Professional Documents
Culture Documents
Analisis Kinerja Penggunaan Modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM Pada Satelit Telkom-1
Analisis Kinerja Penggunaan Modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM Pada Satelit Telkom-1
Purwanto)
Abstract—The selection of modulation techniques become one of ditinjau dari segi kapasitas power dan kapasitas bandwidth.
the important things that must be considered because the usage Hasil penelitian menunjukkan bahwa modulasi yang paling
of modeulation technique is very big influence for power layak digunakan satelit Telkom-1 untuk layanan IDR adalah
allocation. This paper addressed the feasibility of modulation modulasi QPSK dengan diameter antena penerima 3 meter,
used Telkom-1 satellite in terms of power and bandwidth, sedangkan modulasi yang paling buruk digunakan satelit
influence the selection of modulation techniques for satellite telkom-1 adalah modulasi 16qam. Dilihat dari sisi power,
transponder capacity and parameters that determine the semakin tinggi orde modulasi, semakin kecil kapasitas
capacity of the satellite transponder. The research method in this transponder satelit. Dilihat dari sisi bandwidth, semakin tinggi
study with the study of literature. The research data is secondary orde modulasi, semakin besar kapasitas transponder. Parameter
data obtained from the PT. Telkom. The study used a descriptive yang menentukan besar kecilnya kapasitas transponder satelit
quantitative analysis techniques. Analysis of the feasibility of adalah EIRPSATELIT, bandwidth, Forward Error Correction
using modulation only in terms of power capacity and bandwidth (FEC), Figure of Merit stasiun bumi penerima (G/T)SBRX dan
capacity. The results showed that the most viable modulation diameter antena.
used Telkom-1 satellite for Intermediate Data Rate (IDR)
services are QPSK modulation with receiver antenna diameter of Kata kunci— analisis, kelayakan, satelit Telkom-1, modulasi
3 meters. While the worst modulation used Telkom-1 satellite is
16QAM modulation. In terms of power, the higher-order
modulation, the smaller capacity of the satellite transponder. In
terms of bandwidth, the higher-order modulation, the greater I. PENDAHULUAN
the transponder capacity. Parameters that determine the Satelit Telkom-1 diluncurkan pertama kali pada tanggal
capacity of satellite transponder are EIRPSATELIT, bandwidth, 12 Agustus 1999 dari pusat peluncuran satelit kourou, Guyana
Forward Error Correction (FEC), Figure of Merit earth stasiun Perancis. Konsep satelit Telkom-1 ini dirancang untuk
receiver {(G/T)SBRX} and diameter antenna.
menjawab kebutuhan pelanggan yang siap bersaing dalam era
informasi. Kesuksesan satelit Telkom-1 ini dapat diukur dari
Keywords— analysis, feasibility, Telkom-1 satellite, modulation
seberapa jauh kemampuan aksesnya terhadap informasi dan
luasnya kemampuan layanan bagi pelanggan.
Abstrak— Pemilihan teknik modulasi menjadi salah satu hal
penting yang harus dipertimbangkan karena teknik modulasi
Pada penelitian sebelumnya diteliti mengenai Analisa Efek
yang digunakan sangat berpengaruh besar pada alokasi power, Hujan Terhadap Kualitas Link Propagasi Hongkong-Cibinong
alokasi bandwidth dan kapasitas transponder satelit. Penelitian dan Cibinong-Hongkong dengan Menggunakan Satelit
ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan modulasi yang Telkom-1 oleh Sulistyono, A pada tahun 2001. Pada
digunakan satelit Telkom-1 ditinjau dari segi daya dan lebar penelitian tersebut tidak menganalisis pemilihan modulasi
pita, mengetahui pengaruh pemilihan teknik modulasi terhadap yang digunakan. Padahal pemilihan modulasi sangat
besarnya kapasitas transponder satelit dan mengetahui berpengaruh terhadap power, bandwidth dan kapasitas
parameter yang menentukan besar kecilnya kapasitas transponder satelit.
transponder satelit. Metode penelitian dengan studi literature. Bandwidth dan power merupakan parameter utama dalam
Data penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari
PT. Telkom. Kajian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif
pengoperasian satelit. Keduanya mempunyai ketersediaan
deskriptif. Analisis kelayakan pemanfaatan modulasi hanya yang sangat terbatas. Sedangkan untuk mencapai suatu
kualitas link yang diinginkan, diperlukan power yang
45
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64
mencukupi dan bandwidth yang sesuai untuk kualitas arah uplink dan downlink pada satelit Telkom-1. Perhitungan
informasi yang ditransmisikan. Kondisi ketersediaan power redaman dengan menggunakan perhitungan link budget.
dan bandwidth pada transponder satelit biasanya selalu Tujuan penelitian Sulistyono adalah menganalisis daya yang
berbeda prosentasenya. Sebagian kasus merupakan bandwidth diterima oleh receiver baik dari arah uplink maupun downlink
limited dan sebagian yang lain merupakan power limited. apabila terjadi hujan.
