You are on page 1of 12

Pattirane Jurnal Ilmiah Platax Vol.

8:(1), Januari-Juni 2020

Ciri Morfologi, Pertumbuhan Serta Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Tahap


Awal Kepiting Bakau Scylla serrata (Forsskal, 1755) Selama Masa Pemeliharaan
(Morphology Characteristic, Growth And Survival Rate Of The Early Larval Stages Of Mud Crab,
Scylla serrata (Forsskal, 1775) For The Rearing Process)
Chrisoetanto P. Pattirane1 dan Bethzy J. Pattiasina2
1Program Studi Teknik Kelautan, Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang
2Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura
Email: chrisoetantopatrick2016@yahoo.com
ABSTRACT
The availability of female adult mature will continuously support mud crab hatchery
to produce the best quality of larvae. Bray et al., (1990b) proposed that zoea length can
be used as an index of larval quality. Larval quality is dependent on the physiology
condition related to the growth and survival rate of several larval development stages
(Racotta et al., 2003). The mortality in all development stages was due to the high
sensitivity of larvae for the environment changes. Two aquariums and sterilized water
were used in all rearing process and larvae of Scylla serrata fed once a day. It was fed by
rotifer (Branchionus plicatilis) and Artemia sp on the third and fifth days. The results
showed that the eye was a distinguishing characteristic between zoea I and zoea II.
Development of zoea I range about 0 (zero) to fourth days and zoea II about fifth to
seventh days. Observation of growth for six days indicate an increasing significantly on
the fourth to sixth days. The survival rate of Scylla serrata larvae without food holds three
days out. Otherwise, larvae that were fed on everyday hold seven days out.
Keywords: Larvae zoea, Scylla serrata, growth, survival rate
ABSTRAK
Ketersediaan induk yang matang telur secara berkesinambungan akan sangat
mendukung usaha pembenihan kepiting bakau dalam menghasilkan larva dengan
kualitas yang baik. Bray et al., (1990b) bahwa panjang zoea dapat digunakan sebagai
suatu indeks kualitas larva. Selain itu, kualitas larva juga bergantung kepada kondisi
fisiologis larva dan berkaitan dengan rata-rata pertumbuhan dan sintasan selama
beberapa tahapan larva (Racotta et al., 2003). Seluruh proses pemeliharaan digunakan
air steril dengan menggunakan wadah berupa akuarium sebanyak dua buah. Larva
kepiting bakau, S. serrata selama pemeliharaan diberi pakan satu kali sehari. Pakan yang
diberikan berupa rotifer (Branchionus plicatilis) dan artemia pada hari kelima dan ketiga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ciri morfologi pembeda antara tahap zoea I dan zoea
II adalah mata. Perkembangan zoea I berkisar antara hari 0 sampai dengan hari 4
selanjutnya zoea II antara hari kelima sampai hari ketujuh. Pertumbuhan yang diamati
selama masa pemeliharaan hari pertama sampai hari keenam, menunjukkan adanya
peningkatan yang signifikan pada hari keempat sampai hari keenam. Tingkat
kelangsungan hidup larva S. serrata yang tidak diberi pakan dapat bertahan mencapai
tiga hari. Sebaliknya untuk larva yang diberi pakan selama masa pemeliharaan mampu
bertahan hingga mencapai tujuh hari.
Kata kunci: Larva zoea, Scylla serrata, pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup

PENDAHULUAN serrata tergolong ke dalam famili


Kepiting bakau, Scylla serrata Portunidae, kelas Crustacea dan memiliki
merupakan salah satu komoditas tambak peranan penting baik secara ekologis
yang sudah lama dirintis kegiatan maupun dalam siklus rantai makanan.
budidayanya (Herlinah et al., 2010). Scylla Diantara kepiting portunid, kepiting bakau,

