You are on page 1of 7

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(1): 7-14, Feb 2015 Yuli Prasetyo et al.

CALVING INTERVAL SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN


TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN
PURWOKERTO JAWA TENGAH

CALVING INTERVAL AT LACTATING DAIRY CATTLE IN BALAI BESAR PEMBIBITAN


T ERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TENAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN
PURWOKERTO CENTRAL JAVA
Yuli Prasetiyoa, Madi Hartonob, dan Siswantob
a
The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
b
The Lecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University
Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145
Telp (0721) 701583. e-mail: kajur-jptfp@unila.ac.id. Fax (0721)770347

ABSTRACT

The aim of this research are to know calving interval and factor´s at lactation dairy cattle in BBPTU-HPT
Baturraden Purwokerto Central Java. This research was conducted on April 29 th -- May 13 th 2014 to on 151
heads lactating dairy cattle. This research used sensus method, data obtained was real data that present and
accuread in BBPTU-HPT Baturraden. Analysis data used regression analysis with SPSS (Statistik Packet
for Social Science). The result showed that the calving interval at lactating dairy cattle in BBPTU-HPT
Baturraden is 14.80 ± 3.36 months. Factor that effect calving interval at lactating dairy cattle in BBPTU-
HPT Baturraden from the herds man level are the number of cattle that maintain positively associated with
factor value 0.177 and the distance between the cow shed with office that negatively assosiated with factor
value 0.243. factor that efect calving interval on dairy cattle at the level of cattle are the age dairy cattle that
positively associated with factor value 0,247;, periode lactation that negatively assosiated with factor value
0,287;, mating partus that positively associated with factor value 0,057;, lactating period that positively
associated with factor value 0,904;, and dry priod that positively associated with factor value 0,961.

(Keywords: Calving interval, Lactating dairy cattle, Factors and value)

PENDAHULUAN peningkatan populasi sapi perah dan produksi


susu. Peningkatan tersebut dapat ditempuh
Perkembangan dan kemajuan teknologi melalui perbaikan secara eksternal dan internal.
yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan Salah satu faktor internal adalah efisiensi
mendorong meningkatnya taraf hidup masyarakat reproduksi pada sapi perah tersebut. Reproduksi
yang ditandai dengan peningkatan kebutuhan pada ternak perah sangat erat hubunganya dengan
protein hewani. Meningkatnya kesejahteraan dan perkembangan populasi dan kemampuan produksi
tingkat kesadaran masyarakat tentang pemenuhan susu.
gizi khususnya protein hewani juga turut Pengukuran efisiensi kinerja reproduksi
meningkatkan angka permintaan produk pada sapi perah dapat dilakukan dengan
peternakan. Salah satu produk peternakan sebagai mengukur calving interval. Calving interval
sumber protein hewani adalah susu yang merupakan jumlah hari atau bulan antara
dihasilkan oleh sapi perah. Sapi perah merupakan kelahiran yang satu dengan kelahiran berikutnya
salah satu penghasil protein hewani, yang dalam yang sangat berpengaruh terhadap efisiensi
pemeliharaanya selalu diarahkan pada reprodusi sapi perah. Menurut Sudono et al.,
peningkatan produksi susu. 2003, calving interval yang bermasalah dan dapat
Sapi perah adalah salah satu hewan ternak merugikan para peternak adalah >14 bulan.
penghasil susu, tingginya produksi susu yang
dihasilkan mampu menyuplai sebagian besar
kebutuhan susu di dunia. Jika dibanding jenis MATERI DAN METODE
ternak penghasil susu yang lain seperti kambing,
domba dan kerbau, maka sapi perah mempunyai Penelitian dilaksanakan pada 29 April --
kontribusi besar terhadap pemenuhan kebutuhan 13 Mei 2014, pada ternak yang ada di BBPTU-
susu yang terus meningkat dari tahun ke tahun. HPT Baturraden, Purwokerto, Jawa Tengah.
Upaya pemenuhan kebutuhan konsumsi Alat dan bahan yang digunakan dalam
susu dalam negeri dapat dicapai melalui penelitian ini adalah sapi perah laktasi, kuisioner

