You are on page 1of 19

PEMBERDAYAAN SEKTOR INFORMAL

DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT

Drs. Amir Dedoe, M.Si*

Abstract

This research aims to explain wheater government intervention in the form of


capitalization, education, training/skill, and organization estabilishment could form
ators of informal sector in increasing their income, and analyze the impact of
government intervention on the increase of community income of informal sector.
This research was a case study used a descriptive-qualitative analysis. The data were
obtained through observation and in depth interview. The sample was selected using
purposive sampling method. Since the actors of informal sector working as sidewalk
traders were divided into certain groups, the key informant were also selected
purposively. These groups were the sidewalk traders who were not married and that
been working for less than five years and the ones who were maried and had been
working for more than five years. The data were than processed using qualitative
analysis.
The results show that the participation of informant in informal sector activity as
sidewalk traders in Sungailiat village is caused by their family’s economic condition.
The factors affecting the business of sidewalk trades are economic need and limited
capital. The prospect of business development of sidewalk traders indicates a
positive trend by obtaining capital aid from the local government of Bangka Regency
accompanied by forming institution. By such and aid, the sidewalk traders could
increase their business volume and develop it by making use of the strengthening of
existing institution.

Keyword :

Empowerment and informal sector

I. PENDAHULUAN terjadi di negara-negara sedang


1.1 Latar Belakang Masalah1 berkembang termasuk Indonesia.
Di Indonesia, munculnya dilema Fenomena dualisme ekonomi yang
ekonomi informal adalah sebagai melahirkan sektor informal ini
dampak dari makin kuatnya proses menunjukkan bukti adanya keterpisahan
modernisasi yang bergerak bias, menuju secara sistem empiris antara sektor
sifat-sifat yang dualistis. Bias informal dan formal dari sebuah sistem
pembangunan secara makro akan ekonomi nasional. Hal ini sekaligus
menghasilkan sistem ekonomi lain yaitu memberikan legitimasi ekonomi dan
sektor informal, yang sebagian besar politik bahwa perekonomian suatu
negara mengalami stagnasi dengan
*
Penulis adalah Dosen pada Jurusan Sosiologi, tingkat pengangguran yang sangat tinggi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Bangka Belitung.
1
dan ketimpangan sosial ekonomi yang kota Sungailiat dimaksud inilah,
cukup besar. sehingga studi ini dilakukan di lokasi
Persoalan yang menyangkut penelitian. Untuk mempertajam
pedagang kaki lima banyak dilihat dari penyelidikan dan analisa, kegiatan sektor
segi kebijaksanaan menata lingkungan informal dalam studi ini pada bidang
fisik perkotaan semata. Kebijaksanaan penjual tetap yang terdiri dari penjual
yang dikeluarkan untuk mengatasi buah dan penjual pakaian.
pedagang kakilima di kota-kota besar Sebagaimana studi-studi terdahulu
pada umumnya dan kota kecil temasuk memaparkan, permasalahan tentang
kota Sungailiat pada khususnya upaya pembinaan sektor informal
eksistensi dari intervensi pemerintah khususnya dalam penjual buah-buahan
sangat bermakna buat pedagang dan pakaian di kota Sungailiat upaya
kakilima atau pekerja sektor informal. meliputi pembinaan ketenagakerjaan dan
Salah satu penyebab tumbuh penciptaan peluang kerja yang belum
suburnya sektor informal di kota tertampung dalam sektor formal,
Sungailiat yang secara kualitas cukup khususnya menyangkut peningkatan
banyak dan dinamikanya cukup pendapatan sebagai wujud dari
menonjol dalam kesehari-harian. Salah intervensi pemerintah dalam aspek
satu penyebab tumbuh suburnya sektor pembinaan keterampilan, pembinaan
informal di kota Sungailiat adalah permodalan dan pembinaan organisasi.
terbatasnya kemampuan mengakses
pekerjaan pada sektor formal termasuk 1.2. Rumusan Masalah
pinjaman modal bagi pelaku ekonomi Masalah yang akan dikaji dalam
kecil dan menengah sebagai bentuk dari penelitian ini berkaitan dengan
intervensi pemerintah serta terbatasnya pengembangan sektor informal yang
kemampuan mengeksploitasi sumber berkenaan dengan intervensi pemerintah
daya alam, dan semakin tingginya berupa pembinaan sektor informal
pertumbuhan serta mobiltas penduduk. khususnya penjual buah-buahan serta
Walaupun dalam pengamatan sepintas penjual pakaian pada kota Sungailat
tidak diperoleh data yang akurat Kabupaten Bangka dalam peningkatan
mengenai besarnya jumlah pekerja penghasilan para pelaku sektor informal
sektor informal di kota Sungailiat, itu sendiri
karena tidak adanya data statistik yang Bekenaan dengan hal tersebut
dijadikan pegangan maupun administrasi maka peranyaan yang timbul adalah :
kependudukan yang belum lengkap dan 1. Bagaimana bentuk intervensi
masih dalam taraf pembinaan, namun pemerintah terhadap pelaku sektor
secara kualitatif dapat diperoleh bahwa informal.
kehidupan sosial dan ekonomi di kota 2. Bagaimana dampak intervensi
Sungailiat, banyak diwarnai dengan pemerintah terhadap peningkatan
dinamika kegiatan sektor informal. pendapat.
Atas dasar dinamika dan kegiatan
sektor informal yang cukup menonjo di

