You are on page 1of 28

ABSTRACT

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD


CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP PENGUNGKAPAN
SUSTAINABILITY REPORT (SR)
(Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Listed di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2008 – 2012)

Siska Anggraini-NPM:0911031072
087899533964 / siskablouing@gmail.com
Pembimbing I: Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt.
Pembimbing II: Ninuk Dewi K, S.E., M.Sc., Akt.

This study aimed to analyze the effect of firm characteristics (activity, leverage,
liquidity, profitability and company size), and the practice of good corporate
governance (size of the audit committee, members of independent commisioners
ratio and the frequency of meeting of the board of commisioners) toward
disclosure of sustainability report.
This study used secondary data, the population of the entire mining companies
listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2008-2012. The company
became the sample based on the purposive sampling method chosen with some
spesific criteria. After the data are collected and then carried out the data
analysis using logistic regression analysis.
Based on the results of the analysis carried out show that variable profitability,
company size, members of independent commisioners ratio and the frequency of
meeting of the board of commisioners influence the disclosure of sustainability
report. While the variable of activity, leverage, liquidity and size of the audit
committee not influence the disclosure of sustainability report.

Keywords: activity, leverage, liquidity, profitability and company size, size of the
audit committee, members of independent commisioners ratio, the frequency of
meeting of the board of commisioners and the sustainability report.
PENDAHULUAN

Di Indonesia, penelitian mengenai Sustainability Report (SR) masih terbilang


cukup jarang. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya cenderung
menggunakan pendekatan kualitatif yang menganalisis penerapan sustainability
report suatu perusahaan berdasar Global Reporting Initiative (GRI). Oleh karena
itu penelitian ini dibuat untuk memahami lebih lanjut keterkaitan antara
karakterisik perusahaan dengan pengungkapan Sustainability Report (SR).

Penelitian ini melanjutkan penelitian dari Widianto (2011) yang meneliti


bagaimana pengaruh profitabilitas, likuiditas, leverage, aktivitas, ukuran
perusahaan, dan corporate governance terhadap praktik pengungkapan
sustainability report pada perusahaan–perusahaan yang listed di Bursa Efek
Indonesia 2007 - 2009. Obyek penelitiannya adalah 20 perusahaan yang
melakukan pengungkapan SR, dan 25 perusahaan yang tidak melakukan
pengungkapan SR dipilih dengan menggunakan metode sampel acak terstruktur
(stratified random sampling).

Dalam penelitian ini, corporate governance diproksikan melalui rasio anggota


dewan komisaris, frekuensi rapat dewan komisaris dan jumlah anggota komite
audit dalam waktu satu tahun pada perusahaan pertambangan yang listed di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2012. Untuk pemilihan sampel, dipilih
menggunakan metode purposive sampling dengan beberapa kriteria tertentu.
Sampel yang dipilih oleh penulis adalah perusahaan pertambangan, karena
klasifikasi perusahaan ini yang paling erat berkaitan dengan permasalahan
lingkungan dan sosial. Selain itu penulis juga ingin menyeragamkan populasi agar
hasil penelitian dapat lebih fokus pada salah satu jenis perusahaan saja dan
diharapkan hasilnya lebih akurat.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka penulis menetapkan


penelitian ini diberi judul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Good
Corporate Governance (GCG) terhadap Pengungkapan Sustainability Report
(SR) (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Listed di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2008 – 2012)”.
LANDASAN TEORI

Teori Stakeholder

Teori Stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah suatu entitas yang


hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri yaitu terhadap para pemilik
(shareholder), namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder (pemegang
saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak
lain). Hal ini berdasar pada argumen Friedman (2001) dalam Ghozali dan Chariri
(2007) yang mengatakan bahwa tujuan utama perusahaan adalah
memaksimumkan kepentingan pemiliknya. Namun, seiring berjalannya waktu
pandangan tentang stakeholder telah mulai berubah secara susbstansial.

Menurut Gray, et al. (1995) dalam Ghozali dan Chariri (2007), kelangsungan
hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut
harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan
tersebut. semakin powerful stakeholder, maka semakin besar usaha perusahaan
untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog
antara perusahaan dengan stakeholder-nya.

Para stakeholder membutuhkan berbagai informasi terkait dengan aktivitas


perusahaan yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena tumbuh
kembang perusahaan bergantung pada dukungan dari para stakeholder-nya, maka
perusahaan akan berusaha untuk memberikan berbagai informasi yang bermanfaat
bagi stakeholder dalam mengambil keputusan. Pengungkapan informasi dapat
dibagi menjadi dua yakni yang sifatnya wajib (mandatory) dan sukarela
(voluntary). Salah satu bentuk pengungkapan sukarela yang berkembang pesat
saat ini yaitu sustainability report. Menurut Ghozali dan Chariri (2007) dalam
Widianto (2011), melalui sustainability report (pengungkapan sosial dan
lingkungan) perusahaan dapat memberikan informasi yang lebih cukup dan
lengkap berkaitan dengan kegiatan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial
masyarakat dan lingkungan.
Agency Theory

Jensen dan Meckling (1976) dalam Ratnasari (2011) mendefinisikan hubungan


keagenan sebagai sebuah kontrak yang menyatakan bahwa salah satu pihak
(prinsipal) meminta kepada pihak lain (agen) untuk melakukan jasa tertentu demi
kepentingan prinsipal, dengan mendelegasikan otoritas kepadanya. Pendelegasian
otoritas memang menjadi sebuah keharusan dalam hubungan keagenan ini untuk
memungkinkan agen mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada prinsipal.
Dalam setiap hubungan keagenan, timbul agency cost yang ditanggung baik oleh
prinsipal maupun oleh agen. Maka dari itu setiap perusahaan perlu menerapkan
konsep corporate governance agar diharapkan dapat memberikan kepercayaan
terhadap agen (manajemen) dalam mengelola kekayaan pemilik (pemegang
saham), dan pemilik menjadi lebih yakin bahwa agen tidak akan melakukan suatu
kecurangan untuk kesejahteraan agen sehingga dapat meminimalisasi biaya
keagenan serta mencegah adanya konflik kepentingan.

