Professional Documents
Culture Documents
M02339 PDF
M02339 PDF
Abstract
The level consumption of cigarette in Indonesia continue to increase every year. In 2013,
consumption of cigarette reached 302 billion cigarette in a year. Indonesia became the largest
smoker in South-East Asia. Government has made an effort to solve this problem with increase
the cigarette taxes up to 10.04 percent. This decision would be started on January, 1st 2018.
The gain of taxes was bases on four aspects and one of them was about health aspect and the
consumption of cigarette had to be controlled. Some time ago, hear about the issue of expensive
cigarettes. This started with a global pharmaceutical-driven industry agenda. The anti-
tobacco group wanted the price of cigarettes to approach NRT products that are currently sold
in the range of Rp 58,000, so that the product can be competitive with the price of cigarettes.
Nicotine Replacement Therapy (NRT) is a US-made product with a synthetic nicotine business
which supported by pharmaceutical companies. From these problems, this research is
conducted with the aim to find out how the financial condition of cigarette companies and
pharmaceutical companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2014-2016
related to the problems that occur. Using the Altman (Z-Score), analysis of the financial
condition of cigarette companies and pharmaceutical companies can be predicted whether
companies in the category of healthy, vulnerable or bankrupt companies. The results of this
study indicate that there are three tobacco companies in the predicted financial condition in
the healthy category. But there is one tobacco company whose financial condition is predicted
in the category of prone and even bankrupt. While in pharmaceutical companies, there are six
companies are predicted in the healthy category and one company is predicted in the category
prone for three consecutive study period. The two pharmaceutical companies are initially
predicted in the healthy category then the next period is predicted in the category of prone and
vice versa. Through this research, the financial condition of tobacco companies and
pharmaceutical companies can be predicted and through these predictions companies can
make the best decisions for the company.
1
1. Pendahuluan
Menurut Gilrita et al., (2015) perusahaan merupakan organisasi yang memiliki orientasi untuk
mengalami berbagai kendala baik kendala yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan.
Strategi sangat perlu dilakukan agar profit perusahaan tidak mengalami penurunan. Apabila profit
perusahaan mengalami penurunan secara terus menerus, maka perusahaan akan mengalami kerugian
Untuk mendeteksi tanda-tanda dan mengukur tingkat kebangkrutan, suatu perusahaan dapat
menggunakan salah satu alat analisis yaitu metode Altman (Z-Score) (Gilrita et al.,2015). Metode
Altman (Z-Score) adalah metode yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan suatu perusahaan sebagai acuannya (Arifin, 2007:95). Rasio-rasio
keuangan dapat dihitung dengan mengacu pada laporan keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan
dapat digunakan untuk menilai perkembangan dan prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan
pada masa lampu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Sehingga laporan keuangan sangat
persentase pengeluaran rokok rumah tangga termiskin mengalahkan persentase pengeluaran kebutuhan
dasar utama seperti makanan bergizi, kesehatan dan pendidikan. Setidaknya konsumsi rokok Indonesia
mencapai 302 miliar batang per tahun pada tahun 2013. Angka tersebut menempatkan Indonesia
menjadi negara dengan perokok terbanyak di Asia Tenggara. Konsumen rokok di Indonesia mencapai
46,16 persen. Secara keseluruhan, jumlah perokok aktif laki-laki dan perempuan naik 35 persen pada
2012 atau berkisar 61,4 juta perokok pada 2013. Data tahun 2010 menunjukkan pengeluaran rokok
Industri rokok merupakan penyumbang penerimaan negara yang cukup besar di Indonesia dan
salah satu jenis usaha yang mengalami kemajuan yang cepat. Di Indonesia, beberapa tahun belakangan
ini kondisinya cukup rumit. Pemerintah memperketat peraturan tentang rokok, seperti pembatasan
iklan, pembatasan merokok ditempat umum, peringatan kesehatan pada setiap kemasan, pencantuman
2
kadar nikotin dan tar, kebijakan harga jual eceran dan tarif cukai yang meningkat setiap tahunnya. Hal
Pemerintah juga memutuskan untuk menaikkan cukai rokok sebesar 10,04 persen. Kenaikan
ini mulai diberlakukan pada 1 Januari 2018. Hal ini didasarkan pada empat aspek, yang pertama adalah
kenaikan cukai rokok ini telah memperhatikan pandangan masyarakat terutama dari aspek kesehatan
dan konsumsi rokok yang harus dikendalikan. Kedua adalah kenaikan cukai rokok ini harus dapat