Kondisi paling baik adalah jika prosentase pemakaian power
2) Karya Ilmiah berjudul “Arsitektur Satelit telkom-1, oleh
sama dengan prosentase pemakaian bandwidth. Dengan
Rum Muhammad Andri, Dony Ariyus
adanya keterbatasan power dan bandwidth tersebut maka
pemilihan teknik modulasi menjadi salah satu hal penting Kaya ilmiah berjudul “Arsitektur Satelit telkom-1, oleh
yang harus dipertimbangkan karena teknik modulasi yang Rum Muhammad Andri, Dony Ariyus mengemukakan
digunakan sangat berpengaruh besar pada alokasi power, tentang kapasitas transponder satelit telkom-1. Selain itu juga
alokasi bandwidth dan kapasitas transponder satelit. Apabila mengemukakan frekuensi kerja satelit telkom-1 pada
terjadi kesalahan dalam pemilihan teknik modulasi maka akan frekuensi C-band lebih baik bila dibandingkan menggunakan
menyebabkan kecilnya kapasitas transponder satelit, frekuensi Ku-band atau Ka-band. Satelit-Telkom-1
pemborosan bandwidth dan power. menggunakan daya transmisi yang tinggi yaitu sebesar 38
Satelit Telkom-1 mempunyai tiga jenis modulasi yang dBW(C-band) dan 41 dBW (extended C-band), sedangkan
berbeda yaitu QPSK, 8PSK dan 16 QAM. Pada kajian ini B2R hanya 36 dBW. Dengan power yang lebih tinggi ini,
dianalisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK dan 16 pelanggan akan mendapat kualitas yang lebih baik dari
QAM pada satelit Telkom-1 ditinjau dari segi kapasitas power penangkapan sinyal dan penrimanan sinyal, mennggunakan
dan kapasitas bandwidth jika menggunakan masing-masing antean piring yang relatif kecil sehingga bisa lebih hemat
modulasi tersebut. Selain itu akan diketahui bagaimana biaya.
pengaruh teknik modulasi pada kapasitas transponder satelit
dan parameter apakah yang mempengaruhi kapasitas B. Prinsip Dasar Sistem Komunikasi Satelit
transponder satelit Telkom-1. Dengan menganalisis kelayakan
Prinsip dasar sistem komunikasi satelit adalah system
modulasi pada satelit telkom-1, diharapkan penelitian ini
komunikasi radio dengan menggunakan satelit sebagai stasiun
dapat memberikan masukan bagi operator telekomunikasi
pengulang atau repeater. Arsitektur satelit dibedakan menjadi
yang meluncurkan satelit telkom-1 dalam pemilihan modulasi
dua, yaitu space segment dan ground segment. Pada space
yang paling baik.
segment, hanya terdapat satelit itu sendiri. Sedangkan, pada
Satelit Telkom-1 mempunyai tiga jenis modulasi yaitu
ground segment terdapat Stasiun Bumi pengirim dan
QPSK, 8PSK dan 16 QAM. Modulasi yang digunakan sangat
penerima serta Master Station untuk Telemetry, Tracking, dan
berpengaruh terhadap kapasitas transponder satelit Telkom-1.
Command (TTC). Arsitektur satelit dapat dilihat pada Gambar
Dalam kajian ini akan dianalisis ketiga modulasi tersebut
1.
manakah yang layak digunakan oleh satelit Telkom-1.
Kelayakan pemanfaatan ketiga modulasi ini hanya ditinjau
dari segi kapasitas power dan kapasitas bandwidth jika
menggunakan masing-masing modulasi tersebut. Selain itu
juga akan diketahui bagaimana pengaruh pemilihan teknik
modulasi pada kapasitas transponder satelit dan parameter
apakah yang mempengaruhi kapasitas transponder satelit
Telkom-1. Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kinerja modulasi yang digunakan satelit
Telkom-1 ditinjau dari segi kapasitas daya dan kapisas
bandwidth
2. Mengetahui pengaruh pemilihan teknik modulasi pada
besarnya kapasitas transponder satelit Gambar 1. Arsitektur Satelit (Sumber : Permana, 2012)
3. Mengetahui parameter yang menentukan besar kecilnya Bagian utama dari sistem komunikasi satelit adalah ruas
kapasitas transponder satelit bumi dan ruas angkasa. Ruas bumi terdiri dari beberapa
. stasiun bumi yang berfungsi sebagai stasiun bumi pengirim
dan stasiun bumi penerima. Sedangkan ruas angkasa berupa
II. TINJAUAN PUSTAKA
satelit yang menerima sinyal yang dipancarkan dari stasiun
A. Penelitian/Karya Ilmiah Sebelumnya bumi pengirim kemudian memperkuatnya dan mengirimkan
sinyal tersebut ke stasiun bumi penerima.
1) Analisa Efek Hujan Terhadap Kualitas Link Propagasi Jalur pada setiap kanal transponder pada satelit dari antena
Hongkong-Cibinong dan Cibinong-Hongkong dengan penerima ke antena pemancar disebut transponder.
Menggunakan Satelit Telkom-1, oleh Sulistyono, A. (2001). Transponder merupakan salah satu sub sistem satelit yang
Bandung: STTTelkom. berfungsi memperkuat sinyal yang diterima, menggeser
Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan satelit frekuensinya, dan memperkuat sinyal yang telah digesr
telkom-1 yaitu “Analisa Efek Hujan Terhadap Kualitas Link frekuensinya itu kemudian disalurkan ke antena untuk
Propagasi Hongkong-Cibinong dan Cibinong-Hongkong dipancarkan kembali. Selain itu untuk single carrier,
dengan Menggunakan Satelit Telkom-1” oleh Sulistyono, transponder satelit juga digunakan untuk pentransmisian
pada tahun 2001. Pada penelitian tersebut menganalisis multiple carrier. Pentransmisian ini mempengaruhi daya
seberapa besar redaman yang dipengaruhi oleh hujan untuk keluaran transponder. Untuk memberikan daya keluaran yang
46
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)
47
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64
Trans- Frekuensi Polarisasi Frekuensi Polarisasi menghasilkan kualitas yang maskimum dan efisiensi transmisi
ponder Uplink Downlink (Sklar, 1988).
