You are on page 1of 29

Vol. 10 No. 1 March 2018 From the Editor .........................................................

iii
Peraturan dan Prosedur Arbitrase BANI 2018 ....... 1
Huala Adolf
Advisory Board
Rosan Perkasa Roeslani, MBA., M.A. Mitigasi Sengketa Hukum dalam Kontrak Kerja
( Ketua Umum KADIN Indonesia – ex officio ) Konstruksi Sebagai Implikasi Teori Ekonomi dalam
Prof. Dr. Mochtar Kusuma Atmadja, S.H., LL.M. Bidang Hukum .......................................................... 8
Prof. Dr. Karl-Heinz Bockstiegel Suntana S. Djatnika
Prof. Dr. Colin Yee Cheng Ong, QC Pendapat Yang Mengikat (Binding Opinion) Sebagai
Salah Satu Alternatif Pencegahan Sengketa ........ 17
Governing Board Eko Dwi Prasetiyo
M. Husseyn Umar (Chairman) News & Event ............................................................ 22
Anangga W. Roosdiono (Member)
Huala Adolf (Member)
N. Krisnawenda (Member)

Editor in Chief
Chaidir Anwar Makarim

Editors
Madjedi Hasan
Frans Hendra Winarta
Martin Basiang
Junaedy Ganie
Arief Sempurno Notes to contributors
Secretary If you are interested in contributing an article about
Arbitration & Alternative Dispute Resolution, please
Bayu Adam
sent by email to bani-arb@indo.net.id. The writer
Desi Munggarani N.
guidelines are as below :
1) Article can be written in Bahasa Indonesia or English
Distibutor
12 pages maximum
Gunawan
2) Provided by an abstract in one paragraph with
Keywords (Bahasa Indonesia for English article &
English for Bahasa Indonesia article)
3) The pages of article should be in A4 size with 25
mm/2,5 cm margin in all sides
4) The article used should be in Ms. Word format,
Times New Roman font 12 pt
5) Reference / Footnote
6) Author Biography (100 words)
7) Recent Photograph
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018

As we just passed the BANI 40th Anniversary Event, new Rules and Procedures of
Arbitration in BANI is proposed to be reviewed. Prof. Huala Adolf article on “BANI Rules
and Arbitration Procedures 2018” described the new provisions in the BANI procedures.
It cover the exclusion of liability of BANI and the obligation of the parties and the arbitral
tribunal to draw up terms of reference of arbitration as what had been the best
practices conducted by ICC.

In the following article, Dr. Suntana S. Djatnika warned on the growing legal disputes as
a consequences of increasing global contractor practices in Indonesia. He proposed the
concept on legal dispute mitigation in the construction contract as the effort to reduce
the potential legal disputes.

Finally, Eko Dwi Prasetiyo proposed Binding Opinions as one of dispute mechanism
which prevent disputes caused by differences of interpreting the agreements between
parties, where procedure is relatively simple compared to submitting an arbitration
petition.

Finally, we are tremendously grateful for all of the readership and feedback that this
newsletter received so far.

We thank you very much for all the participation.

March 2018
Peraturan dan Prosedur Arbitrase BANI 2018 (Huala Adolf)

Prof. Dr. Huala Adolf FCBArb. is ABSTRAK


the vice chairman of BANI Tulisan Ini memaparkan ketentuan-ketentuan baru dalam
Arbitration Center. He is also the Peraturan dan Prosedur Arbitrase BANI tahun 2018. Peraturan
professor of international law at baru mencakup revisi terhadap peraturan lama dan dimasukkan
the Faculty of Law, Universitas pasal-pasal baru. Peraturan baru antara lain mencakup
Padjadjaran and head of the pembebasan tanggung jawab BANI. Sedangkan revisi terhadap
center of international trade law at peraturan mencakup antara lain diwajibkannya penggunaan
the Faculty of Law, Universitas Kerangka Acuan atau Terms of Reference dalam persidangan
Padjadjaran, Bandung, Indonesia. arbitrase BANI.
He has published books and
Kata Kunci: Peraturan dan Prosedur Arbirase BANI 2018.
articles (mainly in Indonesian
language) on international trade
ABSTRACT
and economic law, international
settlement of disputes, and This short article tried to describe new provisions in the BANI
arbitration. Rules and Procedures of 2018. The new provisions include the
revised and the introduction of rules previously silent in the old
rules. The new rules cover the exclusion of liability of BANI and the
obligation of the parties and the arbitral tribunal to draw up terms
of reference of arbitration.
Key Words: BANI Arbitration Rules of 2018

A. Pendahuluan
Pada 1 Januari 2018, peraturan dan prosedur arbitrase
(selanjutnya “Peraturan” atau Rules) BANI berlaku. Peraturan
baru ini menggantikan peraturan lama tahun 2003 yang lahir 1
Maret 2003. Struktur prosedur yang baru tidak mengalami
perubahan. Struktur peraturan lama telah atau masih
mencerminkan struktur peraturan arbitrase yang berlaku di
seluruh dunia. Struktur Peraturan BANI terdiri atas 4 (empat)
pengaturan yaitu permohonan arbitrase, pembentukan majelis
arbitrase, persidangan arbitrase dan putusan arbitrase1.
Peraturan dan prosedur arbitrase 2018 dikeluarkan karena
pertimbangan berikut:
(1) Peraturan arbitrase BANI sudah cukup lama usianya, yaitu
15 tahun. Selama itu Peraturan belum mengalami
perbaikan atau revisi.
*
Tulisan ini adalah pendapat pribadi penulis, Ɵdak merefleksikan pandangan atau pendapat Dewan Pengurus BANI
1
Lihat struktur Peraturan dan Prosedur Arbitrase (”Rules”) dalam UNCITRAL ArbitraƟon Rules 1976/2010

1
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 01 - 07

(2) Peraturan arbitrase di dunia telah Jakarta. Masukan atau usulan perbaikan
mengalami perkembangan cukup pesat. penting juga datang dari para arbiter BANI
UNCITRAL Arbitration Rules tahun 1976 seperti Junaedi Ganie, Zen Umar Purba,
telah diubah pada tahun 2010. Gusnando S. Anwar, dan lain-lain serta dari
Peratuan arbitrase Negara-negara para arbiter asing seperti Prof Colin Ong,
tetangga misalnya Singapore Nick Stone, Gregory Churchill.
International Arbitration Centre atau
Metode atau pendekatan yang dilakukan
Kuala Lumpur Regional Centre for
untuk merevisi peraturan lama lebih banyak
Arbitration (KLRCA), mengalamai
pendekatan komparatif terhadap peraturan
perubahan yang relatif cepat. SIAC
yang berlaku di tingkat internasional,
misalnya telah melakukan sebanyak 6
terutama UNCITRAL Arbitration Rules 1976
(enam) kali revisi sejak berdiri; dan
yang diubah tahun 2010 dan peraturan dan
(3) Meningkatnya sengketa-sengketa yang prosedur arbitrase Negara-negara tetangga
sifatnya transnasional, ada pihak asing terutama peraturan dan prosedur arbitrase
di dalamnya, termasuk semakin Singapore International Arbitration Centre
meningkatnya kuantitas arbiter asing (SIAC) dan Kuala Lumpur Regional
terdaftar dalam daftar arbiter BANI. Arbitration Centre serta pengalaman empiris
Perkembangan ini mendorong BANI yang dimiliki dan dipraktikkan sehari-hari
untuk merevisi peraturan arbitrase oleh sekretariat BANI. Pengalaman empiris
BANI, minimal agar peraturan arbitrase ini penting dan sedikit banyak mewarnai
sesuai dengan standar peraturan dan revisi terhadap peraturan.
prosedur arbitrase yang berlaku di
lingkup internasional. Sekedar catatan, peraturan dan prosedur
BANI yang baru ini tidak serta merta
Ada 3 (tiga) hal yang mengubah peraturan mengadopsi atau mentransplantasi seluruh
dan prosedur arbitrase lama. Pertama, peraturan dan prosedur arbitrase UNCITRAL
penyempurnaan berupa penambahan atau lembaga-lembaga arbitrase Negara
terhadap peraturan yang lama. Kedua, tetangga. Pertimbangan ini diambil karena
adalah penambahan ketentuan baru yang tidak semua peraturan yang memungkinkan
termuat dalam pasal-pasal baru maupun dilakukan untuk saat ini. Misalnya,
yang diselipkan di dalam pasal lama. Ketiga, ketentuan mengenai Emergency Arbitration
revisi terhadap ketentuan lama. (arbitrase darurat) dengan penunjukan
arbiter daruratnya. Ketentuan lainnya adalah
B. Latar Belakang Revisi ketentuan yang terkait dengan peraturan
BANI pertama kali membentuk tim revisi putusan sementara yang dikembangkan di
terhadap peraturan dan prosedur BANI pada dalam UNCITRAL Arbitration Rules 2010
tahun 2015. Tim ini diketuai oleh arbiter (pengganti Rules 1976).
senior Bapak Kahardiman SH FCBArb. Hasil Berikut uraian mengenai apa saja yang
tim Pak Kahardiman berupa rekomendasi relevan untuk diuraikan di dalam tulisan ini.
perubahan terhadap peraturan dan prosedur Tidak semua revisi diuraikan. Hal-hal
arbitrase BANI diserahkan kepada Dewan perbaikan minor seperti perbaikan kalimat,
Pengurus. tata bahasa, penambahan definisi atau
Selanjutnya Dewan Pengurus membentuk batasan misalnya, tidak diuraikan. Uraian
tim yang mengolah atau menelaah lebih difokuskan kepada 3 hal tersebut di atas,
lanjut rekomendasi dari tim Pak yaitu (1), penyempurnaan peraturan; (2)
Kahardiman. Hasil telaahan ini dilengkapi peraturan baru; dan (3) revisi peraturan.
dengan serangkaian kegiatan berupa focus C. Revisi Peraturan
group discussion, masukan-masukan dari
BANI Perwakilan seperti Perwakilan 1. Penyempurnaan Peraturan
Surabaya, Medan, dan dari Sekretariat BANI Penyempurnaan peraturan lama

