Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh:
NURUL AZIZAH
NIM. 131211131101
ABSTRACT
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................5
1.4.1 Tujuan umum.................................................................................5
1.4.2 Tujuan khusus................................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................6
1.5.1 Manfaat teoritis..............................................................................6
1.5.2 Manfaat praktis..............................................................................6
xii
xiii
DAFTAR SINGKATAN
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar fisiologis (Maslow 1954) dan
kebutuhan alami yang dimiliki oleh manusia. Namun dalam tidur terdapat
beberapa macam gangguan, salah satunya insomnia (Uliya & Hidayat 2008).
Insomnia adalah gangguan tidur yang paling sering terjadi dan paling dikenal,
Sadock 2010; Dewi 2011). Insomnia terjadi pada semua usia termasuk remaja.
Prevalensi insomnia pada usia remaja tergolong tinggi (Suryantoro dkk 2008).
Insomnia terjadi dengan tingkat dan penyebab yang berbeda, salah satu penyebab
yaitu kebiasaan dan gaya hidup (Chopra 2006; Junaidi 2007). Menurut Hidayanti
(2008) kebiasaan dan gaya hidup remaja akan kebutuhan teknologi dalam
hidup remaja masa kini sulit diubah karena kebutuhan akan fungsi dari
smartphone untuk akses internet dan media sosial. Menurut Dewi (2011)
kebutuhan akses internet dan media sosial pada remaja untuk mengerjakan tugas
dan sebagai hiburan untuk mengurangi kejenuhan. Hal tersebut secara tidak
Namun sampai saat ini hubungan antara kecanduan smartphone dengan insomnia
Yahoo dan Mindshare memprediksi akan ada sekitar 103,7 juta pengguna
(2011) melihat efek penggunaan media elektronik sebelum tidur. Hasil survei
menunjukkan 95% dari total responden yang berusia 13-64 tahun menggunakan
dari responden yang berusia 13-18 tahun mengaku mereka tidur kurang dari 6 jam
ketika penduduk Indonesia tahun 2004 berjumlah 238,452 juta ada sebanyak
28,053 juta orang Indonesia terkena insomnia atau sekitar 11,7% dan jumlah
tersebut akan terus bertambah seiring perubahan gaya hidup. Data tersebut
tidur pada siswa SLTP menunjukkan prevalensi 62,9%. Hasil studi pendahuluan
bulan April kepada 80 siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Rengel Kabupaten Tuban,
smartphone seharian sampai malam sebelum mereka tidur. Sedangkan hasil dari
rambu bahwa seseorang memilki masalah psikis, penyakit fisik, bahkan karena
kebiasaan gaya hidup (Dewi 2011). Insomnia yang terjadi pada remaja
dipengaruhi beberapa faktor baik medis maupun non-medis (Haryono dkk 2009).
Faktor non medis seperti gaya hidup, yang terjadi pada remaja saat ini adalah
tidur. Tidak jarang pengguna begitu sensitif dengan getar smartphone saat tidur,
sehingga mudah terbangun dari tidur untuk membuka pesan yang masuk.
ataupun media sosial. Hal tersebut didukung penelitian Yasir (2012) bahwa ada
sosial dengan insomnia pada remaja. Studi yang sama pada penelitian Khristianty
dkk (2015) terdapat hubungan antara durasi penggunaan media sosial dengan
lebih pagi, pada akhirnya banyak dampak terjadi saat dewasa (Rafknowledge
2004). Dampak insomnia tersebut berakibat pada kesehatan fisik antara lain
hipertensi, gangguan sistem imun (Amir 2010). Menurut Junaidi (2007) dampak
insomnia tidak hanya fisiologis tapi juga psikologis seperti kehilangan motivasi,
tidak bersemangat, malas bekerja, sangat sensitif dan emosional. Remaja dengan
insomnia yang mengalami efek psikologis tersebut sangat tidak baik karena usia
media elektronik smartphone untuk akses internet dan media sosial dikaitkan
alasan mengikuti trend, untuk menjadi lebih aktif di media sosial, dan
tersebut juga akan menimbulkan dampak negatif bagi remaja. Di Indonesia sendiri
pengguna smartphone dan kejadian insomnia pada remaja cukup tinggi, namun
masih belum ada penelitian yang dilakukan terkait hubungan smartphone terhadap
insomnia pada remaja. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui apakah
1. Yahoo & Mindshare (2013) : 41,3 juta orang di Indonesia memiliki smartphone, 39%
penggunanya remaja. Yahoo dan Mindshare memprediksi pada tahun 2017 akan ada sekitar
103,7 juta pengguna smartphone di Indonesia.