Pengungkapan sustainability report adalah salah satu bentuk pertanggungjawaban


pihak prinsipal kepada agen, selain dari pembuatan annual report. Hanya saja
sustainability report sifatnya masih bersifat voluntary, sementara annual report
adalah mandatory disclosure. Karena orientasi perusahaan saat ini bukan hanya
semata-mata mencari profit (keuntungan) tetapi telah beralih ke tripple-p bottom
line yaitu keuntungan (profit), bumi (planet), dan komunitas (people).

Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report)

Dalam GRI (2006), sustainability report didefinisikan sebagai praktik untuk


mengukur dan mengungkapkan aktivitas perusahaan, sebagai tanggung jawab
kepada stakeholder internal maupun eksternal mengenai kinerja organisasi dalam
mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Seperti yang dikatakan oleh Luthfia (2012), SR adalah sebagai bukti bahwa telah
adanya komitmen dari pihak perusahaan terhadap lingkungan sosialnya yang
dapat dinilai hasilnya oleh para pihak yang membutuhkan informasi tersebut.
Selain itu SR merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan oleh suatu
organisasi baik pemerintah maupun perusahaan dalam berdialog dengan warga
negara ataupun stakeholder-nya sebagai salah satu upaya penerapan pendidikan
pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu penyusunan SR pada saat sekarang
ini menempati posisi yang sama pentingnya juga dengan pengungkapan informasi
seperti yang diungkapkan dalam laporan keuangan.

Pengembangan Hipotesis Penelitian

Pengaruh Aktivitas terhadap Pengungkapan SR

Tingginya rasio aktivitas perusahaan mencerminkan kemampuan dana yang


tertanam dalam perputaran seluruh aktivanya pada suatu periode tertentu
(Setiawan, 2005: 19). Semakin tinggi rasio mencerminkan semakin baik
manajemen mengelola aktivanya, yang berarti semakin efektif perusahaan dalam
penggunaan total aktiva. Semakin efektif tindakan-tindakan perusahaan dalam
pengeloaan dana, maka perusahaan akan memiliki kecenderungan untuk mencapai
kondisi keuangan yang semakin stabil dan kuat. Kondisi keuangan yang semakin
kuat merupakan cerminan upaya yang dilakukan perusahaan untuk mencari
dukungan stakeholder dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Dilling (2009) mengatakan bahwa sekitar tujuh puluh persen penelitian


menyebutkan adanya hubungan positif antara kinerja perusahaan dengan
pengungkapan SR. Oleh karena itu dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H1 = Tingkat aktivitas perusahaan berpengaruh positif terhadap


pengungkapan sustainability report.

Pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan SR

Menurut Megginson (1997) dalam Widianto (2011) mengatakan leverage


memiliki pengaruh yang negatif terhadap profitabilitas. Hal ini diakibatkan karena
struktur modal dengan pembiayaan utang, akan memperkecil tingkat profitabilitas
yang dicapai, karena total modal yang relatif tinggi akan membawa biaya, yang
berarti meningkatnya kesulitan keuangan. Sehingga perusahaan mengurangi
pelaporan yang bersifat sukarela seperti halnya sustainability report, karena
pelaporan itu akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar serta biaya yang
cukup besar. Maka muncullah asumsi yang kedua yaitu :

H2 = Tingkat leverage suatu perusahaan berpengaruh negatif terhadap


pengungkapan sustainability report.

Pengaruh Likuiditas terhadap Pengungkapan SR

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Nitisemito, 1989:107), Perusahaan
dengan tingkat likuiditas yang tinggi berarti menandakan kemampuan yang besar
untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya tepat waktu. Perusahaan
yang dapat dengan segera memenuhi kewajiban keuangannya berarti menandakan
memiliki kinerja keuangan yang baik. Berdasarkan argumen tersebut dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:

H3 = Tingkat Likuiditas suatu perusahaan berpengaruh positif terhadap


pengungkapan sustainability report.

Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan SR

Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk


menghasilkan laba dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham (Mahmud
dan Halim (2007) dalam Widianto (2011)). Perusahaan yang memiliki
kemampuan kinerja keuangan yang baik, akan memiliki kepercayaan yang tinggi
untuk menginformasikan kepada stakeholder-nya, karena perusahaan mampu
menunjukkan kepada mereka bahwa perusahaan dapat memenuhi harapan mereka
terutama investor dan kreditor. Akibatnya, perusahaan dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi akan cenderung untuk melakukan pengungkapan melalui
SR, karena profitabilitas merupakan salah satu indikator kinerja yang harus
diungkapkan dalam SR. Pengungkapan SR ini dilakukan dalam rangka
pertanggungjawaban kepada stakeholder untuk mempertahankan dukungan
mereka dan juga untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Oleh karena itu,
hipotesis dirumuskan sebagai berikut :
H4 = Tingkat Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan
sustainability report.