(MHz) (MHz) Proses modulasi ini mempunyai beberapa pertimbangan
T34 6605 horisontal 3560 vertikal dan keuntungan antara lain: (Indonesia, 1998)
T35 6645 horisontal 3600 vertikal a. Menigkatkan efisensi penggunaan media karena satu
T36 6685 horisontal 3640 vertikal media dapat digunakan sekaligus oleh banyak informasi
b. Pengiriman di daerah frekuensi tertentu kadang kala
4. Parameter Teknis satelit Telkom-1 menguntungkan karena karakteristik medianya lebih
Untuk melihat performansi dari satelit, perlu data teknis sesuai
satelir Telkom-1. Tabel 3 menunjukkan data teknis satelit c. Dalam kaitannya dengan gangguan alam yang kita kenal
Telkom-1. sebagai derau atau noise, modulasi memberikan tambahan
kekebalan terhadap gangguan tersebut.
TABEL 3. DATA TEKNIS SATELIT TELKOM-1 Modulasi digital merupakan proses penumpangan sinyal
digital (bit stream) ke dalam sinyal carrier. Modulasi digital
Item Spesification sebetulnya adalah proses mengubah-ubah karakteristik dan
Nama Satelit Telkom-1 sifat gelombang pembawa (carrier) sedemikian rupa sehingga
Type Spacecraft LM A2100A bentuk hasilnya (modulated carrier) memeiliki ciri-ciri dari
Pabrik Pembuat Lockheed Martin bit-bit (0 atau 1) yang dikandungnya. (Wikipedia, 2012)
Waktu Peluncuran 12 Agustus 1999 Berarti dengan mengamati modulated carriernya, kita bisa
Massa Satelit 2784 kg mengetahui urutan bitnya disertai clock (timing, sinkronisasi).
Posisi Satelit 1080 BT
Melalui proses modulasi digital sinyal-sinyal digital setiap
tingkatan dapat dikirim ke penerima dengan baik. Untuk
Life Time 15-20 tahun
pengiriman ini dapat digunakan media transmisi fisik (logam
Frekuensi 6/4 GHz (C-Band)
atau optik) atau non fisik (gelombang-gelombang radio). Pada
Kapsitas Transponder 24 Xpdr Std C-band dasarnya dikenal 3 prinsip atau sistem modulasi digital yaitu:
12 Spdr Ext C-band Amplitude Shift Keying (ASK), Frequency Shift Keying
Bandwidth Transponder 36 Mhx (FSK), dan Phase Shift Keying (PSK) (Wikipedia, 2012).
Polarisasi Linier (Horisontal atau Amplitude Shift Keying Amplitude Shift Keying (ASK)
EIRP saturasi maksimum Vertikal)
40 dBW atau pengiriman sinyal berdasarkan pergeseran amplitude,
G/T 1,5 dB/K merupakan suatu metoda modulasi dengan mengubah-ubah
SFD (-98) dBW/m2 amplitude. Dalam proses modulasi ini kemunculan frekuensi
gelombang pembawa tergantung pada ada atau tidak adanya
PAD 6 dB
sinyal informasi digital. Keuntungan yang diperoleh dari
Input Back-Off 3 dB
metode ini adalah bit per baud (kecepatan digital) lebih besar.
Output Back-Off 2 dB Sedangkan kesulitannya adalah dalam menentukan level
acuan yang dimilikinya, yakni setiap sinyal yang diteruskan
5. Cakupan Satelit Telkom-1 melalui saluran transmisi jarak jauh selalu dipengaruhi oleh
Cakupan satelit Telkom-1 sangat luas yang meliputi redaman dan distorsi lainnya. Oleh sebab itu meoda ASK
seluruh wilayah Indonesia, Aisa tenggara, Hongkong, Taiwan, hanya menguntungkan bila dipakai untuk hubungan jarak
Papua Nugini dan Australia Utara. Untuk lebih jelasnya dapat dekat saja. Dalam hal ini faktor derau harus diperhitungkan
dilihat pada gambar dibawah ini: dengan teliti, seperti juga pada sistem modulasi AM. Derau
menindih puncak bentuk-bentuk gelombang yang berlevel
banyak dan membuat mereka sukar mendeteksi dengan tepat
menjadi level ambangnya. (Wikipedia, 2012)
Frequncy Shift Keying Frequency Shift Keying (FSK)
atau pengiriman sinyal melalui penggeseran frekuensi.
Metoda ini merupakan suatu bentuk modulasi yang
memungkinkan gelombang modulasi menggeser frekuensi
output gelombang pembawa. Pergeseran ini terjadi antara
harga-harga yang telah ditentukan semula dengan gelombang
output yang tidak mempunyai fase terputus-putus. Dalam
proses modulasi ini besarnya frekuensi gelombang pembawa
berubah-ubah sesuai dengan perubahan ada atau tidak adanya
sinyal informasi digital. FSK merupakan metode modulasi
Gambar 2. Cakupan Wilayah Satelit Telkom-1 yang paling populer. Dalam proses ini gelombang pembawa