2. Internasional US Census Bureau, International Data Base (2004) : sebanyak 28,053 juta orang
Indonesia mengalami insomnia atau sekitar 11,7% jumlah tersebut terus bertambah seiring
perubahan gaya hidup.
3. Studi pendahuluan di SMA Negeri 1 Rengel Kabupaten Tuban : dari 80 siswa kelas XI
didapatkan 66 dari 80 siswa yang menggunakan smartphone mengalami insomnia.
dengan insomnia pada remaja. Sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai
maupun kuantitas.
1. Bagi perawat
2. Bagi remaja
dapat dikurangi.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai data dasar atau penunjang untuk penelitian yang terkait hubungan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tidur menurut (Guyton 1986) merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana
individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai. Dengan kata
lain, tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya
keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tapi lebih kepada suatu urutan siklus
yang berulang.
kesehatan. Selain itu, stres pada paru-paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan
sistem yang lain juga akan menurun aktivitasnya. Energi yang tersimpan selama
kita tidur diarahkan untuk fungsi selular yang penting. Secara umum terdapat dua
efek fisiologis tidur pertama, pada sistem saraf yang diperkirakan dapat
saraf. Kedua, efek pada struktur tubuh yang dapat memulihkan kesegaran dan
fungsi organ dalam tubuh, karena selama tidur telah terjadi penurunan aktivitas
organ tubuh tersebut (Uliyah & Hidayat 2008). Teori yang sama dikemukakan
oleh Patricia (2005), yaitu tentang fungsi tidur adalah untuk menyimpan energi
selama tidur. Otot skeletal berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya
kontraksi otot menyimpan energi kimia untuk proses selular. Penurunan laju
Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur. Pertama, jenis tidur yang
Jenis tidur tersebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otaknya
sangat lambat atau disebut tidur NREM (Non-Rapid Eye Movement). Kedua,
jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat abnormal dari otak, meskipun
kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti. Jenis tidur yang kedua
1. Tidur Non-REM
Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, dengan
gelombang otak yang lebih lambat atau doikenal dengan tidur nyenyak. Ciri-
ciri tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi atau tidur dengan
gelombang delta. Ciri lainnya, individu berada dalam keadaan istirahat penuh,
(Rafknowledge 2004).
2. Tidur REM
Tidur jenis ini terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Ciri-
ciri tidur REM disertai dengan mimpi aktif, sulit dibangunkan, frekuensi
jantung dan pernafasan tidak teratur, nadi cepat dan iregular, tekanan darah
meningkat
dalam tubuh, proses tidur diatur oleh mekanisme khusus yang disebut sebagai
irama sirkardian (circardian rhytm) dalam bahasa latin circa berarti sekitar dan
dian berarti satu hari atau 24 jam. Secara harfiah irama sirkadian diartikan sebagai
sebuah siklus yang berlangsung sekitar 24 jam. Irama sirkadian berperan sebagai
merupakan bagian kecil dari otak yang terletak tepat diatas persilangan saraf mata,
Irama sirkadian sangat peka terhadap cahaya. Itulah sebabnya pada sore
hari, saat cahaya mulai meredup, tubuh kita secara otomatis mulai mempersiapkan
diri untuk tidur. Tubuh akan meningkatkan kadar hormon melatonin dalam darah.
Selain itu, tubuh juga mengatur agar kadar hormon melatonin tersebut tetap tinggi
sepanjang malam. Hormon melatonin sangat berperan dalam proses tidur dan
yang ada pada saat kita tidur akan menghambat dan menurunkan produksi
pertama kali muncul disaat penemuan bola lampu. Dengan adanya cahaya maka
kerja irama sirkadian tidak stabil. Tubuh dipaksa mengabaikan perintah tidur dan
dipaksa untuk terus beraktifitas hingga larut malam. Tanda awal terganggunya
hormon melatonin
REM, aktivitas otak menjadi kembali aktif seperti saat sadar. Tahapan-tahapan
1. Tahap N1
sadar dan tertidur ini kita memasuki tahap N1 tidur. Tahap N1 merupakan
saat, kita bisa kembali terbangun kaget karena sensasi terjatuh atau berguling,
lalu segera kembali ke tahap N1, dikenal dengan istilah sleep jerk. Selain itu,
gangguan bisa berupa kondisi tak bisa bergerak sama sekali hingga panik dan
menimbulkan rasa sesak (bukan sesak karena sleep apnea). Hal tersebut adalah
kondisi normal yang disebut sleep paralysis dan bisa terjadi pada siapapun.
