You are on page 1of 13

KEMUNCULAN IDENTITAS KELOMPOK DALAM INDUSTRI KAOS

DABLONGAN BANYUMASAN

NENY MARLINA1

ABSTRACT
The title of the research is “the emergence of collective identity in Dablongan
Banyumasan shirt industry.” The location of the research was in Banyumas Regency
of Central Java Province, with the objective of descripting the emergence of
collective identity through local shirt industry particularly Banyumasan special shirt
of Dablongan. The politic of identity in the research would not be seen as threat, but
on the contrary it is considered as opportunity in social harmonization as well as the
chance to display the products of creative industries. The method of research is
qualitative research method and the informan withdrawal is based on purposing
sampling. The data are coming from primary data and secondary data. Data primer
are gained from depth interview and observation, while secondary data are collected
from documentation. The emergence of raising cultural identity through language,
picture, and other designs local shirt to resurface the basic local characteristic gives
positive impacts as well as the negatives. The resurgence of collective identity who
are proud of their local culture gives positives influence on the existence of the local
cultures in Indonesia. Nevertheless, if the sense of locality is too much, it will create
contested identity with other local identities along with the forsaking of the idea that
local identities are actually parts of national identity. Creative industry needs three
primary actors, government, business, and intellectuals to drive the industry stay in
its lane. Government needs to give guidelines and appreciation toward creative
industry which able to compete to the foreign culture. The business is needed to
manage the fiscal as well as the marketing of creative industry, and the intellectuals
are needed to give deeper understanding on the local culture which become business
opportunity but do not threat the existence of other local cultures.