digeser ke atas dan ke bawah untuk memperoleh bit 1 dan bit
6. Sistem Modulasi 0. Kondisi ini masing-masing disebut space dan mark.
Modulasi adalah proses menumpangkan sinyal informasi Keduanya merupakan standar transmisi data yang sesuai
sedemikian hingga mempengaruhi pola parameter (amplituda, dengan rekomendasi CCITT. FSK juga tidak tergantung pada
frekuensi, fasa) suatu sinyal pembawa. Tujuan modulasi ini teknik on-off pemancar, seperti yang telah ditentukan sejak
adalah untuk mentransformasikan sifat sinyal informasu agar semula. Kehadiran gelombang pembawa dideteksi untuk
sesuai dengan keadaan medium trnasmisi sehingga menunjukkan bahwa pemancar telah siap. Dalam hal
penggunaan banyak pemancar (multi transmitter), masing-
48
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)
masingnya dapat dikenal dengan frekuensinya. Prinsip Dimana: Eb = energy per bit (W/bot)
pendeteksian gelombang pembawa umumnya dipakai untuk No = rapat daya derau sistem (W/Hz)
mendeteksi kegagalan sistem bekerja. Bentuk dari modulated
Carrier FSK mirip dengan hasil modulasi FM. Secara konsep, b. Eight-state Phase Shift Keying (8PSK)
modulasi FSK adalah modulasi FM, hanya disini tidak ada Pada modulasi Eight-state Phase Shift Keying (8PSK)
bermacam-macam variasi /deviasi ataupun frekuensi, yang sinyal pembawa mempresentasikan delapan keadaaan fasa
ada hanya 2 kemungkinan saja, yaitu More atau Less (High untuk menyatakan delapan symbol. Satu symbol 8PSK terdiri
atau Low, Mark atau Space). Tentunya untuk deteksi dari tiga bit yaitu : “000”, “001”, “011”, “010”, “110”, “111”,
(pengambilan kembali dari kandungan Carrier atau proses “101” dan “100”. (Sklar, 1988) Setiap tiga bit akan
demodulasinya) akan lebih mudah, kemungkinan kesalahan mengalami perubahan fasa sebsesar 450 sedangkan kecepatan
(error rate) sangat minim/kecil. Umumnya tipe modulasi FSK bit informasinya sebesar tiga kali kecepatan simbolnya. Pada
dipergunakan untuk komunikasi data dengan Bit Rate modulasi 8PSK, besarnya m = 3 ( 2m = 8) sehingga bandwidth
(kecepatan transmisi) yang relative rendah, seperti untuk yang dibutuhkan untuk perubahan fasa tiap detik adalah: (Tri
Telex dan Modem-Data dengan bit rate yang tidak lebih dari T, 1998)
2400 bps (2.4 kbps). (Wikipedia, 2012)
Phase Shift Keying (PSK) atau pengiriman sinyal melalui
R
pergeseran fase. Metoda ini merupakan suatu bentuk modulasi BW8 PSK t .1 ………………………...…….(3)
fase yang memungkinkan fungsi pemodulasi fase gelombang 3
termodulasi di antara nilai-nilai diskrit yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam proses modulasi ini fase dari frekuensi dimana: α = roll of factor yang menyatakan unjuk kerja
gelombang pembawa berubah-ubah sesuai dengan perubahan sebuah modulator
status sinyal informasi digital. Sudut fase harus mempunyai Rt = kecepatan transmisi (bit/s)
acuan kepada pemancar dan penerima. Akibatnya, sangat
diperlukan stabilitas frekuensi pada pesawat penerima. Guna Sedangkan probability of bit error (BER) dari modulasi
memudahkan untuk memperoleh stabilitas pada penerima, 8PSK dapat dirumuskan sebagai berikut: (Sklar, 1988)
kadang-kadang dipakai suatu teknik yang koheren dengan
PSK yang berbeda-beda. Hubungan antara dua sudut fase
1 6 Eb
1/ 2
yang dikirim digunakan untuk memelihara stabilitas. Dalam
keadaan seperti ini , fase yang ada dapat dideteksi bila fase PB (e) .Q . sin ………...……(4)
sebelumnya telah diketahui. Hasil dari perbandingan ini 12 No 8
dipakai sebagai patokan (referensi). Untuk transmisi Data atau
sinyal digital dengan kecepatan tinggi, lebih efisien dipilih
Dimana: Eb = energy per bit (W/bit)
sistem modulasi PSK. (Wikipedia, 2012).
No = rapat daya derau sistem (W/Hz)
Satelit Telkom-1 mempunyai tiga jenis modulasi yang
berbeda yaitu:
c. Sixteen-state Quadrature Amplitude Modulation(16 QAM)
a. Quadrature Phase Shift Keying (QPSK)
Pada Quadrature Amplitude Modulation (QAM), modulasi
Pada modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK)
yang dilakukan meliputi modulasi amplituda dan modulasi
sinyal pembawa mempresentasikan empat keadaan fasa untuk
fasa, atau dapat dikatakan bahwa modulasi QAM merupakan
emnyatakan empat symbol. Satu symbol QPSK terdiri dari
gabungan dari modulasi ASK dan modulasi PSK sehingga
dua bit yaitu “00”, “01”, “10”, dan “11”. Setiap dua bit akan
modulasi QAM (Quadrature Amplitude Modulation) ini lebih
mengalami perubahan fasa sebesar 900 sedangkan kecepatan
sering dikenal dengan modulasi Amplitude Phase Keying
bit informasinya sebesar dua kali kecepatan simbolnya.
