You are on page 1of 7

EFEKTIFITAS PSIKOEDUKASI TERHADAP KEMAMPUAN KELUARGA

MERAWAT ANGGOTA KELUARGA PENDERITA HIV-AIDS


DI WILAYAH KOTA SEMARANG

Riwayati1), Eni Hidayati2)


1
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang
Email: riwayati9@gmail.com
2
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang
Email: eni.hidayati82@gmail.com

ABSTRACT
HIV / AIDS in developing countries, including in Indonesia is very difficult to control. HIV (Human
Immunodeficiency Virus) causes AIDS by infecting and damaging part of the body's defense
(lymphocytes) which are a type of white blood cell in the immune system works to fight off infections.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) is a set of symptoms as a result of exposure to the body is
difficult to fight any germs. HIV / AIDS can be transmitted through direct contact with blood or body
fluids of virus-infected person. Scientists generally believe that HIV-AIDS come from Sub-Saharan
Africa. Now AIDS has become a disease outbreak. HIV-AIDS estimated 38.6 million people around the
world. In January 2006, UNAIDS in collaboration with the WHO estimates that HIV-AIDS has killed
more than 25 million people since it was first recognized on June 5, 1981. Provision of antiretroviral
actually can reduce the mortality and severity of infection with HIV-AIDS, access to treatment is not
available in all countries. Social punishment for people living with HIV / AIDS, are generally more
severe when compared with patients with other deadly diseases. Sometimes the social penalties were also
imposed on health workers or volunteers, who are involved in caring for people living with HIV / AIDS
(PLWHA). The purpose of this study was to determine the effect on the ability of family psychoeducation
therapy care for family members with HIV-AIDS in the city of Semarang. Quasi-experimental research
design, with pre-post test approach without control group. The study was conducted in May-July 2014 in
the region of Semarang and centralized in the Public Health Polyclinics, using random sampling as many
as 30 families with HIV-AIDS sufferers. Family psychoeducation is a method of family therapy developed
by NAMI (National Alliance for the Mentally III) to provide support to the family. Family
psychoeducation is done is done through 5 stages of the session. Statistical test results dependent t-test
showed a significant increase in the ability of the family after a family psychoeducation intervention (p-
value 0,00 ; ά=0,05). It is expected that the implementation of family psychoeducation to families with
HIV and AIDS can be performed in any health care which in turn can be achieved free of HIV-AIDS
Indonesia.

Keywords: HIV-AIDS, Ability Family, Family psychoeducation.

PENDAHULUAN dilihat dari satu unsur, tetapi satu kesatuan


Individu merupakan bagian terkecil dari yang tidak dapat dipisahkan baik secara fisik,
keluarga, kesehatan individu akan psikologis maupun sosial.
mempengaruhi kesehatan dalam keluarga. HIV (Human Immunodeficiency Virus)/
Apabila ada salah satu individu dalam AIDS (Acquired Immune Deficiency
anggota keluarga yang sakit akan Syndrom) telah lama menjadi suatu
mempengaruhi anggota keluarga yang lain. permasalahan di masyarakat. Obat yang
Kesehatan individu sendiri terdiri dari belum ditemukan, ketakutan masyarakat akan
kesehatan fisik dan kesehatan jiwa. ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS),
Kesehatan jiwa sendiri adalah suatu kondisi ketakutan keluarga akan anggota keluarganya
sehat emosional, psikologis, dan sosial yang yang menderita HIV/AIDS, dan tentunya
terlihat dari hubungan interpersonal yang ketakutan ODHA itu sendiri. Indonesia
memuaskan, perilaku dan koping yang merupakan salah satu negara di Asia dengan
efektif, konsep diri yang positif, dan epidemi yang berkembang paling cepat
kestabilan emosional (Videbeck, 2008). Ini (UNAIDS,2008). Sejak kasus AIDS pertama
berarti kesehatan jiwa tidak hanya dapat dilaporkan pada tahun 1987 di Bali jumlah

