Professional Documents
Culture Documents
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya!: Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya!: Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan
Abstract
Employees perceive the fairness of organization’s systems and procedure is called perceived
justice. Some studies indicated that perceived justice affects many organizational attitudes and
behaviors, such as job satisfaction, absenteeism, counterproductive behavior, and turnover.
Therefore, organization needs to give attention on employees’ perceived justice. This study was
taken in PT. EFG, where its employees have been complaining about many changes happened.
This study was conducted with mixed method approach. Quantiative data was collected through
114 online questionnaires. The questionnaire measures three dimensions which are distributive
justice, procedural justice, and interactional justice. Qualitative data was collected through
interview to five participants with high and low intensity of perceived justice. The findings show
that supervisor play an important role in determining other employees’ procedural and
interactional justice. Other factors such as characteristics, previous experiences, perception about
change and coworkers also affect employees’ perceived justice.
Abstrak
Persepsi karyawan tentang sistem dan kebijakan perusahaan disebut perceived justice. Berbagai
studi menunjukkan bahwa perceived justice berperan penting dalam memengaruhi sikap dan
perilaku karyawan seperti kepuasan kerja, absensi, counterproductive behavior, dan
kecenderungan turnover. Oleh karena itu, perusahaan perlu menjaga agar karyawan memiliki
persepsi adil terhadap kebijakan perusahaan. Karyawan PT. EFG saat ini mengeluhkan keadilan
sistem dan kebijakan perusahaan, khususnya setelah adanya berbagai perubahan. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan mixed method. Pendekatan kuantitatif menggunakan
survei online dengan partisipan sebanyak 114 karyawan. Kuesioner mengukur tiga dimensi
perceived justice yaitu distributive justice, procedural justice, dan interactional justice.
Pendekatan kualitatif dilaksanakan dengan melakukan wawancara pada lima partisipan dengan
intensitas perceived justice rendah dan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan atasan sangat
berperan dalam menentukan tingkat procedural dan interactional justice karyawan. Selain peran
supervisor, faktor lain berupa karakteristik diri, pengalaman sebelumnya, persepsi terhadap
perubahan serta pengaruh rekan kerja juga berperan menentukan persepsi para karyawan.
35
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54
36
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)
pada konteks yang berbeda-beda, baik jenis dianggap kurang mempertimbangkan pen-
pekerjaan maupun budaya negara. dapat karyawan lapangan, yaitu hanya
berdasarkan diskusi manajemen dan Head
Dimensi Perceived Justice of Sales yang tidak terjun langsung di
Perceived justice terdiri dari tiga lapangan. Hal tersebut menunjukkan isu
dimensi, yaitu distributive justice, proce- procedural justice, yaitu pada prosedur
dural justice, dan interactional justice pembentukan keputusan.
(Aamodt, 2010). Distributive justice meru- Karyawan juga merasa informasi
pakan keadilan yang dirasakan karyawan keputusan diberikan secara tiba-tiba tanpa
terkait isi dari sistem atau keputusan sosialisasi sebelumnya. Hal tersebut mem-
tertentu yang dibuat oleh organisasi. buat karyawan bingung, khususnya pada
Menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart, dan karyawan di tingkat atas seperti Supervisor
Wright (2007), distributive justice me- Area karena memperoleh pertanyaan dari
nyangkut konsistensi dari isi keputusan para bawahan, namun mereka sendiri juga
serta pengetahuan karyawan terkait isi kaget akan keputusan perusahaan yang
keputusan yang dibuat. dianggap tiba-tiba. Hal tersebut menunjuk-
Procedural justice merupakan keadilan kan isu interactional justice, yaitu interaksi
yang dirasakan karyawan terkait cara atau antara perusahaan dan karyawan terkait
metode yang digunakan dalam pengam- penyampaian keputusan.
bilan keputusan oleh perusahaan. Proce- Jadi, ketiga dimensi perceived justice
dural justice mencakup konsistensi dari memang relevan dalam penelitian ini kare-
prosedur yang digunakan, penghindaran na isu yang terjadi di perusahaan tempat
bias pada prosedur yang digunakan, pelaksanaan penelitian. Pemahaman akan
informasi akurat yang digunakan pada masing-masing dimensi dapat membantu
prosedur pengambilan keputusan, prosedur pemahaman masalah yang ada.
yang mewakili berbagai kepentingan, serta
prosedur yang sesuai dengan norma dan Pentingnya Perceived Justice
etika yang berlaku. Perceived justice merupakan variabel
Interactional justice merupakan yang penting untuk diteliti terkait hubungan
keadilan yang dirasakan terkait perlakuan atau pengaruhnya terhadap beberapa
individu yang diterima karyawan dari peru- variabel penting lainnya dalam organisasi.