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan SR

Menurut Cowen (1987) dalam Rismanda (2003) mengemukakan bahwa


perusahaan yang lebih besar akan memiliki pengaruh dan aktivitas yang lebih
banyak terhadap masyarakat, sehingga akan membuat para pemegang sahamnya
untuk lebih memperhatikan laporan-laporan perusahaan dalam menyebarkan
informasi aktivitas-aktivitas sosial yang telah diimplementasikan. Oleh karena itu
semakin besar perusahaan, maka memiliki kecenderungan untuk mengungkap
informasi lebih banyak, sehingga semakin mungkin untuk melakukan
pengungkapan sustainability report. Berdasar argumen-argumen di atas maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5 = Tingkat Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap


pengungkapan sustainability report.

Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Pengungkapan SR

Collier (1993) dalam Waryanto (2010) menyatakan bahwa keberadaan komite


audit membantu menjamin pengungkapan dan sistem pengendalian agar dapat
berjalan dengan baik. Selain itu, pertanggungjawaban yang dimiliki oleh komite
audit dalam melaksanakan proses internal control dan laporan keuangan, berusaha
diwujudkan sebaik-baiknya oleh perusahaan untuk memperoleh tingkat
kompetensi dalam keuangan. Tingginya kompetensi keuangan yang dimiliki
perusahaan akan terus diusahakan guna mendapatkan dukungan dari para
stakeholder-nya.

Dengan ukuran komite audit yang semakin besar diharapkan akan mendukung
terwujudnya pelaksanaan corporate governance yang lebih baik yang selanjutnya
akan mendukung perusahaan untuk cenderung melakukan pengungkapan
sustainability report. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut maka hipotesis yang
diajukan adalah :
H6 = Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan
sustainability report.

Pengaruh Rasio Anggota Komisaris Independen terhadap Pengungkapan SR

Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota


manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain
berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas
dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan (Surya dan
Yustivandana (2006) dalam Ratnasari (2011)).

Komisaris independen cukup berpengaruh dalam menekan manajemen untuk


mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas, sehingga perusahaan yang
memiliki komisaris independen yang lebih besar akan lebih banyak
mengungkapkan informasi sosial. Oleh karena itu dapat ditarik hipotesis bahwa :

H7 = Rasio anggota komisaris independen berpengaruh positif terhadap


pengungkapan sustainability report.

Pengaruh Frekuensi Rapat Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan SR

Rapat dewan komisaris merupakan media komunikasi dan koordinasi diantara


anggota-anggota dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas
manajemen. Dalam rapat tersebut, akan membahas masalah mengenai arah dan
strategi perusahaan, evaluasi kebijakan yang telah diambil atau dilakukan oleh
manajemen, dan mengatasi masalah benturan kepentingan (FCGI, 2002 dalam
Ratnasari, 2011). Oleh karena itu, semakin sering dewan komisaris mengadakan
rapat diharapkan monitoring (pengawasan) yang dilakukan oleh dewan komisaris
akan semakin baik. Dengan demikian, pengungkapan informasi sosial perusahaan
juga akan semakin luas.

H8 = Frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap


pengungkapan sustainability report suatu perusahaan.
METODE PENELITIAN

Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder karena data diperoleh
secara tidak langsung atau melalui media perantara, Sumber-sumber data dapat
diperoleh dari ICMD, mengunduh di website Bursa Efek Indonesia (BEI):
www.idx.co.id, website Indonesia Sustainability Report Award (ISRA): isra.ncsr-
id.org, dan website resmi perusahaan.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang


terdaftar pada tahun 2008-2012 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam penelitian
ini perusahaan yang menjadi sampel dipilih berdasarkan purposive sampling
(kriteria yang dikehendaki). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan pertambangan yang selama tahun penelitian 2008-2012 tidak
mengalami delisting
2. Perusahaan pertambangan yang secara lengkap mempublikasikan laporan
keuangan selama tahun penelitian 2008-2012 pada website Bursa Efek
Indonesia (BEI): www.idx.co.id
3. Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah, dikarenakan
penelitian dilakukan di Indonesia maka laporan keuangan yang digunakan
adalah yang dinyatakan dalam rupiah

Perusahaan pertambangan yang memiliki data mengenai informasi dewan


komisaris, frekuensi rapat dewan komisaris dan informasi komite audit selama
tahun penelitian 2008-2012.

Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang terbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik simpulan (Sugiono, 2009). Variabel-variabel yang
dalam penelitian ini terdiri dari 1 variabel terikat dan 8 variabel bebas.

Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan SR oleh suatu


perusahaan. SR merupakan laporan yang berisi praktik dalam mengukur dan
mengungkapkan aktivitas sosial dan lingkungan perusahaan, sebagai tanggung
jawab kepada stakeholder internal dan eksternal mengenai kinerja organisasi
dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan (GRI, 2006). Variabel ini
diukur dengan menggunakan variabel dummy, nilai 1 untuk perusahaan yang
melakukan pengungkapan SR dan 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan
pengungkapan.

3.1.1. Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi


sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen / terikat (Sugiono, 2009).
Variable independen dalam penelitian ini adalah:
1. Aktivitas

