You are on page 1of 8

Jurnal Teknik Industri, Vol. X, No. Y, Bulan Tahun, pp.

X~Y
ISSN 1978-1431 print / ISSN 2527-4112 online

ANALISA DAN PENILAIAN RISIKO


MUSKULOSKELETAL DISORDER MENGGUNAKAN
METODE MANUAL TASKS RISK ASSESSMENT ( ManTRA)
Ahnaf Muchsin Al Lamsy1*, Dian Palupi Restuputri 2, Ikhlasul Amallynda3
12
Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246, Tlogomas, Kota Malang, Jawa Timur 65144,
Telp. (0341) 464518/ Fax (0341) 464518
* E-mail : lamsyahnaf@gmail.com, restuputri@gmail.com, Ikhlasulamallynda@gmail.com

Abstract
Activities or work in moving material carried out by pulling, pushing, lifting and carrying are factors
of the causes of complaints felt by workers. These activities can also be an ergonomic problem,
causing workers to experience complaints or pain in parts of the body such as the back, neck,
forearms, shoulders, wrists, waist. Complaints on parts of the body are usually spelled with
Musculoskeletal Disorder. This research was conducted at a precast concrete producing company, in
the assembly process of pile shoes is still done manually and without adequate tools. From these
problems the work risk assessment was carried out using the Manual Tasks Risk Assessment
(ManTRA) method, which in its assessment considers the total work time, cyclical time, duration,
strength, speed, awkwardness / rigidity, and vibration factors. Based on the results of the assessment
carried out on the three activities, it was concluded that it is necessary to evaluate the three activities
due to the risk of injury if it is still carried out continuously. To reduce the risk of injury to workers, a
proposal is provided in the form of a trolley that can assist workers in carrying out their work. From
a comparison of the results of the assessment after using the proposed tool it is known that the risk of
injury to workers has decreased (not at risk of injury).

Keywords: Muskuloskeletal Disorder, Ergonomi, ManTRA

Abstrak
Aktifitas ataupun pekerjaan dalam memindahkan material yang dilakukan dengan menarik,
mendorong, mengangkat dan membawa adalah faktor dari penyebab keluhan yang dirasakan oleh
pekerja. Aktifitas tersebut juga dapat menjadi masalah ergonomi, menyebabkan pekerja mengalami
keluhan atau sakit pada bagian tubuh seperti punggung, leher, lengan bawah, bahu, pergelangan
tangan, pinggang. Keluhan pada bagian-bagia tubuh tersebut biasa dibilang dengan Muskuloskeletal
Disorder. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan penghasil beton pracetak, pada proses assembly
sepatu tiang pancang masih dilakukan dengan manual dan tanpa adanya alat bantu yang memadai.
Dari permasalahan tersebut dilakukan penilaian risiko pekerjaannya dengan menggunakan metode
Manual Tasks Risk Assessment (ManTRA), yang dalam penilaiannya mempertimbangkan faktor
waktu total pekerjaan, waktu sikus, durasi, kekuatan, kecepatan, kecanggungan/kekakuan, dan faktor
getaran. Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan pada tiga aktifitas didapatkan kesimpulan
bahwa perlu dilakukan evaluasi pada ketiga aktifitas tersebut dikarenakan berisiko mengalami
cedera pada jika masih dilakukan terus menerus. Untuk mengurangi risiko cedera pada pekerja
diberikannya usulan alat bantu berupa trolley yang dapat membantu pekerja dalam melakukan
pekerjaannya. Dari perbandingan hasil penilaian setelah menggunakan alat bantu usulan diketahui
risiko cedera pada pekerja sudah menurun (tidak berisiko cedera).

Kata kunci: Muskuloskeletal Disorder, Ergonomi, ManTRA

1. Pendahuluan
Seperti yang diketahui belakangan ini pembangunan infrastruktur di Indonesia sedang berkembang
pesat. Dilihat dari meningkatnya permintaan beton pracetak yang semakin tinggi setiap tahunnya.
Pada tahun 2015 permintaan kapasitas produksi beton pracetak Nasional tercatat sebesar 25,30
juta ton, tahun selanjutnya menjadi 26,70 juta ton, dan pada tahun 2017 meningkat secara
signifikan menjadi 35 juta ton permintaan [1]. Untuk menunjang pembangunan infrastruktur,