2
1.3. Tujuan Penelitian dilakukan untuk melihat kelompok
a. Untuk mendeskripsikan bagaimana ditempat lain yang telah berhasil
bentuk intervensi pemerintah meningkatkan produktivitas kerja
terhadap pelaku sektor informal. organisasi.
b. Untuk menganalisis bagaimana c. Manajemen Sumber Daya Manusia.
dampak intervensi pemerintah Kegiatan ini menjamin bahwa
terhadap peningkatan pendapatan kesejahteraan masyarakat dapat
pelaku sektor informal. ditingkatkan apabila mereka mau
mengelola sumber daya dengan baik
1.4. Tinjauan Pustaka termasuk didalamnya adalah kegiatan-
Tikson, (dalam Sani, 2000) kegiatan pengembangan organisasi
menjelaskan bahwa terdapat beberapa sosial yang dapat melakukan fungsi
kegiatan yang dapat dijadikan tolak ukur pelayanan sosial seperti perumahan,
dalam proses pemberdayaan masyarakat pendidikan, kesehatan, rekreasi,
yaitu : transportasi dan kegiatan lain yang
a. Pengorganisasian Masyarakat. dianggap perlu. Disamping itu organisasi
Bidang ini berkenaan dengan ekonomi diperlukan luas sehingga dapat
peningkatan partisipasi masyarakat yang memperluas lapangan kerja. Konservasi
dapat dilakukan secara efektif melalui dan rehabilitasi lingkungan demi
pengorganisasian . Masyarakat dapat terciptanya pembangunan ekologi dan
diorganisasikan kedalam beberapa ekosistem juga mendapat perhatian.
bentuk seperti organisasi kewilayahan Mac Pherson, (dalam Soetomo,
yang luas, organisasi sektoral dan 1987:26) mengatakan bahwa community
jaringannya atau aliansi dan koalisi. development merupakan suatu gerakan
Organisasi-organisasi ini merupakan alat yang dirancang memajukan kehidupan
masyarakat untuk menyatakan kehendak yang lebih baik seluruh komunita
mereka dan untuk memengaruhi proses dengan pertisipasiaktif yang jika
perubahan yang diinginkan. mungkin atas prakarsa masyarakat,
b. Penguatan Kelembagaan. tetapi jika prakarsa itu tidak datang
Kegiatan ini pada dasarnya secara spontan, digunakan teknik untuk
merupakan penguatan kemampuan merangsang dan membankitkannya
organisasi yang telah ada dengan dengan maksud mendorong tanggapan
meningkatkan unsur pengetahuan, aktif dan antusias terhadap gerakan itu.
keterampilan dan sumber daya yang lebih lanjut ia mengatakan bahwa
termasuk di dalamnya proses perguliran, pokok-pokok pikiran community
manajemen, kemandirian kelompok, development tersebut semakin
norma dan nilai yang dianut organisasi memasyarakat secara internasional yang
agar kegiatan kolektif menjadi lebih pada umumnya mengandung beberapa
efektif dan efisien. Dalam penerapannya prinsip yaitu:
penguatan kelembagaan banyak a. Mempersatukan usaha dari rakyat
dilakukan melalui pelatihan untuk rakyat dengan usaha
keterampilan dan studi banding pemerintah.

