You are on page 1of 11

HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN KEJADIAN

DIABETIC PERIPHERAL NEUROPATHY (DPN) DAN RESIKO JATUH PADA PASIEN


DIABETES MELLITUS TIPE 2

Dwi Rosella Komalasari

Fisioterapi, Universitas Muhammadiyah Surakarta


Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura, Sukoharjo Indonesia
dwi_rosella@ums.ac.id

ABSTRACT

Background:Indonesia is currently ranked fifth in the world as a country whose population is


diabetusmelitus (DM). DM is metabolic diseases characterized by hyperglycemia due to damage
to insulin secretion, insulin role or both. Long-term DM patients of about 60-70% have symptoms
of diabetic neuropathy in lower limb or often known as Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN),
which will be characterized by a decrease function in sensory, motor or both. This disorder will
influence in a falling risk for patients with type 2 DM becoming higher.Method:This research was
analytic observational and using cross sectional approach method. The statistical test was used
chi square test that to know the relationship of each variable and see the value of out ratio of each
variable that will influence each. Result:The result shown that there was correlation between the
durration of DM with the occurance of DPN towards type 2 diabetes mellitus (p=0,0001 and OR=
0,25). The other one shown that there was correlation between the durration of DM with falling
risk towards type 2 diabetes mellitus (p=0,0011 and OR=0,32). Conclusion: This study indicated
a positive relationship between the duration of diabetes mellitus and DPN towards type 2 diabetes
mellitus. The longer the suffering for DMwill give high risk in the DPN and falling risk.

Keywords : Durration of Type 2 Diabetes Mellitus, Diabetic Peripheral Neuropathy, Falling Risk

ABSTRAK

Latar belakang:Indonesia saat ini menduduki peringkat ke lima dunia sebagai negara yang
penduduknya mendirita diabete mellitus (DM). DM adalah kelompok penyakit metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemi akibat kerusakan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Penderita DM jangka panjang sekitar 60-70% mengalami gejala neuropati diabetik pada anggota
ekstremitas bawah atau sering dikenal dengan Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN), yang akan
ditandai dengan berkurangnya respon sensorik, motorik atau keduanya. Gangguan ini akan
mengakibatkan resiko jatuh bagi pasien DM tipe 2 menjadi semakin tinggi. Tujuan: Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Hubungan lamanya menderita DM dengan kejadian DPN dan Resiko
Jatuh Pada Penderita DM Tipe 2. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar hubungan antara ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, yang disajikan
dalam bentuk data statistik. Metode: Penelitian ini berjenis observasional analitik dan
menggunakan metode pendekatan cross sectional. Uji statistik yang digunakan adalah chi square
test untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel dan melihat nilai out ratio masing-
masing variabel yang akan saling mempengaruhi. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan ada
hubungan antara lama menderita DM dengan kejadian DPN dengan nilai p=0,0001 dan nilai
OR=0,25. Hasil uji hubungan antara lama menderita DM dengan Resiko Jatuh menunjukkan
p=0,0011 dan nilai OR=0,32. Simpulan: Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang
positif antara lamanya menderita diabetes mellitus dengan kejadian DPN dan resiko jauh pada
pasien diabetes mellitus tipe 2. Semakin lama menderita DM maka akan semakin beresiko
terjadinya DPN dan resiko jatuh juga semakin tinggi.

Kata kunci : Lamanya Diabetes Mellitus tipe 2, Diabetic Peripheral Neuropathy, resiko jatuh