54
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(1): 7-14, Feb 2015 Yuli Prasetyo et al.

untuk anak kandang, kuisioner ternak yang ada di Analisis Data


BBPTU-HPT, Baturraden, Purwokerto, Jawa
Tengah. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi. Sebelum dilakukan
Teknik Pengambilan Data analisis data, dilakukan pengkodean terhadap data
ternak dan anak kandang untuk memudahkan
Metode penelitian yang dipakai adalah metode analisis yang kemudian diolah dalam program
sensus. Data yang digunakan adalah data primer SPSS (statistik packet for social science)
dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara (Sarwono, 2006).
mengamati ternak dan manajemen pemeliharaan Variabel dengan nilai P dikeluarkan dari
sapi perah laktasi serta melakukan wawancara penyusunan model kemudian dilakukan analisis
kepada anak kandang. Data sekunder adalah data kembali sampai didapatkan model dengan nilai P
yang diperoleh dari rekording. Pengambilan data ”
menggunakan cara sensus dengan mendata semua
sapi perah laktasi yang memiliki nilai calving HASIL DAN PEMBAHASAN
interval di BBPTU-HPT Baturraden.
Gambaran Umum Peternakan di BBPTU-HPT
Variabel Yang Digunakan Baturraden

Variabel yang digunakan dalam penelitan Dari hasil sensus yang dilakukan diperoleh
ini adalah variabel dependent dan independent. 8 perawat ternak dengan jumlah sapi perah laktasi
Variabel dependent yang digunakan adalah nilai 151 ekor. Data perawat ternak menunjukkan
calving interval pada sapi perah laktasi, bahwa sebanyak 4 orang lulus SMA (50%), dan 4
sedangkan variabel independent adalah orang peternak lulus SD (50%). Perawat ternak
pendidikan anak kandang, pernah mengikuti yang pernah mengikuti kursus sebanyak (100%).
kursus, pengetahuan birahi dan perkawinan, cara Semua perawat ternak memelihara sapi sebagai
perkawinan, waktu pemeriksaan kebuntingan pekerjaan utama (100%). Pada saat
sapi, frekuensi pemerahan yang dilakukannya, dilaksanakanya penelitian, lama perawat ternak
frekuensi pemberian hijauan, jumlah pemberian memelihara sapi perah laktasi rata-rata adalah
hijauan, frekuensi pemberian konsentrat, jumlah 20,75±4,03 tahun.
pemberian konsentrat, sistem pemberian air Para perawat ternak memiliki pengetahuan
minum, jumlah pemberian air minum, letak cara beternak secara turun-temurun sebanyak 2
kandang, bentuk dinding kandang, bahan lantai perawat ternak (25%), sedangkan 6 perawat
kandang, luas kandang perekor, umur sapi, ternak (75%) mengetahui cara beternak dari
periode laktasi sapi, produksi susu yang belajar. Semua perawat ternak mengetahui cara
dihasilkan per hari, lama waktu kosong sapi, skor mengawinkan dan birahi pada sapi perah laktasi
kondisi tubuh sapi, jumlah perkawinan yang laktasi (100%). Pemeriksaan kebuntingan pada
menghasilkan kebuntingan, penyusuan secara ternak dilakukan oleh semua perawat ternak.
langsung oleh pedet secara langsung hingga sapih, Ternak diberi hijauan 2 kali/hari dengan
umur penyapihan pedet, lama masa laktasi sapi, jumlah pemberian hijauan sebanyak 50
lama masa kering sapi, penyakit-penyakit kg/ekor/hari. Pemberian konsentrat dengan
reproduksi yang dialami sapi. frekuensi 2 kali/hari dengan jumlah 10
kg/ekor/hari. Sistem pemberian air minum secara
Pelaksanaan Penelitian takterbatas (adlibitum).
Bentuk dinding kandang yang digunakan yaitu
Dalam penelitian ini langkah pertama yang terbuka. Letak kandang 10,77±5,33 meter dari
dilakukan dalam pengumpulan data adalah kantor dengan luas kandang 5,60 m2 /ekor. Bahan
melakukan sensus terhadap sapi perah betina lantai kandang tersebut terbuat dari karpet. Bahan
produktif yang ada di BBPTU-HPT Baturraden. atap kandang yang digunakan adalah asbes.
Data-data yang dibutuhkan diperoleh dengan cara
pengisian kuisioner kepada perawat ternak dan Gambaran Umum Ternak Di BBPTU-HPT
melihat catatan yang ada di BBPTU-HPT Baturraden
Baturraden. Pengisian kuisioner dilakukan
dengan cara mewawancarai secara langsung Dari 151 ekor sapi perah laktasi yang
terhadap anak kandang dan melihat rekording disensus, rata-rata calving interval (CI) yaitu
yang ada, dan mengamati manajemen 14,80±3,36 bulan. Rata-rata umur sapi yang
pemeliharaan sapi perah yang ada dilokasi dipelihara adalah 4,37±1,65 tahun dengan rata-
penelitian. rata produksi susu perhari 11,89±6,98 liter.
Kondisi tubuh sapi perah dengan skor 2 yaitu 30
ekor (19,87%), skor kondisi tubuh 3 yaitu 121

