You are on page 1of 20

PSYMPATHIC : Jurnal Ilmiah Psikologi eISSN: 2502-2903, pISSN: 2356-3591

Volume 4, Nomor 1, 2017: 35-54 DOI: 10.15575/psy.v4i1.1142

Perusahaan Tidak Adil kepada Saya! :


Gambaran Perceived Justice pada Situasi Perubahan
Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jl. Jend. Sudirman No.51 Jakarta
e-mail: vera.9155@gmail.com

Abstract

Employees perceive the fairness of organization’s systems and procedure is called perceived
justice. Some studies indicated that perceived justice affects many organizational attitudes and
behaviors, such as job satisfaction, absenteeism, counterproductive behavior, and turnover.
Therefore, organization needs to give attention on employees’ perceived justice. This study was
taken in PT. EFG, where its employees have been complaining about many changes happened.
This study was conducted with mixed method approach. Quantiative data was collected through
114 online questionnaires. The questionnaire measures three dimensions which are distributive
justice, procedural justice, and interactional justice. Qualitative data was collected through
interview to five participants with high and low intensity of perceived justice. The findings show
that supervisor play an important role in determining other employees’ procedural and
interactional justice. Other factors such as characteristics, previous experiences, perception about
change and coworkers also affect employees’ perceived justice.

Keywords: applied research, change, organizational justice, perceived justice

Abstrak

Persepsi karyawan tentang sistem dan kebijakan perusahaan disebut perceived justice. Berbagai
studi menunjukkan bahwa perceived justice berperan penting dalam memengaruhi sikap dan
perilaku karyawan seperti kepuasan kerja, absensi, counterproductive behavior, dan
kecenderungan turnover. Oleh karena itu, perusahaan perlu menjaga agar karyawan memiliki
persepsi adil terhadap kebijakan perusahaan. Karyawan PT. EFG saat ini mengeluhkan keadilan
sistem dan kebijakan perusahaan, khususnya setelah adanya berbagai perubahan. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan mixed method. Pendekatan kuantitatif menggunakan
survei online dengan partisipan sebanyak 114 karyawan. Kuesioner mengukur tiga dimensi
perceived justice yaitu distributive justice, procedural justice, dan interactional justice.
Pendekatan kualitatif dilaksanakan dengan melakukan wawancara pada lima partisipan dengan
intensitas perceived justice rendah dan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan atasan sangat
berperan dalam menentukan tingkat procedural dan interactional justice karyawan. Selain peran
supervisor, faktor lain berupa karakteristik diri, pengalaman sebelumnya, persepsi terhadap
perubahan serta pengaruh rekan kerja juga berperan menentukan persepsi para karyawan.

Kata kunci: applied research, perubahan, keadilan organisasi, persepsi keadilan

Pendahuluan pekerjaan, dan lain-lain. Hal tersebut men-


jadikan perkembangan perusahaan keluarga
Perusahaan keluarga di Indonesia me-
sebagai sebuah hal yang penting untuk
miliki peranan penting bagi perekonomian
diperhatikan.
bangsa. Menurut data survei 2014 peru-
PT. EFG merupakan salah satu perusa-
sahaan konsultan besar, Price Waterhouse
haan keluarga di Indonesia yang bergerak
Cooper (PwC, 2014), lebih dari 95%
di bidang retail. PT. EFG sudah berdiri
perusahaan di Indonesia merupakan perusa-
selama 22 tahun dan dikelola oleh pemilik
haan yang dimiliki keluarga. Besarnya
langsung. Akhir-akhir ini perusahaan
proporsi perusahaan keluarga di Indonesia
mengalami tantangan antara lain pening-
memberikan dampak besar bagi banyak hal,
katan biaya operasional dan peningkatan
antara lain arus kas negara, lapangan

35
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54

daya saing. Tantangan tersebut dihadapi luas dibandingkan sekedar perbandingan


PT. EFG dengan merekrut tenaga profe- sosial yang diartikan menurut equity theory.
sional yaitu Manajer HRD yang diharapkan Persepsi ketidakadilan atau isu
dapat memberi masukan untuk pengem- perceived justice yang terlihat pada
bangan perusahaan dalam rangka meng- karyawan Divisi Sales PT. EFG merupakan
hadapi tantangan yang ada. hal yang membutuhkan tinjauan lebih
Sejak awal tahun 2016, Manajer HRD lanjut. Seperti yang diungkapkan
baru banyak memberlakukan perubahan Simanjuntak (2010), masalah yang terjadi
pada sistem dan kebijakan perusahaan. di perusahaan keluarga biasanya mencakup
Banyak perubahan dirasakan Divisi Sales kepemimpinan (leadership), kepemilikan
dibandingkan Divisi lainnya yang ada di (ownership), dan pengelolaan (manaje-
Office. Ternyata perubahan sistem dan men). Masalah pengelolaan mulai muncul
kebijakan perusahaan ini memicu keluhan di mana pergeseran perusahaan keluarga
karyawan Divisi Sales terkait keadilan menjadi perusahaan bisnis mulai terjadi.
perusahaan. Selain keluhan, muncul ber- Masalah ini sangat mungkin dialami oleh
bagai perilaku karyawan yang mulai ber- perusahaan keluarga lain, misalnya saat ada
dampak pada kinerja perusahaan, antara tenaga profesional yang diharapkan menge-
lain perilaku kurang kooperatif seperti lola perusahaan yang semakin berkembang
memberikan data absensi dan penjualan atau akan menuju perusahaan terbuka
terlambat dari deadline, absensi meningkat, (Tbk.). Pada perusahaan yang mampu
hingga turnover yang meningkat diban- mengelola masalah tersebut, perusahaan
dingkan tahun-tahun sebelumnya. dapat berkembang lebih baik dengan sistem
Keluhan karyawan Divisi Sales terse- manajemen semakin terorganisir. Sedang-
but merujuk pada konsep perceived justice. kan pada perusahaan yang tidak dapat
Perceived justice merupakan persepsi mengelola dampak buruk dari masalah
karyawan terhadap keadilan sistem dan tersebut dapat mengalami kemunduran
kebijakan perusahaan. Penelitian terkini bahkan kebangkrutan. Oleh karena itu, pen-
mengenai keadilan di tempat kerja telah ting untuk memahami masalah yang terjadi
berganti dari equity theory menjadi fair- pada karyawan Divisi Sales PT. EFG, yaitu
ness theory. Equity theory menyatakan terkait isu perceived justice.
bahwa individu termotivasi untuk mencapai Meskipun perceived justice bukan
kondisi adil dalam perbandingan antara merupakan konstruk yang sering diteliti
dirinya dan orang lain. Perbandingan dibandingkan beberapa konstruk lainnya,
tersebut dilaksanakan berdasarkan input namun sudah banyak penelitian yang sema-
dan output yang ada. Input merupakan kin memperkuat posisi perceived justice
kontribusi yang dilakukan individu bagi dalam kaitannya dengan faktor penting
perusahaan. Sedangkan output merupakan dalam pekerjaan. Misalnya, perceived
reward atau hal lainnya yang diperoleh justice berhubungan signifikan dengan job
individu karena bekerja di perusahaan. satisfaction pada karyawan bidang per-
Fairness theory tidak mengasumsikan hotelan daerah Mediteranian (Nadiri dan
persepsi keadilan berdasarkan per- Tanova, 2010), pada karyawan Perusahaan
bandingan sosial dengan orang lain. Industri Elektrik di lingkungan Jordania (Al
Namun, fairness theory mengasumsikan Zu’bi, 2010), pada guru SMP di Bandar
individu mempersepsikan ketidakadilan Abbas, Iran (Zainalipour, Fini, dan
ketika suatu hal negatif terjadi dan mereka Mirkamali, 2010), pada karyawan di
mempersepsikan hal tersebut dilakukan perusahaan kecil dan menengah Malaysia
dengan sengaja secara tidak adil (Spector, (Fatt, Khin, dan Heng, 2010). Jadi,
2012). Jadi, pada perkembangannya, hubungan perceived justice dengan faktor
perceived justice mencakup hal yang lebih pada pekerjaan tersebut cenderung terbukti