140
Pattirane Jurnal Ilmiah Platax Vol. 8:(1), Januari-Juni 2020

S. serrata merupakan subjek organisme bahwa berkaitan dengan usaha budidaya


tangkapan secara intensif di tempat dengan pembenihan kepiting, maka sintasan pada
konsentrasi tinggi seperti daerah estuari fase larva memiliki nilai persentase yang
dan hutan mangrove (Marichamy and sangat kecil yakni mencapai stadia krablet
Rajapackiam, 1992). Hal ini juga sebesar 1%. Sebaliknya Rusdi et al., (1999)
dikemukakan oleh Le Vay, (2001); Le Vay mengemukakan bahwa sintasan yang
et al., (2001) bahwa eksploitasi kepiting diperoleh pada fase larva hanya memiliki
bakau di dunia mengalami peningkatan nilai persentase sebesar 14%. Secara
secara konstan. Oleh karena usaha umum, larva kepiting bakau sangat sensitif
penangkapan yang sifatnya intensif dan terhadap kondisi yang tidak sesuai,
secara utuh bergantung pada alam sehingga dapat mengakibatkan kematian
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya pada seluruh tahapan perkembangan larva
penurunan stok sumberdaya kepiting zoea. Penyebab kematian masal ini
bakau. disebabkan oleh faktor-faktor antara lain
Agar ketersediaan stok kepiting bakau meliputi buruknya kualitas air, fluktuasi
di alam tetap berlanjut, maka salah satu kondisi lingkungan, kanibalisme,
cara yang dapat dilakukan adalah dengan kekurangan makanan dan nutrisi yang
melakukan kegiatan budidaya termasuk sangat penting bagi perkembangannya
didalamnya suatu upaya untuk serta infeksi yang disebabkan oleh parasit,
menghasilkan benih (pembenihan). Faktor jamur, bakteri dan virus (Davis et al., 2004).
yang sangat menentukan keberhasilan
METODE PENELITIAN
budidaya pembenihan kepiting bakau
adalah ketersediaan induk (Rantetondok Di dalam penelitian ini digunakan
dan Karim, 2010). Ketersediaan induk yang bahan antara lain larva kepiting bakau
matang telur secara berkesinambungan Scylla serrata, air laut steril, rotifer
akan sangat mendukung usaha (Branchionus sp) dan artemia (Artemia sp)
pembenihan kepiting bakau dalam sebagai pakan. Adapun alat yang
menghasilkan larva dan benih. digunakan akuarium 12 L sebanyak 2 buah
Ada lima kriteria yang dapat (masing-masing diberikan 2 sekat
digunakan untuk melihat kualitas larva berukuran 24 cm x 17.5 cm), mikroskop
antara lain adalah menggunakan nikon ecplise 50i, saringan 30 dan 50
pendekatan secara biokimia, morfologi, mikron, pipet tetes.
tingkah laku serta uji ketahanan stress dan Larva yang digunakan dalam
produksi. Untuk kriteria morfologi, ada penelitian ini berasal dari induk yang
beberapa variabel yang umumnya diberikan pakan dengan komposisi ikan
digunakan untuk dianalisis antara lain 1.8%, cumi-cumi 3% dan udang 1,2%
meliputi ukuran, berat, warna rasio (Pattiasina et al, 2016). Setelah menetas
perkembangan tubuh, sistem morfologi pada bak inkubasi, diambil dan dicacah
pencernaan dan kehadiran bakteri, virus kemudian dimasukkan ke dalam akuarium
protozoa serja jamur. Panjang nauplius pemeliharaan. Pemeliharaan digunakan
dapat menjadi pendekatan yang akuarium yang berisi air steril dengan suhu
menjanjikan disebabkan oleh pertambahan konsisten 31⁰C. Larva yang dipeliharan
panjang akan bersesuaian dengan ditebar sebanyak 65 ind/L. Dalam proses
perkembangannya (Racotta et al., 2003). pemeliharaan, proses pergantian air
Ditegaskan oleh Bray et al. (1990b) bahwa dilakukan setiap hari sebanyak 30% serta
panjang zoea dapat digunakan untuk dilengkapi aerasi sedang.
menganalisis studi tentang nutrisi induk. Pakan yang diberikan kepada larva
Selain itu, kualitas larva juga bergantung adalah berupa rotifer (Branchionus sp).
kepada kondisi fisiologis larva dan berkaitan Sebelum diberikan kepada larva, rotifer
dengan rata-rata pertumbuhan dan disaring secara bertingkat menggunakan
sintasan selama beberapa tahapan larva saringan 50 dan 30 mikron, dibersihkan
(Racotta et al., 2003). Menurut Taufik dan dengan air steril. Pakan artemia diberikan
Zafran (1997) dalam Maharani et al., (2005) pada hari ketiga dan kelima. Sebelum

