You are on page 1of 13

Jurnal Litbang Vol. XIII, No.

1 Juni 2017: 47-59

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TERJADINYA


HIPERTENSI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II
(Studi di Wilayah Puskesmas Kabupaten Pati)

RISK FACTORS AFFECTING HYPERTENSION IN


TYPE II DIABETIC PATIENTS
(Studies at Primary Healthcare Centers in Pati District)

Gracilaria Puspa Sari 1 Marek Samekto 2, M. Sakundarno Adi 3


1,2
Mahasiswa Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro Semarang
3
Staf Pengajar Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro Semarang
E mail : rex_ndet@yahoo.com

Naskah Masuk: 30 Maret 2017 Naskah Revisi: 13 April 2017 Naskah Diterima: 28 April 2017

ABSTRACT
The prevalence of hypertension in type 2 diabetic patients is 1,5-3 times higher than in nondiabetic
The objectives of this research is to explain the risk factors affecting hypertension in type 2 diabetic
patients. The research used an observational studies with case-control study design in Primary
Healthcare Centers patients in Pati Regency of 2014. Case group were 57 patients with
hypertension in type 2 diabetes, while control group were the type 2 diabetes patients without
hypertension. Data were obtained from medical records and qualitative interviews. Chi-square test
in bivariate and multiple logistic regression in multivariate analysis. This study has been obtained
ethical clearance from The Ethical Committee of Health Research Medical Faculty of Diponegoro
University or dr. Kariadi Hospital. Results : factors that influence hypertension in type 2 diabetic
patients were physical activity (OR=6.4; 95% CI: 2.18-18.77; p=0.001), diabetes duration ≥ 5
years (OR=5.4; 95% CI: 1.97 – 14.704; p=0.001), and medication adherence (OR=3.6; 95% CI:
1.32-9.83; p=0.012). Other risk factors that not significantly influenced were age ≥45 years, male,
diet compliance, history of hypertension, smoking, salt consumption, coffee consumption, and sleep
duration.
Keywords: risk factor, hypertension, type 2 diabetes mellitus

ABSTRAK
Prevalensi hipertensi pada penderita DM tipe 2 lebih tinggi dibandingkan non DM tipe 2. Tujuan
penelitian untuk menjelaskan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi pada penderita
DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Pati tahun 2014. Jenis Penelitian observasional
dengan rancangan studi kasus kontrol pada pasien Puskesmas. Kelompok kasus adalah 57 pasien
DM tipe 2 dengan hipertensi sedangkan kelompok kontrol adalah 57 pasien DM tipe 2 tanpa
hipertensi. Data diperoleh dari observasi catatan medis dan wawancara. Uji chi-square pada analisis
bivariat dan analisis multivariat dengan regresi logistik ganda. Penelitian ini telah memdapatkan
Ethical clearance dari Komisi Etik FK UNDIP/RSUP dr. Kariadi Semarang. Hasil Penelitian :
faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi pada penderita DM tipe 2 adalah aktivitas
fisik kurang (OR=6,4; 95% CI: 2,18 - 18,77; p=0,001), lama menderita DM ≥5 tahun (OR=5,4;
95% CI: 1,97 - 14,704; p=0,001), dan kepatuhan minum obat DM (OR=3,6; 95% CI: 1,32 - 9,83;
p=0,012). Faktor yang tidak berpengaruh adalah : usia ≥45 tahun, jenis kelamin laki-laki, kepatuhan
diet DM, riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, kebiasaan makan asin, kebiasaan minum kopi, dan
lama waktu tidur.
Kata kunci : faktor risiko, hipertensi, DM tipe 2

