You are on page 1of 22

Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.

1 Tahun 2015

PRINSIP BAGI HASIL PADA PERBANKAN SYARI’AH

Oleh
Novita Lestari1

Abstract

Islamic banking at present experiencing rapid growth, as evidenced by the


presence of a wide range of syari’ah banks and conventional bank runs its business
according to syari’ah principles. Syari’ah principle is a principle derived from the
values of Islam, which is used as a guide for syari’ah banking operations.
Characteristics of Islamic banking is the use of profit-sharing system, which
distinguishes it from conventional banking system to interest. This research aims to find
out more about the basic principles on Islamic banking, and to analyze more clearly the
comparison between the results of the banking system of syari’ah with the conventional
banking system of interest. The method used in this study is the research literature, with
qualitative research methodology, using the approach to law, historical approach,
comparative approaches and conceptual approaches. The results showed that the basic
principle on Islamic banking consists of: principles of cooperation, trust principles,
precautionary principle, principle of responsibility and fairness. Comparison between
the results of the banking system of syari’ah with the conventional banking system in the
interest lies in the concept of getting the benefits, in addition to the basic differences
between Islamic banking system with the conventional banking lies in the differences in
philosophical aspects, operational aspects, social aspects and aspects organization.

Keywords: Principle of Profit sharing, Islamic Banking.

                                                            
1
Novita Lestari, Dosen Fakultas Hukum Universitas Dehasen Bengkulu

46
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

A. PENDAHULUAN perbankan syari’ah memberikan


1. Latar Belakang kesempatan seluas-luasnya bagi
Lembaga perbankan mempunyai masyarakat untuk menyelenggarakan
peranan yang sangat penting sebagai kegiatan di bidang perbankan
penunjang sistem perekonomian dalam berdasarkan prinsip syari’ah, termasuk
suatu negara.Bank adalah lembaga memberi kesempatan kepada Bank
keuangan yang menjadi tempat bagi Umum untuk membuka kantor
orang perorangan, badan-badan usaha cabangnya yang khusus melakukan
swasta, badan usaha milik negara, kegiatan berdasarkan prinsip syari’ah
bahkan lembaga-lembaga pemerintahan sebagai contoh munculnya Bank
menyimpan dana-dana yang dimilikinya Syari’ah Mandiri, Bank Mega syari’ah,
melalui kegiatan perkreditan dan Bank Danamon Syari’ah, BNI Syari’ah,
berbagai jasa yang diberikan oleh dan sebagainya. Untuk itu Bank
lembaga perbankan. Syari’ah atau Bank Islam merupakan
Berdasarkan Undang-Undang solusi alternatif dari aspirasi disebagian
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun kalangan masyarakat yang banyak
1998 tentang Perubahan Atas Undang- berpendapat bahwa bunga bank itu
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang haram karena termasuk riba.
Perbankan, bank dalam melaksanakan Seiring dengan
kegiatan usaha dapat dilakukan secara perkembangannya, perbankan syari’ah
konvensional dan atau berdasarkan mengalami beberapa hambatan
Prinsip Syari’ah. Bank berdasarkan diantaranya mengenai pemahaman
Prinsip Syari'ah atau Bank Islam masyarakat mengenai sistem, prinsip
(Islamic Bank) adalah bank yang pelayanan dan produk perbankan
pengoperasiannya disesuaikan dengan syari’ah yang masih kurang. Sebagian
prinsip syariat Islam. yakni mengacu masyarakat ada yang menyatakan
kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an bahwa bank syari’ah secara eksklusif
dan Al-Hadits. Kebijakan mengenai hanya khusus untuk umat Islam. Ada
perbankan syari’ah secara khusus diatur juga masyarakat yang beranggapan
dalam Undang-Undang Nomor 21 bahwa bank syari’ah tidak ada ubahnya
Tahun 2008 tentang Perbankan seperti bank konvensional yang hanya
Syari’ah. diberi label syari’ah, serta
Kehadiran bank syari’ah dan mempertanyakan karakteristik dasar
dengan adanya kebijakan mengenai yang melandasi sistem operasional

46
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

perbankan syari’ah, yaitu sistem bagi 1. Prinsip Bagi Hasil Pada


hasil. Prinsip bagi hasil merupakan ciri Perbankan Syari’ah
khas dalam perbankan syari’ah dan Islam sebagai agama samawi di
menjadi landasan dasar operasional dalamnya terdapat prinsip-prinsip ajaran
pada bank syari’ah. Hadirnya prinsip yang sangat luhur sebagai landasan
bagi hasil merupakan jalan keluar dari berpikir dan bekerja untuk mencapai
penggunaan bunga yang merupakan riba hidup sejahtera di dunia dan akhirat.
pada sistem perbankan Prinsip-prinsip tersebut berakar dari Al-
Qur’an dan Al-Hadits. Al-Qur’an dan
2. Identifikasi Masalah
Al-Hadist merupakan sumber hukum
Berdasarkan latar belakang di
dan pedoman dalam kehidupan umat
atas maka permasalahan yang akan
muslim, termasuk dalam kegiatan di
dijadikan obyek penelitian adalah :
bidang perbankan. Prinsip yang
1. Apa saja prinsip-prinsip bagi hasil
digunakan dalam perbankan syari’ah
pada perbankan syari’ah?
adalah prinsip yang telah digariskan
2. Bagaimana perbandingan antara
oleh hukum Islam yang yang bersumber
sistem bagi hasil pada perbankan
dari Al-Qur’an, Al-Hadits, ataupun
syari’ah dengan sistem bunga pada
dalam ijtihad para ulama.
perbankan konvensional?
Bank syari’ah terdiri atas dua
kata, yaitu (a) bank, dan (b) syari’ah.
B. METODE PENELITIAN
Kata bank bermakna suatu lembaga
Jenis penelitian ini termasuk
keuangan yang berfungsi sebagai
dalam kategori penelitian hukum yang
perantara keuangan dari dua pihak,
bersifat normatif. Metode yang
yaitu pihak yang kelebihan dana dan
digunakan dalam penelitian ini adalah
pihak yang kekurangan dana. Kata
penelitian kepustakaan, dengan
syari’ah dalam versi bank syari’ah di
metodologi penelitian kualitatif,
Indonesia adalah aturan perjanjian yang
menggunakan pendekatan undang-
dilakukan oleh pihak bank dan pihak
undang, pendekatan historis,
lain untuk penyimpanan dana dan/atau
pendekatan komparatif dan pendekatan
pembiayaan kegiatan usaha dan
konseptual.
kegiatan lainnya sesuai dengan hukum
Islam. Bank syari’ah biasa disebut
C. PEMBAHASAN
Islamic banking atau interest fee
banking, yaitu suatu sistem perbankan