3
b. Memajukan usaha ekonomi, sosial tanpa bantuan pemerintah. Sejalan
dan kebudayaan dengan itu maka dalam membangun
c. Mengintegrasikan komunitas dengan ekonomi masyarakat diperlukan difusi
masyarakat rasional. (Soetomo, modal, teknologi dan lembaga dari
2006:99) pemerintah kepada masyarakat.
Dengan demikian maka community Ketidakberayaan ekonomi suatu
development adalah merupakan gerakan masyarakat ditandai engan adanya
untuk membantu lapisan yang lemah hambatan dalam pertumbuhan ekonomi.
dalam menghadapi yang kuat, dengan Menurut Hagen (dalam Cangara
perkataan lain bahwa community 2006:143) bahwa hambatan itu berupa
development adalah perjuangan untuk terjadinya lingkaran setan antara
melawan eksploitasi dengan muara pendapatan yang rendah yang
perjuangan tersebut adalah perubahan mengakibatkan tidak mungkinnya terjadi
struktural dan kultural. Dalam pertambahan modal juga terjadinya
memahami pembangunan model ini, demonstration effect, serta kondisi pasar
Cristenson dan Robinson, (dalam yang tidak merangsang investasi baru.
Soetomo, 1989 : 3) mengatakan bahwa Hmbatan-hambatan seperti itulah yang
community development dapat meyebabkan terbentuknya kelompok
mengantisipasi permaalahan dan marjinal di dalam kehidupan ekonomi.
kebutuhan lokal serta dapat merumuskan Untuk memberdayakan kelompok
program yang berdampak lokal. Hal ini marjinal perkotaan demikian diperlukan
disebabkan karena : adanya intervensi dari kelompok
a. Sifatnya yang merangsang inisiatif eksternal yang lebih maju, atau perlu
lokal dan melibatkan masyarakat diberi bantuan agar kelompok marjinal
dalam perubahan sosial ekonomi. dapat mengatasi ketidakberdayaan yang
b. Membangun saluran komunikasi dialaminya. Dikatakan Nash (dalam
dalam meningkatkan solidaritas. Cangara. S, 2006:143) perlu dilakukan
c. Memperbaiki kesejahteraan pada suatu transformasi dari suatu tipe umum
level komunitas baik dalam aspek perekonomian yang maju ke tipe
sosial, ekonomi, maupun kultural, perekonomian atau masyarakat miskin,
(Soetomo, 2006:123). karena itulah dalam kasus intervensi ini
Berdasarkan tiga rumusan program perlu dilakukan pemencaran atau
tersebut, maka dalam pelaksanaannya diffusion dalam pertumbuhan ekonomi
community development dapat dan perubahan kultural. Teori Difusion
melengkapi program-program dari Nash menyatakan bahwa
pemerintah melalui hubungan kerja yang pembangunan adalah pemencaran
rasional dengan pemimpin dan tokh- (diffusion) unsur-unsur kultural dari
tokoh masarakat guna memecahkan negara-negara maju ke negara-negara
masalah-masalah lokal yang diharapkan terbelakang.
dapat mendorong warga masyarakat Faktor yang perlu di difusikan
secara bersama-sama berinsiatif untuk adalah (1) Pengetahuan, (2)
melakukan tindakan sosial dengan atau Keterampilan, (3) Organisasi, (4) Nilai-

