Professional Documents
Culture Documents
iii
Peraturan dan Prosedur Arbitrase BANI 2018 ....... 1
Huala Adolf
Advisory Board
Rosan Perkasa Roeslani, MBA., M.A. Mitigasi Sengketa Hukum dalam Kontrak Kerja
( Ketua Umum KADIN Indonesia – ex officio ) Konstruksi Sebagai Implikasi Teori Ekonomi dalam
Prof. Dr. Mochtar Kusuma Atmadja, S.H., LL.M. Bidang Hukum .......................................................... 8
Prof. Dr. Karl-Heinz Bockstiegel Suntana S. Djatnika
Prof. Dr. Colin Yee Cheng Ong, QC Pendapat Yang Mengikat (Binding Opinion) Sebagai
Salah Satu Alternatif Pencegahan Sengketa ........ 17
Governing Board Eko Dwi Prasetiyo
M. Husseyn Umar (Chairman) News & Event ............................................................ 22
Anangga W. Roosdiono (Member)
Huala Adolf (Member)
N. Krisnawenda (Member)
Editor in Chief
Chaidir Anwar Makarim
Editors
Madjedi Hasan
Frans Hendra Winarta
Martin Basiang
Junaedy Ganie
Arief Sempurno Notes to contributors
Secretary If you are interested in contributing an article about
Arbitration & Alternative Dispute Resolution, please
Bayu Adam
sent by email to bani-arb@indo.net.id. The writer
Desi Munggarani N.
guidelines are as below :
1) Article can be written in Bahasa Indonesia or English
Distibutor
12 pages maximum
Gunawan
2) Provided by an abstract in one paragraph with
Keywords (Bahasa Indonesia for English article &
English for Bahasa Indonesia article)
3) The pages of article should be in A4 size with 25
mm/2,5 cm margin in all sides
4) The article used should be in Ms. Word format,
Times New Roman font 12 pt
5) Reference / Footnote
6) Author Biography (100 words)
7) Recent Photograph
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018
As we just passed the BANI 40th Anniversary Event, new Rules and Procedures of
Arbitration in BANI is proposed to be reviewed. Prof. Huala Adolf article on “BANI Rules
and Arbitration Procedures 2018” described the new provisions in the BANI procedures.
It cover the exclusion of liability of BANI and the obligation of the parties and the arbitral
tribunal to draw up terms of reference of arbitration as what had been the best
practices conducted by ICC.
In the following article, Dr. Suntana S. Djatnika warned on the growing legal disputes as
a consequences of increasing global contractor practices in Indonesia. He proposed the
concept on legal dispute mitigation in the construction contract as the effort to reduce
the potential legal disputes.
Finally, Eko Dwi Prasetiyo proposed Binding Opinions as one of dispute mechanism
which prevent disputes caused by differences of interpreting the agreements between
parties, where procedure is relatively simple compared to submitting an arbitration
petition.
Finally, we are tremendously grateful for all of the readership and feedback that this
newsletter received so far.
March 2018
Peraturan dan Prosedur Arbitrase BANI 2018 (Huala Adolf)
A. Pendahuluan
Pada 1 Januari 2018, peraturan dan prosedur arbitrase
(selanjutnya “Peraturan” atau Rules) BANI berlaku. Peraturan
baru ini menggantikan peraturan lama tahun 2003 yang lahir 1
Maret 2003. Struktur prosedur yang baru tidak mengalami
perubahan. Struktur peraturan lama telah atau masih
mencerminkan struktur peraturan arbitrase yang berlaku di
seluruh dunia. Struktur Peraturan BANI terdiri atas 4 (empat)
pengaturan yaitu permohonan arbitrase, pembentukan majelis
arbitrase, persidangan arbitrase dan putusan arbitrase1.
Peraturan dan prosedur arbitrase 2018 dikeluarkan karena
pertimbangan berikut:
(1) Peraturan arbitrase BANI sudah cukup lama usianya, yaitu
15 tahun. Selama itu Peraturan belum mengalami
perbaikan atau revisi.
*
Tulisan ini adalah pendapat pribadi penulis, Ɵdak merefleksikan pandangan atau pendapat Dewan Pengurus BANI
1
Lihat struktur Peraturan dan Prosedur Arbitrase (”Rules”) dalam UNCITRAL ArbitraƟon Rules 1976/2010
1
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 01 - 07
(2) Peraturan arbitrase di dunia telah Jakarta. Masukan atau usulan perbaikan
mengalami perkembangan cukup pesat. penting juga datang dari para arbiter BANI
UNCITRAL Arbitration Rules tahun 1976 seperti Junaedi Ganie, Zen Umar Purba,
telah diubah pada tahun 2010. Gusnando S. Anwar, dan lain-lain serta dari
Peratuan arbitrase Negara-negara para arbiter asing seperti Prof Colin Ong,
tetangga misalnya Singapore Nick Stone, Gregory Churchill.