47
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

dalam pelaksanaan operasional tidak c. Gharar, yaitu transaksi yang


menggunakan sistem bunga (riba), objeknya tidak jelas, tidak dimiliki,
spekulasi (maisir), dan ketidakpastian tidak diketahui keberadaannya, atau
atau ketidakjelasan (gharar).2 tidak dapat diserahkan pada saat
Menurut Undang-Undang transaksi dilakukan kecuali diatur
Nomor 21 Tahun 2008 tentang lain dalam syari’ah;
Perbankan Syari’ah, Bank Syari’ah d. Haram, yaitu transaksi yang
adalah bank yang menjalankan objeknya dilarang dalam syari’ah;
kegiatanusahanya berdasarkan Prinsip atau
Syari’ah. Adapun kegiatan usaha yang e. Zalim, yaitu transaksi yang
berasaskan prinsip syari’ah antara lain, menimbulkan ketidakadilan
adalah kegiatan usaha yang tidak bagipihak lainnya.
mengandung unsur:3 Latar belakang sejarah lainnya
a. Riba, yaitu penambahan pendapatan bagi perkembangan bank Islam yaitu
secara tidak sah (batil) antara lain dengan didirikannya Islamic
dalam transaksi pertukaran barang Development Bank (IDB) pada Tahun
sejenis yang tidak sama kualitas, 1975, yang beranggotakan 22 negara
kuantitas, dan waktu penyerahan Islam. Dengan berdirinya IDB
(fadhl), atau dalam transaksi pinjam- memotivasi banyak negara lain untuk
meminjam yang mempersyaratkan mendirikan lembaga keuangan sayariah.
nasabah penerima fasilitas Seperti negara Mesir, Pakistan, Iran,
mengembalikan dana yang diterima negara-negara Teluk, Malaysia, dan
melebihi pokok pinjaman karena sebagainya. Pendirian bank syari’ah di
berjalannya waktu (nasi’ah); Indonesia diprakarsai oleh Majelis
b. Maisir, yaitu transaksi yang Ulama Indonesia (MUI), dengan
digantungkan kepada suatu keadaan mendirikan Bank Muamalat Indonesia
yang tidak pasti dan bersifat untung- (BMI) pada tanggal 1 Mei 1992,
untungan; sehingga BMI ini merupakan Bank
Umum Syari’ah pertama di Indonesia.4

                                                            
2
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan
Syari’ah, Sinar Grafika, Jakarta,                                                             
4
2010. hlm. 1. Gemala Dewi, Aspek-Aspek Dalam
Perbankan Dan Perasuransian Syari’ah Di
3
Penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Indonesia, Kencana Prenada Media Group,
Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Jakarta, 2004, hlm. 54.
Syari’ah.   

48
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

Pada tahun 1992 dikeluarkan adanya eksploitasi satu pihak terhadap


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 pihak lain.5
tentang Perbankan, dimana perbankan Istilah riba berasal dari kata r-b-
bagi hasil diakui. Pada tahun 1998 w, yang digunakan dalam Al-Qur’an
muncul Undang-Undang Nomor 10 sebanyak 20 kali. Di dalam Al-Qur’an
Tahun 1998 tentang Perubahan Undang- kata riba dapat dipahami dalam tujuh
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang macam arti, yaitu : pertumbuhan
Perbankan, dimana terdapat beberapa (growing), peningkatan (increasing),
perubahan yang memberikan peluang bertambah (swelling), meningkat
lebih besar bagi pengembangan (rising), menjadi besar (being big),
perbankan syari’ah. Kemudian pada besar (great), dan juga digunakan dalam
tahun 2008 pemerintah mengeluarkan pengertian bukit kecil (hillock).6
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Menurut Ensiklopedi Islam
tentang Perbankan Syari’ah, yang Indonesia, yang disusun oleh Tim
mengatur secara khusus dan spesifik Penulis IAIN Syarif Hidayatullah : Ar-
mengenai bank berdasarkan prinsip Riba atau ar-Rima makna asalnya ialah
syari’ah. tambah, tumbuh, dan subur. Adapun
Hal paling mendasar dalam pengertian tambah dalam konteks riba
pengembangan sistem lembaga ialah tambahan uang atas modal yang
keuangan syari’ah adalah adanya diperoleh dengan cara yang tidak
pelarangan riba dan pengembangan dibenarkan syara, apakah tambahan itu
transaksi syari’ah. Dalam hal ini berjumlah sedikit maupun berjumlah
instrumen bunga yang dikembangkan banyak, seperti yang diisyaratkan dalam
dalam ekonomi konvensional dan Al-Qur’an.7
sebagai satu-satunya parameter dalam Riba adalah tambahan yang
sistem keuangannya merupakan hal diberikan oleh debitur kepada kreditur
yang bertolak belakang sama sekali atas pinjaman pokoknya, sebagai
dengan sistem ekonomi Islam. Hal ini
                                                            
bukan saja karena secara normatif 5
Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam
Ekonomi Islam, PT RajaGrafindo Persada,
adanya pelarangan yang tegas dalam Jakarta, 2009, hlm. 134.
Al-Qur’an, tetapi sistem bunga dalam 6
Ibid., hlm. 28.
realitasnya adalah riba yang  
7
Wirdyaningsih, Bank Dan Asuransi Islam
mengandung aspek kezaliman berupa Di Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2005,
hlm. 25.
 

49
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

imbalan atas tempo pembayaran yang sama kuantitasnya, dan sama waktu
jelas dipersyaratkan. Maka riba penyerahannya.
mengandung tiga unsur :8 b. Riba Nasi’ah; riba yang timbul
1. Kelebihan dari pokok pinjaman akibat hutang-pihutang yang tidak
2. Kelebihan pembayaran sebagai memenuhi kriteria untung muncul
imbalan tempo pembayaran bersama risiko dan hasil usaha
3. Jumlah tambahan yang diisyaratkan muncul bersama biaya.
di dalam transaksi. c. Riba Jahiliyah; hutang yang dibayar
Aturan keharaman riba terdapat harus lebih dari pokok pinjaman
dalam empat surat yang berbeda dalam karena peminjam tidak mampu
Al-Qur’an, yaitu dalam Al-Qur’an Surat mengembalikan dana pinjaman pada
Ar-Rum (30) : 39, Al-Qur’an Surat An- waktu yang telah ditetapkan.
Nisa (4) : 161, Al-Qur’an Surat Ali Bagi hasil merupakan prinsip
Imran (3) : 130, Al-Qur’an Surat Al- yang paling banyak digunakan dalam
Baqarah (2) : 275, 276, 278, 279. perbankan syari’ah, menjadi
Keharaman riba dijelaskan karakteristik umum dan landasan dasar
dalam Sunnah Rasulullah Saw, operasional bank syari’ah secara
diantaranya adalah sabda Rasulullah keseluruhan. Bagi hasil menurut
Saw dari Abu Hurairah yang artinya: pandangan Islam biasanya dikenal
“Rasulullah Saw melaknat pemakan dengan istilah Al-Mudharabah.
riba, orang yang diberi makan riba, Istilah mudharabah dipakai oleh
orang yang mencatat (perjanjian) riba, ulama Irak, sedangkan ulama Hijaz
serta kedua saksi riba” (Hadist Riwayat menyebutkan qiradh, berasal dari al-
Ahmad).9 qardhu yang berarti potongan. Yang
Dalam ilmu fiqih, dikenal tiga berarti memotong sebagian harta
jenis riba, yaitu :10 sebagai modal untuk menjalankan
a. Riba Fadhl; riba yang timbul akibat usaha. Sedangkan secara terminologi,
pertukaran barang sejenis yang tidak istilah mudharabah dapat diartikan :
memenuhi kriteria sama kualitasnya, suatu akad persekutuan yang
membolehkan shahibul mal
                                                            
