You are on page 1of 14

HUMOR DAN PESAN MORAL TEKS ANEKDOT PADA BUKU

AJAR BAHASA INDONESIA KELAS X SMA KURIKULUM 2013


(HUMOR AND MORAL MESSAGE OF ANECDOTAL TEXTS
IN INDONESIAN LANGUAGE TEACHING MATERIALS
FOR THE TENTH GRADE OF 2013 CURRICULUM
SENIOR HIGH SCHOOL)

Sri Wahyuni
SMAN 1 Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan,
Jalan Merdeka No. 1 Barabai kode pos 71315, e-mail sriw1236@gmail.com

Abstract
Humor and Moral Message of Anecdotal Texts in Indonesian Language Teaching Materials for
The Tenth Grade of 2013 Curriculum Senior High School. The purpose of this research is to describe
the characteristics of humor and moral message of anecdotal texts in Indonesian language teaching
materials for the tenth grade SMA, 2013 Curriculum. This research used pragmatic and moral approach.
To reveal humor in anecdotal text, the writer used discourse analysis techniques based on conflict theory,
peculiarity theory, unexpected/misunderstood theory, and configuration theory. The data of this research
is anecdotal text, the writer used content analysis method. Data analysis technique used is document.
Based on the discussion, the forms of humor in the anecdotal textare critical humor, humor to ease the
burden of messages and humor of purely message. The moral message contained in the text are: do not
be afraid of losing job position, there is always a way and solution in everything, be honest and not do
corruption; our earth product should not be exported, must be careful to report an incident; look at what
the content of a person is saying; do not bribe others; do not assume others wrong; use yourwealth well; be
steadfast and not lustful; do not accuse others without evidence; give help to others who are experiencing
calamities or difficulties; treat parents well; do not distinguish social status; there will always be a way to
solve a problem; be careful with bribery in the form of luxury.
Key words: humor, moral message, anecdotal text

Abstrak
Humor dan Pesan Moral Teks Anekdot pada Buku Ajar Bahasa Indonesia Kelas X SMA Kurikulum
2013. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud humor dan pesan moral yang terdapat
dalam teks anekdot pada buku ajar bahasa Indonesia kelas X SMA K13. Pendekatan dalam penelitian
ini menggunakan pendekatan pragmatis dan pendekatan moral. Untuk mengungkapkan humor pada
teks anekdot tersebut penulis menggunakan teknik analisis wacana berdasarkan teori konflik, teori
keganjilan, teori tak diharapkan/salah paham, dan teori konfigurasi. Data penelitian ini adalah teks
anekdot, maka penulis menggunakan metode analisis isi. Berdasarkan hasil pembahasan wujud humor
yang terdapat dalam teks anekdot tersebut, yaitu humor kritik, humor meringankan beban pesan, dan
humor semata-mata pesan. Pesan moral yang terdapat dalam teks tersebut, yaitu jangan takut kehilangan

245
jabatan, selalu ada cara dan solusi dalam segala hal, jadilah orang jujur dan tidak korupsi; hasil bumi
kita tidak perlu diekspor harus hati-hati melaporkan suatu kejadian; lihatlah apa isi yang disampaikan
seseorang; jangan melakukan penyuapan; jangan selalu menganggap orang lain salah, manfaatkan
kekayaaan dengan baik; jadilah orang yang teguh pendirian dan jangan tergoda hawa nafsu; jangan
asal menuduh seseorang tanpa ada bukti; berilah pertolongan kepada orang yang mengalami musibah
atau kesulitan; memperlakukan orang tua dengan baik; jangan membedakan status sosial; akan ada
jalan keluar sebuah masalah; hati-hati dengan wujud penyuapan yang berupa kemewahan.
Kata-kata kunci: humor, pesan moral, teks anekdot

PENDAHULUAN
Teks anekdot sebagai salah satu genre teks yang wajib dipelajari siswa SMA/MA. Teks anekdot
merupakan hal baru bagi siswa karena materi ini masuk pada bahan ajar K13. Ada apa dengan teks
anekdot sehingga masuk pada bahan ajar K13? Penggunaan teks anekdot sebagai materi, sumber
belajar, maupun sisipan dalam pengembangan strategi pembelajaran akan mengarahkan pada
pencapaian keberhasilan siswa. Dengan kata lain, teks anekdot mampu menjadi salah satu sarana
dalam mengembangkan diri, peningkatan kompetensi kebahasaan, berbahasa, bersastra, maupun
pembentukan karakter.
Teks anekdot merupakan cerita narasi atau percakapan yang lucu dengan berbagai tujuan,
baik sebagai hiburan, sindiran, atau kritik tidak langsung. Pada mulanya teks anekdot menceritakan
tokoh-tokoh terkenal berbagai bidang tertentu seperti politik, sosial, dan agama. Selain itu, teks
anekdot menceritakan peristiwa nyata dalam kehidupan sehari-hari. Anekdot yang menceritakan
tokoh dan peristiwa tertentu diciptakan untuk suatu tujuan, misalnya mengkritik atau menasihati.
Anekdot selalu disajikan berdasarkan pada kejadian nyata dan melibatkan orang-orang yang
sebenarnya, apakah terkenal atau tidak, biasanya di suatu tempat yang dapat diidentifikasi. Namun,
seiring waktu modifikasi pada saat penceritaan kembali dapat mengubah sebuah anekdot tertentu
menjadi sebuah fiksi, sesuatu yang diceritakan kembali tapi “terlalu bagus untuk nyata”. Anekdot
dipilih sebagai sarana mengkritik karena kritikan yang disampaikan dapat menyindir orang atau
pihak yang dikritik. Anekdot juga bertujuan untuk menyampaikan nasihat. Nasihat dalam teks
anekdot dikemas dalam bentuk humor melalui pesan tersirat.
Sebagai salah satu jenis teks yang termasuk dalam gender cerita, teks anekdot memiliki
tujuan sosial yang sama dengan teks cerita ulang. Hanya saja peristiwa yang ditampilkan membuat
partisipan yang mengalaminya merasa jengkel atau konyol. Struktur teks anekdot, yaitu abstraksi,
orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Cerita yang ditampilkan dalam teks anekdot lucu dan menarik.
Selain itu, dalam teks anekdot juga banyak nilai-nilai atau pelajaran yang dapat kita ambil sebagai
pesan moral.
Teks anekdot sebagai salah satu jenis wacana humor yang memiliki karakteristik tertentu.
Wacana humor merupakan salah satu jenis wacana yang menyajikan sesuatu secara lucu. Teks
anekdot merupakan salah satu folklore yang termasuk jenis dongeng. Menurut Danandjaja (1984:
117), lelucon dan anekdot adalah dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan
hati, sehingga menimbulkan tawa bagi yang mendengarnya maupun yang menceritakan. Anekdot
bukanlah lelucon, karena tujuan utamanya hanya untuk membangkitkan tawa, tetapi untuk
mengungkapkan suatu kebenaran yang lebih umum daripada kisah singkat itu sendiri, atau untuk