47
Faktor-faktor yang berpengaruh...... Gracilaria dkk.

PENDAHULUAN epidemiologi menunjukkan prevalensi


hipertensi pada pasien dengan DM
Berdasarkan kesepakatan Komisi adalah 1,5-2 kali lebih besar daripada
Ahli Diabetes Amerika, Diabetes Melitus populasi non DM (Simonson, 1988).
(DM) merupakan suatu penyakit kronik Colosia (2013) menyatakan sebuah
yang ditandai dengan adanya literatur yang mengidentifikasi 2.688
hiperglikemi sebagai akibat studi observasional tentang prevalensi
berkurangnya produksi insulin, ataupun hipertensi pada pasien DM tipe 2 di
gangguan aktivitas dari insulin ataupun seluruh dunia menemukan 50-75% kasus
keduanya (American Diabetes hipertensi muncul menyertai DM tipe 2.
Association, 2014). DM yang tidak Indonesia menempati peringkat ketujuh
dikelola dengan baik dapat dalam jumlah penderita diabetes
mengakibatkan komplikasi vaskuler, terbanyak di dunia dengan jumlah 8,5
salah satunya adalah hipertensi (Guyton, juta orang tahun 2013, diperkirakan
1996). Penderita DM tipe 2 sering menjadi sekitar 14,1 juta pada tahun
mempunyai tekanan darah lebih tinggi 2035 (International Diabetes Federation,
atau sama dengan 150/90 mmHg 2013). Data Riskesdas 2013
(Waspadji, 2010). Hipertensi pada menunjukkan prevalensi diabetes di
penderita DM tipe 2 dapat menimbulkan Indonesia terdiagnosis oleh dokter
percepatan komplikasi mikrovaskuler sebesar 1,5%, sedangkan Jawa Tengah
maupun makrovaskuler (American memiliki prevalensi diabetes melebihi
Diabetes Association, 2014). angka nasional yaitu sebesar 1,6%.
Studi menunjukkan mortalitas Pevalensi hipertensi di Indonesia yang
kardiovaskuler 2-3 kali lebih tinggi pada didapat melalui pengukuran pada umur
penderita diabetes hipertensi dibanding ≥18 tahun sebesar 25,8%, dengan
diabetes normotensi (Suyono dalam prevalensi hipertensi di Jawa Tengah
Soegondo, 2009). Studi lain oleh Selim et sebesar 26,4% (Kemenkes, 2013).
al (2013) menyatakan pasien DM tipe 2 Besarnya kasus hipertensi pada DM tipe
dengan hipertensi memiliki risiko 7 kali 2 di Indonesia dan Jawa Tengah sampai
lebih besar untuk mengalami gagal ginjal saat ini belum diketahui meskipun
terminal (ESRD) dan 2-4 kali terjadi hipertensi merupakan penyakit yang
penyakit kardiovaskular, seperti infark paling sering muncul bersama DM tipe 2.
miokard, stroke, atau kematian, Faktor risiko hipertensi pada DM
dibandingkan dengan pasien DM tipe 2 tipe 2 terdiri dari faktor yang tidak dapat
normotensi pada usia yang sama diubah dan yang dapat diubah. Faktor
(Beckman et al, 2002). tidak dapat diubah yaitu : umur, jenis
Jumlah penderita DM di dunia kelamin, genetik dan lama menderita
tahun 2013 mencapai 381,8 juta orang, DM. Sedangkan faktor yang dapat diubah
diperkirakan menjadi 591,9 juta pada meliputi : kebiasaan merokok, aktivitas
tahun 20.359 (International Diabetes fisik, kebiasaan makan asin, kebiasaan
Federation, 2013). Beberapa studi minum kopi, kepatuhan diet DM,

48
Jurnal Litbang Vol. XIII, No. 1 Juni 2017: 47-59

kepatuhan minum obat DM, dan lama (tahap pradiabetes) tetapi belum
waktu tidur (Fukui, 2011). memenuhi kriteria penderita diabetes
Tujuan penelitian ini adalah untuk melitus. Selanjutnya sel beta tidak
untuk menganalisis faktor-faktor yang sanggup lagi mengkompensasi resistensi
berpengaruh terhadap terjadinya insulin hingga kadar glukosa darah
hipertensi pada penderita DM tipe 2 di meningkat dan fungsi sel beta pankreas
wilayah Puskesmas di Kabupaten Pati semakin menurun saat itulah diagnosa
diabetes ditegakkan. Penurunan fungsi
TINJAUAN PUSTAKA
sel beta berlangsung secara progresif
Pengertian Diabetes Melitus sampai akhirnya sama sekali tidak
Menurut American Diabetes mampu lagi mengekresi insulin (WHO,
Association (2014), diabetes melitus 1999). Peningkatan produksi glukosa
merupakan suatu penyakit kronik yang hati, penurunan pemakaian glukosa dan
ditandai dengan adanya hiperglikemi lemak oleh otot berperan atas terjadinya
sebagai akibat berkurangnya produksi hiperglikemia kronik saat puasa dan
insulin, ataupun gangguan aktivitas dari setelah makan. Perubahan proses
insulin ataupun keduanya. Keadaan ini toleransi glukosa, mulai dari kondisi
akan mengakibatkan perubahan- normal, toleransi glukosa terganggu dan
perubahan metabolisme terhadap DM tipe 2 dapat dilihat sebagai keadaan
karbohidrat, lemak maupun protein yang berkesinambungan (Soewondo,
(WHO, 1999). Diabetes melitus adalah 2007).
suatu kumpulan gejala yang timbul pada Hipertensi
seseorang yang disebabkan oleh karena
peningkatan kadar glukosa darah akibat Tekanan darah adalah desakan
penurunan sekresi insulin yang progresif darah terhadap dinding-dinding arteri
dilatar belakangi oleh resistensi insulin ketika darah tersebut dipompa dari
(Soegondo dkk, 2009). jantung ke jaringan. Tekanan darah
merupakan gaya yang diberikan darah
Diabetes Melitus Tipe 2 pada dinding pembuluh darah. Tekanan
Patofisiologi DM tipe 2 ditandai ini bervariasi sesuai pembuluh darah
dengan adanya resistensi insulin perifer, terkait dan denyut jantung. Tekanan
gangguan hepatic glucosa production darah pada arteri besar bervariasi
(HGP) dan penurunan fungsi sel ß, yang menurut denyutan jantung. Tekanan
akhirnya akan menuju kerusakan total paling tinggi ketika ventrikel
sel ß. Mula-mula timbul resistensi insulin berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling
kemudian disusul oleh peningkatan rendah ketika ventrikel
sekresi insulin, untuk mengatasi berelaksasi/tekanan diastolik (Price &
kekurangan resistensi insulin agar kadar Wilson, 2006). Menurut WHO (2005),
glukosa darah tetap normal. Pada tahap batas tekanan darah yang masih dianggap
ini, kemungkinan individu tersebut akan normal adalah 140/90 mmHg dan
mengalami gangguan toleransi glukosa tekanan darah sama dengan atau lebih

