You are on page 1of 10

ANALISIS USAHATANI KELAPA SAWIT YANG MENGGUNAKAN

KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK DI KECAMATAN


KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN

ANALYSIS OF OIL PALM FARMING USING A COMBINATION OF ORGANIC


AND INORGANIC FERTILIZERS IN THE KERUMUTAN SUB DISTRICT
PELALAWAN DISTRICT

Angga Tusdiansyah1), Jum’atri Yusri2), Novia Dewi2)


1)
Mahasiswa Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian,Universitas Riau
2)
Dosen Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas riau
Email: anggatusdian@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to 1) Calculate the productivity of oil palm plantations that use a
combination of organic and inorganic fertilizers in Kerumutan District, Pelalawan
Regency, 2) Analyze the income of farming oil palm plantations that use a combination of
organic and inorganic fertilizers in Kerumutan District, Pelalawan Regency. The study
was conducted in Kerumutan Village and in Banjar Panjang Village, Pelalawan Regency,
Riau Province. The research method used was a survey method, and samples were taken
by purposive sampling technique. Samples are oil palm farmers who have provided a
combination of organic and inorganic fertilizers in their oil palm plantations for at least
2 years, and have a production record for 1 year. Analysis of the data used is quantitative
descriptive analysis and farm analysis. The results showed that the productivity of oil
palm plants using a combination of organic and inorganic fertilizers in Kerumutan
District, Pelalawan Regency was 23,431.47 tons / ha / year with an average plant age of
16 years. Net income received by respondent farmers is Rp. 16,307,921.57 / ha / year
with a Return Cost Ratio (R / C) of 1.94.

Keywords :Oil palm, organic and anorganic fertilizers

PENDAHULUAN 2017 adalah 12.307.677 ha dengan jumlah


Indonesia sebagai negara agraris produksi sebesar 35.359.384 ton.
mempunyai peluang yang cukup besar Provinsi Riau secara nasional
dalam mengembangkan ekspor produk menempati posisi teratas di Indonesia
pertanian, khususnya komoditas dari sektor dengan luas perkebunan kelapa sawit 2,4
perkebunan kelapa sawit. Perkebunan juta ha. Perkebunan kelapa sawit di
kelapa sawit di Indonesia berkembang Provinsi Riau pada tahun 2017 tercatat
cepat dan mempunyai peranan penting seluas 2.423.801 ha (BPS Provinsi Riau,
dalam pengembangan pertanian. Luas 2018). Perkebunan kelapa sawit hampir
perkebunan kelapa sawit Indonesia tahun menyebar di setiap wilayah di Provinsi
Riau. Sebagian besar penduduk Provinsi

41
Jurnal Sungkai Vol.8 No.1, Edisi Februari 2020 Hal : 41-50

Riau memperoleh pendapatan dari dari penggunaan pupuk organik terhadap


mengusahakan ataupun bekerja di sektor produktivitas kelapa sawit.
perkebunan, khususnya perkebunan kelapa Kecamatan Kerumutan merupakan
sawit sehingga komoditi kelapa sawit salah satu kecamatan di Kabupaten
memiliki kontribusi yang besar terhadap Pelalawan yang mendapatkan bantuan
perekonomian masyarakat. (Statistik untuk pengembangan pola SISKA sejak
Perkebunan Indonesia, 2018). tahun 2011. Ternak sapi di pelihara secara
Pemerintah terus melakukan koloni di dalam kandang, kemudian setiap
berbagai kajian dalam rangka hari ternak sapi di lepaskan selama tiga
meningkatkan kesejahteraan petani kelapa jam mulai dari jam 2 siang hingga jam 5
sawit. Salah satu program yang telah sore. Ternak sapi yang dilepaskan secara
dilakukan dalam rangka meningkatkan bergilir mengeluarkan kotoran dan urine di
pendapatan petani kelapa sawit adalah perkebunan kelapa sawit yang nantinya
program Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa dapat menjadi pupuk organik. Selain itu,
Sawit (SISKA). Mekanisme sistem ini pemberian pupuk organik juga dilakukan
adalah mengkombinasikan ternak sapi dan secara terkontrol dimana petani
usaha perkebunan kelapa sawit dimana memberikan pupuk cair sebanyak dua kali
limbah perkebunan kelapa sawit berupa dalam setahun dan pupuk padat sebanyak
pelepah menjadi input bagi usaha ternak satu kali dalam setahun. Penggunaan
sapi yaitu sebagai pakan ternak dan limbah pupuk organik mengakibatkan pemakaian
ternak sapi berupa kotoran baik dalam pupuk kimia menjadi berkurang.
bentuk padat maupun cair menjadi input Penggunaan pupuk organik diduga
bagi tanaman kelapa sawit. memiliki dampak yang baik bagi
Budidaya kelapa sawit di Provinsi kesuburan tanah dan keberlanjutan
Riau pada umumnya menggunakan pupuk usahatani kelapa sawit. Kelebihan dari
kimia. Penerapan program SISKA pupuk organik menurut Lingga dan
memunculkan perilaku baru dalam Marsono (2002)
budidaya kelapa sawit yaitu pemakaian 1. Memperbaiki struktur tanah, terjadi
pupuk organik yang di hasilkan dari ternak karena organisme tanah pada saat
sapi. Pemakaian pupuk organik dari limbah penguraian bahan organik dalam
padat dan urine menurunkan pemakaian pupuk bersifat sebagai perekat dan
pupuk kimia namun belum banyak dapat mengikat butir-butir tanah
penelitian yang mengkaji tentang dampak menjadi butiran yang lebih besar.