sahaan saat penyampaian keputusan. Inter- Menurut Colquitt, Heshcovis, dan Meyer
actional justice mencakup penjelasan dkk. (dalam Aamodt, 2010), penelitian
keputusan, perlakuan dengan hormat, meta analisis menunjukkan bahwa
pertimbangan, dan empati saat penyam- perceived justice berhubungan dengan
paian keputusan. beberapa faktor penting dalam organisasi
Perubahan perhitungan komisi dan antara lain job satisfaction, organizational
insentif merupakan perubahan yang me- commitment, kinerja, trust, withdrawal
nimbulkan banyak keluhan pada karyawan (turnover, absensi), dan perilaku negatif
Divisi Sales. Keluhan antara lain terkait karyawan (mencuri atau menipu).
persyaratan yang diperketat, yaitu absensi, Pada penelitian meta analisis lain,
penurunan nominal komisi apabila tidak Charash dan Spector (2001) menggam-
mencapai target, serta terkait penentuan barkan posisi perceived justice dengan
target yang dirasa kurang sesuai. Keluhan kaitannya pada faktor penyebab dan akibat
pada perubahan peraturan ini menunjukkan yang ditimbulkannya. Berikut skema
isu distributive justice, yaitu isi keputusan antecedents dan consequenses pada
itu sendiri. perceived justice menurut Charash dan
Selain itu, karyawan mengeluhkan Spector:
mengenai pengambilan keputusan yang
37
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54
Jadi, penerapan dan perlakuan nal merupakan faktor dari dalam diri,
organisasi serta karakteristik individu men- antara lain mencakup kondisi fisik,
jadi penentu bagi perceived justice pengalaman masa lalu, dan kondisi
karyawan. Kemudian, perceived justice psikologis, antara lain motivasi dan
dapat memengaruhi kinerja, perilaku defense mechanism.
membela kepentingan perusahaan, perilaku
yang merugikan perusahaan, serta sikap
dan emosi terkait pekerjaan.
38
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)
39
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54
metode penelitian yang menggabungkan yang memiliki nilai dengan intensitas yang
antara kuantitatif dan kualitatif (Howitt dan kuat, baik tinggi maupun rendah`(Patton,
Cramer, 2011). Penelitian kuantitatif meru- 2002). Kriteria yang digunakan untuk pe-
pakan penelitian yang mengkuantifikasi milihan partisipan metode kualitatif adalah
variasi pada situasi, fenomena, masalah partisipan dengan skor tingkat perceived
atau kejadian (Howitt dan Cramer, 2011). justice tinggi dan rendah. Penggalian
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang informasi pada partisipan dengan nilai
bertujuan menjelaskan suatu fenomena perceived justice rendah ditujukan untuk
secara komprehensif. Metode kuantitatif memahami persepsi ketidakadilan yang
pada penelitian ini bertujuan untuk dirasakan karyawan sehingga memperoleh
mengukur tingkat dimensi perceived masukan perbaikan. Sedangkan, penggalian
justice, yaitu distributive justice, informasi pada partisipan dengan nilai
procedural justice, dan interactional perceived justice tinggi ditujukan untuk
justice. Penelitian kuantitatif dilaksanakan melihat sisi positif perubahan agar dapat
dengan penyebaran kuesioner online diidentifikasi aspek-aspek yang memper-
kepada karyawan. Penelitian kualitatif ber- mudah penerimaan perusahaan dan pan-
tujuan menggali gambaran tiap dimensi dangan adil terhadap perubahan kebijakan
perceived justice pada karyawan sehingga yang terjadi. Intensitas fenomena ditentu-
diperoleh penjelasan menyeluruh dari sudut kan dari penelitian pendahulu atau eks-
pandang karyawan. Penelitian kualitatif ploratif, pada penelitian ini diperoleh dari
dilaksanakan dengan wawancara kepada penelitian kuantitatif yang telah dilakukan
karyawan berdasarkan kriteria yang sebelumnya. Selain itu, peneliti juga
ditentukan peneliti. Kedua data tersebut menyesuaikan karakteristik partisipan agar
dibutuhkan untuk saling melengkapi dalam memperoleh data yang melengkapi temuan
pemahaman konsep. pada penelitian kuantitatif. Partisipan
Pada penelitian ini, mixed method penelitian kualitatif berjumlah lima
menggunakan bentuk sekuensial di mana karyawan.
metode kuantitatif dilaksanakan terlebih
dahulu untuk memperoleh gambaran Instrumen Pengambilan Data
keseluruhan atau secara luas pada populasi, Instrumen pengambilan data terdiri
kemudian dilanjutkan dengan metode dari instrumen pengambilan data kuantitatif
kualitatif untuk memperoleh gambaran dan instrumen pengambilan data kualitatif.
