You are on page 1of 9

TINJAUAN KELENGKAPAN INFORMASI PENUNJANG DALAM PENENTUAN

KODE EXTERNAL CAUSE KASUS FRACTURE TIBIA


DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI Prof. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
TAHUN 2015

Desy Nur Hidayah1, Ninawati2, Bambang Widjokongko2


STIKes Mitra Husada Karanganyar 1,2
Desynurhidayah24@gmail.com

ABSTRACT

Get information to improve the quality of hospital health care, need to be supported by the availability of data
complete, accurate, timely, and reliable for establishing the correct diagnosis. If the supporting data written diag-
nosis is incorrect or incomplete, it will be influential in determining the diagnosis.

Descriptive study with retrospective approach. Data collection is done by observation and interviews. Population
in this study is the patient’s medical record documents fracture tibia in 2015, namely 256 medical record docu-
ments. The sampling technique is simple random sampling, sample size of 72 sample document medical records.

Research results show that the information supporting external tibial fracture cases that cause traffic accidents
and not a traffic accidents are the type transport/incident, including traffic accident case, the type of the position
of victims, the type of activity. Not a traffic accident on the type of incident, type of location and type of activity.
Charging data supporting external cause complete tibia fracture cases in 17 document medical records (24%) and
incomplete in 55 document medical records (76%). Incompleteness due to lack of doctors and nurses in digging up
information on patients and medical recorder assembling particular officer did not reviewing the supporting
information.

Recommended for easy form filling observance of the ruler or SOP on the procedures for filling out the form and
who is authorized to fill.

Keywords : Completeness of supporting information, Code external cause, Fracture of the tibia
Bibliography : 15 (2002-2014)

ABSTRAK

Mendapatkan informasi untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit, perlu didukung adanya
ketersediaan data yang lengkap, akurat, tepat waktu serta dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosis yang te-
pat. Apabila data penunjang diagnosis yang ditulis tidak benar dan tidak lengkap, maka akan berpengaruh dalam
penentuan diagnosis.

Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi
dan wawancara. Populasi pada penelitian ini adalah dokumen rekam medis pasien fracture tibia tahun 2015 yaitu
256 dokumen rekam medis. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling, besar sampel sebanyak
72 sampel dokumen rekam medis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi penunjang external cause kasus fracture tibia yaitu kecelakaan
lalu lintas dan bukan kecelakaan lalu lintas. Pada kasus kecelakaan lalu lintas yaitu jenis transportasi, kasusnya
termasuk traffic accident, jenis posisi korban, jenis aktivitas. Pada bukan kecelakaan lalu lintas yaitu jenis kejadi-
an, jenis lokasi, dan jenis aktivitas. Pengisian data penunjang external cause kasus fracture tibia lengkap pada 17
dokumen rekam medis (24 %) dan tidak lengkap pada 55 dokumen rekam medis (76%). Ketidaklengkapan dise-
babkan karena dokter dan perawat kurang dalam menggali informasi pada pasien dan perekam medis khususnya
petugas assembling tidak mengkaji ulang terhadap informasi penunjang tersebut.

Disarankan untuk memudahkan pengisian formulir memperhatikan aturan atau SOP tentang tata cara pengisian
formulir dan siapa yang berwenang mengisi.

Kata kunci : Kelengkapan Informasi Penunjang, Kode External Cause, Fracture Tibia
Kepustakaan : 15 (2002 –2014)

PENDAHULUAN Fracture tibia terjadi karena adanya penyebab luar.