246
melukiskan suatu sifat karakter dengan ringan sehingga menghentak dalam kilasan pemahaman
yang langsung pada intinya. Ada perbedaan antara lelucon dan anekdot. Danandjaja (1984:118)
mengungkapkan bahwa anekdot menyangkut kisah fiktif lucu pribadi seorang tokoh atau beberapa
tokoh yang benar-benar ada, maka lelucon menyangkut kisah fiktif lucu anggota suatu kolektif
seperti suku bangsa, golongan, bangsa, dan ras.
Teks anekdot mengandung humor. Humor dalam teks anekdot dapat berupa kelucuan atau
kekonyolan tokoh atau peristiwa tertentu. Humor terjadi karena keberadaan penyimpangan-
penyimpangan dalam teks anekdot. Penyimpangan-penyimpangan tersebut dapat berupa penyim­­
pangan makna tertentu. Jika makna sesuatu seharusnya A, tetapi dalam anekdot ternyata sesutau
bermakna B. Humor dalam anekdot juga dapat dimunculkan dengan penyimpangan bunyi-bunyian.
Bunyi sebuah kata atau frasa disimpangkan menjadi bunyi lain sehingga menimbulkan efek humor.
Humor menurut Baldwin (dalam Rafiek, 2017: 411), yaitu instrumen sosial yang menyediakan
suatu cara efektif untuk mengurangi kesukaran atau beban psikologis, mengkomunikasikan
jarak perasaan-perasaan dan ide-ide, mempertinggi hubungan atau kekerabatan, juga humor
menjaga hubungan-hubungan sosial ketika mengkomunikasikan informasi negatif. Sejalan dengan
Baldwin, menurut Brownell (dalam Rafiek, 2017: 411) bahwa humor memberikan suatu cara untuk
mengomunikasikan ide-ide atau perasaan-perasaan, menyampaikan kritik dan mengekspresikan
permusuhan dalam cara atau sikap yang dapat diterima secara sosial.
Cerita humor dapat memberikan lebih banyak daripada sekadar hiburan semata, dengan gaya
yang lucu, cerita humor dapat menyampaikan suatu wawasan yang arif dalam bentuk ungkapan
sambil tampil menghibur. Suatu cerita humor juga dapat menyampaikan siratan menyindir, kritikan
sosial berlapis tawa, sebagai sarana persuasi untuk memudahkan masuknya pesan yang ingin
disampaikan.
Penelitian yang berhubungan dengan humor memang sudah ada yang meneliti, yaitu
tesis“Humor Opera Van Java di ANTV” yang diteliti oleh Rusidah (2013). Penelitian ini mendeskripsikan
tentang jenis-jenis humor yang ada pada “Opera Van Java” yaitu, humor kelegaan, humor konflik,
dan humor keganjilan. Humor kelegaan terdiri dari humor kuliah, humor salah intonasi, humor
orang dewasa. Humor konflik terdiri dari humor interupsi, humor tolak bala, dan humor pepatah.
Humor keganjilan terdiri dari humor puisi, humor keseleo lidah (salah ucap), humor definisi, humor
permainan kata (pun), humor ungkapan penjerat, dan humor statistik.
Peneliti juga menemukan penelitian tentang humor yang ada dalam jurnal dengan judul
“Makna dan Fungsi Humor dalam Kumpulan Cerita Abu Nawas”, oleh Asyura, Effendy, dan Martono
(2014). Masalah dalam penelitian ini adalah makna dan fungsi humor dalam kumpulan cerita Abu
Nawas dan mendeskripsikannya sebagai tujuan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan teknik studi dokumenter. Penelitian ini
menggunakan pendekatan psikologi sastra dengan mengaplikasikan teori bisosiasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa gejala humor dalam kumpulan cerita Abu Nawas dikembangkan berdasarkan
wacana humor politik, pergaulan, dan agama serta terdapat enam amanat yang terkandung. Selain
itu, tergambar adanya tiga fungsi humor yaitu fungsi memahami, fungsi mempengaruhi, dan fungsi
menghibur. Fungsi humor tersebut tergambar sebagai bentuk kritik sosial dalam pemerintahan dan
kehidupan sosial.
Jenis humor menurut Setiawan (dalam Rafiek, 2017:411) dibedakan menjadi tiga jenis, yakni

247
(1) humor personal, yaitu kecenderungan tertawa pada diri kita, misalnya bila kita melihat sebatang
pohon yang bentuknya mirip dengan orang sedang buang air besar; (2) humor dalam pergaulan,
misalnya senda gurau di antara teman, kelucuan yang diselipkan dalam pidato atau ceramah di
depan umum; (3) humor kesenian, atau seni humor.
Jenis humor menurut Jarkasi (dalam Rafiek, 2017:414) membagi humor atas (1) humor bahasa,
yaitu kelucuan-kelucuan yang disebabkan oleh penuturan kalimat atau ungkapan-ungkapan
bahasa; (2) humor tingkah laku, yaitu perilaku dan sikap tokoh yang sengaja dibuat-buat untuk
menimbulkan kelucuan;, (3) humor pergunjingan, yaitu kelucuan-kelucuan yang disebabkan gelar-
gelar khusus, dan (4) humor pornografi, yakni kelucuan-kelucuan yang disebabkan oleh pikiran
asosiatif terhadap hal-hal yang berbau seks.
Moral adalah aturan kesusilaan yang meliputi semua norma untuk kelakuan, perbuatan
dan tingkah laku yang baik. Pesan moral akan membantu siswa untuk lebih peka terhadap baik
buruknya sesuatu dan dapat menolak untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Pesan-pesan moral
dapat disampaikan pengarang secara langsung dan bisa pula secara tidak langsung. Moral diartikan
sebagai norma dan konsep kehidupan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Pesan moral yang
terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika
dan budi pekerti. Nilai pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan
adat istiadat seorang individu atau dari suatu kelompok yang meliputi perilaku, tata krama yang
menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila.