141
Pattirane Jurnal Ilmiah Platax Vol. 8:(1), Januari-Juni 2020

diberikan kepada larva, artemia disaring Keterangan:


menggunakan saringan 100 mikron Sr = Sintasan
kemudian dibilas dengan air steril. Nt = Jumlah akhir hewan uji (ind)
Pemberian pakan dilakukan satu hari sekali N0 = Jumlah awal hewan uji (ind)
(pagi hari). 4. Tingkat kelangsungan hidup tanpa
Data yang diambil dalam menunjang proses pemberian pakan; Pengamatan
penelitian ini adalah sebagai berikut: terhadap tingkat kelangsungan hidup
1. Ciri morfologi larva tahap awal larva dilakukan dengan cara mengambil
Parameter ciri morfologi larva tahap sampel larva yang mati dan mengendap
awal adalah larva zoea I dan zoea II pada dasar akuarium melalui
yang diamati dengan cara mengambil penyiponan. Larva-larva tersebut
sampel sebanyak tiga individu dan kemudian dihitung selama 24 jam
diidentifikasi dengan menggunakan sekali.
mikroskop nikon eclipse 50i. Ciri-ciri Data perkembangan larva disajikan secara
larva tahap awal diidentifikasi dengan deskriptif dalam bentuk tabel, gambar
menggunakan acuan berdasarkan pada maupun grafik
Madhu, 2009; Anil and Suseelan, 1999; HASIL DAN PEMBAHASAN
Jantrarotai et al., 2006; Srinivasagam et
al., (2000) dalam Paital and Chainy Ciri morfologis larva tahap awal Scylla
(2012). serrata
2. Parameter pertambuhan panjang tubuh Salah satu jaminan untuk
daripada larva merupakan salah salah keberlanjutan usaha budidaya
satu indikator yang diamati. Parameter (pembenihan) kepiting adalah pengetahuan
ini akan dihitung dengan menggunakan akan morfologi zoea melalui serangkaian
rumus pertumbahan panjang absolut: proses identifikasi (Jantrarotai et al., 2006).
Secara umum, pada tiap tingkatan zoea
∆𝐿 = 𝐿𝑡 − 𝐿0
dicirikan dengan penambahan atau
Keterangan:
perkembangan organ tubuh baik sebagai
Lt = Panjang rata-rata larva di akhir
penunjang untuk kemampuan bergerak
pengamatan (µm)
maupun aktivitas makan (Mardjono et al.
L0 = Panjang rata-rata larva di awal
1994). Hasil pengamatan dari penelitian ini
pengamatan (µm)
melalui serangkaian proses identifikasi
Pengukuran panjang pada larva yang
yang dilakukan dengan menggunakan
digunakan sebagai data untuk melihat
mikroskop ditunjukkan sebagai berikut:
pertumbuhan daripada larva S. serrata
adalah berupa panjang total. Panjang Mata
total yang diukur pada dengan menarik Ciri morfologis yang sangat menonjol
garis dari ujung terdepan karapaks yang adalah mata, yang mana pada hari ke-0
dekat dengan mata sampai berakhir sampai hari ketiga terlihat masih menempel
pada bagian ujung telson. dan ketika memasuki hari keempat sampai
3. Tingkat kelangsungan hidup dengan hari ketujuh bentuk mata yang awalnya
pemberian pakan; Pengamatan menempel telah berubah menjadi mata
terhadap tingkat kelangsungan hidup bertangkai yang dicirikan dengan adanya
larva dilakukan dengan mengambil penonjolan mata dan bagian pangkalnya
sampel larva hidup dari tiap akuarium telah terlihat. Berdasarkan data pada Tabel
perlakuan.Sampel diambil 1, dapat dilihat ciri morfologi mata larva S.
menggunakan pipet tetes agar larva serrata.
dapat dengan mudah dicacah dan Hal serupa pun dikemukakan oleh Anil
masing-masing sebanyak tiga individu. and Suseelan (1999); Madhu and Madhu
Tingkat sintasan dapat dihitung (2009); Srinivasagam et al., (2000) dalam
menggunakan rumus sebagai berikut Paital and Chainy (2012) bahwa larva
(Effendi, 1992): kepiting bakau Scylla sp. pada tahap larva
𝑁 zoea I memiliki mata menempel sedangkan
𝑆𝑟 = (𝑁𝑡 ) × 100%
0

142
Pattirane Jurnal Ilmiah Platax Vol. 8:(1), Januari-Juni 2020

pada tahap zoea II dicirikan dengan mata


yang bertangkai.