4
nilai, (5) Teknologi, dan (6) Modal. (bargaining position) dalam menghadapi
Nash yakin dengan difusi maka secara eksploitasi yang diterimanya.
bertahap masyarakat miskin pada Ketidakberdayaan dan kerentanan dalam
negara-negara berkembang akan dapat penelitian ini dimaknai sebagai
memperbaiki kualitas kehidupan ketidakberdayaan ekonomi.
ekonomi mereka. Tanpa itu masyarakat Rendahnya pendapatan
akan terus terbelenggu oleh kemiskinan menyebabkan tidak adanya
mereka (Nash dalam Cangara, S. kemungkinan untuk bertumbuhnya
2006:143) modal, selanjutnya ketiadaan
Pada difusi modal, Frank(1984: pertumbuhan modal menyebabkan
34-35) menemukan bahwa ternyata lebih keuntungan atau pendapatan usaha
banyak menguntungkan ekonomi kuat menjadi rendah.
(pusat) daripada ekonomi lemah Jadi kemampuan pertumbuhan
(pinggiran), kelompok ekonomi kuat modal, kemampuan usaha menghasilkan
lebih banyak menarik surplus (sektor surplus, dan ada tidaknya kerentanan
informal) daripada modal yang usaha adalah indicator-indikator dari
didifusikan kembali. keberdayaan ekonomi pedagang
Menurut Evans (Syamsuri, informal.
2002:21) memang hubungan ekonomi
kuat lebih dominan dan berkemampuan 1.5. Skema Kerangka Pikir
dalam hal akumulasi modal, sehingga Berdasarkan dari tinjauan pustaka
lebih banyak diuntungkan. yang telah disampaikan di atas, maka
Akibat lanjut dari eksploitasi pada penulis menyusun kerangka pikir
difusi modal dan lembaga-lembaga sebagai berikut :
adalah munculnya ”defrivation trap” Pemberdayaan
yang terwujud dalam (a) kemiskinan, (b) Masyarakat
kelemahan fisik, (c) keterasingan, (d)
kerentanan, (e) ketidakberdayaan
Pembinaan Pembinaan Pembinaan
(Chambers dalam Cangara, S. 2006:152) Keterampilan Permodalan Organisasi
Kerentanan dan ketidakberdayaan Kewirausaha Kredit Bank Paguyuban
adalah dua hal yang paling penting dari an

kelimanya. Kerentanan adalah


Peningkatan
ketidakmampuan masyarakat miskin Pendapatan
untuk menyediakan sesuatu untuk Keluarga
menghadapi situasi darurat sehingga
dapat berubah menjadi ”roda penggerak
kemiskinan” (poverty rackets). Pelaku Sektor
Sedangkan ketidak berdayaan adalah Informal
ketidakmampuan masyarakat miskin
untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai
dengan yang diinginkan, sebagai akibat Kesejahteraan
tidak adanya kekuatan pada posisi tawar Keluarga

5
Gambaran di atas Kepulauan Bangka Belitung sebagai
memperlihatkan bahwa pertumbuhan wilayah sampel. Pemilihan lokasi ini
atau perkembangan usaha dari pelaku dilakukan secara purposive (disengaja)
sektor informal dipengaruhi dari yang didasarkan atas pertimbangan :
intervensi pemerintah dalam bentuk - Bahwa di lokasi ini banyak terdapat
pembinaan pembekalan keterampila, pedagang kakilima.
pembinaan organisasi, dan termasuk - Umumnya berasal dari berbagai
bantuan permodalan, sehingga terdapat karakteristik.
keberdayaan masyarakat utamanya Adapun waktu penelitian
terhadap pelaku sektor informal dilaksanakan selama 2 dua) bulan yakni
khususnya dalam upaya peningkatan bulan Januari s/d bulan Februari 2010.
pendapatan yang berimplikasi terhadap
kesejahteraan keluarga. 2.3 Teknik Penentuan Informan
Informan adalah orang yang
II. METODE PENELITIAN dimanfaatkan untuk memberikan
2.1 Tipe Penelitian informasi tentang situasi dan kondisi
Berdasarkan dari pada tujuan latar penelitian (Moleong dalam E.
penelitian ini maka jenis penelitian Pandu, 2006 : 121). Dalam penelitian ini
adalah tipe penelitian deskriptif – penentuan informan utama (informan
kualitatif dengan dasar (metode) studi kunci) maupun informan penunjang
kasus. Dalam hal ini fenomena yang dilakukan secara sengaja (purposive).
akan dianalisa secara mendalam adalah Walaupun demikian untuk informan
pedagang kakilima di sektor informal di utama (informan kunci), berhubung
pasar ikan Kelurahan Sungailiat pelaku sektor informal yang bekerja
Kabupaten Bangka. sebagai pedagang kakilima yang menjadi
Sedangkan pendekatan yang obyek penelitian terbagi kedalam
digunakan dalam penelitian ini adalah kelompok-kelompok tertentu, maka
pendekatan kualitatif. Dengan dalam penentuan informan utama
pendekatan kualitatif, maka data-data (informan kunci) secara purposive juga.
yang diperoleh dalam prosedur Sehubungan dengan penelitian
penelitian ini merupakan data deskriptif, yang dilakukan ternyata data dan
yakni data-data dalam bentuk kata-kata informan yang dibutuhkan berkaitan
tertulis atau lisan serta hasil pengamatan dengan pokok permasalahan utama
perilaku dari orang-orang yang diamati penelitian sudah dapat diperoleh dari
(Bogdan dan Taylor dalam Moleong, kasus pedagang kakilima di Pasar Ikan
2000 : 3) Kelurahan Sungailiat berdasarkan
kriteria yang sudah ditentukan, maka
2.2 Waktu dan Tempat Penelitian peneliti memutuskan berhenti pada
Penelitian ini dilakukan di jumlah informan utama (informan kunci)
kawasan Pasar Ikan yang berlokasi di sebanyak 7 keluarga pedagang kakilima
Kelurahan Sungailiat Kecamatan saja. Dari 7 kasus pedagang kakilima
Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi tidak ditemukan informasi yang sangat