1
1. Pendahuluan meningkatkan kemungkinan terjadinya
1.1. Latar Belakang Masalah berbagai macam komplikasi penyakit
Diabetes mellitus tipe 2 dan gangguan kesehatan sehingga
merupakan penyakit gangguan risiko jatuh pada penderitanya semakin
metabolik yang ditandai dengan adanya tinggi [3].
peningkatan gula darah akibat 1.2. Tujuan Penelitian
penurunan sekresi insulin oleh sel beta  Mengetahui hubungan lamanya
pankreas atau gangguan fungsi insulin menderita diabetes mellitus
(resistensi insulin). Insulin adalah dengan terjadinya Diabetic
hormon yang mengatur keseimbangan Peripheral Neurophaty (DPN)
kadar gula dalam darah. Akibatnya pada dibetes mellitus tipe 2
terjadi peningkatan konsentrasi glukosa  Megetahui hubungan antara
di dalam darah / hiperglikemia. lamanya menderita diabetes
Berdasarkan data Perkumpulan mellitus dengan resiko jatuh pada
Endokrinologi Indonesia (PERKENI) diabetes mellitus tipe 2
jumlah penderita diabetes di Indonesia
telah mencapai 9,1 juta orang dan 2. Tinjauan Pustaka
diperkirakan menjadi 21,3 juta di tahun 2.1. Diabetes Mellitus Tipe 2
2030 [1]. Prevalensi Diabetes Melitus Diabetes mellitus (DM) adalah
yang terus meningkat dalam dekade suatu penyakit yang ditandai
terakhir berdampak pada meningkatnya dengan adanya kadar gula yang
jumlah penderita DM yang mengalami tinggi dalam darah disebabkan
komplikasi kronis. Komplikasi kronis oleh gangguan pada sekresi
tersebut diantaranya adalah neuropati, insulin atau gangguan kerja
nefropati, retinopati, penyakit jantung insulin atau keduanya. Diabetes
iskemik, infark miokard, stroke dan yang dahulu disebut DM tidak
sebagainya. Komplikasi kronis yang tergantung insulin (non-insulin-
utama adalah neuropati 29,5% dan dependent diabetes
nefropati 15,7% [2]. Selain komplikasi melitus/NIDDM) atau diabetes
penyakit juga menimbulkan risiko onset dewasa –ini merupakan
gangguan kesehatan lain seperti kelainan metabolik yang ditandai
gangguan fungsi kognitif, penurunan dengan kadar glukosa darah yang
kekuatan otot, gangguan tinggi dalam konteks resistensi
keseimbangan, dan meningkatkan insulin dan defisiensi insulin
risiko jatuh pada penderitanya. Durasi relatif.Penyakit DMjenis ini
dari penyakit diabetes menjadi salah merupakan kebalikan dari DM
satu faktor penyebab selain usia dan tipe 1, yang mana terdapat
jenis kelamin. Semakin lama seseorang defisiensi insulin mutlak akibat
menderita penyakit diabetes rusaknya sel islet di