Penyebab luar atau External cause dalam ICD revisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik In- IX merupakan klasifikasi tambahan yang mengkla-
donesia nomor 269/Menkes/PER/III/2008 bab I pasal sifikasikan kemungkinan kejadian lingkungan dan
1 tentang rekam medis, bahwa rekam medis adalah keadaan sebagai penyebab cedera, keracunan dan
berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang efek samping lainnya.
identitas pasien. Adapun manfaat rekam medis dapat
dipakai untuk pemeliharaan kesehatan, pengobatan Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilaku-
pasien, alat bukti dalam proses penegakan hukum atas kan di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso
tindakan medis, dasar pembayaran biaya pe- layanan menunjukkan bahwa external cause kasus fracture
kesehatan, data statistik kesehatan, keperlu- an tibia terbagi menjadi 2 yaitu kecelakaan lalu lintas
pendidikan dan penelitian. dan bukan karena kecelakaan lalu lintas. Pengisian
data penunjang dalam penentuan kode external cause
Upaya mendapatkan informasi yang bermanfaat untuk kasus fracture tibia tidak lengkap pada jenis aktivitas
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Ru- mah sebanyak 7 dokumen dari 10 dokumen rekam medis.
Sakit, perlu didukung oleh adanya ketersediaan data Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ter-
yang lengkap, akurat, tepat waktu serta dapat tarik untuk mengambil judul “Tinjauan Kelengkapan
dipercaya untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Informasi Penunjang Dalam Penentuan Kode Exter-
Diagnosis digunakan untuk membuat data statistik dan nal Cause Kasus Fracture Tibia Di Rumah Sakit Or-
laporan. Apabila data penunjang diagnosis yang topedi Prof. Dr. R Soeharso Surakarta Tahun 2015”
ditulis tidak benar dan tidak lengkap, maka akan ber-
pengaruh dalam penentuan diagnosis.
METODE
Salah satu kompetensi seorang perekam medis ada- lah
Jenis penelitian adalah yang menggambarkan keleng-
perekam medis mampu menetapkan kode penya- kit
kapan informasi penunjang dalam penentuan kode
dan tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi yang
external cause kasus fracture tibia di RSO Prof. Dr.
diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang penyakit
R. Soeharso Surakarta tahun 2015, dengan pendekat-
dan tindakan medis dalam pelayanan dan manajemen
an secara retrospektif. Sebagai populasi adalah doku-
kesehatan. Penggunaan ICD-10 untuk pengodean data
men rekam medis pasien fracture tibia tahun 2015
morbiditas dan mortalitas mengacu kepada SK Dirjen
yaitu sebanyak 256 dokumen rekam medis. Sampel
Pelayanan Medik nomor HK.00.05.1.4.00744 tanggal
adalah sebanyak 72 dokumen rekam medis. Teknik
19 Februari 1996 tentang penggunaan Kla- sifikasi
pengambilan sampel dengan simple random sam-
Internasional mengenai Penyakit Revisi Kesepuluh
pling. Instrumen yang digunakan adalah checklist.
(KIP-10) di Rumah Sakit, dan SK Men- teri Kesehatan
Cara pengumpulan data dilakukan dengan observasi
RI nomor 50/MENKES/SK/I/1998 tanggal 13 Januari
dan wawancara. Analisis data secara deskriptif.
tahun 1998 tentang pemberlakuan KIP-10 untuk
seluruh sarana pelayanan kesehatan (Hatta, 2014).
HASIL
Fracture tibia (Fracture Colles) adalah fraktur yang
1. Informasi Penunjang External Cause Pada Doku-
terjadi pada bagian tibia sebelah kanan akibat jatuh
men Rekam Medis Kasus Fracture Tibia
yang bertumpu pada tangan dorsifleksi terbuka.
Kelengkapan informasi penunjang external cause
adalah pengecekan terhadap informasi mengenai jenis jalan umum.
kejadian, traffic atau non traffic, jenis posisi korban,
jenis lokasi dan jenis aktivitas pada doku- men kasus 3)Jenis posisi korban
fracture tibia. Kelengkapan informasi penunjang
Jenis posisi korban terbagi menjadi 3 yaitu
dibagi menjadi 2 kasus yaitu kecelakaan lalu lintas dan
pengendara/pengemudi, penumpang, dan pe- jalan
bukan kecelakaan lalu lintas. Infor- masi penunjang
kaki. Dari hasil analisis kelengkapan informasi
kasus kecelakaan lalu lintas yaitu seperti tabrakan
external cause pada posisi korban sebagai
antara sepeda motor dengan se- peda motor, tabrakan
pengemudi yaitu 18 kasus (50%), dan pada posisi
antara sepeda motor dengan mobil, dll. Sedangkan
korban sebagai penumpang 3 kasus (8,33%).
untuk yang bukan termasuk kecelakaan lalu lintas
Sedangkan posisi korban sebagai pe- jalan kaki
yaitu jatuh, tertimpa benda/ objek, dll.
yaitu 7 kasus (19,44%). Pada 8 ka- sus (22,22%),
Berdasarkan hasil penelitian, pada kasus kecela- kaan tidak terdapat keterangan yang jelas mengenai
lalu lintas terdapat data mengenai jenis tran- posisi korban saat terjadinya kecelakaan di
sportasi/kejadian, posisi, traffic atau non traffic dan formulir pasien dengan trauma.
aktivitas. Sedangkan pada kasus bukan kecelakaan lalu
4)Jenis aktivitas
lintas terdapat data mengenai jenis kejadian, lokasi
dan aktivitas. Dari hasil analisis kelengkapan informasi
penunjang pada kasus kecelakaan lalu lintas, pada
a. Kasus Kecelakaan
jenis aktivitas yaitu aktivitas spesifik lain
1)Jenis transportasi/kejadian sebanyak 7 kasus (19,44%). Dari 7 kasus tersebut
aktivitas yang dijelaskan pada saat kejadian
Berdasarkan hasil penelitian jenis transportasi/ kecelakaan antara lain menyeberang, pulang
kejadian pada kasus kecelakaan lalu lintas yai- tu sekolah, bekerja, dll. Dan 29 kasus lain (80,56%)
sepeda motor, mobil/truk, sepeda ontel, dan objek lain. tidak dilengkapi jenis aktivitas yang dilakukan saat
Dari hasil analisis kelengkapan in- formasi penunjang kecelakaan pada formulir pa- sien dengan trauma.
external cause kasus frac- ture tibia, tabrakan antara
sepeda motor dengan sepeda motor berjumlah 15 kasus b. Kasus Bukan Kecelakaan Lalu Lintas
atau 41,67%. Untuk kasus sepeda motor menabrak
1)Jenis kejadian
pejalan kaki yaitu 8 kasus (22,22%), kasus sepeda mo-
tor tabrakan dengan mobil 7 kasus (19,44%), sepeda Berdasarkan hasil analisis kelengkapan infor- masi
motor menabrak objek 3 kasus (8,33%), sedangkan penunjang diketahui bahwa jenis kejadian pada
kasus sepeda motor tabrakan den- gan sepeda ontel kasus bukan kecelakaan lalu lintas yaitu jatuh dan
yaitu 2 kasus (5,56%) dan sepeda motor bertabrakan tertimpa objek. Pada kasus jatuh disebabkan karena
dengan truk yaitu 1 kasus (2,78%). Informasi tentang jatuh dari objek, terpeleset dan jatuh saat olahraga.
jenis trans- portasi/kejadian dapat diketahui dari Jumlahnya yaitu 24 kasus (66,67%) dan untuk
pengisian formulir pasien dengan trauma. Yang diisi yang tertimpa objek berjumlah 12 kasus (33,33%).
oleh dokter pada Unit Gawat Darurat (UGD).
2)Jenis lokasi
2) Jenis traffic atau non traffic
Dari hasil analisis diketahui bahwa yang terma- suk
Berdasarkan hasil analisis kelengkapan infor- masi jenis lokasi pada kasus bukan kecelakaan lalu
penunjang external cause kasus fracture tibia, pada lintas yaitu jalan/jalan raya, rumah, tem- pat
kasus kecelakaan lalu lintas yang termasuk jenis olahraga, tempat kerja, persawahan dan tempat
traffic berjumlah 36 kasus atau spesifik lainnya. Pada lokasi jalan/jalan raya
100% , karena semua kecelakaan terjadi di sebanyak 16 kasus (44,44%), pada tempat kerja 1
kasus (2,78%) dan persawahan 1 ka-
sus (2,78%). Untuk rumah sebanyak 6 kasus (16,67%) Hasil analisis kelengkapan informasi penunjang ex-
dan tempat spesifik lain yaitu 3 kasus (8,33%). Tempat ternal cause :
spesifik lain yang dijelaskan pada saat cidera yaitu
antara lain selokan, parit, dll. Dan 9 kasus lain (25%) 1)Kelengkapan informasi penunjang external cause
tidak dilengkapi keterangan lokasi saat kecelakaan pada pada dokume rekam medis kasus fracture tibia karena
for- mulir pasien dengan trauma. kecelakaan lalu lintas (KLL)