6 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 6-12


kasus bertambah secara perlahan menjadi 225 Peran keluarga dalam perilaku sehat
kasus di tahun 2000. Pada tahun 2006, sudah dapat dijelaskan dalam dua perspektif, yaitu
terdapat 8.194 kasus dan akhir Juni 2009 perspektif sistem keluarga yang dikemukakan
dilaporkan sebesar 17.699 pasien AIDS, oleh Minuchin dan perspektif perkembangan
15.608 orang diantaranya dalam golongan keluarga yang dikemukakan oleh Aldous (
usia produktif 25-49 tahun (88%). Lees, 2004). Dalam teori sistem keluarga,
Kementerian Kesehatan Indonesia perilaku sehat diperoleh dengan membentuk
memperkirakan, Indonesia pada tahun 2014 suatu sistem sosial dimana masing-masing
akan terjadi peningkatan jumlah ODHA dari anggota keluarga membentuk suatu ikatan
sekitar 404.600 pada tahun 2010 menjadi bersama, mencapai suatu tujuan (keadaan
813.720 (Sumber: Pemodelan Matematik tubuh yang sehat), dan mengelola
Epidemi HIV di Indonesia, 2010- keseimbangan (mempertahankan kondisi
2025,KPAN). yang sehat). Dalam teori perkembangan
Kasus HIV telah dilaporkan oleh lebih dari keluarga, perilaku sehat diperoleh melalui
200 kabupaten dan kota di seluruh 33 suatu tahapan tugas-tugas kehidupan di
provinsi. Sedangkan di Provinsi Jawa Tengah dalam suatu keluarga.
sendiri pada tahun 2010 ditemukan 4.017
orang menderita HIV dan 1.948 orang AIDS, METODE PENELITIAN
dan sampai Juni tahun 2011 ditemukan Rangcangan yang digunakan dalam
sebanyak 1.630 kasus AIDS. Perkembangan penelitian ini adalah ”Quasi experimental
kasus yang terjadi di Kabupaten/ Kota di pre-post test without control group” dengan
Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang intervensi psikoedukasi kelurga.
menduduki peringkat tertinggi, disusul Penelitian dilakukan untuk mengetahui
Kebumen, Banyumas dan Jepara. (Dinkes perbedaan kemampuan keluarga merawat
Prop Jateng, 2012) klien HIV-AIDS sebelum dan sesudah
Pada tahun 2011 jumlah kasus AIDS di Kota diberikan perlakuan berupa psikoedukasi
Semarang yaitu sebanyak 59 kasus dan keluarga.
meninggal sebanyak 10 orang, kumulatif Waktu pelaksanaan terapi sesuai dengan
kasus AIDS dari tahun 1998 sampai dengan kesepakatan keluarga. Pertemuan akan
tahun 2011 yaitu sebanyak 235 kasus. Kasus dilaksanakan seminggu sekali atau dua
HIV mengalami peningkatan yang signifikan minggu sekali disesuaikan dengan kebutuhan
dari tahun 2010 sebesar 287 orang dan tahun klien dengan alokasi waktu selama kegiatan
2011 sebesar 427 orang. (Profil Kesehatan 40- 50 menit. Tempat pelaksaanaan terapi ini
Kota Semarang, 2012). menggunakan setting BKPM Kota Semarang
Keluarga telah lama diketahui sebagai sehingga dapat dilakukan di ruangan yang
sumber utama pola perilaku sehat. Banyak telah disediakan, ruangan pertemuan, ataupun
studi yang telah menguji peran keluarga sarana lainnya yang tersedia di BKPM Kota
dalam berbagai perilaku yang berhubungan Semarang.
dengan kesehatan, seperti aktivitas fisik, Agar analisis penelitian menghasilkan
pola-pola nutrisi, dan penggunaan substansi, informasi yang benar, paling tidak ada empat
dimana masing-masing perilaku tersebut tahapan dalam pengolahan data yang peneliti
memiliki hubungan yang kuat dengan harus lalui yaitu editing, coding, processing,
perkembangan dan pemeliharaan penyakit dan cleaning.
kronis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik keluarga klien HIV-AIDS
Tabel 5.1
Analisis usia keluarga klien HIV-AIDS di Kota Semarang 2014 (n=30)
Variable N Mean Median SD Min-Maks 95% CI
Usia 30 40.30 53.00 11.31 27-58 45.00-55.80