International Arbitration Centre atau
Metode atau pendekatan yang dilakukan
Kuala Lumpur Regional Centre for
untuk merevisi peraturan lama lebih banyak
Arbitration (KLRCA), mengalamai
pendekatan komparatif terhadap peraturan
perubahan yang relatif cepat. SIAC
yang berlaku di tingkat internasional,
misalnya telah melakukan sebanyak 6
terutama UNCITRAL Arbitration Rules 1976
(enam) kali revisi sejak berdiri; dan
yang diubah tahun 2010 dan peraturan dan
(3) Meningkatnya sengketa-sengketa yang prosedur arbitrase Negara-negara tetangga
sifatnya transnasional, ada pihak asing terutama peraturan dan prosedur arbitrase
di dalamnya, termasuk semakin Singapore International Arbitration Centre
meningkatnya kuantitas arbiter asing (SIAC) dan Kuala Lumpur Regional
terdaftar dalam daftar arbiter BANI. Arbitration Centre serta pengalaman empiris
Perkembangan ini mendorong BANI yang dimiliki dan dipraktikkan sehari-hari
untuk merevisi peraturan arbitrase oleh sekretariat BANI. Pengalaman empiris
BANI, minimal agar peraturan arbitrase ini penting dan sedikit banyak mewarnai
sesuai dengan standar peraturan dan revisi terhadap peraturan.
prosedur arbitrase yang berlaku di
lingkup internasional. Sekedar catatan, peraturan dan prosedur
BANI yang baru ini tidak serta merta
Ada 3 (tiga) hal yang mengubah peraturan mengadopsi atau mentransplantasi seluruh
dan prosedur arbitrase lama. Pertama, peraturan dan prosedur arbitrase UNCITRAL
penyempurnaan berupa penambahan atau lembaga-lembaga arbitrase Negara
terhadap peraturan yang lama. Kedua, tetangga. Pertimbangan ini diambil karena
adalah penambahan ketentuan baru yang tidak semua peraturan yang memungkinkan
termuat dalam pasal-pasal baru maupun dilakukan untuk saat ini. Misalnya,
yang diselipkan di dalam pasal lama. Ketiga, ketentuan mengenai Emergency Arbitration
revisi terhadap ketentuan lama. (arbitrase darurat) dengan penunjukan
arbiter daruratnya. Ketentuan lainnya adalah
B. Latar Belakang Revisi ketentuan yang terkait dengan peraturan
BANI pertama kali membentuk tim revisi putusan sementara yang dikembangkan di
terhadap peraturan dan prosedur BANI pada dalam UNCITRAL Arbitration Rules 2010
tahun 2015. Tim ini diketuai oleh arbiter (pengganti Rules 1976).
senior Bapak Kahardiman SH FCBArb. Hasil Berikut uraian mengenai apa saja yang
tim Pak Kahardiman berupa rekomendasi relevan untuk diuraikan di dalam tulisan ini.
perubahan terhadap peraturan dan prosedur Tidak semua revisi diuraikan. Hal-hal
arbitrase BANI diserahkan kepada Dewan perbaikan minor seperti perbaikan kalimat,
Pengurus. tata bahasa, penambahan definisi atau
Selanjutnya Dewan Pengurus membentuk batasan misalnya, tidak diuraikan. Uraian
tim yang mengolah atau menelaah lebih difokuskan kepada 3 hal tersebut di atas,
lanjut rekomendasi dari tim Pak yaitu (1), penyempurnaan peraturan; (2)
Kahardiman. Hasil telaahan ini dilengkapi peraturan baru; dan (3) revisi peraturan.
dengan serangkaian kegiatan berupa focus C. Revisi Peraturan
group discussion, masukan-masukan dari
BANI Perwakilan seperti Perwakilan 1. Penyempurnaan Peraturan
Surabaya, Medan, dan dari Sekretariat BANI Penyempurnaan peraturan lama
2
Peraturan dan Prosedur Arbitrase BANI 2018 (Huala Adolf)
mencakup 3 (tiga) hal yang cukup penting c. Pasal 35: Inisiatif Majelis arbitrase
berikut: untuk memperbaiki kesalahan
a. Pasal 2 ayat 2. Bila Peraturan dan redaksional.
Prosedur tidak Mengatur Ketentuan penyempurnaan dari
Di dalam ayat baru yang ditambahkan ketentuan prosedur lama adalah
ke dalam pasal dua adalah peraturan kewenangan majelis arbitrase untuk
penyempurnaan terhadap peraturan memperbaiki kesalahan redaksional
dan prosedur BANI. Ayat ini terutama kesalahan pengetikan dalam
menegaskan siapa dan bagaimana putusan. Kewenangan ini sebelumnya
yang Majelis Arbitrase dapat lakukan diserahkan sepenuhnya kepada kedua
apabila di dalam peraturan dan pihak seusai putusan dibacakan.
prosedur tidak mengaturnya. Ayat baru Ketua majelis arbitrase memberikan
ini memberikan kewenangan penuh kesempatan kepada kedua pihak
kepada Majelis untuk mengisi untuk memperbaiki kesalahan ketik
kekosongan hukum. Pasal 2 ayat 2 terhadap putusan dalam jangka waktu
berbunyi: 14 (empat) belas hari sejak putusan
diucapkan.
2. Apabila Peraturan Prosedur ini tidak
mengatur sesuatu ketentuan yang terkait Di dalam UU Nomor 30 Tahun 1999,
dengan penyelenggaraan arbitrase, keten- peraturan mengenai perbaikan atau
tuan tersebut akan ditentukan oleh Majelis koreksi terhadap putusan arbitrase
Arbitrase atau Arbiter Tunggal yang diatur dalam Pasal 58 yang berbunyi:
memeriksa sengketa tersebut.