55
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(1): 7-14, Feb 2015 Yuli Prasetyo et al.

ekor (80,3%). Sapi perah laktasi yang berada pemberian air minum, bentuk dinding kandang,
pada laktasi ke- 2 sebanyak 112 ekor (74,17%), bahan lantai kandang, bahan atap kandang, dan
laktasi ke- 3 sebanyak 20 ekor ( 13,25 %), laktasi luas kandang perekor tidak memengaruhi CI di
ke-4 sebanyak 8 (5,30%), laktasi ke-5 sebanyak 3 BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto.
(1,99%), laktasi ke-6 sebanyak 4 (2,65%), laktasi
ke-7 sebanyak 3 ekor (1,99%), dan laktasi ke-8 Jumlah sapi yang dipelihara
sebanyak 1 ekor (0,66%), dengan rata-rata
berada pada laktasi ke 2,54±1,18. Lama waktu Jumlah sapi perah laktasi yang dipelihara
kosong sapi perah laktasi selama 5,58±2,95 bermakna ( P = 0,000) dan berasosiasi positif
bulan. Kejadian service per conception (S/C) terhadap calving interval, dengan besar faktor
yang terjadi sebesar 2,11±1,24. Panjang masa 0,177 yang berarti semakin banyak jumlah sapi
laktasi 11,01±1,17 bulan dengan lama kering perah laktasi yang dipelihara maka akan
3,79±3,12 bulan. Penyapihan dilakukan secara memperpanjang lama calving interval. Rata-rata
langsung setelah induk beranak. Kasus penyakit jumlah sapi perah laktasi yang dipelihara setiap
reproduksi yang terjadi antara lain adalah retensio perawat ternak di BBPTU-HPT Baturraden adalah
secundinae sebanyak 2 ekor (1,32%), abortus 18,88±7,74 ekor/perawat ternak. Hasil ini
sebanyak 2 ekor (1,32%), dan endometritis berbeda dengan hasil penelitian Hartono (1999)
sebanyak 11 ekor (7,28%). bahwa semakin banyak jumlah sapi yang
dipelihara maka selang beranak dapat
Faktor-faktor Perawat Ternak yang diperpendek. Hal ini dikarenakan peternak sangat
Memengaruhi Calving Interval memperhatikan ternaknya karena peternak telah
merasakan hasil dari memelihara ternak di
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BBPTU-HPT Baturraden perawat ternak kurang
panjang CI pada sapi perah laktasi di BBPTU- termotivasi untuk merawat ternak dengan jumlah
HPT Baturraden adalah 14,80± 3,36 bulan. Hal banyak karena perawat ternak digaji perbulan
ini menunjukkan bahwa CI pada sapi perah laktasi tidak berdasarkan hasil yang diperoleh. Apabila
di Baturraden berada dalam kondisi yang jumlah ternak yang dipelihara lebih sedikit, maka
merugikan. Menurut Sudono et al.,2003, CI perawat ternak akan lebih memperhatikan ternak
yang bermasalah dan dapat merugikan para yang dipelihara dengan baik. Dengan demikian
