You are on page 1of 6

[ LAPORAN KASUS ]

MARASMIC WITH FAILURE TO THRIVE AND STUNTING


ACCOMPANIED PULMONARY TUBERCULOSIS AND
NUTRITIONAL ANEMIA
Talitha Badzlina Sayoeti1, Rogatianus Bagus Pratignyo2
1
Faculty of Medicine, Universitas Lampung
2
Division of Pediatrics, RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek, Bandar Lampung

Abstract
Marasmic is a malnutrition condition occurs when the diet is lack of calories and protein, or can also due to
malabsorbtion, metabolic abnormalities or congenital malformations. In malnutrition patients can occur growth
disorder. Mortality rate quite large, about 55%. Death is often caused by an infectious disease due to a disorder of
the body's defense mechanism, this also often cause severe life-threatening condition. A 1 year old child, came with
chief complaints of cough since he was 5 months with no improvement, accompanied with decreased of appetite so
there is no increase in body weight. Patients also experienced subfebrile fever with night sweating. Patient had
contact with pulmonary tuberculosis patient. Physical examination found pulse 140x/min, respiration 32x/menit,
o
temperature 38,1 C (per axiler), body weight 5,4 Kg and height 65 Cm. Conjunctival pallor, elderly face, sunken eyes,
baggy pants, wasting, turgor returns slowly and no edema. Blood tests found Hb 10.6 g/dL. Radiological
examination overview of active pulmonary tuberculosis. Patient was diagnosed with marasmic with failure to thrive
and stunting accompanied pulmonary tuberculosis and nutritional anemia. Patient was threated based on
management procedure of marasmic and management of pulmonary tuberculosis based on national guidelines
tuberculosis for children. Malnutririon can lead to failure to thrive, anemia and immune system disturbance that
cause the patient more likely to get any infection. [J Agromed Unila 2014; 1(1):22-7]

Keywords: failure to thrive, marasmic, nutritional anemia, pulmonary tuberculosis, stunting

Abstrak
Marasmus adalah kurang kalori protein yang terjadi karena diet yang tidak cukup, malabsorbi, kelainan metabolik
ataupun malformasi kongenital. Pada penderita gizi buruk bisa terjadi gangguan tumbuh kembang. Mortalitas yang
terjadi cukup besar, yaitu sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi akibat penyakit infeksi karena mengalami
gangguan mekanisme pertahanan tubuh yang berat hingga kondisi yang mengancam jiwa. Anak 1 tahun, datang
dengan keluhan batuk sejak berusia 5 bulan dan tidak mengalami perbaikan. Sejak mengalami batuk napsu makan
menurun sehingga berat badan tidak naik-naik. Pasien juga mengalami demam yang tidak terlalu tinggi disertai
keringat malam. Terdapat riwayat kontak dengan penderita dewasa tuberkulosis paru. Temuan fisik didapatkan nadi
o
140x/menit, respirasi 32x/menit, suhu 38,1 C (per aksila), berat badan 5,4 Kg dan tinggi badan 65 Cm. Konjungtiva
anemis, wajah orang tua, mata cekung, baggy pants, wasting, turgor kembali lambat dan tidak didapatkan adanya
edema. Pemeriksaan darah Hb 10,6 g/dL. Pemeriksaan radiologi didapatkan kesan tuberkulosis paru aktif. Pasien
didiagnosis dengan marasmus kondisi V dengan gagal tumbuh dan perawakan pendek disertai tuberkulosis paru
dan anemia nutrisional. Kemudian ditatalaksana sesuai dengan tatalaksana marasmus kondisi V dan tatalaksana TB
paru berdasarkan pedoman nasional tuberkulosis anak. Gizi buruk dapat menyebabkan gagal tumbuh, anemia serta
gangguan sistem imun sehingga mudah terjadi infeksi. [J Agromed Unila 2014; 1(1):22-7]

Kata kunci: anemia nutrisional, gagal tumbuh, marasmus, perawakan pendek, tuberkulosis paru