Keywords: Politic of identity, creative industry, culture

1 Email: marlina.neny2011@gmail.com
A. Pendahuluan Indonesia. Salah satu alasan dari
Indonesia turut andil dalam
pengembangan industri kreatif adalah
persaingan pasar global terlebih lagi
adanya dampak positif yang akan
karena menjadi bagian dari masyarakat
berpengaruh pada kehidupan sosial,
Ekonomi ASEAN. Hal yang mulai
iklim bisnis, peningkatan ekonomi,
digalakkan dalam persaingan produksi
dan juga berdampak para citra suatu
dengan pasar dunia adalah dengan
kawasan tersebut. Sektor ekonomi
mendorong lahirnya inovasi dan
kreatif yang banyak mengambil bagian
kreativitas di kalangan industri yang
dalam pasar industri adalah fashion.
biasa dikenal dengan industri kreatif.
Fashion khas yang paling mudah
Walaupun tidak menghasilkan produk
ditemui di setiap daerah adalah
dalam jumlah banyak, industri kreatif
keberadaan industri kaos. Kaos
mampu memberikan kontribusi positif
merupakan bagian dalam industri
yang cukup signifikan terhadap
kreatif bagian fashion. Dalam industri
perekonomian nasional. Depertemen
kaos, kehadiran kaos kedaerahan
Perdagangan (2008) mencatat bahwa
adalah salah satu bentuk inovasi yang
kontribusi industri kreatif terhadap
mengusung tema kebudayaan setempat
PDB di tahun 2002 hingga 2006
seperti kaos Joger di Bali, Dagadu di
rata-rata mencapai 6,3% atau setara
Jogja, dan lain sebagainya.Kaos
dengan 152,5 trilyun jika dirupiahkan.
kedaerahan dibuat sebagai
Industri kreatif juga sanggup menyerap
keterwakilan dan ideografis.
tenaga kerja hingga 5,4 juta dengan
Kaos khas kedaerahan ini bukan
tingkat partisipasi 5,8%. Dari segi
hanya memberikan kontribusi secara
ekspor, industri kreatif telah
ekonomi kepada para pelaku usahanya
membukukan total ekspor 10,6%
tetapi juga memuat tentang keberadaan
antara tahun 2002 hingga 2006.
identitas kolektif. Identitas bisa
Kehadiran industri kreatif ini
diproduksi melalui representasi yang
sudah mengalami pertumbuhan dengan
merupakan sebuah sistem simbolik.
beragam bidang di semua daerah di
Representasi bisa dalam berbagai dialek banyumasan memiliki
bentuk termasuk juga dalam kaos karakteristik yang berbeda dari yang
kedaerahan yang bukan hanya memuat lain karena kadang dianggap sebagai
soal desain yang menarik tetapi juga bahasa yang kasar dan tidak memiliki
citra dari suatu daerah. Menurut unggah-ungguh. Kehadiran kaos
Umberto Eco (1979) kaos menjadi Dablongan sekitar tahun 2010
sebuah pesan yang representasinya memberikan bentuk lain dengan
selalu bersifat kode yang berhubungan mengangkat dialek banyumasan
dengan pengalaman, relasi sosial, nilai sebagai pesan dalam industri kaosnya.
atau status yang diakui secara tersirat Hal ini menunjukkan adanya
maupun tersurat oleh pemakainya. kebangkitan identitas banyumasan
Kaos bukan hanya menyampaikan yang semula dialeknya malu untuk
pesan tentang tempat, kelompok atau digunakan oleh orang banyumas
usaha tetapi pengakuan atas keadaan sendiri justru merambah pasar yang
pemakainya. lebih luas dengan menempelkannya
Kaos kedaerahan yang cukup sebagai pesan dalam kaos dablongan.
menarik perhatian adalah Kaos Melalui penelitian ini, identitas
Dablongan khas Banyumasan yang kolektif tidak akan dilihat sebagai
memuat dialek ngapak dan citra orang bentuk konflik atau benturan dengan
banyumas. Menurut Achmad Tohari identitas lain tetapi bentuk perlawanan
seiring perkembangan zaman, jumlah terhadap identias barat dengan
penutur dialek banyumasan secara keragaman fashion yang ada di
