You are on page 1of 5

LOAD FREQUENCY CONTROL (LFC) PADA MIKROGRID

MENGGUNAKAN BULK STORAGE BATTERY

Ubaidah1, Khairudin, Lukmanul Hakim, Herri Gusmedi


1
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung
Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1. Bandar Lampung, 35145
Email : 1Ubaidah.2013@students.unila.ac.id, khairudin@eng.unila.ac.id,

ABSTRACT

In electric power systems, the power generation should be balance to the power demand,
otherwise the system frequency will deviate from the normal value. In microgrid system, the
system frequency is prone to altere due to small damping factor condition. The utilizing of Bulk
Storage Battery is proposed to deal with this frequency deviation problem as a part of load
frequency control. In this simulation, MATLAB SIMULINK R2014a was used and the simulated
microgrid consists of several smaller wind turbines generators, diesel generator, and photovoltaic
are elaborated.
In the simulation, same cases are introduced. The first cases is a network with the load
disconnected from the system when it without and with battery, second cases is with the network
connected to microgrid and the last is network connected to the microgrid, but the photovoltaic is
disconnected from the system.
Based on the simulation results, it showed that the microgrid frequency with battery was
more stable than without battery after changing load and release of the generators. Network
frequency without microgrid was better than network frequency with microgrid when there is a
change of amount of the load and generators release compared to the grid connected network.

Keywords: Frequency, microgrid, bulk storage battery, load frequency control

1. PENDAHULUAN Hal ini karena pada sistem yang besar


mempunyai faktor redaman yang besar
Mikrogrid adalah jaringan listrik
dibandingkan dengan sistem mikrogrid.
dengan ukuran kecil yang dapat berupa bagian
dari jaringan distribusi (on grid connected) atau Pada pengoperasian sistem
independen (isolated operation), dengan mikrogrid tidak menutup kemungkinan
sumber pembangkit berupa solar sel, turbin terjadi hilangnya pembangkit yang dapat
angin, pembangkit diesel dan sebagainya. mengakibatkan penurunan nilai frekuensi
dari nilai nominalnya. Selain itu, apabila
pada mikrogrid memiliki kondisi beban
bervariasi maka akan menimbulkan
kebutuhan listrik yang bervariasi pula yang
dapat menyebabkan masalah, diantaranya
adalah terjadinya beban puncak pada waktu
tertentu sehingga perbandingan antara
pembangkitan dan pemakaian tidak
seimbang yang dapat mengakibatkan
Gambar 1. Kesetimbangan pembangkit dan frekuensi pada beban menurun.
beban
Seperti yang kita ketahui bahwa,
frekuensi pada jaringan listrik merupakan
Pada saat pengoperasian mikrogrid
salah satu faktor untuk menentukan baik
sangat diperlukan kendali daya aktif dan reaktif
buruknya sistem kelistrikan, karena tidak
agar tetap dalam kondisi stabil, kemudian
stabilnya frekuensi dapat mengakibatkan
frekuensi dan tegangan sistem mikrogrid juga
kerusakan peralatan baik pada sisi
harus dikontrol dalam batas-batas yang
konsumen maupun pada sisi pembangkit
ditentukan. Pada penelitian ini penulis fokus
[1]. Kerusakan pada sisi pembangkit
pada pengendalian frekuensi mikrogrid. Karena
merupakan hal yang paling berbahaya
pada sistem mikrogrid sangat berbeda dengan
karena dapat mengakibatkan generator shut
sistem yang besar, dimana perubahan frekuensi
pada sistem mikrogrid sangat mudah terjadi.

Teknosia Vol.III, No.2, September 2017 11


down dan terjadi black out (pemadaman beban 2 MW. Desain mikrogrid
keseluruhan) [2]. ditunjukkan pada gambar 1. berikut
Untuk mengatasi permasalahan
penyimpangan frekuensi dari nilai nominalnya
pada mikrogrid apabila terjadi satu atau lebih
pembangkit hilang dari sistem maupun kondisi
beban yang bervariasi yaitu dengan memasang
baterai (Battery Storage System) [3]. Penulis
melakukan penelitian ini dengan menggunakan
pemodelan Simulink MATLAB R2014a.