3)Jenis aktivitas Tabel 4.1. Kelengkapan informasi penunjang


external cause pada dokumen rekam medis kasus
Pada jenis aktivitas pada kasus bukan ke- celakaan lalu fracture tibia karena kecelakaan lalu lintas (KLL)
lintas yaitu aktivitas bekerja, olahraga dan aktivitas
spesifik lain. Dari 36 kasus, 6 kasus (16,67%) saat
bekerja, 3 kasus (8,33%) saat olahraga dan 4 kasus
(11,11%) saat aktivitas lain. Dari 4 kasus yang termasuk
aktivitas lain yaitu menyapu, memanjat, ker- ja
bakti,dll. Dan 23 kasus lain (63,89%) tidak dilengkapi
keterangan aktivitas yang dilakukan saat kecelakaan
pada formulir pasien dengan trauma.

2. Prosentase Kelengkapan Informasi Penunjang


External Cause Pada Dokumen Rekam Medis Kasus Sumber : Data Sekunder Dokumen Rekam Medis
Fracture Tibia Kasus Fracture Tibia

Berdasarkan hasil analisis kelengkapan data penun- jang Berdasarkan hasil analisis kelengkapan infor- masi
sebanyak 72 dokumen rekam medis, keleng- kapan penunjang external cause pada dokumen rekam medis
pengisian data penunjang external cause ka- sus fracture pasien kasus fracture tibia karena kecelakaan lalu
tibia lengkap pada 17 dokumen rekam medis (24 %) dan lintas yang tertinggi adalah pada jenis
tidak lengkap pada 55 dokumen rekam medis (76%). transportasi/kejadian dan jenis traffic/non traffic yaitu
36 dokumen atau 100 %. Tingkat kelengkapan
informasi penunjang external cause pada dokumen
rekam medis pasien kasus frac- ture tibia yang
terendah adalah pada jenis aktivi- tas yaitu 7 dokumen
(19,44 %).

2)Kelengkapan informasi penunjang external cause


pada dokumen rekam medis kasus fracture tibia karena
bukan kecelakaan lalu lintas (KLL)

Tabel 4.2. Kelengkapan informasi penunjang exter-


nal cause pada dokumen rekam medis kasus fracture
tibia karena bukan kecelakaan lalu lintas (KLL)