METODE
Sumber penelitian ini adalah teks anekdot, maka penulis menggunakan metode analisis isi.
Metode analisis isi berhubungan dengan isi komunikasi, baik secara verbal dalam bentuk bahasa,
maupun nonverbal. Isi yang dimaksud dalam karya sastra adalah pesan-pesan. Isi dalam metode
analisis isi terdiri dari dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang
terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung
sebagai akibat komunikasi yang terjadi. Metode isi laten, yaitu menganalisis teks tentang humor
yang ada pada teks anekdot. Setelah itu, dengan metode isi komunikasi peneliti mendeskripsikan
pesan moral yang ada pada teks anekdot.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatis dan pendekatan moral.
Menurut Endraswara (2013: 9), pendekatan pragmatik, yaitu penelitian sastra yang berhubungan
dengan resepsi pembaca terhadap teks sastra. Untuk mengungkapkan humor pada teks anekdot
tersebut penulis menggunakan teknik analisis wacana berdasarkan teori konflik, teori tak diharapkan/
salah paham, teori inkongruitas, teori ambivalensi, dan teori konfigurasi. Pendekatan moral adalah
pendekatan yang bertolak dari asumsi dasar bahwa salah satu tujuan kehadiran sastra di tengah-
tengah masyarakat pembaca adalah berupaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berpikir, dan berketuhanan (Semi, 2012:89).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis humor dan pesan moral teks anekdot yang ada
pada buku buku ajar Bahasa Indonesia kelas X Kurikulum 2013. Berdasarkan hasil analisis data di
atas ditemukan bahwa wujud humor pada enam belas teks anekdot terbagi atas tiga bagian yaitu,

248
humor kritik, humor meringankan beban pesan, dan humor semata-mata pesan. Yang termasuk
humor kritik yaitu, humor politik (teks A1, A7, A10, A16), humor Hukum (A5), dan humor interupsi
(teks A13). Humor meringankan beban pesan yaitu, humor pendidikan (A2), humor sosial (teks A3,
A4, A6, A11, A15). Humor semata-mata pesan yaitu, humor sosial (teks A8, A9, A12) dan humor
bahasa (teks A14). Humor politik terdapat pada teks A1, A7, A10, dan A16.
Humor teks A1, yaitu humor politik menggunakan teori Keganjilan. Keganjilan terdapat pada
bagian akhir teks. Keganjilan ini terjadi karena ada ketidaksinkronan antara pertanyaan dengan
jawaban. Hal ini terjadi karena perbedaan persepsi antara Tono dan Udin. Persepsi Udin atas
pertanyaan Tono bahwa dosen yang tidak mau berdiri saat mengajar karena capek atau kakinya tidak
kuat berdiri. Persepsi Tono atas pertanyaannya kepada Udin bahwa dosen itu tidak mau berdiri saat
mengajar karena dosen itu juga seorang pejabat. Jawaban Tono tersebut mengandung fakta yang
sering terjadi bahwa banyak pejabat yang takut kehilangan jabatannya. Karena dosen tersebut juga
seorang pejabat, maka ia tidak akan mau berdiri ketika mengajar, karena jika ia berdiri, kursi tersebut
akan diduduki orang lain.Di dunia politik banyak pejabat yang takut kehilangan jabatannya.

Kutipan Pesan moral


Tono : “Bukan itu sebabnya,Din. Sebab dia juga seorang Jangan pernah takut jika kehilangan jabatan. Jabatan
pejabat.” itu sebuah amanah yang harus dilaksanakan dengan
Udin : “Loh,apa hubungannya.” sungguh-sungguh bukan sekadar aji mumpung. Moral
Tono : “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang baik merupakan modal utama ketika ingin jadi pejabat
lain.”

Humor pada teks A2, yaitu humor pendidikan. Humor ini muncul karena terdapat keganjilan
pada tokoh sesekor keledai yang diajarkan membaca oleh Nasrudin. Seperti kita tahu bahwa keledai
terkenal sebagai binatang yang bodoh dan lambat. Di sinilah keganjilan yang terjadi bahwa Nasrudin
bisa mengajari seekor keledai membaca. Secara logika keledai itu jelas tidak akan bisa membaca.
Tetapi ternyata di cerita ini Nasrudin berhasil membuat keledai itu bisa membaca. Padahal memang
keledai itu tidak bisa membaca tetapi Nasrudin membuat tampilan keledai itu membolak-balik
setiap lembaran buku seolah-olah membaca buku. Keledai itu sebenarnya tidak membaca tetapi
mencari biji gandum yang diselipkan Nasrudin di setiap lembaran buku.

Kutipan Pesan Moral

Namun, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?” Pada teks A2 ini pesan moral yang ingin disampaikan,
tukas Timur Lenk. Nasrudin menjawab, Memang demikianlah yaitu bahwa kita selalu punya cara dan solusi dalam
cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa segala hal. Apa yang telah dilakukan Nasrudin,
mengerti isinya”. yaitu mengajari seekor keledai membaca dengan
meletakkan biji gandum di setiap halaman buku
merupakan suatu solusi untuk menyelesaikan
tantangan raja.Buku bukan sekadar dilihat-lihat saja
tapi harus dipahami isinya.