8
Abu Sura’i Abdul Hadi, Bunga Bank
Dalam Islam, Diterjemahkan oleh : M. Thalib,
Penerbit Al-Ikhlas, Surabaya, 2000, hlm. 23.
9
Euis Amalia, Op. Cit., 138.
10
Ibid., hlm. 139-141.

50
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

menyerahkan harta kepada mudharib hak atas modalnya kepada amil


untuk menjalankan suatu usaha.11 (pengguna modal).”12
Istilah “mudharabah” Untuk menjalankan usaha, tidak
merupakan istilah yang paling banyak setiap orang memiliki modal yang
digunakan oleh bank-bank Islam. mencukupi. Begitu pula sebaliknya,
Prinsip ini juga sering dikenal sebagai seseorang yang telah memiliki modal
“qiradh” atau “muqaradah”. Imam belum tentu punya keahlian/kesempatan
Saraksi, salah seorang pakar untuk menjalankan usaha. Dengan
perundangan Islam yang dikenal dengan demikian, mengadakan kerjasama
kitabnya “al Mabsut” telah memberikan melalui akad mudharabah hukumnya
definisi mudharabah dan keterangan mubah. Landasan syari’ah yang
sebagai berikut: “Perkataan dijadikan dasar hukum adalah Al-
mudharabah adalah diambil daripada Qur’an Surah Al-Jumu’ah [62]:10 :
perkataan ‘darb (usaha) diatas bumi’, “Apabila telah ditunaikan sembahyang
sebagaimana disebutkan dalam Al- maka bertebaranlah kamu dimuka bumi
Qur’an Surat Al-Muzamil ayat 20. dan carilah karunia Allah dan ingatlah
Dinamakan demikian karena mudharib Allah sebanyak-banyaknya agar kamu
(pengguna modal orang lain) berhak beruntung”).13
untuk bekerjasama bagi hasil atas jerih
Pada prinsipnya, ayat tersebut
payah dan usahanya. Selain
mencerminkan adanya anjuran untuk
mendapatkan keuntungan ia juga berhak
melakukan suatu kegiatan usaha.
untuk mempergunakan modal dan
Sistem bagi hasil dalam
menentukan tujuannya sendiri. Orang-
operasional perbankan syari’ah terdapat
orang Madinah menyebut kontrak jenis
dalam sistem penghimpunan dana dan
ini sebagai ‘mudharabah’ dimana
sistem penyaluran dana. Pada sistem
perkataan ini diambil dari perkataan
penghimpunan dana,
‘qard’ berarti ‘menyerahkan’, dalam hal
mudharabahterdapat dalam akad
ini pemilik modal akan menyerahkan
dengan prinsip investasi yang
mempunyai tujuan kerja sama antara
                                                            
12
Wiroso, Penghimpunan Dana dan
                                                             Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah, PT
11
Burhanuddin S., Hukum Kontrak Grasindo, Jakarta, 2005, hlm. 33.
Syari’ah, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, 2009,
13
hlm. 112. Burhanuddin S, Op. Cit., hlm. 113.
   

51
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

pemilik dana (shahibul mal) dan bank tidak dibenarkan meletakkan


pengelola dana (mudharib), dalam hal kolateral (jaminan) karena bukan
ini adalah bank. Pemilik dana sebagai bersifat hutang, tetapi bersifat
deposan di bank syari’ah berperan kerjasama dengan modal kepercayaan
sebagai investor murni yang antara bank dan nasabah.15
menanggung aspek sharing risk dan Aplikasi sistem bagi hasil dalam
return dari bank. Dengan demikian perbankan syari’ah dapat diuraikan
deposan bukanlah lender atau kreditor sebagai berikut:16
bagi bank seperti halnya pada bank a. Di dalam praktik perjanjian
konvensional. Secara garis besar, dilaksanakan dalam bentuk
mudharabah terbagi menjadi dua jenis, perjanjian baku (standard contract).
yaitu a) mudharabah muthlaqah Hal ini bersifat membatasi atas
(general investment); dimana mudharib kebebasan kontrak. Adanya
diberi wewenang penuh mengelola pembatasan dimaksud berkaitan
tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha, dengan kepentingan umum agar
dan jenis pelayanan, b) mudharabah perjanjian baku itu diatur dalam
muqayyadah (special investment); Undang-Undang atau setidak-
dimana mudharib hanya bisa mengelola tidaknya diawasi oleh pihak Dewan
dana sesuai dengan batasan jenis usaha, Pengawas Syari’ah Nasional.
tempat dan waktu tertentu saja.14 b. Bentuk akad produk tabungan
Sedangkan dalam sistem mudharabah di Bank Syari’ah
penyaluran dana (financing), bank dimaksud, dituangkan dalam bentuk
bertindak sebagai shahibul mal dan perjanjian tertulis yang disebut
pengelola usaha bertindak sebagai perjanjian bagi hasil.
mudharib. Fasilitas ini dapat diberikan c. Dalam perjanjian tertulis akad
untuk jangka waktu tertentu, sedangkan perjanjian tabungan mudharabah
bagi hasil dibagi secara periode dengan disebutkan nisbah bagi hasil pemilik
nisbah yang disepakati. Setelah jatuh dana dan untuk pengelola dana.
tempo, nasabah mengembalikan jumlah Nisbah bagi hasil ini berlaku sampai
dana tersebut beserta porsi bagi hasil berakhirnya perjanjian. Perjanjian ini
yang menjadi bagian bank. Dalam mengikat dan merupakan satu
pelaksanaan kontrak al-mudharabah,                                                             
15
Ibid., hlm. 85.
 
16
                                                             Zainuddin Ali, Hukum Perbankan
14
Gemala Dewi, Op. Cit., hlm. 83. Syari’ah, Op. Cit., hlm. 45-46. 