secara mendalam atau pemahaman lebih Instrumen pengambilan data kuantitatif
jauh untuk menganalisa masalah secara adalah kuesioner perceived justice. Kuesio-
lebih menyeluruh (Mertens, 2015). ner perceived justice diadaptasi dari alat
ukur perceived justice yang dikembangkan
Populasi dan Sampel Penelitian oleh Neihoff dan Moorman (dalam
Populasi penelitian ini adalah seluruh Al’Zubi, 2010) sesuai dengan kondisi
karyawan Divisi Sales yang bertanggung perusahaan. Alat ukur terdiri dari tiga
jawab pada pelaksanaan kegiatan penjualan domain yaitu distributive justice, procedu-
di lapangan. Penelitian kuantitatif dilak- ral justice, dan interactional justice. Alat
sanakan dengan penelitian survei yaitu ukur menggunakan skala Likert 1 (Sangat
penelitian yang dilakukan pada populasi. Tidak Setuju) sampai dengan 5 (Sangat
Akan tetapi, pada akhir masa pengumpulan Setuju).
data kuantitatif, hanya diperoleh 114 Kuesioner perceived justice terdiri dari
kuesioner yang kembali kepada peneliti. 22 item dengan validitas item berkisar
Sampel penelitian kualitatif diperoleh antara 0,400 – 0,779. Reliabiltas alat ukur
dengan metode intensity sampling. Intensity dihitung untuk masing-masing dimensi dan
sampling merupakan pemilihan partisipan total keseluruhan karena skoring atau
40
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)
interpretasi alat tes dilakukan baik per grounded theory yang bertujuan memben-
dimensi maupun keseluruhan. Koefisien tuk teori atau content analysis yang
reliabilitas Alpha berkisar antara 0,816 – dilaksanakan dengan landasan teori yang
0,937. ada (Mayring, 2000). Pada penelitian ini,
Instrumen pengambilan data kualitatif digunakan dasar teori perceived justice dan
adalah panduan wawancara yang disusun persepsi untuk pemahaman data. Oleh
untuk menggali informasi mengenai per- karena itu, analisa menggunakan content
sepsi keadilan karyawan pada masing- analysis. Hasil wawancara akan dikoding
masing dimensi perceived justice, serta bertahap dari yang paling umum yaitu open
faktor yang dapat memberi pengaruh pada coding, kemudian dikelompokkan menjadi
perceived justice karyawan. axial coding, hingga selective coding
menurut teori yang ada. Selanjutnya,
Teknik Pengumpulan dan Analisa Data analisa data dilaksanakan berdasarkan data
Pengumpulan dan analisis data dilaksa- gabungan kuantitatif dan kualitatif. Hasil
nakan secara terpisah untuk kuantitatif dan analisa digunakan untuk memahami
kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif masalah dan memperoleh kesimpulan
dilaksanakan dengan menyebarkan kuesio- berupa masukan untuk pengembangan
ner secara online. Peneliti memastikan perusahaan.
kesediaan dan kesungguhan pengisian
kuesioner dengan meminta bantuan perusa- Hasil Penelitian dan Pembahasan
haan dan atasan dalam penyampaian
Gambaran Demografis Partisipan
informasi kuesioner, serta pengisian lembar Partisipan kuantitatif terdiri dari 114
informed consent di awal survei. Data yang karyawan. Gambaran partisipan kuantitatif
diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk dapat dilihat pada tabel 1.
melihat gambaran variabel. Analisa des- Selain itu, partisipan diidentifikasi
kriptif menggunakan pengukuran z-score. menurut jenis kelamin, usia, pendidikan
Menurut Gravetter dan Wallnau (2008), terakhir, lama bekerja, penempatan, posisi,
analisa deskriptif z-score ditujukan untuk dan lokasi kerja. Faktor-faktor tersebut
menyediakan deskripsi keseluruhan diuji untuk melihat kontribusinya pada
kelompok data. Fungsi z-score adalah tingkat perceived justice karyawan.
mengidentifikasi posisi individu dalam Uji beda dilaksanakan pada faktor
penyebaran distribusi. Pada penelitian ini, terkait pekerjaan mencakup lama bekerja,
z-score digunakan untuk menentukan nor- penempatan, posisi, dan lokasi kerja. Lama
ma yang dapat mengidentifikasi skor ke Bekerja dan posisi memiliki lebih dari dua
dalam kategori tertentu. Adapun kelompok berbeda sehingga dilaksanakan
perhitungan yang digunakan antara lain dengan Kruskal Wallis dan dilanjutkan
mencakup mean, rentang skor, standar dengan Mann Whitney U Test untuk
deviasi, dan z-score. melihat kelompok mana yang memiliki
Pengumpulan data kualitatif dilaksa- perbedaan paling besar. Hasil uji coba
nakan dengan melakukan wawancara dapat dilihat pada tabel 2.