Gerakan bola mata yang tadinya bergerak-gerak saat sadar akan melambat lalu
menghilang. Begitu pula dengan gerakan napas yang semakin melambat dan
teratur.
2. Tahap N2
Tidak lama kemudian tidur akan semakin dalam dan masuk ke tahap N2.
Gelombang otak lambat masih menjadi latar, tetapi sesekali muncul gelombang
khas berupa kompleks K yang tampak sebagai defleksi negatif yang diikuti
defleksi positif dalam rentang lebih dari 0,5 detik dan sleep spindles yang
tampak sebagai semburan gelombang 12-14 Hertz yang berlangsung lebih dari
0,5 detik. Tahap ini tidur semakin sulit dibangunkan, kita baru akan bangun
adalah tahap tidur terbanyak, kira-kira 50% dari total tidur satu malam.
3. Tahap N3
Setelah kira-kira 10 menit dalam tahap N2, kita akan masuk ketahap tidur
yang lebih dalam yaitu tahap N3. Tahap ini disebut tidur dalam atau tidur slow
wave. Disebut demikian karena pada tahap ini gelombang otak semakin
melambat (slow wave) dengan frekuensi yang lebih rendah pula, semua tampak
teratur pada laporan EEG. Tahap N3 sebelumnya disebut dengan tahap tidur
NREM 3 dan 4, namun sekarang digabungkan menjadi satu tahapan N3. Dalam
tidur slow wave inilah hormon pertumbuhan (growth hormone) dan prolaktin
untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan yang rusak. Hormon ini diperlukan
Sementara prolaktin adalah hormon yang banyak terdapat pada ibu menyusui.
Tahap tidur ini adalah tahap tidur terdalam. Oleh karena itu, untuk
kuat. Rangsangan tersebut bisa berupa panggilan keras yang berulang, suara
tepukan tangan, atau suara yang sangat keras. Ketika bangun dari tidur dalam,
kita tidak dapat langsung sadar sempurna. Kita memerlukan beberapa saat
Tahap R (REM) yaitu tahap peralihan dari tahap N3 menuju ketahap N2.
Setelah beberapa waktu terjadi perubahan besar, bola mata akan bergerak
dengan cepat dan terjadi peningkatan aktivitas otak pada EEG. Gelombang
otak menunjukkan aktivitas yang sama seperti saat bangun. Perubahan tersebut
adalah tanda seseorang memasuki tahap tidur R (REM) atau hanyut dalam
mimpi.
Pada tahap ini tubuh tidak dapat merespon aktivitas otak karena semua
kemampuan gerak otot hilang sama sekali. Setelah tahapan R selama kurang
lebih sepuluh menit, kita kembali ke tahap N2 dan seterusnya hingga satu
siklus terpenuhi. Sepanjang malam siklus ini akan berulang. Mendekati pagi
terhadap stres.
Kebutuhan tidur setiap orang berbeda baik jumlah jam tidur maupun
merupakan hormon kotekolamin yang diproduksi secara alami dalam tubuh tanpa
bantuan cahaya. Pada lansia hormon melatonin ini akan menurun seiring dengan
bertambahnya usia, penurunan hormon ini akan berpengaruh terhadap proses tidur
lansia, bahkan pola tidur pada lansia bisa berubah dari kondisi yang normal
meningkatkan melatonin dengan sinar matahari pagi agar ritme cicardian (siklus
tidur-bangun) menjadi lebih kuat dan seimbang (Guyton, 2006; Perry, 2001).
gejala deprivasi (kurang) tidur. Perlu diketahui bahwa tidur berlebihan dapat
mengakibatkan tidur yang tidak menyegarkan dan rasa letih (fatique) di siang hari.