Humor pada teks A3 yaitu, humor sosial. Pada teks A3 ini terjadi keganjilan yaitu, perbedaan

249
antara makna dan interpretasi karena terjadi ketidakkonkruenan antara makna pernyataan ibu dan
interpretasi presiden. Presiden dengan bangga mengatakan bahwa ibu tersebut adalah seorang ibu
yang mampu menjadikan keempat anaknya sukses dan menjadi orang yang jujur. Persepsi presiden
terhadap pernyataan ibu bahwa anaknya adalah pegawai yang bekerja di KPK, Polda, kejaksaan,
dan DPR iut salah. Walaupun keempat anak ibu itu bekerja di kantor pemerintahan, tetapi mereka
bukan pegawai kantor tersebut. Pekerjaan mereka di KPK, POLDA, Kejaksaan, dan DPR adalah juga
pedagang kue sama dengan ibunya. Kesalahpahaman ini membuat presiden dan pembaca jengkel.
Makna yang diharapkan presiden tentang jabatan anak-anak si ibu tidak sesuai dengan jawaban si
ibu. Disinilah muncul kelucuan karena terjadi kontradiksi makna.

Kutipan Pesan Moral

Bapak Presiden : “Meskipun hanya jualan kue, Ibu ini bisa Pesan moral pada teks A3 ini terletak pada pernyataan
menjadikan anaknya sukses dan jujur Bapak presiden yang mengatakan bahwa walaupun ibu
tidak korupsi, karena kalau mereka tersebut hanya berjual kue, tetapi ia mampu menghidupi
korupsi pasti kehidupan Ibu ini sudah keempat anaknya dan membuat anak-anaknya sukses
sejahtera dan tinggal di rumah mewah.” dan tidak korupsi. Jadilah pejabat yang jujur dan tidak
Bapak Presiden : “Apa jabatan anak di POLDA, KPK, korupsi agar kehidupan masyarakat sejahtera
Kejaksaan dan DPR?”
Ibu Tua : “Sama. . . jualan kue juga.”

Humor pada teks A4, yaitu humor sosial. Teori yang digunakan untuk mengungkapkan humor
pada teks A4 ini, yaitu teori relief. Pada teks A4 ini memberikan suasana hangat dan membuktikan
secara tidak penting. Pengunjung restoran bingung karena hanya antara nangka lokal dan nangka
impor dapat mempengaruhi rasa sebuah masakan. Padahal nangka yang digunakan nangkanya
sama. Tapi jawaban pelayan restoran membuat pembaca tertawa karena nangka yang dimaksud
adalah sama, yaitu nangka Yogya.
Makna kata impor ini sebenarnya menunjukkan benda atau nangka yang berasal dari wilayah
yang sama. Karena restoran yang berada di Amsterdam maka disebut nangka impor. Hal ini lah
yang menimbulan kelucuan. Kalau di Indonesia memang nangka Yogya tersebut merupakan nangka
lokal. Tetapi karena sudah berpindah negara maka nangka Yogya tersebut akan menjadi nangka
impor.

Kutipan Pesan Moral

“Mas, apa rahasianya kok gudeg di sini rasanya lebih enak Hasil bumi kita untuk kesejahteraan rakyat bukan untuk
dibandingkan dengan di tempat aslinya?” menyulitkan rakyat. Sebaiknya hasil bumi kita tidak perlu
“Oh, itu karena nangkanya, Mas. Di Yogya kan pakai diekspor.
nangka lokal. Nah kalau kami di sini memakai nangka
impor, “ jawabnya.
“Emang nangkanya impor darimana?”
“Dari Yogya, Mas…”

Humor pada teks A5 yaitu, humor hukum. Pengungkapan humor pada teks A5 ini
menggunakan keganjilan. Pada teks A5 ini pembaca akan merasa aneh dan heran dengan kejadian
yang dialami pelapor. Pelapor yang ingin minta perlindungan hukum tapi justru dia yang dihukum.

250
Kejadian tersebut merupakan penyimpangan dari ketentuan-ketentuan yang lazim. Humor atau
kelucuan pada teks A5 ini terletak pada penangkapan pelapor kemalingan karena ia melakukan
tindakan illegal, yaitu merekam wajah sang maling tanpa minta izin kepada maling tersebut. Hal
ini sungguh aneh dan lucu karena pelapor merasa beruntung setelah kemalingan telah berhasil
merekam kejadian tersebut. Pelapor yang berusaha untuk mengungkapkan pelaku kemalingan
tersebut dengan mengatakan bahwa ia berhasil merekam wajah maling tersebut justru dianggap
salah oleh pihak polisi. Ia malah ditangkap karena dianggap telah melakukan tindakan illegal, yaitu
merekam wajah sang maling tanpa izin.

Kutipan Pesan Moral


Pelapor : “Pak saya kemalingan.” Masyarakat harus hati-hati melaporkan suatu kejadian.
Polisi : “Kemalingan apa?” Bukannya mendapat perlindungan hukum malah jadi
Pelapor : “Mobil, Pak. Tapi saya beruntung Pak…” dihukum. Lemahnya sistem hukum akan membuat
Pelapor : “Iya pak. Saya Beruntung karena CCTV masyarakat akan bertindak sewenang-wenang. Teks
merekam dengan jelas. Saya bisa melihat A5 merupakan sindiran bagi para penegak hukum
dengan jelas wajah malingnya.” agar bertindak adil kepada siapapun dan melindungi
Polisi : “Sudah minta izin malingnya untuk merekam?’ masyarakat kecil. Kalau memang mereka benar janganlah
Pelapor : “Belum… “ (sambil menatap polisi dengan mencari kesalahan lain dengan membalikkan keadaan.
penuh keheranan.)
Polisi : “Itu illegal. Anda saya tangkap.”
Pelapor : (hanya bisa pasrah tak berdaya).

Humor pada teks A6 yaitu, humor sosial. Pengungkapan humor pada teks A6 ini menggunakan
teori keganjilan. Ada hal aneh dan ganjil pada teks A6 ini, yaitu saran dari pasien rumah sakit jiwa
terhadap masalah yang dihadapi supir ambulans. Pasien itu menyarankan bahwa sang supir harus
mencopot satu baut pada masing-masing ban sehingg setiap ban memiliki tiga baut dan jika ada toko
baut, sang supir harus membeli baut. Hal tersebut menyimpang dari kebiasaan pada umumnya.
Humor pada teks A6 ini terletak pada pernyataan pasien rumah sakit jiwa yang mengaku dirinya
gila, tetapi tidak bego.Tidak sewajarnya pasien rumah sakit gila bisa berpikir dan memberikan solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi orang lain.