Gambar 4.1. Kelengkapan Informasi Penunjang


External Cause Kasus Fracture Tibia

Sumber : Data Sekunder Dokumen Rekam Medis Ka-


sus Fracture Tibia
Berdasarkan hasil analisis kelengkapan infor- masi da motor dijalan raya, kode di rumah sakit adalah
penunjang external cause pada dokumen rekam medis V02.19 (pejalan kaki terluka dalam tabrakan den-
pasien kasus fracture tibia karena bukan kecelakaan gan kendaraan bermotor beroda dua atau tiga dalam
lalu lintas (jatuh, dll), keleng- kapan informasi kecelakaan lalu lintas ketika terlibat dalam kegia-
tertinggi adalah pada jenis keja- dian yaitu 36 tan yang tidak spesifik). Hal ini sudah sesuai den-
dokumen atau 100 % lengkap. Jenis lokasi terdapat 27 gan kode di ICD-10 yaitu V02.19. Dari kode terse-
dokumen atau 75% yang leng- kap sedangkan ada 9 but, V02.- menerangkan kode untuk pejalan kaki
dokumen atau 25 % yang belum lengkap. Pada terluka dalam tabrakan dengan kendaraan bermotor
informasi tentang jenis ak- tivitas ada 13 dokumen beroda dua atau tiga, .1 menerangkan kode untuk
(36,11 %) yang lengkap. kecelakaan lalu lintas dan .9 menerangkan kegiatan
yang tidak spesifik.
PEMBAHASAN
Menurut WHO (2010) Jenis posisi pada kasus
1. Informasi Penunjang External Cause Pada Doku- kecelakaan transportasi menerangkan tentang
men Rekam Medis Kasus Fracture Tibia bagaimana posisi korban saat kejadian berlangsung
seperti sebagai pejalan kaki, pengendara atau pen-
Berdasarkan hasil penelitian tentang kelengkapan umpang. Pada kasus kecelakan lalu lintas diketahui
informasi penunjang external cause kasus fracture bahwa jenis posisi korban sebagai pengemudi, pen-
tibia diketahui bahwa kelengkapan informasi terli- hat umpang dan pejalan kaki adalah 77,77 % lengkap
dengan adanya jenis transportasi/kejadian, je- nis dan 22,22% tidak terdapat keterangan pada formulir
posisi (untuk kecelakaan), jenis traffic atau non traffic trauma pada pasien di dokumen rekam medis pa-
(untuk kecelakaan), jenis lokasi dan jenis aktivitas. sien. Hal ini menyebabkan hasil kode yang dilaku-
kan coder tidak akurat. Sejalan dengan penerapan
Pada kasus kecelakaan lalu lintas diketahui bahwa sistem case-mix, menurut Ernawati dan Maharani
jenis transportasi/kejadian 100% lengkap. Dengan (2015) kelengkapan dan akurasi data rekam medis
informasi yang lengkap maka membantu petugas dijadikan dasar penting untuk perincian biaya pe-
coder dalam menghasilkan kode yang akurat, mis- layanan kesehatan secara tepat. Contoh kasus pem-
alnya pada kasus kecelakaan lalu lintas tabrakan antara
bonceng sepeda motor ditabrak oleh sepeda motor
sepeda motor dengan sepeda motor lain, kode di lain, kode di rumah sakit yaitu V22.99 (pengendara
rumah sakit yaitu V22.- (pengendara sepe- da motor sepeda motor terluka dalam tabrakan dengan kend-
terluka dalam tabrakan dengan kendaraan bermotor araan bermotor beroda dua atau tiga dengan tidak
beroda dua atau tiga). Hal ini sudah ses- uai dengan ditentukanya pengendara sepeda motor yang terlu-
ICD-10 bahwa kode yang menunjukan terjadi tabrakan ka dalam kecelakaan lalu lintas ketika terlibat da-
antara sepeda motor dengan sepeda motor yaitu V22.- lam kegiatan yang tidak spesifik) dan untuk kode
(pengendara sepeda motor ter- luka dalam tabrakan di ICD yaitu V22.59 (pengendara sepeda motor
dengan kendaraan bermotor beroda dua atau tiga). terluka dalam tabrakan dengan kendaraan bermo-
Dari kode tersebut, V22.- menerangkan kode untuk tor beroda dua atau tiga dengan penumpang yang
pengendara sepeda motor terluka dalam tabrakan terluka dalam kecelakaan lalu ketika terlibat dalam
dengan kendaraan bermotor beroda dua atau tiga. kegiatan yang tidak spesifik). Dari kode tersebut
V22.- menerangkan pengendara sepeda motor ter-