2
pankreas.Gejala klasiknya antara terjadinya DM dapat digolongkan
lain haus berlebihan, sering menjadi durasi ringan (1-5 tahun),
berkemih, dan lapar terus- durasi sedang 6-10 tahun dan durasi
menerus. Diabetes tipe 2 panjang lebih dari 10 tahun [6].
berjumlah 90% dari seluruh kasus 2.3. Diabetic Peripheral Neuropathy
diabetes dan 10% sisanya Penyakit Diabetes Mellitus (DM)
terutama merupakan diabetes memang rawan mengalami komplikasi.
melitus tipe 1 dan diabetes Termasuk komplikasi pada saraf atau
gestasional. Kegemukan diduga gangguan pada saraf akibat DM.
merupakan penyebab utama Gangguan saraf pada penderita DM ini
diabetes tipe 2 pada orang yang disebut dengan neuropati diabetika.
secara genetik memiliki Gangguan saraf pada penderita diabetes
kecenderungan penyakit ini ini terjadi akibat kerusakan
[4].Diabetes mellitus tipe 2 mikrovaskuler yang disebabkan oleh
merupakan penyakit yang diabetes yang meliputi pembuluh darah
disebabkan oleh adanya resistensi yang kecil-kecil yang memperdarahi
insulin dan gangguan sekresi syaraf(vasa nervorum).
insulin. Defisiensi insulin dapat Neuropatidiabetika adalah suatu
terjadi melalui 3 jalan, yaitu : gangguan pada syaraf perifer, otonom
a. Rusaknyasel-sel β dan saraf cranial yang ada
pankreaskarenapengaruhdarilu hubungannya dengan DM. Penyebab
ar (virus, zatkimiatertentu, neuropati pada diabetes belum
dll). diketahui secara pasti. Beberapa
b. Desensitasiataupenurunanrese dugaan muncul kerusakan saraf ini
ptorglukosapadakelenjarpankr adalah suatu proses yang
eas. multifaktorial. Teori yang muncul
c. Desensitasi/kerusakanreseptor mengatakan, hiperglikemia
insulin (down regulation) di menyebabkan kadar glukosa
jaringanperifer[5]. intraseluler yang meningkat, sehingga
2.2. Lamanya Menderita DM Tipe 2 terjadi kejenuhan(saturation) dari jalur
Lamanya menderita DM tipe 2 adalah glikolitik yang biasa digunakan
onset atau mulai terjadinya (normal usedglycolitic pathway). Teori
hiperglikemia yang terjadi akibat berikutnya adalah
kelainan sekresi insulin, kerja dari neurovaskuler/vaskuler (iskemik-
insulin maupun keduanya yang hipoxik), menurut teori ini, maka
berlangsung 7 tahun sebelum diagnosis terjadi iskemia endoneural karena
ditegakan, sampai terjadinya meningginya resistensi endoneural-
komplikasi mikrovaskuler yang timbul vaskuler terhadap darah yang
15 tahun sesudah awitan DM. Durasi hiperglikemi

3
Neuropati diabetika biasanya dimulai kronis untuk waktu yang lama. Kriteria
sebagai suatu disfungsi umum serabut selanjutnya adalah pasien menderita
saraf perifer yang asimptomatik. polineuropatiyang predominan
Biasanya disfungsi ini yang paling distalsensorimotorikpada ekstremitas
sering ditemukan adalah kecepatan bawah. Selain itu, ada juga kriteria
hantar saraf yang abnormal atau retinopati diabetika atau
penurunan respons denyut jantung nefropatihampir sama dengan
terhadap nafas dalam atau terhadap tes polineuropati [6].
valsava. Gejala yang sering muncul Neuropati diabetika bisa timbul dalam
pada kondisi ini antara lain, mulai dari berbagai bentuk gejala sensorik,
anggota bawah akan muncul parestesi motorik dan otonom. Gejala sensorik
atau kesemutan, kemudian muncul bisa merupakan gejala negatif atau
disestesi atau sensasi beda dengan positif, difus atau lokal. Gejala sensorik
rangsang yang diberikan. Kemudian yang negatifadalah rasa tebal, tak
juga akan muncul rasa numbness atau merasa, gangguan berupa sarung
rasa bebal atau kebas. Bisa juga akan tangan atau kaus kaki, seperti berjalan
muncul rasa nyeri. Sensitivitas sensoris di atas tongkat jangkungan dan
dan termis juga berkurang serta terjadi kehilangan keseimbangan terutama bila
gangguan motorik otot kecil tangan dan mata ditutup dan luka-luka yang tidak
kaki. merasa sakit. Sedangkan gejala
Tanda klinis pertama yang biasanya sensorik positif adalah rasa seperti
muncul bersamaan dengan menurunnya terbakar, nyeri yang menusuk, rasa
kecepatan hantar saraf adalah seperti kesetrum, rasa kencang dan
menurunnya atau hilangnya refleks hipersensitif terhadap rasa halus.
tumit atau hilangnya sensasi vibrasi Sementara gejala motorik dapat
pada jari-jari kaki. Bila penyakit menyebabkan kelemahan yang distal,
berlanjut akan timbul nyeri dengan proksimal atau fokal. Gejala motorik
derajat yang berbeda-beda, gangguan distal termasuk gangguan koordinasi
sensorik pada jari-jari kaki, kaki dan halus dari otot-otot tangan, tak dapat
tungkai distal, gangguan refleks membuka kaleng atau memutar kunci,
fisiologis disertai kelemahan otot-otot memukul-mukul kaki dan lecetnya jari-
kecil dari kaki. Diperlukan lima kriteria jari kaki.
untuk menetapkandiagnosa Gejala gangguan proksimal adalah
polineuropati diabetika. Kriteria gangguan menaiki tangga, kesukaran
pertama adalah pasien menderita bangun dari posisi duduk atau
diabetes mellitus berdasarkan kriteria berbaring, jatuh karena lemasnya lutut
National Diabetes Data Group. dan kesukaran mengangkat lengan di
Kriteria selanjutnya diabetes melllitus atas pundak. Sedangkan gejalaotonom
telah menyebabkan hiperglikemia dapat berupa gangguan sudo motorik.

