You are on page 1of 23

ANALISIS ALTMAN (Z-SCORE) UNTUK

MENGUKUR POTENSI KEBANGKRUTAN


PERUSAHAAN ROKOK DAN FARMASI

Abstract
The level consumption of cigarette in Indonesia continue to increase every year. In 2013,
consumption of cigarette reached 302 billion cigarette in a year. Indonesia became the largest
smoker in South-East Asia. Government has made an effort to solve this problem with increase
the cigarette taxes up to 10.04 percent. This decision would be started on January, 1st 2018.
The gain of taxes was bases on four aspects and one of them was about health aspect and the
consumption of cigarette had to be controlled. Some time ago, hear about the issue of expensive
cigarettes. This started with a global pharmaceutical-driven industry agenda. The anti-
tobacco group wanted the price of cigarettes to approach NRT products that are currently sold
in the range of Rp 58,000, so that the product can be competitive with the price of cigarettes.
Nicotine Replacement Therapy (NRT) is a US-made product with a synthetic nicotine business
which supported by pharmaceutical companies. From these problems, this research is
conducted with the aim to find out how the financial condition of cigarette companies and
pharmaceutical companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2014-2016
related to the problems that occur. Using the Altman (Z-Score), analysis of the financial
condition of cigarette companies and pharmaceutical companies can be predicted whether
companies in the category of healthy, vulnerable or bankrupt companies. The results of this
study indicate that there are three tobacco companies in the predicted financial condition in
the healthy category. But there is one tobacco company whose financial condition is predicted
in the category of prone and even bankrupt. While in pharmaceutical companies, there are six
companies are predicted in the healthy category and one company is predicted in the category
prone for three consecutive study period. The two pharmaceutical companies are initially
predicted in the healthy category then the next period is predicted in the category of prone and
vice versa. Through this research, the financial condition of tobacco companies and
pharmaceutical companies can be predicted and through these predictions companies can
make the best decisions for the company.

Keywords: Altman (Z-Score) Method, Bankruptcy, Cigarette Company, Pharmacy


Company

1
1. Pendahuluan

Menurut Gilrita et al., (2015) perusahaan merupakan organisasi yang memiliki orientasi untuk

mendapatkan profit sebesar-besarnya. Dalam mencapai tujuan tersebut seringkali perusahaan

mengalami berbagai kendala baik kendala yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan.

Strategi sangat perlu dilakukan agar profit perusahaan tidak mengalami penurunan. Apabila profit

perusahaan mengalami penurunan secara terus menerus, maka perusahaan akan mengalami kerugian

dan berakibat pada kebangkrutan.

Untuk mendeteksi tanda-tanda dan mengukur tingkat kebangkrutan, suatu perusahaan dapat

menggunakan salah satu alat analisis yaitu metode Altman (Z-Score) (Gilrita et al.,2015). Metode

Altman (Z-Score) adalah metode yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan

menggunakan rasio-rasio keuangan suatu perusahaan sebagai acuannya (Arifin, 2007:95). Rasio-rasio

keuangan dapat dihitung dengan mengacu pada laporan keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan

dapat digunakan untuk menilai perkembangan dan prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan

pada masa lampu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Sehingga laporan keuangan sangat

diperlukan untuk memberikan informasi suatu perusahaan (Maith, 2013).

Berdasarkan riset dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

persentase pengeluaran rokok rumah tangga termiskin mengalahkan persentase pengeluaran kebutuhan

dasar utama seperti makanan bergizi, kesehatan dan pendidikan. Setidaknya konsumsi rokok Indonesia

mencapai 302 miliar batang per tahun pada tahun 2013. Angka tersebut menempatkan Indonesia

menjadi negara dengan perokok terbanyak di Asia Tenggara. Konsumen rokok di Indonesia mencapai

46,16 persen. Secara keseluruhan, jumlah perokok aktif laki-laki dan perempuan naik 35 persen pada

2012 atau berkisar 61,4 juta perokok pada 2013. Data tahun 2010 menunjukkan pengeluaran rokok

rumah tangga termiskin sebesar 11,91 persen (Suara Pembaruan, 2014).

Industri rokok merupakan penyumbang penerimaan negara yang cukup besar di Indonesia dan

salah satu jenis usaha yang mengalami kemajuan yang cepat. Di Indonesia, beberapa tahun belakangan

ini kondisinya cukup rumit. Pemerintah memperketat peraturan tentang rokok, seperti pembatasan

iklan, pembatasan merokok ditempat umum, peringatan kesehatan pada setiap kemasan, pencantuman

2
kadar nikotin dan tar, kebijakan harga jual eceran dan tarif cukai yang meningkat setiap tahunnya. Hal

ini menyebabkan industri rokok di Indonesia semakin tertekan (Devi, 2014).

Pemerintah juga memutuskan untuk menaikkan cukai rokok sebesar 10,04 persen. Kenaikan

ini mulai diberlakukan pada 1 Januari 2018. Hal ini didasarkan pada empat aspek, yang pertama adalah

kenaikan cukai rokok ini telah memperhatikan pandangan masyarakat terutama dari aspek kesehatan

dan konsumsi rokok yang harus dikendalikan. Kedua adalah kenaikan cukai rokok ini harus dapat

mencegah maraknya rokok ilegal. Ketiga adalah kenaikan ini juga memperhatikan dampaknya terhadap

kesempatan kerja terutama pada petani dan buruh rokok. Keempat adalah terkait dengan peningkatan

penerimaan negara (Kompas, 2017).

Setiap perusahaan pasti memiliki tantangan masing-masing tidak terkecuali dengan perusahaan

farmasi. Tantangan tersebut akhir-akhir ini semakin terbuka dan meningkat. Pada tahun 2012,

persaingan bisnis dalam industry farmasi semakin ketat dan banyaknya keagekaragaman produk yang

dihasilkan oleh perusahaan farmasi besar. Obat telah menjadi bagian dari kebutuhan pokok dan sangat

dibutuhkan oleh masyarakat karena fungsinya yang dapat menyebuhkan berbagai macam penyakit yang

dialami oleh masyarakat (Arini, 2013).