36
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)

pada konteks yang berbeda-beda, baik jenis dianggap kurang mempertimbangkan pen-
pekerjaan maupun budaya negara. dapat karyawan lapangan, yaitu hanya
berdasarkan diskusi manajemen dan Head
Dimensi Perceived Justice of Sales yang tidak terjun langsung di
Perceived justice terdiri dari tiga lapangan. Hal tersebut menunjukkan isu
dimensi, yaitu distributive justice, proce- procedural justice, yaitu pada prosedur
dural justice, dan interactional justice pembentukan keputusan.
(Aamodt, 2010). Distributive justice meru- Karyawan juga merasa informasi
pakan keadilan yang dirasakan karyawan keputusan diberikan secara tiba-tiba tanpa
terkait isi dari sistem atau keputusan sosialisasi sebelumnya. Hal tersebut mem-
tertentu yang dibuat oleh organisasi. buat karyawan bingung, khususnya pada
Menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart, dan karyawan di tingkat atas seperti Supervisor
Wright (2007), distributive justice me- Area karena memperoleh pertanyaan dari
nyangkut konsistensi dari isi keputusan para bawahan, namun mereka sendiri juga
serta pengetahuan karyawan terkait isi kaget akan keputusan perusahaan yang
keputusan yang dibuat. dianggap tiba-tiba. Hal tersebut menunjuk-
Procedural justice merupakan keadilan kan isu interactional justice, yaitu interaksi
yang dirasakan karyawan terkait cara atau antara perusahaan dan karyawan terkait
metode yang digunakan dalam pengam- penyampaian keputusan.
bilan keputusan oleh perusahaan. Proce- Jadi, ketiga dimensi perceived justice
dural justice mencakup konsistensi dari memang relevan dalam penelitian ini kare-
prosedur yang digunakan, penghindaran na isu yang terjadi di perusahaan tempat
bias pada prosedur yang digunakan, pelaksanaan penelitian. Pemahaman akan
informasi akurat yang digunakan pada masing-masing dimensi dapat membantu
prosedur pengambilan keputusan, prosedur pemahaman masalah yang ada.
yang mewakili berbagai kepentingan, serta
prosedur yang sesuai dengan norma dan Pentingnya Perceived Justice
etika yang berlaku. Perceived justice merupakan variabel
Interactional justice merupakan yang penting untuk diteliti terkait hubungan
keadilan yang dirasakan terkait perlakuan atau pengaruhnya terhadap beberapa
individu yang diterima karyawan dari peru- variabel penting lainnya dalam organisasi.
sahaan saat penyampaian keputusan. Inter- Menurut Colquitt, Heshcovis, dan Meyer
actional justice mencakup penjelasan dkk. (dalam Aamodt, 2010), penelitian
keputusan, perlakuan dengan hormat, meta analisis menunjukkan bahwa
pertimbangan, dan empati saat penyam- perceived justice berhubungan dengan
paian keputusan. beberapa faktor penting dalam organisasi
Perubahan perhitungan komisi dan antara lain job satisfaction, organizational
insentif merupakan perubahan yang me- commitment, kinerja, trust, withdrawal
nimbulkan banyak keluhan pada karyawan (turnover, absensi), dan perilaku negatif
Divisi Sales. Keluhan antara lain terkait karyawan (mencuri atau menipu).
persyaratan yang diperketat, yaitu absensi, Pada penelitian meta analisis lain,
penurunan nominal komisi apabila tidak Charash dan Spector (2001) menggam-
mencapai target, serta terkait penentuan barkan posisi perceived justice dengan
target yang dirasa kurang sesuai. Keluhan kaitannya pada faktor penyebab dan akibat
pada perubahan peraturan ini menunjukkan yang ditimbulkannya. Berikut skema
isu distributive justice, yaitu isi keputusan antecedents dan consequenses pada
itu sendiri. perceived justice menurut Charash dan
Selain itu, karyawan mengeluhkan Spector:
mengenai pengambilan keputusan yang

37
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54

Jadi, penerapan dan perlakuan nal merupakan faktor dari dalam diri,
organisasi serta karakteristik individu men- antara lain mencakup kondisi fisik,
jadi penentu bagi perceived justice pengalaman masa lalu, dan kondisi
karyawan. Kemudian, perceived justice psikologis, antara lain motivasi dan
dapat memengaruhi kinerja, perilaku defense mechanism.
membela kepentingan perusahaan, perilaku
yang merugikan perusahaan, serta sikap
dan emosi terkait pekerjaan.

Gambar 2. Skema Proses Persepsi Individu

Sedangkan, faktor eksternal merupakan


faktor yang berasal dari luar diri individu,
antara lain mencakup objek fisik, orang
lain, dan interaksi sosial
Pemahaman faktor-faktor yang meme-
ngaruhi persepsi dapat membantu pemaha-
Gambar 1. Antecedents dan Consequenses dari man akan pembentukan persepsi individu.
Perceived Justice
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui
(Sumber: Charash dan Spector, 2001)
faktor-faktor tersebut sebagai penjelasan
akan persepsi yang terbentuk pada individu.
Meta analisis terhadap konsep
Oleh karena itu, faktor-faktor yang
perceived justice menunjukkan peran
memengaruhi persepsi keadilan karyawan
penting perceived justice karyawan dalam
menjadi pertanyaan tambahan yang ingin
kaitannya dengan sikap dan perilaku
dijawab pada penelitian.
karyawan dalam pekerjaannya. Secara
Persepsi karyawan penting dipahami
keseluruhan, dapat dikatakan bahwa
oleh atasan atau perusahaan. Hal tersebut
karyawan yang mempersepsi perusahaan
disebabkan individu berperilaku sedemi-
memiliki perlakuan adil cenderung
kian rupa bukan berdasarkan lingkungan
memiliki sikap dan perilaku yang positif
sekitar yang sebenarnya, namun berdasar-
(Al Zu’bi, 2010; Colquitt, Conlon, Wesson,
kan apa yang mereka lihat atau percaya
Porter, dan Ng, 2001; Fatt, Khin, dan Heng,
atau disebut persepsi. Keberhasilan perusa-
2010; Nadiri dan Tanova, 2010;
haan dalam mengatur strategi yang mem-
Zainalipour, Fini, dan Mirkamali, 2010).
bantu karyawan bekerja dengan lebih
Perceived Justice sebagai Persepsi efektif dan efisien menjadi tidak penting
Individu apabila tidak diimbangi dengan persepsi
karyawan mengenai usaha yang dilakukan
Masing-masing individu memiliki
perusahaan.
pandangan yang berbeda terhadap suatu hal
Oleh karena itu, untuk dapat meme-
tertentu. Pandangan individu terhadap suatu
ngaruhi produktivitas, penting untuk
hal sering disebut dengan persepsi. Persepsi
melihat persepsi karyawan. Absensi, turn-
merupakan proses di mana individu mene-
over, dan kepuasan kerja juga merupakan
rima, memilih, mengorganisasi, dan meng-
reaksi dari persepsi karyawan. Penilaian
interpretasi stimulus (Shani dan Lau,
karyawan baik positif maupun negatif
2000). Proses yang terjadi dapat digambar-
merupakan sebuah interpretasi. Perusahaan
kan dalam gambar 2.
perlu memahami bagaimana karyawan
Persepsi individu dipengaruhi oleh
menginterpretasi realitas. Ketika terdapat
faktor internal dan eksternal. Faktor inter-

38
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)

perbedaan signifikan antara yang dilihat kesimpulan yang lebih menyeluruh.