2
Peraturan dan Prosedur Arbitrase BANI 2018 (Huala Adolf)

mencakup 3 (tiga) hal yang cukup penting c. Pasal 35: Inisiatif Majelis arbitrase
berikut: untuk memperbaiki kesalahan
a. Pasal 2 ayat 2. Bila Peraturan dan redaksional.
Prosedur tidak Mengatur Ketentuan penyempurnaan dari
Di dalam ayat baru yang ditambahkan ketentuan prosedur lama adalah
ke dalam pasal dua adalah peraturan kewenangan majelis arbitrase untuk
penyempurnaan terhadap peraturan memperbaiki kesalahan redaksional
dan prosedur BANI. Ayat ini terutama kesalahan pengetikan dalam
menegaskan siapa dan bagaimana putusan. Kewenangan ini sebelumnya
yang Majelis Arbitrase dapat lakukan diserahkan sepenuhnya kepada kedua
apabila di dalam peraturan dan pihak seusai putusan dibacakan.
prosedur tidak mengaturnya. Ayat baru Ketua majelis arbitrase memberikan
ini memberikan kewenangan penuh kesempatan kepada kedua pihak
kepada Majelis untuk mengisi untuk memperbaiki kesalahan ketik
kekosongan hukum. Pasal 2 ayat 2 terhadap putusan dalam jangka waktu
berbunyi: 14 (empat) belas hari sejak putusan
diucapkan.
2. Apabila Peraturan Prosedur ini tidak
mengatur sesuatu ketentuan yang terkait Di dalam UU Nomor 30 Tahun 1999,
dengan penyelenggaraan arbitrase, keten- peraturan mengenai perbaikan atau
tuan tersebut akan ditentukan oleh Majelis koreksi terhadap putusan arbitrase
Arbitrase atau Arbiter Tunggal yang diatur dalam Pasal 58 yang berbunyi:
memeriksa sengketa tersebut.
“Dalam waktu paling lama 14 (empat belas)
b. Pasal 23 ayat 8: Kewenangan Majelis hari setelah putusan diterima, para pihak
arbitrase untuk membuka kembali dapat mengajukan permohonan kepada
persidangan yang telah ditutup. arbiter atau majelis arbitrase untuk
melakukan koreksi terhadap kekeliruan
Ketentuan baru ini memberikan administratif dan atau menambah atau
kewenangan kepada majelis untuk mengurangi sesuatu tuntutan putusan”.
membuka kembali persidangan Kalimat terakhir pasal ini, yaitu
arbitrase yang telah ditutupnya. permohonan para pihak untuk
Kewenangan untuk membuka kembali menambah atau mengurangi suatu
persidangan ini dibuka kemungkinan tuntutan putusan” tidak efektif
apabila majelis masih ragu atau diterapkan. Ketentuan ini dalam
mungkin masih memerlukan kejelasan praktik sulit dilaksanakan. Selama ini,
atau penjelasan, atau ada sesuatu hal sepengetahuan penulis, koreksi
yang majelis merasa perlu untuk dibatasi pada koreksi terhadap
mendengar lebih lanjut dari salah satu kesalahan administratif atau koreksi
pihak atau kedua belah pihak. redaksional atas putusan sesuai
Keterangan ini penting bagi majelis dengan peraturan dan prosedur
sebelum ia merasa benar-benar yakin arbitrase BANI selama ini
di dalam membuat putusannya.
Pasal 23 ayat 8 peraturan dan 2. Peraturan Baru
prosedur arbitrase BANI baru berbunyi: Peraturan baru dalam arti Peraturan yang
8. Pembukaan Kembali Persidangan dimasukkan ke dalam Peraturan
Apabila dipandang perlu karena sesuatu hal sekarang ini belum diatur di dalam
keadaan yang khusus, Majelis Arbitrase atau Peraturan BANI sebelumnya. Peraturan
Arbiter tunggal dapat atas inisiatifnya sendiri baru mencakup 3 (tiga) pasal yaitu pasal-
atau atas permintaan suatu pihak, pasal mengenai pembebasan tanggung
memutuskan untuk membuka kembali
jawab; pengecualian arbiter dan
persidangan sebelum putusan dibuat.

3
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 01 - 07

pengurus BANI untuk bersaksi di yang pro terhadap pasal ini. Tulisan ini
persidangan arbitrase BANI dan tidak bermaksud mengangkat kembali
keputusan Dewan Pengurus BANI. polemik menarik ini. Namun
berdasarkan masukan dan diskusi
a. Pasal 40: Pembebasan Tanggung
cukup panjang, ketentuan yang
Jawab
berlaku dalam peraturan baru inilah
Peraturan baru yang dimasukkan ke yang akhirnya diberlakukan.
dalam peraturan dan prosedur
arbitrase yang di dalam kegiatan Pasal ini intinya adalah, pertama,
sosialisasi mendapat dukungan dari pengurus BANI termasuk pengurus
banyak pihak, terutama dari BANI BANI Perwakilan tidak dapat diminta
Perwakilan, adalah Pasal 40 mengenai atau dijadikan sebagai saksi di dalam
Pembebasan Tanggung Jawab. Pasal persidangan arbitrase BANI.
ini menegaskan bahwa di dalam Kedua, ayat dua pasal ini menutup
melaksanakan fungsinya sebagai kemungkinan bagi arbiter yang
penyelenggaraan lembaga arbitrase, terdaftar di BANI (Arbiter BANI) untuk
lembaga arbitrase BANI tidaklah dapat memberi keterangan sesuai
dituntut di muka pengadilan dan keahliannya di hadapan majelis
diminta pertanggung-jawabannya. arbitrase yang diselenggarakan di
Pasal ini serupa dengan ketentuan BANI. Namun arbiter BANI tidak
mengenai imunitas yang disandang tertutup kemungkinannya untuk
lembaga pengadilan. memberi keterangan sesuai
Pasal 40 ini menyatakan: keahliannya di hadapan majelis
arbitrase lainnya di luar persidangan
1. BANI, termasuk Ketua, Wakil Ketua, arbitrase BANI.
Sekretaris Jenderal, dan pejabat, arbiter,
atau pengurus BANI Perwakilan termasuk Alasan utama dimasukkannya pasal
pegawainya, tidak dapat dikenakan ini ke dalam peraturan baru semata-
tanggung-jawab hukum apapun atas mata untuk menjaga kemandirian
segala tindakan sehubungan dengan
penyelenggaraan arbitrase yang persidangan arbitrase berdasarkan
dilaksanakan berdasarkan peraturan peraturan dan prosedur arbitrase
arbitrase ini. BANI. Peraturan dan prosedur baru ini
2. BANI, termasuk Ketua, Wakil Ketua,
semata hendak menekankan prinsip
Sekretaris Jenderal, dan pejabat, arbiter, kemandirian dan independensi arbiter
atau pengurus BANI Perwakilan termasuk BANI benar-benar ditegakkan.
pegawainya, tidak terikat untuk membuat
pernyataan apa pun terkait dengan Pasal 41 yang berada di bawah judul
adanya penyelenggaraan arbitrase yang ”Pengecualian Bersaksi di
tunduk pada peraturan arbitrase ini. Persidangan Arbitrase di BANI”
berbunyi:
b. Pasal 41 Pengecualian Arbiter dan
Pengurus BANI untuk Menjadi Ahli 1. Suatu pihak atau para pihak tidak
atau Saksi dapat mengajukan BANI, termasuk
Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris
Ketentuan Pasal 41 ini adalah Jenderal, dan pejabat atau pengurus
ketentuan yang hingga menit akhir BANI Perwakilan termasuk
sebelum peraturan baru disahkan pegawainya, untuk bertindak sebagai
masih mendapat tanggapan atau saksi atau ahli pada persidangan
catatan dari arbiter. Ada cukup banyak arbitrase di BANI atau persidangan
arbiter atau komentator yang kontra arbitrase yang menggunakan
atau tidak sependapat terhadap pasal peraturan arbitrase BANI.
ini. Namun tidak sedikit pula arbiter 2. Para pihak, Majelis Arbitrase dan

4
Peraturan dan Prosedur Arbitrase BANI 2018 (Huala Adolf)

arbiter tunggal tidak dapat Peraturan berupa revisi terhadap


mengajukan Arbiter BANI untuk peraturan lama sebenarnya sederhana
bertindak sebagai saksi atau ahli saja yaitu mengganti kata “dapat”
pada persidangan arbitrase di BANI menjadi “wajib”. Penggantian ini terkait
atau persidangan arbitrase yang dengan pembuatan kerangka acuan atau
menggunakan peraturan arbitrase Terms of Reference di dalam persidangan
BANI. arbitrase BANI. Peraturan lama di bawah
c. Pasal 42: Keputusan Dewan Pengurus Pasal 19 di bawah judul “Dokumen-
BANI Dokumen dan Penetapan-Penetapan”,
ayat 2-nya berbunyi:
Pasal baru lain yang penting dan
mendapat dukungan penuh terutama 2. Penetapan-penetapan prosedural.
dari BANI Perwakilan adalah Pasal 42 Majelis, berdasarkan ketentuan-
mengenai sifat atau kekuatan hukum ketentuan ini, berhak penuh
mengenai keputusan yang dikeluarkan menentukan prosedur dan membuat
oleh Dewan Pengurus BANI. penetapan-penetapan yang dianggap
Pasal ini menegaskan kewenangan perlu, dimana penetapan-penetapan
penuh dan keputusan yang tidak tersebut mengikat para pihak. Apabila
dapat diganggu-gugat dari Dewan dipandang perlu, Majelis dapat
Pengurus mengenai penyelenggaraan membuat ikhtisar masalah-masalah
arbitrase di bawah peraturan dan yang akan diputus (terms of reference)
prosedur arbitrase BANI. Pasal ini 42 yang ditandatangani Majelis dan para
ini menegaskan bahwa segala pihak. Setidak-tidaknya Sekretaris
keputusan yang dikeluarkan oleh Majelis harus membuat berita acara
Dewan Pengurus atau Sekretariat pemeriksaan dan penetapan-penetapan
BANI bersifat final. Artinya, keputusan prosedural dari Majelis, berita acara
Dewan Pengurus atau Sekretariat mana, setelah ditandatangani oleh
selama melaksanakan fungsinya Majelis, menjadi dokumen pemeriksaan
sebagai lembaga penyelenggara dan bahan bagi Majelis dalam proses
arbitrase tidaklah dapat diganggu pemeriksaan selanjutnya. (Kata ”dapat”
gugat. Misalnya, salah satu pihak atau dicetak miring oleh kami).
pihak ketiga meminta penjelasan,
Yang banyak ditanyakan adalah apakah
alasan-alasan dikeluarkannya suatu
yang dimaksud dengan kerangka acuan
keputusan atau keterangan mengenai atau “Terms of Reference” dalam
sesuatu keputusan yang dikeluarkan arbitrase ini. Klausul Terms of Reference
oleh Dewan Pengurus atau ini sudah lama diterapkan di lembaga
Sekretariat. arbitrase ICC, Paris. Penggunaan Terms of
Pasal 42 ini berbunyi: Reference selama ini dipandang menjadi
ciri khas dari arbitrase ICC. Herman
”Keputusan Dewan Pengurus atau Verbilt dkk., mengemukakan “The Terms
Sekretariat BANI mengenai semua of Reference are a compulsory
hal yang terkait dengan component of the ICC arbitration
procedure and one of its main
penyelenggaraan arbitrase bersifat
characteristics”2. Hal sama dikemukakan
mengikat para pihak.” oleh Sigvard Jarvin. Jarvin
megnemukakan, Terms of Reference
3. Revisi peraturan telah menjadi unsur atau bagian yang
a. Pasal 20 ayat 2 (mengenai Kerangka sangat bernilai bagi arbitrase ICC. Jarvin
Acuan atau Terms of Reference) menggunakan istilah “invaluable
element”3.