42
Analisis Usahatani Kelapa Sawit Yang Menggunakan ……
Jurnal Sungkai Vol.8 No.1, Edisi Februari 2020 Hal : 17-26

2. Menaikkan daya serap tanah terhadap organik dan anorganik di Kecamatan


air, bahan organik memiliki daya Kerumutan Kabupaten Pelalawan.
serap yang besar terhadap air tanah.
3. Menaikkan kondisi kehidupan di METODE PENELITIAN
dalam tanah, disebabkan oleh Penelitian dilaksanakan di
organisme dalam tanah yang Kecamatan Kerumutan, Kabupaten
memanfaatkan bahan organik sebagai Pelalawan, Provinsi Riau. Pemilihan lokasi
makanan. penelitian atas dasar bahwa Kabupaten
4. Sumber zat makanan bagi tanaman, Pelalawan merupakan daerah perkebunan
pupuk organik mengandung zat sawit terbesar di Provinsi Riau dan
makanan yang lengkap meskipun Kecamatan Kerumutan adalah salah satu
kadarnya tidak setinggi pupuk kecamatan di Kabupaten Pelalawan yang
anorganik. menerapkan pola SISKA. Penelitian ini
Pemakaian pupuk organik diduga dilaksanakan pada Bulan Juli 2017 hingga
akan berdampak terhadap produktivitas Juli 2019.
karena produktivitas sangat di pengaruhi Metode penelitian yang digunakan
oleh jumlah pemberian pupuk yang tepat. adalah metode survei. Sampel diambil
Dari kondisi ini memunculkan dengan teknik purposive sampling yakni
pertanyaan bagaimana dampak dari teknik pengambilan sampel yang dilakukan
pemberian pupuk organik hasil limbah secara sengaja pada 30 petani responden
usaha ternak sapi terhadap produktifitas yang memanfaatkan limbah ternak sapinya
perkebunan kelapa sawit dan pendapatan yaitu berupa pupuk organik sebagai salah
petani. satu input untuk perkebunan kelapa sawit
Sesuai dengan permasalahan mereka hingga saat ini dan minimal sudah
tersebut maka tujuan penelitian ini adalah : melakukanya selama 2 tahun, serta
1. Mengetahui produktivitas perkebunan memiliki catatan produksi selama 1 tahun.
kelapa sawit yang menggunakan Analisis yang digunakan dalam
kombinasi pupuk organik dan penelitian ini adalah analisis deskiptif dan
anorganik di Kecamatan Kerumutan analisis usahatani.
Kabupaten Pelalawan. Analisis deskriptif digunakan untuk
2. Menganalisis pendapatan usahatani menggambarkan keragaan usahatani
perkebunan kelapa sawit yang kelapa sawit yang menggunakan
menggunakan kombinasi pupuk kombinasi pupuk organik dan anorganik di