(APK). (Sklar, 1988)
(Sklar, 1988) Pada modulasi QPSK besarnya m = 2 (2 m = 4)
Satu simbol pada modulasi 16QAM terdiri dari empat bit
sehingga bandwidth yang dibutuhkan untuk perubahan fasa
yaitu “0000”, “0001”, “0100”, “0010”, “0110”, “0110”,
tiap detik adalah : (Tri T, 1998)
“0011”, “1100”, “1101”, “1001”, “1000”, “1010”, “1011”,
“1110” dan “1111”. (Sklar, 1988) Sehingga besar m =
R 4(2m=16) maka kecepatan bit informasinya sebesar empat kali
BWQPSK t .1 ……………………………..(1) kecepatan simbolnya. Bandwidth yang diutuhkan untuk
2 perubahan fasa tiap detik: (Tri T, 1998)
R
dimana: α = roll of factor yang menyatakan unjuk kerja BW16QAM t .1 ………………………..…(5)
sebuah modulator 4
Rt = kecepatan transmisi (bit/s)
dimana: α = roll of factor yang menyatakan unjuk kerja
Sedangkan probability of bit error (BER) dari modulasi sebuah modulator
QPSK dapat dirumuskan sebagai berikut : (Sklar, 1988) Rt = kecepatan transmisi (bit/s)
49
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64
Modulation Bandwidth Bandwidth EIRPSAT sendiri terbagi menjadi dua macam yaitu
Format (BW) Efficiency EIRPSATSaturasi yang nilainya disertakan pada spesifikasi satelit
QPSK (R/2) x [1 + α] 2 bits/second/Hz
yang bersangkutan dan EIRPSAT sangat dipengaruhi oleh
8PSK (R/3) x [1 + α] 3 bits/second/Hz besarnya EIRP SAT Saturasi dan OBOTotal yaitu: (Miya, 1985)
16QAM (R/4) x [1 + α] bits/second/Hz
EIRPSAT Linier(dBW) = EIRPSAT Saturasi - OBOTotal
……………...............................................................................................……(10)
III. METODE PENELITIAN
A. Teknik Penelitian b. Penguatan (Gain) antena
Gain antenna didefinisikan sebagai perbandingan antara
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan intensitas radiasi maksimum antena yang diukur terhadap
mengacu pada teori-teori dasar telekomunikasi yaitu intensitas maksimum antena isotropik pada arah dan daya
mengenai perhitungan link budget pada satelit dan parameter - input yang sama. (Tri T, 1998) Antena isotropis merupakan
parameternya, teknik modulasi, redaman hujan, parameter. antenna maya (ideal) yang berbentuk titik, meradiasikan daya
secara merata ke segala arah. Jenis antenna yang digunakan
B. Teknik Pengumpulan dan Sumber Data adalah antenna parabola dengan rumus penguatan yaitu:
Data pada penelitian ini diperoleh dari permohonan data (Miya, 1985)
kepada PT. Telkom. Selain itu juga diperoleh dari studi
literature. D 2
G f . ……………..........................……….(11)
C. Metode Analisis Data C
Parameter untuk menganalisis kelayakan modulasi pada Dengan mengganti nilai π dan C pada persamaan (11) akan
satelit Telkom-1 yaitu dengan menggunakan: diperoleh pendekatan penguatan antenna dalam bentuk
1. Parameter Link Budget algoritma yaitu: (Miya, 1985)
2. Parameter transponder satelit
3. Parameter kualitas link satelit G(dB) = 20.4 + 10 log(η) + 20 log(f) GHz + 20 log (D)m ...(12)
4. Pengukuran besarnya power dan bandwidth
Berikut ini merupakan detail penjelasan masing-masing Dimana:
parameter yang digunakan pada analisis yang dilakukan : f = frekuensi kerja (GHz) terdiri dari frekuensi uplink dan
downlink
1. Parameter Link Budget D = diameter antenna stasiun bumi (meter)
Perhitungan link budget berguna untuk menilai kualitas C = kecepatan cahaya 3 x 107 m/s
link agar dicapai rancangan system dengan kualitas yang Η = nilai efisiensi antenna (0≤η≤1)
sesuai dengan yang diharapkan. Hasil akhir perhitungan link
budget akan memperlihatkan pemakaian power dan c. Figure of Merit (G/T)
bandwidth yang dibutuhkan sejumlah carrier pada transponder Figure of Merit (G/T) biasanya digunakan untuk
satelit. Adapun untuk melakukan perhitungan lin budget, menunjukkan performansi antenna dan LNA (Low Noise
diperlukan parameter-parameter sebagai berikut: Amplifier). Parameter G merupakan gain antenna penerima,
a. Equivalent Isotropic Radiated Power (EIRP) sedangkan nilai parameter T merupakan jumlah dari
Salah satu kunci dalam menghitung link budget adalah temperature noise system penerima dan temperature noise
Equivalent Isotropic Radiated Power yang dinotasikan antenna. Temperature noise sistem penerima ditentukan oleh
dengan EIRP. EiRP menyatakan besarnya level daya efektif besar kecilnya noise figure system penerima tersebut.