6
bervariasi tetapi informasi ang berkaitan digunakan matriks yang disusun
dengan pokok permasalahan utama berdasarkan matriks yang digunakan
penelitian cenderung mengarah ke pada teknik analisis komponensial yang
kesamaan. dimodifikasi sesuai kebutuhan, sebagai
contoh analisis berikut ini :
2.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipergunakan untuk Komponen Pedagang Kakilima
pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah dengan cara : observasi, Difusi Modal
Pandangan Rendahnya Pendapatan,
Interview mendalam dan pedoman Teoritis ketiadaan pertumbuhan modal
wawancara. menyebabkan
Keuntungan atau pendapatan
usaha menjadi rendah
2.5 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya Tiga pendekatan
Pemberdayaan:
mencari dan menata secara sistematis Bantuan Modal.
catatan hasil observasi, wawancara Pendidikan
untuk meningkatkan pemahaman Pelatihan/Keterampilan
Pembinaan Organisasi
peneliti tentang kasus yang diteliti,
meningkatkan pemahaman ini dilakukan
dengan berupaya mencari makna, setelah Temuan Lapangan Kasus-kasus 1s/d 7
itu menyajikan hasil analisis ini sebagai
temuan bagi orang lain (Muhajir dalam Untuk menyimpulkan ada tidaknya
E. Pandu, 2006 : 126). dampak intervensi pemerintah terhadap
Untuk mendapatkan hasil analisis peningkatan pendapatan masyarakat
yang dapat dipertanggungjawabkan digunakan indikator-indikator sebagai
sesuai dengan permasalahan penelitian ukuran antara lain :
ini maka unit analisis ditentukan adalah Dampak intervensi pemerintah
kelompok pedagang kakilima di seputar terhadap peningkatan pendapatan diukur
Pasar Ikan Kelurahan Sungailiat. melalui adanya perlakuan kepada
Sehubungan dengan pendekatan ”pedagang kakilima” dalam :
yang digunakan dalam penelitian ini - Akses terhadap bantuan permodalan.
adalah penelitian kualitatif, maka teknik - Akses dalam pendidikan pelatihan
analisis data yang digunakan adalah dan keterampilan.
teknik analisis induktif-kualitatif; - Akses dalam pembinaan organisasi.
dimana penelitian kualitati tidak mencari
bukti untuk menerima atau menolak III. PEMBAHASAN
suatu hipotesis yang dirumuskan 3.1. Kasus Tujuh Orang Pedagang
sebelum peneliti memasuki lapangan, Kakilima Disekitar Pasar Ikan
(Handayani dan Sugiarti dalam E. Kelurahan Sungailiat
Pandu, 2006 : 127). Ketujuh pedagang kakilima yang
Untuk memudahkan dalam menjadi informan dalam penelitian ini
mengumpukan hasil temuan di lapangan diasarkan pada tiga kriteia pokok yang