kepada beberapa karyawan. Data hasil Berdasarkan uji beda, penempatan
wawancara diorganisasi untuk memper- (toko dan counter) dan lokasi kerja (Jakarta
mudah analisa. Pengorganisasian data dan luar Jakarta) tidak menjadi faktor yang
dilaksanakan dengan penyaringan data memengaruhi tingkat perceived justice -
yang relevan sesuai penelitian. Analisa
kualitatif dapat dilaksanakan dengan
41
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54
Tabel 1
Gambaran Persebaran Peserta Berdasarkan Lokasi Kerja dan Posisi
Sales Kasir Kepala Toko Supervisor Area
Jakarta 28 orang 7 orang 4 orang 6 orang
Tangerang - 1 orang - -
Palembang - - 1 orang -
Tabel 2
Uji Beda Tingkat Perceived Justice Berdasarkan Faktor terkait Pekerjaan
Faktor Kruskal Mann Whitney
Wallis
Lama Bekerja 0,004* 0,01*
Lama Bekerja > 5 tahun memiliki tingkat perceived justice paling
rendah secara signifikan dibanding kelompok lain
Penempatan - 0,325
Posisi 0,000* 0,000*
Supervisor Area memiliki tingkat perceived justice paling rendah secara
signifikan dibanding kelompok lain
Lokasi Kerja - 0,592
Tabel 3
Uji Beda Tingkat Perceived Justice Berdasarkan Faktor terkait Individu
Faktor Kruskal Mann Whitney
Wallis
Jenis - 0,117
Kelamin
Usia 0,020* 0,001*
Usia 35 – 45 memiliki tingkat perceived justice paling rendah secara signifikan
dibanding kelompok lain
42
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)
karyawan Divisi Sales PT. EFG. Sedang- validitas menunjukkan nilai validitas item
kan, lama bekerja dan posisi memengaruhi berkisar antara 0,400 – 0,779.
tingkat perceived justice karyawan, di mana Selanjutnya, peneliti melakukan uji
karyawan yang memiliki tingkat perceived reliabilitas alat tes pada pelaksanaan field
justice rendah adalah karyawan dengan menggunakan Coefficient Alpha, sebagai
lama bekerja di atas 5 tahun dan karyawan berikut:
pada posisi Supervisor Area.
Selain itu, uji beda juga dilakukan pada Tabel 4
faktor terkait individu mencakup jenis Uji Reliabilitas Alat Tes
kelamin dan usia. Hasil uji coba dapat Domain Reliabilitas Interpretasi
dilihat pada tabel 3. Distributive 0,816 Reliabel
Berdasarkan hasil uji beda, jenis Justice
kelamin tidak memengaruhi tingkat Procedural 0,850 Reliabel
perceived justice karyawan Divisi Sales PT. Justice
Interactional 0,902 Reliabel
EFG. Namun, usia menjadi faktor yang Justice
memengaruhi tingkat perceived justice, Perceived 0,937 Reliabel
dimana karyawan dengan usia 35 sampai Justice
45 memiliki tingkat perceived justice
paling rendah dibandingkan kelompok usia Tabel 5
lain. Hal ini sejalan dengan penelitian Gambaran Tingkat Perceived Justice Keseluruhan
sebelumnya oleh Al-Zu’bi (2010) pada dan Per Dimensi
perusahaan industri listrik di Jordania, yaitu Variabel Rendah Sedang Tinggi
usia sebagai karakteristik individu yang Perceived 8 orang 51 orang 59 orang
dapat menjadi faktor penentu tingkat Justice (7%) (41,22%) (51,75%)
perceived justice. Distributive 33 orang 71 orang 10 orang
Justice (28,9%) (62,3%) (8,8%)
Procedural 11 orang 28 orang 75 orang
Gambaran Tingkat Perceived Justice
Justice (9,6%) (24,6%) (65,8%)
Uji validitas dilakukan karena item alat Interactional 4 orang 55 orang 55 orang
ukur harus valid untuk dapat digunakan Justice (3,5%) (48,25%) (48,25%)
sebagai dasar interpretasi. Apabila item
masih tidak valid, maka item terkait tidak Secara keseluruhan, tidak banyak
dapat digunakan untuk analisa selanjutnya karyawan yang merasa perusahaan tidak
atau harus dibuang dari interpretasi alat adil. Hal tersebut ditunjukkan oleh data
ukur. perceived justice dimana hanya 7%
Hasil menunjukkan bahwa data tidak karyawan yang memiliki tingkat perceived
berdistribusi normal. Oleh karena itu, justice rendah. Sebagian besar lainnya
perhitungan dilakukan dengan mengguna- memiliki tingkat perceived justice sedang
kan teknik statistik non parametrik, yaitu (41,22%) dan tinggi (51,75%). Artinya,
korelasi Spearman. Korelasi item dengan sebagian besar karyawan masih merasa
total skor menunjukkan bahwa item 9 tidak keputusan dan sistem yang diberlakukan
valid karena memiliki nilai korelasi sebesar perusahaan adil bagi karyawan.