Jenis traffic/non traffic pada kasus kecelakaan lalu
luka dalam tabrakan dengan kendaraan bermotor
lintas 100% lengkap. Seluruh kasus kecelakaan lalu
beroda dua atau tiga dan .5 pada kode V22.59 yaitu
lintas terjadi dijalan raya sehingga seluruh kasus
penumpang yang terluka dalam kecelakaan lalu.
adalah traffic accident. Hal ini sesuai dengan WHO
(2010) bahwa traffic accident adalah kecelakaan pada Jenis aktivitas kasus kecelakaan lalu lintas 19,44%
kendaraan yang terjadi di jalan raya umum. Contoh lengkap dan 80,56% tidak lengkap. Ketidakleng-
kasusnya yaitu pejalan kaki ditabrak sepe- kapan pada jenis aktivitas ini disebabkan karena
dokter IGD dan perawat kurang dalam menggali
informasi pada pasien dan perekam medis khusus-
nya petugas assembling tidak mengkaji ulang terh- Hal ini tidak sesuai dengan aturan ICD karena un-
adap informasi penunjang tersebut. Menurut WHO tuk menunjukan persawahan adalah .7 yaitu farm
(2010), Kode aktivitas adalah optional kode, bagi kode (perkebunan/persawahan) sehingga kode di ICD
antara V01-Y34, untuk memberi informasi apa yang yaitu W14.78 (jatuh dari pohon di area pertanian
sedang dilakukan korban saat kejadian cedera tersebut. saat terlibat kegiatan tertentu lainnya).
Sehingga ketidaklengkapan pada jenis aktivitas
mempengaruhi kode yang dihasil- kan, contoh kasus Jenis aktivitas pada kasus bukan kecelakaan lalu
pengemudi sepeda motor tabra- kan dengan mobil saat lintas 36,11% lengkap dan 63,89% tidak lengkap.
akan membeli bensin, kode di rumah sakit yaitu Ketidaklengkapan jenis aktivitas ini mempengaruhi
V23.49 (pengendara sepeda motor terluka dalam hasil kode yang dihasilkan. Kesalahan penentuan
tabrakan dengan mobil atau truk berbak dengan sopir kode juga berpengaruh pada pelaporan morbiditas
terluka dalam kecelakaan lalu lintas ketika terlibat rumah sakit, sehingga data morbiditas yang di-
dalam kegiatan yang tidak spesifik), dan kode di ICD hasilkan tidak akurat. Hal ini tidak sesuai dengan
yaitu V23.48 (pengenda- ra sepeda motor terluka PERMENKES No. 1171/MENKES/PER/VI/2011
dalam tabrakan dengan mobil atau truk berbak dengan tentang SIRS revisi 6 yang mengharuskan setiap
sopir terluka dalam kecelakaan lalu lintas ketika rumah sakit di Indonesia untuk melaporkan data
terlibat dalam kegiatan tertentu lain). Dari kode morbiditas-nya. Contoh pengkodean yaitu jatuh
tersebut V23.- menerang- kan pengendara sepeda terpeleset dari tangga rumah saat menyapu. Kode
motor terluka dalam tabra- kan dengan mobil atau truk RS yaitu W11.09 (jatuh dari tangga di rumah saat
berbak, .4 menerang- kan sopir terluka dalam terlibat kegiatan yang tidak spesifik). Hal ini tidak
kecelakaan lalu lintas dan sesuai dengan ICD, karena kode yang menunjukan
.8 pada kode V23.48 yakni kegiatan tertentu lain. untuk “menyapu” adalah .3 yakni aktivitas di ru-
mah, sehingga kode di ICD yaitu W11.03 (jatuh
Selain kasus kecelakaan lalu lintas, dari hasil anal- isis dari tangga di rumah saat terlibat aktivitas di ru-
juga diketahui kasus karena bukan kecelakan lalu mah).
lintas. Pada kasus bukan kecelakaan lalu lin- tas, jenis
kejadian 100% lengkap. Kelengkapan informasi Kelengkapan informasi penunjang tentang exter-
membantu koder dalam menentukan kode. Contoh nal cause dapat dilihat pada formulir pasien den-
kasus pengkodean yaitu jatuh ter- timpa sepeda motor gan trauma. Formulir tersebut berisi tentang sebab
di jalan raya, kode di RS yai- tu W20.99 (dipukul oleh kejadian, lokasi kejadian perkara, aktivitas, dan
lemparan atau kejatuhan benda di tempat yang tidak keterangan. Namun pada SOP Nomor 02.10.00.47
spesifik saat terlibat kegiatan yang tidak spesifik). tentang prosedur tanggungjawab dan kewenangan
Hal ini sudah ses- uai dengan ICD bahwa kode untuk pengisian berkas rekam medis tidak disebutkan cara