Aktivitas menunjukkan tingkat aktivitas atau efisiensi pengunaan dana yang


tertanam pada pos-pos aktiva. Rasio ini menunjukan efektivitas penggunaan
seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan. Penelitian ini
mengunakan total asset turnover untuk mengukur rasio aktivitas, Total Assets
Turnover (TAT), digunakan perusahaan untuk mengukur berapa kali total aktiva
perusahaan menghasilkan penjualan. Ukuran ini menunjukan efisiensi dimana
perusahaan menggunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan
penjualan. TAT dapat dihitung dengan membagi net sales dengan total asset.
(Kasmir, 2012)
Penjualan Bersih
Total Asset Turnover (TAT )=
Total Assets
2. Leverage
Leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang jika suatu perusahaan
dilikuidasi (Hadiningsih, 2007). Leverage menggambarkan kontribusi pemilik
(pemodal atau pemegang saham) dibandingkan dengan dana yang berasal dari
kreditor. Rasio leverage antara lain adalah debt to asset ratio dan debt to equity
ratio. Penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) untuk mengukur
leverage dengan rumusan sebagai berikut (Raharjo (2005) dalam Luthfia (2012)) :
Total H utang
Debt ¿ Equity Ratio ( DER )=
Total Ekuitas
3. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang
jangka pendek tepat pada waktunya. Terdapat beberapa rasio yang
menggambarkan likuiditas perusahaan antara lain current ratio, quick ratio, dan
cash ratio. Likuiditas diproksikan menggunakan current ratio. Current ratio
merupakan kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Dengan rasio ini dapat
diketahui apakah perusahaan mengalami kesulitan likuiditas atau tidak (Raharjo
(2005) dalam Luthfia (2012)). Secara matematis current ratio dapat dirumuskan
sebagai berikut, (Oyelere et al. 2004):
Asset lancar
CR=
Kewajiban lancar
4. Profitabilitas

Return On Assets (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan yang


berhubungan dengan profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba (profit) pada tingkat pendapatan,
aset dan modal saham tertentu, (Hanafi dan Halim, 2003). Secara matematis ROA
dapat dirumuskan sebagai berikut (Hanafi dan Halim, 2003):
Laba Bersih
ROA=
Total Asset

5. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran mengenai besar kecilnya suatu perusahaan.
Ukuran perusahaan dapat ditentukan dari jumlah karyawan, total aktiva, total
penjualan, atau peringkat indeks (Hackston dan Milne (1996) dalam Ratnasari
(2011)). Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
ukuran perusahaan adalah total aktiva karena ukuran perusahaan merupakan
cerminan besar kecilnya perusahaan yang tampak dalam nilai total asset
perusahaan pada neraca akhir tahun. Hackston dan Milne (1996), Hannifa dan
Cooke (2005), Said et al. (2009) dalam Ratnasari (2011) mengemukakan ukuran
perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
¿ Logaritma Natural Total Asset
6. Ukuran Komite Audit

Komite yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai penghubung antara dewan direksi
dan audit ekternal, internal auditor serta anggota independen, yang memiliki tugas
untuk memberikan pengawasan auditor, memastikan manajemen melakukan
tindakan korektif yang tepat terhadap hukum dan regulasi (Jati, 2009). Dalam
penelitian ini, pelaksanaan corporate governance untuk ukuran komite audit
diproksikan dengan menghitung jumlah anggota komite audit dalam suatu
perusahaan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan (Widianto, 2011).
UKA=Jumlah Anggota Komite Audit
7. Rasio Anggota Komisaris Independen

Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota


manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain
berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas
dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan (Surya dan
Yustivandana (2006) dalam Ratnasari (2011)).

Pengukuran rasio anggota komisaris independen ini dapat diperoleh dengan cara
menjumlahkan anggota komisaris independen kemudian dibagi dengan jumlah
anggota dewan komisaris (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Informasi mengenai
jumlah komisaris independen diperoleh dari laporan tahunan perusahaan dan dari
pengumuman yang dikeluarkan oleh BEI.

komisaris independen
KOMIN =
dewan komisaris
8. Frekuensi Rapat Dewan Komisaris (BOARDMEET)

Keefektifan dari dewan dapat dipengaruhi oleh frekuensi meeting, frekuensi rapat
yang tinggi dapat menghasilkan monitoring yang lebih baik. Dalam penelitian ini,
frekuensi rapat dewan komisaris diukur dengan jumlah meeting khusus Dewan
Komisaris yang diselenggarakan selama satu tahun (Yatim et al, 2006).

Kerangka Teoritis
Model penelitian atau kerangka teoritis penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1
Aktivitas

Leverage

Likuiditas

Profitabilitas
Pengungkapan Laporan
Keberlanjutan (Sustainability
Report)
Ukuran Perusahaan

Corporate Governance
(Ukuran Komite Audit)

Corporate Governance
(Rasio Anggota Komisaris Independen)

Corporate Governance
(Frekuensi Rapat Dewan Komisaris )

Gambar 1 : kerangka teoritis


Metode Analisis Data

Pendekatan ini menggunakan symbol “1” untuk perusahaan yang melaporkan SR


dan “0” untuk perusahaan yang tidak melaporkan SR. Selanjutnya pengujian akan
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik. Berdasarkan rumusan
masalah dan model penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka model
penelitian yang dibentuk adalah sebagai berikut :

Logit (SR) = α + β1(TAT) + β2(DER) + β3(CR) + β4(ROA) +


β5(SIZE) + β6(UKA) + β7(KOMIN) + β8(BOARDMEET)

Keterangan :

Logit (SR) : Variabel dummy, kategori perusahaan apakah membuat


SR (nilai 1) dan yang tidak (nilai 0).

