

Pada persamaan (66) diatas terlihat bahwa harga (C/N) arah


Gambar 23. Pengaruh FEC terhadap Jumlah carrier untuk Modulasi 16QAM
uplink sangat dipengaruhi oleh parameter EIRP satelit operasi
Gambar 23 diatas sangat terlihat jelas bahwa besarnya dan besarnya bandwidth yang dibutuhkan. Bandwidth yang
harga FEC sangat mempengaruhi besarnya kapasitas dibutuhkan juga sangat tergantung pada nilai FEC yang
transponder dilihat dari segi bandwidth. Semakin besar harga digunakan. Sedangkan pada persamaan (67) terlihat bahwa
FEC yang digunakan maka semakin besar pula jumlah carrier besanya (C/N) arah downlink sangat dipengaruhi oleh
untuk satu transponder satelit. parameter EIRP satelit operasi, (G/T)SBRX dan alokasi
bandwidth yang dibutuhkan. Dengan memasukkan harga
2. Analisis kapasitas Transponder dari Segi Power EIRPSAT OPERASI terhadap (C/N)UPLINK seperti gambar 25
Dalam menganalisis kapasitas transponder dilihat dari segi dibawah ini:
power, harus dilakukan analisis kualitas sinyal yang
diperlukan terlebih dahulu sebagai syarat minimal yang harus

59
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64

naiknya nilai FEC yang digunakan pada saat EIRPSAT OPERASI


bernilai tetap.
Nilai EIRPSAT OPERASI sangat mempengaruhi harga
(C/N)UPLINK dan (C/N)DOWNLINK maka sangat mempengaruhi
harga (C/N)TOTAL. Data diketahui bahwa (C/I) adjacent=33,532
dB, (C/IM) = 20,532 dB dan (C/I) x-poll=30,532 dB maka
dengan persamaan (39) diperoleh sebagai berikut:
1
   C    C 
 

 
    N10UP  
 N  DW 
 10 
 .(66)
C     
 33, 532 
 
 20, 532 
   
 30, 532 

   10 
 10  
 10  10 
 10  10 
 10  10 

 N Total  
 
 

Dengan memasukkan persamaan (64) dan (65) ke


Gambar 25. Pengaruh EIRPSAT OPERASI terhadap (C/N)uplink untuk Modulasi
16QAM persamaan (66) maka diperoleh hubungan (C/N)TOTAL dan
EIRPSAT OPERASI adalah:
Berdasarkan gambar 25 diatas terlihat bahwa nilai FEC
tetap, nilai (C/N)UPLINK akan semakin naik seiring dengan
naiknya EIRPSAT OPERASI. Selain itu semakin besar nilai FEC
maka semakin besar juga harga (C/N)UPLINK pada saat EIRPSAT
OPERASI tetap.

Gambar 28. Pengaruh EIRPSAT OPERASI terhadap (C/N)TOTAL untuk modulasi


16QAM

Gambar 28 terlihat bahwa nilai EIRPSAT OPERASI


berpengaruh terhadap besarnya nilai (C/N)TOTAL. Dengan
Gambar 26. Pengaruh EIRPSAT OPERASI terhadap (C/N)DOWNLINK dengan FEC mengambil nilai FEC tetap dan (C/N)UPLINK tetap maka harga
sama untuk Modulasi 16 QAM (C/N)TOTAL akan semakin naik seiring dengan naiknya harga
EIRPSAT OPERASI untuk antena yang sama. Sedangkan pada
Pada gambar 26 diatas terlihat bahwa nilai EIRPSAT OPERASI saat EIRPSAT OPERASI tetap maka nilai (C/N)TOTAL juga semakin
sangat mempengaruhi harga (C/N)DOWNLINK. Dengan nilai FEC naik seiring dengan bertambah besar diameter antena yang
tetap dan (G/T)SBRX tetap maka nilai (C/N)DOWNLINK semakin digunakan.
naik seiring dengan naiknya harga EIRPSAT OPERASI. Selain itu Agar kualitas link di statsiun bumi penerima dapat
juga terlihat bahwa semakin besar nilai (G/T)SBRX maka terpenuhi, maka (C/N)TOTAL harus sama dengan nilai kualitas
semakin besar pula harga (C/N)DOWNLINK dengan nilai EIRPSAT sinyal yang diperlukan [(C/N)Required]. Nilai EIRPSAT OPERASI
OPERASI tetap. ini merupakan daya per carrier ini tidak boleh melebihi batas
power maksimum yang diizinkan dan masih berada dalam
batas linier. Sehingga diketahuinya harga EIRPSAT OPERASI
maka kapasitas carrier dalam satu transponder dapat juga
diketahui. Dengan memasukkan nilai parameter satelit yang
diketahui maka dengan menggunakan persamaan (44) dapat
diperoleh:
 40dBW  2 dBW  EIRPSAT .Operasi 
 