Apabila perasaaan mengantuk menghilang setelah dilakukan tidur yang cukup hal
tersebut dapat disebabkan oleh kurang tidur dan bukan gangguan tidur
(Lumbantobing 2004).
faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur menurut (Uliya &
1. Penyakit
oleh infeksi, terutama infeksi limfa. Penyakit limpa berkaitan dengan keletihan,
mengatasinya. Seseorang yang sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal, namun keadaan sakit menjadikan pasien kurang atau tidak dapat tidur,
terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan telah mencapai
kelelahan. Dengan demikian, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur
3. Stres Psikologis
Kondisi stres psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat dari ketegangan
4. Obat
Beberapa jenis obat dapat mempengaruhi proses tidur. Obat diuretik dapat
5. Nutrisi
kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur, bahkan
7. Motivasi
sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk
mempengaruhi tidur. Hal tersebut terjadi karena, layanan internet 24 jam pada
smartphone akan bergetar atau berdering setiap saat. Ketika ada email atau pesan
singkat yang masuk setiap saat, pengguna akan memainkan smartphone, termasuk
ketika sudah berada di tempat tidur. Selain itu, pengguna begitu sensitif dengan
getar smartphone, sehingga mudah terbangun dari tidur untuk membuka pesan
kuantitas, sehingga individu tersebut hanya tidur sebentar atau susah tidur.
2. Hipersomnia
3. Parasomnia
4. Enuresis
Enuresis merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur
6. Narkolepsi
neurologis.
7. Mengigau
Mengigau merupakan suatu gangguan tidur bila terjadi terlalu sering dan
sehingga dapat mengganggu fungsi organ dalam tubuh (perbaikan sel) dan
1995).
mampu mendapatkan tidur yang adekuat, baik secara kualitas maupun kuantitas,
sehingga individu tersebut hanya tidur sebentar atau sulit tidur (Uliya & Hidayat
2008). Definisi yang sama menurut Kaplan & Sadock (2010) bahwa insomnia
Ditinjau dari segi etiologi, ada 2 macam insomnia menurut Junaidi (2007),
antara lain:
1. Insomnia primer
ascending reticular activating system yang berlebihan. Pasien bisa tidur tapi
tidak merasa tidur. Masa tidur REM (tidur paradoksial) sangat kurang,
sedangkan masa tidur NREM (tidur gelombang lambat) cukup, periode tidur
2. Insomnia sekunder
kejiwaan, masalah neurologi atau masalah medis lainya, atau reaksi obat.
Insomnia ini sangat sering terjadi pada orang tua. Insomnia ini bisa terjadi
1. Insomnia Inisial
Tidak bisa masuk atau sulit masuk tidur yang disebut juga insomnia inisial
selama 1-3 jam dan kemudian karena kelelahan ia bisa tertidur. Tipe insomnia
2. Insomnia Intermiten
Terbangun tengah malam beberapa kali. Tipe insomnia ini dapat masuk
tidur dengan mudah, tetapi setelah 2-3 jam akan terbangun dan tertidur
3. Insomnia Terminal
Terbangun pada waktu pagi yang sangat dini disebut juga insomnia
terminal, dimana pada tipe ini dapat tidur dengan mudah dan cukup nyenyak,
tetapi pada saat dini hari sudah terbangun dan tidak dapat tidur lagi
Menurut Hohagen et al dalam Ghaddafi (2013) dalam studi yang
berdasar pada kriteria DSM-III-R, insomnia sedang berdasar pada kriteria DSM-
III-R tanpa perubahan fungsi di siang hari, dan insomnia ringan yaitu kesulitan
Faktor penyebab insomnia tidak pernah tunggal, dalam temuan para ahli
suhu tubuh lebih hangat dari biasanya maka kecenderungan untuk susah
tidur, jika tertidur maka akan sensitif untuk bangun. Penyakit fisik pencetus
insomnia seperti asma, rematik, maag, ginjal, dan thyroid. Aspek psikis dan
insomnia.
2. Penggunaan obat-obatan dan alkohol
yang berarti.
tidur. Selain situasi lingkungan, suhu juga menjadi salah satu faktor
penyebab gangguan tidur. Banyak orang tidak dapat tidur dengan suhu
dingin.