4
Diagnostik neuropati ditegakkan pemeriksaan DPN pada tahun 1994.
berdasarkan adanya gejala dua atau MNSI terdiri atas dua langkah yang
lebih dari empat kriteria ini : terpisah. Pertama adalah kuisioner
a. Kehadiran satu atau lebih gejala yang dilakukan oleh pasien sendiri dan
b. Ketidakhadiran dua atau lebih kedua adalah blangko penilaian
refleks ankle atau lutut inspeksi dan tes fisik yang dilakukan
c. Nilai ambang presepsi oleh peneliti [8].
getaran/vibration-abnormal 2.4. Resiko Jatuh
d. Fungsi otonomik abnormal Diabetes tipe 2 merupakan salah satu
(berkurangnya heart rate masalah kesehatan yang dialami lansia
variability dengan rasio RR dan meningkatkan risiko jatuh dan
kurang dari 1,04 postural dapat menyebabkan cidera berupa
hypotension dengan turunnya patah tulang, kecacatan, dan bahkan
tekanan darah sistolik 20 mmHg sebagai penyebab tidak langsung
atau lebih, atau keduanya) [7]. kematian bagi lansia [9]. Faktor yang
Neuropati didiagnosa berdasarkan berhubungan dengan jatuh pada lansia
gejalanya dan pemeriksaan fisik, di dengan diabetes tipe 2 salah satunya
mana harus diperiksa tekanan darah, hipoglikemia sebagai risiko jatuh,
denyut jantung, kekuatan otot, refleks seiring peningkatan terjadinya
dan sensivitas terhadap posisi, vibrasi hipoglikemia maka risiko jatuh pada
suhu dan raba halus. Juga dapat pasien diabetes tipe 2 mengalami
dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan peningkatan. Durasi dari penyakit
lain untuk membantu menentukan tipe diabetes menjadi salah satu faktor lain
dan seberapa beratnya kerusakan saraf penyebab selain usia dan jenis kelamin.
yang terjadi. Seperti pemeriksaan kaki Semakin lama seseorang menderita
yang komprehensif. Pemeriksaan ini penyakit diabetes meningkatkan
dilakukan dengan cara memeriksa kemungkinan terjadinya berbagai
kulit, sirkulasi dan sensasi dengan macam komplikasi penyakit dan
menggunakan monofilamen nilon, bila gangguan kesehatan sehingga risiko
ada gangguan kehilangan sensasi jatuh pada penderitanya semakin
protektif akan ada risiko terjadinya tinggi. Adanya kadar gula yang tinggi
luka pada kaki yang sukar sembuh. dalam darah meyebabkan berbagai
Michigan Neuropathy Screening gangguan pada system somatosensorik
Instrument (MNSI) telah banyak (visual, vestibular, proprioceptive) dan
dilakukan untuk skrining DPN di motorik (musculoskeletal, otot, sendi
berbagai dunia, kecuali di Indonesia. jaringan lunak) yang dapat
MNSI dicetuskan oleh Michigan mengganggu sistem keseimbangan dan
University dan mulai dikenal dan meningkatakan risiko jatuh. [10].
digunakan sebagai instrument