yang dipancarkan secara isotropis oleh antenna stasiun bumi (Bostian, 1986)
atau satelit yang memancar sama ke semua arah. EIRP juga (G/T) dibagi menjadi dua macam yaitu (G/T)SAT dan
menyatakan hasil kali daya pancar sinyal pembawa (P TX) (G/T)SB RX. (G/T)SAT adalah perbandingan besarnya gain yang
dengan gain pada sistem pemancar (GTX). EIRP dirumuskan diterima oleh input transponder satelit dengan noise
sebagai berikut: (Tomasi, 1998) temperature yang diperoleh dari karakteristik satelit yang
bersangkutan. Sedangkan (G/T)SB RX adalah perbandingan
EIRP (Watt ) PTX (Watt ).GTX ……………....................(7) penguatan antena dengan total noise temperature pada sistem
50
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)
51
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64
kesalahan serta memperbaiki BER system karena BER secara Atau secara logaritma (dengan memasukkan nilai
langsung menunjukkan kesalahan yang terjadi pada transmisi r=36.000 Km) maka:
digital. Pengkodean yang paling umum digunakan adalah dBW
FEC coding. Pengkodean dengan FEC tidak emmperpanjang 2 EIRPSB 162.1 PAD ....................….(31)
waktu transmisi tetapi hanay emnambah jumlah bit yang m
dikirim, sehingga bit ratenya menigkat. Secara umum Dimana : PAD = redaman transponder satelit (dB)
besarnya bandwidth yang dibutuhkan (BWOCC) dirumuskan
sebagai berikut: (Tri T, 1998) a. Input Back Off (IBO) atau Output Back Off (OBO)
R IBO dan OBO menunjukkan penempatan titik kerja di
BW ( Hz) inf o (1 ) ………...............…..(27) bawah titik saturasi, yang masih berada pada kelinieran
m.FEC daerah kerja dari penguat transponder satelit. Pada umumnya
BWALL = BWOCC.(1+GB)………...............………………(28) input-output suatu penguat transponder satelit mempunyai
karakteristik yang linier sampai pada batas tertentu dan
Dimana : selanjutnya akan mempunyai karakteristik tidak linier yang
BWALL = bandwidth yang dialokasikan (Hz) merupakan batas daerah saturasi dari penguat tersebut. Titik
Rinfo = bit/information rate (bps) operasi dimana daya output HPA adalah makasimum disebut
GB = gurad band = 20% “titik saturasi”. Jika IBO OBO merupakan input dan output
m = jumlah bit untuk 1 simbol back-off dari HPA yang didefinisikan sebagai berikut: (Tri T,
α = Roll of Factor (0 ≤ α ≤ 1) 1998)
IBO
EIRPSB.Saturasi 1 ………….....................…(32)
i. Energy Bit to Noise Density Ratio (Eb/No)
EIRPSB
Kualitas sinyal yang diterima ditentukan oleh perbandingan
energi sinyal pembawa per bit per hertz yang diterima
OBO
EIRPSAT .Saturasi 1 ……….....................…..(33)
terhadap derau temperature. (Eb/No) diperoleh dari harga
EIRPSAT
BER yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dari
grafik fungsi BER terhadap (Eb/No). (Eb/No) dapat
dirumuskan : (Freeman, 1991) b. Power Flux Density (PFD)
Power Flux Density (PFD), Ω atau rapat fluks daya operasi
Eb C BW
(dB) 10 log …..............(29) satelit adalah power yang menembus luas bidang khayal 1 m2
No N sistem R yang dirumuskan dengan : (Tri T, 1998)
Dimana : EIRP
PFD , 2
…………..............……….(34)
4d
Eb = energy per bit (W/bit)
No = rapat daya derau system (W/Hz)
Dimana d= jarak dari stasiun bumi ke satelit sekitar 35.786
j. Bit Error Rate (BER) km
Parameter yang digunakan untuk menilai unjuk kerja
transmisi digital pada system komunikasi satelit adalah Bit c. Redaman PAD (Attenuator)
Error rate. BER adalah perbandingan antara jumlah bit PAD merupakan redaman pada transponder satelit yang
informasi terima salah dengan jumlah bit informasi yang ditambahkan kepada rapat fluks density yang diterima satelit,
ditrnasmisikan pada selang waktu tertentu. Semakin rendah sistem satelit secara otomatis meredam rapat daya yang
BER yang dihasilkan transmisi digital, semakin baik unjuk diterima. Redaman PAD berfungsi untuk mengoptimalkan
kerja transmisi digital tersebut. Hubungan antara (Eb/No) sinyal yang diterima satelit. (Gideon, 2000)
dengan BER tergantung pada jenis modulasi yang digunakan.
Suatu nilai (Eb/No) untuk sistem modulasi yang berlainan 3. Parameter kualitas link satelit
akan menghasilkan nilai BER yang berbeda. (Sulistyono, Untuk membahas masalah kualitas sinyal akibat derau yang
2001) terjadi pada sistem komunikasi satelit berdasarkan unjuk kerja
transmisinya, salah satunya digunakan (C/N). (C/N) adalah
2. Parameter transponder satelit perbandingan antara daya sinyal terima dengan daya derau
Transponder (Transmitter – Responder) berfungsi untuk yang ditunjukkan dalam decibel (dB).
menerima sinyal, memperkuatnya dan mengirimkan kembali. a. Anggaran Uplink
(Gideon, 2000) Pada satelit Telkom-1 digunakan frekuensi Perhitungan arah uplink pada link sistem komunikasi satelit
kerja 6 GHz (uplink) dan 4 GHz (downlink). dinyatakan dalam formula Carrier to Thermal Noise Ratio
Saturated Flux Density (SFD) atau rapat fluks daya Satelit Uplink / (C/N)UP yaitu : (Freeman, 1991)
C G dB
saturasi merupakan nilai yang menunjukkan sensitivitas dari (dB) EIRPSB (dBW ) LUP (dB) ...(35)
N UP T SAT K
satelit. SFD inilah yang membuat EIRP SAT mencapai saturasi
dBJ
dan menentukan besarnya power yang akan dikirim stasiun 10 log( k ) 10 log( BW )( Hz)
K
bumi dilambangkan dengan Φ. Nilai SFD dapat diketahui dari
Dengan menentukan nilai k sebesar 1,38x10-23J/K
spesifikasi satelit bersangkutan. SFD ini dapat ditulis sebagai
diperoleh persamaan sebagai berikut:
berikut: (Miya, 1985)
C G dB …...(36)
EIRPSB (dB) EIRPSB (dBW ) LUP (dB)
………………....................…..…..(30) N UP T SAT K
4r 2 .PAD 228.6 10 log( BW )( Hz)
52
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)
carrier
Gambar 4. Pengaruh FEC Terhadap Jumlah Carrier Untuk Modulasi
LinkCalculation=EIRPSAT.linier - EIRPSAT.Operasi…........…(43) QPSK
Gambar 4 terlihat jelas bahwa besarnya FEC sangat
Sedangkan jumlah carrier untuk satu transponder dilihat mempengaruhi besarnya kapasitas transponder dilihat dari
dari segi power dapat dirumuskan sebagai berikut: segi bandwidth. Terlihat bahwa carrier mengalami kenaikan
setelah FEC diperbesar.