4. Kebiasaan buruk
Apabila seseorang pecandu rokok dan penikmat kopi, kedua hal tersebut
Hardiana (2013) smartphone sudah menjadi tren dan gaya hidup di lingkungan
Rafknowledge (2004):
2. Depresi
3. Kelainan-kelainan kronis
7. Kurang berolahraga
1. Usia lanjut
2. Wanita hamil
3. Riwayat depresi
Insomnia ringan atau hanya sementara biasanya dipicu oleh:
1. Stres
1. Kesulitan tidur atau tidak tercapainya tidur nyenyak. Keadaan ini bisa
2. Merasa lelah saat bangun tidur dan tidak merasakan kesegaran. Mereka yang
4. Kesulitan berkonsentrasi
5. Mudah marah
6. Mata memerah
Ditinjau dari segi etiologi menurut Junaidi (2007) insomnia sekunder bisa
keluhan seperti sakit kepala, kembung, badan pegal yang mengganggu tidur.
Keadaan ini akan lebih parah jika orang tersebut mengalami ketegangan
2. Pada orang dengan insomnia karena penyakit organik, pasien tidak bisa tidur
arthritis yang mudah terbangun karena nyeri yang timbul karena perubahan
sikap tubuh.
(Rafknowledge 2004):
tugas harian.
1. Efek fisiologis
proses perbaikan sel tubuh yang rusak tidak berjalan sempurna. Kondisi
tersebut dapat mengakibatkan kinerja organ tubuh tidak maksimal dan daya
tahan tubuh juga ikut menurun, jika daya tahan tubuh menurun maka
insomnia bisa cepat meninggal dunia, penderita yang tidur 6 jam dalam sehari
memiliki resiko kematian 8%, resiko kematian meningkat 11% dengan tidur
hanya 5 jam, dan meningkat 17 % dengan tidur 4 jam. Senada dengan Daniel
hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia
penyakit. Selain itu, penurunan kinerja fisiologis organ tubuh akibat insomnia
mengalami kecelakaan.
2. Efek psikologis
lupa bahkan terhadap hal-hal yang baru saja dialami, tidak berkonsentrasi
emosional.
terlebih dahulu. Jika penyebab sudah dikenali, maka seseorang akan lebih mudah
menghindari (Junaidi 2007). Beberapa teknik atau metode terapi tanpa obat yang
dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan sulit tidur menurut Lanywati (2001)
adalah:
a. Setiap malam hanya perlu pergi tidur jika sudah merasa mengantuk.
b. Segera tinggalkan kamar tidur jika dalam waktu 15 menit belum tidur,
insomnia merupakan orang yang sulit relaks (santai) dan sering tidak bisa
keluar masuk melalui lubang hidung. Saat udara diisap dan masuk ke
dalam paru-paru, pusatkan pikiran dan hayati rasa segar udara yang baru
Alat ukur Insomnia Severity Index (ISI) dengan nama sleep impairment
index pertama kali disusun oleh morin (1993). Aspek-aspek tidur yang diukur
adalah tingkat keparahan masalah susah tidur, tetap tidur (tidak mudah
bangun), dan bangun lebih pagi dari yang diinginkan, ketidakpuasan dengan
tidur, dan distres yang muncul akibat gangguan tidur (Jaya 2012).
Insomnia Rating Scale) kuestioner Insomnia Rating Scale (IRS) ini disusun
misalnya masalah gangguan masuk tidur, lamanya tidur, kualitas tidur, serta
Remaja berasal dari bahasa Latin Adolescere yang artinya “tumbuh atau
tumbuh untuk mencapai kematangan” (Ali & Asrori, 2006). Masa remaja adalah
kanak dan masa dewasa (Santrock 2003). Batasan usia remaja menurut WHO
(2007) adalah 12-24 tahun. Namun, jika pada usia remaja seseorang sudah
seseorang dimana ia berada diantara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan
perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi. Untuk mendeskripsikan
antara lain:
Menurut Hurlock (2004) membagi masa remaja menjadi dua, yaitu masa
remaja awal dari umur 13-16/17 tahun, dan masa remaja akhir bermula dari usia
Tahapan usia remaja awal ini antara usia 1-15 tahun. Pada tahap ini remaja
Tahapan usia ini antara usia 15-18 tahun. Pada tahap ini remaja sangat
itu, pada tahap ini, remaja juga berada dalam kondisi kebingungan karena dia
tidak tahu harus memilih yang mana; peka atau tidak peduli; ramai-ramai atau
Tahap ini adalah masa konsolidasi melalui periode dewasa dan ditandai
pengalaman baru.