52
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan nasabah maupun para investornya.


dengan syarat-syarat dan ketentuan Pembagian keuntungan dalam
umum. perbankan syari’ah biasa tertuang dalam
d. Pelaksanaan akad tabungan bentuk nisbah. Nisbah adalah besaran
mudharabah terjadi apabila ada bagian yang menjadi hak nasabah
pihak nasabah yang akan menabung dibandingkan dengan Bank pada proses
atau meminjam modal dari Bank distribusi bagi hasil.17Nisbah
Syari’ah. Dalam akad perjanjian keuntungan harus dinyatakan dalam
tertulis tersebut sebelum bentuk persentase antara kedua belah
ditandatangani oleh nasabah, kreditor pihak, bukan dinyatakan dalam nilai
atau penabung terlebih dahulu nominal rupiah tertentu, nisbah
mempelajari dan apabila nasabah keuntungan itu misalnya adalah 50:50,
menyetujui perjanjian, maka nasabah 70:30, 60:40, atau bahkan 99:1.18
yang bersangkutan menandatangani Jadi, nisbah merupakan bagian
perjanjian. keuntungan bagi hasil yang akan
e. Nasabah yang meminjam uang diterima oleh tiap-tiap pihak yang
kemudian terlambat dalam melakukan akad kerjasama usaha, yaitu
membayar, pihak bank tidak pemilik dana (shahibul mal) atas
memberi denda, tetapi memberi penyertaan modalnya dan pengelola
peringatan. dana (mudharib) atas kerjanya, dimana
f. Sistem amanah (kepercayaan), nisbah ini tertuang didalam akad yang
Peminjam memperoleh kredit karena telah disepakati oleh kedua belah pihak.
pihak bank mempunyai kepercayaan Penentuan nisbah bagi hasil antara bank
kepada peminjam. Karena itu, dan nasabah dipengaruhi oleh beberapa
pemberian kredit kepada peminjam faktor, yaitu: jenis produk simpanan,
atau nasabah karena ada kepercayaan perkiraan pendapatan investasi dan
dari pihak bank. biaya operasional bank syari’ah yang
bersangkutan. Dengan kata lain,
Pada bank syari’ah, bagi hasil
                                                            
17
sebagai suatu sistem yang menjadi Bank Muamalat, Nisbah Dan Tarif,
http://www.muamalatbank.com, 21 April
pedoman bagi bank dalam melakukan 2012.
 
berbagai transaksi produk perbankan 18
Adiwarman A. Karim, Bank Islam :
berdasarkan prinsip syari’ah, dengan Analisis Fiqih dan Keuangan, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm.
membagi keuntungan kepada para 206.

53
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

penentuan besar kecilnya jumlah timbul ketika total pendapatan (total


persentase bagi hasil tergantung dari revenue) suatu perusahaan lebih
kebijakan masing-masing bank syari’ah. besar dari biaya total (total cost).
Sistem bagi hasil merupakan Di dalam istilah lain profit
sistem di mana dilakukannya perjanjian sharing adalah perhitungan bagi hasil
atau ikatan bersama di dalam didasarkan kepada hasil bersih dari
melakukan kegiatan usaha. Di dalam total pendapatan setelah dikurangi
usaha tersebut diperjanjikan adanya dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
pembagian hasil atas keuntungan yang untuk memperoleh pendapatan
akan di dapat antara kedua belah pihak tersebut. Pada perbankan syariah
atau lebih. Bagi hasil dalam sistem istilah yang sering dipakai adalah
perbankan syari'ah merupakan ciri profit and loss sharing, di mana hal
khusus yang ditawarkan kapada ini dapat diartikan sebagai
masyarakat, dan di dalam aturan pembagian antara untung dan rugi
syari'ah yang berkaitan dengan dari pendapatan yang diterima atas
pembagian hasil usaha harus ditentukan hasil usaha yang telah dilakukan.
terlebih dahulu pada awal terjadinya Sistem profit and loss sharing
kontrak (akad). Besarnya penentuan dalam pelaksanaannya merupakan
porsi bagi hasil antara kedua belah bentuk dari perjanjian kerjasama
pihak ditentukan sesuai kesepakatan antara pemodal (Investor) dan
bersama, dan harus terjadi dengan pengelola modal (enterpreneur)
adanya kerelaan (An-Tarodhin) di dalam menjalankan kegiatan usaha
masing-masing pihak tanpa adanya ekonomi, dimana di antara keduanya
unsur paksaan. akan terikat kontrak bahwa di dalam
Mekanisme perhitungan bagi usaha tersebut jika mendapat
hasil yang diterapkan di dalam keuntungan akan dibagi kedua pihak
perbankan syari'ah terdiri dari dua sesuai nisbah kesepakatan di awal
sistem, yaitu: perjanjian, dan begitu pula bila usaha
1. Profit Sharing mengalami kerugian akan
Profit sharing menurut ditanggung bersama sesuai porsi
etimologi Indonesia adalah bagi masing-masing.
keuntungan. Dalam kamus ekonomi Kerugian bagi pemodal tidak
diartikan pembagian laba. Profit mendapatkan kembali modal
secara istilah adalah perbedaan yang investasinya secara utuh ataupun

54
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

keseluruhan, dan bagi pengelola dan jasa-jasa (services) yang


modal tidak mendapatkan upah/hasil dihasilkannya dari pendapatan
dari jerih payahnya atas kerja yang penjualan (sales revenue).
telah dilakukannya. Dalam arti lain revenue
Keuntungan yang didapat dari merupakan besaran yang mengacu
hasil usaha tersebut akan dilakukan pada perkalian antara jumlah out put
pembagian setelah dilakukan yang dihasilkan dari kagiatan
perhitungan terlebih dahulu atas produksi dikalikan dengan harga
biaya-biaya yang telah dikeluarkan barang atau jasa dari suatu produksi
selama proses usaha. Keuntungan tersebut.
usaha dalam dunia bisnis bisa Di dalam revenue terdapat
negatif, artinya usaha merugi, positif unsur-unsur yang terdiri dari total
berarti ada angka lebih sisa dari biaya (total cost) dan laba (profit).
pendapatan dikurangi biaya-biaya, Laba bersih (net profit) merupakan
dan nol artinya antara pendapatan laba kotor (gross profit) dikurangi
dan biaya menjadi balance. biaya distribusi penjualan,
Keuntungan yang dibagikan adalah administrasi dan keuangan.
keuntungan bersih (net profit) yang Berdasarkan devinisi di atas
merupakan lebihan dari selisih atas dapat di ambil kesimpulan bahwa arti
pengurangan total cost terhadap total revenue pada prinsip ekonomi dapat
revenue. diartikan sebagai total penerimaan
2. Revenue Sharing dari hasil usaha dalam kegiatan
Revenue Sharing berasal dari produksi, yang merupakan jumlah
bahasa Inggris yang terdiri dari dua dari total pengeluaran atas barang
kata yaitu, revenue yang berarti; ataupun jasa dikalikan dengan harga
hasil, penghasilan, pendapatan. barang tersebut. Unsur yang terdapat
Sharing adalah bentuk kata kerja dari di dalam revenue meliputi total harga
share yang berarti bagi atau bagian. pokok penjualan ditambah dengan
Revenue sharing berarti pembagian total selisih dari hasil pendapatan
hasil, penghasilan atau pendapatan. penjualan tersebut. Tentunya di
Revenue (pendapatan) dalam dalamnya meliputi modal (capital)
kamus ekonomi adalah hasil uang ditambah dengan keuntungannya
yang diterima oleh suatu perusahaan (profit).
dari penjualan barang-barang (goods)