43
Jurnal Sungkai Vol.8 No.1, Edisi Februari 2020 Hal : 41-50

Kecamatan Kerumutan Kabupaten lurus, dimana beban penyusutan dihitung


Pelalawan. sama besarnya setiap tahun. Rumus
Analisis usahatani digunakan untuk penyusutan (Soekartawi, 2002) :
menghitung biaya usahatani dan
pendapatan usahatani.
Biaya Usahatani Keterangan:
Menurut Soekartawi (2002) biaya NP : Nilai Penyusutan (Rp/Unit/Tahun)
NB : Nilai Beli Alat (Rp/Unit)
usahatani adalah semua bentuk NS : Nilai Sisa 20 % dari harga beli
pengeluaran yang diperlukan dalam proses (Rp/Unit)
UE : Masa Pakai/Umur Ekonomis
kegiatan usahatani. Biaya usahatani (Tahun).
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu biaya
TKDK adalah tenaga kerja yang
tetap (fix cost), dan biaya variabel
berasal dari anggota keluarga yang tidak
(variable cost).
digaji atau dibayar. Upah TKDK dalam
Total Biaya (Total Cost)
penelitian ini menggunakan rumus sebagai
Total biaya adalah keseluruhan dari
berikut:
semua biaya yang dikeluarkan oleh petani
dalam kegiatan usahatani yang terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel, dengan
rumus (Soekartawi, 2002): Pajak bumi dan bangunan (PBB)
TC = TFC + TVC adalah pajak yang dikenakan atas bumi dan
Keterangan: bangunan yang besarnya ditentukan oleh
TC : Biaya Total (Rp/Ha/Tahun) keadaan obyek yaitu bumi/tanah/
TFC : Total Biaya Tetap (Rp/Ha/Tahun)
TVC : Total Biaya Variabel bangunan. Biaya tersebut merupakan
(Rp/Ha/Tahun). ketentuan atas kepemilikan lahan yang di
Biaya Tetap (Fix Cost) bayar secara berkala oleh petani kepada
Biaya tetap adalah biaya yang pemerintah.
dikeluarkan untuk faktor produksi yang Biaya Variabel (Variable Cost)
tidak habis terpakai dalam satu kali periode Biaya variabel adalah biaya yang
produksi. Biaya tetap meliputi : dikeluarkan untuk faktor produksi yang
penyusutan peralatan, biaya TKDK dan habis terpakai dalam satu kali periode
Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ). produksi mulai dari Mei 2017 hingga April
Metode penyusutan yang digunakan 2018. Komponen biaya variabel meliputi :
dalam penelitian ini adalah metode garis pupuk, pestisida, pengendalian hama dan

44
Analisis Usahatani Kelapa Sawit Yang Menggunakan ……

penyakit, serta upah TKLK (Soekartawi, π : TR – TC


Keterangan:
2002).
Π : Pendapatan Bersih (Rp/Ha/Tahun)
Produktivitas TR : Total Penerimaan (Rp/Ha/Tahun)
TC : Total Biaya Produksi
Produktivitas adalah kemampuan
(Rp/Ha/Tahun)
tanaman pada 1 ha lahan untuk
Efisiensi Usaha Tani
menghasilkan produksi selama satu tahun.
Efisiensi usahatani kelapa sawit
Produktivitas kelapa sawit dapat dihitung
dihitung menggunakan rumus :
sesuai dengan rumus (Soekartawi 2002):
RCR = TR/TC
Dimana:
RCR : Return Cost of Ratio
TR : Total Pendapatan Kotor
Keterangan: (Rp/Ha/Tahun)
Produktivitas : ton/ha/tahun TC : Total Biaya Produksi
(Rp/Ha/Tahun)
Penerimaan Usahatani
Kriteria:
Penerimaan merupakan hasil yang RCR > 1 : Usahatani kelapa sawit
dapat dinyatakan dengan uang yang efisien, jika setiap
pengeluaran Rp. 1
diterima oleh petani yang diperoleh dari menghasilkan penerimaan
perkalian antara jumlah produksi dan harga lebih besar dari Rp. 1,-
RCR < 1 : Usahatani kelapa sawit tidak
jual selama periode Mei 2017 hingga April efisien, jika setiap Rp. 1,-
2018. Rumus penerimaan sebagai berikut biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan penerimaan
(Soekartawi, 2002): lebih kecil dari Rp. 1,-
TR = Y x Py RCR = 1 : Usahatani yang dilakukan
Keterangan: tidak untung dan tidak rugi
TR : Total Penerimaan (Rp/Ha/Tahun) (impas).
Y : Jumlah Produksi TBS
(Kg/Ha/Tahun) HASIL DAN PEMBAHASAN
Py : Harga Jual TBS (Rp/Kg).
Keragaan Budidaya Kelapa Sawit
Pendapatan Bersih Bibit dan Umur Tanaman
Pendapatan bersih yaitu total Bibit kelapa sawit yang digunakan
penerimaan yang diperoleh petani setelah petani responden adalah jenis bibit
dikurangi dengan total biaya yang Marihat, menurut petani jenis bibit Marihat
dikeluarkan selama proses produksi. ini mempunyai kemampuan berbuah lebih
Pendapatan bersih petani dihitung cepat, tingkat pertumbuhan di lapangan
menggunakan rumus sebagai berikut tampak seragam sehingga mempermudah
(Soekartawi, 2002): para petani dalam melakukan pemeliharaan