EIRPSAT . SaturasiOBO EIRPSAT .Operasi
JumlahCarrier 10 10
...(44)
53
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64
TITIK SATURASI
40
2 dB
TITIK LINIER
38
3 dB
TITIK KERJA
OPERASI
x
Gambar 5. Pengaruh FEC Terhadap Bandwidth Untuk Modulasi QPSK
SFD EIRP SB
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa nilai FEC juga -98 + 162,1 (dBW)
sangat mempengaruhi besarnya bandwidth yang dialokasikan. EIRP SB
Pada grafik diatas terlihat bahwa semakin besar harga FEC X+29,1 67,1 70,1 (dBW) 6 dB
maka semakin turun bandwidth occupted sehingga Gambar 7. Karakteristik Transponder Satelit yang Menggunakan
menyebabkan bandwidth allocated juga turun. Namun modulasi QPSK
dengan naiknya nilai FEC ini justru semakin memperbesar Berdasarkan karakteristik transponder satelit di atas dan
jumlah carrier untuk satu transponder. juga nilai parameter kualitas link yang sudah dihitung
diperoleh sebagai berikut:
2. Analisis kapasitas Transponder dari Segi Power (C/N)UP = EIRPSB OPERASI – FSLUP – A0,1_UP + (G/T)SAT - k –
Dalam melakukan analisis kapasitas transponder dilihat 10log(BW)
dari segi power, harus dilakukan analisis kualitas sinyal yang
diperlukan terlebih dahulu sebagai syarat minimal yang harus = (X + 29,1) – 199,1 -2,13 + 1,5 + 228,6 –
dipenuhi untuk kelayakan suatu sistem. Kualitas sinyal yang 10log(BW)
dipergunakan harus lebih besar dari kualitas sinyal yang = [X + 57,97 – 10log (BW)] dB ..........................(50)
diperlukan agar dapat memenuhi kinerja sistem. Dengan
memasukkan nilai parameter kualitas sinyal maka dapat (C/N)DW = EIRPSAT OPERASI – FSLDW – A0,1_DW + (G/T)SBRX - k
diperoleh sebagai berikut: – 10log(BW)
GRX(dB) = 20,4 + 20log(0,55) + 20log(4) + 20log(D) meter = (X – 195,6 - 0,19 + (G/T)SBRX + 228,6 - 10log(BW)
GRX(dB) = 27,2512 + 20log(D)meter ..................................................(48) =[X + 32,81 + (G/T)SBRX – 10log (BW)]dB ........(51)
(G/T)SB RX (dB/K) = 27,2512 + 20log(D)m-10log(80) Pada persamaan (50) di atas terlihat bahwa harga (C/N)
arah uplink sangat dipengaruhi oleh parameter EIRP satelit
(G/T)SB RX (dB/K) = 8,2212 + 20log(D)m........................(49) operasi dan besarnya bandwidth yang dibutuhkan juga sangat
Berdasarkan persamaan di atas terlihat bahwa ukuran dari tergantung pada nilai FEC yang digunakan. Sedangkan pada
antena stasiun bumi penerima sangat mempengaruhi besarnya persamaan (51) terlihat bahwa besarnya (C/N) arah downlink
figure of merit atau (G/T)SB di penerima. Semakin besar sangat dipengaruhi oleh parameter EIRP satelit operasi,
ukuran atau diameter antena stasiun bumi yang digunakan (G/T)SBRX dan alokasi bandwidth yang dibutuhkan. Dengan
maka (G/T)SBRX akan semakin besar. Dengan menggunakan memasukkan harga bandwidth untuk masing-masing nilai
diameter antena sebesar 3 meter, 5 meter, 7 meter dan 10 FEC maka diperoleh grafik pengaruh EIRP SAT OPERASI terhadap
meter amaka diperoleh grafik diameter antena terhadap (C/N)UPLINK seperti dibawah ini:
(G/T)SBRX sebagai berikut:
54
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)
Berdasarkan gambar 8 di atas terlihat bahwa dengan nilai 20.532 dB dan (C/I)x-poll = 30.532 dB maka dengan
FEC tetap, nilai (C/N)UPLINK akan semakin naik seiring dengan persamaan (39) diperoleh persamaan sebagai berikut:
naiknya EIRP SAT OPERASI. Selain itu semakin besar nilai FEC 1
C C
maka semakin besar juga harga (C/N)UPLINK pada saat nilai N10UP
N DW
10
EIRPSAT OPERASI tetap. C
33,532
20,532
........(52)
30,532
10
10
10 10 10 10 10 10
N Total
Dengan memasukkan persamaan (50) dan (51) ke
persamaan (52) maka diperoleh hubungan antara (C/N)TOTAL
dengan EIRPSAT OPERASI adalah:
55
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64
56
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)
Berdasarkan persamaan di atas terlihat bahwa ukuran dari = [X + 32,81 + (G/T)SBRX – 10log(BW)] dB ..(59)
antena stasiun bumi penerima sangat mempengaruhi besarnya
figure of merit atau (G/T)SB di penerima. Semakin besar
Persamaan (58) di atas terlihat bahwa harga (C/N) arah
ukuran atau diameter antena stasiun bumi yang digunakan