49
Faktor-faktor yang berpengaruh...... Gracilaria dkk.

dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi juga mempertinggi risiko


hipertensi. Secara umum seseorang terkena hipertensi terutama pada
dikatakan menderita hipertensi jika hipertensi primer. Hasil penelitian Tseng
tekanan darah sistolik/diastolik ≥140/90 (2007) menunjukkan bahwa hubungan
mmHg. yang kuat antara riwayat hipertensi
orangtua dan peningkatan risiko
Faktor Risiko Hipertensi pada
hipertensi pada pasien dengan DM tipe 2
Diabetes Melitus Tipe 2
menunjukkan bahwa hipertensi pada
Freid et al (2012) menyatakan pasien diabetes memiliki kecenderungan
bahwa hipertensi erat kaitannya dengan genetik yang diwariskan baik dari pihak
umur, semakin tua seseorang semakin ayah atau pihak ibu. Selanjutnya, riwayat
besar risiko terserang hipertensi. Dengan hipertensi ayah dan ibu memainkan peran
bertambahnya umur, risiko terkena yang sama dengan odds ratio yaitu 2,5
hipertensi lebih besar sehingga prevalensi nilai p<0,01. Demikian juga hasil
hipertensi dikalangan usia lanjut cukup penelitian Devadason (2014) di India
tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian yang menyatakan bahwa riwayat
sekitar 50 % di atas umur 60 tahun. The keluarga menderita hipertensi merupakan
National Health Interview Survey 2012 faktor risiko terjadinya hipertensi dengan
menunjukkan usia ≥45 merupakan usia nilai OR=2.614, p-value = 0.002.
ditemukannya beberapa kondisi penyakit Lama menderita DM tipe 2 dapat
kronis seperti diabetes, hipertensi, menyebabkan terjadinya komplikasi.
penyakit jantung, kanker, stroke, dan Pada DM, terjadi paparan hiperglikemia
penyakit ginjal. kronik yang akan menyebabkan
Hipertensi primer lebih jarang terjadinya komplikasi baik mikrovaskuler
ditemukan pada perempuan pra maupun makrovaskuler (Ludirdja et. al,
menopause dibanding pria karena 2010). Hasil penelitian Fukui (2011)
pengaruh hormon. Wanita yang belum menyatakan ketika seseorang terlebih
mengalami menopause dilindungi oleh dahulu mengalami diabetes maka hazard
hormon estrogen yang berperan dalam ratio (95% CI) untuk terjadi hipertensi
meningkatkan kadar High Density pada tahun ke 5 adalah sebesar 2,359
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol (1,700-3,724; p<0,0001).
HDL yang tinggi merupakan faktor Rokok juga dihubungkan dengan
pelindung dalam mencegah terjadinya hipertensi. Hubungan antara rokok
proses aterosklerosis. Efek perlindungan dengan peningkatan risiko
estrogen dianggap sebagai penjelasan kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.
adanya imunitas wanita pada usia Selain dari lamanya, risiko merokok
premenopause (Thomas, 2007). terbesar tergantung pada jumlah rokok
Orang-orang dengan sejarah yang dihisap perhari. Seseorang lebih
keluarga yang mempunyai hipertensi dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali
lebih sering menderita hipertensi. lebih rentan hipertensi dari pada mereka
Riwayat keluarga dekat yang menderita yang tidak merokok (Price, 2006).

50
Jurnal Litbang Vol. XIII, No. 1 Juni 2017: 47-59

Hasil penelitian Sugiarto (2007) dan sodium karbonat (Frisoli et. al,
menyatakan aktivitas fisik seperti 2012). Penelitian yang dilakukan
olahraga dan pekerjaan berat seperti Sugiharto (2007) menunjukkan bahwa
mencangkul, mengangkat beban, seseorang yang terbiasa mengkonsumsi
mengerjakan konstruksi sangat makanan asin berisiko menderita
mempengaruhi stabilitas tekanan darah. hipertensi sebesar 3,95 kali jika
Orang yang tidak aktif melakukan dibandingkan orang yang tidak terbiasa
kegiatan fisik cenderung mempunyai mengkonsumsi makanan asin (p=0,0001;
frekuensi denyut jantung yang lebih 95% CI 1,87–8,36).
tinggi sebab mengakibatkan otot jantung Kopi disebut-sebut sebagai salah
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. satu faktor yang dapat menyebabkan
Makin keras usaha otot jantung hipertensi. Kopi merupakan sumber
memompa darah, makin besar pula kafein terbesar, konsumsi kafein yang
tekanan yang dibebankan pada dinding terlalu banyak akan membuat jantung
arteri sehingga meningkatkan tahanan berdegup lebih cepat dan tekanan darah
perifer yang menyebabkan kenaikan meningkat. Kafein dalam 2-3 cangkir
tekanan darah. Olahraga dihubungkan kopi (200-250 mg) terbukti
dengan pengelolaan hipertensi, karena meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-
olahraga teratur dapat menurunkan 14 mmHg dan tekanan diastolik sebesar
tahanan perifer yang akan menurunkan 4-13 mmHg. Kafein bukan termasuk zat
tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan gizi, tetapi secara nyata menyebabkan
dengan peran obesitas pada hipertensi. naiknya tekanan darah dalam waktu
WHO merekomendasikan aerobik secara singkat untuk kemudian kembali normal.
teratur minimal 30 menit setiap hari, Penderita hipertensi tidak dianjurkan
setiap hari dalam seminggu (WHO, mengkonsumsi kopi karena dapat
2005). meningkatkan risiko terjadinya stroke
Konsumsi natrium yang berlebih dan meningkatkan ekskresi kalsium yang
menyebabkan konsentrasi natrium di berakibat peningkatan tekanan darah
dalam cairan ekstraseluler meningkat. (Sheps & Sheldon, 2005).
Untuk menormalkannya cairan
METODE PENELITIAN
intraseluler ditarik ke luar, sehingga
volume cairan ekstraseluler meningkat. Jenis penelitian yang dilakukan
Meningkatnya volume cairan adalah studi observasional analitik
ekstraseluler tersebut menyebabkan dengan desain studi case control.
meningkatnya volume darah, sehingga Variabel terikat pada penelitian ini
berdampak kepada timbulnya hipertensi. adalah kejadian hipertensi pada penderita
Karena itu disarankan untuk mengurangi DM tipe 2. Variabel bebas dalam
konsumsi natrium/sodium. Sumber penelitian ini usia ≥45 tahun, jenis
natrium/sodium yang utama adalah kelamin laki-laki, lama menderita DM,
natrium klorida (garam dapur), penyedap kepatuhan diet DM, kepatuhan minum
masakan monosodium glutamate (MSG), obat DM, riwayat hipertensi pada