45
Jurnal Sungkai Vol.8 No.1, Edisi Februari 2020 Hal : 41-50

tanaman di samping itu juga memiliki petani miskin : petani yang memiliki luas
ketahanan terhadap hama dan penyakit lahan di bawah 1 ha. Hal ini dapat
(PPKS, 2010). Umur petani responden disimpulkan bahwa petani responden
rata–rata 16 tahun, dengan rentang 15 pengguna pupuk organik di Kecamatan
tahun sampai dengan 18 tahun. Kerumutan pada umumnya tergolong
Berdasarkan pengelompokan umur petani golongan sedang dan golongan
tanaman kelapa sawit menurut LPP (2010), kaya.
tanaman kelapa sawit responden berada Pemupukan
pada periode dewasa. Pengelompokan Pada awalnya petani kelapa sawit di
berdasarkan umur tanaman adalah 3-8 Kecamatan Kerumutan hanya
tahun /muda, 9-13 tahun /remaja, 14-20 menggunakan pupuk anorganik yang
tahun/dewasa, dan lebih besar dari 20 terdiri dari Urea, TSP, KCL, NPK, namun
tahun/tua (Tim Pengembang LPP, 2010). pada tahun 2011 diadakan program SISKA
Jumlah Tanaman dan Luas Lahan oleh pemerintah sehingga ada perubahan
Rata-rata jumlah tanaman per hektar pola pemupukan, yaitu, menambahkan
petani responden, 143 batang dengan jarak pupuk organik sebagai kombinasi pada
tanam 9 m x 9 m x 9 m. Jumlah tanaman usahatani mereka sehingga terjadi
terendah yaitu, 139 batang dikarenakan ada penurunan penggunaan pupuk anorganik.
tanaman yang mati dan tidak disulam Tabel 1. Penggunaaan pupuk responden
kembali. Luas kepemilikan lahan tertinggi Jenis Rata Total
Pupuk (L/Ha/Tahun) (Kg/Ha/Tahun)
petani responden diketahui yaitu,, 6 ha dan Urine 856,80
luas lahan terendah 1 ha. Rata – rata Organik
Padat 1.428,00
responden memiliki luas lahan 4 ha, Urea 149,96
dengan mayoritas responden berada pada TSP 106,59
KCL 129,99
luas lahan >2 ha sebanyak 16 orang atau NPK 126,65
sebesar 53,34 persen dan responden Dolomit 109,50
Total 856,80 2.050,69
dengan luas lahan ≤ 2 ha sebanyak 14
orang atau sebesar 46,66 persen. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa
Wahyudin (2005) menyatakan bawa penggunaan pupuk anorganik terbesar
golongan petani dibagi menjadi 3 yaitu, yang digunakan oleh petani responden
petani kaya : yang memiliki luas lahan 2,5 adalah urea, yaitu, 149,96 kg/ha/tahun dan

ha lebih, petani sedang : petani yang yang terkecil adalah TSP yaitu, 106,59

memiliki luas lahan 1 sampai 2,5ha, dan kg/ha/tahun. Keseluruhan total pupuk
anorganik yaitu, sebanyak 622,69
46
Analisis Usahatani Kelapa Sawit Yang Menggunakan ……