1
Jurnal Teknik Industri, Vol. X, No. Y, Bulan Tahun, pp. X~Y
ISSN 1978-1431 print / ISSN 2527-4112 online

pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak salah satunya PT. X. Saat ini PT. X memiliki 7
lokasi yang tersebar di Indonesia, salah satunya yang berlokasi di daerah Z. Lokasi di daerah Z ini
memiliki 10 jalur produksi yang terbagi menjadi 2 area.
Dari semua jalur produksi yang ada, jalur 1 produksi lebih banyak menggunakan tenaga manual
pada proses Assembly sepatu tiang pancang. Kegiatan Assembly tersebut jika dilakukan secara manual
cenderung dapat mengakibatkan keluhan ataupun risiko Muskuloskeletal Disorder pada bagian tubuh
tertentu, risiko tersebut dapat dinilai secara cepat dan akurat melalui beberapa metode evaluasi risiko
postur kerja [2]. Bukan hanya itu saja, kondisi sistem kerja yang tidak nyaman dapat memicu
terjadinya keluhan sakit atau cedera pada saat bekerja [3]. Dari hasil pengamatan, terdapat pekerjaan
Assembly sepatu beton yang masih dilakukan secara manual oleh pekerja dengan beban part yang
berat dan tanpa adanya alat bantu yang mendukung. Apabila pekerjaan tersebut dilakukan secara terus-
menerus dapat memberikan dampak negatif bagi pekerja itu sendiri, seperti gangguan nyeri otot dan
dapat juga mengalami risiko cedera muskuloskeletal disorders [4].
Berdasarkan dari hasil pengamatan, terdapat beberapa pekerjaan manual yang memiliki risiko
muskuloskeletal disorders. Melihat kondisi itu, maka penulis ingin melakukan analisa dan penilaian
risiko muskuloskeletal disorder dengan menggunakan metode Manual Task Risk Assessment
(ManTRA). Metode ManTRA ini dipilih karena sangat tepat untuk analisa dan penilaian risiko
pekerjaan yang dilakukan secara manual, dan metode ManTRA ini dalam proses penilaiannya lebih
spesifik, seperti mempertimbangkan durasi kerja, waktu siklus, faktor kekakuan, kecepatan, kekuatan,
dan getaran. Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan pada tiga aktifitas didapatkan kesimpulan
bahwa perlu dilakukan evaluasi pada ketiga aktifitas tersebut dikarenakan berisiko mengalami cedera
pada jika masih dilakukan terus menerus. Untuk mengurangi risiko cedera pada pekerja diberikannya
usulan alat bantu berupa trolley yang dapat membantu pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Dari
perbandingan hasil penilaian setelah menggunakan alat bantu usulan diketahui risiko cedera pada
pekerja sudah menurun (tidak berisiko cedera).

2. Metode Penelitian
Dalam metode penelitian ini sendiri nantinya berisi langkah awal yang dilakukan untuk
menjelaskan langkah-langkah dalam pengerjaan penelitian ini. Dimana hal ini dilakukan bertujuan
untuk menunjukkan urutan pengerjaan penelitian agar dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan
atau target yang ditetapkan oleh peneliti sebelumnya.
Penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap dan proses antara lain:
1. Penghitungan waktu total bekerja/ total time,
2. Penghitungan faktor risiko yang berulang/repetitiion
3. Penghitungan faktor risiko akibat pengerahan tenaga/force.
4. Penghitungan faktor risiko kekakuan/awkwardness.
5. Penghitungan faktor risiko getar/vibration.
6. Penjelasan hasil penilaian kumulatif tiap-tiap aktifitas.
Dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan akan digunakan untuk memprioritaskan evaluasi
yang disarankan. Dan juga skor tersebut menjelaskan risiko terbesar guna memperhatikan bagian
tubuh yang harus diperhatikan ataupun dikontrol. Jumlah dari skor untuk setiap tubuh disebut resiko
kumulatif, dan memiliki rentang antara 5 – 25, tindakan lebih lanjut perlu dilakukan bila salah satu
bagian tubuh memiliki nilai kumulatif resiko dari keseluruhan tubuh sebesar 15 atau lebih.