mencegah maraknya rokok ilegal. Ketiga adalah kenaikan ini juga memperhatikan dampaknya terhadap
kesempatan kerja terutama pada petani dan buruh rokok. Keempat adalah terkait dengan peningkatan
Setiap perusahaan pasti memiliki tantangan masing-masing tidak terkecuali dengan perusahaan
farmasi. Tantangan tersebut akhir-akhir ini semakin terbuka dan meningkat. Pada tahun 2012,
persaingan bisnis dalam industry farmasi semakin ketat dan banyaknya keagekaragaman produk yang
dihasilkan oleh perusahaan farmasi besar. Obat telah menjadi bagian dari kebutuhan pokok dan sangat
dibutuhkan oleh masyarakat karena fungsinya yang dapat menyebuhkan berbagai macam penyakit yang
Pada beberapa waktu yang lalu ramai diperbincangkan mengenai isu rokok mahal. Hal ini
berawal dari agenda global yang didorong industri farmasi. Kelompok anti tembakau ingin supaya harga
rokok bisa mendekati produk NRT yang saat ini dijual di kisaran Rp 58.000, sehingga produk tersebut
dapat kompetitif dengan harga rokok (CNN Indonesia, 2016). Nicotine Replacement Therapy (NRT)
merupakan produk buatan Amerika Serikat dengan bisnis nikotin sintesis yang didukung oleh
Berdasarkan masalah yang terjadi, bagaimana kondisi keuangan perusahaan rokok dan
perusahaan farmasi? Apakah perusahaan rokok dan perusahaan farmasi berada dikategori sehat, rawa,
atau bangkrut? Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi
keuangan perusahaan rokok dan perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
periode 2014-2016 terkait dengan permasalahan yang terjadi. Manfaat penelitian ini adalah untuk
memberikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan rokok dan perusahaan farmasi yang
3
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2014-2016 agar perusahaan dapat meminimalisir risiko
kebangkrutan yang terjadi dan menentukan strategi yang tepat bagi perusahaannya.
2. Kerangka Teori
2.1 Kebangkrutan
Menurut Silaban (2014), kebangkrutan merupakan kondisi kekurangan atau kesulitan dana
yang dialami suatu perusahaan dalam menjalankan usaha. Selain itu, kebangkrutan atau kesulitan
keuangan merupakan keadaan dimana suatu perusahaan tidak dapat memenuhi pembayarannya atau
prediksi arus kas menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya (Fachrudin,
2008).
Menurut Hanafi (2008), analisis Altman (Z-Score) merupakan model multivariate yang dapat
digunakan untuk mengukur kondisi kesehatan keuangan dan sebagai alat untuk memprediksi potensi
terjadinya kebangkrutan pada suatu perusahaan. Fungsi diskriminan model Altman (Z-Score) adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
Z = indeks kebangkrutan
X4 = nilai pasar saham biasa dan saham preferen terhadap nilai buku total hutang
Selanjutnya perusahaan di golongkan menjadi tiga golongan, yaitu golongan pertama adalah
perusahaan yang tidak bangkrut, golongan kedua adalah perusahaan yang rawan dan golongan ketiga
adalah perusahaan yang memiliki potensi bangkrut. Penggolongan ini didasarkan pada nilai Z yang
adalah indeks keseluruhan dari fungsi multiple discriminants analysis atau cut-off dengan kriteria
4
1. Z-Score < 1,81 dikategorikan perusahaan memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan
berpotensi bangkrut.
2. 1,81 < Z-Score < 2,99 dikategorikan perusahaan berada di daerah rawan (grey area) dan tidak
Menurut Hanafi (2008), penelitian Altman berfokus pada empat rasio keuangan yaitu rasio
likuiditas, profitabilitas, solvabilitas (leverage), dan kinerja. Empat rasio tersebut mewakili lima
1. Modal Kerja Terhadap Total Aktiva (Working Capital To Total Assets) (X1)
Variabel ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas aktiva dan kemampuan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek suatu perusahaan. Selisih antara aktiva lancar dan
hutang lancar merupakan modal kerja. Modal kerja yang bernilai positif menunjukkan
perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajibannya. Apabila modal kerja bernilai
negatif, maka perusahaan mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya (Anjum, 2012).
2. Laba Ditahan Terhadap Total Aktiva (Retained Earnings To Total Assets) (X2)
Laba Ditahan
X2 =
Total Aktiva
Variabel ini dapat mencerminkan usia dan kekuatan pendapatan suatu perusahaan. Variabel
ini merupakan pengukuran profitabilitas kumulatif atau laba ditahan perusahaan. Tahun bisnis
yang buruk kemungkinan menunjukkan laba ditahan yang rendah atau kemungkinan
3. Laba Sebelum Bunga Dan Pajak Terhadap Total Aktiva (Earnings Before Interest And Taxes
Variabel ini mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva
yang digunakan dan juga merupakan ukuran produktivitas aset suatu perusahaan. Sehingga
5
variabel ini termasuk dalam rasio profitabilitas yang sebagai ukuran produktivitas aset
perusahaan.