umum
remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa, yang dimulai
pada saat anak matang secara seksual dan berakhir setelah anak matang secara
kemampuan internet dan fungsi yang luas termasuk fitur-fitur PDA (Personal
memiliki sistem operasi untuk masyarakat luas, dimana pengguna dapat dengan
ulang dan dapat menimbulkan dampak negatif (Hovart 1989). Individu biasanya
secara otomatis akan melakukan apa yang disenangi pada kesempatan yang ada.
addiction. Perasaan menjadi mudah marah, dan pada umumnya, menarik diri
addictdengan sumber addiction. Individu akan menjauh dari orang lain dan
2. Tahap kedua disebut dengan life style change (perubahan gaya hidup)
addiction. Saat ini individu berapa pada tingkat tidak dapat mengontrol
tingkah lakunya. Individu akan berupaya mengatur kehidupannya disekitar
menurut dirinya. Tidak ada yang salah atau gagal. Individu menjadi sulit
dalam kehidupannya
faktor internal, faktor situasional, faktor sosial, dan faktor eksternal (Yuwanto
2010) :
tinggi, kontrol diri yang rendah, habit menggunakan telepon genggam yang
tinggi, expectancy effect (harapan) yang tinggi, dan kesenangan pribadi yang
smartphone.
secara psikologis ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman. Tingkat yang
tinggi dalam stres, kesedihan, kesepian, kecemasan, kejenuhan belajar, dan
leisure boredom (tidak adanya kegiatan saat waktu luang) dapat menjadi
sarana berinteraksi dan menjaga kontak dengan orang lain. Faktor ini terdiri
4. Faktor eksternal, berasal dari luar diri individu, faktor ini terkait dengan
Menurut Lance Dodes dalam Yee (2006) ada dua jenis kecanduan yaitu:
kokain
2. Non-physical addiction, jenis kecanduan yang tidak melibatkan dua hal yaitu
alkohol dan kokain. Menurut Kim dalam Kwon dkk (2013) jenis addiction
tidak hanya terbatas pada obat-obatan atau zat, tetapi juga diterapkan untuk
lainnya.
2.4.6 Aspek-aspek kecanduan (addiction)
1. Saliance
Terjadi ketika suatu kegiatan tertentu menjadi yang paling penting dalam
terlalu fokus dan adanya distorsi kognitif, perasaan (ngidam), dan perilaku
2. Mood modification
3. Tolerance
4. Withdrawal
Merupakan perasaan yang tidak menyenangkan atau efek fisik yang terjadi
Mengacu pada konflik antara pecandu dan orang di sekitar mereka, konflik
dengan kegiatan lain seperti pekerjaan, kehidupan sosial, hobi dan minat,
atau dari dalam diri individu itu sendiri terkait dengan kegiatan tertentu.
6. Relapse
1. Dapat berkomunikasi secara mendunia atau lebih luas dengan keluarga, teman,
panggilan, pesan teks, email, dan berbagai aplikasi terbaru dari smartphone
yang mendukung.
sangat merugikan dan tidak disadari para penggunanya menurut Satzinger (2010),
antara lain:
1. Membuat ketagihan
kecanduan. Studi Rutgers University pada tahun 2006 (dalam Satzinger, 2010)
2. Mengganggu tidur
setiap saat. Ketika ada email dan pesan singkat yang masuk setiap saat,
tempat tidur. Selain itu, pengguna begitu sensitif dengan getar smartphone,
sehingga mudah terbangun dari tidur untuk membuka pesan yang masuk.
tak berkualitas. Hal tersebut akan berdampak pada kesehatan. Sudah diketahui
kualitas tidur yang kurang berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental.
3. Memicu cemas
internet bisa dilakukan bersamaan, kapan saja, dan di mana saja. Banyak pula
dan hal-hal yang menyangkut pekerjaan bisa hadir kapanpun, termasuk ketika
sedang libur.
4. Melemahkan otak
menyerap informasi karna fokus mudah beralih dari satu hal ke hal lain.