Tabel 1. Ciri morfologi mata larva S. serrata


Hari
Ciri morfologi mata
Pengamatan Deskripsi
S. serrata
ke-

Mata masih menempel

Mata masih menempel


1

Mata masih menempel


2

Mata masih menempel


3

143
Pattirane Jurnal Ilmiah Platax Vol. 8:(1), Januari-Juni 2020

Tampak adanya sedikit


perkembangan mata
4 mulai bertangkai

Mata mulai bertangkai


5

Mata terlihat bertangkai


Mata
6

Mata terlihat bertangkai


7 Mata

Telson untuk melihat adanya perkembangan larva


Pengamatan ciri morfologi larva juga tiap tahap zoea. Dari hasil pengamatan
dilakukan terhadap bagian telson yang terlihat bahwa telson berbentuk seperti
merupakan salah satu kunci identifikasi garpu dengan dua ujung runcing

144
Pattirane Jurnal Ilmiah Platax Vol. 8:(1), Januari-Juni 2020

membentuk sebuah kurva.Pada bagian ini Maxilliped


terdapat seta yang menjadi pembeda tiap Dalam penelitian ini, maxilliped
tahapan perkembangan zoea. dijadikan sebagai salah satu ciri yang juga
Berdasarkan pengamatan, hasil yang spesifik untuk melihat perkembangan
diperoleh bahwa mulai dari hari nol sampai tahapan zoea selain daripada mata dan
hari ketujuh menunjukkan bahwa jumlah jumlah seta pada telson. Jika diamati
seta pada bagian telson berjumlah tiga dengan saksama menggunakan mikroskop
pasang. Hasil ini terlihat ada sedikit maka maxilliped akan terlihat seperti
perbedaan dengan yang dikemukakan sebuah batang pendek bersegmen dan
sebelumnya oleh Madhu and Madhu pada bagian ujungnya terdapat seta
(2009); Anil and Suseelan (1999) bahwa panjang yang dikelilingi dengan seta-seta
pada kisaran hari nol sampai hari keempat kecil dan tipis. Indikator yang digunakan
yakni tahap zoea I memiliki jumlah seta untuk membedakan tiap tahap
pada telson sebanyak tiga pasang dan perkembangan zoea digunakan seta
selanjutnya pada hari keempat sampai panjang pada maxilliped.
ketujuh memiliki jumlah telson sebanyak
empat pasang.

Seta

Gambar 1. Jumlah seta pada bagian telson (Sumber: dokumentasi pribadi)

Seta

Gambar 2. Jumlah seta panjang pada exopod maxilliped (Sumber: dokumentasi pribadi)

145
Pattirane Jurnal Ilmiah Platax Vol. 8:(1), Januari-Juni 2020

Pengamatan dari hari nol sampai hari Pertumbuhan larva Scylla serrata
ketujuh menunjukkan jumlah seta panjang Tumbuh dalam pengertian umum
pada maxilliped adalah sebanyak empat. diartikan sebagai bertambahnya ukuran
Padahal menurut Madhu and Madhu sedangkan berkembang diartikan sebagai
(2009); Anil and Suseelan (1999), bertambahnya kuantitas.Oleh karena itu,
menjelaskan bahwa mulai hari nol sampai pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan
dengan hari keempat yang mana pada adanya pertambahan panjang, luas,
tahap zoea I jumlah seta dari maxilliped volume, berat maupun kandungan tertentu.
berjumlah empat sedangkan pada kisaran Dengan demikian, dari segi ukuran, maka
hari empat sampai tujuh untuk tahap zoea tumbuh merupakan proses pendek menjadi
II, larva memiliki jumlah seta sebanyak panjang, dari sempit menjadi luas, dari
enam buah pada maxilliped. Disini kosong menjadi berisi, dari ringan menjadi
menunjukkan bahwa terdapat berat (Purnomo, 2004). Dikemukakan oleh
kecenderungan yang tidak sama antara Chen et al., (2011) bahwa umumnya
deskripsi ciri morfologis larva hasil kajian ukuran larva biasanya dipresentasikan oleh
penelitian ini dengan penelitian panjang tubuh larva itu sendiri.
sebelumnya yang mana tidak terdapat
Pertumbuhan Panjang Mutlak
perubahan seta sama sekali pada bagian
Berdasarkan penelitian yang telah
telson serta maxilliped.
dilakukan, pertambahan panjang mutlak
Dengan demikian, selama masa
dari larva S. serrata selama masa
pemeliharaan hari nol sampai hari
pemeliharaan yang hasilnya seperti
keempat, larva tergolong ke dalam tahap
ditampilkan pada Gambar 2, menunjukkan
zoea I dan hari kelima sampai hari ketujuh
bahwa adanya tren kenaikan selama hari
larva tergolong ke dalam tahap zoea II. Hal
pertama sampai dengan hari keenam.
ini pun sama sesuai dengan yang
Pada hari pertama sampai hari ketiga
dikemukakan oleh Anil and Suseelan
terlihat pertambahan panjang tubuh larva
(1999) bahwa masa perkembangan zoea I
mengalami kenaikan yang secara absolut
membutuhkan waktu empat hari
berbeda tipis. Demikian juga halnya
sedangkan zoea II membutuhkan waktu
dengan hari ketiga sampai hari kelima.
selama tiga hari.