4. Nilai Pasar Saham Biasa Dan Saham Preferen Terhadap Nilai Buku Total Hutang (Market
Variabel ini yang juga menggambarkan solvabilitas (leverage) juga dapat digunakan untuk
mengetahui besarnya modal suatu perusahaan yang digunakan untuk menanggung beban
hutang.
Penjualan
X5 =
Total aktiva
dengan menggunakan variabel ini. Variabel ini juga menggambarkan tingkat perputaran
3. Metodologi Penelitian
penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan
menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu kondisi. Perusahaan yang digunakan pada
penelitian ini adalah perusahaan rokok dan perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan
keuangan perusahaan rokok dan perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
periode 2014-2016. Laporan keuangan tersebut diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia
(www.id.co.id).
6
3.2 Teknik Analisis Data
3. Mengklasifikasikan dan menganalisis kondisi perusahaan berdasarkan titik cut off yang telah
ditentukan.
4. Hasil
pendeknya atau tingkat likuiditas suatu perusahaan. Dengan X1 yang bernilai positif, maka dapat
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan
Selama periode 2014-2016, perusahaan rokok yang terdiri dari PT. Gudang Garam Tbk, PT.
HM Sampoerna Tbk, PT. Bentoel Internasional Investama Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk
memiliki X1 yang bernilai positif. Keempat perusahaan tersebut memiliki modal kerja yang
berfluktuasi. Untuk aktiva lancar setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Namun untuk
hutang lancar setiap tahunnya cenderung mengalami penurunan. Sedangkan untuk total aktiva setiap
tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Maka dari itu, keempat perusahaan tersebut memiliki
kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.
Besarnya nilai X1 untuk setiap perusahaan rokok pada setiap periodenya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
7
Tabel 1.
Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016
Sama halnya dengan perusahaan rokok, selama periode 2014-2016 perusahaan farmasi yang
terdiri dari PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk, PT. Indofarma (Persero) Tbk, PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk, PT. Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul Tbk, PT. Tempo Scan Pacific Tbk, dan PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk
memiliki X1 yang bernilai positif. Kesembilan perusahaan tersebut memiliki modal kerja yang
berfluktuasi. Untuk aktiva lancar setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan dan untuk hutang
lancar setiap tahunnya juga cenderung mengalami peningkatan serta total aktiva setiap tahunnya
cenderung mengalami peningkatan pula. Maka dari itu, kesembilan perusahaan tersebut memiliki
kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.
Besarnya nilai X1 untuk setiap perusahaan farmasi pada setiap periodenya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
8
Tabel 2.
Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016
PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 0.59509732 0.54482064 0.52832762
Variabel ini termasuk dalam rasio profitabilitas yang merupakan pengukuran laba ditahan dan
mencerminkan usia serta kemampuan pendapatan suatu perusahaan. Dengan X2 yang bernilai positif,
maka dapat menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam tahun bisnis yang baik.
Selama periode 2014-2016, perusahaan rokok yang terdiri dari PT. Gudang Garam Tbk, PT.
HM Sampoerna Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk memiliki X2 yang bernilai positif. Sedangkan
perusahaan rokok PT. Bentoel Internasional Investama Tbk memiliki X2 yang bernilai negatif. Keempat
perusahaan tersebut memiliki laba ditahan yang berfluktuasi dimana setiap tahunnya cenderung
mengalami peningkatan. Namun ada pula yang mengalami penurunan hingga mengalami kerugian.
Untuk PT. Gudang Garam Tbk, PT. HM Sampoerna Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk
yang memiliki X2 bernilai positif dapat dikatakan bahwa perusahaan sedang berada dalam tahun bisnis
yang baik. Sedangkan untuk PT. Bentoel Internasional Investama Tbk yang memiliki X2 bernilai negatif
dapat dikatakan bahwa perusahaan sedang berada dalam tahun bisnis yang buruk. Besarnya nilai X2
untuk setiap perusahaan rokok pada setiap periodenya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
9
Tabel 3.
Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016
Berbeda dengan perusahaan rokok, perusahaan farmasi yang terdiri dari PT. Darya-Varia
Laboratoria Tbk, PT. Indofarma (Persero) Tbk, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk,
PT. Merck Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk, PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, PT. Tempo
Scan Pacific Tbk, dan PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk memiliki X 2 yang bernilai positif
selama periode 2014-2016. Kesembilan perusahaan tersebut memiliki laba ditahan yang berfluktuasi
dimana setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan dan total aktiva setiap tahunnya cenderung
mengalami peningkatan pula. Sehingga untuk kesembilan perusahaan farmasi tersebut yang memiliki
X2 bernilai positif dapat dikatakan bahwa perusahaan sedang berada dalam tahun bisnis yang baik.
Besarnya nilai X2 untuk setiap perusahaan farmasi pada setiap periodenya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
10
Tabel 4.
Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016
PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 0.152712 0.161956 0.162896
4.3 Perhitungan X3 (Laba Sebelum Bunga Dan Pajak Terhadap Total Aktiva)
Variabel ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang
digunakan atau dapat dikatakan sebagai ukuran produktivitas aset perusahaan. Dengan X3 yang bernilai
positif, maka dapat menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi dalam
Selama periode 2014-2016, perusahaan rokok yang terdiri dari PT. Gudang Garam Tbk, PT.
HM Sampoerna Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk memiliki X3 yang bernilai positif. Sedangkan
perusahaan rokok PT. Bentoel Internasional Investama Tbk memiliki X3 yang bernilai negatif. Keempat
perusahaan tersebut memiliki laba sebelum bunga dan pajak yang berfluktuasi dimana setiap tahunnya
cenderung mengalami peningkatan bahkan ada yang mengalami penurunan hingga mengalami
kerugian. Namun untuk total aktiva setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan.
Untuk PT. Gudang Garam Tbk, PT. HM Sampoerna Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk
yang memiliki X3 bernilai positif dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi
dalam menghasilkan laba dari aktivanya. Sedangkan untuk PT. Bentoel Internasional Investama Tbk
yang memiliki X3 bernilai negatif dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang rendah
11
dalam menghasilkan laba dari aktivanya. Besarnya nilai X3 untuk setiap perusahaan rokok pada setiap
Tabel 5.
Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016
Untuk perusahaan farmasi yang terdiri dari PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk, PT. Indofarma
(Persero) Tbk, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Pyridam
Farma Tbk, PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, PT. Tempo Scan Pacific Tbk, dan PT.
Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk selama periode 2014-2016 memiliki X3 yang bernilai positif.
Kesembilan perusahaan tersebut memiliki laba sebelum bunga dan pajak yang berfluktuasi dimana
setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan dan total aktiva setiap tahunnya cenderung
mengalami peningkatan pula. Sehingga untuk kesembilan perusahaan farmasi tersebut yang memiliki
X3 bernilai positif dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi dalam
menghasilkan laba dari aktivanya. Besarnya nilai X3 untuk setiap perusahaan farmasi pada setiap
12
Tabel 6.
Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016
PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 0.193397 0.200421 0.210563
4.4 Perhitungan X4 (Nilai Pasar Saham Biasa Dan Saham Preferen Terhadap Nilai Buku Total
Hutang)
Variabel ini menggambarkan solvabilitas perusahaan yang berupa kemampuan finansial jangka
panjang perusahaan dan untuk mengetahui besarnya modal perusahaan yang digunakan untuk
menanggung beban hutang. Dengan X4 yang bernilai positif, maka dapat menunjukkan bahwa
Selama periode 2014-2016, perusahaan rokok yang terdiri dari PT. Gudang Garam Tbk, PT.
HM Sampoerna Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk memiliki X4 yang bernilai positif. Sedangkan
perusahaan rokok PT. Bentoel Internasional Investama Tbk memiliki X4 yang bernilai negatif pada
periode 2014-2015. Keempat perusahaan tersebut memiliki market value of equity to book value yang
berfluktuasi dimana setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan bahkan ada yang mengalami
penurunan hingga mengalami kerugian dan untuk total debt setiap tahunnya cenderung mengalami
penurunan.
Untuk PT. Gudang Garam Tbk, PT. HM Sampoerna Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk
yang memiliki X4 bernilai positif dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki kemampuan finansial
13
jangka panjang yang baik. Sedangkan untuk PT. Bentoel Internasional Investama Tbk yang memiliki
nilai X4 yang bernilai negatif selama periode 2014-2015 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
kemampuan finansial jangka panjang yang buruk. Namun pada periode 2016, X 4 milik PT. Bentoel
Internasional Investama Tbk mengalami peningkatan hingga bernilai positif. Sehingga pada periode
2016 PT. Bentoel Internasional Investama Tbk memiliki kemampuan finansial jangka panjang yang
baik. Besarnya nilai X4 untuk setiap perusahaan rokok pada setiap periodenya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 7.
Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016
Untuk perusahaan farmasi yang terdiri dari PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk, PT. Indofarma
(Persero) Tbk, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Pyridam
Farma Tbk, PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, PT. Tempo Scan Pacific Tbk, dan PT.
Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk selama periode 2014-2016 memiliki X4 yang bernilai positif.
Kesembilan perusahaan tersebut memiliki market value of equity to book value yang berfluktuasi
dimana setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan dan untuk total debt setiap tahunnya
cenderung mengalami peningkatan pula. Sehingga untuk kesembilan perusahaan farmasi tersebut yang
memiliki X4 bernilai positif dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki kemampuan finansial jangka
panjang yang baik. Besarnya nilai X4 untuk setiap perusahaan farmasi pada setiap periodenya dapat
14
Tabel 8.
Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016
PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 14.108702 13.136266 12.004949
menghasilkan penjualan dan menggambarkan tingkat perputaran seluruh aktiva perusahaan. Dengan X5
yang bernilai positif, maka dapat menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang baik
dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan dan memiliki tingkat perputaran aktiva yang
tinggi.
Selama periode 2014-2016, perusahaan rokok yang terdiri dari PT. Gudang Garam Tbk, PT.
HM Sampoerna Tbk, PT. Bentoel Internasional Investama Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk
memiliki X5 yang bernilai positif. Keempat perusahaan tersebut memiliki penjualan yang berfluktuasi
dimana setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan dan untuk total aktiva setiap tahunnya
cenderung mengalami peningkatan pula. Maka dari itu, keempat perusahaan tersebut memiliki
kemampuan yang baik dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan dan tingkat
perputaran aktiva yang tinggi. Besarnya nilai X5 untuk setiap perusahaan rokok pada setiap periodenya
15
Tabel 9.
Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016
Pada periode yang sama, perusahaan farmasi yang terdiri dari PT. Darya-Varia Laboratoria
Tbk, PT. Indofarma (Persero) Tbk, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Merck
Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk, PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, PT. Tempo Scan
Pacific Tbk, dan PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk juga memiliki X 5 yang bernilai positif.
Kesembilan perusahaan tersebut memiliki penjualan yang setiap tahunnya cenderung mengalami
peningkatan dan untuk total aktivanya cenderung mengalami peningkatan pula. Maka dari itu,
kesembilan perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam menggunakan aktiva untuk
menghasilkan penjualan dan tingkat perputaran aktiva yang tinggi. Besarnya nilai X5 untuk setiap
perusahaan farmasi pada periodenya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
16
Tabel 10.
Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016
PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 0.77901317 0.79343631 0.85747556
Terdapat perusahaan rokok yang dikategorikan sebagai perusahaan sehat atau tidak bangkrut
selama tiga tahun berturut-turut selama periode penelitian. yaitu PT. Gudang Garam Tbk, PT. HM
Sampoerna Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk. Ketiga perusahaan rokok tersebut tergolong di
dalam perusahaan sehat selama tiga tahun berturut-turut selama periode penelitian. PT. Gudang Garam
Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 3,474437 pada tahun 2014, 3,6845 pada tahun 2015 dan 3,995601
pada tahun 2016. PT. HM Sampoerna Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 5,890392 pada tahun 2014,
7,936563 pada tahun 2015 dan 7,20817 pada tahun 2015. PT. Wismilak Inti Makmur Tbk memiliki
nilai Z-Score sebesar 3,576262 pada tahun 2014, 4,302563 pada tahun 2015 dan 4,3234 02 pada tahun
2016. Nilai Z-Score pada ketiga perusahaan tersebut berada diatas titik cut-off yaitu Z > 2,99. Sehingga
perusahaan rokok tersebut dikategorikan sebagai perusahaan sehat atau tidak bangkrut.
Ada pula perusahaan rokok yang tergolong di dalam perusahaan yang diprediksi rawan hingga
diprediksi bangkrut. Perusahaan rokok tersebut adalah PT. Bentoel Internasional Investama Tbk. PT.