berangsur-angsur terancam karena Indonesia dan banyak digemari oleh
semakin sedikitnya penutur yang generasi muda.
secara utuh berdialek banyumasan. Hal
ini dipengaruhi karena adanya B. Identitas Dalam Budaya Populer
Identitas tidak selalu dapat
stereotip masyarakat luar menganggap
dilihat secara fisik dan penampilan
dalam pengucapan atau logat pada
tetapi terdapat pula identitas yang
invisible. Dalam kehidupan sehari-hari lain. Pendapat Jeffrey Week tersebut
beragam ekspresi identitas yang dapat menekankan pentingnya identitas bagi
dengan mudah terlihat secara nyata tiap individu maupun bagi suatu
seringkali kita temukan. Seseorang kelompok atau komunitas (Widayanti,
melakukan ekspresi identitas untuk 2009: 14)
menegaskan keberadaan identitasnya Pasca orde baru kehadiran
di tengah masyarakat. Sehingga akan identitas yang dahulu diseragamkan
muncul sense of belonging dan sense mulai menemui wadahnya untuk
of difference. Beragam ekspresi menampakkan diri yang
identitas ini kerap menimbulkan sesungguhnya. Identitas yang berbeda
prasangka bahkan stereotip ketika antara satu kelompok dengan
tidak sama dengan ekspresi identitas kelompok lainnya semakin mencair
yang dimiliki oleh mayoritas. Pada dan dapat dilihat tanpa dibatasi oleh
tahap inilah terjadi pembentukan self rezim yang otoriter. Hal ini yang
dan others. Prasangka hadir dalam menjadikan toleransi masyarakat harus
merespon keberadaan identitas semakin tinggi. Pada tahap inilah
lainnya. Kehadiran prasangka negatif identitas baik kelompok maupun
bahkan stereotip seringkali muncul individu bisa dikontestasikan atau
tanpa mengenal terlebih dahulu. dikompromikan. Masuknya
Prasangka dapat muncul dan budaya-budaya populer dari negara
berkembang menjadi stereotip untuk lain juga memunculkan bentuk
menggeneralisasi kelompok identitas identitas negara lain yang masuk ke
yang dianggap berbeda dengan Indonesia dan digemari oleh banyak
identitas mayoritas. Identitas menurut generasi muda. Fenomena ini yang
Jeffrey Week adalah berkaitan dengan biasanya disebut sebagai budaya
belonging tentang persamaan dengan populer. Keberadaan budaya populer
sejumlah orang dan apa yang tidak hanya berdampak pada sektor
membedakan seseorang dengan yang ekonomi tetapi juga menjadi bentuk
keberadaan identitas lainnya yang banyaknya penemuan di bidang
diperlihatkan dalam pesan baik tulisan teknologi informasi dan komunikasi
maupun lisan. Keberadaan industri serta globalisasi ekonomi.
kreatif yang membuka peluang bagi Perkembangan industrialisasi
industri menjadi Lahirnya menciptakan pola kerja, pola produksi
budaya-budaya pop ini melahirkan dan pola distribusi yang lebih murah
kebangkitan bagi budaya lokal untuk dan efisien. Adanya target lebih murah
tetap eksis di tanah air. Salah satunya dan lebih efisien dalam proses
adalah memanfaatkan kegiatan produksi dan distribusi berakibat pada
industri dengan memunculkan budaya pergeseran konsentrasi industri dari
lokal/kedaerahan. Budaya populer baik negara barat ke negara berkembang
melalui industri musik, buku maupun seperti Asia karena tidak bisa lagi
fashion memunculkan bahwa menyaingi biaya yang lebih murah di
pembacaan identitas tidak selalu hanya Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan
dapat dilihat melalui gerakan yang Jepang. Fenomena ini mengarahkan
radikal beserta seperangkat atributnya. industri-industri di negara maju untuk
mengoptimalkan sumber daya manusia
C. Industri Kreatif dan Kebudayaan dan kreativitas.Untuk itu sejak tahun