Efektifitas Psikoedukasi Terhadap Kemampuan Keluarga 7


Merawat Anggota Keluarga Penderita HIV-AIDS di Wilayah Kota Semarang
Riwayati, Eni Hidayati
Hasil pada tabel 5.1 rata-rata usia keluarga Tabel 5.3
klien HIV-AIDS 40.30 tahun, usia termuda Analisis perbedaan kemampuan kognitif,
27 tahun dan tertua 58 tahun. Dari hasil sikap dan psikomotor keluarga sebelum dan
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa sesudah mengikuti psikoedukasi keluarga
95% diyakini rata-rata keluarga adalah di di Kota Semarang 2014 (n=30)
antara 45.00 sampai dengan 55.80 tahun. Dan
dari uji Saphiro Wilk diketahui data tidak Variable Mean SD SE P value
terdistribusi normal. Kemampuan
Karakteristik jenis kelamin, tingkat kognitif : 52.10 4.63 1.33 0.000
pendidikan, pekerjaan dan hubungan klien Sebelum 58.05 6.18 1.38
yang terdiri dari data dalam bentuk katagorik Sesudah 5.95 1.55 0.05
Selisih
menjelaskan jumlah dan persentase masing-
Kemampuan
masing karakteristik tersebut dan disajikan sikap : 45.50 5.93 1.32 0.000
pada tabel 5.2. Sebelum 54.10 5.93 1.30
Tabel 5.2 Sesudah 8.60 1.40 0.02
Distribusi frekwensi keluarga HIV-AIDS Selisih
berdasarkan jenis kelamin, tingkat Kemapuan
pendidikan, pekerjaan dan hubungan psikomotor : 0.000
dengan klien di Kota Semarang 2014 Sebelum 5.67 1.80 0.35
(n=30) Sesudah 7.89 1.40 0.29
Karakteristik Jumlah Selisih 2.19 0.70 0.06
keluarga frekuensi %
1. Jenis kelamin Hasil analisis dari tabel 5.3 diketahui bahwa
a. Laki-laki 17 56.7 terdapat perbedaan yang bermakna
b. Perempuan 13 43.3 kemampuan kognitif keluarga sebelum dan
2. Pendidikan sesudah intervensi (p value 0.000; alpa 0.05)
a. Tidak sekolah 3 10 dengan selisih rerata 5.95. Kemampuan sikap
b. SD 7 23.3 juga menunjukkan perbedaan yang bermakna
c. SMP 6 20 antara sebelum dan sesudah intervensi (p
d. SMA 12 40 value 0.000; alpha 0.05) dengan rerata selisih
e. Perguruan 2 6.7 8.60. Dan untuk hasil observasi kemampuan
tinggi psikomotor keluarga juga terdapat perbedaan
yang bermakna antara sebelum dan sesudah
3. Pekerjaan
intervensi (p value 0.000; alpha 0.05) dengan
a. Tidak bekerja 12 40
selisih rerata 2.19. Hasil tersebut
b. Bekerja 18 60
menunjukkan terjadinya peningkatan
4. Hubungan
kemampuan keluarga yang cukup tinggi dari
dengan klien 19 63.3
skor penilaian sebelum dilakukan intervensi.
a. Orang tua 11 36.7
b. Bukan orang
5.1.2. Hubungan karakteristik keluarga
tua
dengan kemampuan keluarga
Hasil analisis pada tabel 5.2 menunjukkan
a. Hubungan karakteristik keluarga
bahwa sebagian besar keluarga klien HIV-
dengan kemampuan kognitif
AIDS adalah 56,7% laki-laki, pendidikan
keluarga terbanyak (40%) adalah SMA , dan
Tabel 5.4
sebagian besar (60%) responden bekerja,
Analisis korelasi dan regresi usia
sedangkan untuk hubungan klien didapat
terhadap kemampuan kognitif keluarga
mayoritas (63.3%) adalah orang tua.
di Kota Semarang 2014 (n=30)
Karakteristik Kemampuan kognitif
5.1.1. Kemampuan keluarga dalam merawat
keluarga keluarga
klien HIV-AIDS sebelum dan sesudah
r R2 P value
mengikuti psikoedukasi keluaraga
Usia - 0.243 0.125 0.145