7
menjadi acuan bagi penelitian ini. Ketiga banyak pula yang memerlukan
kriteria tersebut adalah pertama, keterampilan terutama dalam kegiatan
pedagang kakilima yang belum berumah usaha mandiri seperti halnya penjual
tangga dan kedua, pedagang kakilima buah, pakaian, asesoris, pembantu,
yang sudah berumah tangga dan yang tukang batu, pengecat dan sebagainya.
ketiga pedagang kakilima yang telah Keadaan umum yang berlaku
melakukan kegiatan kewirausahaan ini dalam sektor informal seperti yang
selama kurun waktu 0 -5 tahun dan 5 diuraikan di atas, berlaku pula dalam
tahun keatas, dengan masing-masing kehidupan berusaha para pedagang
kelompok berjumlah dua orang sebagai kakilima di Kelurahan Sungailiat.
informan. Pedagang kakilima yang menjual buah,
pakaian, asesoris dan beberapa bentuk
3.2 Bentuk Intervensi Pemerintah kegiatan lainnya tentu saja harus
Terhadap Pelaku Sektor Informal mempunyai keterampilan khusus yang
Untuk memberdayakan kelompok berhubungan dengan jualan yang
marjinal perkotaan demikian diperlukan ditawarkannya. Dari informan pedagang
adanya intervensi dari kelompok kakilima yang dijumpai.
eksternal yang lebih maju, atau perlu “Seperti pada kasus Yen/38
diberi bantuan agar kelompok marjinal tahun berasal dari Padang,
dapat mengatasi ketidakberdayaan yang misalnya yang merupakan salah
satu penjual pakaian menyatakan,
dialaminya. Dikatakan Nash (dalam
bahwa sejak awal dan menetap di
Cangara,S.2006:143) perlu dilakukan Bangka sampai sekarang telah
suatu transformasi dari suatu tipe umum menjual pakaian karena mencari
perekonomian yang maju ke tipe kerjaan pada sektor lain (formal)
perekonomian atau masyarakat sangatlah sulit sementara bekerja
miskin.karena itulah dalam kasus di TI (tambang inkonveisional)
intervensi ini perlu dilakukan dengan dua orang anak yang
menjadi tanggungan terkadang
pemencaran atau “diffusion” dalam
penghasilan tidaklah mencukupi
pertumbuhan ekonomi dan perubahan bahkan jauh dari cukup. Kendala
kultural. yang dihadapi dalam
Adapun bentuk intervensi yang mengembangkan usaha ada dua
perlu dilakukan pemerintah sebagai hal petama adalah faktor modal
pemencaran atau diffusion termasuk di karena kalau kita memiliki
dalamnya adalah aspek keterampilan sedikit modal sangat sulit untuk
meningkatkan pendapatan karena
(pendidikan/pelatihan), permodalan, dan
modal itulah yang diputar, variasi
pembinaan organisasi. jenis jualan juga terbatas (tidak
a. Aspek Pelatihan Keterampilan lengkap) jadi banyak pembeli
Banyak pekerjaan di dalam sektor biasanya beralih membeli di
informal yang tidak memerlukan toko-toko pakaian terdekat, dan
keterampilan sepert halnya, kuli kedua keterampilan berusaha,
karena banyak diantara kita
pelabuhan, buruh lepas, penjaja rokok,
beralih kesektor ini karena
pengumpul barang-barang bekas namun minimnya keterampilan serta

8
tidak terakses pada sektor formal keterampilan, dimana sifat pribadi akan
jadi kami melihat pendidikan lebih banyak ditentukan oleh pribadi dan
pelatihan sangat dibutuhkan. falsafah hidupnya yang selanjutnya akan
Selama saya jualan baru satu
lebih menemukan motivasinya
kali dapat kesempatan mengikuti
pelatihan keterampilan usaha sedangkan keterampilan dapat diperoleh
yang difasilitasi oleh PT.Timah melalui pendidikan serta
Tbk bekerja sama dengan pengalamannya, sementara sarana usaha
Departemen Koperasi kala yang berupa tempat usaha,
itu”.(Dialog dengan Yen perlengkapan, barang yang didagangkan,
pedagang pakaian, hari Minggu maupun tidak terlihat seperti organisasi,
tanggal 10 Januari 2010)
sistem prosedur dan pembinaan usaha.
Pembinaan dalam hubungannya dengan
Berdasarkan hasil wawancara
kegiatan usaha dikalangan pedagan
dengan informan sebagaimana yang
kakilima di kota Sungailiat, pada
dikemukakan oleh Yetendra di atas
umumnya adalah berupa pembinaan
menunjukkan bahwa untuk kegiatann
permodalan.
usahanya diperlukan keterampilan. Hal
Adapun bentuk bantuan
ini dapat dimaklumi, karena setiap
permodalan oleh pedagang kakilima
kegiatan usaha memerlukan
sebagaimana yang dituturkan oleh Er
keterampilan tersendiri seperti halnya
adalah :
pedagang buah, pakaian, makanan dan
“Permasalahan kita hanya pada
sebagainya.
permodalan sehingga kita sangat
Pembinaan keterampilan dianggap berharap pada pemerintah untuk
penting oleh informan (pedagang dapat lebih memperhatikan kita
kakilima) yang menjual barang dengan memberikan bantuan
dagangannya berupa buah-buahan adalah modal usaha karena sejak awal
keterampilan menata serta merawat agar saya merintis usaha ini belum
awet dan kelihatan tetap segar, pernah mendapatkan bantuan
dari pemerintah berupa pinjaman
sedangkan pembinaan keterampilan bergulir sebagaimana pada
yang dianggap penting oleh pedagang pedagang kakilima dibeberapa
kakilima yang berdagang pakaian adalah daerah yang pernah saya jajaki,
pembinaan keterampilan selain menata kecuali dengan usaha secara
memahami selera konsumen terhadap mandiri mencoba mengajukan
barang yang lagi trendi dan tatkala bantuan kredit pada Bank yang
memberikan pinjaman dengan
pentingnya adalah memenaj keluar
sedikit persyaratan karena
masuknya barang termasuk keuangan kebanyakan dari kita calon
dalam pembukuan yang baik. nasabah ini sangat sulit
b. Aspek Permodalan mendapatkan bantuan pinjaman
Secara umum, kemampuan satu karena persyaratan yang begitu
unit kegiatan usaha akan ditentukan oleh banyak dan semua itu biasanya
faktor manusia dan sarana yang terkait di tidak lepas dari biaya-biaya
administrasi yang terkadang
dalamnya. Faktor manusia tercakup
tidak sedikit bagi level kita.
didalamnya sifat pribadi dan