Masyarakat Banyumas 1990an perekonomian dunia mulai
Dalam Rencana Pengembangan bergeser menuju perekonomian yang
Ekonomi Kreatif Indonesia tahun 2025 didukung oleh kreativitas dengan
yang dirumuskan oleh Departemen istilah ekonomi kreatif melalui industri
Perdagangan RI dijelaskan adanya kreatif.
evoluasi ekonomi kreatif. Berdasarkan Industri kreatif merupakan salah
dokumen rencana ini dapat diketahui satu potensi yang bisa dikembangkan
bahwa adanya pergeseran dari era untuk memajukan ekonomi daerah.
pertanian ke era industrialisasi lalu ke Seperti daerah lain, di Banyumas,
era informasi yang disertai dengan industri kreatif yang digawangi oleh
anak muda juga terus bertumbuh. berbagai sisi budaya Banyumas dapat
Berbagai bidang industri kreatif dibedakan dari budaya Jawa
mulai tumbuh di Banyumas seperti (kearaton). Jiwa dan semangat
kuliner, desain, t-shirt, seni dan kerakyatan kebudayaan Banyumas
fashion. Pegiat industri kreatif di telah membawanya pada penampilan
Banyumas banyak dipelopori oleh (perilaku) yang jika dilihat dari
kaum muda. kreatifitas seehingga kacamata budaya keraton terkesan
setidaknya industri ini membuktikan kasar dan rendah.
bahwa jiwa kewirausahaan kalangan Kebudayaan Banyumas
muda mulai dapat diwujudkan dalam berlangsung dalam pola
sebuah produk. Kondisi ini tentunya kesederhanaan, yang dilandasi
harus didukung oleh peran serta semangat kerakyatan, cablaka
pemerintah Kabupaten Banyumas (transparancy) explosure (terbuka)
dalam mengembangkan potensi dan dibangun dari kehidupan
kreatifitas anak muda ini sebagai masyarakat yang berpola kehidupan
bentuk perhatian dalam tradisional-agraris. Kecenderungan
memaksimalkan potensi sumber daya demikian karena disebabkan wilayah
manusia. Banyumas merupakan wilayah
Pada prinsipnya kebudayaan pinggiran dari kerajaan-kerajan besar
Banyumas merupakan bagian tak (Jogyakarta, Surakarta). Kabupaten
terpisahkan dari kebudayaan Jawa, Banyumas merupakan bagian dari
namun dikarenakan kondisi dan letek wilayah budaya Banyumasan, yang
geografis yang jauh dari pusat berkembang di bagian barat Jawa
kekuasaan keraton. Dengan demikian Tengah. Bahasa yang dituturkan
latar belakang kehidupan dan adalah bahasa Banyumasan, yakni
pandangan masyarakat Banyumas salah satu dialek bahasa Jawa yang
sangat dijiwai oleh semangat cukup berbeda dengan dialekstandar
kerakyatan yang mengakibatkan pada bahasa Jawa ("dialek Mataraman").
Masyarakat dari bahasa dan daerah lebih mengutamakan keunikan produk
lain kerap menjuluki "bahasa ngapak" selain menjaga kualitasnya. Industri
karena ciri khas bunyi /k/ yang dibaca kreatif di purwokerto memang
penuh pada akhir kata. Adapun sejarah didominasi oleh anak muda. Salah
pertama kali tentang dialek satunya adalah Kaos Dablongan
banyumasan menurut Budiono Banyumasan yang kini mulai
(2008:6-7), bahwa dialek banyumasan mendapar tempat di hati pembelinya.
adalah bahasa yang lebih tua daripada Kaos Dablongan Banyumasan awalnya
bahasa Jawa lainnya. terinspirasi dari kaos kedaerahan yang
sudah lebih dulu sukses menjadi ikon
D. Lahirnya Industri Kaos khusus bagi daerah tersebut seperti
Dablongan Banyumasan joger dan dagadu.
Dalam perekonomian Indonesia Awalnya pemilik industri Kaos
Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Dablongan ini memang sudah
berkecimpung di dunia industri
(UMKM) merupakan kelompok usaha
konveksi tetapi belum memasukkan
yang memiliki jumlah paling besar. nuansa kedaerahan dalam usahanya.
Selain itu Kelompok ini terbukti tahan Kreatifitas yang teretus adalah