51
Faktor-faktor yang berpengaruh...... Gracilaria dkk.

keluarga, kebiasaan merokok, aktivitas yang terpilih sebagai lokasi penelitian


fisik, kebiasaan makan asin, kebiasaan diambil 15 responden kasus dan 15
minum kopi, dan lama waktu tidur. responden kontrol dengan menggunakan
Populasi rujukan adalah seluruh teknik simple random sampling, sehingga
penduduk dengan diagnosis DM tipe 2. dari 4 lokasi puskesmas didapatkan total
Populasi studi adalah penduduk dengan sampel 60 responden kasus dan 60
diagnosis DM tipe 2 yang menderita responden kontrol sesuai perhitungan
hipertensi yang ada wilayah Puskesmas besar sampel minimal.
di Kabupaten Pati. Populasi studi adalah Kriteria inklusi kasus adalah
penduduk dengan diagnosis DM tipe 2 penderita DM Tipe 2 yang menderita
yang menderita hipertensi yang ada di hipertensi berdasarkan diagnosis oleh
wilayah Puskesmas di Kabupaten Pati. dokter Puskesmas dalam selama kurun
Sampel kasus adalah penduduk yang waktu Januari sampai Desember 2014
berkunjung ke Puskesmas di Kabupaten dan bersedia menjadi responden dengan
Pati selama tahun 2014 dengan diagnosis informed consent. Kriteria eksklusi kasus
DM tipe 2 dan menderita hipertensi. adalah tidak bertempat tinggal di wilayah
Sampel kontrol adalah penduduk yang Puskesmas Kabupaten Pati dan terlebih
berkunjung ke Puskesmas di Kabupaten dahulu menderita hipertensi sebelum
Pati selama tahun 2014 dengan diagnosis terdiagnosa DM Tipe 2. Kriteria inklusi
DM Tipe 2 dan tidak menderita kontrol adalah penderita DM tipe 2 yang
hipertensi. tidak menderita hipertensi berdasarkan
Pengambilan sampel secara diagnosis oleh dokter Puskesmas dalam
Multistage sampling . Tahap pertama selama kurun waktu Januari–Desember
adalah penentuan lokasi Puskesmas yang 2014 dan bersedia menjadi responden
dilakukan dengan pertimbangan dengan informed consent. Kriteria ekslusi
karakteristik geografi yang membagi 29 kontrol yaitu tidak bertempat tinggal di
Puskesmas di Kabupaten Pati ke dalam 4 wilayah Puskesmas Kabupaten Pati.
wilayah geografis, kemudian dipilih Instrumen yang digunakan adalah
secara acak 1 Puskesmas pada setiap kuesioner. Pengolahan dan analisis data
kelompok. Puskesmas yang dipilih meliputi analisis univariat, bivariat
sebagai lokasi penelitian adalah menggunakan uji chi square dan
Puskesmas Gembong (mewakili multivariat dengan regresi logistik
karakteristik wilayah lereng gunung ganda/Multi Logistic Regression (MLR).
muria), Puskesmas Trangkil (mewakili
HASIL DAN PEMBAHASAN
karakteristik wilayah dataran rendah dan
pantai), Puskesmas Kayen (mewakili Jumlah responden penelitian
karakteristik wilayah pegunungan kapur), sebanyak 114 orang, terdiri 57 orang
dan Puskesmas Pati I (Mewakili penderita DM tipe 2 dengan hipertensi
karakteristik wilayah perkotaan). Tahap sebagai kasus dan 57 orang penderita
kedua adalah penentuan DM tipe 2 tanpa hipertensi sebagai
sampel/responden. Setiap Puskesmas kontrol. Rerata usia responden adalah