jatuh tertimpa motor adalah W20.49 (dipukul oleh mengisi dan siapa yang berwenang untuk mengisi
lemparan atau kejatuhan benda di jalan/jalan raya saat pada formulir pasien dengan trauma. Dengan tidak
terlibat kegiatan yang tidak spesifik). Dari kode adanya SOP yang menjelaskan pengisian formulir
tersebut W20.- menerangkan tentang dipukul oleh pasien dengan trauma maka akan menyulitkan
lemparan atau kejatuhan benda, .4 menerangkan petugas assembling saat menagih ketidaklengkapan
tentang lo- kasi di jalan raya dan .9 menerangkan pengisian formulir tersebut. Padahal formulir terse-
tentang ke- giatan yang tidak spesifik. but harus diisi lengkap oleh dokter agar informasi
yang dibutuhkan akurat.
Pada lokasi kejadian diketahui bahwa 75% leng- kap
dan 25% tidak lengkap. Yang termasuk jenis lokasi Ketidaklengkapan informasi juga mempengaruhi
yaitu jalan, rumah, tempat kerja, persawahan dan dalam proses klaim biaya perawatan selama di ru-
tempat spesifik lain. Contoh kasus jatuh saat mah sakit, terutama klaim ke pihak asuransi sep-
memanjat pohon setinggi 1,5 m di sawah, kode di erti asuransi kesehatan. Menurut Martin (2012),
RS yaitu W14.09 (jatuh dari pohon di tempat tinggal salah satu syarat pengajuan klaim asuransi keseha-
saat terlibat kegiatan yang tidak spesifik). tan yaitu adanya SJP (Surat Jaminan Kesehatan).
SJP tersebut diterbitkan oleh bagian SKM di ru-
mah sakit. Dalam menerbitkan SJP, petugas SKM kam medis yang tidak segera menanyakan keti-
membutuhkan informasi tentang jenis kejadian/ke- daklengkapan informasi kepada dokter dan para
celakaan, jenis lokasi dan jenis aktivitas. Sehingga bila medis agar segera dilengkapi. Sesuai dengan SPO
informasi mengenai external cause tidak leng- kap nomor 02.10.00.4 tentang pemantauan ketidaklen-
maka akan menyulitkan petugas SKM dalam gkapan catatan medik (KLPCM) bahwa petugas
menerbitkan SJP. yang berwewenang melakukan pemantauan keti-
daklengkapan pengisian catatan medis dilakukan
2. Prosentase Kelengkapan Informasi Penunjang Ex- oleh petugas rekam medis.
ternal Cause Pada Dokumen Rekam Medis Kasus
Fracture Tibia Keberhasilan suatu penyandingan diagnosis akan
sangat ditentukan oleh kesadaran dan komitmen
Prosentase kelengkapan informasi penunjang ex- dokter sebagai narasumber utama, dan petugas co-
ternal cause kasus fracture tibia yaitu 17 dokumen ding sebagai sumber daya manusia yang mempro-
lengkap (24%) dan 55 tidak lengkap (76%). Dari ses data primer tersebut. Jadi, apabila informasi pe-
keseluruhan dokumen yaitu 72 dokumen rekam medis nunjang yang ditulis dokter tidak jelas dan lengkap,
diketahui bahwa 36 dokumen karena ke- celakaan lalu maka akan menghambat pekerjaan petugas peng-
lintas dan 36 dokumen bukan karena kecelakaan lalu kodean dalam mengkode diagnosis (Naga, 2001).
lintas. Sesuai dengan aturan dalam WHO (2010) bahwa
pada kasus cedera, seorang koder membutuhkan in-
Pada 36 dokumen rekam medis pasien kasus frac- ture
formasi tentang jenis kejadian, jenis posisi korban
tibia karena kecelakaan lalu lintas didapatkan
pada kasus cedera karena kecelakaan, jenis lokasi
36 dokumen rekam medis sudah lengkap pada je- nis
kejadian dan jenis aktivitas korban saat kejadian.
transportasi/kejadian dan jenis traffic/non traf-
Apabila data penunjang external cause tidak ditulis
fic(100%) namun pada jenis posisi korban didapa-
secara lengkap pada dokumen rekam medis, maka
tkan 28 dokumen rekam medis (77,77%) lengkap
mengakibatkan kesalahan dalam pengkodean. Con-
sedangkan pada jenis aktivitas hanya 7 (19,44 %)
toh pengkodean external cause :
dokumen yang lengkap.
a. Kasus 1
Pada 36 dokumen rekam medis kasus fracture tibia
Informasi kejadian : motor menabrak mobil
bukan karena kecelakaan didapatkan 36 dokumen