0,188. Setelah dilakukan analisa, salah satu Selain itu, tingkat perceived justice
penyebab item 9 tidak valid adalah karena juga dilihat per dimensi untuk melihat
item tersebut merupakan item unfavorable dimensi mana yang sudah dianggap adil
pada alat tes sehingga mungkin terjadi dan yang masih dianggap kurang adil. Beri-
kesalahan dalam memaknai item. Oleh kut gambaran tingkat dimensi perceived
karena itu dilakukan uji validitas ulang justice:
tanpa mengikutsertakan item 9. Hasil uji Dari ketiga dimensi perceived justice
yang ada, paling banyak (28,9%) karyawan
43
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54
mempersepsi tidak adil pada dimensi individu yang diterima karyawan dari
distributive justice, yaitu keadilan yang perusahaan saat penyampaian keputusan.
dirasakan karyawan terkait sistem atau Secara keseluruhan, hal yang paling mem-
keputusan tertentu yang dibuat oleh buat karyawan merasa perusahaan tidak
organisasi. adil adalah terkait isi dari sistem atau
Sedangkan, paling sedikit (3,5%) keputusan itu sendiri. Prosedur dan per-
karyawan yang mempersepsi tidak adil lakuan saat penyampaian keputusan masih
pada dimensi interactional justice, yaitu lebih dipersepsi adil oleh sebagian besar
keadilan yang dirasakan terkait perlakuan karyawan.
Tabel 6
Gambaran Tingkat Perceived Justice Berdasarkan Lama Kerja
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Lama Bekerja < 1 tahun 0 14 orang 26 orang
(35%) (65%)
Lama Bekerja 1 – 5 5 orang 18 orang 32 orang
tahun (9,1%) (32,7%) (58,2%)
Lama Bekerja > 5 tahun 3 orang 10 orang 6 orang
(15,8%) (52,6%) (31,6%)
Tabel 7
Gambaran Tingkat Perceived Justice Berdasarkan Posisi
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Posisi Sales 5 orang 21 orang 35 orang
(8,2%) (34,4%) (57,4%)
Posisi Kasir 0 5 orang 15 orang
(25%) (75%)
Posisi Kepala Toko 0 9 orang 14 orang
(39,1%) (60,9%)
Posisi Supervisor Area 3 orang 7 orang 0
(30%) (70%)
Tabel 8
Gambaran Tingkat Perceived Justice Berdasarkan Usia
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Usia 17 - 22 tahun 0 10 orang 19 orang
(34,5%) (65,5%)
Usia 22 - 28 tahun 3 orang 21 orang 34 orang
(5,2%) (36,2%) (58,6%)
Usia 28 - 34 tahun 3 orang 8 orang 11 orang
(13,6%) (36,4%) -50%
Usia 35 - 45 tahun 2 orang 3 orang 0
(40%) (60%)
44
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)
45
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54
46
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)
nyaman. Namun, seringkali juga Supervisor posisi memberikan kontribusi pada tingkat
Area memberi kesan keputusan perusahaan perceived justice. Namun, ketika dilaku-
tidak dapat diganggu gugat, seperti yang kan analisa gabungan dengan hasil kuali-
diungkapkan beberapa karyawan sebagai tatif, ditemukan bahwa faktor posisi yang
berikut: paling berperan dalam tingkat perceived
justice. Apabila dikaitkan, usia dan lama
“Pertama kali ada perubahan dan kerja memang terkait dengan posisi, yaitu
keputusan awalnya down, kaget, karyawan dengan posisi lebih tinggi
protes ke atasan. Atasan yang umumnya berada pada rentang usia yang
protes ke perusahaan, tapi sudah lebih tua dan lama kerja yang lebih
ngga bisa diganggu gugat.” panjang. Jadi, hal tersebut dapat
menjelaskan mengapa usia dan lama kerja
“Paling ngasih pesan ke kita, ya memberikan kontribusi pada hasil
mau gimana lagi, diprotes apa kuantitatif, namun tidak muncul pada hasil
tetap ngga bisa.” kualitatif.