52
Jurnal Litbang Vol. XIII, No. 1 Juni 2017: 47-59

55,9±8,5 tahun, rerata lama menderita kopi (81,6%), dan sebagian besar
DM adalah 5,5±5,8 tahun. Sebagian responden memiliki waktu tidur malam
besar responden berusia ≥45 tahun yang cukup (63,2%).
(91,2%), sebagian besar responden Analisis bivariat (Tabel 1)
berjenis kelamin perempuan (75,4%), menunjukkan bahwa faktor yang
pekerjaan terbanyak responden adalah berpengaruh terhadap terjadinya
tidak bekerja/IRT (36,8%), pendidikan hipertensi pada penderita DM tipe 2
terakhir responden sebagian besar adalah usia ≥45 tahun (OR=10,5;
responden adalah tamat SD (39,5%), p=0,020), lama ≥5 tahun (OR=4,1;
sebagian besar responden memiliki lama p=0,001), kepatuhan diet DM (OR=3;
DM <5 tahun (63,2%), sebagian besar p=0,011), kepatuhan minum obat DM
responden tidak patuh diet DM (64,9%), (OR=3,6; p=0,02) dan aktivitas fisik
sebagian besar responden patuh minum kurang (OR=4,8; p=0,001). Analisis
obat DM (60,5%), sebagian besar multivariat (Tabel 2) mendapati bahwa
responden (39,5%) memiliki riwayat variabel yang berpengaruh terhadap
hipertensi, sebagian besar responden terjadinya hipertensi pada penderita DM
tidak merokok (81,6%), sebagian besar tipe 2 adalah aktivitas fisik kurang
responden memiliki aktivitas fisik yang (OR=6,4; p=0,001), lama menderita DM
kurang (68,4%), sebagian besar ≥5 tahun (OR=5,4; p=0,001), dan
responden sering makan asin (62,3%), kepatuhan minum obat DM (OR=3.6;
sebagian besar responden jarang minum p=0,012).

Tabel 1.
Rangkuman Hasil Analisis Bivariat Variabel Bebas
Terhadap Terjadinya Hipertensi pada Penderita DM Tipe 2
95 % CI
No Variabel Nilai p OR
Bawah Atas
1. Usia ≥ 45 thn 0,020 10,5 1,28 85,88
2. Jenis kelamin laki-laki 0,828 0,827 0,35 1,94
3. Lama DM ≥ 5 tahun 0,001 4,1 1,83 9,48
4. Kepatuhan diet DM 0,011 3 1,36 6,83
5. Kepatuhan minum obat DM 0,002 3,6 1,65 8,13
6. Riwayat hipertensi 0,446 1,5 0,65 3,55
7. Kebiasaan merokok 1,000 1,1 0,44 2,9
8. Aktivitas fisik kurang 0,001 4,8 1,98 11,59
9. Kebiasaan makan asin 0,699 1,3 0,58 2,67
10. Kebiasaan minum kopi 0,629 1,4 0,55 3,7
11. Lama waktu tidur 0,609 1,3 0,61 2,83
Sumber : Pengolahan Data (2015)

Hasil perhitungan persamaan penderita DM dengan aktivitas fisik


MLR menunjukkan bahwa jika seorang kurang yaitu kebiasaan olah

53
Faktor-faktor yang berpengaruh...... Gracilaria dkk.

raga/pekerjaan berat kurang dari 3 kali minum obat DM akan memiliki


dalam seminggu selama 30 menit, lama probabilitas atau risiko terjadi hipertensi
menderita DM ≥ 5 tahun, dan tidak patuh sebesar 88,63 %.
Tabel 2.
Hasil Uji Multiple Logistic Regresion Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap
Terjadinya Hipertensi Pada DM Tipe 2
No Variabel B Nilai p OR 95 % CI
1. Kepatuhan diet DM 0,683 0,211 1,9 0,689 - 5,77
2. Kepatuhan minum obat DM (-) 1,283 0,012 3,6 1,32 - 9,83
3. Aktivitas fisik kurang 1,858 0,001 6,4 2,18 - 18,77
4. Usia ≥ 45 tahun 2,057 0,078 7,8 0,790 - 77,11
5. Lama DM ≥ 5 tahun 1,684 0,001 5,4 1,97 - 14,70
Constant -2,771
Sumber : Pengolahan Data (2015)