uplink sangat dipengaruhi oleh paramater EIRP satelit operasi
maka (G/T)SB RX akans emakin besar. Dengan menggunakan
dan besarnya bandwidth yang dibutuhkan. Bandwidth yang
diameter antena 3 meter, 5 meter, 7 meter dan 10 meter maka
dibutuhkan juga sangat tergantung pada nilai FEC yang
diperoleh grafik pada gambar 15 diameter antena terhadap
digunakan. Sedangkan pada persamaan (59) terlihat bahwa
(G/T)SB RX sebagai berikut:
besarnya (C/N) arah donlink sangat dipengaruhi oleh
parameter EIRP satelit operasi, (G/T)SBRX dan alokasi
bandwidth yang dibutuhkan. Dengan memasukkan harga
bandwidth untuk masing – masing nilai FEC maka diperoleh
grafik pengaruh EIRPSAT OPERASI terhadap (C/N)UPLINK seperti di
bawah ini (gambar 17):
TITIK KERJA
OPERASI
x
SFD EIRP SB
-98 + 162,1 (dBW)
EIRP SB
X+29,1 67,1 70,1 (dBW) 6 dB
= (X + 29,1) – 199,1 -2,13 + 1,5 + 228,6 -10log(BW) Gambar 18 diatas terlihat juga bahwa nilai EIRP SAT OPERASI
sangat mempengaruhi harga (C/N)DOWNLINK. Dengan nilai
= [X + 57,97 – 10log(BW)] dB...........................(58) FEC tetap dan (G/T)SBRX tetap maka nilai (C/N)DOWNLINK
(C/N)DW = EIRPSAT OPERASI – FSLDW – A0,1_DW + (G/T)SBRX - semakin naik seiring dengan naiknya harga EIRP SAT OPERASI.
K – 10log(BW) Selain itu juga terlihat bahwa semakin besar nilai (G/T)SBRX
maka semakin beasr pula harga (C/N)DOWNLINK dengan nilai
= X – 195,6 – 0,19 + (G/T)SBRX + 228,6 – 10log(BW) EIRPSAT OPERASI tetap.
57
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64
10
10
10 10 10 10 10 10
N Total
....(60)
Gambar 21. Pengaruh EIRPSAT OPERASI terhadap jumlah carrier untuk modulasi
Dengan memasukkan persamaan (58) dan (59) ke (60) 8PSK
maka diperoleh hubungan (C/N)TOTAL dengan EIRPSAT OPERASI
Pada gambar diatas terlihat bahwa kapasitas carrier dalam
sebagaimana terlihat pada gambar 20 dibawah ini:
satu transponder akan mengalami penurunan apabila nilai
EIRPSAT OPERASI dapat disebabkan oleh perubahan ukuran
diameter antena stasiun bumi yang digunakan. Semakin besar
diameter antena maka menyebabkan turunnya nilai EIRPSAT
OPERASI, begitu pula sebaliknya.
58
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)
59
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64
10
10
10 10
10 10
10 10
N Total
60
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)
61
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64
saja karena keterbatasan bandwidth. Dengan menggunakan carrier. Sehingga satu transponder bisa menampung 24
modulasi 8PSK diperoleh kapasitas power sebesar 10 carrier carrier karena keterbatasan power. Sedangkan dengan
namun kapasitas bandwidthnya 24 carrier. Sehingga satu menggunakan modulasi 16QAM diperoleh kapasitas power
transponder hanya bisa menampung maksimum 10 carrier sebesar 17 carrier namun kapasitas bandwidthnya sebesar 32
saja karena dibatasi oleh adanya keterbatasan power. carrier. Sehingga satu transponder hanya bisa menampung
Sedangkan menggunakan modulasi 16QAM diperoleh 17 carrier saja karena dibatasi oleh adanya keterbatasan
kapasitas power sebesar 7 carrier namun kapasitas power. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan melihat
bandwidthnya sebesar 32 carrier. Sehingga satu transponder kondisi kapasitas transponder satelit maksimum yang bisa
hanya bisa menampung 7 carrier saja karena dibatasi oleh ditampung maka penggunaan modulasi 8PSK lebih layak
adanya keterbatasan power. Dengan demikian melihat kondisi dibandingkan teknik modulasi yang lain. Hal ini disebabkan
kapasitas transponder satelit maksimum yang bisa ditampung karena dengan menggunakan modulasi 8PSK kapasitas
maka pemanfaatan teknik modulasi QPSK lebih layak transponder satelit dapat terisi maksimum dibanding dengan
dibandingkan teknik modulasi yang lain dimana dengan menggunakan modulasi lainnya.
menggunakan modulasi QPSK kapasitas transponder satelit
dapat terisi maksimum dibandingkan dengan menggunakan
modulasi 8PSK dan modulasi 16QAM.
62
Analisis kinerja penggunaan modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM pada satelit Telkom-1 (Sri Ariyanti dan Budi Agus Purwanto)
63
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 45-64
64