 
JumlahCarrier  10  
10
..........(67)

Berdasarkan persamaan diatas terlihat bahwa jumlah


carrier per transponder sanghat dipengaruhi oleh besarnya
Gambar 27. Pengaruh EIRPSAT OPERASI terhadap (C/N)DOWNLINK dengan nilai EIRPSAT OPERASI. Besarnya kapasitas carrier untuk satu
(G/T)SBRX sama untuk modulasi 16QAM transponder akan naik seiring dengan turunnya nilai EIRPSAT
Pada gambar 27 terlihat bahwa dengan nilai (G/T)SBRX yang OPERASI seperti terlihat pada grafik dibawah ini:
sama dan nilai FEC berubah naik maka nilai (C/N)DOWNLINK
akan naik seiring dengan naiknya nilai EIRPSAT OPERASI. Selain
itu nilai (C/N)DOWNLINK juga semakin naik seiring dengan

60
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pemanfaatan ketiga


modulasi yaitu QPSK, 8PSK, dan 16QAM dan menyebabkan
terjadinya powerlimited dan bandwidth limited. Dengan
memperbesar diameter antena penerima maka kapasitas power
satelit akan mengalami kenaikan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 30 dibawah ini:

Gambar 29. Pengaruh EIRPSAT OPERASI terhadap Jumlah Carrier untuk


Modulasi 16QAM

Pada gambar 29 diatas terlihat bahwa kapasitas carrier


dalam satu transponder akan mengalami penurunan apabila
EIRPSAT OPERASI semakin naik. Kenaikan atau penurunan nilai
EIRPSAT OPERASI dapat disebabkan oleh perubahan ukuran Gambar 30. Perbandingan kelayakan ketiga Modulasi dengan Antena
Penerima 3 Meter
diameter antean stasiun bumi penerima yang digunakan.
Semakin besar atau kecil diameter antena maka menyebabkan Apabila dilihat dari perbandingan power dan bandwidth
turun atau naiknya EIRPSAT OPERASI. untuk masing-masing modulasi pada penerima 3 meter
diperoleh bahwa dengan menggunakan modulasi QPSK
D. Analisis Kelayakan Pemanfaatan Modulasi QPSK, 8PSK, diperoleh kapasitas power sebesar 24 carrier namun kapasitas
16QAM pada Satelit Telkom-1
bandwidthnya sebesar 16 carrier. Sehingga satu transponder
Bandwidth dan power merupakan parameter utama dalam hanya bisa menampung maksimal 16 carrier saja karena
pengoperasian satelit. Keduanya mempunyai ketersediaan keterbatasan bandwidth. Dengan menggunakan modulasi
yang sangat terbatas. Sedangkan untuk mencapai suatu 8PSK diperoleh kapasitas power sebesar 8 carrier namun
kualitas link yang diinginkan, diperlukan power yang kapasitas bandwidthnya sebesar 24 carrier. Sehingga satu
mencukupi dan bandwidth yang sesuai untuk kualitas transponder hanya bisa menampung maksimum 8 carrier saja
informasi yang ditransmisikan. Kondisi ketersediaan power karena keterbatasan power. Dengan menggunakan modulasi
dan bandwidth pada transponder satelit biasanya selalu 16QAM diperoleh kapasitas power sebesar 4 carrier namun
berbeda persentasenya. Sebgaian kasusu merupaka bandwidth kapasitas bandwidthnya sebesar 32 carrier. Sehingga satu
lilited dan sebagian yang lain merupakan power limited. transponder hanay bisa menampung maksimum 4 carrier saja
Kondisi paling baik adalah jika pemakaian power sama karena adanya keterbatasan power. Dengan demikian melihat
dengan pemakaian bandwidth. kondisi kapasitas transponder maksimum yang bisa ditampung
Perbandingan kelayakan pemanfaatn ketiga modulasi pada maka pemanfaatan modulasi QPSK lebih layak dibanding
satelit Telkom-1 ditinjau dari segi kapasitas power dan dengan modulasi lainnya.
kapasitas bandwidth, dapat digambarkan pada tabel 5.
TABEL 5. PERBANDINGAN POWER DAN BANDWIDTH KETIGA MODULASI PADA
EMPAT UKURAN ANTENA PENERIMA