α : Konstanta

β1(TAT) : Total Asset Turnover

β2(DER) : Debt Equity Ratio

β3(CR) : Current ratio

β4(ROA) : Return on assets

β5(SIZE) : Ukuran perusahaan

β6(UKA) : Jumlah Anggota Komite Audit

β7(KOMIN) : Rasio anggota komisaris independen

β8(BOARDMEET): Frekuensi rapat dewan komisaris


HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2012. Pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Table 4.1 berikut ini menyajikan prosedur
pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini:
Tabel 4.1 Prosedur Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah
Populasi:
Perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI 20
periode 2008-2012.
Perusahaan yang tidak masuk sebagai sampel:
1. Perusahaan pertambangan yang selama tahun penelitian (0)
2008-2012 mengalami delisting
2. Perusahaan pertambangan yang tidak lengkap
mempublikasikan laporan keuangan selama tahun (4)
penelitian 2008-2012
3. Perusahaan pertambangan yang menggunakan mata uang (5)
asing
4. Perusahaan pertambangan yang tidak memiliki data
mengenai informasi dewan komisaris, frekuesi rapat dewan (2)
komisaris dan informasi komite audit selama tahun
penelitian 2008-2012
Total Sampel penelitian 9
Sumber : www.jsx.co.id

Tabel 4.1 Perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2008-
2012 adalah 20 Perusahaan, dan selama tahun penelitian 2010-2012 tidak ada satu
pun perusahaan yang mengalami delisting. Perusahaan pertambangan yang tidak
lengkap mempublikasikan laporan keuangan selama tahun penelitian 2008-2012
berjumlah 4 perusahaan. Perusahaan pertambangan yang menggunakan mata uang
asing berjumlah 5 perusahaan. Perusahaan pertambangan yang memiliki data
mengenai informasi dewan komisaris, frekuesi rapat dewan komisaris dan
informasi komite audit selama tahun penelitian berjumlah 3 perusahaan. Jadi
perusahaan yang diambil sebagai sampel 9 perusahaan dan jumlah observasi yang
dilakukan selama tahun 2008-2012 adalah 45 item observasi.

Analisis Statistik Deskriptif

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


SR 45 0 1 .18 .387
TAT 45 .00 12.13 1.2320 1.76075
DER 45 -2.93 6.26 1.2404 1.83346
CR 45 .35 10.76 2.7898 2.15915
ROA 45 -2.23 .34 .0031 .36617
SIZE 45 8.84 16.80 13.2881 2.30318
UKA 45 3 7 3.42 .965
KOMIN 45 .33 .67 .4089 .08861
BOARDMEET 45 2 27 10.51 7.449
Valid N (listwise) 45

Tabel 4.2 menyajikan statistik deskriptif yang meliputi nilai minimum,


maksimum, rata-rata (mean), dan deviasi standar. Nilai minimum (maksimum)
untuk proporsi SR adalah 0 (1), dan rata-rata (deviasi standar) SR adalah 0,18
(0,387). Nilai minimum (maksimum) untuk TAT adalah 0,00 (12,13), dan rata-
rata (deviasi standar) TAT adalah 1,2320 (1,76075). Nilai minimum (maksimum)
untuk DER adalah -2,93 (6,26), dan rata-rata (deviasi standar) DER adalah 1,2404
(1,83346). Nilai minimum (maksimum) untuk CR adalah 0,35 (10,76), dan rata-
rata (deviasi standar) CR adalah 2,7898 (2,15915). Nilai minimum (maksimum)
untuk ROA adalah -2,23 (0,34), dan rata-rata (deviasi standar) ROA adalah 0,031
(0,36617). Nilai minimum (maksimum) untuk SIZE adalah 8,84 (16,80), dan rata-
rata (deviasi standar) SIZE adalah 13,2881 (2,30381). Nilai minimum
(maksimum) untuk UKA adalah 3 (7), dan rata-rata (deviasi standar) UKA adalah
3,42 (0,965). Nilai minimum (maksimum) untuk KOMIN adalah 0,33 (0,67), dan
rata-rata (deviasi standar) KOMIN adalah 0,4089 (0,8861). Nilai minimum
(maksimum) untuk BOARDMEET adalah 2 (27), dan rata-rata (deviasi standar)
BOARDMEET adalah 10,51 (7,449).
Pengujian Kelayakan Model (Goodness of Fit)

Pengujian regresi logistik juga akan diuji terhadap ketepatan antara prediksi
model regresi logistik dengan data hasil observasi yang dinyatakan dalam uji
kelayakan model (goodness of fit). Pengujian ini diperlukan untuk memastikan
tidak adanya kelemahan atas kesimpulan dari model yang diperoleh. Model
regresi logistik yang baik adalah apabila tidak terjadi perbedaan antara data hasil
observasi dengan data yang diperoleh dari hasil prediksi.

Uji Hosmer and Lemeshow

Pengujian tidak adanya perbedaan antara prediksi dan observasi ini dilakukan
dengan uji Hosmer Lemeshow dengan pendekatan metode Chi square. Dengan
demikian apabila diperoleh hasil uji yang tidak signifikan, maka tidak terdapat
perbedaan antara data prediksi model regresi logistik dengan data hasil observasi.
Hasil pengujian Hosmer Lemeshow test diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil uji Hosmer Lemeshow

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.


1 14.374 7 .136

Dari tabel 4.3 menunjukkan hasil pengujian kesamaan prediksi model regresi
logistik dengan data hasil observasi yang diperoleh dari nilai chi square sebesar
14,374 dengan nilai signifikan sebesar 0,136 yang lebih besar dari 0,05 maka
tidak diperoleh adanya perbedaan antara prediksi model regresi logistik dengan
data hasil observasi. Hal ini berarti bahwa model mampu memprediksi nilai
observasinya atau dapat dikatakan model diterima karena model sesuai dengan
hasil observasinya.