8 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 6-12


Pada tabel 5.4, hasil uji statistik antara usia Dari tabel 5.6 menunjukkan hasil uji statistik
dengan kemapuan kognitif keluarga pada didapatkan tidak ada hubungan yang
tingkat
Pada kesalahan 5% ujimenunjukkan
tabel 5.4, hasil statistik antarabahwa
usia signifikan
Dari tabel 5.6 antara usia hasil
menunjukkan dengan kemampuan
uji statistik
tidak ada hubungan
dengan kemapuan (p-value 0,145) dengan
kognitif keluarga pada psikomotortidak
didapatkan keluarga
ada dalam
hubungan merawat
yang klien
r= -0,245
tingkat atau hubungan
kesalahan lemah dan berpola
5% menunjukkan bahwa HIV-AIDS
signifikan (p-value
antara =0.991)
usia dengan atau hubungan
kemampuan
negative
tidak adaartinya
hubungansemakin
(p-valuebertambah
0,145) denganusia lemah (r=0.004)
psikomotor keluargadan berpola
dalam negative
merawat klienartinya
r= -0,245
semakin atau hubungan
rendah kemampuanlemah dan berpola
kognitifnya. HIV-AIDS
semakin (p-value
bertambah =0.991)
umurnya atau semakin
hubunganrendah
negative
Nilai artinya
koefisien semakin usia
determinan bertambah
adalah usia
12% lemah (r=0.004)psikomotornya.
kemampuan dan berpola negative artinya
semakin rendah kemampuan
berarti usia menentukan 12% kemampuan kognitifnya. semakin bertambah
Untuk karakteristikumurnya
jenis semakin
kelamin,rendah
pendidikan
Nilai koefisien determinan usia adalah 12% kemampuan psikomotornya.
kognitif keluarga sedangkan sisanya , pekerjaan dan hubungan dengan klien
berarti usia menentukan 12% kemampuan Untuk karakteristik jenis kelamin, pendidikan
ditentukan
kognitif oleh faktor
keluarga yang lain.
sedangkan sisanya , dilakukan uji Anova
pekerjaan dan hubungan independent
dan dengan klien t-test
ditentukan oleh faktor yang lain. yang dapat dilihat pada tabel 5.7.
dilakukan uji Anova dan independent t-test
Tabel 5.5 yang dapat dilihat pada Tabel 5.7
tabel 5.7.
Hubungan karakteristik
Tabel 5.5keluarga dengan Hubungan Tabel
karakteristik
5.7 keluarga dengan
kemampuan kognitif keluarga
Hubungan karakteristik keluargadidengan
Kota kemampuan
Hubungan psikomotor
karakteristik keluarga
keluarga dengandi Kota
kemampuan kognitif keluarga
Semarang 2014 (n=30) di Kota kemampuan psikomotor keluarga
Semarang 2014 (n=30) di Kota
Karakteristik keluargaSemarangKemampuan
2014 (n=30)kognitif Semarang
Karakteristik 2014 (n=30)Kemampuan psikomotor
keluarga
Karakteristik keluarga Kemampuan kognitif
keluarga Karakteristik keluarga Kemampuan psikomotor
keluarga
keluarga keluarga
N Mean SD P N Mean SD P
N Mean SD P N Mean SD P
value
value value value
1. Jenis Kelamin
1. Jenis Kelamin 1. 1.Jenis
Jenis Kelamin
Kelamin
a. Laki-laki
a. Laki-laki 1717 54.45 1.55 0.06
54.45 1.55 0.06 a. Laki-laki
a. Laki-laki 17 56.67
17 56.67 4.39 4.39
0.458 0.458
b. Perempuan
b. Perempuan 1313 58.66 6.80
58.66 6.80 b. Perempuan
b. Perempuan 13 55.55
13 55.55 6.08 6.08
2. Pendidikan
2. Pendidikan 2. 2.Pendidikan
Pendidikan
a. a.TidakTidak sekolah
sekolah 33 55.24
55.24 4.48
4.48 0.708
0.708 a. a.Tidak sekolah
Tidak sekolah 3 53.40 3 53.40 5.60 5.60
0.863 0.863
b. b.SD SD 77 56.20
56.20 5.85
5.85 b. b.SD SD 7 53.89
7 53.89 5.57 5.57
c. c.SMP SMP 66 57.10
57.10 9.64
9.64 c. c.SLTPSLTP 6 54.22
6 54.22 4.89 4.89