Pendahuluan
Gizi buruk adalah suatu kondisi karbohidrat dan kalori. Gizi buruk
dimana seseorang dinyatakan (severe malnutrition) adalah suatu
kekurangan zat gizi atau dengan istilah teknis yang umumnya dipakai
ungkapan lain status gizinya berada di oleh kalangan gizi, kesehatan dan
bawah standar rata-rata. Zat gizi yang kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk
dimaksud bisa berupa protein, terparah dari proses terjadinya
Talitha Badzlina and Rogatianus Bagus Pratignyo | Marasmic With Failure to Thrive and Stunting

kekurangan gizi menahun. Secara garis tinggi dan naik turun, keadaan ini
besar, gizi buruk disebabkan oleh disertai pula dengan keringat malam.
asupan makanan yang kurang atau anak Menurut ibu, pasien pernah mengalami
sering sakit atau terkena infeksi. Asupan kontak dengan penderita tuberkulosis
makanan yang kurang disebabkan oleh (TB), yaitu paman pasien yang
berbagai faktor, antara lain tidak rumahnya berdekatan. Saat berusia 8
tersedianya makanan secara adekuat, bulan batuk yang dialami semakin berat
anak tidak cukup mendapat makanan dan pasien juga mengalami gangguan
bergizi seimbang, dan pola makan yang pertumbuhan yang terlihat dari berat
salah. Kaitan infeksi dan kurang gizi badan yang tidak pernah bertambah
seperti layaknya lingkaran setan yang dalam 4 bulan terakhir. Pasien pernah
sukar diputuskan, karena keduanya dibawa berobat, namun hanya
saling terkait dan saling memperberat. didiagnosis batuk biasa.
Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan Riwayat imunisasi dasar tidak
kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri lengkap, riwayat pemeliharaan prenatal
akan memberikan dampak buruk pada baik, memeriksakan kandungan tiap
sistem pertahanan sehingga bulan ke bidan. Riwayat kelahiran lahir
memudahkan terjadinya infeksi.1 spontan dengan cukup bulan,
Beberapa penelitian pemeliharaan postnatal baik. Dari hasil
menunjukkan pada kekurangan energi nutrisurvey didapatkan analisis makanan
protein (KEP) berat memiliki risiko per hari sekitar 269 kkal, protein 19,9
kematian cukup besar, yakni sekitar gram.
55%. Kematian ini seringkali terjadi Dari pemeriksaan fisik
karena penyakit infeksi (seperti didapatkan berat badan/umur (BB/U)
tuberculosis, radang paru, infeksi 5,4 kg (<-3 z-score kurva WHO 2006),
saluran cerna) atau karena gangguan panjang badan/umur (PB/U) 65 cm (<-3
jantung mendadak. Infeksi berat sering z-score kurva WHO 2006), berat
terjadi karena pada KEP sering badan/panjang badan (BB/PB) <-3 z-
mengalami gangguan mekanisme score kurva WHO 2006, lingkar lengan
pertahanan tubuh, sehingga mudah atas (LILA) 12 cm (-2 SD z-score kurva
terjadi infeksi atau bila terkena infeksi WHO 2006), lingkar kepala 46 cm
maka berisiko terjadi komplikasi yang (normal, sesuai dengan kurva Nellhaus).
lebih berat hingga mengancam jiwa.2 Pasien sadar, tampak sakit sedang,
frekuensi nadi 140 x/menit, teratur, isi
Kasus dan tegangan cukup; pernapasan
Pasien, anak berusia 1 tahun, 32x/menit, teratur, kedalaman cukup,
datang ke poli anak Rumah Sakit Abdul tidak tampak retraksi; suhu 38,1o C (per
Moeloek (RSAM) atas rujukan dari axiler). Terdapat tanda gizi buruk berupa
puskesmas dengan keluhan batuk sejak wajah orang tua, mata cekung, baggy
berusia 5 bulan, batuk yang diderita pants dan wasting, tidak didapatkan
tidak mengalami perbaikan meskipun adanya edema maupun kelainan kulit
sudah berobat. Sejak mengalami batuk selain turgor yang kembali lambat.
napsu makan mulai menurun sehingga Konjungtiva tampak anemis, kemudian
berat badan tidak naik-naik. Pasien juga diperiksa darah perifer lengkap yang
mengalami demam yang tidak terlalu menunjukkan adanya anemia dengan Hb