Kutipan Pesan Moral

Mendengar teriakan itu, salah seorang pasien gila Jadi, jangan memandang siapa yang memberi saran,
nyeletuk, “Bang, copotin aja tuh satu baut dari masing- nasihat, atau pendapat tetapi lihatlah apa isi yang
masing tiga roda lainnya, terus pasang ke bannya. Jadi, disampaikan. Berpikirlah dengan tenang saat mendapat
masing-masing ban dapat tiga baut. Nanti kalau ada toko musibah dan bersabarlah, jalan keluar akan segera tampak,
baut, Abang tinggal beli empat baut.” serahkan saja semunya kepada Tuhan.
Mendengar usul pasien gila tersebut, si sopir langsung
lega.
“Pinter juga, Lo. Tapi, kenapa Lo masuk rumah sakit jiwa,
sih?”
Pasien itu menjawab, ‘Heloooo . . . pliiiisss dech! Kita ini
Cuma gila. Bukan bego kaya Lo.”

251
Humor pada teks A7, yaitu humor hukum. Pengungkapan humor pada teks A7 ini meng­
gunakan teori tak diharapkan/ salah paham. Pada teks A7 ini pembaca akan merasakan puncak
konflik di sebuah sidang pengadilan, yaitu terjadinya serangan pertanyaan yang dilontarkan jaksa
penuntut umum kepada saksi. Humor atau kelucuan pada teks A7 ini terletak pada jawaban saksi
ketika disuruh hakim menjawab pertanyaan jaksa penuntut umum yaitu, saksi mengira bahwa jaksa
penuntut umum tidak sedang berbicara kepadanya tetapi kepada hakim. Humor atau kelucuan pada
teks A7 ini terletak pada jawaban saksi ketika disuruh hakim menjawab pertanyaan jaksa penuntut
umum, yaitu saksi mengira bahwa jaksa penuntut umum tidak sedang berbicara kepadanya tetapi
kepada hakim. Kesalahpahaman yang terjadi di sidang tersebut, yaitu antara saksi dan jaksa penuntut
umum. Sikap saksi yang pura-pura tidak mendengar tuduhan jaksa penuntut umum menyebabkan
orang lain merasa jengkel karena apa yang diharapkan tidak sesuai dengan yang terjadi.

Kutipan Pesan Moral

“Bukankah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar Sebagai manusia berbudi jangan menerima suap dari
untuk berkompromi dalam kasus ini?” ulang pengacara. siapapun dan memberikan keterangan palsu di pengadilan
Saksi masih tidak menanggapi. Akhirnya, hakim berkata, sebagai bentuk pembelaan kepada pihak yang terlibat
“Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.” “Oh, maaf.” Saksi kejahatan. Hukum untuk semua orang, kaya atau miskin,
terkejut sambil berkata kepada hakim, “Saya pikir dia tadi pejabat, pengusaha atau pun rakyat jelata. Semua harus
berbicara dengan Anda.” diperlakukan sama. Jangan sampai hukum menjadi
bumerang bagi rakyat miskin. Jangan sampai kebenaran
hanya milik orang kaya, pejabat, atau pengusaha. Jangan
melakukan penyuapan kepada orang lain untuk melindungi
kejahatan yang diperbuat.

Humor pada teks A8, yaitu humor sosial. Pengungkapan humor pada teks A8 ini menggunakan
teori keganjilan. Pembaca akan merasakan hal yang aneh dan ganjil karena kelalaian penjaga kebun.
Humor atau kelucuan pada teks A8 ini terletak pada perkataan kanguru yang mengatakan bahwa
walaupun seribu kaki pagar itu dibuat oleh penjaga, kecuali pagar itu dikunci pada malam hari. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat ketidakkonkuenan antara akal penjaga kebun dan kanguru. Pada
cerita ini kanguru terlihat lebih pintar dari penjaga kebun.

Kutipan Pesan Moral

Ketika pagar itu dibuat dua puluh kaki tingginya, unta yang Demikianlah juga yang tergambar di kehidupan nyata,
ada di samping kandang kanguru bertanya, “Seberapa apabila seseorang ceroboh, tidak hati-hati, dan tidak teliti
tinggi kamu pikir para pengurus binatang akan membuat akan menimbulkan akibat dan akan mendapat masalah.
pagarnya?” Kesempatan yang ada selalu bisa dimanfaatkan orang lain
Kanguru itu berkata, “Sekira seribu kaki, kecuali seseorang untuk meraih keutungan. Tanggaplah terhadap kejadian
mengunci pintu pada malam hari!” yang terjadi jangan mentok pada cara yang itu-itu saja.
Ketika pagar itu dibuat dua puluh kaki tingginya, unta yang Jangan selalu menganggap orang lain salah, tapi hal itu
ada di samping kandang kanguru bertanya, “Seberapa terjadi karena kecerobohan dan kelalaian kita
tinggi kamu pikir para pengurus binatang akan membuat
pagarnya?”
Kanguru itu berkata, “Sekira seribu kaki, kecuali seseorang
mengunci pintu pada malam hari!”

252
Humor pada teks A9, yaitu humor sosial. Untuk mengungkapkan humor pada teks A9
menggunakan teori tak diharapkan/salah paham. Pada teks A9 ini ada muncul sebuah kondisi yang
tidak diharapkan karena terjadi salah paham. Kesalahan persepsi ini terjadi pada pemuda yang salah
paham menanggapi perkataan Nasrudin. Ketika ia jatuh miskin dan minta saran dari Nasrudin.
Humor atau kelucuan pada teks A9 ini terletak kesalahpahaman pemuda terhadap pernyataan
Nasrudin yang mengatakan bahwa keadaan pemuda itu akan kembali normal, tenang, dan bahagia.
Pada teks A9 ini terjadi kontradiksi makna dari pernyataan Nasrudin “Jangan khawatir,”,
“segalanya akan normal kembali. Tunggu saja beberapa hari ini. Kau akan kembali tenang dan bahagia”.
Pemuda itu mengira bahwa keadaan kembali normal yang dikatakan Nasrudin berarti ia kembali
kaya. Tapi maksud Nasrudin bukan begitu. Ternyata pemuda itu salah tafsir. Maksud Nasrudin
bahwa ia akan kembali tenang dan bahagia karena dalam waktu yang tidak lama pemuda itu akan
terbiasa dengan hidupnya yang miskin dan tidak punya teman. Kondisi ini menimbulkan perasaan
tidak senang, mengecewakan.