2
Herman Verbist et.al., ICC ArbitraƟon in PracƟce, The Netherlands: Kluwer Law InternaƟonal, 2nd.rev.ed., 2016, hlm. 127

5
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 01 - 07

Dalam Peraturan arbitrase ICC, Terms of conferred upon the arbitral tribunal
Reference ditegaskan kembali di dalam to act as amiable compositeur or to
Peraturan Arbitrase ICC tahun 2017. decide ex aequo et bono.
Pasal 23 Peraturan arbitrase ICC memuat
2. The Terms of Reference shall be
ketentuan yang relatif komprehensif
signed by the parties and the arbitral
mengenai Terms of Reference. Pasal 23
tribunal. Within 30 days of the date on
Peraturan ICC berbunyi:
which the file has been transmitted to
Article 23. it, the arbitral tribunal shall transmit to
the Court the Terms of Reference
Terms of Reference
signed by it and by the parties. The
1. As soon as it has received the file from Court may extend this time limit
the Secretariat, the arbitral tribunal pursuant to a reasoned request from
shall draw up, on the basis of the arbitral tribunal or on its own
documents or in the presence of the initiative if it decides it is necessary to
parties and in the light of their most do so.
recent submissions, a document
3. If any of the parties refuses to take
defining its Terms of Reference. This
part in the drawing up of the Terms of
document shall include the following
Reference or to sign the same, they
particulars:
shall be submitted to the Court for
a) the names in full, description, approval. When the Terms of
address and other contact details Reference have been signed in
of each of the parties and of any accordance with Article 23(2) or
person(s) representing a party in approved by the Court, the arbitration
the arbitration; shall proceed.
b) the addresses to which notifications 4. After the Terms of Reference have
and communi-cations arising in the been signed or approved by the Court,
course of the arbitration may be no party shall make new claims which
made; fall outside the limits of the Terms of
c) a summary of the parties’ Reference unless it has been
respective claims and of the relief authorized to do so by the arbitral
sought by each party, together with tribunal, which shall consider the
the amounts of any quantified nature of such new claims, the stage
claims and, to the extent possible, of the arbitration and other relevant
an estimate of the monetary value circumstances.
of any other claims; Jarvin mengemukakan ada dua kegunaan
d) unless the arbitral tribunal lain dari adanya kerangka acuan ini.
considers it inappropriate, a list of Pertama, kerangka acuan berperan
issues to be determined; penting di dalam membantu arbiter
(majelis arbitrase) dan para pihak di
e) the names in full, address and dalam merencanakan persidangan (ke
other contact details of each of the depan). Kedua, kerangka acuan memberi
arbitrators; kesempatan kepada kedua pihak untuk
f) the place of the arbitration; and bertemu bersama dengan majelis
arbitrase guna membahas sengketanya
g) particulars of the applicable dan memberi ruang kepada kedua pihak
procedural rules and, if such is the untuk mencapai penyelesaian lebih cepat
case, reference to the power di antara mereka. Jarvin mengemukakan:
3
Sigvard Jarvin, “The Sources and Limites of Arbitrator’s Powers,” dalam: Julian DM Lew (ed.)., Contemporary Problems in InternaƟonal
ArbitraƟon, Dordrecht: Springer, 1987, hlm. 58.

6
Peraturan dan Prosedur Arbitrase BANI 2018 (Huala Adolf)

“The Terms of Reference shall help the arbitrator perubahan penting di dalam sejarah BANI di
and the parties to plan the proceedings and the dalam memutus sengketa melalui arbitrase.
Court to check that the arbitrator's award deals Dengan belajar dari best-practices yang
with the claims defined. The drafting of the Terms dipraktikkan lembaga arbitrase asing (ICC),
of Reference affords an (initial) opportunity for the penerapan kerangka acuan atau Terms of
parties and arbitrator to meet, and may result in a
Reference di dalam persidangan arbitrase
settlement of the dispute at an early stage.”
diharapkan agar semakin efisien di dalam
persidangan arbitrase.
D. Penutup
Dari revisi yang dimuat di dalam Peraturan Efektivitas peraturan baru ini akan
baru, pertama, tampak yang menonjol bergantung pada pelaksanaannya di dalam
adalah ketentuan mengenai penguatan praktik. Setiap ketentuan di dalam Peraturan
kelembagaan BANI sebagai lembaga Arbitrase sekarang ini mungkin saja
arbitrase. Ketentuan baru di dalam menghendaki revisi lebih lanjut di kemudian
Peraturan 2018 menegaskan imunitas BANI hari. Perkembangan praktik dan juga
di dalam membuat keputusan di dalam perubahan-perubahan di lingkup
menyelenggarakan arbitrase. internasional yang diterima umum, akan
menjadi sumber referensi hukum lebih lanjut
Kedua, perubahan kata dapat menjadi wajib untuk penyempurnaan Peraturan di
di dalam membuat Terms of Reference atau kemudian hari.
kerangka acuan arbitrase merupakan

AMINZ – ICCA INTERNATIONAL ARBITRATION DAY


MAKING ARBITRATION WORK IN A CHANGING WORLD:
A PACIFIC VIEW
Date : April 19-20, 2018
Host : The Arbitrators’ and Mediators’ Institute of New Zealand, AMINZ
Venue : Heritage Hotel, Queenstown, New Zealand

Further information : https://queenstowncongress.com/

7
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 08 - 16

Catatan : Tulisan ini merupakan ringkasan dari tulisan ilmiah yang dimuat dalam Buku
Peringatan 80 tahun Prof. Djuhaendah yang dibuat oleh penulis yang sama.

Suntana S. Djatnika adalah praktisi Abstrak


jasa konstruksi, arbiter di Badan Sengketa hukum dalam kontrak kerja konstruksi kerap terjadi
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Sengketa hukum ini
sejak tahun 2003, dengan pendidikan berdampak pada kerugian waktu, biaya, dan menghambat
sebagai insinyur Arsitek lulusan Institut kontribusi sektor konstruksi dalam pertumbuhan ekonomi. Pasar
Teknologi Bandung, Sarjana Ekonomi konstruksi global merupakan cross border operation.
dari Universitas Indonesia, Master of Pertumbuhan pasar konstruksi global ini diikuti pula dengan
Business Administration dan Magister tingginya tingkat sengketa hukum. Konsep tentang mitigasi
Manajemen dari Sekolah Tinggi terjadinya sengketa hukum atau legal dispute mitigation dalam
kontrak kerja konstruksi adalah upaya mengatasi dan mengurangi
Manajemen PPM, Magister Teknik dari
dampak terjadinya sengketa hukum. Konsep mitigasi sengketa
Fakultas Teknik Sipil, Universitas
hukum ini selain menggunakan teori hukum serta hakikat asas-
Indonesia, Magister Hukum dari asas hukum digunakan pula teori ekonomi berupa teori mitigasi
Universitas Tarumanagara, Doktor Ilmu berdasarkan economic analysisis of law dan cost and benefit
Teknik dari Fakultas Teknik Sipil analysis.
Universitas Indonesia, serta Doktor
Kata Kunci : Kontrak konstruksi, sengketa hukum, mitigasi
I lm u Hukum dari Uni versi t as
sengketa.
Tarumanagara.
Abstract
The construction contract legal disputes often happen during the
construction work. These legal disputes have impacts on time
losses, costs, and hampering the contribution of the construction
sector to economic growth. The global construction market is a
cross border operation. The growth of the global construction
market is followed by high levels of legal disputes. The concept on
legal dispute mitigation in the construction contract is the effort to
overcome and reduce the impact of the occurrence of legal
disputes. This legal disputes mitigation concept besides using
legal theory and the nature of legal principle is also used
economic theory based on economic analysis of law and cost and
benefit analysis.
Key Words : Construction contract, legal disputes, disputes
mitigation.

8
MiƟgasi Sengketa Hukum dalam Kontrak Kerja Konstruksi Sebagai Implikasi Teori Ekonomi dalam Bidang Hukum
(Dr.(T), Dr.(H), Ir. Suntana S. Djatnika, S.E., M.M., MBA., M.T., M.H., FCBArb.)

Pendahuluan 22,78% (dua puluh dua koma tujuh puluh


I. Hubungan kerja antara pemilik proyek delapan persen) adalah mengenai perkara
dengan pelaksana proyek dibuat dalam dalam bidang konstruksi, sebanyak 2.080
bentuk kontrak kerja konstruksi, yaitu suatu (dua ribu delapan puluh) putusan atau
hubungan hukum dalam penyelenggaraan sebesar 12,77% (dua belas koma tujuh
pekerjaan konstruksi. Kedua belah pihak puluh tujuh persen) adalah mengenai
harus menetapkan secara tertulis klausula perkara sengketa hukum dalam perjanjian4.
kontrak untuk menjamin terpenuhinya hak Hal yang sama dalam penyelesaian perkara
dan kewajiban para pihak yang secara adil sengketa hukum yang dilakukan melalui
dan seimbang serta dilandasi dengan itikad proses arbitrase. Dari fakta empiris seluruh
baik dalam penyelenggaraan pekerjaan perkara yang masuk ke Badan Arbitrase
konstruksi1. Nasional Indonesia (BANI) dalam rangka
Hubungan kerja ini didasari atas itikad baik Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
dari kedua pihak untuk menyelesaikan Sengketa (APS) tahun 2014 sampai dengan
pekerjaan sesuai dengan kesepakatan yang tahun 2016 sengketa pada sektor
tertuang dalam kontrak kerja. Akan tetapi konstruksi menunjukkan persentasi tertinggi
tidak selalu hubungan kerja ini berjalan jika dibandingkan dengan sektor lainnya.
sesuai dengan yang dikehendaki. Pada Pasar konstruksi pada era global sekarang
pelaksanaan kontrak ini sering terjadi merupakan pasar terbuka dan pelaksana
perbedaan pemahaman, perselisihan konstruksi mengerjakan operasi bisnisnya
maupun pertentangan antar para pihak dan dalam bidang proyek konstruksi sudah
kemudian menjadi sengketa hukum. lintas batas negara atau cross border
Sengketa hukum dalam kontrak kerja operation. Pertumbuhan pasar konstruksi
konstruksi akan menimbulkan dampak global ini diikuti pula dengan tingginya
kepada kedua belah pihak, antara lain tingkat sengketa hukum. Pada tahun 2014
timbulnya biaya-biaya tambahan, hilangnya pembangunan pasar konstruksi di Asia yang
waktu serta tercurahnya tenaga dan pikiran. merupakan salah satu terbesar di dunia
Jika terjadi sengketa, maka penyelesaian menunjukkan kenaikan rata-rata terjadinya
sengketa ini harus dilakukan untuk sengketa hukum dalam kontrak konstruksi,
mengakhiri atau menyelesaikan sengketa. menjadi dua kali lipat dari kejadian pada
Perselisihan yang timbul ini kemudian akan tahun 2013, dan mencapai angka yang jauh
menjadi sengketa hukum dan berakibat melebihi dari masa lalu 5 tahun. Hal ini
pada penurunan kinerja pelaksanaan merupakan refleksi di kawasan ini yang
konstruksi secara keseluruhan, yang akan terus tumbuh, dan karena ukuran dan
menimbulkan waste dan menurunkan value kompleksitas dari beberapa program
yang diharapkan3. pembangunan di kawasan ini. Nilai
Berdasarkan fakta empiris dari Mahkamah pekerjaan menjadi lebih besar, pekerjaan
Agung untuk putusan perkara yang telah lebih kompleks, dan sering pula dengan
mempunyai kekuatan hukum tetap dari total pembiayaan pihak swasta. Nilai sengketa
jumlah perkara perdata sebanyak 16.287 rata-rata meningkat sebesar US $ 400.000
(enam belas ribu dua ratus delapan puluh (empat ratus ribu US dolar) pada tahun
tujuh) putusan, sebanyak 3.710 (tiga ribu 2013 menjadi US $ 32.100.000 (tiga puluh
tujuh ratus sepuluh) putusan atau sebesar dua juta seratus ribu US dolar). Nilai