Gambar 3. Diagram pertumbuhan mutlak larva

Sebaliknya hal yang berbeda dengan hari-hari sebelumnya yakni 33,73


ditemukan pada hari kelima sampai µm hingga 83,47 µm. Hal ini diduga karena
keenam bahwa adanya pertambahan keseluruhan faktor-faktor dalam masa
panjang mutlak yang terjadi secara pemeliharaan yang sesuai serta
signifikan yang mana, jika dibandingkan menunjang keberlangsungan hidup larva

146
Pattirane Jurnal Ilmiah Platax Vol. 8:(1), Januari-Juni 2020

yakni meliputi pakan, media berupa air keempat hingga mencapai 5% kemudian
pemeliharaan yaitu salinitas dan suhu menurun di hari selanjutnya hingga
selama proses pemeliharaan dibuat dalam berakhir pada hari ketujuh.
kondisi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
Tingkat kelangsungan hidup larva yang
larva S. serrata.
diberikan artemia pada hari kelima
Tingkat kelangsungan hidup larva yang Pada Gambar 5 terlihat bahwa
diberikan artemia pada hari ketiga kecenderungan tingkat kelangsungan
Pada Gambar 4 terlihat kelangsungan hidup larva yang diberikan pemuasaan
hidup dari larva yang tidak diberi pakan hanya berlangsung selama tiga hari
hanya mampu bertahan hingga hari ketiga sedangkan bagi larva yang diberi makan
dibandingkan larva yang diberikan makan dapat bertahan hingga hari ketujuh. Larva
selama masa pemeliharaan. Larva yang diberi pakan rotifer dari hari pertama dan
diberikan pakan rotifer dari hari pertama artemia pada hari kelima. Tren pada
dan artemia pada hari ketiga menunjukkan diagram menunjukkan bahwa tingkat
kemampuan untuk bertahan dari hari ke-0 kelangsungan hidup larva mengalami
sebesar 100% hingga hari ke-7 sebesar penurunan drastis pada hari keenam,
0%. Tren pada diagram menunjukkan dimana sebelumnya persen kelangsungan
bahwa pada hari ketiga, tingkat hidup larva sebesar 56% mengalami
kelangsungan hidup larva sebesar 49% penurunan mencapai 1% di hari keenam
mengalami penurunan drastis pada hari dan selanjutnya berakhir di hari ketujuh.

Gambar 4. Diagram Tingkat Kelangsungan Hidup Larva yang diberi Artemia hari ketiga

Gambar 5. Diagram Tingkat Kelangsungan Hidup Larva yang Diberi Artemia Hari Kelima