Pada beberapa waktu yang lalu ramai diperbincangkan mengenai isu rokok mahal. Hal ini

berawal dari agenda global yang didorong industri farmasi. Kelompok anti tembakau ingin supaya harga

rokok bisa mendekati produk NRT yang saat ini dijual di kisaran Rp 58.000, sehingga produk tersebut

dapat kompetitif dengan harga rokok (CNN Indonesia, 2016). Nicotine Replacement Therapy (NRT)

merupakan produk buatan Amerika Serikat dengan bisnis nikotin sintesis yang didukung oleh

perusahaan farmasi (Tribun, 2016).

Berdasarkan masalah yang terjadi, bagaimana kondisi keuangan perusahaan rokok dan

perusahaan farmasi? Apakah perusahaan rokok dan perusahaan farmasi berada dikategori sehat, rawa,

atau bangkrut? Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi

keuangan perusahaan rokok dan perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

periode 2014-2016 terkait dengan permasalahan yang terjadi. Manfaat penelitian ini adalah untuk

memberikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan rokok dan perusahaan farmasi yang

3
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2014-2016 agar perusahaan dapat meminimalisir risiko

kebangkrutan yang terjadi dan menentukan strategi yang tepat bagi perusahaannya.

2. Kerangka Teori

2.1 Kebangkrutan

Menurut Silaban (2014), kebangkrutan merupakan kondisi kekurangan atau kesulitan dana

yang dialami suatu perusahaan dalam menjalankan usaha. Selain itu, kebangkrutan atau kesulitan

keuangan merupakan keadaan dimana suatu perusahaan tidak dapat memenuhi pembayarannya atau

prediksi arus kas menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya (Fachrudin,

2008).

2.2 Analisis Altman (Z-Score)

Menurut Hanafi (2008), analisis Altman (Z-Score) merupakan model multivariate yang dapat

digunakan untuk mengukur kondisi kesehatan keuangan dan sebagai alat untuk memprediksi potensi

terjadinya kebangkrutan pada suatu perusahaan. Fungsi diskriminan model Altman (Z-Score) adalah

sebagai berikut:

Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5

Keterangan:

Z = indeks kebangkrutan

X1 = modal kerja terhadap total aktiva

X2 = laba ditahan terhadap total aktiva

X3 = laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva

X4 = nilai pasar saham biasa dan saham preferen terhadap nilai buku total hutang

X5 = penjualan terhadap total aktiva

Selanjutnya perusahaan di golongkan menjadi tiga golongan, yaitu golongan pertama adalah

perusahaan yang tidak bangkrut, golongan kedua adalah perusahaan yang rawan dan golongan ketiga

adalah perusahaan yang memiliki potensi bangkrut. Penggolongan ini didasarkan pada nilai Z yang

adalah indeks keseluruhan dari fungsi multiple discriminants analysis atau cut-off dengan kriteria

penilaian sebagai berikut:

4
1. Z-Score < 1,81 dikategorikan perusahaan memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan

berpotensi bangkrut.

2. 1,81 < Z-Score < 2,99 dikategorikan perusahaan berada di daerah rawan (grey area) dan tidak

dapat ditentukan apakah perusahaan bangkrut atau tidak.

3. Z-Score > 2,99 dikategorikan perusahaan sehat atau tidak bangkrut.

Menurut Hanafi (2008), penelitian Altman berfokus pada empat rasio keuangan yaitu rasio

likuiditas, profitabilitas, solvabilitas (leverage), dan kinerja. Empat rasio tersebut mewakili lima

kategori pada penelitian Altman. Lima kategori tersebut yaitu:

1. Modal Kerja Terhadap Total Aktiva (Working Capital To Total Assets) (X1)

Aktiva Lancar - Hutang Lancar


X1 =
Total Aktiva

Variabel ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas aktiva dan kemampuan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendek suatu perusahaan. Selisih antara aktiva lancar dan

hutang lancar merupakan modal kerja. Modal kerja yang bernilai positif menunjukkan

perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajibannya. Apabila modal kerja bernilai

negatif, maka perusahaan mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya (Anjum, 2012).

2. Laba Ditahan Terhadap Total Aktiva (Retained Earnings To Total Assets) (X2)

Laba Ditahan
X2 =
Total Aktiva

Variabel ini dapat mencerminkan usia dan kekuatan pendapatan suatu perusahaan. Variabel

ini merupakan pengukuran profitabilitas kumulatif atau laba ditahan perusahaan. Tahun bisnis

yang buruk kemungkinan menunjukkan laba ditahan yang rendah atau kemungkinan

menunjukkan pengurangan umur bagi suatu perusahaan (Anjum, 2012).

3. Laba Sebelum Bunga Dan Pajak Terhadap Total Aktiva (Earnings Before Interest And Taxes

To Total Assets) (X3)

Laba Sebelum Bunga dan Pajak


X3 =
Total Aktiva

Variabel ini mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva

yang digunakan dan juga merupakan ukuran produktivitas aset suatu perusahaan. Sehingga

5
variabel ini termasuk dalam rasio profitabilitas yang sebagai ukuran produktivitas aset

perusahaan.

4. Nilai Pasar Saham Biasa Dan Saham Preferen Terhadap Nilai Buku Total Hutang (Market

Value Of Equity To Book Value Of Total Debt) (X4)

Nilai Pasar Saham Biasa dan Preferen


X4 =
Nilai Buku Total Hutang

Variabel ini menggambarkan kemampuan finansial jangka panjang suatu perusahaan.

Variabel ini yang juga menggambarkan solvabilitas (leverage) juga dapat digunakan untuk

mengetahui besarnya modal suatu perusahaan yang digunakan untuk menanggung beban

hutang.

5. Penjualan Terhadap Total Aktiva (Sales To Total Assets) (X5)

Penjualan
X5 =
Total aktiva

Kemampuan dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan dapat diukur

dengan menggunakan variabel ini. Variabel ini juga menggambarkan tingkat perputaran

seluruh aktiva perusahaan.

3. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sekaran (2006:158-160),

penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan

menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu kondisi. Perusahaan yang digunakan pada

penelitian ini adalah perusahaan rokok dan perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada periode 2014-2016.

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan

keuangan perusahaan rokok dan perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

periode 2014-2016. Laporan keuangan tersebut diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia

(www.id.co.id).

6
3.2 Teknik Analisis Data

Adapun langkah-langkah analisis yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan perhitungan pada rasio-rasio perusahaan yang sesuai dengan variabel-variabel

dalam model Altman (Z-Score).

2. Menghitung Z-Score perusahaan menggunakan persamaan model Altman (Z-Score).

3. Mengklasifikasikan dan menganalisis kondisi perusahaan berdasarkan titik cut off yang telah

ditentukan.

4. Hasil

4.1 Perhitungan X1 (Modal Kerja Terhadap Total Aktiva)

Variabel ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya atau tingkat likuiditas suatu perusahaan. Dengan X1 yang bernilai positif, maka dapat

menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan

memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.

Selama periode 2014-2016, perusahaan rokok yang terdiri dari PT. Gudang Garam Tbk, PT.

HM Sampoerna Tbk, PT. Bentoel Internasional Investama Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk

memiliki X1 yang bernilai positif. Keempat perusahaan tersebut memiliki modal kerja yang

berfluktuasi. Untuk aktiva lancar setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Namun untuk

hutang lancar setiap tahunnya cenderung mengalami penurunan. Sedangkan untuk total aktiva setiap

tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Maka dari itu, keempat perusahaan tersebut memiliki

kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.

Besarnya nilai X1 untuk setiap perusahaan rokok pada setiap periodenya dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

7
Tabel 1.

Perhitungan X1 Perusahaan Rokok

Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016

PT. Gudang Garam Tbk 0.253338 0.291681 0.322384

PT. HM Sampoerna Tbk 0.252894 0.664777 0.640323

PT. Bentoel Internasional Investama Tbk 0.001022 0.327415 0.377313

PT. Wismilak Inti Makmur Tbk 0.420338 0.481946 0.5195

Sumber: Data diolah, 2018

Sama halnya dengan perusahaan rokok, selama periode 2014-2016 perusahaan farmasi yang

terdiri dari PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk, PT. Indofarma (Persero) Tbk, PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk, PT. Industri Jamu dan Farmasi

Sido Muncul Tbk, PT. Tempo Scan Pacific Tbk, dan PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk

memiliki X1 yang bernilai positif. Kesembilan perusahaan tersebut memiliki modal kerja yang

berfluktuasi. Untuk aktiva lancar setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan dan untuk hutang

lancar setiap tahunnya juga cenderung mengalami peningkatan serta total aktiva setiap tahunnya

cenderung mengalami peningkatan pula. Maka dari itu, kesembilan perusahaan tersebut memiliki

kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.

Besarnya nilai X1 untuk setiap perusahaan farmasi pada setiap periodenya dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

8
Tabel 2.

Perhitungan X1 Perusahaan Farmasi

Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016

PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk 0.60401361 0.54315464 0.45354264

PT. Indofarma (Persero) Tbk 0.14605121 0.14437311 0.10753703

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk 0.39944253 0.31286166 0.26244166

PT. Kalbe Farma Tbk 0.46155897 0.46600589 0.47651147

PT. Merck Tbk 0.65468639 0.5474103 0.52154194

PT. Pyridam Farma Tbk 0.17433501 0.22639318 0.2704369

PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 0.59509732 0.54482064 0.52832762

PT. Tempo Scan Pacific Tbk 0.4429623 0.41504342 0.41478144

PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk 0.61472067 0.56720012 0.56357067

Sumber: Data diolah, 2018

4.2 Perhitungan X2 (Laba Ditahan Terhadap Total Aktiva)

Variabel ini termasuk dalam rasio profitabilitas yang merupakan pengukuran laba ditahan dan

mencerminkan usia serta kemampuan pendapatan suatu perusahaan. Dengan X2 yang bernilai positif,

maka dapat menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam tahun bisnis yang baik.

Selama periode 2014-2016, perusahaan rokok yang terdiri dari PT. Gudang Garam Tbk, PT.

HM Sampoerna Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk memiliki X2 yang bernilai positif. Sedangkan

perusahaan rokok PT. Bentoel Internasional Investama Tbk memiliki X2 yang bernilai negatif. Keempat

perusahaan tersebut memiliki laba ditahan yang berfluktuasi dimana setiap tahunnya cenderung

mengalami peningkatan. Namun ada pula yang mengalami penurunan hingga mengalami kerugian.

Sedangkan untuk total aktiva setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan.

Untuk PT. Gudang Garam Tbk, PT. HM Sampoerna Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk

yang memiliki X2 bernilai positif dapat dikatakan bahwa perusahaan sedang berada dalam tahun bisnis

yang baik. Sedangkan untuk PT. Bentoel Internasional Investama Tbk yang memiliki X2 bernilai negatif

dapat dikatakan bahwa perusahaan sedang berada dalam tahun bisnis yang buruk. Besarnya nilai X2

untuk setiap perusahaan rokok pada setiap periodenya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

9
Tabel 3.

Perhitungan X2 Perusahaan Rokok

Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016

PT. Gudang Garam Tbk 0.547756 0.577897 0.608204

PT. HM Sampoerna Tbk 0.431769 0.272506 0.294781

PT. Bentoel Internasional Investama Tbk -0.19685 -0.29267 -0.42981

PT. Wismilak Inti Makmur Tbk 0.251499 0.315591 0.347686

Sumber: Data diolah, 2018

Berbeda dengan perusahaan rokok, perusahaan farmasi yang terdiri dari PT. Darya-Varia

Laboratoria Tbk, PT. Indofarma (Persero) Tbk, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk,

PT. Merck Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk, PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, PT. Tempo

Scan Pacific Tbk, dan PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk memiliki X 2 yang bernilai positif

selama periode 2014-2016. Kesembilan perusahaan tersebut memiliki laba ditahan yang berfluktuasi

dimana setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan dan total aktiva setiap tahunnya cenderung

mengalami peningkatan pula. Sehingga untuk kesembilan perusahaan farmasi tersebut yang memiliki

X2 bernilai positif dapat dikatakan bahwa perusahaan sedang berada dalam tahun bisnis yang baik.