1
Indonesia, Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
2
Nurun Ainuddin, Pola Penyelesaian Sengketa GanƟ Rugi Dalam Perjanjian Pembangunan Jasa Konstruksi, Jurnal Teknik Rekayasa, vol. 13,
Nomor 1, Universitas Mataram (Juni 2012), 55.
3
Armstrong Hedwig, Sengketa dalam Penyelenggaraan Konstruksi di Indonesia (On-line), tersedia di:hƩp://
armstrongca.blogspot.com/2009/05/sengketa-dalam-penyelenggaraan.html (20 September 2013).
4
Mahkamah Agung (On-line), tersedia di : hƩp://www.mahkamahagung.go.id. (12 September 2014).

9
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 08 - 16

sengketa di Amerika Serikat meningkat meredakan atau mengurangi dan mitigation


paling tinggi pada 2013, meskipun Asia dan yang berarti peringanan atau kelonggaran.
Timur Tengah masih menunjukkan terjadinya Menurut Black’s Law Dictionary menyebut-
sengketa dengan nilai rata-rata tertinggi. kan bahwa arti mitigate adalah to make less
Rata-rata lama sengketa telah menurun satu severe or intense. Selanjutnya dijelaskan
bulan untuk kurang dari satu tahun, tetapi juga tentang mitigation-of-damages doctrine
telah meningkat di AS dan Benua Eropa. yaitu:
Nilai dan lamanya waktu yang tersita untuk Mitigation-of-damages doctrine is the
menghadapi sengketa hukum di Indonesia principle requiring a plaintiff, after an injury or
tidak diketahui dengan pasti karena belum breach of contract, to make reasonable
pernah ada pihak yang secara spesifik efforts to alleviate the effect of the injury or
melakukan penelitian dalam hal ini. breach.
Penanganan sengketa hukum antara para Pada avoidable-consequenses doctrine
pihak yang terlibat dalam kontrak kerja disebutkan bahwa if the defendant can
konstruksi selama ini dilakukan lebih show the plaintiff failed to mitigate
bersifat reaktif setelah terjadinya sengketa damages, the plaintiff’s recovery may be
hukum dan bukan berupa tindakan reduced5.
preventif atau korektif sebelum sengketa
Istilah lain yang ada dalam penulisan ini
hukum terjadi, atau melakukan upaya untuk
adalah sengketa hukum atau legal dispute.
mengurangi dampak yang terjadi apabila
Menurut Law Dictionary6 legal dispute
sengketa hukum telah terjadi. Konsep
adalah:
tentang mitigasi sengketa hukum atau legal
dispute mitigation dalam kontrak kerja Contest / conflict / disagreement concerning
konstruksi adalah upaya memitigasi lawful existence of (1) a duty or right, or (2)
terjadinya sengketa hukum, dengan compensation, by extent or type, claimed by
mengacu kepada kejadian sejenis pada the injured party for a breach of such duty or
bidang keilmuan lain. Langkah yang right.
dilakukan adalah pengembangan konsep Pengertian lain untuk legal dispute menurut
mitigasi terjadinya sengketa hukum dalam Business Dictionary7 adalah:
kontrak kerja konstruksi di atas dan mencari
Disagreement over the existence of a legal
cara penanganan mitigasinya. Langkah ini
duty or right, or over the extent and kind of
adalah dengan mempadukan antara konsep
compensation that may be claimed by the
mitigasi dan manajemen risiko dalam
injured party for a breach of such duty or
konteks hukum dengan objek penelitian
right.
tentang kontrak kerja konstruksi. Outcome
dari konsep mitigasi sengketa hukum adalah
II. Mitigasi Sengketa Hukum dalam Kontrak
upaya menanggulangi masalah terjadinya
Kerja Konstruksi Sebagai Implikasi Ilmu
sengketa hukum dalam sektor konstruksi.
Ekonomi dalam Bidang Hukum.
Mitigasi dalam keilmuan hukum belum
Identifikasi Sengketa Hukum.
banyak digunakan jika dibandingkan dengan
pada bidang lainnya atau dalam konteks Selama penyelenggaraan pekerjaan
yang lain. Masyarakat telah mengenal konstruksi kemungkinan timbulnya
mitigasi bencana sebagai suatu upaya perselisihan/persengketaan atau disputes
mengurangi atau meminimalisir dampak tersebut adalah sangat besar. Mitropoulos
suatu bencana. Kata mitigasi ini berasal dari dan Howell (2001)8 menjelaskan bahwa
bahasa Inggris mitigate yang berarti salah satu dari akar permasalahan
5
Bryan A.Garner, Black’s Law DicƟonary, 8th Ed., (St. Paul: Thomson, 2004), 1023-1024.
6
The Law DicƟonary, (On-line), tersedia di : hƩp://thelawdicƟonary.org/legal-dispute/, (13 November 2016).
7
The Business DicƟonary, (On-line), tersedia di : hƩp://www.businessdicƟonary.com/ definiƟon/ legal-dispute.html, (13 November 2016).
8
Armstrong Hedwig, “Sengketa dalam Penyelenggaraan Konstruksi di Indonesia”, Op. Cit.

10
MiƟgasi Sengketa Hukum dalam Kontrak Kerja Konstruksi Sebagai Implikasi Teori Ekonomi dalam Bidang Hukum
(Dr.(T), Dr.(H), Ir. Suntana S. Djatnika, S.E., M.M., MBA., M.T., M.H., FCBArb.)

p enyeb ab persengketaan dalam lain dapat berupa penyiapan lahan,


penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yaitu pembebasan tanah tempat berlangsungnya
adanya faktor ketidakpastian atau pekerjaan, atau tidak dipenuhinya kewajiban
uncertainty dalam setiap pekerjaan pembayaran kepada pihak penyedia jasa
konstruksi. Menurut Garold D. Oberlender yang telah menyelesaikan pekerjaan.
penyebab sengketa yang umumnya terjadi
Penyebab eksternal adalah faktor dari luar
dalam suatu proyek adalah tidak
yang tidak dapat dikendalikan oleh pelaku
ditetapkannya dengan pasti lingkup kerja
kontrak, antara lain kebijakan Pemerintah,
atau scope dan terlalu berfokus pada biaya
perubahan peraturan perundang-undangan,
atau budget/cost, waktu atau schedule dan
kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya dan
kualitas atau quality9. Sengketa hukum pada
pengaruh global, seperti perubahan kurs
umumnya dapat diidentifikasikan atas dasar
mata uang rupiah terhadap mata uang asing
waktu terjadinya sengketa, atas dasar
lainnya.
penyebabnya yaitu yang terdiri atas faktor
eksternal dan force majeure, faktor internal
Teori Hukum dan Teori Ekonomi dalam
lingkup kerja, hak dan kewajiban dan cidera
Mitigasi Sengketa Hukum
janji atau wanprestasi, serta sengketa
hukum atas dasar pemilihan cara Kerangka teori tentang mitigasi sengketa
penyelesaian sengketa. hukum selain menggunakan teori hukum,
terdapat pula teori-teori di luar keilmuan
Terjadinya sengketa hukum yang disebabkan hukum sebagai dasar konsep mitigasi
oleh faktor-faktor eksternal dan internal terjadinya sengketa hukum. Teori ekonomi
tersebut adalah dari para pihak dalam yang digunakan adalah teori economic
kontrak kerja konstruksi. Penyebab sengketa analisys of law dan teori cost and benefit,
hukum dari faktor internal yang sering terjadi teori tentang mitigasi. Richard A. Posner
adalah dalam masalah lingkup kerja dan hak berpendapat, ilmu ekonomi merupakan ilmu
dan kewajiban. Lingkup kerja adalah obyek pengetahuan tentang pilihan rasional di
kerja yang ditetapkan dan diperjanjikan tengah-tengah keterbatasan sumber yang
dalam kontrak kerja konstruksi tentang diinginkan manusia. Di sisi lain, konsep-
pekerjaan yang harus dilaksanakan konsep ekonomi telah melahirkan prinsip-
pelaksana konstruksi atau penyedia jasa prinsip hukum seperti litigation costs,
pelaksana konstruksi yang diberikan oleh property rules, strict liability, non-monetary
pemilik proyek atau pemberi tugas. Hak dan sanction, efficient-breach, dan sebagainya10.
kewajiban adalah ketentuan tentang apa
yang harus dipenuhi oleh para pihak yang Menurut teori cost and benefit di dalam
terikat dalam suatu kontrak kerja konstruksi, hukum dan ekonomi tidak terbatas pada
yang meliputi waktu, mutu dan biaya. pengertian cost sebagai biaya dan benefit
Sengketa hukum dapat terjadi apabila salah sebagai manfaat. Menurut teori cost and
satu pihak melakukan cidera janji atau benefit di dalam hukum dan ekonomi tidak
wanprestasi, serta perubahan pekerjaan. terbatas pada pengertian cost sebagai biaya
Cedera janji dari pihak penyedia jasa atau dan benefit sebagai manfaat. Cost dalam
pelaksana konstruksi antara lain adalah perspektif ilmu hukum memiliki definisi
tidak dipenuhinya ketentuan penyelesaian sebagai berikut11:
pekerjaan berdasarkan waktu, mutu dan 1. The ammount paid or charged for
biaya yang telah ditetapkan dalam kontrak something; price or expenditure.
kerja konstruksi. Cedera janji dari pihak 2. The charges or fees taxed by the court,
pengguna jasa atau pemilik proyek antara
9
Garold D. Oberlender, Project Management for Engineering & ConstrucƟon, (Singapore: McGraw Hill), 2000, 8.
10
Fajar Sugianto, Op. Cit., 36.
11
Bryan A.Garner, Black’s Law DicƟonary, Op. Cit., 372.