3. Hasil dan Pembahasan


Pada penjelasan hasil dan pembahasan dari penelitian ini dilakukan pada pekerja assembly sepatu
tiang pancang PT. X. Kegiatan assembly tersebut terbagi menjadi 3 bagian aktifitas antara lain,
penarikan sepatu beton, pemasangan sepatu beton pada tulangan dan yang terakhir pemasangan tutup
cetakan. Dari ketiga aktifitas tersebut diketahui beberapa keluhan yang dialami oleh pekerja yaitu sakit
pada bahu kanan, pinggang, tangan kanan, pergelangan tangan kanan, pinggang, punggung dan
pinggang. Berikut ini 3 aktifitas dari proses assembly sepatu tiang pancang, pada gambar 1. Aktifitas

2
Jurnal Teknik Industri, Vol. X, No. Y, Bulan Tahun, pp. X~Y
ISSN 1978-1431 print / ISSN 2527-4112 online

penarikan sepatu beton, gambar 2. pemasangan sepatu beton pada tulangan, dan gambar 3.
pemasangan penutup cetakan.

3
Jurnal Teknik Industri, Vol. X, No. Y, Bulan Tahun, pp. X~Y
ISSN 1978-1431 print / ISSN 2527-4112 online

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Penilaian faktor risiko didasarkan pada pengamatan kerja dan juga pada ringkasan kuesioner pada
peta tubuh Nordik oleh pekerja yang diperoleh, data tersebut digunakan untuk menilai risiko cedera
yang mungkin terjadi selama aktivitas kerja mereka. Daftar pertanyaan yang berkaitan dengan faktor
risiko langsung seperti total waktu, durasi siklus, durasi, kecepatan, kekuatan, kecanggungan dan
getaran. Di bawah ini adalah hasil penilaian risiko pekerjaan dengan penilaian risiko aktivitas manual
(ManTRA) dalam tiga aktivitas yang disebutkan di atas.
3.1 Hasil Penilaian Metode ManTRA
Berikut ini hasil penilaian skor kumulatif dari ketiga aktifitas yang dilakukan, dapat dilihat pada
tabel 1, tabel 2 dan tabel 3.

Tabel 1. Hasil penilaian pada aktifitas penarikan sepatu beton

Bagian Tubuh
Faktor Risiko Lengan Pergelangan
Punggung Leher/Bahu
Bawah Tangan
Total Waktu 4 4 4 4
Risiko Berulang 3 2 3 3
Pengerahan Tenaga 3 3 2 4
Postur Tubuh 2 4 3 3
Getaran 3 1 1 4
Risiko Kumulatif 18 14 13 18

Dari hasil perhitungan metode ManTRA menunjukkan kondisi operator pada kegiatan penarikan
sepatu beton terdapat bagian tubuh yang paling banyak memberikan risiko keluhan adalah postur
tubuh bagian lengan bawah dengan skor kumulatif 18 dan pada bagian pergelangan tangan juga
mendapat skor risiko kumulatif 18.
Tabel 2. Hasil penilaian pada aktifitas pemasangan sepatu beton pada tulangan

Bagian Tubuh
Faktor Risiko Lengan Pergelangan
Punggung Leher/Bahu
Bawah Tangan
Total Waktu 4 4 4 4
Risiko Berulang 3 3 2 3

4
Jurnal Teknik Industri, Vol. X, No. Y, Bulan Tahun, pp. X~Y
ISSN 1978-1431 print / ISSN 2527-4112 online

Pengerahan Tenaga 4 4 2 4
Postur Tubuh 2 4 3 3
Getaran 1 1 1 3
Risiko Kumulatif 14 16 12 17

Dari hasil perhitungan kumulatif metode ManTRA menunjukkan kondisi operator pada kegiatan
pemasangan sepatu beton pada tulangan terdapat bagian tubuh yang paling banyak memberikan risiko
keluhan ketika bekerja adalah postur tubuh bagian punggung dengan skor kumulatif 16 dan disusul
bagian pergelangan tangan dengan skor kumulatif risiko 17.

Tabel 3. Hasil penilaian pada aktifitas pemasangan tutup cetakan

Bagian Tubuh
Faktor Risiko
Lengan Bawah Punggung Leher/Bahu Pergelangan Tangan

Total Waktu 4 4 4 4
Risiko Berulang 3 3 2 3
Pengerahan Tenaga 4 3 4 4
Postur Tubuh 3 2 3 3
Getaran 3 1 1 4
Risiko Kumulatif 17 13 14 18