Bus
2. METODOLOGI beban
yang
Pada sistem mikrogrid hubungan daya
ditinjau
pada generator dan baterai ditentukan oleh
persamaan putaran rotor dan persamaan ayunan
(swing) sebagai berikut:
(1)

Dimana:
N = Jumlah putaran rotor
f = frekuensi
p = kutub

(2)
Dimana:
= Kecepatan anguler rotor
= Inersia pembangkit
Gambar 2. Desain Mikrogrid
= Daya mekanik
Untuk percobaan beban resistif murni total
= Daya elektrik beban 0.8 MW dan untuk percobaan beban
RLC, 0.48 MVAr beban di pasang sebagai
Dari penurunan persamaan tersebut
beban konstan impedan (ZIP). Masing-
didapat persamaan sebagai berikut:
masing beban dibagi menjadi 4 bagian
(3) sehingga tiap-tiap beban bernilai 0.5 MW
untuk beban resistif dan 0.2 – j0.12 MVA
Dimana: serta baterai dengan kapasitas 10000 Ah; 2
f = Frekuensi sistem MWh.
Pbaterai = Daya Baterai
Pada persamaan (3), apabila daya pembangkit 4. HASIL SIMULASI
mengalami kenaikan maka frekuensi pada
sistem akan naik kemudian apabila daya beban 4.1 Grid dan beban dengan percobaan
mengalami kenaikan maka frekuensi akan beban dilepas dari sistem
mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya.
Sehingga digunakan strategi baterai untuk a. Beban resistif murni
mempercepat respon generator agar frekuensi Hasil simulasi pada percobaan grid dan
kembali setimbang pada nilai nominalnya. beban dengan percobaan beban dilepas dari
sistem ditunjukkan pada gambar 3 dan
gambar 4 berikut ini
3. DESAIN SISTEM
Sistem mikrogrid terdiri dari beberapa
pembangkit kecil, yaitu diesel 200 kVA, turbin
angin 50 kW, PV Array 100 kW serta total

Teknosia Vol.III, No.2, September 2017 12


Gambar 7. Frekuensi pada beban bus 6 saat
Gambar 3. Frekuensi beban pada bus 6 pada kondisi sistem tanpa baterai
grid tanpa baterai

Gambar 4. Frekuensi beban pada bus 6 pada Gambar 8. Frekuensi pada beban bus 6 saat
grid dengan baterai kondisi sistem dengan baterai

b. Beban RLC b. Beban RLC


Hasil simulasi pada percobaan sebagian beban Frekuensi pada beban bus 6 saat sistem
RLC dilepas dari sistem ditunjukkan pada tanpa baterai dan dengan baterai dengan
gambar 5 dan gambar 6 sebagai berikut menggunakan beban RLC ditunjukkan pada
gambar 9 dan gambar 10 berikut ini

Gambar 5. Frekuensi beban pada bus 6 saat


Gambar 9. Frekuensi beban pada bus 6
keadaan sistem tanpa baterai
menggunakan beban RLC
dengan beban RLC
saat kondisi sistem tanpa
baterai

Gambar 6. Frekuensi beban pada bus 6 saat Gambar 10. Frekuensi beban pada bus 6
keadaan sistem dengan baterai menggunakan beban RLC
dengan beban RLC saat kondisi sistem dengan
baterai
4.2 Mikrogrid terhubung ke grid
dengan percobaan beban dilepas dari 4.3 Mikrogrid terhubung ke grid
sistem dengan percobaan pembangkit PV Array
100 kW dilepas dari sistem
a. Beban resistif murni
a. Beban resistif murni
Frekuensi pada beban bus 6 saat keadaan sistem
tanpa baterai dan dengan baterai ditunjukkan Frekuensi beban bus 6 saat kondisi sistem
pada gambar 7 dan gambar 8 berikut ini tanpa baterai dan dengan baterai
menggunakan beban resistif murni
ditunjukkan pada gambar 11 dan gambar 12
berikut ini

Teknosia Vol.III, No.2, September 2017 13


dengan baterai ketika mengalami
disturbance. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pembangkit terbarukan
dalam mikrogrid juga ikut serta dalam
menyumbangkan masalah ketidakstabilan
frekuensi sistem.

Gambar11. Frekuensi beban bus 6 saat konsdisi


sistem tanpa baterai
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil simulasi yang telah
dilakukan, maka kesimpulan yang dapat
diambil yaitu:
1. Sistem mikrogrid dengan baterai
mempunyai frekuensi lebih stabil
Gambar12. Frekuensi beban bus 6 saat konsdisi dibandingkan dengan sistem yang
sistem dengan baterai tanpa baterai pada saat terjadi
perubahan jumlah beban dan
b. Beban RLC pelepasan salah satu pembangkit.
2. Frekuensi pada grid tanpa mikrogrid
Frekuensi beban bus 6 saat keadaan sistem
saat terjadi perubahan jumlah beban
tanpa baterai dan dengan baterai menggunakan
lebih baik dibandingkan dengan grid
beban RLC ditunjukkan pada gambar 13 dan
dengan mikrogrid.
gambar 14 berikut ini
3. Secara tidak langsung pembangkit
terbarukan pada mikrogrid seperti
turbin angin dan PV Array pada
mikrogrid juga ikut menyumbang
masalah ketidak stabilan frekuensi
sistem.