kg/ha/tahun. Sedangkan penggunaan Produktivitas Kelapa Sawit


pupuk organik terbesar adalah pupuk Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa
organik padat sebanyak 10,00 kg/batang, produktivitas kelapa sawit petani
yang dilakukan sebanyak satu kali dalam responden dari bulan Mei 2017 hingga
setahun dengan total 1.428,00 kg/ha/tahun. April 2018 adalah sebanyak 23.431,47
Pupuk organik cair sebanyak 3 liter/batang kg/ha/tahun, dengan rata-rata produksi
yang dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1.952,62 kg/ha/bulan. Produktivitas kelapa
setahun dengan total 856,80 liter/ha/tahun. sawit petani responden lebih rendah dari
Goenadi (2008) menyatakan bahwa produktivitas kelapa sawit petani yang juga
pemupukan tanaman kelapa sawit
menggunakan kombinasi pupuk organik di
menggunakan kombinasi pupuk organik
Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak
dan pupuk anorganik dapat mengurangi
yaitu sebanyak 25.905,58 kg/ha/tahun
dosis pemupukan pupuk anorganik serta
dengan rata-rata produksi sebanyak
menghasilkan pertumbuhan yang lebih
2.158,76 kg/ha/bulan (Supitriyani, 2017),
baik dibandingkan hanya menggunakan
namun produktivitas kelapa sawit petani
pupuk anorganik. Berdasarkan penggunaan
responden lebih tinggi dari produktivitas
dosis pupuk menurut Pusat Penelitian
kelapa sawit yang dihasilkan petani yang
Kelapa Sawit (PPKS) Medan (2010),
juga menggunakan kombinasi pupuk
penggunaan pupuk anorganik petani
organik di Kecamatan Dayun Kabupaten
responden lebih rendah, penggunaan
Siak, pada rata-rata usia 20 tahun yaitu,
standar pemupukan pada usia 14-20 tahun
16.888,65 kg/ha/tahun, dengan produksi
rata-rata diatas 2 kg/batang, jika dikalikan
dengan jumlah batang yang sama dengan 1.407,39 kg/ha/bulan. (Elkhazimi, 2017)

tanaman kelapa sawit petani responden Tabel 3. Produktivitas kelapa sawit


petani responden
perhektar, standar dosis pupuk anorganik Rata Produksi
No Bulan
yaitu, 286 kg/ha, lebih tinggi dari (Kg/Ha/Bulan)
1 Mei 2017 1.883,17
penggunaan pupuk anorganik responden. 2 Juni 2017 2.039,23
Tabel 2 . Standar dosis pemupukan 3 Juli 2017 1.932,83
4 Agustus 2017 2.098,33
pupuk kimia tanaman kelapa
5 September 2017 2.026,90
sawit menghasilkan 6 Oktober 2017 1.976,67
Umur Jenis dan Dosis Pupuk (Kg/Phn) 7 November 2017 1.941,87
(Tahun) Urea KCL MOP SP-36 8 Desember 2017 1.976,43
3–8 2,00 1,50 1,50 1,50 9 Januari 2018 1.921,67
9 – 13 2,75 2,50 2,25 2,25 10 Februari 2018 1.917,90
14 – 20 2,50 3,00 2,00 2,00 11 Maret 2018 1.881,53
21 – 25 1,75 2,00 1,25 1,25 12 April 2018 1.834,93
Sumber: Pusat Penelitian Kelapa Jumlah (Kg/Ha/Tahun) 23.431,47
Sawit(PPKS) Medan (2010) Rata-rata (Kg/Ha/Bulan) 1.952,62