11
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 08 - 16

such as filling fees, courthouse fees, and Konsep Mitigasi Sengketa Hukum.
reporter fees-also termed court costs. Sengketa hukum dalam pelaksanaan kontrak
3. The expenses of litigation, prosecution, or kerja konstruksi ini dapat mengakibatkan
other legal transaction, esp. Those kerugian waktu, biaya, tenaga dan
allowed in favor of one party against the kemungkinan pula mendapatkan hukuman
other. sanksi denda. Upaya melakukan mitigasi
terjadinya sengketa hukum secara teori
Pengertian benefit secara umum adalah
dinyatakan seperti berikut17:
suatu manfaat atau keuntungan yang
didapat dari sesuatu. Menurut perspektif “Risk response development involves defining
ilmu ekonomi, benefit adalah suatu enhancement steps for opportunities and
perolehan laba, keuntungan yang timbul atau responses to threats. Responses to threats
dibayarkan kepada seseorang12. Menurut generally fall into one of three categories :
perspektif ilmu hukum, benefit adalah 1. Avoidance - eliminating a specific threat,
manfaat; keistimewaan; keuntungan atau usually by eliminating the cause. The
perolehan, manfaat hukum, nilai hukum13. management can never eliminate all risk,
Berdasarkan uraian-uraian definisi di atas, but specific risk events can often be
diketahui bahwa cost memiliki keluasan arti eliminated.
sebagai dampak, risiko, biaya, ekspenditur,
harga, kekurangan dan kelemahan. Makna 2. Mitigation - reducing the impact of a risk
kata benefit memiliki keluasan arti sebagai event by reducing the probability of
keuntungan, manfaat, kelebihan, perolehan, occurrence, reducing the risk event value,
perbaikan dan kekuatan14. or both.
3. Acceptance - accepting the consequences.
Kontrak Kerja Konstruksi. Acceptance can be active (e.g., by
Pengertian kontrak kerja konstruksi developing a contingency plan to execute
merupakan kontrak yang dikenal dalam should the risk event occur) or passive
pelaksanaan konstruksi bangunan, baik yang (e.g., by accepting a lower financial impact
dilaksanakan oleh Pemerintah maupun pihak if some activities overrun).”
swasta 15 . Istilah pemborongan dan
konstruksi mempunyai keterikatan satu Langkah mengatasi sengketa hukum adalah
sama lain. Istilah pemborongan memiliki dengan cara avoidance atau menghindari-
cakupan yang lebih luas dari istilah nya, mitigation atau mengurangi dampaknya
konstruksi. Black’s Law menyatakan tentang dan dengan acceptance, atau menerima
kontrak konstruksi atau Construction konsekuensi dari sengketa hukum tersebut.
Contract adalah16 : Mitigasi terjadinya sengketa hukum pada
dasarnya dapat diperlakukan dengan pilihan
Construction Contract is a contract setting menghindari, memitigasi atau menerima,
forth the specifications for a building project’s dengan metode mitigasi sengketa hukum
construction. This type of contract is usually akan dapat diperoleh dampak yang paling
secured by performance and payment bonds kecil konsekuensinya. Langkah untuk
to protect both the owner and the menghindari terjadinya sengketa hukum
subcontractors. adalah dengan menentukan langkah dari

12
A. Abdulrachman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, cetakan IV, (Jakarta: Paradnya Paramita, 1980), 96.
13
Bryan A.Garner, Black’s Law DicƟonary, Op. Cit., 166.
14
Fajar Sugianto, Economic Approach to Law,( Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), 108.
15
Salim H.S., Hukum Kontrak, Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika, Cet. 9, 2013, 90.
16
Bryan A.Garner, Black’s Law DicƟonary, Op. Cit., 341.
17
PMBOK Guide, Op. Cit., 303-304.

12
MiƟgasi Sengketa Hukum dalam Kontrak Kerja Konstruksi Sebagai Implikasi Teori Ekonomi dalam Bidang Hukum
(Dr.(T), Dr.(H), Ir. Suntana S. Djatnika, S.E., M.M., MBA., M.T., M.H., FCBArb.)

pilihan avoidance atau menghilangkan Caryl Malcolm dari Hullah and Associates
sengketa itu terjadi dengan menghilangkan memberikan pendapatnya tentang bagai-
penyebab dari sengketa tersebut. Penyebab mana semua pihak yang terkait dalam
sengketa tersebut pada umumnya tidak kegiatan kerja konstruksi dapat mengurangi
semua dapat dihilangkan akan tetapi untuk kemungkinan terjadinya sengketa hukum,
sengketa tertentu penyebab sengketa sebagai berikut19:
tersebut dapat dihilangkan atau dikurangi.
“Initial development of a risk management
K and M Business Law menyatakan tentang program takes a concerted effort but once
cara menghindarkan terjadinya sengketa established provides enormous benefits that
hukum dalam kontrak kerja konstruksi, are advantageous to all parties, such as:
adalah sebagai berikut18: 1. there is a low incident of conflict, disputes,
”The majority of disputes on construction claims, disruption to work, delays etc.
projects are a direct result of incomplete 2. it avoids lawsuits
design, lack of information, excessive 3. there is a reduced cost for delays and
changes being implemented once disputes
construction is underway or delays in 4. there is a better working relationship
approving extra work. Investing a reasonable throughout project duration
portion of the project budget at the design 5. there is better management and
stage means that the potential claim for extra administration of contracts.
work and changes is minimized and that
alternative designs, materials and Tindakan yang harus dilakukan adalah untuk
construction methods can be more carefully mengurangi kemungkinan terjadinya suatu
considered. kejadian tertentu, dan mengurangi nilai dari
dampak kejadian tersebut, atau keduanya.
Although construction disputes can arise from
Law Answers Encyclopedia menjelaskan
a number of factors, some of the more
tentang makna mitigate, mitigation dan
common reasons for disagreement are:
mitigation of damage di dalam bidang hukum
1. Conflicting expectations
sebagai berikut20:
2. Poor risk allocation
3. Lack of communication “The word mitigate means to reduce lessen or
4. Unclear contracts make less severe or harsh. In Criminal law
5. Failing to deal with problems as they come mitigation of punishment refers to reduction in
up punishment due to mitigating circumstances
that reduce the criminal's level of culpability.
Business owners and contractors can avoid
Mitigating circumstance in criminal law can be
most of the above issues with proper planning
a fact or situation that does not bear on the
and communication.One of the best ways to
question of a defendant's guilt but that is
avoid construction disputes is to understand
considered by the court in imposing
the contract. You should review the contract
punishment especially to lessen the severity of
terms and conditions with a construction
a sentence. For example the existence of no
litigation attorney before signing. Of particular
prior convictions is a mitigating circumstance.
importance are the payment terms,
Likewise in civil law, mitigation of damages
adjudication clause, variations and extension
refers to reduction of damages.
of time clauses, and time limits for issuing
dispute notices. A clear contract is important Mitigation refers to the lessening of something.
in resolving disputes.” In tort law, there is a requirement that
18
K and M Business Law, Avoiding ConstrucƟon Disputes, (On-line), tersedia di : hƩp://www. kandmbusinesslaw. com/ avoiding-construcƟon-
disputes (24 September 2014).
19
Caryl Malcolm, “ConstrucƟon Law BulleƟn -November 2001” (On-line), tersedia di : hƩp://www. cwilson.com/ resource/ newsleƩers/
arƟcle/ 770-risk-management-or-how-to-avoid-construcƟon-disputes.html.(23 September 2014).
20
Law Answers Encyclopedia (On-line), tersedia di : hƩp://answers.encyclopedia.com/quesƟon /miƟgaƟon-damages-doctrine (24 September
2013).

13
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 08 - 16

someone injured by another's negligence or sedang terjadi atau setelah terjadinya


breach of contract must take reasonable steps kejadian hukum tersebut. Konsep mitigasi
to reduce the damages, injury or cost, and to terjadinya sengketa dalam bidang hukum
prevent them from getting worse.A person berarti mencari langkah-langkah yang
who claims damages as a result of another's dilakukan untuk mengurangi kemungkinan
negligence or breach of contract has a duty terjadinya sengketa hukum, mengurangi nilai
under the law to "mitigate" those damages, so dari dampak kejadian tersebut, atau
that they must take advantage of any keduanya.
reasonable opportunity under the K and M Business Law menyatakan tentang
circumstances to reduce or minimize the loss cara mengurangi dampak dari sengketa
or damage. hukum dalam kontrak kerja konstruksi
Mitigation of damages involves taking steps to adalah sebagai berikut:
lessen the harm that occurs as a result of
“Before starting a construction project,
someone else improper actions. It is a legal
potential risks should be identified up front.
term, used to limit recovery in civil litigation. It
After risks have been identified, the parties
places the obligation on a plaintiff to resolve
should agree who will be responsible for
his situation, and limits the amount of
obtaining insurance for those risks. For risks
damages a plaintiff will receive if he fails to do
that cannot be insured, the parties should
so.”
determine who is best able to minimize that
Pada prinsipnya mitigasi dalam bidang risk.” 21
hukum berdasarkan definisi di atas dan
Konsep ini merupakan paduan dari konsep
dalam arti luas dapat diartikan sebagai
mitigasi yang disesuaikan dalam
upaya untuk melakukan preventif atau
permasalahan hukum, khususnya dalam
korektif atas suatu kejadian perkara dalam
sengketa hukum. Konsep ini diuraikan dalam
bidang hukum baik yang belum terjadi,
Bagan 1 berikut.

Bagan 1. Perbandingan Konsep Mitigasi Terjadinya Sengketa Hukum dengan


Penyelesaian Sengketa Hukum Biasa.

Sumber : Bagan hasil olahan penulis berdasarkan Alur Pikir Penulisan

21
K and M Business Law, Avoiding ConstrucƟon Disputes, Op. Cit.

14
MiƟgasi Sengketa Hukum dalam Kontrak Kerja Konstruksi Sebagai Implikasi Teori Ekonomi dalam Bidang Hukum
(Dr.(T), Dr.(H), Ir. Suntana S. Djatnika, S.E., M.M., MBA., M.T., M.H., FCBArb.)