147
Pattirane Jurnal Ilmiah Platax Vol. 8:(1), Januari-Juni 2020

Dari kedua diagram diatas (Gambar 4 artemia, menghasilkan kelangsungan


dan 5), menunjukkan secara khusus bagi hidup larva yang tinggi (Baylon, 2009;).
larva yang tidak diberi pakan, hanya dapat Tren penurunan drastis ini
bertahan hingga hari ke-3. Hal ini diasumsikan karena pergerakan larva
dikarenakan tidak ada suplai nutrisi yang tahap awal yang cenderung tidak gesit
berguna untuk mempertahankan hidupnya. dibandingkan artemia. Hal ini berakibat
Hasil pengamatan menemukan bahwa untuk memicu terjadinya kompetisi yang
larva kepiting setelah menetas siap untuk sifatnya tidak menguntungkan bagi larva itu
makan karena tidak lagi memiliki kuning sendiri. Larva kepiting brachyura memiliki
telur sebagai cadangan makan pada masa tingkah laku pergerakan yang
kritis tahap awal. Siahainenia (2008) menunjukkan pola distribusi vertikal dan
mengemukakan bahwa larva kepiting interaksi mangsa-pemangsa yang mana
bakau S. serrata hanya dapat bertahan regulasinya dipengaruhi oleh sinyal
selama tiga hari dikarenakan kurangnya eksogen (external cues) pergerakan dari
persediaan pakan bagi kebutuhan larva itu organisme yang ada di kolom air (Epifanio
sendiri. Larva harus bertahan dan dan Cohen, 2016). Larva tahap awal (Z1
bergantung dengan sisa cadangan energi dan Z2) yang diberikan makan dengan
yang diturunkan oleh induknya untuk rotifer menunjukkan persen kelangsungan
memicu proses metabolisme karena tidak hidup yang tinggi, dikarenakan rotifer
tersedianya sumber nutrisi dari luar ukurannya kecil dan pergerakannya lemah
(exogenous nutrition) sebagai sumber serta mudah ditangkap dan dicerna oleh
energi (Genodepa et al., 2018), sehingga larva (Baylon, 2010). Welch and Epifanio
dengan melihat efek dari pemuasaan yang (1995) juga pernah mengemukakan bahwa
mengakibatkan larva yang baru menetas larva krustase dekapoda itu sendiri
kekurangan makanan maka pemberian merupakan tipe encounter feeders yang
pakan perlu dan harus segera setelah sangat bergantung terhadap pertemuan
terjadinya penetasan (Quinitio et al., 2017). dengan mangsa (prey), sehingga dengan
Berbeda dengan larva yang kondisi mata yang menempel dan belum
dipuasakan, tingkat kelangsungan hidup bekerja dengan baik, sangat dibutuhkan
larva selama proses pemeliharaan yang bantuan organ vital lainnya yaitu antenna
didukung dengan suplai pakan terlihat dan maxilliped. Menurut Hui (2006), organ
bertahan sampai hari ketujuh. Pakan yang antena berfungsi mendeteksi kondisi kimia
diberikan selama masa pemeliharaan lingkungan (chemoreceptors) untuk
adalah rotifer (Branchionus plicatilis) dan mengetahui keberadaan mangsa dan
Artemia sp. Rotifer dan artemia adalah kemudian akan ditangkap serta
pakan alami yang merupakan kebutuhan dihancurkan menggunakan maxilliped.
dasar dalam formulasi pakan bagi larva Sebaliknya pada saat mata bertangkai,
tahap awal (Redzuari et al., 2012). Tren diduga fungsi kerja mata telah berjalan
diagram menunjukkan bahwa larva yang dengan baik sehingga kemampuan
awalnya diberikan rotifer memiliki tampilan memangsa menjadi lebih baik dan hal ini
kelangsungan hidup yang normal dan memberikan dampak yang baik terhadap
penurunan drastis terjadi setelah larva penyediaan energi dan pertumbuhan dari
diberikan pakan artemia. Hal ini diduga larva kepiting Scylla serrata.
bahwa pola pemberian pakan terhadap Dengan demikian, berdasarkan
larva selama masa pemeliharaan tidak seluruh hasil penelitian dapat
optimal. Pemberian Artemia sp selama dideskripsikan bahwa secara umum
masa pemeliharaan hari pertama sampai perkembangan larva dari hari ke-0 sampai
hari ketujuh sangat tidak efektif dan belum hari ke-4 adalah tahap zoea I yang
sesuai bagi perkembangan larva tahap merupakan tahap kritis larva. Sebagaimana
awal. Padahal, penelitian-penelitian yang dikemukakan oleh Maheswarudu et
sebelumnya mengemukakan bahwa larva al., (2007) bahwa zoea I sangat kecil,
kepiting bakau yang diberikan pakan mudah hancur serta perkembangan dari
organ penglihatan visual yang belum