Antenna Format Kapasitas kapasitas


Penerima Modulasi Power Bandwidth
QPSK 24 carrier 16 carrier
3 Meter 8PSK 8 carrier 24 carrier
16QAM 4 carrier 32 carrier
QPSK 29 carrier 16 carrier
5 Meter 8PSK 10 carrier 24 carrier
16QAM 7 carrier 32 carrier
QPSK 37 carrier 16 carrier
7 Meter 8PSK 20 carrier 24 carrier
16QAM 13 carrier 32 carrier Gambar 31. Perbandingan kelayakan Ketiga Modulasi dengan Antena
QPSK 69carrier 16 carrier Penerima 5 Meter
10 Meter 8PSK 35 carrier 24 carrier Berdasarkan gambar 31 diatas terlihat bahwa perbandingan
16QAM 17 carrier 32 carrier power dan bandwidth untuk masing-masing modulasi pada
Hasil diatas merupakan analisis kelayakan pemanfaatn penerima 5 meter tersebut diperoleh bahwa dengan
ketiga modulasi pada layanan IDR dan link satelit Cibinong- menggunakan modulasi QPSK, kapasitas power sebesar 29
Hongkong yang memanfaatkan satelit Telkom-1. carrier namun kapasitas bandwidthnya sebesar 16 carrier.
Sehingga satu transponder hanya bisa menampung 16 carrier

61
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64

saja karena keterbatasan bandwidth. Dengan menggunakan carrier. Sehingga satu transponder bisa menampung 24
modulasi 8PSK diperoleh kapasitas power sebesar 10 carrier carrier karena keterbatasan power. Sedangkan dengan
namun kapasitas bandwidthnya 24 carrier. Sehingga satu menggunakan modulasi 16QAM diperoleh kapasitas power
transponder hanya bisa menampung maksimum 10 carrier sebesar 17 carrier namun kapasitas bandwidthnya sebesar 32
saja karena dibatasi oleh adanya keterbatasan power. carrier. Sehingga satu transponder hanya bisa menampung
Sedangkan menggunakan modulasi 16QAM diperoleh 17 carrier saja karena dibatasi oleh adanya keterbatasan
kapasitas power sebesar 7 carrier namun kapasitas power. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan melihat
bandwidthnya sebesar 32 carrier. Sehingga satu transponder kondisi kapasitas transponder satelit maksimum yang bisa
hanya bisa menampung 7 carrier saja karena dibatasi oleh ditampung maka penggunaan modulasi 8PSK lebih layak
adanya keterbatasan power. Dengan demikian melihat kondisi dibandingkan teknik modulasi yang lain. Hal ini disebabkan
kapasitas transponder satelit maksimum yang bisa ditampung karena dengan menggunakan modulasi 8PSK kapasitas
maka pemanfaatan teknik modulasi QPSK lebih layak transponder satelit dapat terisi maksimum dibanding dengan
dibandingkan teknik modulasi yang lain dimana dengan menggunakan modulasi lainnya.
menggunakan modulasi QPSK kapasitas transponder satelit
dapat terisi maksimum dibandingkan dengan menggunakan
modulasi 8PSK dan modulasi 16QAM.