Model Tabulasi Silang

Untuk memperjelas gambaran atas prediksi model regresi logistik dengan data
observasi, dapat ditunjukkan dengan tabel klasifikasi yang berupa tabel tabulasi
silang antara prediksi model regresi logistik dan hasil observasi. Tabulasi silang
sebagai konfirmasi tidak adanya perbedaan yang signifikan antara prediksi model
regresi logistik dengan data observasi yang dapat dilihat pada tabel ini:

Tabel 4.4 Tabulasi Silang

Classification Tablea

Predicted

SR
Tidak
Melakukan Melakukan
Pengungk Pengungk Percentage
Observed apan apan Correct
Step 1 SR Tidak Melakukan
21 4 84.0
Pengungkapan
Melakukan
5 15 75.0
Pengungkapan
Overall Percentage 80.0
a. The cut value is .500

Dari tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 45 sampel data pengamatan, yang
tidak melakukan pengungkapan SR sebanyak 4 atau 84% secara tepat dapat
diprediksikan oleh model regresi logistik dan 15 data pengamatan yang tidak tepat
diprediksikan oleh model, sedangkan dari 20 sampel data pengamatan yang
melakukan pengungkapan SR, atau 75% yang dengan tepat dapat diprediksi oleh
model regresi logistik, sedangkan 5 data pengamatan tidak cocok dengan hasil
observasi. Secara keseluruhan berarti bahwa 4 + 15 = 19 data pengamatan dari 45
sampel data pengamatan atau 80% dapat diprediksi dengan tepat oleh model
regresi logistik ini.

Pengujian Keseluruhan Model

Pengujian overall model fit ini dilakukan dengan menggunakan pengujian


terhadap nilai –2 log likelihood. Nilai –2 log likelihood yang rendah menunjukkan
bahwa model akan semakin fit.

Tabel 4.5 –2 log likelihood


Model Summary

-2 Log Cox & Snell Nagelkerke


Step likelihood R Square R Square
1 86.603a .429 .574
a. Estimation terminated at iteration number 7 because
parameter estimates changed by less than .001.

Nilai –2 log likelihood akhir diperoleh nilai -2 log likelihood sebesar 86,603. Hal
ini memungkinkan adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikatnya. Selain itu pada Tabel 4.5 ada dua ukuran R square yaitu Cox & Snell R
Square dan Nagelkerke R Square. Cox & Snell R Square menggunakan nilai
maksimum kurang dari 1 sehingga sulit untuk diinterpretasikan. Nagelkerke R
Square merupakan modifikasi dari Cox & Snell R Square dengan nilai yang
bervariasi dari 0 sampai dengan 1. Nilai dari Nagelkerke R Square sebesar 0,574,
hal ini berarti 57,40% pengungkapan sustainability report dapat dipengaruhi oleh
karakteristik perusahaan dan coorporate governance tahun sebelumnya sedangkan
sisanya sebesar 42,6% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Uji kemaknaan koefisien regresi secara keseluruhan (overall model) dari 5


prediktor secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan omnibus test of
model coefficient.

Tabel 4.6 Omnibus Test Of Model Coefficient

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 25.223 8 .001
Block 25.223 8 .001
Model 25.223 8 .001

Hasil pengujian omnibus test of model coefficient diperoleh bahwa nilai chi
square (penurunan nilai -2 log likelihood) sebesar 25,223 dengan nilai signifikan
sebesar 0,001. Dengan nilai –2 Log Likelihood Value block number = 0 lebih
besar dari nilai –2 Log Likelihood Value block number = 1 maka model regresi
semakin baik. Dengan nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa secara bersama-sama pengungkapan sustainability report
dapat dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan dan coorporate governance tahun
sebelumnya. Hal ini berarti bahwa penggunaan variabel bebas dalam penelitian
secara bersama-sama dapat menjelaskan terjadinya pengungkapan sustainability
report.

Pengujian Hipotesis

Pengujian kemaknaan prediktor secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji


Wald dan dengan pendekatan chi square diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.7 Uji Logistik

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step
a
TAT .488 .911 .287 1 .592 .614
1 DER -.571 .336 2.880 1 .090 1.769
CR .103 .335 .094 1 .759 1.108
ROA 2.157 4.564 4.223 1 .027 8.642
SIZE 1.139 .539 4.465 1 .035 3.124
UKA .995 .789 1.589 1 .207 .370
KOMIN 19.844 7.299 7.391 1 .007 6.828
BOARDMEET 12.265 .106 6.224 1 .013 .767
Constant 18.180 6.841 7.062 1 .008 .000
a. Variable(s) entered on step 1: TAT, DER, CR, ROA, SIZE, UKA, KOMIN, BOARDMEET.

Tabel 4.7 menunjukan hasil pengujian parsial dengan menggunakan alat analisis
regresi logistik, kemaknaan pengaruh masing-masing variabel tersebut dapat
terlihat pada tabel diatas dan mempunyai kemaknaan sebagai berikut:

LOGIT (SR) = 18,180+0,488X1-0,571X2 +0,103X3 + 2,157X4+ 1,139X5+


0,995X6+ 19,844X7+ 12,265X8

Tabel 4.8. Hasil Penelitian

Hipotesis Penelitian Hasil Uji


H1= Tingkat aktivitas berpengaruh positif (+) terhadap Ha ditolak
pengungkapan sustainability report

H2= Tingkat leverage berpengaruh negatif (-) terhadap


pengungkapan sustainability report Ha ditolak

H3= Tingkat likuiditas berpengaruh positif (+) terhadap


pengungkapan sustainability report
Ha ditolak
H4= Tingkat profitabilitas berpengaruh positif (+)
terhadap pengungkapan sustainability report

H5= Ukuran Perusahaan berpengaruh positif (+) terhadap Ha diterima


pengungkapan sustainability report

H6= Ukuran komite audit berpengaruh positif (+)


terhadap pengungkapan sustainability report Ha diterima

H7= rasio anggota komisaris independen berpengaruh


positif (+) terhadap pengungkapan sustainability report
Ha ditolak
H8= frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh positif
(+) terhadap pengungkapan sustainability report