dan apa yang sebenarnya terjadi, perusa- Perceived justice seba-gai persepsi individu
haan dapat berusaha untuk mengeliminasi dipengaruhi oleh faktor internal dan
distorsi. eksternal. Faktor inter-nal yang dapat
memengaruhi persepsi individu antara lain
Tujuan Penelitian mencakup kondisi fisik, kondisi psikis, dan
Hubungan antara perceived justice pengalaman masa lalu. Faktor eksternal
dengan berbagai sikap dan perilaku yang dapat memengaruhi persepsi individu
karyawan di tempat kerja menjelaskan antara lain mencakup orang lain dan
perilaku karyawan Divisi Sales PT. EFG interaksi sosial (Shani dan Lau, 2000). Oleh
yang mulai kurang mendukung perusahaan karena itu, tujuan berikutnya yang ingin
bersamaan dengan keluhan yang muncul. diperoleh dari penelitian adalah:
Oleh karena itu, penting untuk memahami Mengetahui faktor yang berperan
gambaran perceived justice karyawan agar dalam terbentuknya perceived justice
dapat diidentifikasi hal yang perlu individu. Persepsi karyawan penting
diperbaiki untuk mendukung persepsi adil dipahami oleh perusahaan. Hal tersebut
karyawan terhadap perusahaan. disebabkan individu berperilaku
Berdasarkan penjelasan konsep per- sedemikian rupa bukan berdasarkan
ceived justice, persepsi keadilan karyawan lingkungan sekitar yang sebenarnya, namun
terbagi atas persepsi keadilan terhadap isi berdasarkan apa yang mereka lihat atau
sistem dan kebijakan atau distributive percaya atau disebut persepsi. Keberhasilan
justice, persepsi keadilan terhadap cara perusahaan dalam mengatur strategi yang
pengambilan keputusan sistem dan kebi- membantu karya-wan bekerja dengan lebih
jakan atau procedural justice, serta persepsi efektif dan efisien menjadi tidak penting
keadilan saat penyampaian keputusan apabila tidak diimbangi dengan persepsi
sistem dan kebijakan atau interactional karyawan mengenai usaha yang dilakukan
justice. Identifikasi dimensi yang dipersepsi perusa-haan. Oleh karena itu, untuk dapat
tidak adil pada karyawan dapat menjadi mempe-ngaruhi produktivitas, penting
tolak ukur bagi aspek yang perlu dibenahi. untuk melihat persepsi karyawan. Absensi,
Oleh karena itu, berikut tujuan penelitian turn-over, dan kepuasan kerja juga
ini: merupakan reaksi dari persepsi karyawan.
Mengetahui tingkat distributive justice, Penilaian karyawan baik positif maupun
procedural justice, dan interactional justice negatif merupakan sebuah interpretasi.
karyawan Divisi Sales PT. EFG. Selain itu, Perusahaan perlu memahami bagaimana
terkait dengan tujuan penelitian untuk karyawan menginterpretasi realitas.
memberikan masukan bagi masalah yang
terjadi, penelitian ini juga ditujukan tidak Metode Penelitian
hanya pada tingkat masing-masing dimensi, Berdasarkan tujuannya, penelitian ini
namun gambaran lebih mendalam untuk bersifat applied research. Applied research
mengetahui masukan yang tepat pada dilaksanakan untuk menguji teori dan
situasi yang terjadi. Berikut tujuan pengetahuan dasar pada penerapannya
penelitian berikutnya: dalam kehidupan nyata sehari-hari (Patton,
Mengetahui gambaran distributive 2002). Peneliti melaksanakan penelitian
justice, procedural justice, dan berdasarkan teori perceived justice untuk
interactional justice karyawan Divisi Sales melihat penerapannya pada masalah yang
PT. EFG. Pemahaman akan perceived terjadi di PT. EFG.
justice sebagai persepsi individu dapat Berdasarkan pengambilan datanya,
memper-dalam analisis terhadap perceived penelitian ini menggunakan pendekatan
justice karyawan untuk membuat mixed method. Mixed method merupakan

39
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54

metode penelitian yang menggabungkan yang memiliki nilai dengan intensitas yang
antara kuantitatif dan kualitatif (Howitt dan kuat, baik tinggi maupun rendah`(Patton,
Cramer, 2011). Penelitian kuantitatif meru- 2002). Kriteria yang digunakan untuk pe-
pakan penelitian yang mengkuantifikasi milihan partisipan metode kualitatif adalah
variasi pada situasi, fenomena, masalah partisipan dengan skor tingkat perceived
atau kejadian (Howitt dan Cramer, 2011). justice tinggi dan rendah. Penggalian
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang informasi pada partisipan dengan nilai
bertujuan menjelaskan suatu fenomena perceived justice rendah ditujukan untuk
secara komprehensif. Metode kuantitatif memahami persepsi ketidakadilan yang
pada penelitian ini bertujuan untuk dirasakan karyawan sehingga memperoleh
mengukur tingkat dimensi perceived masukan perbaikan. Sedangkan, penggalian
justice, yaitu distributive justice, informasi pada partisipan dengan nilai
procedural justice, dan interactional perceived justice tinggi ditujukan untuk
justice. Penelitian kuantitatif dilaksanakan melihat sisi positif perubahan agar dapat
dengan penyebaran kuesioner online diidentifikasi aspek-aspek yang memper-
kepada karyawan. Penelitian kualitatif ber- mudah penerimaan perusahaan dan pan-
tujuan menggali gambaran tiap dimensi dangan adil terhadap perubahan kebijakan
perceived justice pada karyawan sehingga yang terjadi. Intensitas fenomena ditentu-
diperoleh penjelasan menyeluruh dari sudut kan dari penelitian pendahulu atau eks-
pandang karyawan. Penelitian kualitatif ploratif, pada penelitian ini diperoleh dari
dilaksanakan dengan wawancara kepada penelitian kuantitatif yang telah dilakukan
karyawan berdasarkan kriteria yang sebelumnya. Selain itu, peneliti juga
ditentukan peneliti. Kedua data tersebut menyesuaikan karakteristik partisipan agar
dibutuhkan untuk saling melengkapi dalam memperoleh data yang melengkapi temuan
pemahaman konsep. pada penelitian kuantitatif. Partisipan
Pada penelitian ini, mixed method penelitian kualitatif berjumlah lima
menggunakan bentuk sekuensial di mana karyawan.
metode kuantitatif dilaksanakan terlebih
dahulu untuk memperoleh gambaran Instrumen Pengambilan Data
keseluruhan atau secara luas pada populasi, Instrumen pengambilan data terdiri
kemudian dilanjutkan dengan metode dari instrumen pengambilan data kuantitatif
kualitatif untuk memperoleh gambaran dan instrumen pengambilan data kualitatif.
secara mendalam atau pemahaman lebih Instrumen pengambilan data kuantitatif
jauh untuk menganalisa masalah secara adalah kuesioner perceived justice. Kuesio-
lebih menyeluruh (Mertens, 2015). ner perceived justice diadaptasi dari alat
ukur perceived justice yang dikembangkan
Populasi dan Sampel Penelitian oleh Neihoff dan Moorman (dalam
Populasi penelitian ini adalah seluruh Al’Zubi, 2010) sesuai dengan kondisi
karyawan Divisi Sales yang bertanggung perusahaan. Alat ukur terdiri dari tiga
jawab pada pelaksanaan kegiatan penjualan domain yaitu distributive justice, procedu-
di lapangan. Penelitian kuantitatif dilak- ral justice, dan interactional justice. Alat
sanakan dengan penelitian survei yaitu ukur menggunakan skala Likert 1 (Sangat
penelitian yang dilakukan pada populasi. Tidak Setuju) sampai dengan 5 (Sangat
Akan tetapi, pada akhir masa pengumpulan Setuju).
data kuantitatif, hanya diperoleh 114 Kuesioner perceived justice terdiri dari
kuesioner yang kembali kepada peneliti. 22 item dengan validitas item berkisar
Sampel penelitian kualitatif diperoleh antara 0,400 – 0,779. Reliabiltas alat ukur
dengan metode intensity sampling. Intensity dihitung untuk masing-masing dimensi dan
sampling merupakan pemilihan partisipan total keseluruhan karena skoring atau

40
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)

interpretasi alat tes dilakukan baik per grounded theory yang bertujuan memben-
dimensi maupun keseluruhan. Koefisien tuk teori atau content analysis yang
reliabilitas Alpha berkisar antara 0,816 – dilaksanakan dengan landasan teori yang
0,937. ada (Mayring, 2000). Pada penelitian ini,
Instrumen pengambilan data kualitatif digunakan dasar teori perceived justice dan
adalah panduan wawancara yang disusun persepsi untuk pemahaman data. Oleh
untuk menggali informasi mengenai per- karena itu, analisa menggunakan content
sepsi keadilan karyawan pada masing- analysis. Hasil wawancara akan dikoding
masing dimensi perceived justice, serta bertahap dari yang paling umum yaitu open
faktor yang dapat memberi pengaruh pada coding, kemudian dikelompokkan menjadi
perceived justice karyawan. axial coding, hingga selective coding
menurut teori yang ada. Selanjutnya,
Teknik Pengumpulan dan Analisa Data analisa data dilaksanakan berdasarkan data
Pengumpulan dan analisis data dilaksa- gabungan kuantitatif dan kualitatif. Hasil
nakan secara terpisah untuk kuantitatif dan analisa digunakan untuk memahami
kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif masalah dan memperoleh kesimpulan
dilaksanakan dengan menyebarkan kuesio- berupa masukan untuk pengembangan
ner secara online. Peneliti memastikan perusahaan.
kesediaan dan kesungguhan pengisian
kuesioner dengan meminta bantuan perusa- Hasil Penelitian dan Pembahasan
haan dan atasan dalam penyampaian
Gambaran Demografis Partisipan
informasi kuesioner, serta pengisian lembar Partisipan kuantitatif terdiri dari 114
informed consent di awal survei. Data yang karyawan. Gambaran partisipan kuantitatif
diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk dapat dilihat pada tabel 1.
melihat gambaran variabel. Analisa des- Selain itu, partisipan diidentifikasi
kriptif menggunakan pengukuran z-score. menurut jenis kelamin, usia, pendidikan
Menurut Gravetter dan Wallnau (2008), terakhir, lama bekerja, penempatan, posisi,
analisa deskriptif z-score ditujukan untuk dan lokasi kerja. Faktor-faktor tersebut
menyediakan deskripsi keseluruhan diuji untuk melihat kontribusinya pada
kelompok data. Fungsi z-score adalah tingkat perceived justice karyawan.
mengidentifikasi posisi individu dalam Uji beda dilaksanakan pada faktor
penyebaran distribusi. Pada penelitian ini, terkait pekerjaan mencakup lama bekerja,
z-score digunakan untuk menentukan nor- penempatan, posisi, dan lokasi kerja. Lama
ma yang dapat mengidentifikasi skor ke Bekerja dan posisi memiliki lebih dari dua
dalam kategori tertentu. Adapun kelompok berbeda sehingga dilaksanakan
perhitungan yang digunakan antara lain dengan Kruskal Wallis dan dilanjutkan
mencakup mean, rentang skor, standar dengan Mann Whitney U Test untuk
deviasi, dan z-score. melihat kelompok mana yang memiliki
Pengumpulan data kualitatif dilaksa- perbedaan paling besar. Hasil uji coba
nakan dengan melakukan wawancara dapat dilihat pada tabel 2.
kepada beberapa karyawan. Data hasil Berdasarkan uji beda, penempatan
wawancara diorganisasi untuk memper- (toko dan counter) dan lokasi kerja (Jakarta
mudah analisa. Pengorganisasian data dan luar Jakarta) tidak menjadi faktor yang
dilaksanakan dengan penyaringan data memengaruhi tingkat perceived justice -
yang relevan sesuai penelitian. Analisa
kualitatif dapat dilaksanakan dengan