Tujuan strategisnya adalah mengurangi maupun jika dilakukan dengan cara alternatif
kerugian-kerugian yang terjadi akibat penyelesaian sengketa yaitu konsultasi,
terjadinya sengketa hukum kepada pihak- negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilai
pihak yang bersengketa, dan tujuan-tujuan ahli, biaya arbitrase jika dilakukan dengan
sekunder adalah mengatasi dampak yang melalui lembaga arbitrase. Biaya tidak
terjadi akibat terjadinya sengketa hukum langsung antara lain yang berkaitan dengan
dalam suatu kontrak kerja konstruksi, antara terhentinya pekerjaan, tidak selesainya
lain adalah terhentinya atau tidak pekerjaan. Biaya tidak langsung lainnya
diselesaikannya proyek yang menjadi objek adalah hilangnya waktu, tenaga dan pikiran
kontrak tersebut. Dampak ini dapat terjadi untuk mengurus perkara sengketa hukum ini.
kepada pengguna proyek baik langsung
Penerapan konsep mitigasi terjadinya
maupun tidak langsung. Sebagai contohnya
sengketa hukum yang terkait kepada teori
adalah untuk suatu pekerjaan jembatan, jika
ekonomi dan Cost & Benefit Analysis adalah
terjadi sengketa dan pekerjaannya tidak
untuk mencari langkah penyelesaian yang
diselesaikan, maka masyarakat penguna
paling ekonomis. Berdasarkan kajian
yang akan terkena dampaknya.
kualitatif serta implikasi penerapan konsep
mitigasi diperoleh hasil tentang cara yang
Implikasi Ilmu Ekonomi dalam Bidang Hukum
paling kecil dampak biayanya untuk
Sebagai implikasi teori ekonomi yang paling mengatasi kemungkinan terjadinya sengketa
dapat dirasakan manfaatnya adalah yang hukum adalah dengan tindakan preventif
berkaitan dengan teori Cost & Benefit. Suatu yang dilakukan sebelum terjadinya perikatan
sengketa hukum dalam kontrak kerja berupa kontrak kerja konstruksi. Seperti
konstruksi akan berdampak kepada telah diuraikan di atas, langkah preventif
penyelesaian kerugian yang terjadi, baik adalah bersifat antisipatif. Berdasarkan
berupa kerugian fisik dari obyek pekerjaan konsep mitigasi terjadinya sengketa hukum
yang diperjanjikan, maupun kerugian yang dalam kontrak kerja konstruksi seperti telah
tidak langsung berupa kerugian waktu dan diuraikan di atas, pendekatan preventif
tenaga. Analisis Cost & Benefit adalah adalah dengan cara terapan berupa
metode pendukung keputusan yang penyempurnaan bentuk, susunan dan isi
digunakan untuk membantu menjawab kontrak. Tindakan ekonomis yang kedua
pertanyaan bagaimana jika atau what if. Ini adalah dengan cara korektif yang dilakukan
adalah metode matematis untuk mengukur setelah terjadinya kontrak kerja konstruksi
manfaat dari suatu tindakan. Metode ini baik sebelum atau sesudah terjadinya
dapat menjadi suatu alat yang digunakan sengketa. Upaya untuk mengantisipasi
untuk menganalisis secara menyeluruh apa terjadinya sengketa hukum adalah dengan
yang mungkin terjadi pada pilihan tindakan melakukan identifikasi penyebab sengketa
mengatasi sengketa hukum dalam kontrak itu dan mengendalikan penyebab terjadinya
kerja konstruksi. Manfaat yang didapat dari sengketa tersebut. Pengendalian yang
tindakan yang diambil harus lebih besar dilakukan adalah dengan mengurangi
daripada biaya pelaksanaan tindakan derajat ketidakpastian yang dihadapi para
tersebut sehingga keputusan untuk memilih pihak dalam suatu kontrak dengan
tindakan apa yang harus diambil menjadi menghindari, mengelola, atau menekan dan
lebih mudah. membatasi potensi dampak dari kejadian
Akibat langsung dari terjadi suatu sengketa sengketa hukum yang mungkin terjadi.
hukum dalam suatu kontrak kerja konstruksi, Beberapa tindakan korektif adalah berupa
adalah timbulnya biaya, biaya tidak langsung harus dibentuknya mekanisme penyelesaian
maupun biaya langsung. Untuk biaya sengketa yang terjadi di proyek sebelum
langsung adalah biaya-biaya yang harus menjadi sengketa hukum dengan melibatkan
dikeluarkan untuk penasihat hukum, biaya bagian hukum dari kedua pihak yang
persidangan yang dilakukan di pengadilan, mengetahui tentang kontrak kerja konstruksi.
Mereka harus aktif terlibat selama proyek

15
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 08 - 16

berjalan. hukum atau membuat rekomendasi proses awalnya. Langkah ini dapat
atas dasar kesepakatan yang tidak mengikat mempercepat terdapatnya penyelesaian
secara hukum. sengketa dan secara langsung dapat
mengurangi dampak biaya yang terjadi.
Tindakan ekonomis berikutnya adalah
dengan menerima kenyataan bahwa telah Implikasi praktis dari teori ekonomi dan
terjadi sengketa baik sengketa teknis, analisis Cost & Benefit dalam penerapan
administratif maupun keuangan maupun praktis konsep mitigasi sengketa hukum ini
telah menjadi sengketa hukum. Tindakan dapat digambarkan dalam Bagan 2.
adaptifnya adalah untuk mencari langkah Penerapan Konsep Mitigasi dalam Pemilihan
penyelesaian hukum yang paling sedikit Penyelesaian Sengketa Hukum berikut ini
dampak keuangannya kepada para pihak (Bagan 2).
yang bersengketa. Hasil yang diperoleh
Selain pilihan penyelesaian sengketa dengan
berupa perbandingan yaitu penyelesaian
cara non-adjudikasi maupun adjudikasi,
sengketa dengan cara non-adjudikasi berupa
masih terdapat pilihan penyelesaian
Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)
sengketa lain yaitu dengan meminta
melalui negosiasi, mediasi, konsiliasi dan
pendapat hukum dari lembaga arbitrase.
penilai akhli adalah yang paling sedikit
Pendapat hukum ini mempunyai kekuatan
biayanya dibanding dengan cara adjudikasi.
hukum dan bersifat final, tidak ada upaya
Apabila penyelesaian melalui APS ini tidak
hukum lain yang dapat membatalkan
memperoleh hasil kesepakatan, maka
pendapat hukum sesuai dengan ketentuan
langkah berikutnya adalah diselesaikan
pada Pasal 52 dan Pasal 53 Undang-Undang
melalui cara adjudikasi dengan pilihan
Arbitrase dan APS yang menyatakan bahwa
melalui pengadilan atau arbitrase. Menurut
para pihak dalam suatu perjanjian berhak
pilihan ini terdapat beberapa pendapat
untuk memohon pendapat yang mengikat
tentang cara mana yang lebih
dari lembaga arbitrase atas hubungan
menguntungkan. Berdasarkan kedua pilihan
hukum tertentu dari suatu perjanjian.
ini bahwa selain melalui prosedur litigasi,
Terhadap pendapat yang mengikat tidak
dapat pula dilakukan langkah mediasi dalam
dapat dilakukan perlawanan melalui upaya

Bagan 2. Penerapan Konsep Mitigasi dalam Penyelesaian Sengketa Hukum

Sumber : Hasil olahan penulis berdasarkan Konsep Mitigasi Terjadinya Sengketa Hukum.

16
MiƟgasi Sengketa Hukum dalam Kontrak Kerja Konstruksi Sebagai Implikasi Teori Ekonomi dalam Bidang Hukum
(Dr.(T), Dr.(H), Ir. Suntana S. Djatnika, S.E., M.M., MBA., M.T., M.H., FCBArb.)

hukum apapun. 3. Mitigasi terjadinya sengketa hukum


dengan tindakan adaptif yaitu dengan
III. Kesimpulan cara menerima terjadinya sengketa
Konsep mitigasi untuk menanggulangi hukum dengan melakukan tindakan
kemungkinan terjadinya sengketa hukum mengatasi dampak sengketa hukum
dalam kontrak kerja konstruksi: dengan mencari cara penyelesaian
sengketa yang paling sedikit
1. Mitigasi terjadinya sengketa hukum
konsekuensinya;
dengan tindakan preventif sebelum
terjadi perikatan kontrak yaitu dengan 4. Implikasi teori ekonomi dalam bidang
menghilangkan atau menghindarkan hukum berupa konsep mitigasi sengketa
penyebab sengketa; hukum yang berkaitan dengan teori Cost
& Benefit, yaitu untuk mengukur manfaat
2. Mitigasi terjadinya sengketa hukum
dari suatu tindakan. Manfaat yang
dengan tindakan korektif setelah terjadi
didapat dari tindakan yang diambil harus
perikatan kontrak yaitu dengan
lebih besar daripada biaya pelaksanaan
mengurangi dampak sengketa hukum
tindakan tersebut sehingga keputusan
baik sebelum adanya sengketa hukum
untuk memilih tindakan apa yang harus
maupun setelah terjadinya sengketa
diambil yang paling efisien.
hukum;

AIAC's Asia ADR Week : 5th - 7th May 2018


Date : 5th - 7th May 2018
Host : Asian International Arbitration Centre, (Formerly known as the KLRCA)
Venue : AIAC’s Bangunan Sulaiman

This conference promises to deliver the “Asian Experience”, tapping from a diverse and mixed culture of
expertise and specializations from all over Asia and focusses on the demands and needs of Asian
businesses. Spanning across three days, the ASIA ADR WEEK 2018 will cover key issues including the
promotion of business and investment within the region and how the ADR framework is designed to
complement the expansion and growth expected from the commercial industry in the coming years with the
anticipated economic boom.
The ASIA ADR WEEK 2018 provides a platform to promote Asia, as a pivotal market given the plethora of
multi and transnational trade agreements being formulated as we witness a shift of commercial focus to
the East, with Asia being a continent that sits at the heart of all these trade agreements.
Some of the highlight sessions include;
● “Building a New Asia: A Spectrum of Opportunities”
● “Gaining the Edge in Business: Unravelling the Myths of the ADR Ecosystem”
● “Real Money, Real Investors, Real Time, Real Talk – What ADR Can Do For You”
● “Tomorrow’s Methods: Holistic Resolution of Conflicts and Dispute Avoidance”
● “Arbitration Agreements Built to Last”
● “The Dawn of the Digital Era of ADR”
Close to 400 ADR presenters and practitioners from within the region and beyond are expected to attend
the ASIA ADR WEEK 2018
Further information : https://www.aiac.world/events/280