Posisi memberikan kontribusi bagi
Supervisor Area memegang peranan tingkat perceived justice. Pada hasil
sangat penting terkait kejelasan penyam- kuantitatif, Kasir dan Kepala Toko tidak
paian dan perlakuan perusahaan, baik dari ada yang memiliki tingkat perceived
kata-kata yang diucapkan maupun kesan justice rendah serta 25% Kasir dan 39,1%
yang diberikan saat penyampaian. Yang memiliki tingkat perceived justice sedang.
terjadi adalah Supervisor Area sendiri Hal tersebut dijelaskan pada hasil
merasa prosedur dan perlakuan perusahaan kualitatif di mana beban kerja Kasir dan
kurang adil. Berbeda dari Sales, Kasir, dan Kepala Toko menjadi berkurang,
Kepala Toko, Supervisor Area berhubung- khususnya less paperwork karena sistem
an langsung dengan manajemen untuk yang lebih terkomputerisasi. Sedangkan,
menerima informasi keputusan dan ber- 8,2% Supervisor Area memiliki tingkat
tanggung jawab meneruskan informasi perceived justice rendah dan 34,4% Sales
tersebut. Namun, Supervisor Area merasa memiliki tingkat perceived justice rendah.
tidak dilibatkan untuk diskusi dan Supervisor Area cenderung lebih merasa
kemudian tidak berhak mempertanyakan tidak adil dibanding Kasir dan Kepala
keputusan perusahaan, misalnya tiba-tiba Toko dikarenakan perubahan yang
dikeluarkan Surat Keputusan yang sudah dirasakan lebih kepada perubahan komisi
ditandatangani. Diskusi keputusan selama dan insentif yang dirasakan merugikan
ini hanya melibatkan Head of Sales karyawan. Di sisi lain, tidak ada sama
sebagai atasan Supervisor Area untuk sekali Supervisor Area yang memiliki nilai
pertimbangan dari sisi Sales. Padahal, perceived justice tinggi disebabkan
Supervisor Area merasa lebih mengetahui perubahan pada sistem dan keputusan
kondisi lapangan serta nantinya berhadap- yang diberlakukan dianggap tidak
an langsung dengan karyawan yang akan melibatkan Supervisor Area.
diberitahukan keputusan perusahaan. Pemaparan tersebut menunjukkan
Persepsi ketidakadilan yang dirasakan bahwa data kualitatif digunakan untuk
Supervisor Area secara sadar maupun mengelaborasi data yang diperoleh pada
tidak sadar akan berpengaruh saat penelitian kuantitatif. Rekapitulasi
penyampaian kepada bawahan. integrasi data kualitatif dalam melengkapi
data kuantitatif terdapat pada tabel 9.
Keterkaitan Data Kualitatif dalam
Berdasarkan keseluruhan data
Melengkapi Data Kuantitatif
kuantitatif dan kualitatif, Supervisor Area
Berdasarkan hasil uji kuantitatif pada
berperan penting dalam memengaruhi
faktor yang ada, usia, lama kerja, dan
47
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54
Tabel 9
Kaitan Data Kuantitatif dan Kualitatif
48
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)
satu penyebab perubahan negatif yang yang berlaku umum yaitu objek yang
dirasakan sehingga juga turut memengaruhi diinterpretasi karyawan dapat dievaluasi
perceived justice karyawan. Masuknya lagi. Ternyata, penyampaian Supervisor
manajer non keluarga berperan dalam Area berperan penting dalam persepsi
memberikan iklim budaya berbeda yang keadilan terhadap prosedur dan perlakuan
selama ini diterapkan keluarga. Oleh karena perusahaan. Hal tersebut disebabkan sistem
itu, perusahaan keluarga yang sedang atau komunikasi yang berlangsung saat ini, di
akan melaksanakan perubahan/ perkem- mana Supervisor Area merupakan pemberi
bangan manajemen yang ada, perlu informasi dari perusahaan kepada bawahan
menyesuaikan budaya antara keluarga dan (Kepala Toko, Kasir, Sales). Selama ini,
manajer non keluarga serta mempertim- bawahan sudah mempersepsi penyampaian
bangkan keterlibatan karyawan. Supervisor Area cukup jelas dan cukup
Pada PT. EFG, perubahan menimbul- positif, misalnya memberi semangat dan
kan reaksi negatif karyawan. Hal ini terjadi pengertian agar karyawan menerima
paling tidak karena dua hal. Pertama, keputusan perusahaan. Namun, kenyata-
karyawan mengalami perubahan dimana annya, Supervisor Area yang berinteraksi
sebelumnya nilai perusahaan lebih ke langsung dengan pihak perusahaan menilai
keluarga hingga saat ini semakin bergeser keadilan perusahaan pada prosedur dan
ke arah bisnis. Menurut Cummings dan penyampaian keputusan cenderung kurang
Worley (2008), nilai yang diterapkan dalam adil (tidak ada Supervisor Area yang
perusahaan keluarga cenderung bertolak memiliki tingkat perceived justice tinggi).