41
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54

Tabel 1
Gambaran Persebaran Peserta Berdasarkan Lokasi Kerja dan Posisi
Sales Kasir Kepala Toko Supervisor Area
Jakarta 28 orang 7 orang 4 orang 6 orang
Tangerang - 1 orang - -

Surabaya 1 orang 1 orang 1 orang -

Bali 1 orang 4 orang 2 orang 1 orang


Lombok 1 orang - - -
Samarinda 3 orang 1 orang 1 orang 1 orang

Makassar 12 orang 5 orang 8 orang 2 orang

Gorontalo 5 orang 1 orang 3 orang -

Kendari 3 orang 1 orang 3 orang -

Ambon 2 orang 1 orang 1 orang -

Manado 3 orang 1 orang - -

Palembang - - 1 orang -

Tabel 2
Uji Beda Tingkat Perceived Justice Berdasarkan Faktor terkait Pekerjaan
Faktor Kruskal Mann Whitney
Wallis
Lama Bekerja 0,004* 0,01*
Lama Bekerja > 5 tahun memiliki tingkat perceived justice paling
rendah secara signifikan dibanding kelompok lain
Penempatan - 0,325
Posisi 0,000* 0,000*
Supervisor Area memiliki tingkat perceived justice paling rendah secara
signifikan dibanding kelompok lain
Lokasi Kerja - 0,592

Tabel 3
Uji Beda Tingkat Perceived Justice Berdasarkan Faktor terkait Individu
Faktor Kruskal Mann Whitney
Wallis
Jenis - 0,117
Kelamin
Usia 0,020* 0,001*
Usia 35 – 45 memiliki tingkat perceived justice paling rendah secara signifikan
dibanding kelompok lain

42
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)

karyawan Divisi Sales PT. EFG. Sedang- validitas menunjukkan nilai validitas item
kan, lama bekerja dan posisi memengaruhi berkisar antara 0,400 – 0,779.
tingkat perceived justice karyawan, di mana Selanjutnya, peneliti melakukan uji
karyawan yang memiliki tingkat perceived reliabilitas alat tes pada pelaksanaan field
justice rendah adalah karyawan dengan menggunakan Coefficient Alpha, sebagai
lama bekerja di atas 5 tahun dan karyawan berikut:
pada posisi Supervisor Area.
Selain itu, uji beda juga dilakukan pada Tabel 4
faktor terkait individu mencakup jenis Uji Reliabilitas Alat Tes
kelamin dan usia. Hasil uji coba dapat Domain Reliabilitas Interpretasi
dilihat pada tabel 3. Distributive 0,816 Reliabel
Berdasarkan hasil uji beda, jenis Justice
kelamin tidak memengaruhi tingkat Procedural 0,850 Reliabel
perceived justice karyawan Divisi Sales PT. Justice
Interactional 0,902 Reliabel
EFG. Namun, usia menjadi faktor yang Justice
memengaruhi tingkat perceived justice, Perceived 0,937 Reliabel
dimana karyawan dengan usia 35 sampai Justice
45 memiliki tingkat perceived justice
paling rendah dibandingkan kelompok usia Tabel 5
lain. Hal ini sejalan dengan penelitian Gambaran Tingkat Perceived Justice Keseluruhan
sebelumnya oleh Al-Zu’bi (2010) pada dan Per Dimensi
perusahaan industri listrik di Jordania, yaitu Variabel Rendah Sedang Tinggi
usia sebagai karakteristik individu yang Perceived 8 orang 51 orang 59 orang
dapat menjadi faktor penentu tingkat Justice (7%) (41,22%) (51,75%)
perceived justice. Distributive 33 orang 71 orang 10 orang
Justice (28,9%) (62,3%) (8,8%)
Procedural 11 orang 28 orang 75 orang
Gambaran Tingkat Perceived Justice
Justice (9,6%) (24,6%) (65,8%)
Uji validitas dilakukan karena item alat Interactional 4 orang 55 orang 55 orang
ukur harus valid untuk dapat digunakan Justice (3,5%) (48,25%) (48,25%)
sebagai dasar interpretasi. Apabila item
masih tidak valid, maka item terkait tidak Secara keseluruhan, tidak banyak
dapat digunakan untuk analisa selanjutnya karyawan yang merasa perusahaan tidak
atau harus dibuang dari interpretasi alat adil. Hal tersebut ditunjukkan oleh data
ukur. perceived justice dimana hanya 7%
Hasil menunjukkan bahwa data tidak karyawan yang memiliki tingkat perceived
berdistribusi normal. Oleh karena itu, justice rendah. Sebagian besar lainnya
perhitungan dilakukan dengan mengguna- memiliki tingkat perceived justice sedang
kan teknik statistik non parametrik, yaitu (41,22%) dan tinggi (51,75%). Artinya,
korelasi Spearman. Korelasi item dengan sebagian besar karyawan masih merasa
total skor menunjukkan bahwa item 9 tidak keputusan dan sistem yang diberlakukan
valid karena memiliki nilai korelasi sebesar perusahaan adil bagi karyawan.
0,188. Setelah dilakukan analisa, salah satu Selain itu, tingkat perceived justice
penyebab item 9 tidak valid adalah karena juga dilihat per dimensi untuk melihat
item tersebut merupakan item unfavorable dimensi mana yang sudah dianggap adil
pada alat tes sehingga mungkin terjadi dan yang masih dianggap kurang adil. Beri-
kesalahan dalam memaknai item. Oleh kut gambaran tingkat dimensi perceived
karena itu dilakukan uji validitas ulang justice:
tanpa mengikutsertakan item 9. Hasil uji Dari ketiga dimensi perceived justice
yang ada, paling banyak (28,9%) karyawan

43
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54

mempersepsi tidak adil pada dimensi individu yang diterima karyawan dari
distributive justice, yaitu keadilan yang perusahaan saat penyampaian keputusan.
dirasakan karyawan terkait sistem atau Secara keseluruhan, hal yang paling mem-
keputusan tertentu yang dibuat oleh buat karyawan merasa perusahaan tidak
organisasi. adil adalah terkait isi dari sistem atau
Sedangkan, paling sedikit (3,5%) keputusan itu sendiri. Prosedur dan per-
karyawan yang mempersepsi tidak adil lakuan saat penyampaian keputusan masih
pada dimensi interactional justice, yaitu lebih dipersepsi adil oleh sebagian besar
keadilan yang dirasakan terkait perlakuan karyawan.