5
3. Metode Penelitian untuk menjaring informasi tentang
3.1. Jenis Penelitian subjek termasuk lamanya menderita
Metode penelitian ini menggunakan DM. Michigan Neuropathy Screening
metode deskriptif dengan pendekatan Instrument digunakan untuk
studi / penelitian korelasional. mengetahui gangguan Diabetic
Penelitian dilakukan di Grha Diabetika Peripheral Neuropathy. Dan resiko
Surakarta. Variabel dalam penelitian jatuh diukur dengan menggunakan
ini terdiri dari 1 variabelvariabel Berg Balance Scale. Bentuk skala dari
independent yaitu lamanya menderita masing-masing variabel sebagai berikut
diabetes mellitus tipe 2 dan 2 variabel :
dependent, yaitu Diabetic Peripheral a. Lamanya menderita DM : 1)
Neurophaty dan resiko jatuh. Dalam durasi pendek (1-5 tahun), 2)
penelitian ini, peneliti menggunakan durasi sedang (6-10 tahun) dan
teknik pengambilan sampel dengan durasi panjang (lebih dari 10
simple random sampling, banyak tahun)
sampel pada penelitian sebesar 100 b. MNSI dengan nilai DPN positif
orang. Kriteria inklusi: 1) Pasien jika hasil MNSI ≥ 2,5.
mengalami penyakit diabetes mellitus c. Resiko jatuh dinilai dengan Berg
tipe 2, 2) Pasien memiliki gejala klinis Balance Scale, dengan skala
DPN, 3) Pasien berjenis kelamin laki- sebagai berikut : 1) resiko jatuh
laki maupun perempuan, 4) Usia pasien rendah (41-56), 2) resiko jatuh
lebih dari 45 tahun, 5) Pasien adalah sedang (21-40) dan resiko jatuh
pasien aktif di Grha Diabetika tinggi (0-20).
Surakarta yang rutin datang ke klinik, 3.3. Teknik Analisis Data
6) Pasien tidak mengonsumsi alkohol Teknik analisis data
dan psikotropika, 7) Pasien tidak menggunakan analisis statistik uji
menggunakan alat bantu berjalan, 8) chi square.
Pasien tidak mengalami gangguan 4. Hasil dan Pembahasan
penglihatan, 9) Pasien dengan 4.1. Hasil
hipertensi yang terkontrol, 10) Pasien Tabel 1 Distribusi Subjek
mampu berkomunikasi dengan baik, Berdasarkan Umur
11) Pasien tidak mengalami Umur Frekuen Presentas
(tahun si e
disorientasi
) (n) (%)
3.2. Prosedur pengukuran 45 – 48 48
Subjek diarahkan untuk dilakukan 55
56 – 32 32
pengukuran yang meliputi lamanya 65
menderita diabetes mellitus, kejadian 66 – 16 16
75
Diabetic Peripheral Neuropathy 76 – 4 4
danresiko jatuh. Kusioner diberikan 85

6
Tabel 1 menunjukkan bahwa DPN
subjek dalam penelitian ini Negatif 40 40
DPN
didominasi dengan umur 45-55
tahun dan paling sedikit berumur Tabel 4 menunjukkan bahwa
76-85 tahun dengan jumlah 4 subjek dalam penelitian ini
subjek. sebagian besar positif dalam
DPN sebesar 60 subjek
Tabel 2 Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5 Distribusi Subjek
Jenis Frekue Presenta Berdasarkan Resiko Jatuh
kelamin nsi se
(n) (%) Katego Frekuen Presenta
Laki- 58 58 ri si se
laki resiko (n) (%)
Perempu 42 42 Rendah 49 49
an Sedang 38 38
Tinggi 13 13