Besarnya nilai X2 untuk setiap perusahaan farmasi pada setiap periodenya dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

10
Tabel 4.

Perhitungan X2 Perusahaan Farmasi

Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016

PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk 0.469294 0.434381 0.457014

PT. Indofarma (Persero) Tbk 0.001854 0.134547 0.132731

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk 0.079047 0.096288 0.074308

PT. Kalbe Farma Tbk 0.707228 0.720779 0.739599

PT. Merck Tbk 0.709203 0.675733 0.729514

PT. Pyridam Farma Tbk 0.234841 0.279141 0.298929

PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 0.152712 0.161956 0.162896

PT. Tempo Scan Pacific Tbk 0.601695 0.570072 0.589389

PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk 0.609384 0.570425 0.553179

Sumber: Data diolah, 2018

4.3 Perhitungan X3 (Laba Sebelum Bunga Dan Pajak Terhadap Total Aktiva)

Variabel ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang

digunakan atau dapat dikatakan sebagai ukuran produktivitas aset perusahaan. Dengan X3 yang bernilai

positif, maka dapat menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi dalam

menghasilkan laba dari aktivanya.

Selama periode 2014-2016, perusahaan rokok yang terdiri dari PT. Gudang Garam Tbk, PT.

HM Sampoerna Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk memiliki X3 yang bernilai positif. Sedangkan

perusahaan rokok PT. Bentoel Internasional Investama Tbk memiliki X3 yang bernilai negatif. Keempat

perusahaan tersebut memiliki laba sebelum bunga dan pajak yang berfluktuasi dimana setiap tahunnya

cenderung mengalami peningkatan bahkan ada yang mengalami penurunan hingga mengalami

kerugian. Namun untuk total aktiva setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan.

Untuk PT. Gudang Garam Tbk, PT. HM Sampoerna Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk

yang memiliki X3 bernilai positif dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi

dalam menghasilkan laba dari aktivanya. Sedangkan untuk PT. Bentoel Internasional Investama Tbk

yang memiliki X3 bernilai negatif dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang rendah

11
dalam menghasilkan laba dari aktivanya. Besarnya nilai X3 untuk setiap perusahaan rokok pada setiap

periodenya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.

Perhitungan X3 Perusahaan Rokok

Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016

PT. Gudang Garam Tbk 0.14733 0.158488 0.160791

PT. HM Sampoerna Tbk 0.483368 0.366545 0.400191

PT. Bentoel Internasional Investama Tbk -0.09867 -0.06765 -0.05627

PT. Wismilak Inti Makmur Tbk 0.121755 0.14949 0.099276

Sumber: Data diolah, 2018

Untuk perusahaan farmasi yang terdiri dari PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk, PT. Indofarma

(Persero) Tbk, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Pyridam

Farma Tbk, PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, PT. Tempo Scan Pacific Tbk, dan PT.

Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk selama periode 2014-2016 memiliki X3 yang bernilai positif.

Kesembilan perusahaan tersebut memiliki laba sebelum bunga dan pajak yang berfluktuasi dimana

setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan dan total aktiva setiap tahunnya cenderung

mengalami peningkatan pula. Sehingga untuk kesembilan perusahaan farmasi tersebut yang memiliki

X3 bernilai positif dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi dalam

menghasilkan laba dari aktivanya. Besarnya nilai X3 untuk setiap perusahaan farmasi pada setiap

periodenya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

12
Tabel 6.

Perhitungan X3 Perusahaan Farmasi

Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016

PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk 0.076417 0.092088 0.132974

PT. Indofarma (Persero) Tbk 0.037125 0.035814 0.0242

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk 0.115384 0.115652 0.096004

PT. Kalbe Farma Tbk 0.22243 0.198656 0.20302

PT. Merck Tbk 0.28315 0.29068 0.286715

PT. Pyridam Farma Tbk 0.059074 0.063366 0.062964

PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 0.193397 0.200421 0.210563

PT. Tempo Scan Pacific Tbk 0.121274 0.110076 0.105057

PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk 0.479167 0.428056 0.458757

Sumber: Data diolah, 2018

4.4 Perhitungan X4 (Nilai Pasar Saham Biasa Dan Saham Preferen Terhadap Nilai Buku Total

Hutang)

Variabel ini menggambarkan solvabilitas perusahaan yang berupa kemampuan finansial jangka

panjang perusahaan dan untuk mengetahui besarnya modal perusahaan yang digunakan untuk

menanggung beban hutang. Dengan X4 yang bernilai positif, maka dapat menunjukkan bahwa

perusahaan memiliki kemampuan finansial jangka panjang yang baik.

Selama periode 2014-2016, perusahaan rokok yang terdiri dari PT. Gudang Garam Tbk, PT.

HM Sampoerna Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk memiliki X4 yang bernilai positif. Sedangkan

perusahaan rokok PT. Bentoel Internasional Investama Tbk memiliki X4 yang bernilai negatif pada

periode 2014-2015. Keempat perusahaan tersebut memiliki market value of equity to book value yang

berfluktuasi dimana setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan bahkan ada yang mengalami

penurunan hingga mengalami kerugian dan untuk total debt setiap tahunnya cenderung mengalami

penurunan.

Untuk PT. Gudang Garam Tbk, PT. HM Sampoerna Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk

yang memiliki X4 bernilai positif dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki kemampuan finansial

13
jangka panjang yang baik. Sedangkan untuk PT. Bentoel Internasional Investama Tbk yang memiliki

nilai X4 yang bernilai negatif selama periode 2014-2015 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki

kemampuan finansial jangka panjang yang buruk. Namun pada periode 2016, X 4 milik PT. Bentoel

Internasional Investama Tbk mengalami peningkatan hingga bernilai positif. Sehingga pada periode

2016 PT. Bentoel Internasional Investama Tbk memiliki kemampuan finansial jangka panjang yang

baik. Besarnya nilai X4 untuk setiap perusahaan rokok pada setiap periodenya dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

Tabel 7.