Analisis multivariat menyatakan meningkatkan HDL, menurunkan


bahwa individu yang memiliki aktivitas tekanan darah dan menurunkan berat
fisik kurang dari 3 kali seminggu selama badan terutama jika dikombinasikan
minimal 30 menit memiliki risiko 6,4 dengan diet kalori yang terkontrol
kali mengalami hipertensi dibandingkan (Kokkinos et al, 2009). Salah satu bentuk
dengan individu yang memiliki aktivitas manajemen aktivitas fisik adalah dengan
fisik cukup (p = 0,001 95% CI : 2,18 - cara berolahraga. Olahraga dihubungkan
18,77). Hasil ini sejalan dengan dengan pengelolaan hipertensi, karena
penelitian Sugiharto (2007) dimana orang olahraga teratur dapat menurunkan
yang tidak biasa melakukan aktivitas tahanan perifer yang akan menurunkan
fisik mempunyai risiko menderita tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan
hipertensi sebesar 4,73 (p=0,001; 95% CI dengan peran obesitas pada hipertensi.
1,03–2,58). Orang yang tidak aktif WHO (2005) merekomendasikan aerobik
melakukan kegiatan fisik cenderung secara teratur minimal 30 menit setiap
mempunyai frekuensi denyut jantung hari, setiap hari dalam seminggu.
yang lebih tinggi sebab mengakibatkan Analisis multivariat menunjukkan
otot jantung bekerja lebih keras pada bahwa individu yang memiliki durasi
setiap kontraksi. Makin keras usaha otot menderita DM selama ≥5 tahun memiliki
jantung memompa darah, makin besar risiko 5,4 kali untuk mengalami
pula tekanan yang dibebankan pada hipertensi dibandingkan dengan individu
dinding arteri sehingga meningkatkan yang memiliki durasi menderita DM <5
tahanan perifer yang menyebabkan tahun (p = 0,001 95% CI : 1,97 - 14,70).
kenaikan tekanan darah. Aktivitas fisik Hasil ini sejalan dengan penelitian Fukui
yang teratur pada penderita DM tipe 2 (2011) yang menyatakan ketika
secara konsisten terbukti efektif seseorang terlebih dahulu mengalami
mengurangi kadar VLDL yang kaya diabetes, maka hazard ratio untuk terjadi
trigliserida, menurunkan LDL, hipertensi pada tahun ke 5 adalah sebesar

54
Jurnal Litbang Vol. XIII, No. 1 Juni 2017: 47-59

2,359 (95% CI : 1,700-3,724; p<0,0001). adalah obat hipoglikemik yang


Lama menderita DM dapat menyebabkan menurunkan kadar glukosa dalam darah.
terjadinya komplikasi. Pada DM terjadi Ketidakteraturan minum obat dapat
paparan hiperglikemia kronik yang akan menimbulkan komplikasi kronik lebih
menyebabkan terjadinya komplikasi baik dini karena terjadi hiperglikemi kronis
mikrovaskuler maupun makrovaskuler pada penderita DM yang akan
(Ludirdja dkk, 2010). Kadar gula dalam menimbulkan aterosklerosis dan
darah yang terus menerus tinggi dapat trombosis, serta peningkatan glikosilasi
merusak pembuluh darah melalui protein yang mempengaruhi integritas
berbagai mekanisme pada tingkat dinding pembuluh darah. Pengendalian
jaringan, sel dan biokimia, menimbulkan kadar glukosa merupakan upaya yang
stres oksidatif, mengaktivasi penting untuk mencegah progresifitas
protein kinase C (PKC), reseptor komplikasi vaskular seperti tekanan
advanced glycated end product (RAGE), darah tinggi (Darmono, 2000). Oleh
sehingga menyebabkan vasokonstriksi, karena itu, diperlukan manajemen yang
aktivasi respon peradangan dan baik dalam rangka kepatuhan pengobatan
trombosis (Feener dan Dzau, 2006). pasien DM tipe 2, sehingga pengobatan
Kerusakan sel-sel endotel akibat dapat dilakukan secara teratur dengan
hiperglikemi mencetuskan reaksi imun dosis yang tepat.
dan inflamasi sehingga akhirnya terjadi Variabel yang tidak terbukti
pengendapan trombosit, makrofag, dan pengaruh terhadap terjadinya hipertensi
jaringan fibrosis serta proliferasi sel otot pada penderita DM tipe 2 adalah usia
polos pembuluh darah yang merupakan ≥45 tahun, jenis kelamin laki-laki,
awal terjadinya lesi aterosklerosis. kepatuhan diet DM, riwayat hipertensi,
Terjadinya aterosklerosis pada pembuluh kebiasaan merokok, kebiasaan makan
darah dalam jangka panjang dapat asin, kebiasaan minum kopi, dan lama
memicu peningkatan tekanan darah waktu tidur. Variabel usia ≥45 tahun
(Corwin, 2009). tidak terbukti sebagai faktor risiko
Analisis multivariat menyatakan disebabkan karena adanya pengaruh dari
bahwa individu yang tidak patuh minum variabel lain yang lebih kuat dalam
obat DM memiliki risiko 3,6 kali untuk analisis multivariat. Jenis kelamin laki-
mengalami hipertensi dibandingkan laki tidak terbukti sebagai faktor risiko
dengan individu yang memiliki patuh karena jenis kelamin pada seluruh subyek
minum obat (p=0,012 95% CI : 1,32 - penelitian homogen, dimana jumlah
9,83). Penelitian Sulistyaningsih dkk responden perempuan 3 kali lebih banyak
(2011) juga menunjukkan bahwa pasien daripada responden laki-laki. Kepatuhan
diabetes yang tidak patuh minum obat diet DM tidak terbukti sebagai faktor
hipoglikemik oral memiliki risiko 8,6 risiko karena adanya pengaruh dari
kali mengalami peningkatan kadar gula variabel lain yang lebih kuat saat
darah yang akhirnya menimbulkan dianalisis bersama-sama. Riwayat
berbagai komplikasi. Obat terapi diabetes hipertensi pada keluarga tidak terbukti