Kutipan Pesan Moral

“Jangan khawatir,” jawab Nasruddin, “segalanya akan Orang yang pandai memanfaatkan uangnya dengan
normal kembali. Tunggu saja beberapa hari ini. Kau akan baik, maka uangnya akan semakin bertambah, tetapi jika
kembali tenang dan bahagia.” tidak pandai mengelola keuangan walaupun uangnya
Pemuda itu gembira bukan main. banyak, sedikit demi sedikit akan habis terkisis. Inilah
“Jadi, saya akan segera kembali kaya?’ yang terjadi dengan pemuda kaya itu, karena ia tidak
“Bukan begitu maksudku. Kau salah tafsir. Maksudku pandai mengelola uang akhirnya uangnya habis dan jatuh
dalam waktu yang tidak terlalu lama, kau akan terbiasa miskin. Manfaatkanlah kekayaaan kita denga baik, jangan
menjadi orang miskin dan tidak mempunyai teman.” dihambur-hamburkan karena akan membuat kita miskin.

Humor pada teks A10, yaitu humor politik. Humor atau kelucuan gila jabatan ini terjadi karena
keganjilan yang terjadi pada tokoh B yang mendapat tawaran dari tokoh A. Tokoh B merupakan
perwakilan dari tokoh yang tidak kuat dengan ujian karena akhirnya tergiur dengan uang. Hal
ini menggambarkan bahwa terdapat ketidaksinkronan antara komitmen awal tokoh B. Puncak
kelucuannya terletak pada jawaban B (5). Pada jawaban ini si B terlihat seperti orang lain yang
mempunyai kelemahan, yaitu ia tergoda juga dengan uang 50 miliar rupiah. Tapi yang juga membuat
pembaca tertawa pernyataan si B agar ia tidak terlihat seperti orang yang lemah iman karena uang
si B mengatakan bahwa si A adalah orang yang mempunyai keteguhan hati dan sungguh-sungguh,
maka ia bersedia menerima tawaran si A untuk melepas jabatannya kepada si A dengan jawaban
‘Transaksi kita jadi’. Inilah keganjilan yang pada awalnya si B tidak mau menjual jabatannya tetapi
dengan uang 50 milyar si B tegoda juga untuk menjualnya kepada si A.

253
Kutipan Pesan Moral

A : ”Kalau 1 miliar rupiah bagaimana?” Sebagai pengemban amanah negara maka tetap teguh
B(4) : ”Satu miliar. . . Ah, rupanya kamu ini benar-benar pendirian walaupun uang miliaran rupiah di depan mata
tulus hati, menunjukkan bahwa kamu mempunyai dan jangan mengikuti hawa nafsu dengan menginginkan
semangat tinggi untuk mengabdi pada bangsa. Oleh uang ataupun jabatan dengan maksud yang lain.
karena itu, akan kupertimbangkan dengan baik-baik
tawarannmu.”
A : ”Ah, nggak perlu dipertimbangkan, kuberi kamu 50
miliar rupiah!”
B(5) : ”Keteguhan hatimu sungguh-sungguh mengharukan!
Oke, sekali ini kutentukan sendiri. Transaksi kita
jadi!”

Humor pada teks A11, yaitu humor sosial. Teori yang digunakan, yaitu teori tak diharapkan/
salah paham. Pada teks A11 ini terjadi kontradiksi makna. Dalam teks ini, X berarti kelucuan, yaitu
bos yang salah sangka, sedangkan M1 dan M2 terletak pada status seorang pemuda yang pada saat
itu ada di perusahaan. Kelucuan (X) terjadi karena makna yang diharapkan (M2), tetapi ternyata
makna yang diamati (M1) yang muncul. Bos menyangka pemuda itu adalah salah satu karyawan
perusahaannya (M2) tetapi ternyata pemuda itu pengantar pizza (M1). Bos yang salah sangka
kepada pemuda pengantar pizza dengan memberikan uang dua ratus ribu menimbulkan pembaca
tertawa karena dengan penuh keyakinan ia memberi hukuman kepada seorang karyawan yang
malas bekerja dengan memecatnya. Tetapi bagi pengantar pizza walaupun ia terkejut dan bingung
dengan apa yang telah dilakukan bos tersebut tetapi hal itu merupakan suatu keberuntungan karena
tanpa disangka-sangka ada orang yang memberinya uang sebesar gajinya dua minggu.

Kutipan Pesan Moral

Si bos mengeluarkan dompetnya dan mengambil dua Salah sangka atau salah paham sering kali terjadi pada
lembar uang seratus ribuan. Ia mengulurkannya kepada siapapun. Dalam melakukan hal hendaklah hati-hati.
pria muda itu, “Ini gajimu untuk dua minggu dan cepat Selidiki dulu permasalahannya, jangan asal menuduh dan
pergi dari sini. Aku tak mau melihatmu lagi!” memutuskan sesuatu yang tanpa ada bukti yang kuat.
…… Seseorang sering kali menjadi korban salah sangka. Salah
Suasana menjadi hening sampai akhirnya sangka merupakan hal yang bisa merugikan baik bagi diri
seorang staf menjawab dengan sedikit ketakutan, “Ia tak sendiri maupun bagi orang lain.
bekerja disini. Ia adalah pengantar pizza yang mengantar
pesanan personalia.”

Humor pada teks A12, yaitu humor sosial. Pengungkapan humor pada teks ini menggunakan
teori konfigurasi. Humor atau kelucuan pada teka A12 ini terletak pada pernyataan warga yang
meminta satu permintaan kepada pejabat bahwa jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa
ia telah menolong pejabat itu.Pada teks ini terjadi peningkatan pemahaman warga terhadap situasi
yang ada. Warga mulai mamahami bahwa pejabat yang ia tolong itu adalah pejabat yang sering
muncul di televisi yaitu, pejabat yang koruptor. Humor atau kelucuan pada teka A12 ini terletak pada
pernyataan warga yang meminta satu permintaan kepada pejabat bahwa jangan memberitahukan
kepada siapapun bahwa ia telah menolong pejabat itu. Permintaan warga itu karena ia sadar bahwa

254
pejabat yang ia tolong itu yang wajahnya sering muncul di televisi bukan pejabat yang muncul
karena prestasinya tetapi karena dia ternyata adalah seorang koruptor.