“Dalam waktu paling lama 14 (empat belas)
b. Pasal 23 ayat 8: Kewenangan Majelis hari setelah putusan diterima, para pihak
arbitrase untuk membuka kembali dapat mengajukan permohonan kepada
persidangan yang telah ditutup. arbiter atau majelis arbitrase untuk
melakukan koreksi terhadap kekeliruan
Ketentuan baru ini memberikan administratif dan atau menambah atau
kewenangan kepada majelis untuk mengurangi sesuatu tuntutan putusan”.
membuka kembali persidangan Kalimat terakhir pasal ini, yaitu
arbitrase yang telah ditutupnya. permohonan para pihak untuk
Kewenangan untuk membuka kembali menambah atau mengurangi suatu
persidangan ini dibuka kemungkinan tuntutan putusan” tidak efektif
apabila majelis masih ragu atau diterapkan. Ketentuan ini dalam
mungkin masih memerlukan kejelasan praktik sulit dilaksanakan. Selama ini,
atau penjelasan, atau ada sesuatu hal sepengetahuan penulis, koreksi
yang majelis merasa perlu untuk dibatasi pada koreksi terhadap
mendengar lebih lanjut dari salah satu kesalahan administratif atau koreksi
pihak atau kedua belah pihak. redaksional atas putusan sesuai
Keterangan ini penting bagi majelis dengan peraturan dan prosedur
sebelum ia merasa benar-benar yakin arbitrase BANI selama ini
di dalam membuat putusannya.
Pasal 23 ayat 8 peraturan dan 2. Peraturan Baru
prosedur arbitrase BANI baru berbunyi: Peraturan baru dalam arti Peraturan yang
8. Pembukaan Kembali Persidangan dimasukkan ke dalam Peraturan
Apabila dipandang perlu karena sesuatu hal sekarang ini belum diatur di dalam
keadaan yang khusus, Majelis Arbitrase atau Peraturan BANI sebelumnya. Peraturan
Arbiter tunggal dapat atas inisiatifnya sendiri baru mencakup 3 (tiga) pasal yaitu pasal-
atau atas permintaan suatu pihak, pasal mengenai pembebasan tanggung
memutuskan untuk membuka kembali
jawab; pengecualian arbiter dan
persidangan sebelum putusan dibuat.
3
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 01 - 07
pengurus BANI untuk bersaksi di yang pro terhadap pasal ini. Tulisan ini
persidangan arbitrase BANI dan tidak bermaksud mengangkat kembali
keputusan Dewan Pengurus BANI. polemik menarik ini. Namun
berdasarkan masukan dan diskusi
a. Pasal 40: Pembebasan Tanggung
cukup panjang, ketentuan yang
Jawab
berlaku dalam peraturan baru inilah
Peraturan baru yang dimasukkan ke yang akhirnya diberlakukan.
dalam peraturan dan prosedur
arbitrase yang di dalam kegiatan Pasal ini intinya adalah, pertama,
sosialisasi mendapat dukungan dari pengurus BANI termasuk pengurus
banyak pihak, terutama dari BANI BANI Perwakilan tidak dapat diminta
Perwakilan, adalah Pasal 40 mengenai atau dijadikan sebagai saksi di dalam
Pembebasan Tanggung Jawab. Pasal persidangan arbitrase BANI.
ini menegaskan bahwa di dalam Kedua, ayat dua pasal ini menutup
melaksanakan fungsinya sebagai kemungkinan bagi arbiter yang
penyelenggaraan lembaga arbitrase, terdaftar di BANI (Arbiter BANI) untuk
lembaga arbitrase BANI tidaklah dapat memberi keterangan sesuai
dituntut di muka pengadilan dan keahliannya di hadapan majelis
diminta pertanggung-jawabannya. arbitrase yang diselenggarakan di
Pasal ini serupa dengan ketentuan BANI. Namun arbiter BANI tidak
mengenai imunitas yang disandang tertutup kemungkinannya untuk
lembaga pengadilan. memberi keterangan sesuai
Pasal 40 ini menyatakan: keahliannya di hadapan majelis
arbitrase lainnya di luar persidangan
1. BANI, termasuk Ketua, Wakil Ketua, arbitrase BANI.
Sekretaris Jenderal, dan pejabat, arbiter,
atau pengurus BANI Perwakilan termasuk Alasan utama dimasukkannya pasal
pegawainya, tidak dapat dikenakan ini ke dalam peraturan baru semata-
tanggung-jawab hukum apapun atas mata untuk menjaga kemandirian
segala tindakan sehubungan dengan
penyelenggaraan arbitrase yang persidangan arbitrase berdasarkan
dilaksanakan berdasarkan peraturan peraturan dan prosedur arbitrase
arbitrase ini. BANI. Peraturan dan prosedur baru ini
2. BANI, termasuk Ketua, Wakil Ketua,
semata hendak menekankan prinsip
Sekretaris Jenderal, dan pejabat, arbiter, kemandirian dan independensi arbiter
atau pengurus BANI Perwakilan termasuk BANI benar-benar ditegakkan.
pegawainya, tidak terikat untuk membuat
pernyataan apa pun terkait dengan Pasal 41 yang berada di bawah judul
adanya penyelenggaraan arbitrase yang ”Pengecualian Bersaksi di
tunduk pada peraturan arbitrase ini. Persidangan Arbitrase di BANI”
berbunyi:
b. Pasal 41 Pengecualian Arbiter dan
Pengurus BANI untuk Menjadi Ahli 1. Suatu pihak atau para pihak tidak
atau Saksi dapat mengajukan BANI, termasuk
Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris
Ketentuan Pasal 41 ini adalah Jenderal, dan pejabat atau pengurus
ketentuan yang hingga menit akhir BANI Perwakilan termasuk
sebelum peraturan baru disahkan pegawainya, untuk bertindak sebagai
masih mendapat tanggapan atau saksi atau ahli pada persidangan
catatan dari arbiter. Ada cukup banyak arbitrase di BANI atau persidangan
arbiter atau komentator yang kontra arbitrase yang menggunakan
atau tidak sependapat terhadap pasal peraturan arbitrase BANI.
ini. Namun tidak sedikit pula arbiter 2. Para pihak, Majelis Arbitrase dan
4
Peraturan dan Prosedur Arbitrase BANI 2018 (Huala Adolf)
2
Herman Verbist et.al., ICC ArbitraƟon in PracƟce, The Netherlands: Kluwer Law InternaƟonal, 2nd.rev.ed., 2016, hlm. 127
5
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 01 - 07
Dalam Peraturan arbitrase ICC, Terms of conferred upon the arbitral tribunal
Reference ditegaskan kembali di dalam to act as amiable compositeur or to
Peraturan Arbitrase ICC tahun 2017. decide ex aequo et bono.