peternak adalah lebih dari 14 bulan. Hasil secara tidak langsung siklus reproduksi akan
penelitian ini menunjukkan bahwa dari 151 ekor menjadi lebih baik seperti dalam hal deteksi birahi
sapi perah laktasi yang disensus hanya 59 ekor yang lebih terawasi sehingga nilai S/C nya
DWDX VDSL SHUDK ODNWDVL \DQJ &, Q\D • menjadi lebih rendah, penanganan penyakit-
bulan. Hasil ini ternyata lebih kecil dibandingkan penyakit reproduksi yang lebih cepat, dan secara
dengan asumsi bahwa CI di BBPTU-HPT tidak langsung akan dapat memperpendek calving
Baturraden lebih dari 14 bulan adalah 55,7%. interval.
Faktor-faktor yang memengaruhi CI pada
tingkat perawat ternak di BBPTU-HPT Letak kandang dari kantor
Baturraden adalah jumlah sapi yang dipelihara
berasosiasi positif dengan besar faktor 0,177, dan Letak kandang dari kantor mempunyai
letak kandang yang berasosiasi negatif dengan makna (P = 0,00) dan berasosiasi negatif pada
besar faktor 0,243. Persamaan regresi yang calving interval, dengan besar faktor 0,243 yang
didapat pada tingkat perawat ternak adalah: berarti semakin jauh kandang tersebut didirikan
Ó = 15,676 + 0,177(JMLSAPI) ± 0,243 dari kantor maka calving interval akan semakin
(LTKKDG) pendek. Jarak letak kandang dari kantor di lokasi
penelitian adalah 18,50 ± 5,73 meter. Letak
Keterangan : kandang yang terpisah dengan kantor akan
Ó : nilai duga calving interval mempermudah terjadinya sirkulasi udara dan
JMLSAPI : jumlah sapi yang dipelihara proses fisiologis dapat berjalan normal dan
LTKKDG : letak kandang dari kantor kejadian stress pada sapi dapat dicegah sehingga
tidak mengganggu siklus reproduksi.
Pada tingkat perawat ternak, umur perawat Menurut Sudono et.al. (2003), kandang
ternak, pendidikan perawat ternak, lama kerja yang baik harus memiliki siklus udara yang cukup
perawat ternak, pernah mengikuti kursus, dan mendapat sinar matahari serta tidak lembab.
pengetahuan beternak, pengetahuaan birahi dan Keadaan kandang yang terpisah akan
perkawinan, cara perkawinan, pemeriksaan memudahkan penanganan ternak dan deteksi
kebuntingan, lama thawing, frekuensi birahi sehingga meningkatkan tingkat konsepsi
pemerahaan, frekuensi pemberian hijauan, jumlah yang berakibat jarak beranak semakin pendek.
pemberian hijauan, frekuensi pemberian
konsentrat, jumlah pemberian konsentrat, sistem

56
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(1): 7-14, Feb 2015 Yuli Prasetyo et al.