55
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

Berbeda dengan revenue di pendapatan kotor (gross sales), yang


dalam arti perbankan. Yang digunakan dalam menghitung bagi
dimaksud dengan revenue bagi bank hasil untuk produk pendanaan bank.
adalah jumlah dari penghasilan
Berdasarkan uraian-uraian di
bunga bank yang diterima dari
atas, dapat disimpulkan beberapa
penyaluran dananya atau jasa atas
prinsip dalam sitem bagi hasil pada
pinjaman maupun titipan yang
perbankan syari’ah, yaitu :
diberikan oleh bank.
1. Prinsip Kerjasama
Revenue pada perbankan
Adanya kesepakatan antara
Syari'ah adalah hasil yang diterima
pihak pengelola dan pemilik dana
oleh bank dari penyaluran dana
menjadi dasar dari prinsip kerjasama.
(investasi) ke dalam bentuk aktiva
Kehendak para pihak tersebut
produktif, yaitu penempatan dana
dituangkan dalam perjanjian/akad
bank pada pihak lain. Hal ini
kerjasama.
merupakan selisih atau angka lebih
2. Prinsip Kepercayaan
dari aktiva produktif dengan hasil
Kepercayaan merupakan
penerimaan bank.
unsur terpenting dalam suatu akad,
Perbankan Syari'ah
dengan adanya kepercayaan maka
memperkenalkan sistem pada
memungkinkan seseorang
masyarakat dengan istilah Revenue
mendapatkan bantuan dari orang
Sharing, yaitu sistem bagi hasil yang
lain. Kepercayaan dalam perbankan
dihitung dari total pendapatan
syari’ah, yaitu kepercayaan antara
pengelolaan dana tanpa dikurangi
pemilik dana/modal (shahibul mal)
dengan biaya pengelolaan dana.
dengan pengelola dana (mudharib),
Lebih jelasnya Revenue
baik pihak bank ataupun nasabah.
sharing dalam arti perbankan adalah
3. Prinsip Kehati-hatian
perhitungan bagi hasil didasarkan
Prinsip kehati-hatian
kepada total seluruh pendapatan yang
merupakan hal yang penting guna
diterima sebelum dikurangi dengan
mewujudkan sistem perbankan yang
biaya-biaya yang telah dikeluarkan
sehat, kuat dan kokoh. Landasan
untuk memperoleh pendapatan
prinsip ini terdapat dalam Pasal 2
tersebut. Sistem revenue sharing
Undang-Undang Perbankan, yang
berlaku pada pendapatan bank yang
akan dibagikan dihitung berdasarkan

56
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

mengharuskan setiap bank keuntungan terbesar. Sedangkan sistem


menggunakan prinsip kehati-hatian. perbankan Islam berbeda dengan sistem
4. Prinsip Tanggung Jawab perbankan konvensional, karena sistem
Setiap kegiatan selalu keuangan dan perbankan Islam adalah
memiliki risiko, tak terkecuali dalam merupakan subsistem dari suatu sistem
kegiatan perbankan syari’ah, ekonomi Islam yang cakupannya lebih
sehingga prinsip tanggung jawab luas. Oleh karena itu, perbankan Islam
harus diterapkan bagi para pihak. tidak hanya dituntut untuk
5. Prinsip Keadilan menghasilkan profit secara komersial,
Pada perbankan syari’ah namun dituntut secara sungguh-sungguh
harusditerapkan prinsip keadilan, menampilkan realisasi nilai-nilai
karena di dalamnya terdapat nilai syari’ah.19
saling berbagi dalam keuntungan Pada perbankan konvensional
nisbah. Dalam sistem perbankan terdapat kegiatan-kegiatan yang
syari’ah hubungan antara bank dan dilarang oleh syariat Islam, seperti
nasabah tidak hanya menerima dan membayar bunga (riba),
sebagai debitur dengan kreditur saja, membiayai kegiatan produksi dan
tetapi hubungan keduanya diakui perdagangan barang-barang yang
sebagai mitra kerja yang lebih dekat diharamkan seperti minuman keras
dan lebih humanis. (haram), kegiatan yang sangat dekat
dengan gambling (maisir) untuk
2. Sistem Bagi Hasil Antara
transaksi-transaksi tertentu, serta unsur
Perbankan Syari’ah Dengan
gharar dalam investment banking.
Sistem Bunga Pada Perbankan
Sedangkan prinsip utama yang dianut
Konvensional
oleh Bank Islam adalah : larangan riba
Salah satu fungsi vital perbankan
(bunga) dalam berbagai bentuk
adalah sebagai lembaga yang berperan
transaksi, menjalankan bisnis dan
menerima simpanan dari nasabah lain
aktivitas perdagangan yang berbasis
yang membutuhkan dana. Bagi bank
pada memperoleh keuntungan yang sah
konvensional, selisih (spread) antara
menurut syari’ah.20
besarnya bunga yang dikenakan kepada
para peminjam dana dengan imbalan                                                             
19
bunga yang diberikan kepada nasabah Widyarningsih, Bank Dan Asuransi
Islam di Indonesia, Op. Cit., hlm. 47. 
penyimpan dana itulah sumber 20
Ibid.