Kutipan Pesan Moral

“Aku ini seorang pejabat Negara.” Menolong orang lain merupakan suatu keharusan bagi
Kali ini warga tersebut baru ingat bahwa wajah orang yang manusia. Siapapun yang mengharapkan pertolongan
dia tolong sering muncul di televisi. sebaiknya ditolong, baik diminta maupun tidak diminta
“Karena kamu sudah menolongku, kamu boleh minta apa sebagai inisiatif sendiri. Berilah pertolongan jika ada yang
saja yang kamu mau. Ayo, katakan saja keinginanmu, pasti mengalami musibah atau kesulitan.
aku penuhi!” kata si pejabat.
“Kalau begitu, saya punya satu permintaan.”
“Katakan saja!”
“Tolong Bapak jangan bilang kepada siapa pun bahwa saya
yang menolong Bapak saat itu.”

Humor pada teks A13, yaitu humor interupsi. Untuk mengungkapkan humor pada teks A13
ini digunakan teori konfigurasi. Tindakan sang cucu yang membuat replika meja makan yang ia
persiapkan untuk orang tuanya merupakan pengungkapan sebuah fakta yang ada di dalam teks
yang memiliki hubungan dengan kejadian di kehidupan nyata bahwa ada anak yang mengabaikan
orang tuanya yang sudah pikun. Ada peningkatan pemahaman dari sang cucu terhadap situasi yang
ada (yang dihadapi) dan menimbulkan apresiasi sang cucu. Pemahaman itu yaitu, sang cucu melihat
sebuah kejadian ketika orang tuanya memperlakukan kakeknya ketika makan bersama. Secara tiba-
tiba suatu hari ia membuat persepsi bahwa itukah yang juga akan terjadi ketika ayah ibunya sudah
tua. Maka untuk mengatasi hal tersebut ia membuat replika meja makan dengan maksud untuk
persiapan ayah ibunya.

Kutipan Pesan Moral

Suatu hari sang ayah Memperhatikan anaknya sedang Apa yang dilakukan anak kecil itu merupakan sebuah
membuat replika mainan kayu. renungan. Ketika orang tua yang sudahpikun dan rabun
“Sedang apa, sayang?” Tanya ayah pada hendaklah tetap memperlakukan mereka dengan sebaik-
anaknya. “Aku sedang membuat meja buat ayah dan ibu. baiknya. Jangan ada perbedaan perlakuan kepada
Persiapan buat ayah dan ibu bila aku besar nanti. Ayah siapapun.
anak kecil itu langsung terdiam.

Humor pada teks A14, yaitu humor bahasa. Pengungkapan humor pada teks ini menggunakan
teori teori konfigurasi. Ada situasi yang aneh terjadi di teks A14 ini. Ada persepsi lain tentang kalimat
yang diucapkan seseorang yang dikait-kaitkan dengan tingkat pendidikan seseorang. Jawaban yang
diucapkan oleh tiga orang dari latar belakang pendidikan yang berbeda dianggap sebagai ciri khas
orang tersebut. Pada teori konfigurasi terjadi peningkatan pemahaman terhadap situasi yang ada
(yang dihadapi). Pemahanan ini terjadi pada Gus Dur yang diberikan pertanyaan, mengapa sebuah
pertanyaan yang sama tetapi dijawab berbeda dari orang yang berbeda padahal jawaban tersebut
mempunyai makna yang sama, yaitu membenarkan pertanyaan orang lain. Pemahanan ini muncul
tiba-tiba dan seolah-olah membawa sebuah makna baru dari sebuah kalimat jawaban “ho..oh”,
“betul”, dan “benar”.

255
Humor atau kelucuan pada teks A14 ini terletak pada jawaban Gus Dur, yaitu Ho..oh. Jawaban
Gus Dur ini adalah jawaban yang “senjata makan tuan”. Mengapa demikian? Jawaban Gus Dur ‘Ho..
oh” ini akan membuat pembaca tertawa karena Gus Dur sendiri yang mengatakan bahwa jawaban
“ho..oh” adalah jawaban dari orang yang tamatan SD. Dengan menjawab ‘ho..oh’, berarti Gus Dur
adalah tamatan SD bukan seorang sarjana.

Kutipan Pesan Moral


Gus Dur : (tertegun sejenak) “Ooh begini, kalau Anda Profesi seseorang tidak menjamin kecerdasan dan status
bertanya kepada tamatan SD adalah Ho . . pendidikan. Dalam pergaulan jangan membedakan status
oh. Kalau Anda bertanya kepada tamatan sosial dengan melihat penggunaan bahasa seseorang.
SMA jawabannya betul. Sementara itu, kalau
Anda bertanya kepada tamatan universitas
jawabannya benar.”
Ajudan Presiden Bill Clinton : (mengangguk) “Jadi Anda ini
seorang sarjana?”
Gus Dur : “Ho . . . oh!”

Humor pada teks A15, yaitu humor sosial. Pengungkapan humor pada teks A15 ini
menggunakan teori relief. Pada teori ini humor memberikan dampak emosi pendengar atau
pembaca. Nasrudin yang tekenal sebagai orang cerdik selalu mendapat tantangan dari Raja Timur
Lenk. Nasrudin dicoba ataun ditantang memanah, padahal ia bukan ahli memanah. Tantangan itu
dengan maksud ingin mempermalukan Nasrudin. Sebagai orang yang banyak akal Nasrudin selalu
menerima tantangan apapun. Humor atau kelucuan pada teks A15 ini terletak pada pernyataan
(teriakan) Nasrudin bahwa ketika anak panahnya mengenai sasaran ia mengatakan bahwa inilah
gaya Nasrudin memanah. Pernyataan tersebut didukung pada pernyataan sebelumnya ketika dua
anak panahnya tidak mengenai sasaran. Anak panah Nasrudin yang pertama dikatakannya bahwa
itu adalah gaya memanah Tuan Wajir. Anak panah yang kedua yang juga tidak mengenai sasaran
itu dikatakannya sebagai gaya memanah Tuan Walikota. Hal ini tentu hanya akal-akalan Nasrudin
saja untuk mangelabui Raja Timur Lenk. Seandainya anak panah ketiga atau keempat pun yang juga
tidak mengenai sasaran, Nasrudin akan mengatakan bahwa gaya memanah itu adalah gaya orang
lain sampai pada anak panah yang tepat sasaran barulah ia katakan bahwa itu gaya dia memanah.