Ha diterima

Ha diterima

Sumber : data diolah, september 2013

Pembahasan

Tingkat aktivitas terhadap pengungkapan sustainability report

Berdasarkan hasil pengujian tingkat aktivitas yang diproksikan dengan rasio


aktivitas Total Assets Turnover (TAT) ini dapat diperoleh dengan cara dengan
membagi net sales dengan total asset terhadap terjadinya pengungkapan
sustainability report, dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel TAT sebesar
0,592 lebih besar dari 0,05. Hasil ini menunjukan bahwa variabel TAT tidak
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya pengungkapan sustainability report.
Oleh karena itu, hipotesis pertama yang menyatakan bahwa tingkat aktivitas
berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainability report ditolak.
Tingginya rasio aktivitas perusahaan mencerminkan kemampuan dana yang
tertanam dalam perputaran seluruh aktivanya pada suatu periode tertentu. Hasil
penelitian menunjukan bahwa tingkat aktivitas perusahaan yang diproksikan
dengan total assets turnover tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
terjadinya pengungkapan sustainability report.

Tingkat leverage terhadap pengungkapan sustainability report

Berdasarkan hasil pengujian tingkat aktivitas yang diproksikan dengan Debt to


Equity Ratio (DER) yang diperoleh dengan cara dengan membagi total hutang
dengan total ekuitas terhadap terjadinya pengungkapan sustainability report, dapat
diketahui bahwa nilai signifikan variabel DER sebesar 0,090 lebih besar dari 0,05.
Hasil ini menunjukan bahwa variabel DER tidak mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya pengungkapan sustainability report. Oleh karena itu, hipotesis kedua
yang menyatakan bahwa leverage perusahaan berpengaruh negatif terhadap
pengungkapan sustainability report ditolak.

Tingkat likuiditas terhadap pengungkapan sustainability report

Berdasarkan hasil pengujian likuiditas yang diproksikan dengan rasio likuiditas


Current Ratio (CR) ini dapat diperoleh dengan cara dengan membagi asset lancar
dengan kewajiban lancar terhadap terjadinya pengungkapan sustainability report,
dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel CR sebesar 0,759 lebih besar dari
0,05. Hasil ini menunjukan bahwa variabel CR tidak mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya pengungkapan sustainability report. Oleh karena itu, hipotesis
ke-tiga yang menyatakan bahwa tingkat likuiditas perusahaan berpengaruh positif
terhadap pengungkapan sustainability report ditolak.

Tingkat profitabilitas terhadap pengungkapan sustainability report

Berdasarkan hasil pengujian tingkat profitabilitas yang diproksikan dengan


Return On Assets (ROA) terhadap terjadinya pengungkapan sustainability report,
dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel ROA sebesar 0,027 lebih kecil dari
0,05. Hasil ini menunjukan bahwa variabel ROA mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya pengungkapan sustainability report. Oleh karena itu, hipotesis ke-
empat yang menyatakan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh
positif terhadap pengungkapan sustainability report diterima.

Perusahaan yang memiliki kemampuan kinerja keuangan yang baik, akan


memiliki kepercayaan yang tinggi untuk menginformasikan kepada stakeholder-
nya, karena perusahaan mampu menunjukkan kepada mereka bahwa perusahaan
dapat memenuhi harapan mereka terutama investor dan kreditor. Akibatnya,
perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan cenderung untuk
melakukan pengungkapan melalui SR, dikarenakan profitabilitas merupakan salah
satu indikator kinerja yang harus diungkapkan dalam SR.

Ukuran perusahaan terhadap pengungkapan sustainability report

Berdasarkan hasil pengujian ukuran perusahaan yang diproksikan dengan


logaritma natural total assets (SIZE) terhadap terjadinya pengungkapan
sustainability report, dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel SIZE sebesar
0,035 lebih kecil dari 0,05. Hasil ini menunjukan bahwa variabel SIZE
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya pengungkapan sustainability report.
Oleh karena itu, hipotesis ke-lima yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainability report diterima.

Ukuran komite audit terhadap pengungkapan sustainability report

Berdasarkan hasil pengujian ukuran komite audit yang diproksikan dengan jumlah
anggota komite audit dalam perusahaan (UKA) terhadap terjadinya pengungkapan
sustainability report, dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel UKA sebesar
0,207 lebih besar dari 0,05. Hasil ini menunjukan bahwa variabel UKA tidak
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya pengungkapan sustainability report.
Oleh karena itu, hipotesis ke-enam yang menyatakan bahwa ukuran komite audit
berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainability report ditolak.

Rasio anggota komisaris independen terhadap pengungkapan sustainability


report
Berdasarkan hasil pengujian ukuran dewan komisaris yang diproksikan dengan
rasio anggota komisaris independen (KOMIN) terhadap terjadinya pengungkapan
sustainability report, dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel KOMIN
sebesar 0,007 lebih kecil dari 0,05. Hasil ini menunjukan bahwa variabel KOMIN
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya pengungkapan sustainability report.
Oleh karena itu, hipotesis ke-tujuh yang menyatakan bahwa ukuran dewan
komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainability report
diterima.