47
Jurnal Sungkai Vol.8 No.1, Edisi Februari 2020 Hal : 41-50

Biaya Produksi Tabel 5. Biaya variabel yang


Menurut Soekartawi (2002), biaya dikeluarkan petani responden
Biaya Rata-rata
Biaya Produksi
adalah nilai penggunaan sarana produksi, (Rp/Ha/Tahun)
Pupuk
upah dan lain sebagainya yang dibebankan Urea (Kg) 764.813,00
pada proses produksi yang bersangkutan. TSP (Kg) 586.226,67
KCL(Kg) 727.944,00
Total biaya tetap yang dikeluarkan NPK (Kg) 709.258,67
Dolomit (Kg) 131.400,00
oleh petani responden yaitu, Organik Padat (Kg) 2.142.000,00
Rp.4.392.336,09 /ha/tahun, dengan biaya Organik Cair (L) 1.713.600,00
Jumlah (Rp) 6.775.242,34
terbesar yaitu, biaya upah TKDK, sebesar Herbisida
Rp.4.017.800,00/ha/tahun, hal ini karena Round Up (Liter) 252.000,00
TKLK 6.008.400,00
tenaga kerja merupakan yang paling sering Jumlah (Rp) 13.035.642,34
digunakan dan biaya yang dikeluarkan
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa
juga cukup besar. Sedangkan biaya terkecil
biaya pemupukan terbesar yaitu pupuk
adalah biaya PBB yaitu, sebesar
organik padat sebesar Rp.2.142.000,00
Rp.48.000/ha pertahun. Rekapitulasi biaya
/ha/tahun dan biaya pupuk terkecil yaitu
tetap dapat dilihat pada Tabel 4.
biaya pupuk dolomit, sebesar
Rp.131.400,00/ha/ tahun. Keseluruhan
Tabel 4. Biaya tetap yang dikeluarkan
petani responden biaya total pemupukan petani responden

Keterangan Biaya Rata-rata yaitu, sebesar Rp.6.775.242,34/ha/tahun.


(Rp/Ha/Tahun)
Biaya herbisida Rp. 252.000,00/ha/tahun
TKDK 4.017.800,00
Penyusutan 326.536,09 dan biaya upah penggunaan TKLK yaitu,
PajakLahan/Ha 48.000,00
sebesar Rp.6.008.400,00/ha/tahun. Total
Jumlah (Rp) 4.392.336,09
keseluruhan biaya variabel yaitu, Rp.
Biaya Variabel ( Variabel Cost) 13.035.642,34 /ha/tahun.
Total biaya variabel yang Pendapatan dan Penerimaan
dikeluarkan petani responden yaitu Rp. Usahatani dikatakan baik apabila
13.035.642,34/ha/tahun. biaya untuk mampu mendapatkan hasil penjualan
pembelian pupuk, pembelian pestisida, produksi yang dapat menutupi semua biaya
dan upah TKLK. produksi yang telah dikeluarkan.
Pendapatan bersih merupakan indikator
yang dapat mengukur secara langsung
keberhasilan usahatani yang dilakukan.

48
Analisis Usahatani Kelapa Sawit Yang Menggunakan ……

Tabel 6. Pendapatan petani responden 2. Pendapatan bersih yang diperoleh


Biaya Rata-rata
Keterangan oleh petani kelapa sawit yang
(Rp/Ha/Tahun)
Biaya Produksi menggunakan kombinasi pupuk
Biaya Variabel 13.035.642,34
Biaya Tetap 4.392.336,09 organik dan anorganik di Kecamatan
Jumlah Total Biaya 17.427.978,43 Kerumutan Kabupaten Pelalawan
Penerimaan
Pendapatan Kotor 33.735.900,00 adalah sebesar Rp. 16.307.921,57
Jumlah Total Biaya 17.427.978,43
Pendapatan Ber sih 16.307.921,57 kg/ha/tahun dengan nilai R/C
Rationya sebesar 1,94.
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa
Saran
pendapatan kotor petani responden adalah
Adapun saran yang dapat diberikan
sebesar Rp.33.735.900,00/ha/tahun. Jika
berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai
setelah dikurangi dengan total biaya
berikut:
produksi yang dikeluarkan Rp.
1. Dalam pemupukan sebaiknya
17.427.978,43, maka didapat rata-rata
memperhatikan penggunaan dosis
pendapatan bersih petani responden yaitu,
kombinasi antara pupuk organik dan
Rp.16.307.921,57/ha/tahun.
anorganik supaya mampu
RCR (Return Cost Ratio)
meningkatkan produksi yang lebih
Hasil perhitungan nilai R/C Ratio
baik dan memperkecil biaya produksi.
didapatkan bahwa usahatani kelapa sawit
2. Dalam pola pemupukan sebaiknya
yang menggunakan kombinasi pupuk
kita melakukan pemupukan dengan
organik dan anorganik yaitu, 1,94, yang
frekuensi yang tepat dan dosis sesuai
berarti bahwa setiap pengeluaran sebesar
usia dan kebutuhan tanaman supaya di
Rp.1,00 akan menghasilkan penerimaan
dapatkan hasil yang optimal.
sebesar Rp.1,94.
Simpulan DAFTAR PUSTAKA
Adapun kesimpulan dari penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. 2008. Program Utama
ini adalah sebagai berikut : Badan Penelitian dan
1. Produktivitas kelapa sawit yang Pengembangan Pertanian.
http://www.litbang.deptan.go.id
menggunakan kombinasi pupuk Diakses tanggal 23 Desember 2018.
organik dan anorganik di Kecamatan
Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik
Kerumutan Kabupaten Pelalawan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia.
pada rata-rata umur tanaman 16 tahun CV. Ganda Sari Sejahtera, Jakarta.