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 1 | Agustus 2014 | 23


Talitha Badzlina and Rogatianus Bagus Pratignyo | Marasmic With Failure to Thrive and Stunting

10,6 g/dL. Pemeriksaan radiologi Marasmus (gizi buruk non-


didapatkan kesan TB paru aktif. edematous) ditandai dengan kegagalan
Penatalaksanaan pada kasus ini untuk menambah berat badan dan
adalah penatalaksanaan gizi buruk iritabilitas, diikuti dengan penurunan
berdasarkan atas kondisi pertama kali berat badan dan kelesuan sampai anak
dijumpai. Secara umum tatalaksana terlihat sangat kurus. Kulit kehilangan
anak gizi buruk melalui beberapa fase turgor dan menjadi berkerut serta
yaitu fase stabilisasi (Hari 1-7), fase longgar akibat kehilangan lemak
transisi (Hari 8-14), fase rehabilitasi subkutan. Kehilangan lemak dari bagian
(minggu 2-6) dan fase tindak lanjut pipi sering terjadi terlambat dalam
(minggu 7-26). Dan untuk perjalanan penyakit, dengan demikian,
penatalaksanaan TB pada pasien ini wajah bayi dapat dipertahankan dalam
diberikan Rifampisin (R) 1x75 mg, bentuk yang relatif normal dibandingkan
Isoniazid (H) 1x50 mg, dan Pirazinamid dengan seluruh tubuh, tetapi pada
(Z) 2x75 mg. Selain itu dilakukan akhirnya akan menjadi menyusut dan
evaluasi klinis yaitu menghilang atau keriput. Perut buncit atau mungkin
membaiknya kelainan klinis yang datar, dengan pola usus mudah terlihat.
sebelumnya ada pada awal pengobatan. Terjadi hipotrofi dan atrofi otot, suhu
biasanya menjadi di bawah normal dan
Pembahasan denyut nadi melambat.3
Pasien didiagnosis pada saat Pada pasien ini didapatkan
masuk rumah sakit sebagai marasmus adanya berat badan yang tidak naik-naik
kondisi V dengan gagal tumbuh dan yang sudah berlangsung sejak 4 bulan
perawakan pendek disertai TB paru dan terakhir. Anak juga tampak lebih kecil
anemia nutrisional. Diagnosis ini dari teman seusianya. Pada pengukuran
ditegakkan dari hasil anamnesis, berat badan berdasarkan tinggi badan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan didapatkan status gizi pasien di bawah -
penunjang. 3 SD. Tinggi badan berdasarkan umur
KEP atau malnutrisi atau yang juga menunjukkan adanya perawakan
lebih dikenal gizi buruk dimanifestasikan pendek (stunting). Pada pemeriksaan
terutama karena konsumsi makanan fisik didapatkan anak tampak sangat
yang tidak cukup memadai dari protein kurus, turgor kembali lambat, tidak ada
dan energi, baik karena kekurangan lemak sub kutan dan terdapat baggy
asupan makanan yang dibutuhkan untuk pants. Berdasarkan hal tersebut
pertumbuhan normal atau karena dipikirkan bahwa pasien menderita gizi
kebutuhan untuk pertumbuhan lebih buruk tipe marasmus dan pada pasien
besar dari pada yang dapat disediakan. ini tidak ditemukan renjatan, tidak
Gizi buruk dapat dibagi dalam tiga letargi, tidak muntah, tidak diare
bentuk yakni marasmus (non- ataupun dehidrasi, maka termasuk
edematous) yang terjadi akibat dalam marasmus kondisi V (tabel 1).
kekurangan energi, kwashiorkor Gizi buruk penyebabnya
(edematous) yang terjadi karena multifaktorial, ada banyak faktor yang
kekurangan protein, sedangkan mungkin dapat mempengaruhi. Salah
marasmus kwashiorkor terjadi karena satu faktor yang mungkin adalah variasi
kekurangan energi dan protein.3 kebutuhan nutrisi dan komposisi nutrisi