Pasal 23 Peraturan arbitrase ICC memuat
2. The Terms of Reference shall be
ketentuan yang relatif komprehensif
signed by the parties and the arbitral
mengenai Terms of Reference. Pasal 23
tribunal. Within 30 days of the date on
Peraturan ICC berbunyi:
which the file has been transmitted to
Article 23. it, the arbitral tribunal shall transmit to
the Court the Terms of Reference
Terms of Reference
signed by it and by the parties. The
1. As soon as it has received the file from Court may extend this time limit
the Secretariat, the arbitral tribunal pursuant to a reasoned request from
shall draw up, on the basis of the arbitral tribunal or on its own
documents or in the presence of the initiative if it decides it is necessary to
parties and in the light of their most do so.
recent submissions, a document
3. If any of the parties refuses to take
defining its Terms of Reference. This
part in the drawing up of the Terms of
document shall include the following
Reference or to sign the same, they
particulars:
shall be submitted to the Court for
a) the names in full, description, approval. When the Terms of
address and other contact details Reference have been signed in
of each of the parties and of any accordance with Article 23(2) or
person(s) representing a party in approved by the Court, the arbitration
the arbitration; shall proceed.
b) the addresses to which notifications 4. After the Terms of Reference have
and communi-cations arising in the been signed or approved by the Court,
course of the arbitration may be no party shall make new claims which
made; fall outside the limits of the Terms of
c) a summary of the parties’ Reference unless it has been
respective claims and of the relief authorized to do so by the arbitral
sought by each party, together with tribunal, which shall consider the
the amounts of any quantified nature of such new claims, the stage
claims and, to the extent possible, of the arbitration and other relevant
an estimate of the monetary value circumstances.
of any other claims; Jarvin mengemukakan ada dua kegunaan
d) unless the arbitral tribunal lain dari adanya kerangka acuan ini.
considers it inappropriate, a list of Pertama, kerangka acuan berperan
issues to be determined; penting di dalam membantu arbiter
(majelis arbitrase) dan para pihak di
e) the names in full, address and dalam merencanakan persidangan (ke
other contact details of each of the depan). Kedua, kerangka acuan memberi
arbitrators; kesempatan kepada kedua pihak untuk
f) the place of the arbitration; and bertemu bersama dengan majelis
arbitrase guna membahas sengketanya
g) particulars of the applicable dan memberi ruang kepada kedua pihak
procedural rules and, if such is the untuk mencapai penyelesaian lebih cepat
case, reference to the power di antara mereka. Jarvin mengemukakan:
3
Sigvard Jarvin, “The Sources and Limites of Arbitrator’s Powers,” dalam: Julian DM Lew (ed.)., Contemporary Problems in InternaƟonal
ArbitraƟon, Dordrecht: Springer, 1987, hlm. 58.
6
Peraturan dan Prosedur Arbitrase BANI 2018 (Huala Adolf)
“The Terms of Reference shall help the arbitrator perubahan penting di dalam sejarah BANI di
and the parties to plan the proceedings and the dalam memutus sengketa melalui arbitrase.
Court to check that the arbitrator's award deals Dengan belajar dari best-practices yang
with the claims defined. The drafting of the Terms dipraktikkan lembaga arbitrase asing (ICC),
of Reference affords an (initial) opportunity for the penerapan kerangka acuan atau Terms of
parties and arbitrator to meet, and may result in a
Reference di dalam persidangan arbitrase
settlement of the dispute at an early stage.”
diharapkan agar semakin efisien di dalam
persidangan arbitrase.
D. Penutup
Dari revisi yang dimuat di dalam Peraturan Efektivitas peraturan baru ini akan
baru, pertama, tampak yang menonjol bergantung pada pelaksanaannya di dalam
adalah ketentuan mengenai penguatan praktik. Setiap ketentuan di dalam Peraturan
kelembagaan BANI sebagai lembaga Arbitrase sekarang ini mungkin saja
arbitrase. Ketentuan baru di dalam menghendaki revisi lebih lanjut di kemudian
Peraturan 2018 menegaskan imunitas BANI hari. Perkembangan praktik dan juga
di dalam membuat keputusan di dalam perubahan-perubahan di lingkup
menyelenggarakan arbitrase. internasional yang diterima umum, akan
menjadi sumber referensi hukum lebih lanjut
Kedua, perubahan kata dapat menjadi wajib untuk penyempurnaan Peraturan di
di dalam membuat Terms of Reference atau kemudian hari.
kerangka acuan arbitrase merupakan
7
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 08 - 16
Catatan : Tulisan ini merupakan ringkasan dari tulisan ilmiah yang dimuat dalam Buku
Peringatan 80 tahun Prof. Djuhaendah yang dibuat oleh penulis yang sama.
8
MiƟgasi Sengketa Hukum dalam Kontrak Kerja Konstruksi Sebagai Implikasi Teori Ekonomi dalam Bidang Hukum
(Dr.(T), Dr.(H), Ir. Suntana S. Djatnika, S.E., M.M., MBA., M.T., M.H., FCBArb.)