Tabel 2 memberikan gambaran


Tabel 5 menunjukkan bahwa
bahwa penderita DM dalam
subjek penderita DM dalam
penelitian ini berjenis kelamin
penelitian ini mempunyai resiko
laki-laki
jatuh tinggi sebanyak 13 subjek.
Pada umumnya mempunyai
Tabel 3 Distribusi Subjek
resiko jatuh rendah.
Berdasarkan Lamanya
Menderita DM
Tabel 6 Hasil Uji Analisis
Katego Frekuen Presenta
ri si se Korelasi Lamanya Menderita
durasi (n) (%) DM
Pendek 45 45
dengan terjadinya DPN
Sedang 39 39
Panjan 16 16 Val D Asy O
g ue f mp. R
Sig.
(2-
Tabel 3 menunjukkan subjek
sided
penderita DM mempunyai rentang )
Pear 31.0 2 0.00 0.
waktu pendek dalam menderita
son 89 01 25
lamanya DM dengan persentase Chi-
Squa
45%
re

Tabel 4 Distribusi Subjek Tabel 6 menyatakan bahwa ada


Berdasarkan DPN hunungan antara lamanya
Katego Frekuen Presenta menderita DM dengan terjadinya
ri si se
DPN pada Diabetes Mellitus tipe
(n) (%)
Positif 60 60 2. Nilai OR rata-rata adalah 0,25

7
yang berarti bahwa semakin lama kemudian seiring dengan durasinya
durasi diabetes mellitus maka akan diikuti oleh serabut saraf besar
resiko terjadinya Diabetic dan berhubungan dengan berkurangnya
Peripheral Neuropathy (DPN) kecepatan hantar saraf atau
meningkat sebanyak 25%. berkurangnya sensasi getar. Neuropati
ditandai dengan hilangnya serabut saraf
Tabel 7 Hasil Uji Analisis secara progresif yang mengakibatkan
Korelasi Lamanya Menderita terjadinya perubahan pada serabut
DM bermielin, serabut tidak bermielin dan
dengan Resiko Jatuh pada sel Schwann. Pada serabut
Val D Asy O bermielin terjadi axonal disjunction
ue f mp. R
yang menggambarkan adanya
Sig.
(2- abnormalitas pada koneksi paranoidal
sided
antara myelin loops dan membrane
)
Pear 32.0 2 0.00 0. aksonal dan mengakibatkan
son 96 11 32 berkurangnya kecepatan hantar saraf
Chi-
Squa Penelitian sebelumnya juga
re mengemukakan adanya kombinasi
antara demielinisasi dan degenerasi
Tabel 7 menyatakan bahwa ada
aksonal yang progresif pada pasien
hunungan antara lamanya
neuropati dan berbanding lurus dengan
menderita DM dengan resiko
progresivitas penyakit tersebut.
jatuh pada Diabetes Mellitus tipe
Degenerasi serabut bermielin akan
2. Nilai OR rata-rata adalah
memicu adanya regenerasi oleh
0,32yang berarti bahwa semakin
regenerative clusters namun seiring
lama durasi diabetes mellitus
bertambahnya durasi peyakit dan
maka resiko jatuh meningkat
penuaan maka jumlah regenerative
sebanyak 32%.
clusters akan berkurang sehingga
kerusakan terus berlangsung tanpa
4.2. Pembahasan
perbaikan yang berarti pada pasien DM
Studi patologi mengenai
Tipe 2 [11].
neuropati dilakukan pada material
Pasien diabetes mellitus
autopsy atau pada sampel biopsy sel
memiliki karakteristik terjadinya
saraf dari pasien yang mengalami
hiperglikemia, adanya kadar gula yang
neuropati. Dari studi tersebut dapat
tinggi dalam darah meyebabkan
ditemukan adanya tanda berupa
berbagai gangguan pada sistem
hilangnya serabut saraf dengan pola
somatosensorik (visual, vestibular,
ukuran saraf yang berbeda-beda Awal
proprioceptive) dan motorik
tahap terjadinya diabetes mellitus akan
(musculoskeletal, otot, sendi jaringan
mempengaruhu serabut saraf kecil yang