d. SMA 12 58.08 8.90 d. SLTA 12 55.35 5.61
d. SMA 12 58.08 8.90 d. SLTA 12 55.35 5.61
e. Akademik/sarjana 2 58.00 7.69 e. Akademik / sarjana 2 56.63 7.86
e. Akademik/sarjana
3. Pekerjaan
2 58.00 7.69 e.
3. Pekerjaan
Akademik / sarjana 2 56.63 7.86
3. Pekerjaan
a. Tidak bekerja 12 56.78 5.99 0.679 3.c.Pekerjaan
Tidak bekerja 12 51.88 3.79 0.548
a. b.Tidak bekerja
Bekerja 1218 56.78 5.99 0.679
58.65 6.53 d. c.Bekerja
Tidak bekerja 18 54.29 12 51.88 6.83 3.79 0.548
b. Bekerja
4. hubungan dengan klien 18 58.65 6.53 d. Bekerja
4. hubungan dengan klien 18 54.29 6.83
4. hubungan
a. Orangdengan
tua klien 19 56.88 6.44 0.436 4.5. hubungan
Orang tua dengan klien19 53.52 5.77 0.367
a. b.OrangBukan
tuaorang tua 1911 56.88
62.10 7.27
6.44 0.436 6. 5.Bukan orang
Orang tuatua 11 55.92
19 53.52 7.31 5.77 0.367
b. Bukan orang tua 11 62.10 7.27 6. Bukan orang tua 11 55.92 7.31
Analisis hubungan karakteristik keluarga Analisis hubungan karakteristik keluarga
dengan hubungan
Analisis kemampuan kognitif keluargakeluarga
karakteristik dalam dengan
Analisis kemampuan
hubunganpsikomotor keluarga
karakteristik keluarga
merawat klien HIV-AIDS pada tabel 5.5 dalam merawat klien HIV-AIDS pada tabel
dengan kemampuan kognitif keluarga dalam
didapatkan untuk faktor jenis kelamin,
dengan kemampuan psikomotor keluarga
5.7. Didapatkan bahwa untuk faktor jenis
merawat klien HIV-AIDS
tingkat pendidikan, pekerjaanpada tabel 5.5
dan hubungan dalam tingkat
kelamin, merawat klien HIV-AIDS
pendidikan, pekerjaan pada
dan tabel
didapatkan untuk faktor jenis
klien tidak ada hubungan dengan kemampuankelamin, hubungan dengan klien, tidak ada hubungan jenis
5.7. Didapatkan bahwa untuk faktor
tingkat pendidikan, pekerjaan dan hubungan
kognitif keluarga dalam merawat klien HIV- kelamin,
dengan tingkat pendidikan,
kemampuan psikomotor pekerjaan
keluarga dan
klien tidak
AIDS ada hubungan
(p>0.05; alpha 5%).dengan kemampuan hubungan
dalam dengan
merawat klienklien, tidak adayaitu
HIV-AIDS hubungan
kognitif keluarga dalam merawat klien HIV- denganp- kemampuan
dengan value psikomotor
masing-masing keluarga
0.458,
AIDSb.(p>0.05;
Hubungan karakteristik
alpha 5%). keluarga 0.863, 0.548, dan 0.367 adalah
dalam merawat klien HIV-AIDS yaitu lebih dari
dengan kemampuan psikomotor alpha
dengan(0.05).p- value masing-masing 0.458,
b. Hubungan Tabel 5.6
karakteristik keluarga 0.863, 0.548, dan 0.367 adalah lebih dari
Analisis korelasi dan regresi usia B. Pembahasan hasil penelitian
dengan kemampuan psikomotor
terhadap kemampuan psikomotor
alpha (0.05). psikoedukasi
1. Pengaruh terhadap
Tabel 5.6
keluarga di Kota Semarang 2014 (n=30) kemampuan kognitif keluarga
AnalisisKemampuan
Karakteristik korelasi dan regresi keluarga
psikomotor usia B. Pembahasan
Kemampuanhasil penelitian
kognitif keluarga dapat
terhadap kemampuan
keluarga r Rpsikomotor
2
P value 1. Pengaruh
ditingkatkan dengan psikoedukasi
pemberian informasiterhadap
keluarga
Usia di Kota
0.004Semarang0.0002014 0.991
(n=30) yang kemampuan kognitif
adekuat oleh keluarga
tenaga terlatih.
Karakteristik Kemampuan psikomotor keluarga Kemampuan kognitif keluarga dapat
keluarga r R2 P value ditingkatkan dengan pemberian informasi
Usia 0.004 0.000 0.991 yang adekuat oleh tenaga terlatih.