Bentoel Internasional Investama Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 0,703603 pada tahun 2014 dan
sebesar 0,967842 pada tahun 2015. Nilai Z-Score pada tahun tersebut berada dibawah < 1,81 sehingga
17
perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan
berpotensi bangkrut. Namun pada tahun 2016, kondisi keuangan PT. Bentoel Internasional Investama
Tbk mulai membaik dengan nilai Z-Score sebesar 2,498602. Nilai Z-Score tersebut berada diantara 1,81
dan 2,99. Sehingga perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan yang berada di daerah rawan (grey
area) dan bahkan tidak dapat ditentukan apakah perusahaan bangkrut atau tidak. Jika dibandingkan
dengan tahun 2014-2015, kondisi keuangan PT. Bentoel Internasional Investama Tbk pada tahun 2016
Nilai Z terbesar yaitu sebesar 7.936563 yang merupakan milik PT. HM Sampoerna Tbk pada
tahun 2015. Sedangkan nilai Z terendah yaitu sebesar 0.703603 yang merupakan milik PT. Bentoel
Internasional Investama Tbk pada tahun 2014. Nilai Z-Score untuk setiap perusahaan rokok pada setiap
Tabel 11.
Nilai
Perusahaan Tahun X1 X2 X3 X4 X5 Analisis
Z-Score
PT. Bentoel 2014 0.001022 -0.19685 -0.09867 -0.11993 1.375536 0.703603 Bangkrut
Investama Tbk 2016 0.377313 -0.42981 -0.05627 2.343017 1.427441 2.498602 Rawan
PT. Wismilak 2014 0.420338 0.251499 0.121755 1.785697 1.246548 3.576262 Sehat
Inti Makmur 2015 0.481946 0.315591 0.14949 2.365238 1.369941 4.302563 Sehat
18
Seperti halnya dengan perusahaan rokok, kini terdapat perusahaan farmasi yang dikategorikan
sebagai perusahaan sehat atau tidak bangkrut selama tiga tahun berturut-turut selama periode penelitian.
yaitu PT. Darya-Varia Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido
Muncul Tbk, PT. Tempo Scan Pacific Tbk, dan PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk. PT. Darya-
Varia Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 4,635815 pada tahun 2014, 3,963082 pada tahun 2015 dan
4,004387 pada tahun 2016. PT. Kalbe Farma Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 5,934880 pada tahun
2014, 5,909358 pada tahun 2015 dan 6,257073 pada tahun 2016. PT. Merck Tbk memiliki nilai Z-Score
sebesar 5,884461 pada tahun 2014, 5,785038 pada tahun 2015 dan 6,152237 pada tahun 2016. PT.
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 10,810359 pada tahun
2014, 10,217107 pada tahun 2015 dan 9,617352 pada tahun 2016. PT. Tempo Scan Pacific Tbk
memiliki nilai Z-Score sebesar 4,815090 pada tahun 2014, 4,297363 pada tahun 2015 dan 4,482982
pada tahun 2016. PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 6,701417
pada tahun 2014, 5,932697 pada tahun 2015 dan 5,858208 pada tahun 2016. Nilai Z-Score pada keenam
perusahaan tersebut berada diatas titik cut-off yaitu Z > 2,99. Sehingga perusahaan farmasi tersebut
Ada pula perusahaan farmasi yang dikategorikan sebagai perusahaan yang berada di daerah
rawan (grey area) selama tiga tahun berturut-turut pada periode penelitian, yaitu PT. Indofarma
(Persero) Tbk. PT. Indofarma (Persero) Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 1,948102 pada tahun 2014,
1,915223 pada tahun 2015 dan 2,035515 pada tahun 2016. Nilai Z-Score pada tahun tersebut melebihi
1,81 tetapi kurang dari 1,99. Sehingga perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan yang berada di
daerah rawan (grey area) dan tidak dapat ditentukan apakah perusahaan bangkrut atau tidak.
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk juga merupakan perusahaan farmasi yang dikategorikan
sebagai perusahaan sehat atau tidak bangkrut pada tahun 2014-2015. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk
memiliki nilai Z-Score sebesar 3,433119 pada tahun 2014 dan 3,206821 pada tahun 2015. Nilai Z-Score
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk pada tahun 2014-2015 berada diatas titik cut-off yaitu Z > 2,99.
Sehingga perusahaan tersebut dikategorikan sebagai perusahaan sehat atau tidak bangkrut. Namun pada
tahun 2016, kondisi keuangan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk dikategorikan sebagai perusahaan yang
berada di daerah rawan (grey area) dikarenakan nilai Z-Score yang melebihi 1,81 tetapi kurang dari
19
1,99 yaitu sebesar 2,577828. Sehingga perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan yang berada di
daerah rawan (grey area) dan bahkan tidak dapat ditentukan apakah perusahaan bangkrut atau tidak.