8
lunak) yang dapat mengganggu sistem otak terganggu, mengakibatkan
keseimbangan dan meningkatkan risiko gangguan untuk mempertahankan
jatuh. keseimbangan tubuh.
Penderita diabetes mengalami Terdapat risiko yang terkait
defisiensi insulin yang menghambat dengan diabetes yang mengakibatkan
transfer glukosa ke sel dalam jaringan terjadinya gangguan pada proprioseptif.
tubuh yang menyebabkan sel kelaparan Salah satunya adalah neuropati
dan terjadi peningkatan glukosa dalam diabetes yang dampaknya pada sistem
darah. Hal ini menimbulkan hambatan saraf menyebabkan perlambatan
dalam perfusi ke jaringan otot yang hantaran saraf dan berkurangnya
akan mengakibatkan jaringan otot sensitivitas. Ini mengakibatkan
kurang mendapatkan suplai oksigen terjadinya mati rasa, kesemutan dan
dan nutrisi yang menyebabkan sel nyeri pada kaki, dan meningkatkan
kekurangan bahan untuk metabolisme, risiko kerusakan pada kulit akibat
sehingga energi yang dihasilkan hilangnya sensasi dan mengarah pada
berkurang yang berdampak pada gangguan sensorik termasuk kinestetik
timbulnya kelemahan dan lebih lanjut dan proprioseptif. Neuropati diabetes
dapat mengakibatkan atrofi otot. salah satu yang menyebabkan
Kelemahan otot menimbulkan kehilangan sensasi kinestetik dan
gangguan pada keseimbangan tubuh proprioseptif yang memiliki peranan
statis maupun dinamis. Gangguan penting dalam persepsi dan stabilitas.
tersebut akan menyebabkan tubuh Akibatnya menyebabkan terjadinya
goyah dan labil sehingga meningkatkan gangguan persepsi dan stabilitas tubuh
risiko jatuh dan fraktur [12]. mempertahankan posisi [13].
Perubahan paling awal pada Diabetes merupakan faktor
sistem visual yang terdeteksi akibat risiko utama untuk jatuh, walaupun
diabetes terjadi di retina yaitu telah dilakukan pengendalian
menyebabkan retinopati diabetes yang keseimbangan yang buruk. Penggunaan
merupakan hasil dari kerusakan pada obat-obatan, pola jalan yang buruk, dan
pembuluh darah kecil dan neuron penurunan fungsi kognitif berhubungan
retina.Ini menyebabkan saluran darah antara diabetes dan jatuh. Latihan
yang baru tumbuh di atas permukaan keseimbangan dan kognitif bermanfaat
retina yang disebut dalam mengurangi risiko jatuh pada
“neovascularization”. Saluran darah seseorang yang menderita diabetes
ini mudah pecah dan berdarah.Ini [14].
menyebabkan pendarahan bagian Hasil penelitian yang dilakukan
belakang mata dan penglihatan yang Tilling et al. (2006) menjelaskan
kabur dan gangguan refraksi cahaya bahwa diabetes dengan kontrol yang
sehingga informasi yang dikirim ke buruk dan komplikasi penyakit