Perhitungan X4 Perusahaan Rokok

Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016

PT. Gudang Garam Tbk 1.329581 1.490652 1.691689

PT. HM Sampoerna Tbk 0.906978 5.34076 4.101036

PT. Bentoel Internasional Investama Tbk -0.11993 -0.19909 2.343017

PT. Wismilak Inti Makmur Tbk 1.785697 2.365238 2.733743

Sumber: Data diolah, 2018

Untuk perusahaan farmasi yang terdiri dari PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk, PT. Indofarma

(Persero) Tbk, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Pyridam

Farma Tbk, PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, PT. Tempo Scan Pacific Tbk, dan PT.

Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk selama periode 2014-2016 memiliki X4 yang bernilai positif.

Kesembilan perusahaan tersebut memiliki market value of equity to book value yang berfluktuasi

dimana setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan dan untuk total debt setiap tahunnya

cenderung mengalami peningkatan pula. Sehingga untuk kesembilan perusahaan farmasi tersebut yang

memiliki X4 bernilai positif dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki kemampuan finansial jangka

panjang yang baik. Besarnya nilai X4 untuk setiap perusahaan farmasi pada setiap periodenya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

14
Tabel 8.

Perhitungan X4 Perusahaan Farmasi

Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016

PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk 3.514883 2.41711 2.389582

PT. Indofarma (Persero) Tbk 0.90186 0.629872 0.714449

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk 1.565324 1.355112 0.970208

PT. Kalbe Farma Tbk 3.765009 3.965832 4.512352

PT. Merck Tbk 3.26263 2.816974 3.613194

PT. Pyridam Farma Tbk 1.286716 1.723531 1.714088

PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 14.108702 13.136266 12.004949

PT. Tempo Scan Pacific Tbk 2.829611 2.226929 2.376412

PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk 4.077192 3.219428 2.852235

Sumber: Data diolah, 2018

4.5 Perhitungan X5 (Penjualan Terhadap Total aktiva)

Variabel ini mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk

menghasilkan penjualan dan menggambarkan tingkat perputaran seluruh aktiva perusahaan. Dengan X5

yang bernilai positif, maka dapat menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang baik

dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan dan memiliki tingkat perputaran aktiva yang

tinggi.

Selama periode 2014-2016, perusahaan rokok yang terdiri dari PT. Gudang Garam Tbk, PT.

HM Sampoerna Tbk, PT. Bentoel Internasional Investama Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk

memiliki X5 yang bernilai positif. Keempat perusahaan tersebut memiliki penjualan yang berfluktuasi

dimana setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan dan untuk total aktiva setiap tahunnya

cenderung mengalami peningkatan pula. Maka dari itu, keempat perusahaan tersebut memiliki

kemampuan yang baik dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan dan tingkat

perputaran aktiva yang tinggi. Besarnya nilai X5 untuk setiap perusahaan rokok pada setiap periodenya

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

15
Tabel 9.

Perhitungan X5 Perusahaan Rokok

Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016

PT. Gudang Garam Tbk 1.119635 1.108025 1.211631

PT. HM Sampoerna Tbk 2.843141 2.343268 2.245837

PT. Bentoel Internasional Investama Tbk 1.375536 1.327381 1.427441

PT. Wismilak Inti Makmur Tbk 1.246548 1.369941 1.245385

Sumber: Data diolah, 2018

Pada periode yang sama, perusahaan farmasi yang terdiri dari PT. Darya-Varia Laboratoria

Tbk, PT. Indofarma (Persero) Tbk, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Merck

Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk, PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, PT. Tempo Scan

Pacific Tbk, dan PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk juga memiliki X 5 yang bernilai positif.

Kesembilan perusahaan tersebut memiliki penjualan yang setiap tahunnya cenderung mengalami

peningkatan dan untuk total aktivanya cenderung mengalami peningkatan pula. Maka dari itu,

kesembilan perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam menggunakan aktiva untuk

menghasilkan penjualan dan tingkat perputaran aktiva yang tinggi. Besarnya nilai X5 untuk setiap

perusahaan farmasi pada periodenya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

16
Tabel 10.

Perhitungan X5 Perusahaan Farmasi

Tahun
Perusahaan
2014 2015 2016

PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk 0.892881 0.949007 0.947753

PT. Indofarma (Persero) Tbk 1.106616 1.057501 1.212118

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk 1.523161 1.501865 1.259929

PT. Kalbe Farma Tbk 1.397866 1.305996 1.272443

PT. Merck Tbk 1.21398 1.532691 1.390991

PT. Pyridam Farma Tbk 1.28822809 1.36193702 1.29862387

PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 0.77901317 0.79343631 0.85747556

PT. Tempo Scan Pacific Tbk 1.34319274 1.30180342 1.38756548

PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk 1.08304914 1.10921883 1.18223229

Sumber: Data diolah, 2018

4.6 Perhitungan Dan Analisis Altman (Z-Score) Pada Perusahaan Rokok

Terdapat perusahaan rokok yang dikategorikan sebagai perusahaan sehat atau tidak bangkrut

selama tiga tahun berturut-turut selama periode penelitian. yaitu PT. Gudang Garam Tbk, PT. HM

Sampoerna Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk. Ketiga perusahaan rokok tersebut tergolong di

dalam perusahaan sehat selama tiga tahun berturut-turut selama periode penelitian. PT. Gudang Garam

Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 3,474437 pada tahun 2014, 3,6845 pada tahun 2015 dan 3,995601

pada tahun 2016. PT. HM Sampoerna Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 5,890392 pada tahun 2014,

7,936563 pada tahun 2015 dan 7,20817 pada tahun 2015. PT. Wismilak Inti Makmur Tbk memiliki

nilai Z-Score sebesar 3,576262 pada tahun 2014, 4,302563 pada tahun 2015 dan 4,3234 02 pada tahun

2016. Nilai Z-Score pada ketiga perusahaan tersebut berada diatas titik cut-off yaitu Z > 2,99. Sehingga

perusahaan rokok tersebut dikategorikan sebagai perusahaan sehat atau tidak bangkrut.