5. Membahayakan mata
menyebabkan sakit kepala, penglihatan kabur, dan mata kering. Oleh karena
itu, disarankan untuk memberi jarak 40-50 sentimeter dari wajah. Penelitian
baru menunjukkan orang yang membaca pesan teks atau berseluncur internet di
saat membaca buku ataupun surat kabar, sehingga memaksa mata bekerja lebih
keras dari biasanya. Menurut penelitian Rosenfield (2011), jarak pandang yang
dekat ditambah dengan ukuran huruf yang kecil pada smartphone, bisa
menambah beban pada orang yang sudah memakai kacamata atau lensa kontak.
selama berjam-jam setiap hari, maka akan terjadi cidera tekanan berulang-
ulang. Jika malam hari, masih sibuk menggunakan jejaring sosial tersebut,
maka akan mengalami kekurangan waktu tidur. Kehilangan waktu tidur dapat
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 38
sistem kekebalan.
Alat ukur Smartphone Addiction Scale diadaptasi dari alat ukur Kwon et
2. Smartphone Addiction
dan relapse
Terdapat hubungan
antara durasi
penggunaan media sosial
dengan kejadian
insomnia pada remaja
di SMANegeri 9
Manado.
Terdapat hubungan
yang bermakna
antara frekuensi
penggunaan fasilitas
jejaring sosial dengan
kejadian insomnia pada
mahasiswa.
Terdapat hubungan
antara tingkat
keparahan penggunaan
smartphone dan
depresi, kecemasan,
dan kualitas tidur
kurang yang dapat
mengakibatkan gangguan
tidur pada
remaja.
I: Kuesioner
A: Regresi linier
Keterangan:
scholar dan NCBI (National Center for Biotechnology). Dari hasil penelusuran di
dengan kata kunci dari 9 hasil pencarian jurnal. Sedangkan hasil penelusuran
PMC (PubMed Central) pada home jurnal NCBI kemudian menuliskan kata kunci
pencarian 2011-2016 dan didapatkan 1 jurnal yang sesuai dengan kata kunci dari
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
Faktor Fisiologik
Penyakit fisik
Aktivitas (penggunaan smartphone) yang dilakukan berulang- ulang.
Kebiasaan dan Gaya hidup : Kecanduan
Konsumsi kafein smartphone
Merokok
Alkohol
Obat-obatanuntuksuatu penyakit
Kurang olah raga Pancaran cahaya layar smartphone
- -Penggunaan
Penggunaansmartphone
smartphone
Faktor Psikologik
Faktor Lingkungan :
Kebisingan
Suhu dan ventilasi
Perubahan lingkungan
Keterangan :
= tidak diteliti
= diteliti
41
Junaidi (2007), yang diringkas dalam tiga faktor. Tiga faktor tersebut, yaitu faktor
fisiologik, faktor psikologik, dan faktor lingkungan, dimana dari setiap faktor
tersebut memiliki beberapa aspek. Kebiasaan dan gaya hidup yang merupakan
aspek dari faktor fisiologik mengadopsi beberapa perilaku. Salah satu perilaku
sendiri akan menimbulkan pancaran cahaya dari layar smartphone. Secara tidak
sirkardian, karena irama sirkardian sangat peka terhadap cahaya. Sehingga cahaya
yang ada saat kita tidur mempengaruhi irama sirkardian dan dapat menghambat
yang berperan dalam proses tidur terganggu atau mengalami penurunan maka hal
tersebut dapat mengakibatkan gangguan tidur seperti insomnia. Hal tersebut diatas
yang akan diukur atau diteliti yaitu kecanduan smartphone dengan insomnia pada
remaja.
3.2 Hipotesis
BAB 4
METODE PENELITIAN
pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali
pada satu saat (Nursalam 2013). Penelitian ini menganalisa hubungan kecanduan
4.2.1 Populasi
menjadi dua yaitu, populasi target dan terjangkau. Populasi target adalah populasi
yang memenuhi kriteria sampling dan menjadi sasaran akhir penelitian. Populasi
terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria penilaian dan dapat dijangkau
penelitian ini adalah siswa kelas-XI SMA Negeri 1 Rengel Kabupaten Tuban
4.2.2 Sampel
43
2. Menggunakan smartphone
penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi yang sesuai
pengukuran dan atau memanipulasi penelitian bersifat konkret dan dapat diukur
(Nursalam 2013).