Faktor-faktor Ternak Yang Memengaruhi pertumbuhan pada saat bunting sehingga terjadi
Calving Interval: persaingan untuk mendapatkan makanan dengan
fetus, akibatnya setelah melahirkan waktu
Faktor-faktor yang memengaruhi CI pada kosongnya lebih panjang.
tingkat ternak adalah umur yang berasosiasi
positif dengan besar faktor 0,247, periode laktasi Periode laktasi
yang berasosiasi negatif dengan besar faktor
0,287, perkawinan postpartus yang berasosiasi Periode laktasi bermakna ( P = 0,013) dan
positif dengan besar faktor 0,059, lama laktasi berasosiasi negatif terhadap calving interval
yang berasosiasi positif dengan besar faktor dengan besar faktor 0,287. Hal ini bermakna
0,904, dan lama waktu kering berasosiasi positif bahwa semakin banyak periode laktasi seekor sapi
dengan besar faktor 0,961. maka calving interval akan semakin pendek.
Persamaan regresi pada tingkat ternak Pada saat dilakukan penelitian rata-rata periode
yang didapat adalah : laktasi sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden
adalah 2,54. Panjangnya CI di BBPTU-HPT
Ó = 0,869+0,247( UMUR)± 0,287(PERLAK) + Baturraden dikarenakan sebagian besar sapi
0,059 (PKWNPOSTPART) + 0,904 tersebut berada pada laktasi kedua. Hal ini sesuai
(LAMLAK) + 0,961 (KERING) dengan pendapat Werth et al., (1995), bahwa
calving interval paling lama ditemukan pada sapi
Keterangan : laktasi pertama dan kedua, dan selang beranak
Ó : nilai duga calving interval paling singkat pada sapi laktasi ke lima dan ke
UMUR : umur ternak enam. Hal ini disebabkan sapi yang bunting pada
PERLAK : periode laktasi periode laktasi pertama dan kedua masih dalam
PKWNPOSTPART : perkawinan kembali fase pertumbuhan sehingga terjadi persaingan
setelah beranak untuk mendapatkan makanan dengan fetus,
LAMLAK : lama masa sapi laktasi sedangkan pada periode laktasi ke lima dan
KERING : lama masa kering sapi keenam fertilitas akan meningkat dan akan turun
setelah periode ke enam.
Faktor produksi susu, lama waktu kosong, Berdasarkan penelitian Nieuwhof et al.
skor kondisi tubuh, service perkonsepsi dan (1989) di Amerika serikat menunjukkan bahwa
gangguan reprodusi tidak memengaruhi panjang rata-rata selang beranak sapi Holstein pada laktasi