Gambar 33. Perbandingan kelayakan ketiga Modulasi dengan Antena


Penerima 10 Meter

Berdasarkan analisis kelayakan ketiga modulasi pada


Gambar 32. Perbandingan kelayakan ketiga Modulasi dengan Antena masing-masing antena penerima berbeda ternyata diperoleh
Penerima 7 Meter
bahwa pemanfaatan modulasi QPSK sangat layak digunakan
Gambar 32 diatas terlihat perbandingan power dan pada antena penerima 3 meter dan 5 meter . Sedangkan pada
bandwidth untuk masing-masing modulasi pada antena antena penerima 7 meter dan 10 meter, modulasi 8PSK layak
penerima 7 meter. Berdasakan gambar tersebut, dengan digunakan. Namun kita tidak boleh hanya menganalisis dari
menggunakan modulasi QPSK diperoleh kapasitas power segi teknis saja, tetapi juga harus menganalisisnya dari segi
sebesar 37 carrier namun kapasitas bandwidth nya sebesar 16 ekonoomis. Sehingga dengan melihat segi ekonomis,
carrier. Sehingga satu transponder hanya bisa menampung sebaiknya menggunakan antena berdiameter 3 meter karena
16 carrier karena dibatasi keterbatasan bandwidth. Dengan harganya lebih murah dibandingkan menggunakan antena
menggunakan modulasi 8PSK diperoleh kapasitas power berdiameter 5 meter, 7 meter, dan 10 meter. Selain itu satelit
sebesar 20 carrier namun kapasitas bandwidthnya sebesar 24 Telkom-1 dalam layanan IDR menggunakan antena berukuran
carrier. Sehingga satu transponder bisa menampung 20 kecil kira-kira dibawah 4 meter. Dengan demikian dapat
carrier karena keterbatasan power. Sedangkan dengan disimpulkan bahwa satelit Telkom-1 dengan layanan IDR
menggunakan modulasi 16QAM diperoleh kapasitas power menggunakan antena berdiameter 3 meter sangat layak
sebesar 13 carrier namun kapasitas bandwidthnya sebesar 32 menggunakan modulasi 16QAM.
carrier. Sehingga satu trasnponder hanya bisa menampung Dengan demikian pemanfaatan modulasi QPSK pada satelit
13 carrier saja karena dibatasi oleh adanya keterbatasan Telkom-1 lebih layak diandingkan dengan memanfaatkan
power. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan melihat modulasi 8PSK dan 16QAM untuk layanan IDR dilihat dari
kondisi kapasitas transponder satelit maksimum yang bisa kapasitas power dan kapasitas bandwidth. Power limited
ditampung maka penggunaan modulasi 8PSK lebih layak (keterbatasan daya) terjadi apabila kapasitas bandwidth lebih
dibandingkan teknik modulasi yang lain. Hal ini disebabkan besar daripada kapasitas power sehingga power limited inilah
karena dengan menggunakan modulasi 8PSK kapasitas yang membatasi kapasitas transponder satelit. Sedangkan
trasnponder satelit dapat terisi maksimum dibanding dengan bandwidth limited terjadi apabila kapasitas power lebih besar
menggunakan modulasi lainnya. daripada kapasitas bandwidth, sehingga bandwidth limited
Gambar 33 memperlihatkan perbandingan power dan inilah yang membatasi kapasitas transponder satelit. Kedua
bandwidth untuk masing-masing modulasi pada antena hal inilah yang akan menyebabkan pemborosan power
penerima 10 meter. Berdasakan gambar tersebut, dengan maupun pemborosan bandwidth. Oleh karena itu dengan
menggunakan modulasi QPSK diperoleh kapasitas power adanya keterbatasan daya dan bandwidth ini maka pemilihan
sebesar 69 carrier namun kapasitas bandwidth nya sebesar 16 teknik modulasi menjadi dalah satu hal yang harus
carrier. Sehingga satu transponder hanya bisa menampung dipertimbangkan karena teknik modulasi sangat berpengaruh
16 carrier karena dibatasi keterbatasan bandwidth. Dengan pada alokasi daya dan bandwidth.
menggunakan modulasi 8PSK diperoleh kapasitas power
sebesar 35 carrier namun kapasitas bandwidthnya sebesar 24

62
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)

V. SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


A. Kesimpulan Bostian, P. T. (1986). Satellite Communications. John Wiley & Sons.
Berdasarkan pemaparan hasil ”Analisis Kelayakan Freeman, R. L. (1991). Telecommunication Transmission Handbook, third
Pemanfaatan Modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada Satelit edition. Wiley Interscience Publication.
Telkom-1, dapat diambil kesimpulan bahwa modulasi yang Gideon, J. (2000). Diktat Kuliah Sistem Komunikasi Satelit. Bandung: STT
paling layak digunakan satelit Telkom-1 untuk layanan telkom.
Intermediate Rate (IDR) adalah modulasi QPSK dengan
Indonesia, C. M. (1998). Materi pelatihan Operasi dan Pemeliharaan
diameter antena penerima 3 meter, sedangkan modulasi yang Perangkat Sistem Transmisi Satelit IDR . Bandung: PT. CMI.
paling buruk digunakan satelit Telkom-1 adalah modulasi
16QAM. Miya, D. K. (1985). Satellite Communication Technology, second edition.
KDD Engineering and Consulting, Inc.
Parameter yang menentukan besar kecilnya kapasitas
transponder satelit adalah EIRPSATELIT, bandwidth, Forward Permana, R. (2012). Belajar Tanpa Batas. Retrieved Desember 21, 2012, from
ramapermana@wordpress.com:
Error Correction (FEC) dan Figure of Merit stasiun bumi http://ramapermana.wordpress.com/telco/sistem-komunikasi-satelit/
penerima {(G/T)SBRX}
Sklar, B. (1988). Digital Communications. New Jersey: PTR Prencice Hall.
B. Saran Sulistyono, A. (2001). Analisa Efek Hujan Terhadap Kualitas Link Propagasi
1. Pemilihan teknik modulasi yang digunakan sebaiknya Hongkong-Cibinong dan Cibinong-Hongkong dengan Menggunakan Satelit
Telkom-1. Bandung: STTTelkom.
perlu memperhatikan segi ekonomis selain segi teknis
sehingga biaya pengeluaran perusahaan dapat ditekan Tomasi, W. (1998). Advanced Electronic Communications System 4 th
Edition. Prentice-Hall International.
seminimal mungkin
Tri T, H. (1998). Digital Satellite Communication. New York: Mc Graw Hill.
2. Sebaiknya dihindari pemilihan modulasi tingkat tinggi
pada antenna penerima kecil karena akan menyebabkan Wikipedia. (2012, Desember 26). Modulasi. Retrieved Januari 3, 2013, from
Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Modulasi
alokasi bandwidth yang terlalu lebar dan power yang
sangat kecil sehingga akan menyebabkan pemborosan
kapasitas transponder satelit.

63
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64

64

You might also like