55
Faktor-faktor yang berpengaruh...... Gracilaria dkk.

sebagai faktor risiko karena kesetaraan hipertensi. Hal ini berarti juga pada
proporsi paparan pada kasus (57,1%) dan orang-orang yang menderita DM tipe 2 <
kontrol (46,7%). 5 tahun, apalagi yang > 5 tahun harus
Selain itu dari 114 responden, melalukan manajemen yang baik
hanya 87 orang yang dapat menjawab terhadap aktivitas fisiknya maupun dalam
status riwayat hipertensi pada keluarga, keteraturan minum obat. Jika penderita
sedangkan 27 orang lainnya menjawab melakukan manajemen aktivitas fisik
tidak tahu. Kebiasaan merokok tidak yang baik dan teratur minum obat maka
terbukti sebagai faktor risiko karena tetap ada harapan bagi penderita DM tipe
adanya kesetaraan proporsi paparan pada 2 untuk terhindar dari hipertensi
kasus (19,3%) dan kontrol (17,5%). meskipun penderita tersebut sudah
Merokok juga masih didominasi oleh menderita DM tipe 2 lebih dari 5 tahun.
laki-laki sedangkan 75,4% subyek Aktivitas fisik sangat bermanfaat untuk
penelitian ini adalah perempuan yang meningkatkan sirkulasi darah,
tidak merokok. Kebiasaan makan asin menurunkan berat badan dan
tidak terbukti sebagai faktor risiko karena memperbaiki sensitivitas terhadap
proporsi responden yang makan asin insulin, sehingga akan memperbaiki
pada pada kasus 64,9% dan pada kontrol kadar glukosa darah (Sugiharto, 2007).
59,6% hampir setara. Selain itu,
KESIMPULAN DAN SARAN
penelitian ini tidak memisahkan antara
penggunaan natrium klorida (garam Kesimpulan
dapur) dengan penyedap rasa 1. Variabel yang terbukti berpengaruh
monosodium glutamate (MSG). terhadap terjadinya hipertensi pada
Kebiasaan minum kopi tidak terbukti penderita DM tipe 2 adalah aktivitas
sebagai faktor risiko karena minum kopi fisik yang kurang, lama menderita
masih didominasi oleh laki–laki, DM dan kepatuhan minum obat DM.
sedangkan sebagian besar responden 2. Variabel yang tidak terbukti
adalah perempuan yang tidak minum berpengaruh terhadap terjadinya
kopi. Lama waktu tidur tidak terbukti hipertensi pada penderita DM tipe 2
sebagai faktor risiko karena proporsi adalah usia ≥45 tahun, jenis kelamin
paparan pada kasus (40,4%) dan kontrol laki-laki, kepatuhan diet DM, riwayat
(33,9%) yang tidak jauh berbeda hipertensi, kebiasaan merokok,
sehingga menyebabkan tidak adanya kebiasaan makan asin, kebiasaan
pengaruh yang signifikan. minum kopi, dan lama waktu tidur.
Variabel kepatuhan minum obat
dan kurangnya aktivitas fisik terbukti Saran
menjadi faktor risiko hipertensi pada 1. Masyarakat melakukan aktivitas fisik
penderita DM tipe 2,artinya 2 faktor ini dengan cara olahraga secara teratur
perlu diwaspadai juga oleh para penderita minimal 3 kali seminggu selama 30
DM tipe 2 yang sudah > 5 tahun yang menit, mengkonsumsi obat diabetes
juga terbukti menjadi faktor risiko dengan tepat waktu, tepat dosis dan

56
Jurnal Litbang Vol. XIII, No. 1 Juni 2017: 47-59

frekuensi serta melakukan kontrol ke Mellitus in Observational Studies:


pelayanan kesehatan secara rutin. A Systematic Literature Review.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Pati : Diabetes, Metabolic Syndrome and
diteruskan kepada UPT Puskesmas Obesity: Targets and Therapy. 6,
dibawahnya agar meningkatkan 327–38.
komunikasi informasi dan edukasi Corwin, E. J. (2009). Pankreas dan
(KIE) tentang komplikasi hipertensi Diabetes Melitus. Edisi 3. Jakarta:
pada penderita DM tipe 2 kepada EGC.
tenaga medis, paramedis dan kader
kesehatan, menyediakan fasilitas Darmono. (2000). Patofisiologi
konseling obat khusus bagi penderita Komplikasi Vaskular Diabetes
diabetes, Merujuk pasien DM ke Mellitus. M. Med. Indonesia.
pojok gizi di masing- masing 35(2).
Puskesmas, melaksanakan Prolanis Feener, E. P., Dzau, V. J. (2006).
(Program Pengelolaan Penyakit Pathogenesis of Cardiovascular
Kronis), edukasi, home visit. Disease in Diabetes. In Kahn CR,
Weir GC, King GL, Jacobson AM,
DAFTAR PUSTAKA
Moses AC, Smith RJ,(eds).
American Diabetes Association. (2014). Joslin’s Diabetes Mellitus,14th ed.
Clinical Practice
Freid, V. M., Bernstein, A. B., Bush, M.
Recommendations Report of the
A. (2012). Multiple Chronic
Expert Commite on the Diagnosis
Conditions Among Adults Aged 45
and Classifications of Diabetes
and Over: Trends Over the Past 10
Mellitus. Diabetes Care, 37, 81-
Years. Centers for Disease Control
90.
and Prevention -National Center
Badan Penelitian dan Pengembangan for Health Statistics (NCHS) Data
Kesehatan Kementerian Kesehatan Brief.
Republik Indonesia. (2013). Riset
Frisoli, T. M., Schmieder, R. E.,
Kesehatan Dasar. Jakarta.
Grodzicki, T., Messerli, F. H.
Beckman, J., Creager, M. A., Libby, P. (2012). Salt and Hypertension: Is
(2002). Diabetes And Salt Dietary Reduction Worth the
Atherosclerosis Epidemiology Effort?. The American Journal of
Pathophysiology And Medicine, 125(5), 433-439.
Management. American Medical
Fukui, M., Tanaka, M., Toda, H.,
Association. JAMA, 287(19),
Senmaru, T., Sakabe, K.,
2570–2581.
Ushigome, E., Asano, M.,
Colosia, A. D., Palencia, R., Khan, S. Yamazaki, M., Hasegawa, G.,
(2013). Prevalence of Imai, S., Nakamura, N. (2011).
Hypertension and Obesity in Risk factors for development of
Patients with Type 2 Diabetes diabetes mellitus, hypertension and