Tabel 6
Gambaran Tingkat Perceived Justice Berdasarkan Lama Kerja
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Lama Bekerja < 1 tahun 0 14 orang 26 orang
(35%) (65%)
Lama Bekerja 1 – 5 5 orang 18 orang 32 orang
tahun (9,1%) (32,7%) (58,2%)
Lama Bekerja > 5 tahun 3 orang 10 orang 6 orang
(15,8%) (52,6%) (31,6%)

Tabel 7
Gambaran Tingkat Perceived Justice Berdasarkan Posisi
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Posisi Sales 5 orang 21 orang 35 orang
(8,2%) (34,4%) (57,4%)
Posisi Kasir 0 5 orang 15 orang
(25%) (75%)
Posisi Kepala Toko 0 9 orang 14 orang
(39,1%) (60,9%)
Posisi Supervisor Area 3 orang 7 orang 0
(30%) (70%)

Tabel 8
Gambaran Tingkat Perceived Justice Berdasarkan Usia
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Usia 17 - 22 tahun 0 10 orang 19 orang
(34,5%) (65,5%)
Usia 22 - 28 tahun 3 orang 21 orang 34 orang
(5,2%) (36,2%) (58,6%)
Usia 28 - 34 tahun 3 orang 8 orang 11 orang
(13,6%) (36,4%) -50%
Usia 35 - 45 tahun 2 orang 3 orang 0
(40%) (60%)

44
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)

Selain itu, peneliti juga melihat Gambaran Dimensi Perceived Justice


pendistribusian tingkat perceived justice beserta Faktor yang Memengaruhi
berdasarkan data demografis yang berperan Berdasarkan hasil penelitian kuantita-
pada perceived justice karyawan, yaitu tif, 7% karyawan memiliki tingkat per-
lama kerja, posisi, dan usia. ceived justice rendah dan 41,22% karyawan
Partisipan yang baru bekerja di bawah memiliki tingkat perceived justice sedang.
satu tahun tidak ada yang memiliki tingkat Oleh karena itu, cukup banyak karyawan
perceived justice rendah. Sedangkan yang masih belum mempersepsi keputusan
partisipan yang memiliki lama kerja di atas dan sistem perusahaan adil. Oleh karena
5 tahun merupakan karyawan yang paling itu, kriteria pemilihan partisipan meng-
sedikit memiliki tingkat perceived justice gunakan intensity sampling, yaitu karyawan
tinggi. dengan nilai perceived justice rendah dan
Terdapat sebagian kecil Sales yang tinggi. Selain itu, peneliti juga memilih
memiliki persepsi ketidakadilan pada partisipan dengan faktor beragam untuk
perusahaan. Sedangkan Kasir dan Kepala memahami kontribusi masing-masing
Toko cenderung mempersepsi perusahaan faktor (khususnya pada faktor yang
sebagai cukup adil hingga adil. Sebaliknya, memiliki kontribusi pada nilai perceived
tidak ada Supervisor Area yang mem- justice). Gambaran partisipan kualitatif
persepsi perusahaan sebagai adil, sebagian dapat dilihat pada gambar 3.
masih menilai perusahaan cukup adil, dan Secara keseluruhan, karyawan memi-
sebagian lainnya menilai perusahaan tidak liki penilaian keadilan perusahaan ber-
adil. dasarkan perbandingan pengalaman sebe-
Dari persebaran distribusi, terlihat lumnya maupun perusahaan lain sejenis,
bahwa tidak ada karyawan yang berusia 17 misalnya perusahaan retail lain, serta input
– 22 tahun yang mempersepsi perusahaan dibanding output (usaha yang diberikan
tidak adil. Sebaliknya, karyawan dengan dibanding gaji atau penghargaan lain yang
usia 35 sampai 45 tahun cenderung diberikan perusahaan). Selain itu, seperti
mempersepsi perusahaan sebagai tidak adil yang diungkapkan dalam fairness theory,
atau cukup adil saja. persepsi keadilan tidak hanya terbatas pada

45
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54

perbandingan, namun juga terkait perubahan karena pengaruh lingkungan


perlakuan yang dianggap curang. Pada PT. merupakan salah satu faktor eksternal yang
EFG, perubahan muncul sebagai perlakuan memengaruhi persepsi keadilan karyawan.
yang dianggap tidak adil oleh karyawan, Lingkungan dan rekan kerja yang
khususnya terkait perubahan insentif dan nyaman ternyata juga memiliki peranan
komisi. Hal tersebut salah satunya penting dalam persepsi keadilan karyawan.
diungkapkan oleh salah satu karyawan, E, Lingkungan dan rekan kerja dapat berperan
sebagai berikut: sebagai faktor pendukung atau penghambat
persepsi keadilan. Lingkungan dan rekan
“Menurut saya komisi sebelumnya kerja berperan sebagai penghambat ketika
sudah lumayan, walaupun nanti persepsi negatif ditularkan melalui interaksi
perusahaan dapat lebih besar dengan rekan kerja. Akan tetapi, lingkungan
karena ngga kasih komisi lagi ke dan rekan kerja dapat berperan sebagai
karyawan, tapi nanti ke depannya pendukung persepsi keadilan organisasi
dapatnya lebih kecil dari hasil ketika terdapat kerjasama yang nyaman dan
penjualan yang menurun, dukungan sosial dalam menghadapi
istilahnya kayak karma.” masalah.
Perubahan komisi muncul sebagai
Perubahan komisi dianggap tidak adil masalah utama yang banyak dipersepsi
karena setelah diberlakukan akhirnya negatif oleh karyawan. Masalah perhitungan
karyawan hanya memperoleh tambahan komisi ini menjadi masalah utama pada
sebesar Rp 300.000,- dan dapat dihilangkan dimensi distributive justice. Selain itu,
apabila karyawan telat satu menit saja. masalah komisi ini terkait erat dengan target
Padahal sebelumnya, karyawan yang selalu yang sulit tercapai dan sering berubah.
masuk pasti memperoleh Rp 300.000,- dan Terkait prosedur pengambilan kepu-
komisi sebesar 1% dari omzet penjualan. tusan, karyawan Sales, Kasir, dan Kepala
Saat ini komisi baru akan diberikan apabila Toko tidak terlalu mengetahui mengenai
target tercapai. Sementara, penentuan target prosedur yang ada. Yang berlangsung
sendiri dianggap tidak adil karena tidak selama ini adalah Sales, Kasir, dan Kepala
mungkin tercapai (ditentukan merchan- Toko memperoleh informasi keputusan dari
dising dan tidak melibatkan diskusi dengan Supervisor Area. Jadi, prosedur yang
Sales) dan sering dinaikkan ketika sedang dipersepsi baik atau tidak tergantung dari
berjalan apabila ternyata sudah hampir persepsi masing-masing individu. Selain
mencapai. ditentukan karakteristik pribadi, persepsi
Perubahan sendiri ternyata dipersepsi terhadap prosedur sendiri erat kaitannya
berbeda-beda oleh karyawan. Sebagian dengan interactional justice, yaitu
karyawan mempersepsi negatif perubahan penyampaian Supervisor Area sendiri.
seperti hanya mementingkan pihak mana- Penyampaian Supervisor Area merupakan
jemen tanpa mempertimbangkan karyawan, objek yang diterima oleh karyawan lain
sebagian memiliki pertimbangan netral di untuk mempersepsi mengenai prosedur
mana perubahan dilihat memiliki sisi positif pengambilan keputusan itu sendiri. Oleh
dan negatif, sebagian lainnya ada juga yang karena itu, Supervisor Area memegang
memiliki pandangan positif seperti peru- peranan sangat penting bagi persepsi
bahan menjadikan peraturan lebih disiplin. keadilan bawahannya.
Persepsi terhadap perubahan ini banyak Selama ini, karyawan merasa penyam-
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Pada paian Supervisor Area terkait keputusan
karyawan baru, perubahan tidak menjadi sudah baik dan jelas. Supervisor Area tetap
masalah yang memengaruhi persepsi memberi semangat saat menginformasikan
keadilan. Namun, penting untuk mengelola mengenai keputusan yang kurang membuat

46
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)