variabel yang lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti
insomnia.
data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner yang terdiri dari:
modifikasi dan try out oleh penelitian Nurdiani (2015) dari peneliti Zahrani
Griffiths, 2004). Alat ukur dari peneliti Zahrani (2014) terdiri 30 item
Favorable, yang kemudian dilakukan modifikasi dan try out oleh penelitian
Nurdiani (2015) menjadi 21 soal, terdiri dari 14 item favorable dan 7 item
unfavorable dengan hasil uji reliabilitas nilai alpha cronbach sebesa 0,88.
adalah <42: Rendah, 42-63: Sedang, >63: Tinggi. Semakin tinggi skor yang
smartphone addiction subjek dan semakin rendah skor yang diperoleh dari
addiction subjek.
Scale (KSPBJ-IRS).
Kuesioner insomnia rating scale ini telah dibakukan oleh KSPBJ. Didalam
penelitian yang dilakukan oleh Erliana (2008) kuesioner ini telah teruji dan
memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,83 dan validitas 0,89. Kuesioner ini
4 = selalu. Dari bobot jawaban ini akan didapatkan interpretasi hasil dari 11
berikut : Skor 11-19 = tidak ada keluhan insomnia, Skor 20-27 = insomnia
ringan, Skor 28-36 = insomnia berat, Skor 37-44 = insomnia sangat berat.
Kabupaten Tuban
melakukan sidang proposal dan dinyatakan layak etik, dan akan mengikuti
Airlangga.
meminta ijin kepada pihak sekolah dan kepala sekolah SMA Negeri 1
responden.
7. Peneliti akan melakukan penelitian pada bulan Juli 2016 pada siswa kelas-XI
memasuki setiap kelas-XI satu per satu. Kuisioner akan diberikan pada
8. Pada tahap akhir akan dilakukan dengan terminasi terhadap responden dan
melakukan penelitian.
Purposive sampling
Sampel
1. Editing
kuesioner.
2. Coding
3. Entry data
ke software komputer.
4. Analisis Data
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0 dengan tingkat
dikonversikan dapat berasal dari sumber yang tidak sama, jenis data yang
dikorelasikan adalah data ordinal, serta data dari kedua variable tidak harus
membentuk distribusi normal. Spearman rank bekerja dengan data ordinal atau
Tabel 4.2 Intepretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p
dan arah korelasi:
No Parameter Nilai Intepretasi
1. Kekuatan korelasi (r) 0,00 – 0,199 Sangat lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
2. Nilai p p < 0,05 Terdapat korelasi yang
bermakna antara dua
variabel.
p > 0,05 Tidak terdapat korelasi
yang bermakna antara dua
variabel yang diuji.
3. Arah Korelasi + (positif) Searah. Semakin besar nilai
satu variabel, semakin
besar pula nilai variabel
lainnya.
- (negatif) Berlawanan arah. Semakin
besar nilai satu variabel,
semakin kecil nilai variabel
yang lain.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti tetap berpegang teguh pada etika
pihak yang terlibat maupun tidak terlibat, agar tidak melanggar hak-hak azasi
dan otonomi manusia sebagai subyek penelitian. Penelitian ini dimulai dengan
meliputi:
4.9.1 Lembar persetujuan menjadi responden (informed concent)
dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti,
maka peneliti tidak akan memaksa serta akan tetap menghormati hak-haknya.
yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.
kerahasiaan data. Data penelitian akan disimpan seniri oleh peneliti dan tidak
disebarluaskan.
1. Pengumpulan data dengan memasuki satu per satu kelas kurang efektif.
yang cukup lama untuk kelas yang terakhir. Akibatnya banyak siswa yang
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P & Blackwood, A, 2004. Mobile and PDA technologies and their
future use in education. Bristol: JISC Technology and Standards
Watch.
Erry, 2000. Pengaruh Insomnia Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Vol 13. Jakarta:
Dexa Media.
Prasadja, A, 2009. Ayo Bangun Dengan Bugar Karena Tidur yang Benar.
Jakarta: Mizan Publika.
Tashman,M,2006.Addiction.<http://www.drmartytashman.com/cjc/cjc0403.htm
>. diakses pada tanggal 28 Mei 2016 jam 10:11