Sebaliknya dengan PT. Pyridam Farma Tbk. Pada tahun 2014, perusahaan dikategorikan
sebagai perusahaan yang berada di daerah rawan (grey area) dikarenakan nilai Z-Score yang melebihi
1,81 tetapi kurang dari 1,99 yaitu sebesar 2,793180. Hal ini menyebabkan perusahaan dikategorikan
sebagai perusahaan yang berada di daerah rawan (grey area) dan bahkan tidak dapat ditentukan apakah
perusahaan bangkrut atau tidak. Namun pada tahun 2015 sampai 2016 kondisi keuangan PT. Pyridam
Farma Tbk mulai membaik hingga perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan sehat atau tidak
bangkrut. Dengan nilai Z-Score sebesar 3,267632 pada tahun 2015 dan 3,277884 pada tahun 2016
menunjukkan bahwa nilai Z-Score PT. Pyridam Farma Tbk berada diatas titik cut-off yaitu Z > 2,99.
Sehingga perusahaan farmasi tersebut dikategorikan sebagai perusahaan sehat atau tidak bangkrut.
Nilai Z-Score terbesar yaitu sebesar 10,810359 yang merupakan milik PT. Industri Jamu dan
Farmasi Sido Muncul Tbk pada tahun 2014. Sedangkan nilai Z-Score terendah yaitu sebesar 1,915223
yang merupakan milik PT. Indofarma (Persero) Tbk pada tahun 2015. Nilai Z-Score untuk setiap
perusahaan farmasi pada setiap periodenya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 12.
Nilai
Perusahaan Tahun X1 X2 X3 X4 X5 Analisis
Z-Score
20
2014 0.461559 0.707228 0.22243 3.765009 1.397866 5.934880 Sehat
PT. Kalbe Farma
2015 0.466006 0.720779 0.198656 3.965832 1.305996 5.909358 Sehat
Tbk
2016 0.476512 0.739599 0.20302 4.512352 1.272443 6.257073 Sehat
PT. Merck Tbk 2015 0.547410 0.675733 0.29068 2.816974 1.532691 5.785038 Sehat
PT. Industri 2014 0.595097 0.152712 0.193397 14.108702 0.779013 10.810359 Sehat
Jamu dan 2015 0.544821 0.161956 0.200421 13.136266 0.793436 10.217107 Sehat
Farmasi Sido
Muncul Tbk 2016 0.528328 0.162896 0.210563 12.004949 0.857476 9.617352 Sehat
PT. Taisho 2014 0.614721 0.609384 0.479167 4.077192 1.083049 6.701417 Sehat
Indonesia Tbk 2016 0.563571 0.553179 0.458757 2.852235 1.182232 5.858208 Sehat
5.1 Kesimpulan
Perusahaan memiliki kondisi keuangan yang berbeda-beda tidak terkecuali dengan perusahaan
rokok dan perusahaan farmasi. Adapun perusahaan yang dikategorikan sehat, rawan dan bahkan
bangkrut. Apabila pemerintah menaikkan cukai rokok sebesar 10,04% dan akan diberlakukan pada 1
Januari 2018, maka hal ini akan mempengaruhi proses produksi dan bahkan bisa menyebabkan
penurunan pada produksi rokok. Jika kondisi seperti ini terjadi secara terus menerus, maka akan
mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan rokok tersebut. Namun ada pula perusahaan rokok yang
dikategorikan sehat dalam beberapa tahun berturut-turut jika cukai dinaikkan dan ada pula perusahaan
21
rokok yang kondisi keuangannya berfluktuasi jika cukai dinaikkan. Sebaliknya bagi perusahaan
farmasi, hal ini dapat menjadi peluang untuk perusahaan farmasi dalam menjual produk NRT. Jika
cukai dinaikkan, secara tidak langsung harga rokok juga akan naik sehingga harga dari produk NRT
juga dapat naik dan kedua produk tersebut dapat saling bersaing. Jika kondisi ini terjadi, maka akan
mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan farmasi. Bahkan ada pula perusahaan farmasi yang
dikategorikan sehat dalam beberapa tahun berturut-turut jika kondisi tersebut terjadi.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka kesimpulan yang dapat diambil terkait dengan hasil
analisis potensi kebangkrutan menggunakan metode Altman (Z-Score) adalah hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat tiga perusahaan rokok yang dikategorikan sehat selama tiga tahun
berturut-turut dan terdapat satu perusahaan yang dikategorikan bangkrut selama dua tahun berturut-
PT. Gudang Garam Tbk, PT. HM Sampoerna Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk
merupakan perusahaan rokok yang tergolong dalam kategori sehat selama periode penelitian.