1
Indonesia, Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
2
Nurun Ainuddin, Pola Penyelesaian Sengketa GanƟ Rugi Dalam Perjanjian Pembangunan Jasa Konstruksi, Jurnal Teknik Rekayasa, vol. 13,
Nomor 1, Universitas Mataram (Juni 2012), 55.
3
Armstrong Hedwig, Sengketa dalam Penyelenggaraan Konstruksi di Indonesia (On-line), tersedia di:hƩp://
armstrongca.blogspot.com/2009/05/sengketa-dalam-penyelenggaraan.html (20 September 2013).
4
Mahkamah Agung (On-line), tersedia di : hƩp://www.mahkamahagung.go.id. (12 September 2014).
9
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 08 - 16
10
MiƟgasi Sengketa Hukum dalam Kontrak Kerja Konstruksi Sebagai Implikasi Teori Ekonomi dalam Bidang Hukum
(Dr.(T), Dr.(H), Ir. Suntana S. Djatnika, S.E., M.M., MBA., M.T., M.H., FCBArb.)
11
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 08 - 16
such as filling fees, courthouse fees, and Konsep Mitigasi Sengketa Hukum.
reporter fees-also termed court costs. Sengketa hukum dalam pelaksanaan kontrak
3. The expenses of litigation, prosecution, or kerja konstruksi ini dapat mengakibatkan
other legal transaction, esp. Those kerugian waktu, biaya, tenaga dan
allowed in favor of one party against the kemungkinan pula mendapatkan hukuman
other. sanksi denda. Upaya melakukan mitigasi
terjadinya sengketa hukum secara teori
Pengertian benefit secara umum adalah
dinyatakan seperti berikut17:
suatu manfaat atau keuntungan yang
didapat dari sesuatu. Menurut perspektif “Risk response development involves defining
ilmu ekonomi, benefit adalah suatu enhancement steps for opportunities and
perolehan laba, keuntungan yang timbul atau responses to threats. Responses to threats
dibayarkan kepada seseorang12. Menurut generally fall into one of three categories :
perspektif ilmu hukum, benefit adalah 1. Avoidance - eliminating a specific threat,
manfaat; keistimewaan; keuntungan atau usually by eliminating the cause. The
perolehan, manfaat hukum, nilai hukum13. management can never eliminate all risk,
Berdasarkan uraian-uraian definisi di atas, but specific risk events can often be
diketahui bahwa cost memiliki keluasan arti eliminated.
sebagai dampak, risiko, biaya, ekspenditur,
harga, kekurangan dan kelemahan. Makna 2. Mitigation - reducing the impact of a risk
kata benefit memiliki keluasan arti sebagai event by reducing the probability of
keuntungan, manfaat, kelebihan, perolehan, occurrence, reducing the risk event value,
perbaikan dan kekuatan14. or both.
3. Acceptance - accepting the consequences.
Kontrak Kerja Konstruksi. Acceptance can be active (e.g., by
Pengertian kontrak kerja konstruksi developing a contingency plan to execute
merupakan kontrak yang dikenal dalam should the risk event occur) or passive
pelaksanaan konstruksi bangunan, baik yang (e.g., by accepting a lower financial impact
dilaksanakan oleh Pemerintah maupun pihak if some activities overrun).”
swasta 15 . Istilah pemborongan dan
konstruksi mempunyai keterikatan satu Langkah mengatasi sengketa hukum adalah
sama lain. Istilah pemborongan memiliki dengan cara avoidance atau menghindari-
cakupan yang lebih luas dari istilah nya, mitigation atau mengurangi dampaknya
konstruksi. Black’s Law menyatakan tentang dan dengan acceptance, atau menerima
kontrak konstruksi atau Construction konsekuensi dari sengketa hukum tersebut.
Contract adalah16 : Mitigasi terjadinya sengketa hukum pada
dasarnya dapat diperlakukan dengan pilihan
Construction Contract is a contract setting menghindari, memitigasi atau menerima,
forth the specifications for a building project’s dengan metode mitigasi sengketa hukum
construction. This type of contract is usually akan dapat diperoleh dampak yang paling
secured by performance and payment bonds kecil konsekuensinya. Langkah untuk
to protect both the owner and the menghindari terjadinya sengketa hukum
subcontractors. adalah dengan menentukan langkah dari
12
A. Abdulrachman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, cetakan IV, (Jakarta: Paradnya Paramita, 1980), 96.
13
Bryan A.Garner, Black’s Law DicƟonary, Op. Cit., 166.
14
Fajar Sugianto, Economic Approach to Law,( Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), 108.
15
Salim H.S., Hukum Kontrak, Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika, Cet. 9, 2013, 90.
16
Bryan A.Garner, Black’s Law DicƟonary, Op. Cit., 341.
17
PMBOK Guide, Op. Cit., 303-304.
12
MiƟgasi Sengketa Hukum dalam Kontrak Kerja Konstruksi Sebagai Implikasi Teori Ekonomi dalam Bidang Hukum
(Dr.(T), Dr.(H), Ir. Suntana S. Djatnika, S.E., M.M., MBA., M.T., M.H., FCBArb.)
pilihan avoidance atau menghilangkan Caryl Malcolm dari Hullah and Associates
sengketa itu terjadi dengan menghilangkan memberikan pendapatnya tentang bagai-
penyebab dari sengketa tersebut. Penyebab mana semua pihak yang terkait dalam
sengketa tersebut pada umumnya tidak kegiatan kerja konstruksi dapat mengurangi
semua dapat dihilangkan akan tetapi untuk kemungkinan terjadinya sengketa hukum,
sengketa tertentu penyebab sengketa sebagai berikut19:
tersebut dapat dihilangkan atau dikurangi.