Informasi posisi : pengendara
rekam medis (100%) lengkap pada jenis kejadian,
Informasi aktivitas : -
27 dokumen rekam medis (75%) sudah lengkap pada
Kode external cause pada RM 1: motorcycle rid- er
jenis lokasi dan hanya 13 dokumen atau 36,11
injured in noncollision transport accident with
% lengkap pada jenis aktivitas.
driver injured in non traffic accident-during un-
Ketidaklengkapan data penunjang external cause specified activity (V28.09)
disebabkan karena pelaksanakan pendokumenta- sian Kode external cause pada ICD-10: motorcy- cle
yang dilakukan oleh banyak tenaga kesehatan, rider injured in collision with car, pick-up truck or
sehingga pendokumentasian tidak dapat selengkap van with driver injured in traffic acci- dent-during
yang diinginkan. Masih kurangnya peran dokter dan unspecified activity (V23.49)
kesibukan dokter juga menjadi salah satu faktor
Ketidakakuratan kode external cause dan tidak
penyebab, sehingga dokter menulis catatan terbu- ru-
terisinya kode pada dokumen rekam medis di RS
buru maka informasinya tidak lengkap. Faktor
Ortopedi Dr. R. Soeharso Surakarta dikarenakan
penyebab lainnya yaitu kesibukan tenaga perawat
informasi penunjang yang dibutuhkan koder dalam
dalam melayani pasien sehingga lupa mencatat hal- hal
menentukan kode tidak lengkap.. Menurut Hatta
yang telah diberikan ke pasien serta kurangnya
(2014), kelengkapan pengisian dokumen rekam
menggali informasi tentang keluhan utama pasien
medis sangat penting dilakukan karena rekam me-
dirawat di rumah sakit dan penyebab pasien bisa
dis pasien berfungsi sebagai tanda bukti hukum,
mendapatkan sakit yang diderita serta petugas re-
sehingga rekam medis yang tersedia harus lengkap.
Kelengkapan pengisian informasi penujang juga Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa.
sangat mendukung ketepatan pemberian kode yang 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed- isi
sesuai ICD-10 sehingga mempengaruhi keakuratan Keempat. Jakarta : PT Gramedia Bina Pustaka.
kode diagnosis.
Dyah, E & Eni, M. Tanpa Tahun. Peran Tenaga Me-
dis dan Koder dalam Mewujudkan Keleng- kapan
SIMPULAN
Data dan Akurasi Klain INA-DRG (Studi Kasus
1. Kelengkapan informasi penunjang dibagi menja- Sectio Cesaria Pasien Jam- kesmas di RSU Kota
di 2 kasus yaitu kecelakaan lalu lintas dan bukan Semarang. Semarang
kecelakaan lalu lintas. Pada kasus kecelakaan lalu : Universitas Dian Nuswantoro.
lintas terdapat data mengenai jenis transpor-
Hatta, G. 2014. Tujuan, Pengguna, dan Fungsi Rekam
tasi/kejadian, posisi, traffic atau non traffic dan
Medis. Dalam Hatta, G (ed). Pedoman Ma- najemen
aktivitas. Sedangkan pada kasus bukan kecela- kaan
Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan.
lalu lintas terdapat data mengenai jenis ke- jadian,
Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
lokasi dan aktivitas.
Kasim, F & Erkadius. 2014. Sistem Klasifikasi Utama
2. Pengisian data penunjang external cause kasus
Morbiditas dan Mortalitas yang Digu- nakan di
fracture tibia lengkap pada 17 dokumen rekam medis
Indonesia. Dalam Hatta, G (ed). Pedoman
(24 %) dan tidak lengkap pada 55 doku- men rekam
Manajemen Informasi Keseha- tan di Sarana
medis (76%). Pada kasus kecelakaan lalu lintas, jenis
Pelayanan Kesehatan. Jakar- ta : Penerbit Universitas
transportasi/kejadian dan traf- fic atau non traffic
Indonesia
100% lengkap, jenis posisi
77,77% lengkap dan jenis aktivitas 19,44% len- gkap. Marten, O. 2012. Tinjauan Proses Penyelesaian Klaim
Pada bukan kecelakaan lalu lintas, jenis penyebab Asuransi Rawat Jalan Kepada PT. Askes di Rumah
100% lengkap, jenis lokasi 75% leng- kap dan jenis Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Jakarta :
aktivitas 36,11% lengkap. Universitas Esaa Unggul.