6.2 Saran
Gambar 13. Frekuensi beban bus 6 saat Saran yang dapat diberikan untuk penelitian
keadaan sistem tanpa baterai selanjutnya yaitu dapat menerapkan
automatic load shedding pada sistem
mikrogrid dan juga data yang diterapkan
disimulasi adalah data aktual pada daerah
yang menggunakan sistem mikrogrid
terhubung ke grid atau mode isolated,
sehingga hasil simulasi yang didapat
mendekati nilai actual.

Gambar 14. Frekuensi beban bus 6 saat


keadaan sistem dengan baterai DAFTAR PUSTAKA
[1]. K. P. N. M. dan D. T. , “Understanding
low frequency oscillation in power
5. ANALISA systems,” The University of Queensland,
Dari beberapa simulasi yang dilakukan, baik St. Lucia .
saat percobaan jumlah beban yang berubah- [2]. P. Kundur, Power System Stability
ubah ataupun sistem kehilangan pembangkit, And Control, New York: McGraw-Hill, Inc,
frekuensi sistem menggunakan dengan baterai 1994.
baterai mempunyai frekuensi yang lebih baik [3]. M. M. Rahman, “Microgrid Frequency
dibandingkan frekuensi sistem tanpa baterai. Control Using Multiple Battery Energy
Storage Systems (BESSs),” Brisbane,
Namun, pada gambar 3 dan gambar 4 frekuensi Australia, 2015.
sistem yang tidak terhubung dengan mikrogrid [4]. N. K. M. Z. Khan, M. I. Khan, F. A.
mempunyai frekuensi yang baik saat tanpa dan dan M. A. , “Load Frequency Control for

Teknosia Vol.III, No.2, September 2017 14


Hybrid Microgrid using Battery Storage [18]. S. Heier, Grid Integration of Wind
System,” International Journal of Electrical & Energy Conversion Systems, John Wiley &
Computer Sciences IJECS-IJENS, vol. 14, no. Sons Ltd, 1998.
03, pp. 26-30, June 2014.
[5]. E. Center, “Energy Center,” [Online].
Available: https://energycenter.org/self-
generation-incentive-
program/business/technologies/microgrid.
[Diakses 21 pukul 12.57 wib November 2016].
[6]. T. D. Atmaja dan D. . R. Saleh, “Cloud
Computing untuk Mendukung Aplikasi Smart
Grid,” Konferensi Teknologi Informasi dan
Komunikasi untuk Indonesia, Bandung, 14-15
Juni 2011.
[7]. Y. Z. H. S. N. Y. K. K. dan C. C. .. L. ,
“An Interaction Problem of Distributed
Generators Installed in a MicroGrid,” IEEE
International Conference on Electric Utility
Deregulation, Restructuring and Power
Technologies (DRF'T2004), Hong Kong, April
2004.
[8]. B. P. d. P. Teknologi, Teknologi Model
Smart Microgrid Untuk Integrasi Pembangkit
Energi Terbarukan, Jakarta: Bidang Rekayasa
Sistem Pusat Teknologi Konversi dan
Konservasi Energi (PTKKE), 2012.
[9]. H. Saadat, Power System Analysis;
Hal.529, New York: McGraw Hill, 1999
[10]. T. K. dan Y. F. , “Microgrid System
for Isolated Islands,” Fuji Electric Review, vol.
57, no. 4, pp. 125-130.
[11]. A. K. Singh, s. C. dan Y. K. Nitish,
“Load frequency control in Microgrid,”
nternational Journal of Research in Computer
and Communication Technology, vol. 2, no. 9,
pp. 680-684, September -2013.
[12]. T. Penyusun, “Prinsip Kerja
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel,” Universitas
Sumatera Utara, Medan.
[13]. F. Mohamed, “Microgrid Modelling
And Simulation,” Helsinki University of
Technology Control Engineering Laboratory,
Helsinki, 2006.
[14]. T. K. Y. . Q. dan Y. M. , “Battery
Energy Storage System Size Optimization in
Microgrid using Particle Swarm Optimization,”
5th IEEE PES Innovative Smart Grid
Technologies Europe (ISGT Europe), pp. 1-6,
2014.
[15]. P. M. A. dan M. M. , “A low-order
system frequency,” IEEE Transactions on
Power Systems, vol. 5, no. 4, pp. 720-729,
August 1990.
[16]. J. G. M. S. S. dan T. J. O. , Power
System Analysis and Design, Fifth Edition, S,
Stamford: Cengage Learning, 2012.
[17]. Zuhal, Dasar Tenaga Listrik Dan
Elektronika Daya, Jakarta: Grahamedia.

Teknosia Vol.III, No.2, September 2017 15

You might also like