“Initial development of a risk management
K and M Business Law menyatakan tentang program takes a concerted effort but once
cara menghindarkan terjadinya sengketa established provides enormous benefits that
hukum dalam kontrak kerja konstruksi, are advantageous to all parties, such as:
adalah sebagai berikut18: 1. there is a low incident of conflict, disputes,
”The majority of disputes on construction claims, disruption to work, delays etc.
projects are a direct result of incomplete 2. it avoids lawsuits
design, lack of information, excessive 3. there is a reduced cost for delays and
changes being implemented once disputes
construction is underway or delays in 4. there is a better working relationship
approving extra work. Investing a reasonable throughout project duration
portion of the project budget at the design 5. there is better management and
stage means that the potential claim for extra administration of contracts.
work and changes is minimized and that
alternative designs, materials and Tindakan yang harus dilakukan adalah untuk
construction methods can be more carefully mengurangi kemungkinan terjadinya suatu
considered. kejadian tertentu, dan mengurangi nilai dari
dampak kejadian tersebut, atau keduanya.
Although construction disputes can arise from
Law Answers Encyclopedia menjelaskan
a number of factors, some of the more
tentang makna mitigate, mitigation dan
common reasons for disagreement are:
mitigation of damage di dalam bidang hukum
1. Conflicting expectations
sebagai berikut20:
2. Poor risk allocation
3. Lack of communication “The word mitigate means to reduce lessen or
4. Unclear contracts make less severe or harsh. In Criminal law
5. Failing to deal with problems as they come mitigation of punishment refers to reduction in
up punishment due to mitigating circumstances
that reduce the criminal's level of culpability.
Business owners and contractors can avoid
Mitigating circumstance in criminal law can be
most of the above issues with proper planning
a fact or situation that does not bear on the
and communication.One of the best ways to
question of a defendant's guilt but that is
avoid construction disputes is to understand
considered by the court in imposing
the contract. You should review the contract
punishment especially to lessen the severity of
terms and conditions with a construction
a sentence. For example the existence of no
litigation attorney before signing. Of particular
prior convictions is a mitigating circumstance.
importance are the payment terms,
Likewise in civil law, mitigation of damages
adjudication clause, variations and extension
refers to reduction of damages.
of time clauses, and time limits for issuing
dispute notices. A clear contract is important Mitigation refers to the lessening of something.
in resolving disputes.” In tort law, there is a requirement that
18
K and M Business Law, Avoiding ConstrucƟon Disputes, (On-line), tersedia di : hƩp://www. kandmbusinesslaw. com/ avoiding-construcƟon-
disputes (24 September 2014).
19
Caryl Malcolm, “ConstrucƟon Law BulleƟn -November 2001” (On-line), tersedia di : hƩp://www. cwilson.com/ resource/ newsleƩers/
arƟcle/ 770-risk-management-or-how-to-avoid-construcƟon-disputes.html.(23 September 2014).
20
Law Answers Encyclopedia (On-line), tersedia di : hƩp://answers.encyclopedia.com/quesƟon /miƟgaƟon-damages-doctrine (24 September
2013).
13
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 08 - 16
21
K and M Business Law, Avoiding ConstrucƟon Disputes, Op. Cit.
14
MiƟgasi Sengketa Hukum dalam Kontrak Kerja Konstruksi Sebagai Implikasi Teori Ekonomi dalam Bidang Hukum
(Dr.(T), Dr.(H), Ir. Suntana S. Djatnika, S.E., M.M., MBA., M.T., M.H., FCBArb.)
Tujuan strategisnya adalah mengurangi maupun jika dilakukan dengan cara alternatif
kerugian-kerugian yang terjadi akibat penyelesaian sengketa yaitu konsultasi,
terjadinya sengketa hukum kepada pihak- negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilai
pihak yang bersengketa, dan tujuan-tujuan ahli, biaya arbitrase jika dilakukan dengan
sekunder adalah mengatasi dampak yang melalui lembaga arbitrase. Biaya tidak
terjadi akibat terjadinya sengketa hukum langsung antara lain yang berkaitan dengan
dalam suatu kontrak kerja konstruksi, antara terhentinya pekerjaan, tidak selesainya
lain adalah terhentinya atau tidak pekerjaan. Biaya tidak langsung lainnya
diselesaikannya proyek yang menjadi objek adalah hilangnya waktu, tenaga dan pikiran
kontrak tersebut. Dampak ini dapat terjadi untuk mengurus perkara sengketa hukum ini.
kepada pengguna proyek baik langsung
Penerapan konsep mitigasi terjadinya
maupun tidak langsung. Sebagai contohnya
sengketa hukum yang terkait kepada teori
adalah untuk suatu pekerjaan jembatan, jika
ekonomi dan Cost & Benefit Analysis adalah
terjadi sengketa dan pekerjaannya tidak
untuk mencari langkah penyelesaian yang
diselesaikan, maka masyarakat penguna
paling ekonomis. Berdasarkan kajian
yang akan terkena dampaknya.