17
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 18 - 22

Eko Dwi Prasetiyo, aktif menggeluti dunia ABSTRACT


arbitrase dan alternatif penyelesaian Binding Opinions is one of mechanisms which prevent disputes
sengketa selama hampir 10 tahun. Selepas caused by differences of interpreting the agreements between
menyelesaikan studinya dan memperoleh the parties. In the last 5 (five) years, there is significant growth
gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum
in choosing Binding Opinion by business community as the
Universitas Padjadjaran pada akhir tahun
2008, dia langsung bergabung bersama
preventive method of any disputes that may occur in the
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) future. However, despite the advantages and the increasing
sebagai Sekretaris Majelis pada Januari need of Binding Opinion, the regulations of Binding Opinion
2009 dan kemudian pada tahun 2015 only found in Articles 52 and 53 of Law Number 30 Year 1999
dipercaya menjadi Manajer Operasional concerning Arbitration and Alternative Dispute Resolution.
pada lembaga tersebut. Pemuda kelahiran
Binding Opinions shall be submitted through an arbitration
16 Januari 1986 tersebut kemudian
body. The Binding Opinions submission procedure is relatively
melanjutkan studinya pada Fakultas
Hukum Gadjah Mada dan memperoleh
simple compared to submitting an arbitration petition. Both
gelar Magister Hukum pada tahun 2015. parties shall submit a request of Binding Opinion along with all
Keseriusannya dalam mendalami bidang supporting documents, particularly the contract. Binding
arbitrase dan alternatif penyelesaian Opinion is conducted by examine all submitted documents and
sengketa menjadikannya dipercaya untuk Binding Opinion can be issued in immediate time.
menjadi narasumber di berbagai seminar,
Binding Opinions that have been issued by an arbitration
workshop, pelatihan dan diskusi dengan
institution are considered as inherent and an integral part of
tema arbitrase dan alternatif penyelesaian
sengketa. Dia dipercaya menjadi instruktur the contract. Once the arbitration institution issued a Binding
pada Institut Arbiter Indonesia sejak tahun Opinion, all parties shall be bound thereby, any party that
2014 sampai dengan sekarang. Pada violates a Binding Opinion will be considered as breaching the
tahun 2015 sampai dengan 2016, dia contract.
diminta untuk memberikan kuliah sebagai Key Words : Dispute prevention, Binding Opinion
dosen undangan pada Magister Ilmu
Hukum Jakarta pada Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada. Ketertarikannya
pada dunia arbitrase dan alternatif
penyelesaian sengketa juga
mengantarkannya untuk mengikuti
pelatihan mediator di Pusat Mediasi
Nasional, dan saat ini telah menjadi
mediator bersertifikat pada lembaga
tersebut.

18
Pendapat Yang Mengikat (Binding Opinion) Sebagai Salah Satu AlternaƟf Pencegahan Sengketa (Eko Dwi PraseƟyo)

Pendahuluan menimbulkan potensi terjadinya sengketa


Keberadaan perjanjian atau kontrak antara para pihak.
merupakan suatu hal yang sangat esensi dalam Salah satu upaya untuk menyelesaikan
dunia bisnis. Dalam menjalankan roda perbedaan interpretasi terhadap suatu
bisnisnya, para pelaku usaha pasti selalu ketentuan perjanjian adalah dengan
bersinggungan dengan perjanjian-perjanjian mengajukan permohonan pendapat yang
yang dibuat dengan mitra bisnisnya. Perjanjian mengikat ke suatu lembaga arbitrase.
yang dibuat secara sah oleh para pihak Pendapat yang mengikat adalah suatu produk
merupakan undang-undang bagi mereka yang yang diterbitkan oleh lembaga arbitrase yang
membuatnya dan menjadi dasar untuk memberikan interpretasi terhadap perjanjian
melaksanakan hak dan kewajiban dalam yang dibuat oleh para pihak serta penambahan
hubungan hukum yang terjalin antara para atau perubahan pada ketentuan yang
pihak. berhubungan dengan timbulnya keadaan-
Syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam keadaan baru dan lain-lain. Lembaga Pendapat
ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Yang Mengikat tersebut pada hakekatnya
Hukum Perdata (KUH Perdata)1, dimana suatu bukan merupakan mekanisme untuk
perjanjian harus memenuhi beberapa syarat menyelesaikan sengketa, tetapi untuk
sebagai berikut: mencegah munculnya sengketa . 3

1. Sepakat untuk mereka yang mengikatkan Pendapat Yang Mengikat diperkenalkan


dirinya; pertama kali dalam Undang-Undang Nomor 30
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
3. Suatu hal tertentu; dan Penyelesaian Sengketa (UU 30/99)4. Ketentuan
4. Suatu sebab yang halal. mengenai dimungkinkannya mengajukan
Pendapat Yang Mengikat untuk mencegah
Kedua syarat yang pertama adalah syarat terjadinya sengketa ini merupakan keunikan
subjektif karena berkaitan dengan subjek dari UU 30/99, dimana disamping mengatur
perjanjian, yaitu kesepakatan dan cakap mengenai tata cara penyelesaian sengketa di
membuat perjanjian, dan kedua syarat yang luar pengadilan, UU 30/99 juga mengakomodir
terakhir adalah syarat objektif karena berkaitan tata cara pencegahan sengketa melalui
dengan objek perjanjian dan kausa, yaitu tujuan prosedur Pendapat Yang Mengikat. Hal ini tidak
mengadakan perjanjian2. ditemuai dalam Undang-Undang Arbitrase
Disamping memperhatikan keabsahan suatu (Arbitration Act/Lex Arbitri) pada negara-negara
perjanjian tersebut, seyogyamya perjanjian juga selain Indonesia.
dibuat dengan jelas dan tidak mengandung Dewasa ini penggunaan pendapat yang
kalimat yang ambigu sehingga dapat mengikat sebagai salah satu alternatif
menimbukan interpretasi yang berbeda dalam pencegahan sengketa mengalami tren yang
ketentuan perjanjian tersebut. positif. Tercatat dalam tiga tahun terakhir
Namun demikian, ada kalanya tetap saja terjadi terdapat 12 (dua belas) permohonan pendapat
suatu perbedaan pendapat antara para pihak yang mengikat yang diajukan oleh para pihak
dalam menafsirkan suatu ketentuan perjanjian. kepada Badan Arbitrase Nasional Indonesia
Perbedaan interpretasi tersebut harus segera (BANI)5, sebagai salah satu lembaga arbitrase
diselesaikan oleh para pihak, karena apabila tertua di Indonesia yang didirikan pada tahun
perbedaan interpretasi tersebut tidak 1977 oleh Kamar Dagang dan Industri
diselesaikan, maka hal tersebut akan Indonesia.

1
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah terjemahan Ɵdak resmi dari Burgerlijke Wetboek (BW).
2
Elly ErawaƟ dan Harlien Budiono, 2010, Penjelasan Hukum tentang Kebatalan Perjanjian, NLRP, Jakarta, hlm. 48.
3
M. Husseyn Umar, 2013, BANI dan Penyelesaian Sengketa, PT FikahaƟ Aneska, Jakarta, hlm. 59.
4
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan AlternaƟf Penyelesaian Sengketa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 138 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3872).
5
Jumlah ini adalah jumlah permohonan Pendapat Yang Mengikat yang diajukan ke BANI Jakarta, yang beralamat di Wahana Graha, Jalan
Mampang Prapatan No. 2, Jakarta Selatan, berdasarkan staƟsƟk BANI Jakarta pada Tahun 2015 s/d 2017.

19
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 18 - 22

Dasar Hukum Pendapat Yang Mengikat disesuaikan berdasarkan Pendapat Yang


Meskipun tren penggunaan Pendapat Yang Mengikat tersebut, maka pihak yang melanggar
Mengikat mengalami kenaikan dan semakin dianggap telah melakukan perbuatan cidera
digemari oleh para pelaku bisnis, namun janji (wanprestasi)7. Tentu saja pernyataan
demikian pengaturan mengenai Pendapat Yang wanprestasi tersebut harus diputuskan oleh
Mengikat masih sangat minim. Hanya terdapat hakim di pengadilan negeri, atau oleh arbiter
dua pengaturan mengenai Pendapat Yang apabila disepakati forum penyelesaian
Mengikat dalam UU 30/99, yaitu dalam Pasal sengketanya melalui arbitrase. Hal ini berbeda
52 dan 53 UU 30/1999. Secara lengkap Pasal dengan daya laku Putusan Arbitrase yang dapat
tersebut mengatur sebagai berikut: dimintakan eksekusi apabila salah satu pihak
tidak melaksanakan putusan tersebut.
a. Pasal 52 UU 30/99: Sehingga itikad baik dalam melaksanakan
“Para pihak dalam suatu perjanjian berhak Pendapat Yang Mengikat sangat dibutuhkan
untuk memohon pendapat yang mengikat sebagaimana para pihak melaksanakan
dari lembaga arbitrase atas hubungan perjanjian dengan itikad baik, serta
hukum tertentu dari suatu perjanjian.” memperhatikan juga hal-hal yang dituntut oleh
b. Pasal 53 UU 30/99: keadilan, kebiasaan dan undang-undang
“Terhadap pendapat yang mengikat sebagaimana termaktub dalam ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Pasal 1339 KUH Perdata8.
tidak dapat dilakukan perlawanan melalui
upaya hukum apapun.” Prosedur Pengajuan Pendapat Yang Mengikat
Pasal 52 UU 30/99 merupakan dasar hukum Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa
dapat diajukannya suatu permohonan pengaturan mengenai Pendapat Yang Mengikat
Pendapat Yang Mengikat kepada lembaga masih sangat minim. UU 30/99 hanya
arbitrase. Dari pasal ini jelas bahwa yang mengatur bahwa Pendapat Yang Mengikat
berwenang mengeluarkan Pendapat Yang dapat diajukan kepada lembaga arbitrase,
Mengikat adalah suatu lembaga arbitrase, namun tidak mengatur secara spesifik tata cara
artinya tidak dapat diselenggarakan secara ad- pengajuan Pendapat Yang Mengikat. Untuk itu,
hoc. Sementara itu, ketentuan Pasal 53 lebih dapat diartikan bahwa prosedur pengajuan
menitikberatkan kepada kekuatan hukum Pendapat Yang Mengikat dikembalikan kepada
suatu Pendapat Yang Mengikat yang telah kebijakan dari masing-masing lembaga
dikeluarkan, dimana Pendapat Yang Mengikat arbitrase yang ada.
tersebut bersifat final dan mengikat serta tidak Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI),
dapat dilakukan upaya hukum apapun. mempunyai prosedur pengajuan pendapat yang
Pendapat Yang Mengikat yang telah diterbitkan mengikat yang cukup sederhana. Pengajuan
oleh suatu lembaga arbitrase dianggap melekat Pendapat Yang Mengikat diawali dengan
dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari permohonan dari para pihak yang ditujukan
perjanjian. Daya laku dari Pendapat Yang kepada Dewan Pengurus BANI, yang meminta
Mengikat tersebut sama seperti perjanjian yang agar BANI dapat menerbitkan Permohonan
dibuat secara sah oleh para pihak. dimana Yang Mengikat terkait perbedaan pendapat
berdasarkan Pasal 1338 KUH Perdata, antara para pihak yang mengajukan
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku permohonan. Permohonan tersebut dibuat dan
seperti undang-undang bagi para pihak yang ditandatangani bersama-sam oleh para pihak
membuatnya, yang artinya wajib ditaati tanpa yang mengajukan.
berhak mengubahnya secara sepihak6. Oleh Pada dasarnya, tidak ada format khusus terkait
karena itu, apabila salah satu pihak tidak naskah permohonan Pendapat Yang Mengikat.
melaksanakan perjanjian yang telah
6
Mariam Darus Badrulzaman, 2015, Hukum Perikatan dalam KUH Perdata Buku KeƟga, Yurisprudensi, Doktrin serta Penjelasan, PT Citra Aditya
BakƟ, Bandung, hlm. 123.
7
M. Husseyn Umar, Op. Cit., hlm. 60.
8
Achmad Sanusi, 2002, Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum Indonesia, Edisi IV, Tarsito, Bandung, hlm. 188.