Efektifitas Psikoedukasi Terhadap Kemampuan Keluarga 9


Merawat Anggota Keluarga Penderita HIV-AIDS di Wilayah Kota Semarang
Riwayati, Eni Hidayati
keluarga dengan ODHA sangat HIV/AIDS di Indonesia memerlukan
membutuhkan informasi untuk dukungan masyarakat luas. Keluarga
meningkatkan pemahamannya tentang sebagai unit terkecil dari masyarakat
bagaimana menghadapi dan cara merawat memiliki peran yang dominan, dan sangat
ODHA di rumah. Keluarga harus tahu apa mulia sebagai pertahanan pertama dalam
itu HIV/AIDS, bagaimana penularannya, pencegahan dan penanggulangan
apa yang seharusnya dilakukan oleh HIV/AIDS.
keluarga apabila salah satu anggotanya Kemampuan psikomotor anggota
menderita HIV/AIDS, bagaimana cara keluarga sebagai perwujudan dari
merawatnya, bagaimana pengobatannya, kemampuan kognitif dan sikap, psikomotor
dukungan seperti apa yang seharusnya merupakan indikator yang dapat dilihat
dilakukan oleh keluarga. Sebagaimana sejauh mana orang tersebut ikut memerangi
yang diungkapkan oleh Carson (2000) dan membantu dalam penurunan kasus
bahwa psikoedukasi merupakan alat terapi HIV/AIDS. Untuk bisa bertindak mereka
keluarga yang mampu menurunkan faktor- harus memiliki pengetahuan yang cukup
faktor risiko yang berhubungan dengan dan sikap yang positif. Psikoedukasi
perkembangan gejala-gejala perilaku. keluarga mengenai strategi penanganan,
Dengan diberikannya psikoedukasi pada perawatan dan pencegahan penularan
keluarga dengan ODHA pada penelitian kepada keluarga ODHA mampu
ini, terjadi peningkatan kemampuan meminimalkan penularan, dari anggota
kognitif keluarga mengenai HIV/AIDS dan keluarga satu ke anggota lainnya, seperti
cara penatalaksanaanya, yang ditunjukkan dari suami ODHA ke istri atau sebaliknya,
dari hasil selisih rata-rata nilai sebelum dan dan dari ibu ODHA ke bayinya, serta dari
sesuadah pemberian psikoedukasi sebesar ODHA ke anggota keluarga/masyarakat
5,95, dan ada pengaruh antara psikoedukasi lain. Kurniawati (2007) berpendapat bahwa
keluarga terhadap kemampuan kognitif dengan mengajarkan kepada keluarga
keluarga ODHA yang ditunjukkan dari mengenai perilaku yang mendukung
hasil Paired t-Test yaitu 0,000. kesembuhan bagi ODHA, keluarga mampu
2. Pengaruh psikoedukasi terhadap sikap membuat konsumsi nutrisi seimbang,
keluarga aktivitas dan istirahat teratur, minum ARV
Individu merupakan bagian terkecil dan kontrol ke pelayanan kesehatan teratur,
dari keluarga, kesehatan individu akan sehingga status viral load ODHA menurun
mempengaruhi kesehatan dalam keluarga, dan meningkatkan CD4, dan mereka
apabila ada salah satu keluarga terinfeksi mampu hidup secara berkualitas dengan
HIV tentunya akan mempengaruhi ikut KDS (Kelompok Dukungan Sebaya)
dinamika di dalam keluarga. Sampai saat ODHA.
ini ODHA di Indonesia stigma dan 4. Hubungan karakteristik dan kemampuan
diskriminasi masih terjadi, pasien yang keluarga
didiagnosis HIV mengalami stress persepsi Perilaku seseorang dalam merawat
(kognisi: penerimaan diri, sosial, dan orang sakit dipengaruhi oleh banyak hal.
spiritual) selain respon fisiologis selama Dan bayak konsep/teori yang menguraikan
menjalani perawatan baik di rumah sakit tentang teori perilaku ini, seperti
maupun di rumah. Oleh karena itu ODHA psikolanalisa Freud, konsep behaviorisme,
sangat membutuhkan perawatan, aliran psikologi kognitif, dan aliran
pengobatan, dan dukungan dari orang- psikohumanistik. Freud mengatakan dalam
orang terdekatnya, khususnya dari karyanya yang dikutip oleh Notoatmodjo
keluarga, agar mampu untuk beradaptasi (2010) beliau menyatakan bahwa perilaku
dengan cepat dan tidak menularkan kepada manusia ditentukan oleh kepribadiannya ,
orang lain. perilaku manusia akan menyesuaikan
3. Pengaruh psikoedukasi terhadap dengan realitas (aspek psikologis), dan
kemampuan psikomotor keluarga dikendalikan oleh norma-norma sosial
Penanganan ODHA tidak hanya (aspek sosiologis), yang adalah juga hati
tugas negara, keberhasilan penurunan kasus nurani manusia, sedangkan menurut konsep