nyaman. Namun, seringkali juga Supervisor posisi memberikan kontribusi pada tingkat
Area memberi kesan keputusan perusahaan perceived justice. Namun, ketika dilaku-
tidak dapat diganggu gugat, seperti yang kan analisa gabungan dengan hasil kuali-
diungkapkan beberapa karyawan sebagai tatif, ditemukan bahwa faktor posisi yang
berikut: paling berperan dalam tingkat perceived
justice. Apabila dikaitkan, usia dan lama
“Pertama kali ada perubahan dan kerja memang terkait dengan posisi, yaitu
keputusan awalnya down, kaget, karyawan dengan posisi lebih tinggi
protes ke atasan. Atasan yang umumnya berada pada rentang usia yang
protes ke perusahaan, tapi sudah lebih tua dan lama kerja yang lebih
ngga bisa diganggu gugat.” panjang. Jadi, hal tersebut dapat
menjelaskan mengapa usia dan lama kerja
“Paling ngasih pesan ke kita, ya memberikan kontribusi pada hasil
mau gimana lagi, diprotes apa kuantitatif, namun tidak muncul pada hasil
tetap ngga bisa.” kualitatif.
Posisi memberikan kontribusi bagi
Supervisor Area memegang peranan tingkat perceived justice. Pada hasil
sangat penting terkait kejelasan penyam- kuantitatif, Kasir dan Kepala Toko tidak
paian dan perlakuan perusahaan, baik dari ada yang memiliki tingkat perceived
kata-kata yang diucapkan maupun kesan justice rendah serta 25% Kasir dan 39,1%
yang diberikan saat penyampaian. Yang memiliki tingkat perceived justice sedang.
terjadi adalah Supervisor Area sendiri Hal tersebut dijelaskan pada hasil
merasa prosedur dan perlakuan perusahaan kualitatif di mana beban kerja Kasir dan
kurang adil. Berbeda dari Sales, Kasir, dan Kepala Toko menjadi berkurang,
Kepala Toko, Supervisor Area berhubung- khususnya less paperwork karena sistem
an langsung dengan manajemen untuk yang lebih terkomputerisasi. Sedangkan,
menerima informasi keputusan dan ber- 8,2% Supervisor Area memiliki tingkat
tanggung jawab meneruskan informasi perceived justice rendah dan 34,4% Sales
tersebut. Namun, Supervisor Area merasa memiliki tingkat perceived justice rendah.
tidak dilibatkan untuk diskusi dan Supervisor Area cenderung lebih merasa
kemudian tidak berhak mempertanyakan tidak adil dibanding Kasir dan Kepala
keputusan perusahaan, misalnya tiba-tiba Toko dikarenakan perubahan yang
dikeluarkan Surat Keputusan yang sudah dirasakan lebih kepada perubahan komisi
ditandatangani. Diskusi keputusan selama dan insentif yang dirasakan merugikan
ini hanya melibatkan Head of Sales karyawan. Di sisi lain, tidak ada sama
sebagai atasan Supervisor Area untuk sekali Supervisor Area yang memiliki nilai
pertimbangan dari sisi Sales. Padahal, perceived justice tinggi disebabkan
Supervisor Area merasa lebih mengetahui perubahan pada sistem dan keputusan
kondisi lapangan serta nantinya berhadap- yang diberlakukan dianggap tidak
an langsung dengan karyawan yang akan melibatkan Supervisor Area.
diberitahukan keputusan perusahaan. Pemaparan tersebut menunjukkan
Persepsi ketidakadilan yang dirasakan bahwa data kualitatif digunakan untuk
Supervisor Area secara sadar maupun mengelaborasi data yang diperoleh pada
tidak sadar akan berpengaruh saat penelitian kuantitatif. Rekapitulasi
penyampaian kepada bawahan. integrasi data kualitatif dalam melengkapi
data kuantitatif terdapat pada tabel 9.
Keterkaitan Data Kualitatif dalam
Berdasarkan keseluruhan data
Melengkapi Data Kuantitatif
kuantitatif dan kualitatif, Supervisor Area
Berdasarkan hasil uji kuantitatif pada
berperan penting dalam memengaruhi
faktor yang ada, usia, lama kerja, dan

47
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54

Tabel 9
Kaitan Data Kuantitatif dan Kualitatif

Data Kuantitatif Data Kualitatif


Distributive justice cenderung Karyawan mempersepsi keputusan perusahaan, khususnya
rendah perubahan komisi dan insentif tidak adil karena lebih mementingkan
manajemen dibandingkan karyawan.
Procedural justice dan interactional Persepsi karyawan atas keadilan prosedur dan keadilan perlakuan
justice cenderung cukup tinggi sangat terkait erat dengan penyampaian Supervisor Area sebagai
pemberi informasi keputusan perusahaan kepada karyawan Sales
lainnya. Selama ini, penyampaian Supervisor Area dinilai cukup
baik dan jelas.
Usia, lama bekerja, dan posisi Ketiga aspek tersebut saling terkait, misalnya semakin tinggi usia
memengaruhi tingkat perceived karyawan, semakin lama masa kerjanya, dan semakin tinggi pula
justice posisinya. Namun, berdasarkan hasil kualitatif terlihat bahwa posisi
merupakan aspek yang paling berperan dalam menentukan tingkat
perceived justice karyawan.
Kasir dan Kepala Toko tidak ada Perubahan yang terjadi lebih dirasakan positif oleh Kasir dan Kepala
yang memiliki persepsi tidak adil Toko di mana sistem yang terkomputerisasi menjadikan beban kerja
yang lebih sedikit dibandingkan sebelumnya.
Supervisor Area paling Supervisor Area merupakan karyawan Sales yang berhubungan
mempersepsi tidak adil langsung dengan perusahaan. Sedangkan karyawan Sales lainnya
hanya memperoleh informasi dari Supervisor Area. Supervisor Area
yang berhubungan langsung merasa tidak dilibatkan dalam
pengambilan keputusan yang dirasa penting bagi karyawan,
misalnya perubahan komisi dan insentif.

tingkat perceived justice karyawan Divisi berlangsung menjadi faktor yang


Sales lain disebabkan perannya sebagai menyebabkan atasan berperan dalam kedua
pemberi informasi keputusan perusahaan. dimensi perceived justice tersebut.
Akan tetapi, Supervisor Area sendiri Terkait konteks spesifik perubahan,
merupakan karyawan Sales yang paling perubahan menjadi pemicu utama
menilai perusahaan tidak adil. Secara perceived justice. Dalam keterkaitannya
sadar maupun tidak sadar, hal ini dapat dengan fairness theory, perubahan
berpengaruh pada penyampaian kepada dipersepsi sebagai perlakuan tidak adil oleh
karyawan lainnya, baik saat ini (yang perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan
sudah berjalan) atau di kemudian hari. persepsi perubahan cenderung sejalan
dengan perceived justice, yaitu karyawan
Diskusi yang mempersepsi perubahan sebagai hal
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang positif cenderung memiliki tingkat
penelitian sebelumnya, dimana atasan perceived justice yang tinggi, sebaliknya
berperan dalam interactional justice karyawan yang mempersepsi perubahan
(Spector, 2012). Atasan berperan dalam sebagai hal yang negatif cenderung
interactional justice karena atasan memiliki tingkat perceived justice yang
seringkali berperan dalam menyampaikan rendah.
keputusan perusahaan karena sifat birokrasi Terkait konteks penelitian pada
organisasi. Akan tetapi, konteks penelitian perusahaan keluarga, perubahan mana-
ini menjadikan atasan turut berperan pada jemen secara lebih spesifik yaitu masuknya
procedural justice, dimana karyawan Sales, tenaga profesional dari luar keluarga
Kasir, dan Kepala Toko tidak berhubungan memberikan pengaruh pada sistem dan
langsung dengan manajemen terkait kebijakan yang diberlakukan perusahaan.
penyampaian keputusan atau peraturan. Bahkan, karyawan dapat mengasosiasikan
Jadi, sistem komunikasi organisasi yang tenaga profesional tersebut sebagai salah

48
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)