belakang dari nilai yang diterapkan pada Hal tersebut dapat mempengaruhi pesan
perusahaan bisnis. Sebagai contoh, nilai yang disampaikan, baik secara sadar
perusahaan keluarga antara lain didasari ataupun tidak sadar, di mana terdapat
hubungan harmonis dan emosi, sedangkan bawahan yang merasa perusahaan tidak
perusahaan bisnis cenderung kompetitif dan mau mempertimbangkan karyawan.
didasari pada rasional. Nilai tersebut juga Peran lingkungan menjadi sangat
yang terlihat muncul pada konteks PT. penting, dimana lingkungan dapat menjadi
EFG. Komisi dan insentif yang selalu faktor pendukung atau penghambat
diberikan kepada karyawan tanpa persepsi keadilan perusahaan. Situasi yang
mempertimbangkan target cenderung nyaman dan saling solider menjadikan
menjadi situasi yang nyaman bagi karyawan mempersepsi perusahaan sebagai
karyawan, sedangkan saat ini komisi yang adil dan cenderung lebih dapat mentolerir
sesuai dengan target menjadi situasi yang hal yang kurang menguntungkan bagi
dianggap merugikan. karyawan. Sedangkan keluhan dan cerita
Kedua, target yang dijadikan patokan mengenai perubahan menjadi pengaruh
dalam pemberian komisi cenderung tidak yang dapat menularkan persepsi
konsisten dan berubah-ubah serta sulit ketidakadilan dari satu karyawan kepada
dicapai. Hal ini perlu ditinjau kembali oleh karyawan lain. Jadi, meskipun karyawan
pihak perusahaan sehingga mengurangi baru cenderung merasa perusahaan adil
persepsi tidak adil yang dirasakan. (tidak ada karyawan yang baru bekerja di
Persepsi keadilan terkait prosedur bawah satu tahun memiliki tingkat
pengambilan keputusan dan penyampaian perceived justice rendah), namun pada
keputusan cenderung berbeda-beda. Hal pelaksanaannya, pengaruh lingkungan
tersebut dipengaruhi salah satunya oleh (rekan kerja/ penyampaian Supervisor
karakter pribadi yang memengaruhi Area) dapat menjadikan persepsi tersebut
interpretasi karyawan. Perbedaan individu berubah seiring berjalannya waktu.
cenderung menjadi hal yang sulit Pada penelitian ini, peneliti berusaha
diintervensi oleh perusahaan. Namun, hal memahami berbagai faktor yang me-
49
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54
50
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)
sehingga karyawan merasa lebih dipertim- Dalam rangka mewujudkan empati dan
bangkan oleh perusahaan dan menghadapi dukungan, komunikasi, serta partisipasi dan
situasi resistance to change. keterlibatan karyawan, dapat dilaksanakan
Menurut Cummings dan Worley pertemuan kelompok Supervisor Area yang
(2008), situasi resistance to change dapat difasilitasi oleh pihak perusahaan. Fasilitasi
dihadapi antara lain dengan empati dan bertujuan dalam menjaga efektivitas proses
dukungan, komunikasi, serta partisipasi dan sehingga menjadikan kelompok dapat
keterlibatan karyawan. Berikut penjelasan membuat keputusan terbaik. Fasilitasi
dari masing-masing hal tersebut: secara lebih spesifik berperan dalam
Empati dan dukungan. Perubahan mendukung terciptanya suasana yang
biasanya dipersepsi sebagai situasi yang kolaboratif dan saling menghargai sehingga
tidak nyaman oleh karyawan. Karyawan membantu kelompok mengatasi hambatan
terbiasa dengan situasi lama yang berlaku dalam mencapai tujuan.
dan situasi baru pada perubahan
menimbulkan kecemasan akan hal yang Simpulan dan Saran
tidak diketahuinya. Kecemasan tersebut
Simpulan
menimbulkan resistance to change. Oleh Berdasarkan perceived justice secara
karena itu, empati dan dukungan yang keseluruhan, sebagian karyawan (51,75%)
diberikan perusahaan dapat berperan dalam merasa perusahaan adil. Hanya sebesar 7%
meredakan kecemasan yang dialami partisipan yang menilai perusahaan tidak
karyawan akibat perubahan yang terjadi. adil dalam menerapkan peraturan dan
Hal tersebut menjadikan karyawan merasa keputusan. Hal tersebut dapat terlihat dari
didukung dan diper-timbangkan, bukan masih bertahannya karyawan di perusa-
hanya mementingkan keuntungan haan, dibandingkan karyawan yang sudah
perusahaan. resign setelah adanya perubahan yang
Komunikasi. Kecemasan yang menjadi pemicu persepsi ketidakadilan
dirasakan pada resistance to change pada karyawan. Akan tetapi, cukup banyak
merupakan akibat dari ketidaktahuan akan karyawan (41,22%) yang merasa
situasi baru pada perubahan. Komunikasi perusahaan cukup adil sehingga masih
dapat memberikan informasi mengenai perlu dikembangkan.