Ada pula perusahaan rokok yang tergolong di dalam perusahaan yang diprediksi rawan hingga

diprediksi bangkrut. Perusahaan rokok tersebut adalah PT. Bentoel Internasional Investama Tbk. PT.

Bentoel Internasional Investama Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 0,703603 pada tahun 2014 dan

sebesar 0,967842 pada tahun 2015. Nilai Z-Score pada tahun tersebut berada dibawah < 1,81 sehingga

17
perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan

berpotensi bangkrut. Namun pada tahun 2016, kondisi keuangan PT. Bentoel Internasional Investama

Tbk mulai membaik dengan nilai Z-Score sebesar 2,498602. Nilai Z-Score tersebut berada diantara 1,81

dan 2,99. Sehingga perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan yang berada di daerah rawan (grey

area) dan bahkan tidak dapat ditentukan apakah perusahaan bangkrut atau tidak. Jika dibandingkan

dengan tahun 2014-2015, kondisi keuangan PT. Bentoel Internasional Investama Tbk pada tahun 2016

setidaknya lebih baik.

Nilai Z terbesar yaitu sebesar 7.936563 yang merupakan milik PT. HM Sampoerna Tbk pada

tahun 2015. Sedangkan nilai Z terendah yaitu sebesar 0.703603 yang merupakan milik PT. Bentoel

Internasional Investama Tbk pada tahun 2014. Nilai Z-Score untuk setiap perusahaan rokok pada setiap

periodenya dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 11.

Perhitungan Z-Score Perusahaan Rokok

Nilai
Perusahaan Tahun X1 X2 X3 X4 X5 Analisis
Z-Score

2014 0.253338 0.547756 0.14733 1.329581 1.119635 3.474437 Sehat


PT. Gudang
2015 0.291681 0.577897 0.158488 1.490652 1.108025 3.6845 Sehat
Garam Tbk
2016 0.322384 0.608204 0.160791 1.691689 1.211631 3.995601 Sehat

PT. HM 2014 0.252894 0.431769 0.483368 0.906978 2.843141 5.890392 Sehat

Sampoerna 2015 0.664777 0.272506 0.366545 5.34076 2.343268 7.936563 Sehat

Tbk 2016 0.640323 0.294781 0.400191 4.101036 2.245837 7.20817 Sehat

PT. Bentoel 2014 0.001022 -0.19685 -0.09867 -0.11993 1.375536 0.703603 Bangkrut

Internasional 2015 0.327415 -0.29267 -0.06765 -0.19909 1.327381 0.967842 Bangkrut

Investama Tbk 2016 0.377313 -0.42981 -0.05627 2.343017 1.427441 2.498602 Rawan

PT. Wismilak 2014 0.420338 0.251499 0.121755 1.785697 1.246548 3.576262 Sehat

Inti Makmur 2015 0.481946 0.315591 0.14949 2.365238 1.369941 4.302563 Sehat

Tbk 2016 0.5195 0.347686 0.099276 2.733743 1.245385 4.323402 Sehat

Sumber: Data diolah, 2018

18
Seperti halnya dengan perusahaan rokok, kini terdapat perusahaan farmasi yang dikategorikan

sebagai perusahaan sehat atau tidak bangkrut selama tiga tahun berturut-turut selama periode penelitian.

yaitu PT. Darya-Varia Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido

Muncul Tbk, PT. Tempo Scan Pacific Tbk, dan PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk. PT. Darya-

Varia Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 4,635815 pada tahun 2014, 3,963082 pada tahun 2015 dan

4,004387 pada tahun 2016. PT. Kalbe Farma Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 5,934880 pada tahun

2014, 5,909358 pada tahun 2015 dan 6,257073 pada tahun 2016. PT. Merck Tbk memiliki nilai Z-Score

sebesar 5,884461 pada tahun 2014, 5,785038 pada tahun 2015 dan 6,152237 pada tahun 2016. PT.

Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 10,810359 pada tahun

2014, 10,217107 pada tahun 2015 dan 9,617352 pada tahun 2016. PT. Tempo Scan Pacific Tbk

memiliki nilai Z-Score sebesar 4,815090 pada tahun 2014, 4,297363 pada tahun 2015 dan 4,482982

pada tahun 2016. PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 6,701417

pada tahun 2014, 5,932697 pada tahun 2015 dan 5,858208 pada tahun 2016. Nilai Z-Score pada keenam

perusahaan tersebut berada diatas titik cut-off yaitu Z > 2,99. Sehingga perusahaan farmasi tersebut

dikategorikan sebagai perusahaan sehat atau tidak bangkrut

Ada pula perusahaan farmasi yang dikategorikan sebagai perusahaan yang berada di daerah

rawan (grey area) selama tiga tahun berturut-turut pada periode penelitian, yaitu PT. Indofarma

(Persero) Tbk. PT. Indofarma (Persero) Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 1,948102 pada tahun 2014,

1,915223 pada tahun 2015 dan 2,035515 pada tahun 2016. Nilai Z-Score pada tahun tersebut melebihi

1,81 tetapi kurang dari 1,99. Sehingga perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan yang berada di

daerah rawan (grey area) dan tidak dapat ditentukan apakah perusahaan bangkrut atau tidak.

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk juga merupakan perusahaan farmasi yang dikategorikan

sebagai perusahaan sehat atau tidak bangkrut pada tahun 2014-2015. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk

memiliki nilai Z-Score sebesar 3,433119 pada tahun 2014 dan 3,206821 pada tahun 2015. Nilai Z-Score

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk pada tahun 2014-2015 berada diatas titik cut-off yaitu Z > 2,99.