Frekuensi rapat dewan komisaris terhadap pengungkapan sustainability


report

Berdasarkan hasil pengujian frekuensi rapat dewan komisaris yang diproksikan


dengan jumlah meeting khusus Dewan Komisaris yang diselenggarakan selama
satu tahun (BOARDMEET) terhadap terjadinya pengungkapan sustainability
report, dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel BOARDMEET sebesar
0,013 lebih kecil dari 0,05. Hasil ini menunjukan bahwa variabel BOARDMEET
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya pengungkapan sustainability report.
Oleh karena itu, hipotesis ke-delapan yang menyatakan bahwa frekuensi rapat
dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainability report
diterima.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan


bahwa:
1. Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai dari Nagelkerke R Square sebesar
0,574, hal ini berarti 57,40% pengungkapan sustainability report dapat
dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan dan coorporate governance tahun
sebelumnya sedangkan sisanya sebesar 42,6% dipengaruhi oleh variabel lain
di luar penelitian ini.
2. Hasil perhitungan juga menunjukkan nilai chi square sebesar 25,223
dengan nilai signifikan sebesar 0,001. Dengan nilai –2 Log Likelihood Value
block number = 0 lebih besar dari nilai –2 Log Likelihood Value block number
= 1 maka model regresi semakin baik. Dengan nilai signifikan yang lebih kecil
dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama pengungkapan
sustainability report dapat dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan dan
coorporate governance tahun sebelumnya. Hal ini berarti bahwa penggunaan
variabel bebas dalam penelitian secara bersama-sama dapat menjelaskan
terjadinya pengungkapan sustainability report.
3. Berdasarkan hasil penelitian dari lima variabel karakteristik perusahaan hanya
variabel tingkat profitabilitas dan ukuran perusahaan saja yang mempunyai
pengaruh terhadap pengungkapan sustainability report, sedangkan variabel
tingkat aktivitas, tingkat leverage dan tingkat likuiditas tidak mempunyai
pengaruh terhadap pengungkapan sustainability report.
4. Corporate governance dalam penelitian ini diwakili oleh ukuran komite audit,
rasio anggota komisaris independen dan frekuensi rapat dewan komisaris, dari
hasil penelitian terlihat bahwa variabel rasio anggota komisaris independen
dan frekuensi rapat berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report,
sedangkan variabel ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan sustainability report pada perusahaan yang pertambangan yang
terdaftar di BEI periode 2008-2012.

Keterbatasan Penelitian
a. Populasi penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI Periode 2008-2012.
b. Meskipun penelitian ini sudah berusaha untuk melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan SR dalam model yang komprehensif, namun
penelitian ini masih belum memperhatikan kualitas pengungkapan SR.
c. Tingkat aktivitas, tingkat leverage dan tingkat likuiditas suatu perusahaan
mempunyai banyak ukuran dalam mengukurnya, dalam penelitian ini penulis
hanya menggunakan 1 proksi untuk masing-masing variabel.
Saran
a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan lebih banyak variabel lain,
seperti variabel-variabel baru yang diidentifikasi sebagai variabel pendeteksi
pengungkapan sustainability report.
b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan lebih banyak perusahaan
yang menjadi sampel penelitian.
c. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggali lebih dalam tentang
pengungkapan SR dengan melihat kualitas SR, dan format pelaporan SR.

DAFTAR PUSTAKA

Dilling. 2009. Sustainability Reporting In A Global Context: What Are The


Characteristics Of Corporatons That Provide High Quality Sustainability
Reports- An Empirical Analysis. The International Business & Economics
Research Journal Vol.9, No.1, hal. 19-29. New York Institute of
Technology. Canada.

Fisher, Richard., Oyelere, Peter., and Laswad, Fauzi. 2004. Corporate Reporting
On The Internet Audit Issues And Content Analysis Of Practices.
Managerial Auditing Journal, Vol. 19 No. 3, pp. 412-439.
Ghozali, Imam. dan A, Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.

Global Reporting Initiative (GRI) 2000-2006. 2006. Sustainability Reporting


Guidelines. www.globalreporting.org/guidelines/062006guidelines.asp.
Diakses pada tanggal 7 Februari 2013.

Hadiningsih, Murni. 2007. Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi dan Perusahaan
Diakuisisi di BEJ. Skripsi. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Hanafi dan Abdul Halim. 2003. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi. UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.

Jati, Framudyo. 2009. Pengaruh Struktur Corporate Governance terhadap


Kinerja Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI.

Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pres, Jakarta.

Luthfia, Khaula. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Struktur


Modal, dan Corporate Governance terhadap Publikasi Sustainability
Report (Studi Empiris Perusahaan-Perusahaan yang Listed (Go-Public) di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2010). Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.

Nitisemito, Alex. 1984. Pembelanjaan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ratnasari, Yunita. 2011. Pengaruh Corporate Governance terhadap Luas


Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di dalam
Sustainability Report. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro. Semarang

Rismanda, Eddy. 2003. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap


Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial. Tesis. Program Studi Magister
Sains Akuntansi.Universitas Diponegoro.

Setiawan, Maman.2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik


Perusahaan, dan Karakteristik Tata Kelola Perusahaan terhadap Kinerja
Perusahaan. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas
Padjajaran.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta

Ujiyantho, Muh. Arif dan Pramuka, B. A. 2007. Mekanisme Corporate


Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan. Proceeding
Simposium Nasional Akuntansi 10. Makassar.

Widianto, Hari Suryono dan Andri Prastiwi. 2011. Pengaruh Karakteristik


Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan
Sustainability Report. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi
XIV,Banda Aceh, 21-22 Juli 2011.

www.jsx.co.id. Diakses pada tanggal 31 Juli-28 Agustus 2013.

Yatim, Puan., Pamela Kent dan Peter Clarkson. 2006. Governance Structures,
Ethnicity, dan Audit Fees of Malaysian Listed Firms. Business Paper
School of Business. Bond University.

You might also like