Dari hasil perhitungan kumulatif manTRA checklist menunjukkan kondisi operator pada
kegiatan pemasangan tutup cetakan terdapat bagian tubuh yang paling banyak memberikan risiko
keluhan ketika bekerja adalah postur tubuh bagian lengan bawah dengan skor kumulatif 17 dan disusul
bagian pergelangan tangan dengan skor kumulatif risiko 18.
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan diatas. Diketahui hasil dari penilaian ketiga
aktifitas diatas memiliki risiko cedera, maka diperlukan adanya tindakan lebih lanjut dengan
melakukan evaluasi melalui desain alat bantu guna meminimalisir risiko cedera yang dialami oleh
pekerja. Adapun fasilitas kerja atau alat bantu yang diusulkan untuk mengurangi masalah tersebut
seperti troly yang berbentuk seperti forklif, yang dapat memudahkan pekerja dalam melakukan
pemasangan sepatu beton tanpa perlu menarik lagi secara manual seperti sebelumnya. Dan pada saat
pemasangan sepatu beton pada tulangan dapat dilakukan satu orang saja, karena trolley usulan sudah
dirancang untuk dapat mendukung pemasangan sepatu betonnya. Adapun usulan rancangan dan
produk jadi trolley untuk mendukung semua aktifitas ini bisa di lihat pada gambar 5.4 berikut :

3.2 Usulan Alat Bantu

5
Jurnal Teknik Industri, Vol. X, No. Y, Bulan Tahun, pp. X~Y
ISSN 1978-1431 print / ISSN 2527-4112 online

Gambar 4. Desain Usulan Alat Bantu Gambar 5. Usulan Alat Bantu

Dengan menggunakan fasilitas kerja yang telah dirancang, nantinya dapat terjadi perubahan
sistem kerja dari operator. Dari sistem kerja baru nanti pekerja tidak perlu melakukan pekerjaan
dengan manual seluruhnya, sebab dengan adanya usulan alat bantu ini pada aktifitas penarikan
dapat lebih ringan. Kemudian pada aktifitas pemasangan sepatu beton pada tulangan tidak perlu
melakukan pengangkatan sepatu beton secara manual, sebab alat bantu usulan sudah dapat
membatu dalam proses pengangkatan sepatu beton tersebut. Dan pada poses pemasangan tutup
cetakan tulangan juga tidak perlu mengangkat atau mendorong dengan susah payah, karena pada
alat usulan ini dapat digunakan untuk mengangkat dan mempermudah dalam membantu
pemasangan tutup cetakan tulangan ini. Adapun sistem/cara kerja yang baru nantinya diharap
dapat mengurangi beban kerja dari operator tersebut dan juga dapat meminimalisir risiko
muskulskeletal disorder pada operator

3.3 Hasil Perbandingan Penilaian


Berikut ini hasil perbandingan penilaian pada saat pekerja melakukan aktifitasnya dengan manual
oleh pekerja, dan pada saat pekerja menggunakan usulan alat bantu. Hasil perbandingan penilaian
dijelaskan pada gambar berikut ini :
P E RPBEA RN BDAN I NDGI N
ANG ASNk oSrk R
o rI SRI KI SOI KKOu m l aul
K um ti fa tia k
f ti fi t a s
Pem a ka ti
s afintgaasn Pseenpaarti u
k abe
n tsoenp a t u b e t o n Gambar 1. Aktifitas Penarikan Sepatu Beton
Gambar 2. Aktifitas Pemasangan Sepatu
Skor
Skor
kumulatif
kumulatif
Awal
Awal Skor
Skor
Kumulatif
Kumulatif
Perbaikan
Perbaikan Beton
1 21 7
1148

18
16
14

9 12
13
1102

10
9
9

P E R B A N D I N G A N S k o r R I S I K O K u m u l a ti f a k ti fi t a s
P e m a s a n g a n t u t up c e t a k a n

Skor kumulatif Awal Skor Kumulatif Perbaikan


18
17

14
13

12
11

11

6
Jurnal Teknik Industri, Vol. X, No. Y, Bulan Tahun, pp. X~Y
ISSN 1978-1431 print / ISSN 2527-4112 online

Gambar 3. Aktifitas Pemasangan tutup Cetakan

Berdasarkan diagram diatas, usulan alat bantu trolley mampu meminimalisir risiko cidera pada
aktifitas penarikan sepatu beton. Skor risiko pada lengan bawah sebelum menggunakan usulan alat
bantu sebesar 18, setelah menggunakan usulan alat bantu skor risiko cidera menurun menjadi 12. Skor
risiko pada punggung sebelum menggunakan usulan alat bantu sebesar 14, setelah menggunakan
usulan alat bantu skor risiko cidera menurun menjadi 19. Skor risiko pada leher/bahu sebelum
menggunakan usulan alat bantu sebesar 13, setelah menggunakan usulan alat bantu skor risiko cidera
menurun menjadi 9. Skor risiko pada pergelangan tangan sebelum menggunakan usulan alat bantu
sebesar 18, setelah menggunakan usulan alat bantu skor risiko cidera menurun menjadi 12.