57
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

Perbedaan mendasar dalam Jadi, bunga bank dapat diartikan


konsep pelaksanaan pada bank sebagai balas jasa yang diberikan oleh
konvensional dan bank syari’ah yaitu bank kepada nasabah yang membeli
perbedaan antara konsep bunga dan atau menjual produknya. Bunga juga
bagi hasil. Hukum bunga bank sejak diartikan sebagai harga yang harus
dahulu sudah menjadi perdebatan di dibayar kepada nasabah (yang memiliki
kalangan ulama dan cendikiawan simpanan) dan yang harus dibayar oleh
muslim. Dalam perdebatan tersebut nasabah kepada bank (nasabah yang
muncul tiga pendapat yang saling memperoleh pinjaman). Ada dua
berbeda satu sama lain. Ada yang macam bunga yang diberikan kepada
memandang haram, syubhat dan mubah. nasabah dalam kegiatan perbankan,
Perbedaan tersebut muncul disebabkan yaitu :23
oleh perbedaan metode dan analogi 1. Bunga simpanan
hukum yang digunakan.21 Bunga yang diberikan sebagai
Bank, dalam mekanisme rangsangan atau balas jasa bagi
kerjanya memberikan bunga (tambahan) nasabah yang menyimpan uangnya di
kepada orang yang menyimpan bank. Bunga simpanan merupakan
uangnya, sebaliknya bank juga harga yang harus dibayar bank
memungut bunga terhadap nasabahnya. kepada nasabahnya, contohnya : jasa
Maksud dari pemberian dan giro, bunga tabungan dan bunga
pemungutan bunga tersebut adalah deposito.
sebagai imbalan atas beroperasinya 2. Bunga pinjaman
uang yang diambil atau disimpan itu. Bunga yang diberikan kepada
Besarnya bunga tersebut biasanya para peminjam atau harga yang harus
sekitar 1-2,5 % dari modal pokok setiap dibayar oleh nasabah peminjam
bulannya, karena ada tambahan kepada bank. Contohnya : bunga
tersebut, maka sebagian ulama kredit.
menganalogikan bunga bank dengan
Sistem bunga dalam perbankan
riba.22
konvensional menciptakan suatu
                                                            
21
Said Agil Husin Al-Munawar, Hukum ketidakadilan, dimana terdapat
Islam dan Pluralisme Sosial, Editor Hasan M.
Noer dan Musyafa Ullah, Penamadani, Jakarta,                                                             
2004, hlm. 67. 23
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan
Lainnya, PT RajaGrafindo Persada,
22
Ibid., hlm. 69. Jakarta, 2002.hlm. 131.
 

58
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

eksploitasi dan intimidasi dalam ekonomis menimbulkan dampak yang


penetapan suku bunga yang ditentukan sangat merugikan bagi masyarakat.24
sendiri oleh bank sebagai kreditur, Pengharaman riba diatur dalam
karakteristik inilah yang merupakan empat surat yang berbeda dalam Al-
sifat dasar dari ribawi. Hal ini berbeda Qur’an, yaitu dalam Al-Qur’an Surat
sekali dengan sistem bagi hasil pada Al-Baqarah (2) ayat 275, 276, 278,
perbankan syari’ah yang tidak 279,dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran
mengeksploitasi maupun (3) ayat 130,dalam Al-Qur’an Surat An-
mengintimidasi debitur, karena Nisa (4) ayat 161, dan dalam Al-Qur’an
hubungan antara bank dan debitur Surat Ar-Rum (30) ayat 39.
adalah dalam bentuk kemitraan. Risiko Berdasarkan aturan-aturan tegas
yang merupakan kondisi yang tidak dari Al-Qur’an dan Sunnah serta
pasti di masa yang akan datang pendapat-pendapat para ulama, jelas
ditanggung bersama. kiranya riba adalah haram. Di samping
Beberapa ulama ada yang itu dalam riba (bunga) terdapat unsur
berpendapat bahwa bunga sama dengan ketidakadilan, dimana terdapat
riba. Menurut Abdullah Saeed terdapat eksploitasi terhadap kaum yang lemah
dua pendapat yang membahas tentang (fakir miskin). Pada sistem perbankan,
riba. Pendapat yang pertama berasal eksploitasi ini dilakukan melalui bentuk
dari kalangan mayoritas umat Islam, pinjaman yang dimana pihak bank
yang mengadopsi dari interpretasi para berusaha mengambil keuntungan dari
fuqaha tentang riba sebagaimana yang nilai pinjaman yang mengakibatkan
tertuang dalam fiqh (hukum Islam). kesengsaraan bagi masyarakat.
Interpretasi ini berimplikasi terhadap Sedangkan bagi hasil dalam ekonomi
setiap tambahan dari pinjaman yang syari’ah dihalalkan karena pembagian
berasal dari kelebihan nilai pokok yang hasil yang diberikan setelah adanya
dipinjamkan yang diberi oleh peminjam keuntungan dan pembagiannya pun
(debitur) kepada pihak yang meminjam sama rata, tidak memihak ke orang
(kreditur) adalah termasuk riba. berharta dengan orang yang pas-pasan,
Pendapat lainnya mengatakan bahwa dengan demikian kesenjangan sosial
larangan terhadap riba dipakai sebagai antara orang kaya dan orang miskin
sesuatu yang berhubungan dengan                                                             
24
Abdullah Saeed, Bank Islam Dan Bunga
adanya upaya eksploitasi, yang secara (Studi Kritis Interpretasi Kontemporer Tentang
Riba dan Bunga), Pustaka Pelajar, Jakarta,
2008, hlm. 27.

59
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

dapat terhindari dan terjadilah investor atau deposan) dengan bank


kesejahretaan seluruh rakyat. syari'ah hanya terjadi bagi
Menurut Islam, dasar dari deposan/investor dengan jumlah besar,
perniagaan adalah untuk mencari karena mereka ini memiliki daya tawar
keuntungan, keuntungan yang didasari yang relatif tinggi. Kondisi seperti ini
pada tujuan untuk mensejahterakan sebagai spesial nisbah, sedangkan untuk
umat. Islam mengakui konsep bunga nasabah deposan kecil tawar-menawar
yang diperoleh seseorang jika tidak terjadi. Bank syari'ah akan
menyimpan uangnya di bank dan mencantumkan nisbah yang ditawarkan,
dianggap suatu riba, kecuali jika bank deposan boleh setuju boleh tidak. Bila
itu diberikan kuasa untuk memakai setuju maka ia akan melanjutkan
uang tersebut. Lalu jika bank menabung, sebaliknya bila tidak setuju
mendapatkan keuntungan, keuntungan dipersilahkan mencari bank syari'ah lain
tersebut dibagi dengan nasabah yang menawarkan nisbah lebih
berdasarkan persentase uang yang menarik.26
didapat, bukan persentase uang yang Belum ada acuan yang jelas
disimpan. Oleh karena itu, jumlah yang mengenai penentuan nisbah bagi hasil
diterima dari bank itu dianggap sebagai pada perbankan syari’ah, penentuannya
keuntungan.25 hanya dipengaruhi oleh perhitungan dan
Keuntungan bagi hasil penggunaan metode suku bunga pasar
ditentukan berdasarkan nisbah yang sebagai rujukan. Sehingga dalam
telah disepakati antara pihak bank dan prakteknya bank syari’ah masih banyak
nasabah. Dalam syari’ah tidak yang menggunakan pola pada bank
dicantumkan berapa besar nisbahbagi konvensional dalam penetapan nisbah.
hasil nasabah dengan bank. Penentuan Hal ini menimbulkan kritik mengenai
besarnya nisbah ditentukan berdasarkan konsistensi bank syari’ah menerapkan
kesepakatan masing-masing pihak yang prinsip-prinsip Islam dalam aktivitas
berkontrak, tetapi dalam prakteknya di perbankannya. Jika akad pada
perbankan modern, tawar-menawar perbankan syari’ah masih mengacu
nisbah antara pemilik modal (yakni pada mekanisme bunga pada perbakan

                                                             konvensional maka perbankan syari’ah


25
Amir Machmud dan Rukmana, Bank tersebut belum murni seratus persen
Syari’ah (Teori, Kebijakan, dan Studi
Empiris di Indonesia), Penerbit Erlangga,                                                             
26
Jakarta, 2010, hlm. 10. Adiwarman A. Karim, Op. Cit.,
hlm.194. 