10 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 6-12


behaviorisme meyakini bahwa seluruh tetap sehat (viral load rendah bahkan
perilaku manusia kecuali insting adalah nihil atau CD4 tinggi) diperlukan
hasil dari belajar (Notoatmodjo, 2010) . kontrol ke pelayanan kesehatan dan
a. Usia mengkonsumsi obat secara rutin dan
Tingkat perkembangan (usia) teratur. Agar kondisi tersebut
seseorang akan mempengaruhi terkendali perlunya keluarga untuk ikut
kepribadian orang tersebut baik dalam memantau bahkan mungkin
memahami sesuatu, bertindak dan mengantarkannya dan ini
bersikap (Notoatmodjo, 2010). membutuhkan waktu khusus. Dan dari
Semakin bertambah usia seseorang, hasil penelitian menunnjukkan tidak
maka akan semakin matang cara ada hubungan antara pekerjaan dengan
berpikirnya, namun semakin lanjut kemampuan merawat ODHA.
usia akan menurunkan kemampuannya e. Hubungan dengan klien
dalam mengingat sesuatu, tentunya ini Status hubungan keluarga akan
akan mempengaruhi pemahamannya. mempengaruhi bagaimana orang
b. Jenis kelamin tersebut berinteraksi dengan anggota
Dari hasil penelitian tidak ada keluarga yang sedang sakit. Orang tua
perbedaan yang signifikan jenis khususnya ibu memiliki ikatan
kelamin seseorang terhadap emosional yang sangat tinggi
kemampuan dalam merawat anggota dibandingkan anggota keluarga yang
keluarga yang menderita HIV/AIDS. lain, karena ia merasa telah
Secara struktur jenis kelamin antara mengandung menyusui, dan merawat
pria dan wanita memang beda, namun dari bayi sampai besar. Pada penelitian
seorang pria dapat berbeda dengan ini hanya membedakan status
wanita pada kemampuannya tergantung hubungan sebagi orang tua dan bukan
dari tingkat kecerdasannya, baik orang tua, dan tidak ditemukan
kecerdasan intelektual, emosi maupun hubungan yang signifikan antara status
spiritualnya (Chaplin dalam hubungan keluarga dengan kemampuan
Notoatmodjo, 2010). merawat ODHA.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang dapat KESIMPULAN DAN SARAN
mempengaruhi bagaimana orang Kesimpulan :
tersebut bertindak terhadap sesuatu. 1. Ada pengaruh antara kemampuan
Notoatmodjo (2010) mengatakan kognitf dengan kemampuan keluarga
bahwa pendidikan seseorang temasuk dalam merawat ODHA, dengan p-
dalam faktor predisposisi dalam value 0,000 ( ά=0,05)
berperilaku. Semakin tinggi tingkat 2. Ada pengaruh yang signifikan antara
pendidikan seseorang, tentunya akan sikap dengan kemampuan keluarga
memperoleh banyak nilai yang dapat merawat ODHA, dengan p-value
dijadikan sebagai acuan dalam bersikap 0,000 (ά=0,05)
maupun bertindak,. Namun dalam 3. Ada pengaruh yang signifikan
penelitian ini tidak ada kaitan antara kemampuan psikomotor dengan
tingkat pendidikan dengan kemapuan kemampuan keluarga dalam merawat
keluarga dalam merawat ODHA. ODHA, dengan p-value (ά=0,05)
d. Pekerjaan Saran :
Pekerjaan seseorang adalah aktivitas 1. Perawat hendaknya mengajak keluarga
yang dilakukan untuk mendapatkan untuk ikut berperan serta dalam
penghasilan. Aktivitas ini akan mengelola ODHA di rumah
mempengaruhi sejauhmana intensitas 2. Perawat mengaplikasikan psikoedukasi
anggota keluarga yang sehat dalam keluarga dalam merawat anggota
merawat anggota keluarga yang sakit. keluarga penderita HIV/AIDS
ODHA dalam melakukan kegiatannya
untuk mempertahankan kondisinya