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 1 | Agustus 2014 | 24


Talitha Badzlina and Rogatianus Bagus Pratignyo | Marasmic With Failure to Thrive and Stunting

pada masing-masing tubuh. Pada kasus 10% secara oral. Cegah hipotermia
didapatkan hasil analisis makanan per dengan menjaga anak tetap hangat
hari sekitar 269 kkal, protein 19,9 gram. dengan menutup badan dan kepala
Seharusnya untuk anak usia 1 tahun dengan selimut. Cegah dehidrasi dengan
dengan berat badan 5,4 kg dan panjang pemberian susu segera, yaitu pada dua
badan 65 cm dimana kebutuhan makan jam pertama susu F75 sebanyak 15 cc
menurut tinggi badan sesuai usia (BB=9 tiap 30 menit, evaluasi tanda vital tiap
kg) kebutuhan per hari seharusnya 900 30 menit selama 2 jam pertama.
kkal dan 22 gram protein. Sehingga Dilanjutkan 10 jam berikutnya,
diketahui bahwa asupan makanan pada pemberian F75 sebanyak 60 cc/2 jam,
pasien kurang, baik kualitas maupun dan evaluasi tanda vital tiap 1 jam
kuantitas. selama 10 jam pertama. Mencegah
kekurangan mikronutrien dengan
6
Tabel 1. Menetapkan kondisi penderita pemberian vitamin A 200.000 i.u (1 kali
Tanda bahaya Kondisi pemberian), asam folat 5 mg dosis
dan tanda I II III IV V
penting
tunggal dan selanjutnya 1x1 mg, vitamin
Renjatan (syok) + - - - - C 1x 50 mg.
Letargis + + - + - Selama evaluasi pasien
(tidak sadar) kemudian telah dapat menghabiskan F-
Muntah/diare/ + + + - - 75 yang diberikan dengan interval 4 jam,
Dehidrasi selanjutnya pada fase transisi F-75
diganti dengan F-100 135 cc setiap 4
Penatalaksanaan gizi buruk jam dan ditingkatkan secara bertahap
dilakukan berdasarkan atas kondisi sesuai toleransi pasien. Dengan diet
pertama kali dijumpai. Secara umum seperti ini, kebutuhan energi pada fase
tatalaksana anak gizi buruk melalui rehabilitasi adalah 1.395-1.860kkal (150-
beberapa fase yaitu fase stabilisasi, fase 220 kkal/kgbb), protein 27,9-37,2 gr (3-4
transisi, fase rehabilitasi dan fase tindak gr protein/kgbb) dapat terpenuhi.
lanjut. Pemberian makanan secara oral Dengan bertambahnya toleransi dan
dimulai dengan formula khusus tinggi kepatuhan terhadap jadwal diet, jumlah
kalori. Formula yang dianjurkan WHO kalori bisa kita tingkatkan agar tercapai
adalah F75 (75 kkal atau 325 kJ /100cc) berat badan yang diinginkan, yaitu 9 kg.
dan F100 (100 kkal atau 420 kJ/100cc). Selain disebabkan karena asupan
Diet diberikan dengan frekuensi yang yang memang kurang, marasmus sering
sering dan volume yang sedikit. Kalori dikaitkan dengan infeksi. Untuk itu perlu
yang diberikan adalah 80-100 kkal/kg dilakukan penelusuran terhadap
per hari pada fase stabilisasi, 100- penyakit-penyakit infeksi yang mungkin
150kkal/kgBB per hari pada fase transisi, ada. Pada pasien ini terdapat batuk
dan 150-220 kkal/kgBB per hari pada berdahak yang awalnya tidak berat saat
fase rehabilitasi.3 usia pasien masih 5 bulan dan
Talaksana gizi buruk yang bertambah berat setelah pasien berusia
diberikan pada pasien ini dimulai sesuai 8 bulan, terdapat riwayat kontak
dengan tatalaksana marasmus kondisi V dengan paman pasien yang menderita
yaitu dimulai dari fase stabilisasi awal TB paru, dan gambaran foto thoraks
berupa pencegahan hipoglikemia yang dicurigai TB paru.
dengan pemberian 50 cc cairan glukosa