Naga, M. A. 2001. Pemanfaatan Kodefikasi Diagnosis


DAFTAR PUSTAKA
Sistem ICD-X bagi Kepentingan Informa- si Medis.
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Kumpulan Makalah Lokakarya Nasional Rekam
Medikal Bedah (Volume 3). Edisi 8. Jakar- ta: EGC. Medis (untuk kalangan sendiri).

Carlina, M. 2013. Tinjauan Keakuratan Kode Diag- Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kese-
nosis Dan Exernal Cause Pada Kasus Ke- celakaan hatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Lalu Lintas Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit
Sudra, R I. 2013. Rekam Medis. Edisi Kedua. Tan-
Dr.Moewardi Periode Ta- hun 2012. (Karya Tulis
gerang Selatan : Universitas Terbuka.
Ilmiah). Karangan- yar : APIKES Mitra Husada
Karanganyar. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006.
Bandung : Alfabeta.
Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam
Medis. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Pelayanan World Health Organization, 2010. International Sta-
Medik. tistical Clasification Of Diseases And Re- lated
Health Problems (ICD-10, Volume
2008. Peraturan Menteri Kesehatan RI
1,2,3), Geneva.
No. 269 Tahun 2008 Tentang Rekam Me- dis. Jakarta :
Departemen Kesehatan Re- publik Indonesia.
Vidyasari, E. 2013. Tinjauan Kelengkapan
Informasi External Cause Dan Keakuratan
Kodenya Pada Dokumen Rekam Medis Kasus Ced-
era Dan Keracunan Periode Januari 2013 di
RSUD Kabupaten Sukoharjo. (Karya Tulis Ilmiah).
Karanganyar: APIKES Mi- tra Husada
Karanganyar.

You might also like