Sehingga perusahaan tersebut dikategorikan sebagai perusahaan sehat atau tidak bangkrut. Namun pada

tahun 2016, kondisi keuangan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk dikategorikan sebagai perusahaan yang

berada di daerah rawan (grey area) dikarenakan nilai Z-Score yang melebihi 1,81 tetapi kurang dari

19
1,99 yaitu sebesar 2,577828. Sehingga perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan yang berada di

daerah rawan (grey area) dan bahkan tidak dapat ditentukan apakah perusahaan bangkrut atau tidak.

Sebaliknya dengan PT. Pyridam Farma Tbk. Pada tahun 2014, perusahaan dikategorikan

sebagai perusahaan yang berada di daerah rawan (grey area) dikarenakan nilai Z-Score yang melebihi

1,81 tetapi kurang dari 1,99 yaitu sebesar 2,793180. Hal ini menyebabkan perusahaan dikategorikan

sebagai perusahaan yang berada di daerah rawan (grey area) dan bahkan tidak dapat ditentukan apakah

perusahaan bangkrut atau tidak. Namun pada tahun 2015 sampai 2016 kondisi keuangan PT. Pyridam

Farma Tbk mulai membaik hingga perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan sehat atau tidak

bangkrut. Dengan nilai Z-Score sebesar 3,267632 pada tahun 2015 dan 3,277884 pada tahun 2016

menunjukkan bahwa nilai Z-Score PT. Pyridam Farma Tbk berada diatas titik cut-off yaitu Z > 2,99.

Sehingga perusahaan farmasi tersebut dikategorikan sebagai perusahaan sehat atau tidak bangkrut.

Nilai Z-Score terbesar yaitu sebesar 10,810359 yang merupakan milik PT. Industri Jamu dan

Farmasi Sido Muncul Tbk pada tahun 2014. Sedangkan nilai Z-Score terendah yaitu sebesar 1,915223

yang merupakan milik PT. Indofarma (Persero) Tbk pada tahun 2015. Nilai Z-Score untuk setiap

perusahaan farmasi pada setiap periodenya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 12.

Perhitungan Z-Score Perusahaan Farmasi

Nilai
Perusahaan Tahun X1 X2 X3 X4 X5 Analisis
Z-Score

2014 0.604014 0.469294 0.076417 3.51488 0.892881 4.635815 Sehat


PT. Darya-Varia
2015 0.543155 0.434381 0.092088 2.41711 0.949007 3.963082 Sehat
Laboratoria Tbk
2016 0.453542 0.457014 0.132974 2.38958 0.947753 4.004387 Sehat

2014 0.146051 0.001854 0.037125 0.90186 1.106616 1.948102 Rawan


PT. Indofarma
2015 0.144373 0.134547 0.035814 0.629872 1.057501 1.915223 Rawan
(Persero) Tbk
2016 0.107537 0.132731 0.0242 0.714449 1.212118 2.035515 Rawan

2014 0.399446 0.079047 0.115384 1.565324 1.523161 3.433119 Sehat


PT. Kimia Farma
2015 0.312862 0.096288 0.115652 1.355112 1.501865 3.206821 Sehat
(Persero) Tbk
2016 0.262442 0.074308 0.096004 0.970208 1.259929 2.577828 Rawan

20
2014 0.461559 0.707228 0.22243 3.765009 1.397866 5.934880 Sehat
PT. Kalbe Farma
2015 0.466006 0.720779 0.198656 3.965832 1.305996 5.909358 Sehat
Tbk
2016 0.476512 0.739599 0.20302 4.512352 1.272443 6.257073 Sehat

2014 0.654686 0.709203 0.28315 3.26263 1.21398 5.884461 Sehat

PT. Merck Tbk 2015 0.547410 0.675733 0.29068 2.816974 1.532691 5.785038 Sehat

2016 0.521542 0.729514 0.286715 3.613194 1.390991 6.152237 Sehat

2014 0.174335 0.234841 0.059074 1.286716 1.288228 2.793180 Rawan


PT. Pyridam
2015 0.226393 0.279141 0.063366 1.723531 1.361937 3.267632 Sehat
Farma Tbk
2016 0.270437 0.298929 0.062964 1.714088 1.298624 3.277884 Sehat

PT. Industri 2014 0.595097 0.152712 0.193397 14.108702 0.779013 10.810359 Sehat

Jamu dan 2015 0.544821 0.161956 0.200421 13.136266 0.793436 10.217107 Sehat

Farmasi Sido

Muncul Tbk 2016 0.528328 0.162896 0.210563 12.004949 0.857476 9.617352 Sehat

2014 0.442962 0.601695 0.121274 2.829610 1.343193 4.815090 Sehat


PT. Tempo Scan
2015 0.415043 0.570072 0.110076 2.226929 1.301803 4.297363 Sehat
Pacific Tbk
2016 0.414781 0.589389 0.105057 2.376412 1.387566 4.482982 Sehat

PT. Taisho 2014 0.614721 0.609384 0.479167 4.077192 1.083049 6.701417 Sehat

Pharamaceutical 2015 0.567200 0.570425 0.428056 3.219428 1.109219 5.932697 Sehat

Indonesia Tbk 2016 0.563571 0.553179 0.458757 2.852235 1.182232 5.858208 Sehat

Sumber: Data diolah, 2018

5. Kesimpulan, Implikasi dan Keterbatasan

5.1 Kesimpulan

Perusahaan memiliki kondisi keuangan yang berbeda-beda tidak terkecuali dengan perusahaan

rokok dan perusahaan farmasi. Adapun perusahaan yang dikategorikan sehat, rawan dan bahkan

bangkrut. Apabila pemerintah menaikkan cukai rokok sebesar 10,04% dan akan diberlakukan pada 1

Januari 2018, maka hal ini akan mempengaruhi proses produksi dan bahkan bisa menyebabkan

penurunan pada produksi rokok. Jika kondisi seperti ini terjadi secara terus menerus, maka akan

mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan rokok tersebut. Namun ada pula perusahaan rokok yang

dikategorikan sehat dalam beberapa tahun berturut-turut jika cukai dinaikkan dan ada pula perusahaan