terhadap berbagai macam goncangan mengangkat bahasa Banyumasan

krisis ekonomi. Industri ekonomi dalam sebuah media yaitu kaos. Usaha

kreatif memerlukan para aktor dan yng dimulai sejak sekitar tahun 2011

berbagai faktor yang akan ini mengambil istilah “Dablongan”

mengarahkannya pada titik yang bagi industrinya yang berarti

diharapkan oleh semua pihak. Ada tiga seenaknya sendiri. Salah satu pesan

aktor utama dalam pengembangan yang ingin disampaikan dengan

ekonomi kreatif, yaitu: pemerintah, penggunaan bahasa Banyumasan

bisnis dan cendekiawan. Kehadiran adalah karena banyak orang Banyumas

indusri kreatif memberikan warna baru yang malu dengan bahasa ngapaknya

pada perkembangan industri yang atau bahasa penginyongan. Kehadiran


Kaos Dablongan bukan hanya
membawa harapan bahwa industrinya Banyumas Kalau belum beli Kaos
akan laku tetapi ada keinginan atau Dablongan”.
kebanggaan tersendiri jika kaos Identitas kebudayaan Banyumas
Dablongan ini dipakai oleh orang justru dibangun dari serpihan-serpihan
Banyumas yang berarti tidak malu lagi komunitas masyarakat yang terdiri dari
dengan tempat dan budaya dimana dia kelompok kelompok kecil yang
berasal. Pesan merasa bangga terhadap menghuni wilayah Banyumas.
budaya dan bahasa Bnymasan yang Karakteristik individu berakar pad
dituangkan dalam media kaos inilah identitas dasar yang dibawa sejak lahir
yang menjadi tujuan utama industri dan membentuk keakuan dan
Kaos Dablongan ini terus dijalankan. membedakannya dengan yang lain
Tujuan akhirnya adalah bahwa industri (Ubid Abdillah S, :2001:12).
kaos Bnyumasan ini bisa diproduksi Karakteristik individu pada orang per
oleh para pemilik ide industri kreatif orang yang mendiami wilayah
yang lain, yang memiliki desain Banyumas kemudian disatukan oleh
berbeda tetapi sama-sama mengangkat perasaan kebersamaan. Adanya
budaya dan bahasa Banyumasan dalam perasaan kebersamaan ini kemudian
produknya. Dengan begitu, maka suatu terbentuk suatu sistem kebudayaan
saat harapannya adalah banyak orang yaitu kebudayaan Banyumas. Perasaan
yang lebih bangga menunjukkan kebersamaan diwujudkan melalui
identitas Banymasnya serta berbagai cara dan ekspresi seperti yang
menghargai budaya darimana dia tampak pada bahasa dan
berasal. Tujuan yang paling besar kesenian-kesenian tertentu yang
ingin dicapai dari industri ini adalah berkembang meluas di seantero
Kaos Dablongan Banyumasan bisa Banyumas. Bahwa bahasa dialek
identik sebagai souvenir wisata bagi Banyumasan dengan sub-sub
orang luar yang berkunjung ke dialeknya merupakan ekspresi
Banyumas, seperti slogan “Tidak ke perasaan kebersamaan kaum
penginyongan (Ahmad Tohari, 2006) teknologi mutakhir dan pengaruh
di tengah hegemoni kebudayaan kraton globalisasi. Banyumas yang lebih
Jawa. maju, tanpa meninggalkan karakter
Semua itu merupakan suatu upaya budayanya yang explosure
struggle (berjuang) sebagai bentuk (terbuka),cablaka (transparan) dan
resistensi sekaligus reaksi atas dinamis. Pola-pola impian masa depan
kekuatan-kekuatan dari luar diri seperti inilah yang kemudian
masyarakat Banyumas yang dibimbing digelorakan untuk mewujudkan
oleh proses kesadaran sebagai wong identitas Banyumas masa kini.
Banyumas. Di sini terjadi semacam Tampilan dan karakter
upaya menggalang kekuatan untuk kebudayaan Banyumas sebagai
mengukuhkan diri sebagai sebuah kebudayaan kaum penginyongan
bangsa yang memiliki karakter yang paling mudah dijumpai melalui bahasa
dibangun oleh semangat kebudayaan dan kesenian lokal yang tumbuh di
lokal mereka di antara persebaran wilayah ini. Bahasa yang digunakan
kebudayaan lain. Usaha perjuangan dalam kehidupan masyarakat
identitas Banyumas masa kini tentu Banyumas adalah bahasa Jawa dialek
saja berbeda dengan identitas Banyumasan yang bercirikan
Banyumas masa lalu yang lebih ‘ngapak-ngapak´. Sedangkan pada
dibangun oleh semangat kerakyatan wujud kesenian dapat dilihat karakter
dari sebuah komunitas masyarakat eskpresi keindahan estetik masyarakat
pinggiran yang berpola kehidupan Banyumas yang diwujudkan dalam
tradisional-agraris. Identitas yang pola dan bentuk yang sederhana serta
dibangun saat ini adalah Banyumas tampil apa adanya.
sebagai kawasan budaya yang tidak
alergi terhadap perubahan. Banyumas E. Identitas Kolektif Banyumasan
yang dipengaruhi oleh perkembangan dalam Identitas Nasional
sosial politik dunia, ekonomi dunia,
Berbagai atribut maupun simbol identitasnya, bbaik sebagai “keakuan”
yang memberikan makna tertentu bagi maupun sebagai bagian dari kelompok
si pemakai merupakan salah satu dimana didalam suatu kelompok
bentuk ekspresi identitas yang baik seseorang bisa merasa memiliki
disadari maupun tidak dimunculkan kepercayaan dan keberanian lebih
oleh si pemakai. Lahirnya industri besar dibandingkan sendiri.
Kaos Dablongan Banyumasan yang
Kehadiran kaos kedaerahan yang
tentunya mengusung konstruksi
mengangkat identitas budaya melalui
kebudayaan banyumasan dalam
bahasa, gambar maupun desain lainnya
produknya adalah salah satu bentuk
dengan tujuan memunculkan kembali