Sedangkan PT. Bentoel Internasional Investama Tbk merupakan perusahaan yang dikategorikan rawan
hingga bangkrut selama dalam periode penelitian. Pada perusahaan farmasi juga terdapat perusahaan
yang dikategorikan sehat selama dalam periode penelitian yaitu PT. Darya-Varia Tbk, PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk, PT. Industri Jamu dan
Farmasi Sido Muncul Tbk, PT. Tempo Scan Pacific Tbk, dan PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia
Tbk. Namun ada pula perusahaan farmasi yang dikategorikan rawan yaitu PT. Indofarma (Persero) Tbk,
5.2 Implikasi
Implikasi bagi perusahaan rokok yang terdiri dari PT. Gudang Garam Tbk, PT. HM Sampoerna
Tbk, PT. Bentoel Internasional Investama Tbk dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk dan perusahaan
farmasi yang terdiri dari PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk, PT. Indofarma (Persero) Tbk, PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk, PT. Industri
Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, PT. Tempo Scan Pacific Tbk, dan PT. Taisho Pharamaceutical
Indonesia Tbk adalah lebih menjaga dan melakukan pemeriksaan pada kondisi keuangan perusahaan
secara berkala agar dapat mengetahui kondisi keuangan lebih awal jika terjadi masalah pada keuangan
22
perusahaan. Apabila perusahaan dikategorikan rawan sebaiknya segera memperbaiki kondisi keuangan
dengan mencari solusi untuk meminimalisir dan memperbaiki risiko yang terjadi yang salah satunya
adalah dengan meningkatkan jumlah penjualan agar pendapatan perusahaan semakin meningkat.
Namun jika perusahaan dikategorikan bangkrut sebaiknya segera melakukan penggabungan usaha
5.3 Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tahun yang digunakan dalam penelitian hanya selama
tiga tahun dan perusahaan yang digunakan sebagai objek penelitian hanya perusahaan rokok dan
perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2014-2016.
Referensi
Arifin, Johar. 2007. Cara Cerdas Menilai Kinerja Perusahaan (Aspek Finansial & Non Finansial) Berbasis
Komputer. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Arini, Sopiyah. 2013. Analisis Altman Z-Score Untuk Memprediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Farmasi di
Indonesia. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen. Vol.2 No.11: 1-17.
Anjum, Sanobar. 2012. Business Bankruptcy Prediction Models: A Significant Study of the Altman’s Z-Score
Model. Asian Journal of Management Research. Vol. 3 Issue 1.
CNN Indonesia. 2016. Isu Rokok Mahal Murni Kampanye Persaingan Bisnis. Selasa, 30 Agustus.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160830171709-92-154913/isu-rokok-mahal-murni-
kampanye-persaingan-bisnis.
Devi, Ria Ayu. 2014. Perbandingan antara Economic Value Added (EVA) dan Return On Assets (ROA) dalam
Menilai Kinerja Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Rokok Go Publik yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2010-2012). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fachrudin, Khaira Amalia. 2008. Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal. Medan: USU Press.
Gilrita, dkk. 2015. Analisis Altman (Z-Score) Sebagai Salah Satu Cara Untuk Mengukur Potensi Kebangkrutan
Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI dan Perusahaan Manufaktur yang
Delisting dari BEI Periode 2012-2014). Jurnal Administrasi Bisnis. Vol.25 No.1: 1-9.
Hanafi, Mamduh M. 2008. Manajemen Keuangan, edisi pertama. Yogyakarta: BPFE.
Kompas. 2017. Mulai 1 Januari 2018, Cukai Rokok Naik 10,04 Persen. Kamis, 19 Oktober.
http://nasional.kompas.com/read/2017/10/19/14194451/mulai-1-januari-2018-cukai-rokok-naik-1004-
persen/.
Maith, Hendry Andreas. 2013. Analisis Laporan Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Pada PT.
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Jurnal EMBA. Vol.1 No.3: 619-628.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, edisi keempat. Jakarta: Salemba Empat.
Silaban, Pasaman. 2014. Analisis Kebangkrutan Dengan Menggunakan Model Altman (Z-Score) Studi Kasus di
Perusahaan Telekomunikasi. Jurnal Akuntansi. Vol. XVIII No.3: 322-334.
Suara Pembaruan. 2014. Setahun Orang Indonesia Habiskan 302 Miliar Batang Rokok. Rabu, 5 Maret.
http://sp.beritasatu.com/home/setahun-orang-indonesia-habiskan-302-miliar-batang-rokok/50565.
Tribun. 2016. Pengamat: Desakan Kenaikan Harga Rokok Agenda Setting Perusahaan Farmasi. Selasa, 30
Agustus. http://www.tribunnews.com/kesehatan/2016/08/30/pengamat-desakan-kenaikan-harga-rokok-
agenda-setting-perusahaan-farmasi.
www.id.co.id
23