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 1 | Agustus 2014 | 25


Talitha Badzlina and Rogatianus Bagus Pratignyo | Marasmic With Failure to Thrive and Stunting

Tuberkulosis adalah penyakit mg, Isoniazid (H) 1x50 mg, dan


menular langsung yang disebabkan oleh Pirazinamid (Z) 2x75 mg. Yang paling
kuman (Mycobacterium tuberculosis). penting adalah evaluasi klinis yaitu
Sebagian besar kuman TB menyerang menghilang atau membaiknya kelainan
paru, tetapi dapat juga mengenai organ klinis yang sebelumnya ada pada awal
tubuh lainnya (extrapulmonal) seperti pengobatan, misalnya penambahan
kulit (skrofuloderma), kelenjar limfe berat badan yang bermakna, hilangnya
superfisialis, susunan saraf pusat, demam, hilangnya batuk, perbaikan
tulang, pleura dan abdomen. Untuk nafsu makan, dan lain-lain.5
menegakkan diagnosis didapat dari Gagal tumbuh adalah
riwayat kontak dan manifestasi klinis TB, terminologi yang menunjukkan anak
dan didukung oleh pemeriksaan tidak dapat tumbuh mengikuti kurva
penunjang seperti foto thoraks dan pertumbuhan normal. Definisi yang
pemeriksaan histopatologi jaringan.4 sering digunakan adalah bila terjadi
Diagnosis TB paru pada pasien ini perubahan pertumbuhan memotong 2
ditegakkan berdasarkan skoring TB garis persentil mayor dalam kurun
menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia waktu 3-6 bulan, seperti yang terjadi
(IDAI) yang didapatkan dari anamnesis, pada pasien. Gagal tumbuh bukan suatu
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnosis sehingga diperlukan
penunjang. Dari anamnesis terdapat penelusuran etiologi yang dapat
kontak dengan pamannya yang disebabkan oleh faktor organik maupun
menderita TB dan menjalani non organik. Penyebab gagal tumbuh
pengobatan selama 6 bulan, gejala pada pasien ini adalah infeksi TB dan gizi
umum pada pasien ini yaitu batuk buruk. Pada pasien ini juga didapatkan
berdahak yang sudah dialami sejak usia perawakan pendek (PB<-3 SD z-score
5 bulan, sering terdapat demam kurva WHO). Penyebab perawakan
terutama pada malam hari. Terdapat pendek sangat luas. Faktor yang
keringat pada malam hari, berat badan mempengaruhi pertumbuhan dapat
tidak naik-naik dan nafsu makan disebabkan oleh karena
menurun. Pada pemeriksaan fisik heredokostitusional (seks, ras, kelainan
terdapat ronki basah kasar pada kedua kongenital, faktor genetik), ekologi
lapang paru. Tes mantoux belum (prenatal, maternal, aktifitas fisik,
dilakukan karena persediaan tes habis. nutrisi, kelas sosial), gangguan endokrin,
Rontgen thorax tampak adanya kelainan maupun penyakit. Adanya perawakan
dengan besar cor normal dan adanya pendek pada pasien ini menunjukkan
kesan gambaran TB aktif. Sehingga bahwa malnutrisi (gizi buruk) yang
dapat diketahui bahwa skoring TB pada dialami bersifat kronik disertai penyakit
pasien ini adalah 7 (anak didiagnosis TB kronik yang berat.6
jika jumlah skor ≥6). Berdasarkan pemeriksaan klinis
Tatalaksana TB paru berdasarkan dan laboratorium pasien menderita
pedoman nasional tuberkulosis anak anemia. Kemungkinan anemia pada
adalah dengan menggunakan 3 macam pasien ini multifaktorial yaitu
obat dengan pola RHZ selama dua bulan disebabkan oleh defisiensi nutrisi dan
dan RH selama empat bulan.5 Pada penyakit kronik (tuberkulosis).
pasien ini diberikan Rifampisin (R) 1x75 Patogenesis yang berperan dalam