60
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

berbasis syari’ah. Sehingga bisa berdasarkan jumlah keuntungan


menimbulkan ketidakadilan terhadap nyata.
pihak tertentu, padahal Islam 3. Pembayaran bunga tidak berkaitan
menentang ketidakadilan dan dengan keuntungan atau kerugian
eksploitasi. proyek yang bersangkutan,
Jadi dapat disimpulkan bahwa sedangkan pembagian hasil berkaitan
penentuan nisbah merupakan hasil dari dengan keuntungan atau kerugian
pemikiran/ide yang dibuat sendiri oleh proyek yang bersangkutan.
manusia, bukan bersumber dari 4. Jumlah pembayaran bunga tidak
ajaran/perintah dari Allah Swt. bertambah sekalipun jumlah
Penentuan nisbah yang lebih mengacu keuntungan berlipat atau keadaan
kepada mekanisme bank konvensional ekonomi bertumbuh, sedangkan
merupakan bukti bahwa sistem ekonomi jumlah pembagian hasil bertambah
kapitalis masih sangat mempengaruhi seiring peningkatan jumlah
sistem ekonomi secara umum dan pendapatan.
menyeluruh. Namun setidaknya dengan 5. Semua agama paling tidak
hadirnya perbankan syari’ah telah ada sebagaimana tersurat dalam kitab-
upaya untuk secara berangsur-angsur kitab suci mereka meragukan atau
menghindari riba dalam kegiatan bahkan menyalahkan eksistensi
perbankan. bunga, sedangkan keabsahan bagi
Karnaen A. Perwataatmadja dan hasil tidak ada yang meragukan atau
Muhammad Syafi’i Antonio apalagi menyalahkan.
merumuskan perbedaan bagi hasil dan Bagi hasil maupun bunga
bunga sebagai berikut :27 keduanya sama-sama memberikan
1. Penentuan persentase bunga tidak keuntungan, namun memiliki perbedaan
memperhitungkan kemungkinan mendasar sebagai akibat adanya
untung rugi, sedangkan penentuan perbedaan antara investasi dan
rasio bagi hasil memperhitungkan pembungaan uang. Telah jelas
kemungkinan untung rugi. hukumnya bahwa Islam mengharamkan
2. Persentase bunga berdasarkan jumlah bunga karena menyamakannya dengan
pinjaman, sedangkan rasio bagi hasil riba. Sedangkan sebaliknya Islam
menghalalkan bagi hasil, karena sistem
                                                            
27
Ifan Noor Adham, Tanggung Jawab bagi hasil lebih mencerminkan prinsip
Sosial Bank Islami Teori dan Praktek, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2010, hlm. 50.  keadilan di dalam setiap kegiatannya.

61
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

Hadirnya perbankan syari’ah individu/


memberikan solusi terbaik dengan kelompok

tujuan untuk menghapus bunga (riba) tertentu,


yang diatur
dalam berbagai macam transaksi dan
dalam Al-
kegiataan pembiayaan, yang tentunya
Qur’an dan
didasari oleh hukum Islam. Sistem bagi
Hadits
hasil pada perbankan syari’ah berbeda
Operasion - Dana - Dana
sekali dibandingkan dengan sistem
al masyarakat masyarakat
bunga pada perbankan berupa berupa
konvensional.Perbedaan pokok antara titipan dan simpanan
sistem perbankan konvensional dengan investasi yang harus
sistem perbankan syari’ah secara yang baru dibayar
ringkas dapat dilihat pada tabel di akan bunganya

bawah ini:28 mendapatka pada saat

Perbedaan Bank Syari’ah Bank n hasil jika jatuh tempo

Konvensional diusahakan - Penyaluran

Falsafah - Tidak -Berdasarkan terlebih pada sektor

berdasarkan bunga dahulu yang

bunga, - Bersumber - Penyaluran menguntung

karena dari ajaran pada usaha kan aspek

bunga Kapitalis, yang halal halal tidak

dipersamaka yang dan menjadi

n dengan bertujuan menguntung pertimbanga

riba untuk kan n utama

- Adanya memperoleh Sosial ‐ Tujuannya ‐ Tujuannya

pelarangan keuntungan mencari mencari

dari Allah yang keuntungan keuntungan

Swt sebesar- untuk yang

terhadap besarnya, kesejahteraa sebesar-

eksploitasi dengan n/ besarnya,

dan konsep uang kemaslahata tanpa

ketidakadila menghasilka n memperduli

n kepada n uang masyarakat kan


banyak kesejahteraa
                                                             dengan n
28
Amir Machmud dan Rukmana, Op.
Cit., hlm. 11.

62
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

mengedepan masyarakat peredaran uang yang beroperasi


kan nilai banyak dengan prinsip-prinsip syari’ah,
keadilan, sedangkan bank konvensional
kebersamaa
sebaliknya.30
n,
3. Bank syari’ah dalam kegiatan
persaudaraa
usahanya dilakukan berdasarkan
n dan
hukum Islam, yang di dalamnya
menghindari
melarang adanya unsur bunga/riba,
segala
kegiatan sedangkan bank konvensional
yang sebaliknya.
mengandun 4. Bank syari’ah dalam mendapatkan
g riba keuntungan dengan prinsip bagi hasil
Oraganisa Harus Tidak yang besar rasio bagi hasil dibuat
si memiliki memiliki pada waktu akad dengan berpedoman
Dewan Dewan untung rugi, sedangkan bank
Pengawas Pengawas
konvensional dalam mendapatkan
Syari’ah Syari’ah
keuntungan dengan prinsip