mengekspresikan identitas
ciri khas dasar dari daerah memberikan
banyumasan dalam media kaos.
dampak positif maupun negatif.
Kemunculan identitas dengan perasaan
Identitas merupakan sesuatu yang bisa
kesamaan latar belakang, tempat,
negosiasikan maupun bisa
bahasa dan kebudayaan inilah yang
dikontestasikan. Dalam pengertian ini,
memunculkanlahirnya identitas
maka identitas kedaerahan yang
kelompok. Ada perasaan berbeda bagi
muncul harus bisa dinegosiasikan
pemakai kaos kedaerahan bagi si
dengan identitas nasional yang ada.
pemakai. Jika ia berada pada
Kebangkitan identitas kelompok yang
sekumpulan orang yang beridentitas
bangga pada budaya daerahnya di satu
sama maka akan menimbulkan sense
sisi bisa memberikan dampak positif
of belonging atau sebaliknya jika ia
bagi eksistensi kebudayaan lokal di
menggunakan atribut yang berbeda
Indonesia. Namun, jika timbul rasa
dengan sekitarnya maka yang
kedaerahan yang terlalu besar maka
ditimbulkan adalah sense of different.
akan menimbulkan identitas yang
Sehingga pakaian bukan hanya sesuatu
dikontestasikan dengan identits
yang melekat ditubuh tetapi juga salah
kedaerahan lain serta lupa bahwa
satu bentuk dalam mengekspresikan
identitas kedaerahan merupakan
bagian dari identitas nasional. Identitas yang bukan hanya mengutamakan
kedaerahan yang menguat akan kualitas tetapi juga keunikan dari
menimbulkan “self” dan “others” yaitu produk yang dijual. Kaos Dablongan
meliankan yang lain yang memiliki Banyumasan yang mengedepankan
perbedaan identitas dengan dirinya, identitas pengiyongan atau ngapak
maka disiilah identitas kemudian telah memberikan warna tersendiri
berbenturan sehingga lupa dengan bahwa industri kreatif juga menjadi
identitas nasional. Namun, disi lain media bagi bangkitnya identitas yang
kemunculan identitas kelompok dikonstruksi dari budaya kedaerahan.
dengan dasar kedaerahan memberikan Identitas Banyumas memang sudah
dampak positif bagi perkembangan unik hanya saja banyak orang
budaya di Indonesia karena dapat Banyumas yang mulai malu untuk
menjadi filter bagi masuknya industri mengakui bahasanya yang dianggap
populer yang mengusung budaya, ngapak oleh orang lain.
bahasa serta kebanggaan dari luar
Kemunculan identitas kelompok
negeri. Kemunculan identitas
yang dikonsstruksikan melalui media
kelompok menjadi bentuk resistensi
kaos sebagai bentuk kebanggaan
dari keberadaan budaya asing yang
terhadap identitas daerahnya dapat
lebih populer di Indonesia.
meberikan dampak positif maupun
Kebangkitan identitas kelompok
negatif. Dampak negatif akan timbul
kedaerahan mengingatkan kita kembali
jika kelompok identitas ini
bahwa harus kembali pada daerah,
menggunakan kaos kedaerahan sebagai
adat, budaya, bahasa dari dimana kita
pengakuan atas keberadaannya dan
dilahirkan dan dimana kita tinggal.
meliyankan yang lain. Perasaan
Kesimpulan kedaerahan yang timbul terlalu besar
akan mengkontestasikan odentitas
Kehadiran industri kreatif telah
kedaerahannya dengan keberadaan
melahirkan bentuk serta jenis produk
identitas nasional. Bentuk kebanggaan
yang berlebihan atas identitas Daftar Pustaka
kedaerahannya akan melahirkan sifat
Abdilah, Ubed, S. 2002. Politik
lupa bahwa identitas kedaerahan
Identitas Etnis Pergulatan Tanda
merupakan bagian dari identitas Tanpa Identitas. Magelang:
nasional yang bukan untuk Yayasan Indonesiatera Anggota
IKAPI.
dikontestasikan sati sama lain tetapi
dinegosiasikan dalam kerangka Ahmad Tohari, 2006, “Membangun
Identitas Banyumas melalui
harmonisasi sosial.
Seni-Budaya”, Pointers makalah,
disampaikan pada Sarasehan Seni
Dampak positif yang diperoleh adalah
yang diselenggarakan oleh Dinas
bahwa kemunculan industri kaos Pariwisata dan Kebudayaan
kedaerahan merupakan sebuah bentuk Kabupaten Banyumas bertempat
di Pendopo Duplikat Si Panji
resistensi dari kehadiran budaya
Banyumas tanggal 20 Juli 2006.
populer asing di Indonesia. Resistensi
ini bernilai positif karena membuat Castell, Manuel, 2010, The Power of
Identity, (United Kongdom :
kita kembali menyadari darimana Willey Blackwell)
tempat, adat istiadat serta budaya kita
Chris Barker, Cultural Studies, Teori
berasal. Dalam perkembangan budaya Dan Praktik, (Yogyakarta: Kreasi
di indonesia, kemunculan industri kaos Wacana, 2004 )
kedaerahan akan berdampak positif
Jones, Pip. 2009. Pengantar
jika diiringi dengan kesadaran sebagai Teori-teori Sosial dari Teori
bagian dari identitas nasional sehingga Fungsionalisme Hingga
Post-Modernisme. Jakarta:
memfilter maraknya budaya populer
Yayasan Pusaka Obor Indo.
asing yang lebih diidolakan oleh
Ritzer, George and Goodman, Dauglar,
masyarakat Indonesia
J. 2007. Teori Sosiologi Modern.
Jakarta: Prenada Media.
Syamsu ln & Nurihsan Juntika, Teori
Kepribadian,(Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya , 2008),
Widayanti, Titik, 2009, Politik
Subaltern Pergaulan Identitas
Waria, Yogyakarta : Research
Center For Politics and
Government Jurusan Politik dan
Pemerintahan, Universitas Gadjah
Mada
BPS Kabupaten Banyumas

You might also like