kualitatif serta implikasi penerapan konsep
mitigasi diperoleh hasil tentang cara yang
Implikasi Ilmu Ekonomi dalam Bidang Hukum
paling kecil dampak biayanya untuk
Sebagai implikasi teori ekonomi yang paling mengatasi kemungkinan terjadinya sengketa
dapat dirasakan manfaatnya adalah yang hukum adalah dengan tindakan preventif
berkaitan dengan teori Cost & Benefit. Suatu yang dilakukan sebelum terjadinya perikatan
sengketa hukum dalam kontrak kerja berupa kontrak kerja konstruksi. Seperti
konstruksi akan berdampak kepada telah diuraikan di atas, langkah preventif
penyelesaian kerugian yang terjadi, baik adalah bersifat antisipatif. Berdasarkan
berupa kerugian fisik dari obyek pekerjaan konsep mitigasi terjadinya sengketa hukum
yang diperjanjikan, maupun kerugian yang dalam kontrak kerja konstruksi seperti telah
tidak langsung berupa kerugian waktu dan diuraikan di atas, pendekatan preventif
tenaga. Analisis Cost & Benefit adalah adalah dengan cara terapan berupa
metode pendukung keputusan yang penyempurnaan bentuk, susunan dan isi
digunakan untuk membantu menjawab kontrak. Tindakan ekonomis yang kedua
pertanyaan bagaimana jika atau what if. Ini adalah dengan cara korektif yang dilakukan
adalah metode matematis untuk mengukur setelah terjadinya kontrak kerja konstruksi
manfaat dari suatu tindakan. Metode ini baik sebelum atau sesudah terjadinya
dapat menjadi suatu alat yang digunakan sengketa. Upaya untuk mengantisipasi
untuk menganalisis secara menyeluruh apa terjadinya sengketa hukum adalah dengan
yang mungkin terjadi pada pilihan tindakan melakukan identifikasi penyebab sengketa
mengatasi sengketa hukum dalam kontrak itu dan mengendalikan penyebab terjadinya
kerja konstruksi. Manfaat yang didapat dari sengketa tersebut. Pengendalian yang
tindakan yang diambil harus lebih besar dilakukan adalah dengan mengurangi
daripada biaya pelaksanaan tindakan derajat ketidakpastian yang dihadapi para
tersebut sehingga keputusan untuk memilih pihak dalam suatu kontrak dengan
tindakan apa yang harus diambil menjadi menghindari, mengelola, atau menekan dan
lebih mudah. membatasi potensi dampak dari kejadian
Akibat langsung dari terjadi suatu sengketa sengketa hukum yang mungkin terjadi.
hukum dalam suatu kontrak kerja konstruksi, Beberapa tindakan korektif adalah berupa
adalah timbulnya biaya, biaya tidak langsung harus dibentuknya mekanisme penyelesaian
maupun biaya langsung. Untuk biaya sengketa yang terjadi di proyek sebelum
langsung adalah biaya-biaya yang harus menjadi sengketa hukum dengan melibatkan
dikeluarkan untuk penasihat hukum, biaya bagian hukum dari kedua pihak yang
persidangan yang dilakukan di pengadilan, mengetahui tentang kontrak kerja konstruksi.
Mereka harus aktif terlibat selama proyek
15
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 08 - 16
berjalan. hukum atau membuat rekomendasi proses awalnya. Langkah ini dapat
atas dasar kesepakatan yang tidak mengikat mempercepat terdapatnya penyelesaian
secara hukum. sengketa dan secara langsung dapat
mengurangi dampak biaya yang terjadi.
Tindakan ekonomis berikutnya adalah
dengan menerima kenyataan bahwa telah Implikasi praktis dari teori ekonomi dan
terjadi sengketa baik sengketa teknis, analisis Cost & Benefit dalam penerapan
administratif maupun keuangan maupun praktis konsep mitigasi sengketa hukum ini
telah menjadi sengketa hukum. Tindakan dapat digambarkan dalam Bagan 2.
adaptifnya adalah untuk mencari langkah Penerapan Konsep Mitigasi dalam Pemilihan
penyelesaian hukum yang paling sedikit Penyelesaian Sengketa Hukum berikut ini
dampak keuangannya kepada para pihak (Bagan 2).
yang bersengketa. Hasil yang diperoleh
Selain pilihan penyelesaian sengketa dengan
berupa perbandingan yaitu penyelesaian
cara non-adjudikasi maupun adjudikasi,
sengketa dengan cara non-adjudikasi berupa
masih terdapat pilihan penyelesaian
Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)
sengketa lain yaitu dengan meminta
melalui negosiasi, mediasi, konsiliasi dan
pendapat hukum dari lembaga arbitrase.
penilai akhli adalah yang paling sedikit
Pendapat hukum ini mempunyai kekuatan
biayanya dibanding dengan cara adjudikasi.
hukum dan bersifat final, tidak ada upaya
Apabila penyelesaian melalui APS ini tidak
hukum lain yang dapat membatalkan
memperoleh hasil kesepakatan, maka
pendapat hukum sesuai dengan ketentuan
langkah berikutnya adalah diselesaikan
pada Pasal 52 dan Pasal 53 Undang-Undang
melalui cara adjudikasi dengan pilihan
Arbitrase dan APS yang menyatakan bahwa
melalui pengadilan atau arbitrase. Menurut
para pihak dalam suatu perjanjian berhak
pilihan ini terdapat beberapa pendapat
untuk memohon pendapat yang mengikat
tentang cara mana yang lebih
dari lembaga arbitrase atas hubungan
menguntungkan. Berdasarkan kedua pilihan
hukum tertentu dari suatu perjanjian.
ini bahwa selain melalui prosedur litigasi,
Terhadap pendapat yang mengikat tidak
dapat pula dilakukan langkah mediasi dalam
dapat dilakukan perlawanan melalui upaya
Sumber : Hasil olahan penulis berdasarkan Konsep Mitigasi Terjadinya Sengketa Hukum.
16
MiƟgasi Sengketa Hukum dalam Kontrak Kerja Konstruksi Sebagai Implikasi Teori Ekonomi dalam Bidang Hukum
(Dr.(T), Dr.(H), Ir. Suntana S. Djatnika, S.E., M.M., MBA., M.T., M.H., FCBArb.)