Kutipan Pesan Moral


Nasrudin terpaksa mengambil busur dan tempat anak nilah pesan moral yang ingin disampaikan kepada
panah. Dengan memantapkan hati, ia membidik sasaran pembaca bahwa pertama, apapun masalah yang dihadapi
dan mulai memanah. Panah melesat jauh dari sasaran. selama kita masih bisa berpikir akan selalu ada jalan
Segera setelah itu, Nasrudinberteriak, Demikianlah gaya keluar. Kedua, selalu berbuat baiklah kepada orang lain.
Tuan Wazir memanah.”
Segera dicabutnya sebuah anak panah lagi. Ia membidik
dan memanah lagi. Masih juga panah meleset dari sasaran.
Nasrudin berteriak lagi, “Demikianlah gaya Tuan Walikota
memanah.”
Nasrudin segera mencabut sebuah anak panah lagi. Ia
membidik dan memanah lagi. Kebetulan kali ini panahnya
menyentuh sasaran. Nasrudin pun berteriak lagi, “Dan
yang ini adalah gaya Nasrudin memanah. Oleh karena itu,
kita tunggu hadiah dari Paduka Raja.”

256
Humor pada teks A16, yaitu humor politik. Pengungkapan humor pada teks A16 ini
menggunakan teori keganjilan. Pada teks A16 ini terjadi pertemuan antara ide-ide atau situasi yang
bertentengan atau bertolak belakang dengan kejadian sebelumnya sehingga terjadi penyimpangan-
penyimpangan (keganjilan) dari ketentuan-ketentuan yang lazim. Keganjilan ini terlihat dari tindakan
pejabat yang pada awalnya bersikeras untuk tidak menerima hadiah mobil Ferari dari perusahaan
pemenang tender. Namun Bule sebagai wakil pihak pemenang tender terus membujuk pejabat itu
agar mau menerima hadiah dari bosnya. Dengan segala cara, ia kerahkan untuk membujuk pejabat
itu, akhirnya dengan saran bahwa pejabat itu membeli mobil itu dengan harga Rp. 10.000,00, maka
pejabat itu mau menerimanya. Alasan pejabat itu membeli mobil itu dengan penafsiran bahwa ia
tidak menerima suap.

Kutipan Pesan Moral

Anda mau menyuap saya? Ini apa-apaan? Jangan gitu, ya. Inilah pesan moral yang ingin disampaikan. Harus hati-
Haree gene ngasih-ngasih hadiah, apa kata dunia?” hati dengan wujud penyuapan. Jangan tergoda dengan
Bule : “Tolonglah, Pak. Diterima. Kalau tidak, saya kemewahan yang ditawarkan orang lain karena itu harta
nanti yang tidak baik.Bagaimanapun caranya apabila itu di luar
dianggap gagal membina relasi oleh kantor pusat.” kewajaran, maka sudah tentu itu hal yang tidak benar.
Dirjen : “Ah, jangan samakan dengan pejabat lain. Saya Walaupun nyatanya mobil itu dibeli, namun harganya
ini orangnya jujur dan bersih!” itu di luar batas kewajaran, sama juga itu namanya
penyuapan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan wujud humor yang terdapat dalam teks anekdot tersebut yaitu,
humor kritik, humor meringankan beban pesan, dan humor semata-mata pesan. Yang termasuk
humor kritik, yaitu humor politik terdapat pada teks A1, A7, A10, A16, humor hukum terdapat
pada teks A5, dan humor interupsi tedapat pada teks A13. Humor meringankan beban pesan yaitu,
humor pendidikan terdapat pada teks A2, humor sosial terdapat pada teks A3, A4, A6, A11, A15.
Humor semata-mata pesan, yaitu humor sosial terdapat pada teks A8, A9, A12 dan humor bahasa
terdapat pada teks A14. Humor politik terdapat pada teks A1, A7, A10, dan A16.
Pesan moral yang terdapat dalam enam belas teks anekdot, yaitu pesan moral yang terdapat
dalam teks tersebut, yaitu jangan takut kehilangan jabatan, selalu ada cara dan solusi dalam segala hal,
jadilah orang jujur dan tidak korupsi; hasil bumi kita tidak perlu diekspor harus hati-hati melaporkan
suatu kejadian; lihatlah apa isi yang disampaikan seseorang; jangan melakukan penyuapan; jangan
selalu menganggap orang lain salah, manfaatkan kekayaaan dengan baik; jadilah orang yang teguh
pendirian dan jangan tergoda hawa nafsu; jangan asal menuduh seseorang tanpa ada bukti; berilah
pertolongan kepada orang yang mengalami musibah atau kesulitan; memperlakukan orang tua
dengan baik; jangan membedakan status sosial; akan ada jalan keluar sebuah masalah; hati-hati
dengan wujud penyuapan yang berupa kemewahan.
Saran
Peneliti lain untuk mengungkapkan humor pada teks anekdot khususnya dan teks humor

257
pada umumnya dapat menggunakan teknik lain, misalnya dengan teknik praanggapan, implikatur,
atau maksim.

DAFTAR RUJUKAN
Asyura, Muhammad, Effendy, dan Martono. 2014. “Makna dan Fungsi Humor dalam Kumpulan
Cerita Abu Nawas”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. No. 4, tahun 2013, Vol. 3. Pontianak:
Universitas Tanjung Pura.
Danandjaja, James.1984. Folkor Indonesia (Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain). Jakarta: Grafiti.
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta. CAPS.
Rafiek, M. 2017. Teori Sastra: Dari Kelisanan sampai Perfilman. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusidah. 2013. Humor Opera Van Java di ANTV. Banjarmasin: PSM PBSI.
Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

258

You might also like