21
rokok yang kondisi keuangannya berfluktuasi jika cukai dinaikkan. Sebaliknya bagi perusahaan

farmasi, hal ini dapat menjadi peluang untuk perusahaan farmasi dalam menjual produk NRT. Jika

cukai dinaikkan, secara tidak langsung harga rokok juga akan naik sehingga harga dari produk NRT

juga dapat naik dan kedua produk tersebut dapat saling bersaing. Jika kondisi ini terjadi, maka akan

mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan farmasi. Bahkan ada pula perusahaan farmasi yang

dikategorikan sehat dalam beberapa tahun berturut-turut jika kondisi tersebut terjadi.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka kesimpulan yang dapat diambil terkait dengan hasil

analisis potensi kebangkrutan menggunakan metode Altman (Z-Score) adalah hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat tiga perusahaan rokok yang dikategorikan sehat selama tiga tahun

berturut-turut dan terdapat satu perusahaan yang dikategorikan bangkrut selama dua tahun berturut-

turut serta dikategorikan rawan.

PT. Gudang Garam Tbk, PT. HM Sampoerna Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk

merupakan perusahaan rokok yang tergolong dalam kategori sehat selama periode penelitian.

Sedangkan PT. Bentoel Internasional Investama Tbk merupakan perusahaan yang dikategorikan rawan

hingga bangkrut selama dalam periode penelitian. Pada perusahaan farmasi juga terdapat perusahaan

yang dikategorikan sehat selama dalam periode penelitian yaitu PT. Darya-Varia Tbk, PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk, PT. Industri Jamu dan

Farmasi Sido Muncul Tbk, PT. Tempo Scan Pacific Tbk, dan PT. Taisho Pharamaceutical Indonesia

Tbk. Namun ada pula perusahaan farmasi yang dikategorikan rawan yaitu PT. Indofarma (Persero) Tbk,

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk.

5.2 Implikasi

Implikasi bagi perusahaan rokok yang terdiri dari PT. Gudang Garam Tbk, PT. HM Sampoerna

Tbk, PT. Bentoel Internasional Investama Tbk dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk dan perusahaan

farmasi yang terdiri dari PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk, PT. Indofarma (Persero) Tbk, PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk, PT. Industri

Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, PT. Tempo Scan Pacific Tbk, dan PT. Taisho Pharamaceutical

Indonesia Tbk adalah lebih menjaga dan melakukan pemeriksaan pada kondisi keuangan perusahaan

secara berkala agar dapat mengetahui kondisi keuangan lebih awal jika terjadi masalah pada keuangan

22
perusahaan. Apabila perusahaan dikategorikan rawan sebaiknya segera memperbaiki kondisi keuangan

dengan mencari solusi untuk meminimalisir dan memperbaiki risiko yang terjadi yang salah satunya

adalah dengan meningkatkan jumlah penjualan agar pendapatan perusahaan semakin meningkat.

Namun jika perusahaan dikategorikan bangkrut sebaiknya segera melakukan penggabungan usaha

dengan perusahaan lain atau merger.

5.3 Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tahun yang digunakan dalam penelitian hanya selama

tiga tahun dan perusahaan yang digunakan sebagai objek penelitian hanya perusahaan rokok dan

perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2014-2016.

Referensi

Arifin, Johar. 2007. Cara Cerdas Menilai Kinerja Perusahaan (Aspek Finansial & Non Finansial) Berbasis
Komputer. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Arini, Sopiyah. 2013. Analisis Altman Z-Score Untuk Memprediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Farmasi di
Indonesia. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen. Vol.2 No.11: 1-17.
Anjum, Sanobar. 2012. Business Bankruptcy Prediction Models: A Significant Study of the Altman’s Z-Score
Model. Asian Journal of Management Research. Vol. 3 Issue 1.
CNN Indonesia. 2016. Isu Rokok Mahal Murni Kampanye Persaingan Bisnis. Selasa, 30 Agustus.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160830171709-92-154913/isu-rokok-mahal-murni-
kampanye-persaingan-bisnis.
Devi, Ria Ayu. 2014. Perbandingan antara Economic Value Added (EVA) dan Return On Assets (ROA) dalam
Menilai Kinerja Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Rokok Go Publik yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2010-2012). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fachrudin, Khaira Amalia. 2008. Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal. Medan: USU Press.
Gilrita, dkk. 2015. Analisis Altman (Z-Score) Sebagai Salah Satu Cara Untuk Mengukur Potensi Kebangkrutan
Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI dan Perusahaan Manufaktur yang
Delisting dari BEI Periode 2012-2014). Jurnal Administrasi Bisnis. Vol.25 No.1: 1-9.
Hanafi, Mamduh M. 2008. Manajemen Keuangan, edisi pertama. Yogyakarta: BPFE.
Kompas. 2017. Mulai 1 Januari 2018, Cukai Rokok Naik 10,04 Persen. Kamis, 19 Oktober.
http://nasional.kompas.com/read/2017/10/19/14194451/mulai-1-januari-2018-cukai-rokok-naik-1004-
persen/.
Maith, Hendry Andreas. 2013. Analisis Laporan Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Pada PT.
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Jurnal EMBA. Vol.1 No.3: 619-628.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, edisi keempat. Jakarta: Salemba Empat.
Silaban, Pasaman. 2014. Analisis Kebangkrutan Dengan Menggunakan Model Altman (Z-Score) Studi Kasus di
Perusahaan Telekomunikasi. Jurnal Akuntansi. Vol. XVIII No.3: 322-334.
Suara Pembaruan. 2014. Setahun Orang Indonesia Habiskan 302 Miliar Batang Rokok. Rabu, 5 Maret.
http://sp.beritasatu.com/home/setahun-orang-indonesia-habiskan-302-miliar-batang-rokok/50565.
Tribun. 2016. Pengamat: Desakan Kenaikan Harga Rokok Agenda Setting Perusahaan Farmasi. Selasa, 30
Agustus. http://www.tribunnews.com/kesehatan/2016/08/30/pengamat-desakan-kenaikan-harga-rokok-
agenda-setting-perusahaan-farmasi.
www.id.co.id

23

You might also like