4. Kesimpulan
Dari hasil analisa pada pengolahan data yan dikerjakan, dengan demikian dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Hasil dari penilaian menggunakan metode ManTRA diketahui skor penilaian risiko kumulatif
dari aktifitas penarikan sepatu beton didapatkan skor kumulatif 18 untuk bagian tubuh lengan
bawah, skor kumulatif 14 untuk tubuh bagian punggung, skor kumulatif 13 untuk tubuh bagian
leher/bahu, dan skor kumulatif 18 untuk tubuh bagian pergelangan tangan pekerja. Untuk aktifitas
pemasangan sepatu beton didapatkan skor kumulatif 14 untuk bagian tubuh lengan bawah, skor
kumulatif 16 untuk tubuh bagian punggung, skor kumulatif 12 untuk tubuh bagian leher/bahu,
dan skor kumulatif 18 untuk tubuh bagian pergelangan tangan pekerja. Dan pada aktifitas
pemasangan tutup cetakan didapatkan skor kumulatif 17 untuk bagian tubuh lengan bawah, skor
kumulatif 13 untuk tubuh bagian punggung, skor kumulatif 14 untuk tubuh bagian leher/bahu,
dan skor kumulatif 18 untuk tubuh bagian pergelangan tangan pekerja.
2. Berdasarkan hasil penilaian dengan metode ManTRA dari 3 aktifitas pemasangan sepatu beton
pada tulangan memiliki risiko muskuloskeletal disorder karena nilai kumulatif dari masing-
masing kegiatan melebihi batas maksimal yang telah ditentukan. Adapun fasilitas kerja atau alat
bantu yang diusulkan untuk mengurangi masalah tersebut adalah troley yang berbentuk seperti
cara bekerja forklif, yang membantu pekerja dalam aktifitas pemasangan sepatu beton tanpa perlu
menarik dan memasang secara manual seperti sebelumnya.
3. Dari hasil penilaian skor risiko diberikan usulan perbaikan penggunaan alat bantu trolley untuk
meringankan operator pada saat melakukan pekerjaan. Hasil perbandingan penilaian dari
rancangan produk usulan untuk ketiga aktifitas pemasangan sepatu beton diketahui dapat
menurunkan hasil penilaian skor kumulatif risiko pekerja, dengan demikian usulan rancangan
produk dapat digunakan untuk mendukung ketiga akifitas pemasangan sepatu beton. Nantinya
dari penggunaan usulan alat bantu kerja ini dapat mengurangi beban kerja dari operator tersebut
dan juga dapat meminimalisir risiko muskulskeletal disorder pada tiap operator.

5. Referensi
[1] Astuti, S. (2009). Gambaran Faktor Risiko Pekerjaan dan Keluhan Gejala Musculoskeletal Disorders
(MSDs) pada Tubuh Bagian Atas Pekerja di Sektor Informal Butik Lamode Depok Lama. Skripsi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

7
Jurnal Teknik Industri, Vol. X, No. Y, Bulan Tahun, pp. X~Y
ISSN 1978-1431 print / ISSN 2527-4112 online

[2] INDOPOS. (2018). Pemerintah Dorong Kapasitas Industri Beton Pracetak Nasional Jadi 50%,
INDOPOS. Retrieved from https://www.indopos.co.id/read/2018/09/14/149727/2019-pemerintah-
dorong-kapasitas-industri-beton-pracetak-nasional-jadi-50-persen
[3] Rahmaniyah, D. (2007). Analisa Pengaruh Aktivitas Kerja dan Beban Kerja Angkat Terhadap
Kelelahan Muskuloskeletal. Jurnal, 10(27).
[4] Astuti, S. (2009). Gambaran Faktor Risiko Pekerjaan dan Keluhan Gejala Musculoskeletal Disorders
(MSDs) pada Tubuh Bagian Atas Pekerja di Sektor Informal Butik Lamode Depok Lama. Skripsi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

You might also like