CI pada sapi perah laktasi yang ada di BBPTU- pertama adalah 394,2 hari, menurun menjadi
HPT Baturraden. 392,8 hari pada laktasi kedua, kemudian
meningkat lagi pada laktasi ketiga menjadi 394,6
Umur ternak hari, 398,1 hari pada laktasi keempat, 400,4 hari
pada laktasi kelima, dan pada laktasi keenam
Umur ternak bermakna (P = 0,007) dan meningkat menjadi 404,7 hari.
berasosiasi positif terhadap calving interval
dengan besar faktor 0,247. Hal ini bermakna Perkawinan postpartus
bahwa semakin tua umur ternak maka akan
memperpanjang calving interval. Rata-rata umur Perkawinan postpartus bermakna ( P =
sapi perah laktasi di BBPTU-HPT Baturraden 0,036) berasosiasi positif terhadap calving
adalah 4,37±1,65 tahun. Calving interval akan interval dengan besar faktor 0,059. Hal ini
semakin panjang pada ternak sapi yang sudah tua. bermakna bahwa semakin lambat perkawinan
Panjangnya calving interval tersebut dikarenakan yang dilakukan setelah beranak maka calving
terjadinya penurunan fungsi organ-organ interval akan semakin panjang. Perkawinan
reproduksi dalam memproduksi hormon-hormon postpartus di BBPTU-HPT Baturraden rata-rata
reproduksi sehingga menyebabkan penurunan adalah 3,51 ± 1,74 bulan. Berdasarkan penelitian
fertilitas (Pohan dan Talib, 2004). Kurniawan (2009) di Koperasi peternakan
Menurut Van Denmark dan Salisbury Bandung Selatan lamanya perkawinan postpartus
(1950), pada sapi betina fertilitas akan meningkat yaitu 2,98±0,85 bulan.
secara terus menerus sampai umur 4 tahun dan Lamanya perkawinan postpartus ini
akan melambat sampai umur 6 tahun, dan pada kemungkinan disebabkan perawat ternak kurang
akhirnya akan menurun secara bertahap apabila memperhatikan munculnya birahi pada sapi yang
induk tersebut semakin tua. Berdasarkan dipelihara karena jumlah sapi yang dipelihara
penelitian Werth et al. (1995) bahwa sapi-sapi cukup banyak, sehingga pengamatan terhadap
yang berumur 4 tahun mempunyai selang beranak munculnya estrus banyak yang tidak teramati
lebih pendek apabila dibandingkan dengan sapi- sehingga pelaksanaan IB tidak tepat dan tidak
sapi yang bunting pada umur 2 dan 3 tahun. Sapi terjadi kebuntingan. Apabila perkawinan setelah
yang berumur 2 tahun masih mengalami beranak terlambat berarti harus menunggu siklus