adalah sebesar 23.431,47 kg/ha/tahun. Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. 2017.
Provinsi Riau dalam Angka 2017.

49
Jurnal Sungkai Vol.8 No.1, Edisi Februari 2020 Hal : 41-50

Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. Lubis, A dan Aginda, R. 2008. Kelapa
Pekanbaru. Sawit (Elaeis guineensis jack). Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Risma, F. 2017. Persepsi Anggota
Pelalawan. 2017. Kabupaten Terhadap Peran Kelompok Tani
Pelalawan dalam Angka 2017. Badan dalam Penerapan Sistem Integrasi
Pusat Statistik Kabupaten Pelalawan. Sapi dan Kelapa Sawit di Kecamatan
Pangkalan Kerinci. Kerumutan Kabupaten Pelalawan
Skripsi (Tidak dipublikasikan).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Universitas Riau, Pekanbaru.
Pelalawan. 2017. Kecamatan
Kerumutan dalam Angka 2018. Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sawit. Kanisius. Yogyakarta.
Pelalawan. Pangkalan Kerinci.
Sihotang. 2010. Budidaya kelapa sawit.
Elkhazimi, F, F. 2017. Analisis Pendapatan Alfabeta, Bandung.
Rumah Tangga Petani Sistem
Integrasi Sapi – Kelapa Sawit (Siska) Simanjuntak, P. 2008. Pengaruh Time
di Desa Teluk Merbau Kecamatan Budget Pressure dan Resiko
Dayun Kabupaten Siak. Skripsi Kesalahan Terhadap Penurunan
(Tidak dipublikasikan). Kualitas Audit. Universitas
Universitas Riau, Pekanbaru. Diponegoro, Semarang.
Siradjuddin, I. 2016. Analisis Serapan
Fauzi, Y. 2008. Kelapa Sawit Budidaya, Tenaga Kerja dan Pendapatan Petani
Pemanfaatan Hasil dan Limbah. Kelapa Sawit di Kabupaten
Analisis Usaha dan Pemasaran. Pelalawan. Skripsi (Tidak
Penebar Swadaya, Jakarta. dipublikasikan). Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim
Goenadi, D. 2008. Pupuk organo-kimia Pekanbaru.
untuk pemupukan bibit kelapa sawit.
Menara Perkebunan. Jakarta. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Agribisnis
Teori dan Aplikasinya. Raja
Husril, R. (2011). Analisis Usahatani Garfindo Persada. Jakarta.
Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat
Swadaya di Kanagarian Kinali Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kabupaten Pasaman barat. Skripsi Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
(Tidak dipublikasikan). Universitas Penerbit Alfabeta, Bandung.
Andalas. Padang.
Supitriyani, S. 2017. Analisis
Lingga, P dan Marsono 2002. Petunjuk Perbandingan Pendapatan Usaha
Penggunaan Pupuk (Edisi Revisi). Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit
Penebar Swadaya, Jakarta. Sistem Pemeliharaan Intensif dan
Semi Intensif di Kecamatan
Lembaga Pendidikan Perkebunan, Tim Lubuk Dalam Kabupaten Siak
Pengembang Materi. 2010. Buku Skripsi (Tidak dipublikasikan).
Pintar Mandor (BPM) Seri Budidaya Universitas Riau , Pekanbaru.
Tanaman Kelapa Sawit (Edisi Wahyudin. 2005. Petani dan
Revisi). Lembaga Pendidikan Keterbelakanganya. Citra Aditya
Perkebunan. Bhakti, Bandung.

50

You might also like