9
Sejak saya jualan sudah dua kali c. Pembinaan dalam Aspek Organisasi
mengajukan permohonan Dalam dunia usaha yang semakin
bantuan pinjaman modal melalui kompleks ini sulitlah bagi usaha-usaha
Bank Syariah Kabupaten Bangka
perorangan untuk dapat bekembang atau
karena pada Bank ini
persyaratanya tidaklah terlalu untuk dapat menghindarkan diri dari
sulit jika dibandingkan pada kegagalan-kegagalan apalagi tidak
Bank-Bank lainnya”. (Dialog menjalin kerjasama dengan pengusaha-
dengan Er pedagang Pakaian hari pengusaha yang lain. Koperasi dan
Jum’at 22 Januari 2010). asosiasi adalah wadah-wadah yang tepat
untuk melakukan kerjasama antara
Lebih kurang sama seperti yang usaha-usaha tersebut, karena bentuk
dikemukakan oleh Yen bahwa bantuan organisasi ekonomi tersebut bertujuan
untuk memberikan pelayanan kepada
dalam bentuk permodalan dalam
anggota-anggotanya dalam rangka
menjalankan usaha pedagang kakilima memajukan usaha milik para anggota.
membutuhkan bantuan modal Hanya saja dari hasil penelitian
dilapangan mengambarkan kepada kita
sebagaimana dalam penuturan berikut :
bahwa para pedagang kakilima di kota
“Untuk itu dalam upaya Sungailiat belum terhimpun dalam suatu
meningkatkan pendapatan saya organisasi atau asosiasi seperti koperasi
sudah dua kali mengajukan
sebagaimana yang disampaikan oleh
permohonan pinjaman kredit di
Bank pertama pada Bank BRI informan kita Et sebagai berikut :
Unit Sungailiat dan selanjutnya “Keprihatinan saya selaku
setelah pinjaman pertama lunas penjual khususnya sebagai
saya kembali mengajukan pedagang kakilima kita tidak
pinjaman, tapi pada pinjaman punya payung hukum sehingga
kedua melalui Bank Syariah posisi kita sangat lemah dan
Kabupaten Bangka.” untuk menggalang kerja sama
dan solidaritas anggota sesama
Dari hasil penelitian lapangan pedagang kakilima di kota
Sungailiat kita punya
memberikan gambaran bahwa informan
paguyuban baik sebagai
memandang perlunya pemerintah turut penjual pakaian maupun
campur tangan dalam bentuk pembinaan sebagai penjual buah rutin pada
atau bantuan permodalan kepada para setiap bulannya mengadakan
pedagang kakilima berupa bantuan pertemuan sesama teman-
langsung seperti dana bergulir, serta teman dari penjual dipasar
mempermudah urusan administrasi Sungailiat ini bentuknya
semacam arisan anggota pada
dalam mengakses pinjaman kredit pada
setiap bulannya dan lumayan
bank dalam upaya meningkatkan volume untuk menambah modal kita.” (
usaha serta pendapatan bagi pedagang Dialog yang ke dua kalinya
kakilima itu sendiri. dengan Et, Rabu Siang tanggal
10 Februari 2010)