57
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(1): 7-14, Feb 2015 Yuli Prasetyo et al.

birahi selanjutnya untuk dapat melakukan terinfeksi penyakit, disamping itu terjadi
perkawinan dan hal ini akan menyebabkan tingkat penimbunan lemak pada saluran reproduksi
konsepsi yang rendah dan berakibat pada CI yang terutama ovarium sehingga akan menyebabkan
panjang. gangguan siklus estrus. Akibat lain dari
kegemukan adalah tingkat konsepsi rendah,
Lama laktasi distokia, abortus, dan retensi plasenta (Markusfeld
et.al, 1997).
Lama laktasi bermakna ( P = 0,000) dan
berasosiasi positif terhadap calving interval Penerapan Model
dengan besar faktor 0,904. Hal ini bermakna
bahwa semakin lama masa laktasi seekor ternak Penerapan model hasil analisis calving
maka calving interval akan semakin panjang. Hal interval pada tingkat perawat ternak yang sesuai
ini disebabkan karena semakin lama masa laktasi dengan yang terjadi di BBPTU-HPT Baturraden
seekor induk cenderung menghasilkan produksi adalah :
susu yang tinggi. Produksi susu yang tinggi
mengakibatkan tingginya kadar hormon LTH atau Ó = 15,676 + 0,177(JMLSAPI) ± 0,243
prolaktin dalam darah. Kadar LTH dalam darah (LTKKDG)
akan mempertahankan keberadaan korpus luteum
sehingga dihasilkan hormon progesteron yang Ó = 15,676 + 0,177 (18,88) ± 0,243 ( 18,50 )
mengakibatkan korpus luteum persisten
(Hardjopranjoto, 1995). Ó = 15,676 + 3,341- 4,495
Lama laktasi tempat dilaksanakanya
Ó = 14, 522
penelitian adalah 11,01 ± 1,17 bulan. Menurut
Keterangan :
Cole dan Null (2009), masa laktasi yang normal
Ó : nilai duga calving interval
pada sapi perah laktasi adalah 305 hari (10 bulan).
JMLSAPI : jumlah sapi yang dipelihara
Lamanya masa laktasi dipengaruhi oleh produksi
LTKKDG: letak kandang dari kantor
susu yang dihasilkan. Dalam hal ini berhubungan
dengan pemberian hijauan yang diberikan untuk
Hasil di atas dapat diartikan bahwa jumlah sapi
menghasilkan produksi susu yang tinggi sehingga
yang dipelihara adalah 18,88 ekor, dan letak
perawat ternak melakukan pemerahan secara terus
kandang dari kantor 18,50 meter maka calving
menerus hingga produksi susu yang dihasilkan
interval nya sebesar 14,522 bulan.
menurun.
Penerapan model hasil analisis calving interval
Lama masa kering
pada tingkat perawat ternak yang sesuai dengan
literatur adalah:
Lama masa kering bermakna ( P = 0,000)
dan berasosiasi positif terhadap calving interval
Ó = 15,676 + 0,177(JMLSAPI) ± 0,243
dengan besar faktor 0,961. Hal ini bermakna
(LTKKDG)
bahwa semakin lama masa kering maka calving
Ó = 15,676 + 0,177(12) ± 0,243 (20)
interval akan semakin panjang. Rata-rata lama
Ó = 15,676 + 2,124 ± 4,86
masa kering sapi perah laktasi di Baturraden
Ó = 12,94
adalah 3,79 bulan. Lamanya masa kering
bertujuan utuk memberi kesempatan pada induk
Hasil di atas dapat diartikan bahwa
menimbun zat gizi yang diperlukan bagi produksi
perawat ternak yang memelihara sapi perah
susu berikutnya serta involusi dan penyegaran
laktasi dengan jumlah sapi 15, dan letak kandang
ambing agar sapi tersebut barada dalam kondisi
dari kantor maka calving interval nya sebesar
sehat ketika sapi tersebut melahirkan. Apabila
12,94 bulan.
masa kering kurang dari 30 hari akan
Penerapan model hasil analisis calving
menyebabkan produksi susu menurun meskipun
interval pada tingkat ternak yang sesuai dengan
calving interval lebih pendek sedangkan masa
yang terjadi BBPTU-HPT Baturraden adalah :
kering lebih dari 70 hari akan menurunkan
produksi susu dan memperpanjang calving
Ó = 0,869 + 0,247 ( UMUR) ± 0,287
interval. Pengeringan sapi perah laktasi akan
(PERLAK)+ 0,059 (PKWNPOSTPART) + 0,904
lebih baik bila dilakukan dua bulan sebelum
(LAMLAK) + 0,961 (KERING)
kelahirkan.
Ó = 0,869 + 0,247 (4,37) ±0,287 (3) + 0,059
Masa kering yang panjang menyebabkan
(3,51) + 0,904 (11,01) + 0,961(3,79)
terjadinya penimbun cadangan energi sehingga
Ó = 0,869 +1,079 ± 0,861 + 0,207 + 9,953
dapat menyebabkan kegemukan. Kegemukan
+3,642
pada sapi akan menyebabkan penimbunan lemak
Ó = 14,889
dalam hati sehingga sapi mudah stres dan