situasi baru tersebut sehingga mengurangi Ternyata, persepsi ketidakadilan paling
kece-masan karyawan dan meningkatkan besar dirasakan terkait isi dari peraturan
penerimaan karyawan pada perubahan. atau keputusan itu sendiri (28,9% merasa
Komunikasi perubahan sebaiknya dila- tidak adil), dibandingkan prosedur
kukan dengan cara yang berbeda diban- pengambilan keputusan (9,6% merasa tidak
dingkan komunikasi biasanya. Misalnya, adil) dan pernyampaian keputusan yang ada
jika biasanya informasi diberikan mela-lui (3,5%). Perubahan peraturan insentif dan
memo, maka informasi perubahan dapat komisi merupakan masalah utama yang
diberikan melalui presentasi. Hal tersebut menimbulkan isu ketidakadilan (dimana
membantu karyawan lebih sadar akan sebelumnya tidak ada masalah terkait
pentingnya perubahan. keputusan perusahaan). Faktor terkait
Partisipasi dan keterlibatan individu dan pekerjaan yang memengaruhi
karyawan. Keterlibatan karyawan dapat tingkat perceived justice adalah terkait
menja-dikan karyawan lebih memiliki lama kerja, posisi, dan usia. Pada penelitian
komit-men dalam menjalani perubahan. ini, ketiga hal tersebut terlihat berkaitan,
Hal tersebut disebabkan karyawan turut maksudnya semakin lama masa kerja maka
berperan dalam memberikan masukan bagi semakin tinggi posisi dan usia. Data yang
perubahan yang akan dilaksanakan. ada menunjukkan posisi yang memiliki
51
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54
52
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)
Cummings, T.G. & Worley, C.G. (2008). Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, B., &
Organizational Development & Wright, P.M. (2007). Fundamentals
Change, Ohio: Cengage Learning. of Human Resources Management,
Fatt, C.K., Khin, E.W.S., & Heng, T.N. New York: McGraw-Hill.
(2010). The Impact of Organiza- Patton, M.Q. (2002). Qualitative Research
tional Justice on Employee’s Job & Evaluation Methods (3rd Ed.),
Satisfaction: The Malaysian California: Sage.
Companies Perspectives, [Versi PwC. (2014). Survei Bisnis Keluarga 2014:
Elektronik], American Journal of Indonesia. Diakses pada 1
Economics and Business Adminis- September 2016 dari
tration, 2(1), 65-72. http://www.pwc.com/id/en/publicati
Gravetter, F.J. & Wallnau, L.B. (2008). ons/assets/indonesia-report-family-
Statistics for Behavioral Science (6th business-survey-2014.pdf
ed.), Minneapolis: Thomson Shani, B. & Lau, J.B. (2000). Behavior in
Learning. Organizations: An Experiential
Howitt & Cramer. (2011). Introduction to Approach (7th Ed.), New York:
Research Methods in Psychology McGraw-Hill
(3rd Ed.), Harlow: Pearson Prentice Simanjuntak, A. (2010). Prinsip-prinsip
Hall. Manajemen Keluarga (Family
Mayring, P. (2000). Qualitative Content Business) Dikaitkan dengan
Analysis, [Versi Elektronik], Kedudukan Mandiri Perseroan
Qualitative Social Research, 1(2). Terbatas (PT), [Versi Elektronik],
Mertens, D.M. (2015). Research and Jurnal Manajemen dan
Evaluation in Education and Kewirausahaan, 12(2), 113-120.
Psychology: Integrating Diversity Spector, P.E. (2012). Industrial and
with Quantitative, Qualitative, and Organizational Psychology:
Mixed Method (4th Ed.), Los Research and Practice (6th Ed.),
Angeles: SAGE. Singapore: John Wiley & Sons.
Nadiri, H. & Tanova, C. (2010). An Zainalipour, H., Fini, A.A.S., & Mirkamali,
Investigation of the Role of Justice S.M. (2010). A Study of Relation-
in Turnover Intentions, Job ship between Organizational Justice
Satisfaction, and Organizational and Job Satisfaction among Teacher
Citizenship Behavior in Hospitality in Bandar Abbas Middle School,
Industry, [Versi Elektronik], [Versi Elektronik], Procedia Social
International Journal of Hospitality and Behavioral Science, 5, 1986-
Management, 29(1), 33-41. 1990.
53
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54
54