148
Pattirane Jurnal Ilmiah Platax Vol. 8:(1), Januari-Juni 2020

lengkap yakni mata yang masih menempel. Bray, W.A., A.L. Lawrence., J. L. Lester.
Pada hari ke-4 sampai hari ke-6 1990b. Reproduction of
merupakan tahap zoea II dengan ciri mata Eyestalk Ablated Penaeus
yang bertangkai. Perkembangan ciri stylirostris Fed Various Levels of
morfologis larva kepiting terjadi seiring Total Dietary Lipids. J. World Aquac.
dengan pertumbuhan larva S. serrata. Soc. 21, 41– 52.
Sehingga pada saat mata masih https://onlinelibrary.wiley.com/doi/ab
menempel, pertumbuhan tetap mengalami s/10.1111/j.1749-
peningkatan walaupun tidak signifikan. 7345.1990.tb00952.x. [31 Maret
Akan tetapi seiring dengan perubahan 2020].
mata menjadi bertangkai maka terlihat Davis, J. A., M. Wille., T. Hecht and P.
pertumbuhan meningkat secara signifikan Sorgeloos. 2004. Development of
(Tabel 1). Hal ini dapat diduga karena Hatchery Techniques for The Mud
adanya mata yang sudah berkembang Crab Scylla serrata (Forskal) in South
dengan baik dan dapat berfungsi dalam Africa: The Effect of Fatty Acid
pengambilan pakan. Sejalan dengan itu, Enrichment on Growth, Survival and
pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berasal Metamophosis of South African Mud
dari pakan juga sudah dapat terpenuhi. Crab Scylla serrata (Forskal)
KESIMPULAN [Thesis]. Belgia: Faculteit
Landbouwkundige En Toegepaste
Ciri pembeda yang menjadi kunci Biologische Wetenschappen,
untuk melihat adanya perkembangan dari Universiteit Gent.
zoea larva tahap awal (zoea I dan zoea II)
Effendi, M. T. 1992. Metoda Biologi
kepiting bakau S. serrata adalah mata.
Perikanan. Bogor: Yayasan
Pertumbuhan yang diamati melalui
Agromedia. 112 hal.
indikator pertambahan panjang tubuh larva
mengalami peningkatan signifikan selama Epifanio, C. E and J. H. Cohen. 2016.
proses pemeliharaan. Penurunan tingkat Behavioral Adaptations in Larvae of
kelangsungan hidup larva secara drastis Brachyuran Crabs: A Review. Journal
terjadi oleh karena pola pemberian pakan of Experimental Marine Biology and
alami artemia yang diduga belum sesuai Ecology 482 (2016) 85–105.
dengan tingkat perkembangan larva S. http://dx.doi.org/10.1016/j.jembe.201
serrata tahap awal. 6.05.006. [30 April 2020].
Genodepa, J., C. Zeng and P. C.
DAFTAR PUSTAKA
Southgate. 2018. Changes in
Anil, M. K and C. Suseelan. 1999. Digestive Enzyme Activities and
Laboratory Rearing and Seed Nutrient Utilization During Embryonic
Production of the Mud Crab, Scylla Development and Starvation of
oceanica. J. Mar. Biol. Ass. India. 41 Newly Hatched Larvae of The Mud
(1&2), 38-45. Crab, Scylla serrata. Aquaculture,
http://eprints.cmfri.org.in/1949/. [14 493:137-143.
April 2020]. https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.
Baylon, J. C. 2010. Optimum Food Type, 2018.04.053. [30 April 2020].
Feeding Schedule and Prey Density Herlinah, Sulaeman dan A. Tenriulo. 2010.
for the Zoea Larvae of the Crucifix Pembesaran Kepiting Bakau (Scylla
Crab, Charybis feriatus (Crustacea: serrata) di Tambak dengan
Decapoda: Portunidae). Asian Pemberian Pakan berbeda. Prosiding
Fisheries Science 23(2010):159-173. Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.
https://pdfs.semanticscholar.org/07fc Balai Riset Perikanan Budidaya Air
/2baf4791997af2a0ef9e226c822c4d Payau, Maros, Sulawesi Selatan.
a0734d.pdf. [15 April 2020]. http://ejournal-