Selain itu, perbedaan antara bunga/riba yang penentuan bunganya

bank syari’ah dengan bank dibuat diwaktu akad dengan asumsi

konvensional dapat dibandingkan harus untung. 31

sebagai berikut: 5. Bank syari’ah dalam kegiatan

1. Bank syari’ah adalah bank yang usahanya, baik dalam menampung

kegiatan usahanya dilakukan uang nasabah dan menyalurkan

berdasarkan prisip syari’ah, uangnya didadasari dengan prinsip

sedangkan bank konvensional adalah investasi, yang kegiatan usaha yang

bank yang kegiatan usahanya tidak mengandung risiko karena

berdasarkan syari’ah.29 berhadapan dengan unsur

2. Bank syari’ah adalah lembaga ketidakpastian, yang perolehan

keuangan yang usaha pokoknya keuntungannya tidak pasti dan tidak

memberikan kredit dan jasa-jasa lain                                                             


30
Sudarsono, Bank dan Lembaga
dalam lalu-lintas pembayaran serta Keuangan Syari’ah Deskripsi dan
Ilusi,Ekonosia, Yoyakarta, 2004, hlm. 79.
                                                             31
M. Syafi’i Antonio, Bank
29
Undang-Undang Nomor 21 Tahun Islam, Gema Insani, Jakarta, 2006, hlm. 131-
2008tentang Perbankan Syari’ah. 132. 

63
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

tetap. Sedangkan bank konvensional Prinsip Tanggung Jawab, dan Prinsip


dalam kegiatan usahanya didasari Keadilan. Perbandingan antara sistem
dengan prinsip membungakan uang, bagi hasil pada perbankan syari’ah
yang kegiatan usaha yang kurang dengan sistem bunga pada perbankan
mengandung risiko karena perolehan konvensional terletak pada konsep
keuntungannya relatif pasti dan tetap. mendapatkan keuntungannya.
Penentuan persentase bunga tidak
Berdasarkan beberapa perbedaan
memperhitungkan kemungkinan untung
di atas, dapat dilihat bahwa
rugi, sedangkan penentuan rasio bagi
perkembangan perbankan syari’ah di
hasil memperhitungkan kemungkinan
Indonesia memiliki keunggulan
untung rugi. Perbankan syari’ah dapat
tersendiri yaitu di samping bertumpu
lebih berperan sebagai perbankan
pada sektor keuangan, juga lebih
investasi dengan sistem bagi hasilnya,
bertumpu pada sektor riil yang
sedangkan perbankan konvensional
bertujuan untuk mensejahterakan
setiap kegiatannya selalu dengan sistem
masyarakat dan peningkatan sistem
pembungaan uang.
perekonomian. Selain itu keunggulan
dalam struktur lembaga yang 2. Saran
berwenang dalam pengembangan Prinsip bagi hasil merupakan ciri
perbankan syari’ah, yaitu adanya khas dalam perbankan syari’ah dan
Dewan Syari’ah Nasional yang bertugas menjadi landasan dasar operasional
mengawasi operasional bank dan pada bank syari’ah. Hadirnya prinsip
produk-produknya agar sesuai dengan bagi hasil merupakan jalan keluar dari
garis-garis syari’ah. Sehingga penggunaan bunga yang merupakan riba
menjadikan perbankan syari’ah di pada sistem perbankan. Sistem bagi
Indonesia masih tetap layak untuk terus hasil dalam perbankan syari’ah
berkembang. dilandasi oleh aturan agama Islam yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits,
D. PENUTUP yang menjadi rujukan dalam
1. Kesimpulan operasionalisasi perbankan syari’ah.
Prinsip-prinsip dasar bagi hasil Namun pada kenyataannya sistem bagi
pada perbankan syari’ah, terdiri dari : hasil yang berlandaskan prinsip-prinsip
Prinsip Kerjasama, Prinsip syari’ah belum diterapkan secara
Kepercayaan, Prinsip Kehati-hatian, menyeluruh dalam praktek

64
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

bermuamalah pada bank syari’ah, hal Burhanuddin S., Hukum Kontrak


Syari’ah, BPFE-Yogyakarta,
ini terlihat dari penentuan pola nisbah
Yogyakarta, 2009.
bagi hasilnya yang masih mengikuti
Euis Amalia, Keadilan Distributif
pola penentuan suku bunga pada
Dalam Ekonomi Islam, PT
perbankan konvensional yang mengarah RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2009.
kepada sistem ekonomi kapitalis. Perlu
adanya acuan yang jelas terhadap Gemala Dewi, Aspek-Aspek Dalam
Perbankan Dan Perasuransian
penentuan nisbah bagi hasil yang
Syari’ah Di Indonesia, Kencana
ditentukan oleh lembaga yang Prenada Media Group, Jakarta,
2004.
berwenang dalam bentuk peraturan
perundang-undangan atau fatwa dari Ifan Noor Adham, Tanggung Jawab
Sosial Bank Islami Teori dan
MUI sebagai landasan bagi bank-bank
Praktek, PT Citra Aditya Bakti,
syari’ah, agar tujuan perbankan syari’ah Bandung, 2010.
terwujud, yaitu untuk
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan
kemaslahatan/kesejahteraan umat. Lainnya, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2002.

E. DAFTAR PUSTAKA M. Syafi’i Antonio, Bank Islam, Gema


Insani, Jakarta, 2006.
Buku
Said Agil Husin Al-Munawar, Hukum
Abdullah Saeed, Bank Islam Dan Bunga Islam dan Pluralisme Sosial,
(Studi Kritis Interpretasi Editor Hasan M. Noer dan
Kontemporer Tentang Riba dan Musyafa Ullah, Penamadani,
Bunga), Pustaka Pelajar, Jakarta, Jakarta, 2004.
2008.
Sudarsono, Bank dan Lembaga
Abu Sura’i Abdul Hadi, Bunga Bank Keuangan Syari’ah Deskripsi
Dalam Islam, Diterjemahkan dan Ilusi,Ekonosia, Yoyakarta,
oleh : M. Thalib, Penerbit Al- 2004.
Ikhlas, Surabaya, 2000. Wirdyaningsih, Bank Dan Asuransi
Islam Di Indonesia, Prenada
Adiwarman A. Karim, Bank Islam : Media, Jakarta, 2005.
Analisis Fiqih dan Keuangan,
PT RajaGrafindo Persada, Wiroso, Penghimpunan Dana dan
Jakarta, 2004. Distribusi Hasil Usaha Bank
Syari’ah, PT Grasindo, Jakarta,
Amir Machmud dan Rukmana, Bank 2005.
Syari’ah (Teori, Kebijakan, dan
Studi Empiris di Indonesia), Zainuddin Ali, Hukum Perbankan
Penerbit Erlangga, Jakarta, 2010. Syari’ah, Sinar Grafika, Jakarta,
2010.

Artikel

65
Novita Lestari Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

Bank Muamalat, Nisbah Dan Tarif,


http://www.muamalatbank.com,
21 April 2012.

Peraturan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008tentang Perbankan
Syari’ah.

66

You might also like