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 1 | Agustus 2014 | 26


Talitha Badzlina and Rogatianus Bagus Pratignyo | Marasmic With Failure to Thrive and Stunting

kejadian anemia yang berhubungan pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: WB


dengan TB diantaranya adanya Saunders; 2011.
3. Susanti JC, Mexitalia M, Nasar SS.
penekanan eritropoesis oleh mediator- Malnutrisi akut berat dan terapi nutrisi.
mediator inflamasi dan adanya retensi Dalam: Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M,
besi dalam sistem retikuloendotelial Nasar SS, editor. Buku ajar nutrsi pediatrik
mengganggu homeostasis besi dalam dan penyakit metabolik jilid 1. Jakarta:
tubuh.7 FKUI; 2011. hlm. 128-57.
4. Singal A, Sonthalia S. Cutaneous
Pada pasien ini masih perlu tuberculosis in children: the Indian
pemantauan lanjutan di rumah, dimana perspective. Indian J Dermatol Venereol
asupan makan harus tetap diperhatikan Leprol. 2010; 76(5):494-503.
dan kontrol teratur ke Puskesmas untuk 5. Iftikhar U, Nadeem M, Aman S, Kazmi AH.
menimbang berat badan dan deteksi Scrofuloderma: a common type of
cutaneus tuberculosis: a case report.
untuk komplikasi yang mungkin terjadi Journal of Pakistan Association of
serta kontrol ke rumah sakit terdekat Dermatologist. 2011; 21:61-5.
untuk keteraturan minum obat anti 6. Depatemen Kesehatan Direktorat Jendral
tuberkulosis (OAT) untuk jangka Bina Kesehatan Masyarakat. Bagan
panjang. tatalaksana anak gizi buruk buku 1. Edisi
ke-6. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
Dengan edukasi yang baik, 2011.
diharapkan keluarga dapat mendukung 7. Eley SB, Sive AA, Shuttleworth M, Hussey
proses pengobatan dan anak dapat GD. A prospective, cross sectional study of
mencapai tumbuh kembang yang anemia and peripheral iron status in
optimal dengan kualitas hidup yang antiretroviral naive, HIV-1 infected
chinldren in Cape Town, South Africa. BMC
baik. Infect Dis. 2002; 2:3-8.

Simpulan
Pasien didiagnosis sebagai
marasmus kondisi V dengan gagal
tumbuh dan perawakan pendek disertai
TB paru dan anemia nutrisional. Gizi
buruk dapat menyebabkan gagal
tumbuh, anemia serta gangguan sistem
imun sehingga mudah terjadi infeksi.
Pada pasien ini infeksi yang terkait
adalah infeksi Mycobacterium
tuberculosis.

Daftar Pustaka
1. Arifin M, Nancy Y. Gizi b u r u k , ancaman
generasi yang hilang. Inovasi [Internet].
2005 [disitasi 2014 Apr 28]; 5(12):61-64.
Tersedia dari:
http://io.ppijepang.org/old/download.php
?file=files/inovasi_Vol.5_XVII_November_2
005.pdf.
2. Kliegman RM, Stanton BMD, Geme J, Schor
NF, Behrman RE. Nelson textbook of

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 1 | Agustus 2014 | 27

You might also like