58
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(1): 7-14, Feb 2015 Yuli Prasetyo et al.

Keterangan : dan lama waktu kering berasosiasi positif


Ó : nilai duga calving interval dengan besar faktor 0,961.
UMUR : umur ternak
PERLAK : periode laktasi Saran
PKWNPOSTPART:perkawinan kembali setelah
beranak Dari hasil penelitian penulis menyarankan
LAMLAK : lama masa sapi laktasi kepada balai agar menambah jumlah perawat
KERING : lama masa kering sapi ternak dan dalam memelihara ternaknya
menggunakan manajemen pemeliharaan dan
Hasil di atas dapat diartikan bahwa sapi perah reproduksi diantaranya perkawinan pertama
laktasi dengan umur 4,37 tahun, periode laktasi 3, setelah beranak 2 bulan, lama laktasi 10
perkawinan kembali setelah beranak 3,51 bulan, bulan, dan lama masa kering 2 bulan.
lama masa laktasi 11,01 bulan, dan lama masa
kering sapi 3,79 bulan maka panjang CI nya
adalah 14,889 bulan. DAFTAR PUSTAKA
Penerapan model hasil analisis calving
interval pada tingkat ternak yang sesuai dengan Cole, J.B, and D.J. Null 2009. Genetic evaluations
literatur adalah : of lactation persistency for five breeds of
dairy cattle. J Dairy Sci 92 : 2248--2258
Ó = 0,869 + 0,247 ( UMUR) ± 0,287 Hardjopranjoto, H.S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada
(PERLAK)+ 0,059 (PKWNPOSTPART) + 0,904 Ternak. Erlangga. Surabaya
(LAMLAK) + 0,961 (KERING) Hartono, M. 1999. Faktor-Faktor dan Analisis
Ó = 0,869 + 0,247 ( 4) ± 0,287 ( 2 ) + 0,059 (2) + Garis Edgar Selang Beranak Pada Sapi
0,904 (10) + 0,961 (2) Perah Di Kecamatan Masuk Kabupaten
Ó = 0,869 + 0,988 ± 0,574 + 0,118 + 9,04 +1,922 Boyolali. Tesis. Pasca
Ó = 12,363 Sarjana. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Hasil diatas dapat diartikan bahwa sapi Kurniawan, H. 2009. Faktor-Faktor Yang
perah laktasi yang dipelihara dengan umur 4 Memengaruhi Calving interval Pada Sapi
tahun, periode laktasi 2, perkawinan pertama Perah Laktasi Di Koperasi Peternakan
setelah beranak 2 bulan, lama laktasi 2 bulan, dan Bandung Selatan Pengalengan Jawa Barat.
lama masa kering 2 bulan adalah 12,363 Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
bulan. Lampung. Bandar Lampung
Markusfeld, O.,N. Galon and E. Ezra, 1997.
Body condition score, health, yield and
SIMPULAN DAN SARAN fertility in dairy cows. The Vet. Rekord.
141:67--72
SIMPULAN Nieuwhof, G.J., R.L. Powell and H.D. Norman,
1989. Ages at calving and
Berdasarkan hasil penelitian pada perawat calving intervals for dairy cattle in united
ternak dan ternak di BBPTU-HPT Baturraden states. J. Dairy sci. 72:685--692
maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pohan, A dan C. Talib. 2004. Efektifitas
x Calving interval (CI) sapi perah laktasi di Penyuntikan Progesterone dan Estrogen
BBPTU-HPT Baturraden adalah Terhadap Penanganan Ketidak suburan
14,80 ± 3,36 bulan. Pada Sapi Bali Dalam Periode Anestrus
x faktor-faktor yang memengaruhi calving Postpartum. Seminar Nasional Teknologi
interval pada tingkat perawat ternak di Peternakan Dan Veteriner. Balai
BBPTU-HPT Baturraden adalah jumlah sapi Pengkajian Dan Penerapan Teknologi
yang dipelihara berasosiasi positif dengan Pertanian, Balai Penelitan Ternak. Kupang
besar faktor 0,177, dan letak kandang yang Sarwono, J. 2006. Analis Data Penelitian.
berasosiasi negatif dengan besar faktor 0,243. Penerbit Andi. Yogyakarta
x faktor-faktor yang memengaruhi calving Sudono, A., Rosdiana, R.F., dan Setiawan, B.S.
interval pada tingkat ternak di BBPTU-HPT 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif.
Baturraden adalah umur ternak yang Agromedia Pustaka. Jakarta
berasosiasi positif dengan besar faktor 0,247, Van Denmark, N.L. dan G.W. Salibury. 1950.
periode laktasi yang berasosiasi negatif Fisiologi Reproduksi dan
dengan besar faktor 0,287, perkawinan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Edisi
postpartus yang berasosiasi positif dengan terjemahan oleh R. Djanuar. Gadjah
besar faktor 0,059, lama laktasi yang Mada University Press, Yogyakarta.
berasosiasi positif dengan besar faktor 0,904,

59
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(1): 7-14, Feb 2015 Yuli Prasetyo et al.

Werth, L.A., S.M. Azzams and J.A. Kinder. after calving. J. Anim. Sci. 74 (3) : 593--
Calving interval in beef cows at 2,3, and 4 596
yearsof age when breeding is not retricted

60

You might also like