satu penyebab perubahan negatif yang yang berlaku umum yaitu objek yang
dirasakan sehingga juga turut memengaruhi diinterpretasi karyawan dapat dievaluasi
perceived justice karyawan. Masuknya lagi. Ternyata, penyampaian Supervisor
manajer non keluarga berperan dalam Area berperan penting dalam persepsi
memberikan iklim budaya berbeda yang keadilan terhadap prosedur dan perlakuan
selama ini diterapkan keluarga. Oleh karena perusahaan. Hal tersebut disebabkan sistem
itu, perusahaan keluarga yang sedang atau komunikasi yang berlangsung saat ini, di
akan melaksanakan perubahan/ perkem- mana Supervisor Area merupakan pemberi
bangan manajemen yang ada, perlu informasi dari perusahaan kepada bawahan
menyesuaikan budaya antara keluarga dan (Kepala Toko, Kasir, Sales). Selama ini,
manajer non keluarga serta mempertim- bawahan sudah mempersepsi penyampaian
bangkan keterlibatan karyawan. Supervisor Area cukup jelas dan cukup
Pada PT. EFG, perubahan menimbul- positif, misalnya memberi semangat dan
kan reaksi negatif karyawan. Hal ini terjadi pengertian agar karyawan menerima
paling tidak karena dua hal. Pertama, keputusan perusahaan. Namun, kenyata-
karyawan mengalami perubahan dimana annya, Supervisor Area yang berinteraksi
sebelumnya nilai perusahaan lebih ke langsung dengan pihak perusahaan menilai
keluarga hingga saat ini semakin bergeser keadilan perusahaan pada prosedur dan
ke arah bisnis. Menurut Cummings dan penyampaian keputusan cenderung kurang
Worley (2008), nilai yang diterapkan dalam adil (tidak ada Supervisor Area yang
perusahaan keluarga cenderung bertolak memiliki tingkat perceived justice tinggi).
belakang dari nilai yang diterapkan pada Hal tersebut dapat mempengaruhi pesan
perusahaan bisnis. Sebagai contoh, nilai yang disampaikan, baik secara sadar
perusahaan keluarga antara lain didasari ataupun tidak sadar, di mana terdapat
hubungan harmonis dan emosi, sedangkan bawahan yang merasa perusahaan tidak
perusahaan bisnis cenderung kompetitif dan mau mempertimbangkan karyawan.
didasari pada rasional. Nilai tersebut juga Peran lingkungan menjadi sangat
yang terlihat muncul pada konteks PT. penting, dimana lingkungan dapat menjadi
EFG. Komisi dan insentif yang selalu faktor pendukung atau penghambat
diberikan kepada karyawan tanpa persepsi keadilan perusahaan. Situasi yang
mempertimbangkan target cenderung nyaman dan saling solider menjadikan
menjadi situasi yang nyaman bagi karyawan mempersepsi perusahaan sebagai
karyawan, sedangkan saat ini komisi yang adil dan cenderung lebih dapat mentolerir
sesuai dengan target menjadi situasi yang hal yang kurang menguntungkan bagi
dianggap merugikan. karyawan. Sedangkan keluhan dan cerita
Kedua, target yang dijadikan patokan mengenai perubahan menjadi pengaruh
dalam pemberian komisi cenderung tidak yang dapat menularkan persepsi
konsisten dan berubah-ubah serta sulit ketidakadilan dari satu karyawan kepada
dicapai. Hal ini perlu ditinjau kembali oleh karyawan lain. Jadi, meskipun karyawan
pihak perusahaan sehingga mengurangi baru cenderung merasa perusahaan adil
persepsi tidak adil yang dirasakan. (tidak ada karyawan yang baru bekerja di
Persepsi keadilan terkait prosedur bawah satu tahun memiliki tingkat
pengambilan keputusan dan penyampaian perceived justice rendah), namun pada
keputusan cenderung berbeda-beda. Hal pelaksanaannya, pengaruh lingkungan
tersebut dipengaruhi salah satunya oleh (rekan kerja/ penyampaian Supervisor
karakter pribadi yang memengaruhi Area) dapat menjadikan persepsi tersebut
interpretasi karyawan. Perbedaan individu berubah seiring berjalannya waktu.
cenderung menjadi hal yang sulit Pada penelitian ini, peneliti berusaha
diintervensi oleh perusahaan. Namun, hal memahami berbagai faktor yang me-

49
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54

mengaruhi tingkat perceived justice, salah memengaruhi persepsi keadilan karyawan.


satunya dengan uji beda kuantitatif dan Selain itu, kegiatan kebersamaan karyawan
pemilihan karakteristik partisipan yang dapat menjadi kompensasi bagi karyawan
beragam. Akan tetapi, peneliti memiliki setelah adanya penghilangan komisi apabila
keterbatasan dalam menjangkau partisipan tidak mencapai target. Hal ini dapat
yang berada di luar Jakarta. Peneliti menjadikan karyawan lebih merasa
memiliki keterbatasan waktu dan biaya diperhatikan oleh perusahaan, bukan seperti
untuk bertatap muka dengan partisipan yang saat ini dirasakan beberapa karyawan
yang berada di luar Jakarta. Alternatif lain yaitu perusahaan cenderung memihak bagi
menggunakan telepon atau media kepentingan keuntungan perushaaan tanpa
telekomunikasi lainnya tidak dilaksanakan mempertimbangkan karyawan.
karena mempertimbangkan sensitivitas isu Keputusan terkait perubahan insentif
persepsi keadilan karyawan terhadap dan komisi merupakan masalah utama yang
perusahaan. Namun, peneliti memperoleh menyebabkan persepsi ketidakadilan.
sedikit gambaran situasi pembeda antara Keputusan ini dibuat atas pertimbangan
lokasi Jakarta dan luar Jakarta karena salah kemajuan perusahaan, di mana sudah diper-
satu partisipan sebelumnya ditempatkan di timbangkan oleh pemilik perusahaan seka-
luar Jakarta selama 14 tahun. ligus direktur, HRD, serta Head of Sales.
Pentingnya peran Supervisor Area Sistem insentif dan komisi yang ditujukan
dalam memengaruhi perceived justice untuk mengarah kepada perusahaan bisnis
karyawan perlu menjadi fokus pembenahan yang cenderung kompetitif dan berdasarkan
masalah yang terjadi. Perusahaan dapat hasil bertujuan memotivasi karyawan untuk
mengadakan pertemuan dengan Supervisor mencapai target. Namun, pada kenyata-
Area untuk mengkomunikasikan mengenai annya, perubahan banyak dipersepsi negatif
perubahan (terkait rendahnya tingkat distri- dan mulai muncul respon negatif, antara
butive justice pada keseluruhan karyawan) lain motivasi menurun dan absensi
dan melaksanakan diskusi untuk mem- meningkat.
fasilitasi keterlibatan Supervisor Area Isi dari keputusan tersebut merupakan
dalam sistem dan keputusan perusahaan sesuatu yang sudah dipertimbangkan
agar dapat mempersepsi perusahaan lebih dengan matang dan tidak dapat diubah
adil. (sudah dikeluarkan Surat Keputusan). Oleh
Selain itu, peneliti juga mengidentifi- karena itu, intervensi dapat menyasar pada
kasi beberapa keperluan lain untuk per- penerapan keputusan sendiri. Saat ini,
baikan perusahaan. Pertama, target terkait karyawan merasa perubahan komisi tidak
komisi perlu di-review kembali terkait adil karena target tidak mungkin tercapai.
konsistensi dalam pelaksanaan (tidak Oleh karena itu, dapat diidentifikasi
berubah-ubah) dan kemampuan karyawan masalah yang dihadapi serta solusi untuk
dalam mencapainya. Hal tersebut ditujukan menghadapi masalah tersebut. Pengidenti-
agar semakin sesuai dengan tujuan fikasian masalah dan diskusi solusi dapat
perubahan, yaitu peningkatan motivasi melibatkan Supervisor Area sehingga
karyawan dalam mencapai target. Supervisor Area juga merasa lebih
Kedua, perusahaan perlu tetap mem- dilibatkan oleh perusahaan. Selain itu, pada
pertimbangkan kegiatan kebersamaan kesempatan ini, dapat dilaksanakan
karyawan yang sudah ditiadakan beberapa sosialisasi dan penjelasan ulang mengenai
tahun terakhir. Hal ini disebabkan nilai latar belakang perubahan yang terjadi
budaya perusahaan care and connect sema- sehingga karyawan lebih memahami peru-
kin dirasa hilang oleh karyawan. Padahal, bahan dan tidak berprasangka buruk pada
lingkungan kerja yang nyaman merupakan perubahan. Inti dari intervensi ini adalah
salah satu faktor penting yang meningkatkan keterlibatan karyawan

50
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)

sehingga karyawan merasa lebih dipertim- Dalam rangka mewujudkan empati dan
bangkan oleh perusahaan dan menghadapi dukungan, komunikasi, serta partisipasi dan
situasi resistance to change. keterlibatan karyawan, dapat dilaksanakan
Menurut Cummings dan Worley pertemuan kelompok Supervisor Area yang
(2008), situasi resistance to change dapat difasilitasi oleh pihak perusahaan. Fasilitasi
dihadapi antara lain dengan empati dan bertujuan dalam menjaga efektivitas proses
dukungan, komunikasi, serta partisipasi dan sehingga menjadikan kelompok dapat
keterlibatan karyawan. Berikut penjelasan membuat keputusan terbaik. Fasilitasi
dari masing-masing hal tersebut: secara lebih spesifik berperan dalam
Empati dan dukungan. Perubahan mendukung terciptanya suasana yang
biasanya dipersepsi sebagai situasi yang kolaboratif dan saling menghargai sehingga
tidak nyaman oleh karyawan. Karyawan membantu kelompok mengatasi hambatan
terbiasa dengan situasi lama yang berlaku dalam mencapai tujuan.
dan situasi baru pada perubahan
menimbulkan kecemasan akan hal yang Simpulan dan Saran
tidak diketahuinya. Kecemasan tersebut
Simpulan
menimbulkan resistance to change. Oleh Berdasarkan perceived justice secara
karena itu, empati dan dukungan yang keseluruhan, sebagian karyawan (51,75%)
diberikan perusahaan dapat berperan dalam merasa perusahaan adil. Hanya sebesar 7%
meredakan kecemasan yang dialami partisipan yang menilai perusahaan tidak
karyawan akibat perubahan yang terjadi. adil dalam menerapkan peraturan dan
Hal tersebut menjadikan karyawan merasa keputusan. Hal tersebut dapat terlihat dari
didukung dan diper-timbangkan, bukan masih bertahannya karyawan di perusa-
hanya mementingkan keuntungan haan, dibandingkan karyawan yang sudah
perusahaan. resign setelah adanya perubahan yang
Komunikasi. Kecemasan yang menjadi pemicu persepsi ketidakadilan
dirasakan pada resistance to change pada karyawan. Akan tetapi, cukup banyak
merupakan akibat dari ketidaktahuan akan karyawan (41,22%) yang merasa
situasi baru pada perubahan. Komunikasi perusahaan cukup adil sehingga masih
dapat memberikan informasi mengenai perlu dikembangkan.
situasi baru tersebut sehingga mengurangi Ternyata, persepsi ketidakadilan paling
kece-masan karyawan dan meningkatkan besar dirasakan terkait isi dari peraturan
penerimaan karyawan pada perubahan. atau keputusan itu sendiri (28,9% merasa
Komunikasi perubahan sebaiknya dila- tidak adil), dibandingkan prosedur
kukan dengan cara yang berbeda diban- pengambilan keputusan (9,6% merasa tidak
dingkan komunikasi biasanya. Misalnya, adil) dan pernyampaian keputusan yang ada
jika biasanya informasi diberikan mela-lui (3,5%). Perubahan peraturan insentif dan
memo, maka informasi perubahan dapat komisi merupakan masalah utama yang
diberikan melalui presentasi. Hal tersebut menimbulkan isu ketidakadilan (dimana
membantu karyawan lebih sadar akan sebelumnya tidak ada masalah terkait
pentingnya perubahan. keputusan perusahaan). Faktor terkait
Partisipasi dan keterlibatan individu dan pekerjaan yang memengaruhi
karyawan. Keterlibatan karyawan dapat tingkat perceived justice adalah terkait
menja-dikan karyawan lebih memiliki lama kerja, posisi, dan usia. Pada penelitian
komit-men dalam menjalani perubahan. ini, ketiga hal tersebut terlihat berkaitan,
Hal tersebut disebabkan karyawan turut maksudnya semakin lama masa kerja maka
berperan dalam memberikan masukan bagi semakin tinggi posisi dan usia. Data yang
perubahan yang akan dilaksanakan. ada menunjukkan posisi yang memiliki