149
Pattirane Jurnal Ilmiah Platax Vol. 8:(1), Januari-Juni 2020

balitbang.kkp.go.id/index.php/fita/arti https://eprints.uns.ac.id/788/1/19570
cle/view/6371. [21 Maret 2020]. 8201985031004biotek5.pdf. [25
Hui, Y. H. 2006. Handbook of Food Maret 2020].
Science, Technology and Maheswarudu, G., J. Jose., K. R. M. Nair.,
Engineering, Volume 1. USA: CRC- M. R. Arputharaj., A. Ramakrishnan.,
Taylor and Francis Group. A. Vairamani., S. Mohan., S.
Jantrarotai, P., K. Sirisintruwanich., S. Palinichamy. 2007. Larval Rearing of
Pripanapong and C. Chayarat. 2006. Mud Crab, Scylla tranquebarica
Morphological Study in Zoeal Stages (Fabricius, 1798) and Feeding
of Mud Crab, Scylla olivacea (Herbst, Requirements of Its Zoea1. J. Mar.
1796). Kasetsart J. (Nat. Sci.), 40: Biol. Ass. India, 49 (1): 41-46.
507-516. https://core.ac.uk/download/pdf/3301
http://kasetsartjournal.ku.ac.th/kuj_fil 2506.pdf. [27 April 2020].
es/2008/A080402134911.pdf. [10 Marchamy, R and S. Rajapackiam. 1992.
Maret 2020]. Experiments on Larval Rearing and
Le Vay, L. 2001. Ecology and Management Seed Production of the Mud Crab
of Mud Crab Scylla spp. Asian Scylla serrata (Forskal). Pages 135-
Fisheries Science. 14(2): 101-112. 142 in Angell, C. A. (Ed.), Report of
https://www.asianfisheriessociety.org the Seminar on the Mud Crab Culture
/publication/downloadfile.php?id=514 and Trade Held at Surat Thani,
&file=Y0dSbUx6QXpORFUzTVRBd0 Thailand, November 5-8, 1991.Bay of
1ERXpOVFU0T0RBME16QXVjR1Jt Bengal Programme, Madras, India.
&dldname=Ecology%20and%20Man http://www.fao.org/tempref/docrep/fa
agement%20of%20Mud%20Crab%2 o/007/ad840e/ad840e00.pdf. [10
0Scylla%20spp.%20.pdf. [10 Maret Maret 2020].
2020]. Paital, B and G. B. N. Chainy. 2012. Biology
Le Vay, L., Ngoc, Ut. V. and Jones, D.A. and Conservation of The Genus
2001b. Seasonal Abundance and Scylla in India Subcontinent. J.
Recruitment in an Estuarine Environ. Biol., 33: 871-879.
Population of Mud Crabs, Scylla Racotta, S. I., E. Palacios and A. M. Ibarra.
paramamosain, in the Mekong Delta, 2003. Shrimp Larval Quality in
Vietnam. Hydrobiologia. 449(1-3): Relation to Broodstock Condition.
231-239. Programa de Acuicultura, Division de
https://www.researchgate.net/publica Biologia Marina, Centro de
tion/226992236_Seasonal_abundan Investigaciones Biolo´gicas del
ce_and_recruitment_in_an_estuarin Noroeste, Mar Bermejo 195, Playa
e_population_of_mud_crabs_Scylla_ Palo de Santa Rita, Apdo.
paramamosain_in_the_Mekong_Delt Aquaculture, 227 (2003) 107–130.
a_Vietnam. [19 Maret 2020]. Redzuari, A., Azra, M.N., Abol-Munafi,
Madhu, K and R. Madhu. 2008. CMFRI: A.B., Aizam, Z.A., Hii, Y.S.,
Course Manual Winter School on Ikhwanuddin, M.,2012. Effects of
Recent Advances in Breeding and Feeding Regimes on Survival,
Larviculture of Marine Finfish and Development and Growth of Blue
Shellfish. Central Marine Fisheries Swimming Crab, Portunus pelagicus
Reasearch Institute. Kerala, India. (Linnaeus, 1758) Larvae. World Appl.
Maharani, R. I., Suranto., Zafran. 2005. Sci. J. 18 (4), 472–478.
Sensitivitas Berbagai Stadia Kepiting https://www.idosi.org/wasj/wasj18(4)
Bakau (Scylla paramamosain 12/2.pdf.
Estampador) terhadap White Spot Rusdi, I., Yunus dan K. Sugama. 1999.
Syndrome Virus. Bioteknologi 2 (1) : Kajian Produksi Larva Kepiting
27-33. Bakau (Scylla paramamosain).

150
Pattirane Jurnal Ilmiah Platax Vol. 8:(1), Januari-Juni 2020

Prosiding Seminar Nasional _in_prey_abundance_on_growth_an


Penelitian dan Diseminasi Teknologi d_development_of_crab_larvae_rear
Budi daya Laut dan Pantai. Jakarta. 2 ed_in_the_laboratory_and_in_large_
Desember 1999. field-deployed_enclosures. [1 Mei
Welch, J. M. and C. E. Epifanio. 1995. 2020].
Effect of Variations in Prey Quinitio, E. T., J. J. D. Cruz-Huervana, F.
Abundance on Growth and D. Parado-Estepa. 2017. Quality
Development of Crab Larvae Reared assessment of newly hatched mud
in The Laboratory and in Large Field- crab, Scylla serrata larvae.
Deployed Enclosures. Mar. Ecol. Aquaculture Research. 2017;1–6.
Prog. Ser. 116: 55-64. DOI: 10.1111/are.13434.
https://www.researchgate.net/publica wileyonlinelibrary.com/journal/are.
tion/240808758_Effect_of_variations

151

You might also like