Efektifitas Psikoedukasi Terhadap Kemampuan Keluarga 11


Merawat Anggota Keluarga Penderita HIV-AIDS di Wilayah Kota Semarang
Riwayati, Eni Hidayati
UCAPAN TERIMA KASIH Kaplan & Saddock (2007). Synopsis of
Peneliti mengucapkan terima kasih psychiatry sciences clinical
th
kepada: psychiatry. (7 ed), Baltimore :
1. Ditjen dikti yang telah memberikan Williams & Wilkins.
dana penelitian
2. Dra. Sri Darmawati, M.Si yang telah NANDA. (2005). Nursing diagnoses :
memberikan bimbingan dan motivasi definitions & clasifiation 2005-
selama pelaksanaan penelitian 2006. Philadelphia USA: NANDA
3. Kepala BKPM Kota Semarang atas International.
ijin penelitian yang diberikan
4. Rekan-rekan sejawat yang telah Noreen, F.C., and Lawrence, F.C. (2006).
membantu pelaksanaan penelitian ini Psychiatric mental health nursing.
Third editon. New York: Thmpson
REFERENSI Delmar Learning.
Boyd, M.A., and Nihart, M.A. (1998).
Psychiatric nursing: contenporary Shives, L.R. (1998). Basic concept
practice. Philadelphia: Lippincot. psychiatric mental health nursing.
Fourth edition. Philadelphia:
Carson, V.B., (2000). Mental health nursing : Lippincot.
the nurse-patient journey. (2th ed).
Philadelphia: W.B. Sauders Company. Stuart, G.W., and Laraia, M.T. (2005).
Principles and practice of
Fortinash, K.M. (2004). Psychiatric mental psychiatric nursing. (7th ed). St
health nursing. Third edition. St Louis Missouri Mosby Year Book.
Louis Missouri: Mosby Year Book.
Varcarolis, E.M. (1998). Foundations of
Frisch, N.C., and Frisch, L.E. (2006). psychiatric mental health nursing.
Psyciatric mental health nursing. Third Edition. Philadelphia: W.B.
(3rd ed). Australia: Thomson Sounders Company.
Delmar Learning.
Wilkinson, Judith M. (2007). Buku saku
Friedman. (1998). Keperawatan keluarga : diagnosa keperawatan dengan
teori dan praktik. Edisi 3. Jakarta: intervensi NIC dan kriteria NOC.
EGC. Alih bahasa : Widyawati et al.
Editor bahasa Indonesia : Eny
Keliat, Budi Anna., dkk. (2006). Modul Meilia, Monica Ester. Edisi 7.
intermediete course – manajemen Jakarta: EGC.
kasus gangguan jiwa dalam
keperawatan kesehatan jiwa Videback, S.I. (2002). Psychiatric mental
komunitas. Jakarta: Tim health nursing. Philadelphia:
pengembang CMHN. Lippincott.

12 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 6-12

You might also like