This conference promises to deliver the “Asian Experience”, tapping from a diverse and mixed culture of
expertise and specializations from all over Asia and focusses on the demands and needs of Asian
businesses. Spanning across three days, the ASIA ADR WEEK 2018 will cover key issues including the
promotion of business and investment within the region and how the ADR framework is designed to
complement the expansion and growth expected from the commercial industry in the coming years with the
anticipated economic boom.
The ASIA ADR WEEK 2018 provides a platform to promote Asia, as a pivotal market given the plethora of
multi and transnational trade agreements being formulated as we witness a shift of commercial focus to
the East, with Asia being a continent that sits at the heart of all these trade agreements.
Some of the highlight sessions include;
● “Building a New Asia: A Spectrum of Opportunities”
● “Gaining the Edge in Business: Unravelling the Myths of the ADR Ecosystem”
● “Real Money, Real Investors, Real Time, Real Talk – What ADR Can Do For You”
● “Tomorrow’s Methods: Holistic Resolution of Conflicts and Dispute Avoidance”
● “Arbitration Agreements Built to Last”
● “The Dawn of the Digital Era of ADR”
Close to 400 ADR presenters and practitioners from within the region and beyond are expected to attend
the ASIA ADR WEEK 2018
Further information : https://www.aiac.world/events/280
17
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 18 - 22
18
Pendapat Yang Mengikat (Binding Opinion) Sebagai Salah Satu AlternaƟf Pencegahan Sengketa (Eko Dwi PraseƟyo)
1
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah terjemahan Ɵdak resmi dari Burgerlijke Wetboek (BW).
2
Elly ErawaƟ dan Harlien Budiono, 2010, Penjelasan Hukum tentang Kebatalan Perjanjian, NLRP, Jakarta, hlm. 48.
3
M. Husseyn Umar, 2013, BANI dan Penyelesaian Sengketa, PT FikahaƟ Aneska, Jakarta, hlm. 59.
4
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan AlternaƟf Penyelesaian Sengketa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 138 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3872).
5
Jumlah ini adalah jumlah permohonan Pendapat Yang Mengikat yang diajukan ke BANI Jakarta, yang beralamat di Wahana Graha, Jalan
Mampang Prapatan No. 2, Jakarta Selatan, berdasarkan staƟsƟk BANI Jakarta pada Tahun 2015 s/d 2017.
19
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 18 - 22
20
Pendapat Yang Mengikat (Binding Opinion) Sebagai Salah Satu AlternaƟf Pencegahan Sengketa (Eko Dwi PraseƟyo)
9
Berdasar data staƟsƟk BANI Tahun 2017.
21
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 18 - 22
langsung dikirimkan kepada para pihak dan menghadapi persengketaan dengan pihak lain.
para pihak diberikan kesempatan untuk Namun yang tidak kalah penting adalah
melakukan koreksi administratif apabila terjadi mencegah agar sengketa tersebut tidak terjadi.
kesalahan pengetikan, tanpa mengubah UU 30/99 telah memberikan suatu cara
substansi dari pendapat Yang Mengikat mencegah terjadinya sengketa akibat
tersebut. perbedaan interpretasi terhadap suatu
ketentuan perjanjian dengan cara meminta
Tahap terakhir dari proses Pendapat Yang
suatu Pendapat Yang Mengikat dari lembaga
Mengikat adalah dengan menyimpankan
arbitrase. BANI sebagai lembaga arbitrase yang
Pendapat yang Mengikat tersebut di Pengadilan
tertua dan dipercaya oleh masyarakat bisnis,
Negeri. Sebenarnya tidak ada kewajiban dari
baik nasional maupun internasional, telah
undang-undang bahwa Pendapat Yang
berpengalaman menerbitkan Pendapat Yang
Mengikat harus disimpankan ke Pengadilan
Mengikat tentang perbedaan interpretasi atas
Negeri. Namun demikian, BANI mempunyai
suatu perjanjian dari segala bidang. Tidak
kebijakan untuk menyimpankan seluruh
kurang dari 25 (dua puluh lima) Pendapat Yang
produknya ke Pengadilan Negeri, termasuk
Mengikat telah diterbitkan oleh BANI10.
Pendapat Yang Mengikat. Hal ini bertujuan agar
Efektifitas pelaksanaan Pendapat Yang
produk BANI, dalam hal ini Pendapat Yang
Mengikat oleh para pihak secara sukarelapun
Mengikat, dapat terdokumentasikan dengan
sangat tinggi. Dari semua Pendapat Yang
baik. Disamping itu, tujuan lain dari
Mengikat yang diterbitkan oleh BANI, hanya
disimpankannya Pendapat yang Mengikat ini ke
terdapat 2 (dua) yang tidak dilaksanakan oleh
Pengadilan Negeri adalah untuk memberikan
salah satu pihak, sehingga salah satu pihak
efek psikologis bagi para pihak agar dapat
mengajukannya sebagai perkara arbitrase dan
melaksanakan Pendapat Yang Mengikat
Pendapat Yang Mengikat tersebut pun menjadi
tersebut dengan suka rela berdasarkan pada
salah satu alat bukti dalam proses persidangan.
itikad baik.
Untuk itu para pelaku usaha tidak perlu ragu
memanfaatkan Pendapat Yang Mengikat ini
Penutup
sebagai salah satu sarana mencegah terjadinya
Penyelesaian sengketa secara patut sengketa dalam hubungan bisnis mereka.
merupakan harapan setiap orang yang
10
Berdasarkan staƟsƟk BANI Jakarta sampai dengan tahun 2017
22
Surat Edaran Ketua Umum Tentang Pendirian
23
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 24-28
24
News and Events
25
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 24-28
26