51
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54

peran penting dalam memengaruhi tingkat tujuan perubahan, yaitu peningkatan


perceived justice. motivasi karyawan dalam mencapai target.
Berdasarkan posisi, Supervisor Area Kedua, perusahaan perlu tetap
merupakan karyawan yang paling mempertimbangkan kegiatan kebersamaan
mempersepsi perusahaan tidak adil karena karyawan yang sudah ditiadakan beberapa
sistem komunikasi yang berlangsung di tahun terakhir. Hal ini disebabkan nilai
perusahaan, yaitu Supervisor Area yang budaya perusahaan care and connect
berhubungan langsung dengan pihak semakin dirasa hilang oleh karyawan.
perusahaan. Sedangkan karyawan Divisi Padahal, lingkungan kerja yang nyaman
Sales lainnya memperoleh informasi sistem merupakan salah satu faktor penting yang
dan keputusan perusahaan dari Supervisor memengaruhi persepsi keadilan karyawan.
Area. Supervisor Area selama ini masih Selain itu, kegiatan kebersamaan karyawan
berusaha menyampaikan dengan jelas dan dapat menjadi kompensasi bagi karyawan
positif. Namun, persepsi tidak adil yang setelah adanya penghilangan komisi apabila
dirasakan Supervisor Area secara sadar tidak mencapai target. Hal ini dapat
maupun tidak sadar juga memengaruhi menjadikan karyawan lebih merasa
informasi yang disampaikan kepada diperhatikan oleh perusahaan, bukan seperti
karyawan lain. Supervisor Area merasa yang saat ini dirasakan beberapa karyawan
tidak adil karena merasa tidak dilibatkan yaitu perusahaan cenderung memihak bagi
oleh pihak perusahaan dalam pengambilan kepentingan keuntungan perusahaaan tanpa
keputusan. mempertimbangkan karyawan.
Selain peran penting Supervisor Area,
karakteristik pribadi, pengalaman kerja Daftar Pustaka
sebelumnya, persepsi terhadap perubahan, Aamodt, M.G. (2010). Industrial/ Organi-
serta pengaruh lingkungan merupakan zational Psychology: An Applied
faktor penting yang memengaruhi Approach (6th ed.), California:
perceived justice karyawan Divisi Sales PT. Wadsworth Cengage Learning.
EFG. Al-Zu’bi, H.A. (2010). A Study of
Relationship between Organiza-
Saran tional Justice and Job Satisfaction,
Berdasarkan kesimpulan yang ada, [Versi Elektronik], International
perusahaan perlu memberikan intervensi Journal of Business and Manage-
dalam peningkatan persepsi keadilan ment, 12(5), 102-109.
Supervisor Area. Intervensi dapat berupa Charash, Y.C. & Spector, P.E. (2001). The
pertemuan untuk mengkomunikasikan Role of Justice in Organizations: A
mengenai perubahan dan melaksanakan Meta-Analysis, [Versi Elektronik],
diskusi untuk memberikan keterlibatan Organizational Behavior and
Supervisor Area dalam sistem dan Human Decision Processes, 86(2),
keputusan perusahaan. 278-321.
Selain rancangan intervensi yang Colquitt, J.A., Conlon, D.E., Wenson, M.J.,
diharapkan dapat mengurangi masalah yang Porter, C.O.L.H., & Ng, K.Y.
terjadi dalam perusahaan, peneliti juga (2001). Justice at the Millenium: A
mengidentifikasi beberapa keperluan untuk Meta-Analytic Review of 25 Years
perbaikan perusahaan. Pertama, target of Organizational Justice Research,
terkait komisi perlu di-review kembali [Versi Elektronik], Journal of
terkait konsistensi dalam pelaksanaan Applied Psychology, 86(3), 425-
(tidak berubah-ubah) dan kemampuan 445.
karyawan dalam mencapainya. Hal tersebut
ditujukan agar semakin sesuai dengan

52
Perusahaan Tidak Adil Kepada Saya! : Gambaran Perceived Justice Pada Situasi Perubahan (Vera Elisabeth, Rayini Dahesihsari)

Cummings, T.G. & Worley, C.G. (2008). Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, B., &
Organizational Development & Wright, P.M. (2007). Fundamentals
Change, Ohio: Cengage Learning. of Human Resources Management,
Fatt, C.K., Khin, E.W.S., & Heng, T.N. New York: McGraw-Hill.
(2010). The Impact of Organiza- Patton, M.Q. (2002). Qualitative Research
tional Justice on Employee’s Job & Evaluation Methods (3rd Ed.),
Satisfaction: The Malaysian California: Sage.
Companies Perspectives, [Versi PwC. (2014). Survei Bisnis Keluarga 2014:
Elektronik], American Journal of Indonesia. Diakses pada 1
Economics and Business Adminis- September 2016 dari
tration, 2(1), 65-72. http://www.pwc.com/id/en/publicati
Gravetter, F.J. & Wallnau, L.B. (2008). ons/assets/indonesia-report-family-
Statistics for Behavioral Science (6th business-survey-2014.pdf
ed.), Minneapolis: Thomson Shani, B. & Lau, J.B. (2000). Behavior in
Learning. Organizations: An Experiential
Howitt & Cramer. (2011). Introduction to Approach (7th Ed.), New York:
Research Methods in Psychology McGraw-Hill
(3rd Ed.), Harlow: Pearson Prentice Simanjuntak, A. (2010). Prinsip-prinsip
Hall. Manajemen Keluarga (Family
Mayring, P. (2000). Qualitative Content Business) Dikaitkan dengan
Analysis, [Versi Elektronik], Kedudukan Mandiri Perseroan
Qualitative Social Research, 1(2). Terbatas (PT), [Versi Elektronik],
Mertens, D.M. (2015). Research and Jurnal Manajemen dan
Evaluation in Education and Kewirausahaan, 12(2), 113-120.
Psychology: Integrating Diversity Spector, P.E. (2012). Industrial and
with Quantitative, Qualitative, and Organizational Psychology:
Mixed Method (4th Ed.), Los Research and Practice (6th Ed.),
Angeles: SAGE. Singapore: John Wiley & Sons.
Nadiri, H. & Tanova, C. (2010). An Zainalipour, H., Fini, A.A.S., & Mirkamali,
Investigation of the Role of Justice S.M. (2010). A Study of Relation-
in Turnover Intentions, Job ship between Organizational Justice
Satisfaction, and Organizational and Job Satisfaction among Teacher
Citizenship Behavior in Hospitality in Bandar Abbas Middle School,
Industry, [Versi Elektronik], [Versi Elektronik], Procedia Social
International Journal of Hospitality and Behavioral Science, 5, 1986-
Management, 29(1), 33-41. 1990.

53
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 35 - 54

54

You might also like