57
Faktor-faktor yang berpengaruh...... Gracilaria dkk.

dyslipidemia. Diabetes research Sheldon, G., Sheps, M. D. (2005). Mayo


and clinical practice. 94(1): 15-18. Clinic Hipertensi, Mengatasi
Guyton, A. C. (1996). Fisiologi Manusia Tekanan Darah Tinggi. Jakarta :
dan Mekanisme Penyakit. Edisi III. PT Intisari Mediatama.
Jakarta : EGC. Simonson, D. C. (1988). Etiology and
International Diabetes Federation. Prevalence of Hypertension in
(2013). online version of IDF Diabetic Patients. Diabetes care.
Diabetes Atlas : 11(10) : 822-7.
www.idf.org/diabetesatlas. Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I.
Kokkinos, P. F., Giannelou, A., Manolis, (2009). Penatalaksanaan Diabetes
A. Pittaras, A. (2009). Physical Melitus Terpadu, edisi kedua.
Activity in the Prevention and Jakarta : FKUI.
Management of High Blood Soewondo, P. (2007). Hidup Sehat
Pressure. Hellenic J Cardiol, Dengan Diabetes. Jakarta : Balai
50(1), 52-59. Penerbit FK UI.
Ludirdja, J. S. Kencana, L., Kurniawan, Sugiarto, A. (2007). Faktor-faktor Risiko
K., Adyana, M. P., Aryana, I. G. P. Hipertensi Grade II pada
(2010). Rerata Durasi Penderita Masyarakat (Studi Kasus di
Diabetes Melitus Terkena Kabupaten Karanganyar). Tesis.
Nefropati Diabetik Sejak Program Studi Magister
Terdiagnosis Diabetes Melitus Epidemiologi. Semarang :
Pada Pasien Di Poliklinik Geriatri Universitas Diponegoro.
Rsup Sanglah. IPTEKMA, 2(1),1-
4. Sulistyaningsih, W., Puspitawati, T.,
Nugroho, D. K. (2011). Hubungan
Price. S., A., Wilson L. M. (2006). Tingkat Kepatuhan Minum Obat
Patofisiologi Konsep Klinis dan Hipoglikemik Oral dengan Kadar
Proses-proses Penyakit Edisi 6. Glukosa Darah pada Pasien
Volume 1. Jakarta : Penerbit Buku Diabetes Melitus Tipe 2. Berita
Kedokteran EGC. Kedokteran Masyarakat, 27(4),
Selim, S., Abougalambou, I., 215-21.
Abougalambo, A. S. (2013). A
Thomas, M. (2007). Hypertension :
study evaluating prevalence of
Clinical Features and
hypertension and risk factors
Investigations. Hospital
affecting on blood pressure
Pharmacist.
control among type 2 diabetes
patients attending teaching Tseng, C. H. (2007). Effect of parental
hospital in Malaysia. Diabetes & hypertension and/or parental
Metabolic Syndrome:Clinical diabetes on hypertension in
Research & Reviews, 7, 83-86. Taiwanese diabetic patients.

58
Jurnal Litbang Vol. XIII, No. 1 Juni 2017: 47-59

European Journal of Clinical World Health Organization. (2005).


Investigation, 37: 870-877. Clinical Guidelines for the
Management of Hypertension.
Waspadji, S. (2010). Komplikasi Kronik
Cairo : Regional Office for the
Diabetes : Mekanisme Terjadinya,
Eastern Mediterranean.
Diagnosis dan Strategi
Pengelolaan. Buku Ajar Ilmu BIODATA PENULIS
Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta :
Marek Samekto, lahir di Pati pada 25
Internal Publishing.
Maret 1983. Staf di Dinas Kesehatan
World Health Organization. (1999). Kabupaten Pati. Alumni S1 Kesehatan
Definition, Diagnosis and Masyarakat Universitas Diponegoro. Saat
Classification of Diabetes Mellitus ini sedang menempuh pendidikan
and Its Complications. Geneva : Magister Epidemiologi Sekolah
Department of Noncommunicable Pascasarjana Universitas Diponegoro
Disease Surveillance. Semarang.

59

You might also like