9
berhubungan dengan peningkatan [4] Perkeni, Konsensus Pengelolaan dan
risiko jatuh pada lansia. Berdasarkan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
hasil penelitian menunjukan pasien diIndonesia, Jakarta, FKUI/RSUPN
diabetes dengan kontrol gula yang baik Dr. Cipto Mangunkusumo, 2011
dan rutin mengonsumsi obat-obatan [5] American Diabetes Association,
memiliki risiko jatuh yang rendah [15]. Diagnosis and Classification of
DiabetesMelitus. DiabetesCare. 37:
1.2014.
5. Kesimpulan [6] Fibriani Rusnani, “Diabetika Komplikasi
5.1. Terdapat hubungan antara Saraf pada Penderita Diabetes”,
lamanya menderita diabetes Diabates Research Papers, Diabetika
mellitus dengan terjadinya Publikasi, 2014
diabetic peripheral neurpathy [7] Stephen D. Jernigan, Patricia S. Pohl,
pada diabetes mellitus tipe 2 Jonathan D. Mahnken, Patricia M.
5.2. Terdapat hubungan antara Kluding, “DiagnosticAccuracy of Fall
lamanya menderita diabetes Risk Assessment Tools in People
mellitus dengan resiko jatuhpada WithDiabetic Peripheral Neuropathy”,
diabetes mellitus tipe 2 Volume 92 Number 11. 2011
[8] MNSi, University of Michigan, 2000
REFERENSI [9] Mauk, K.L, “Gerontological nursing
[1] Perkeni, “Prevalensi Diabetes Mellitus competencies for care”, (2nd ed).
Di Indonesia”, Jakarta, EGC, 2015 Sudbury:Janes and Barlett Publisher.
[2] Alberti, KG.M.M, etal, “Definition, 2010
Diagnosis and Classification of [10] Timar B, Timar R, Gaiță L, Oancea C,
Diabetic mellitus and Its Levai C, Lungeanu D, The Impactof
Complications”. Part 1 : Diagnosis and DiabeticNeuropathy on Balance and on
Classification of Diabetes Mellitus the Risk of Falls in Patientswith Type 2
Provisional Report of a WHO DiabetesMellitus: A Cross-Sectional
Consultation. Department of Medicine, Study. Plos one journal of pone
University of Newcastle Upon Tyne, ONE11(4):1371/154654, 2016.
UK. International Diabetic Institute, [11] Chiba
Coulfield, Australia. Diabetic Y,YoshiyukiKimbara,RemiKodera,Yu
Medicine. 15. 1998 kiTsuboi,KenSato,YoshiakiTamura,Sei
[3] Tilling, L.M.T, Khaled Darawil, Mary jiroMori, Hideki Ito,AtsushiAraki,
Britton.Falls as A Complication of “Risk Factors Associated with falls in
Diabetes Mellitus in Elderly Patients withType 2 Diabetes”.
OlderPeople,Journal of Diabetes and Journal
Its Complications, 20 (2006) 158– ofDiabetesandItsComplications.
162Lu F-P, 2005. 29898–902, 2015.

10
[12] Jernigan D, et al, “Diagnostic Accuracy Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
of Fall Risk Assesment Tools in People Surakarta.
with Diabetic Peripheral Neuropathy”,
ptjournal.apta.org. Volume 92. Number
11. Physical Therapy. 2012
[13] National Diabetes Information
Clearinghouse, “Diabethic
Neuropathies The Nerve Damage od
Diabetes”, US Department of Health
and Human Services, National Institute
of Health. Number of Publication 09-
3185. February 2009.
[14] Allet L & S. Armand & R. A. de Bie&
A. Golay& D. Monnin& K.
Aminian&J. B. Staal&E. D. de Bruin,
“The gait and balance of patients with
diabetescan be improved”,
ARandomisedControlledTrial.
Diabetologia, 53:458–466, 2010
[15] Tilling, L.M.T, Khaled Darawil, Mary
Britton, “Falls As A Complication of
Diabetes Mellitus in OlderPeople “.
Journal of Diabetes and Its
Complications 20 158– 162m Lu F-P,
2006

Dwi Rosella Komalasari, memperoleh


gelar Ahli Madya Fisioterapi tahun 2001,
gelar SST.FT tahun 2003 dari UIEU Jakarta,
gelar S.Fis 2014 dari UMS Surakarta, gelar
M.Fis dari Universitas Udayana tahun 2010.
Dan mendapat gelar Dipl. Cidesco dari
Pasific International Beauty Institute
Switzerland tahun 2011. Saat ini sebagai
mahasiswa S3 Physical Therapy di Mahidol
University, Thailand. Bekerja sebagai dosen
tetap program studi Fisioterapi Fakultas

11

You might also like