20
Pendapat Yang Mengikat (Binding Opinion) Sebagai Salah Satu AlternaƟf Pencegahan Sengketa (Eko Dwi PraseƟyo)

Namun setidaknya, permohonan Pendapat Penunjukan Tim Perumus merupakan hak


Yang Mengikat sebaiknya memuat hal-hal prerogatif dari Dewan pengurus BANI. Apabila
sebagai berikut: para pihak mengusulkan seseorang atau
a. Identitas para pihak; beberapa orang untuk menjadi Tim Perumus,
Dewan Pengurus BANI dapat mempertimbang-
b. Kronologis permasalahan; kannya, namun Dewan pengurus BANI tidak
c. Pendapat masing-masing pihak; terikat pada usulan para pihak tersebut. Jumlah
dari Tim Perumus ditentukan oleh Dewan
d. Apa yang ditanyakan;
pengurus BANI berdasarkan kompleksitas
Bersamaan dengan pengajuan permohonan permasalahan yang diajukan, umumnya
Pendapat Yang Mengikat tersebut, para pihak berjumlah 3 (tiga) orang. Dalam menentukan
harus melampirkan perjanjian yang dimintakan Tim Penyusun, Dewan Pengurus akan
interpretasinya dan dapat pula disertai mempertimbangkan keahlian dari anggota Tim
dokumen-dokumen pendukung lainnya yang Penyusun dan sebisa mungkin Tim Penyusun
relevan. minimal terdiri dari seorang ahi hukum dan
Setelah menerima Permohonan Pendapat Yang seorang ahli tekhnis permasalahan.
Mengikat, Dewan Pengurs BANI akan Jangka waktu penerbitan Pendapat Yang
melakukan verifikasi terhadap permohonan Mengikat tergantung pada kompleksitas dari
tersebut dan menentukan apakah permasalahan yang diajukan. Umumnya,
permasalahan yang diajukan oleh para pihak Pendapat Yang Mengikat akan dikeluarkan
tersebut merupakan lingkup dari Pendapat dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari
Yang mengikat ataukah sudah masuk ke dalam kerja terhitung sejak pembayaran dilakukan
ranah arbitrase. Ruang lingkup dari Pendapat oleh para pihak.
Yang Mengikat hanya sebatas mengenai
Pada dasarnya, proses pemeriksaan Pendapat
perbedaan interpretasi atas suatu ketentuan
Yang Mengikan dilakukan berdasarkan
dalam perjanjian atau pendapat mengenai efek
dokumen saja. Namun demikian, tidak
suatu perkembangan keadaan dalam
menutup kemungkinan dilakukan pertemuan
masyarakat yang dapat mempengaruhi
tatap muka antara para pihak dengan Tim
pelaksaan perjanjian, misalnya karena adanya
Perumus. Pertemuan ini dapat berlangsung
suatu kebijakan moneter dari negara, naiknya
apabila Tim Perumus merasa perlu untuk
harga bahan bakar dan sebagainya9.
bertemu langsung dengan para pihak untuk
Jika Dewan Pengurus BANI telah menyatakan memperoleh klarifikasi tertentu dari dokumen-
bahwa permasalahan yang diajukan termasuk dokumen yang telah diajukan. Disamping itu,
dalam ruang lingkup Pendapat Yang Mengikat, para pihak juga dapat mengajukan
maka BANI akan memberitahukan kepada para permohonan untuk melakukan pertemuan
pihak bahwa BANI dapat menerbitkan Pendapat dengan Tim Perumus untuk menyampaikan
Yang Mengikat. Bersamaan dengan itu, BANI klarifikasi data yang berkaitan dengan
akan menagihkan biaya penerbitan Pendapat Pendapat Yang Mengikat.
Yang Mengikat yang harus dibayarkan terlebih
Setelah mempelajari permohonan Pendapat
dahulu oleh para pihak sebelum BANI
Yang Mengikat yang diajukan oleh para pihak
menunjuk Tim Perumus Pendapat Yang
beserta dokumen-dokumen pendukungnya,
Mengikat (Tim Perumus). Besarnya biaya
serta pertemuan dengan para pihak (apabila
penerbitan Pendapat Yang Mengikat ditentukan
ada), Tim Perumus akan merumuskan
oleh Dewan Pengurus BANI dengan
Pendapat Yang Mengikat berdasarkan jangka
mempertimbangkan kompleksitas permasalah-
waktu yang telah ditetapkan. Pendapat Yang
an yang diajukan, jumlah Tim Perumus dan
Mengikat yang telah dikeluarkan oleh Tim
lamanya waktu yang dibutuhkan oleh Tim
Perumus tidak dibacakan pada suatu sidnag
Perumus untuk memeriksa permohonan yang
khusus. Pendapat Yang Mengikat tersebut
diajukan.

9
Berdasar data staƟsƟk BANI Tahun 2017.

21
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 18 - 22

langsung dikirimkan kepada para pihak dan menghadapi persengketaan dengan pihak lain.
para pihak diberikan kesempatan untuk Namun yang tidak kalah penting adalah
melakukan koreksi administratif apabila terjadi mencegah agar sengketa tersebut tidak terjadi.
kesalahan pengetikan, tanpa mengubah UU 30/99 telah memberikan suatu cara
substansi dari pendapat Yang Mengikat mencegah terjadinya sengketa akibat
tersebut. perbedaan interpretasi terhadap suatu
ketentuan perjanjian dengan cara meminta
Tahap terakhir dari proses Pendapat Yang
suatu Pendapat Yang Mengikat dari lembaga
Mengikat adalah dengan menyimpankan
arbitrase. BANI sebagai lembaga arbitrase yang
Pendapat yang Mengikat tersebut di Pengadilan
tertua dan dipercaya oleh masyarakat bisnis,
Negeri. Sebenarnya tidak ada kewajiban dari
baik nasional maupun internasional, telah
undang-undang bahwa Pendapat Yang
berpengalaman menerbitkan Pendapat Yang
Mengikat harus disimpankan ke Pengadilan
Mengikat tentang perbedaan interpretasi atas
Negeri. Namun demikian, BANI mempunyai
suatu perjanjian dari segala bidang. Tidak
kebijakan untuk menyimpankan seluruh
kurang dari 25 (dua puluh lima) Pendapat Yang
produknya ke Pengadilan Negeri, termasuk
Mengikat telah diterbitkan oleh BANI10.
Pendapat Yang Mengikat. Hal ini bertujuan agar
Efektifitas pelaksanaan Pendapat Yang
produk BANI, dalam hal ini Pendapat Yang
Mengikat oleh para pihak secara sukarelapun
Mengikat, dapat terdokumentasikan dengan
sangat tinggi. Dari semua Pendapat Yang
baik. Disamping itu, tujuan lain dari
Mengikat yang diterbitkan oleh BANI, hanya
disimpankannya Pendapat yang Mengikat ini ke
terdapat 2 (dua) yang tidak dilaksanakan oleh
Pengadilan Negeri adalah untuk memberikan
salah satu pihak, sehingga salah satu pihak
efek psikologis bagi para pihak agar dapat
mengajukannya sebagai perkara arbitrase dan
melaksanakan Pendapat Yang Mengikat
Pendapat Yang Mengikat tersebut pun menjadi
tersebut dengan suka rela berdasarkan pada
salah satu alat bukti dalam proses persidangan.
itikad baik.
Untuk itu para pelaku usaha tidak perlu ragu
memanfaatkan Pendapat Yang Mengikat ini
Penutup
sebagai salah satu sarana mencegah terjadinya
Penyelesaian sengketa secara patut sengketa dalam hubungan bisnis mereka.
merupakan harapan setiap orang yang
10
Berdasarkan staƟsƟk BANI Jakarta sampai dengan tahun 2017

The 6th FDI Moot Asia – Pacific Regional Rounds


Date : 21- 24 August 2018
Host : The Arbitrators’ and Mediators’ Institute of New Zealand, AMINZ
Venue : Seoul, Korea
The Korean Commercial Arbitration Board (KCAB) is holding the 6th FDI Moot Asia-Pacific Regional Rounds
with Center for International Legal Studies (CILS) and Seoul National University School of Law.
Increasing international investment, the proliferation of international investment treaties and contracts
have contributed to the development of international law that defines obligations between host States and
foreign investors and refers to internationalized arbitration procedures for resolving related disputes. The
FDI Moot addresses such investment disputes.
The 2018 FDI Moot case considers how a new government has suspended the extraction of a rare earth,
for which a foreign investor held the sole mining concession. The suspension was based on a study
showing increased health risk in the nearby population. The suspension, confiscation of rare earths already
prepared for export and customers’ contract terminations led the investor to shut down its operations, only
then to discover government plans to license extraction by another investor.
For any additional enquiries, please email to: fdimoot@kcab.or.kr.
Further information & Registration: www.fdimoot.org

22
Surat Edaran Ketua Umum Tentang Pendirian

23
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 24-28

1. Arbitrator Competence Assessment


Time : 17 January 2018
Venue : Menara 165, 8 Floor , Jl.TB Simatupang Kav 1. Cilandak Timur, Jakarta
Host : Indonesian Arbitrators Institute (IArbI)

2. Public Training “Basic Arbitration & ADR”


Time : 23-24 January 2018
Venue : Menara 165, 8 Floor , Jl.TB Simatupang Kav 1. Cilandak Timur, Jakarta
Host : Indonesian Arbitrators Institute (IArbI)

24
News and Events

3. New Rules & Procedures of BANI


(Badan Arbitrase Nasional Indonesia)
Time : 30 January 2018
Venue : Balai Kartini, Jl. Jend Gatot Subroto Kav 37, Jakarta 12950
Host : Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI Arbitration Center)

4. Major Project Masterclass

Host : Freshfields and S&T, in conjunction with BANI


Date : Tuesday, 13 February 2018
Location : Hotel Mulia Senayan Jakarta, Jl. Asia Afrika Senayan, Jakarta 10270, Indonesia

25
INDONESIA ARBITRATION - Vol. 10 No. 1 March 2018 : 24-28

5. Short Talk Event “Bankruptcy Law”


Time : 20 February 2018
Venue : Balai Kartini, Jl. Jend Gatot Subroto Kav 37, Jakarta 12950
Host : BANI Arbitration Center with Indonesian Arbitrators Institute (IArbI)

26

You might also like