10
Hasil penelitian berdasarkan Tabel 3.1
wawancara di atas, menunjukkan bahwa Profil Dampak Intervensi Pemerintah
pedagang kakilima belum terhimpun Terhadap Peningkatan Pendapatan
dalam organisasi ekonomi secara formal Keluarga Informan
seperti koperasi dan asosiasi lainnya.
Kenyataan ini dalam kaitannya dengan Dam- Informan
pedagang kakilima di kota Sungailiat,
ternyata pada umumnya pedagang pak U Ye A Y E E S
kakilima belum menjadi anggota
koperasi, kecuali organisasi dalam s n b e r t ur
bentuk paguyuban oleh pedagang
n n
kakilima itu sendiri dengan tujuan
membangun aksi solidaritas kelompok Sebe- - - - - - - -
sesama pedagang kakilima dalam bentuk
arisan bulanan sekaligus menjadi lum
suntikan modal bagi kegiatan usahanya
yang mendapatkan undian dalam arisan Sesu-
+ + + + + + +
tersebut.
dah

1.3 Dampak Intervensi Pemerintah


Terhadap Peningkatan Pendapatan Keterangan : Tanda – berarti negatif dan
Pedagang Sektor Informal tidak berkembang sementara Tanda +
Seperti dikemukakan sebelumnya berarti positif dan berkembang
bahwa ketergantungan para pedagang
kakilima akan bantuan kredit baik dalam Untuk memahami dampak
bentuk modal financial maupun dalam inervensi terhadap peningkatan
bentuk kredit berupa bahan baku boleh pendapatan pada keluarga informan
jadi menjadi salah satu penyebab utama sebaiknya mari kita lihat bagaimana latar
yang mendasari tingkat kesejahteraan belakang mata pencaharian hidup yang
ekonomi mereka tetap berada pada identik dengan tingkat pendapatan
kondisi yang stagnan. informan sebelum memasuki sektor
Adapun gambaran pedapatan informal khususnya sebagai pedagang
pedagang kakilima sebagai dampak kakilima.
intervensi pemerintah dapat dilihat
bagaimana besar tingkat pendaptan 1.4 Analisis Terhadap Peningkatan
sebelum dan sesudah adanya intervensi Pendapaan Pedagang Kakilima
dari pemerintah: Pada umumnya pedagang kakilima
melakukan kegiatan usaha lebih
disebabkan oleh faktor kebutuhan
ekonomi untuk bertahan hidup (survival)
mengingat penghasilan mereka belum
bisa mencukupi kebutuhan ekonomi

11
keluarga yang bekerja sebagai Dalam pada itu, dengan intervensi
penambang timah, nelayan maupun yang dalam aspek modal melalui pinjaman
bekerja sebagai buruh bangunan. Selain kredit pada bank dan rentenir kegiatan
itu terdapat nilai-nilai yang sepertinya usaha para pedagang kakilima pada
sudah tertanam pada diri mereka dari dasarnya dapat dikembangkan karena
generasi kegenerasi sehingga menjadi mereka dapat memperoleh keuntungan
budaya. Nilai-nilai tersebut adalah nilai dari kegiatan usaha dengan bekerja
kawa (nilai harga diri atau martabat) sebagai pedagang kakilima. Dari
yang menjadi faktor pendorong kelompok yang berpenghasilan kecil
keterlibatan pedagang kakilima dalam karena memang tidak memiliki modal
kegiatan ekonomi produktif agar usaha sampai pada kelompok yang
kebutuhan rumah tangga mreka memiliki kemampuan untuk dapat
senantiasa terpenuhi. mengembalikan pinjaman kredit dari
Fenomena tersebut terefleksikan bank sekaligus menutupi kebutuhan
dalam ungkapan perihal pendapatan ekonomi keluarga. Selanjutnya,
mereka dengan mengemukakan bahwa “ peninggkatan keterampilan melalui
aduuh kasian “, dikit bae dak banyak ( pelatihan pendidikan keterampilan
sedikit saja dan tidak banyak). Atau menjadi sangat penting mengingat
dengan menggunakan kata-kata seperti “ tingkat pendidikan formal mereka yang
dak banyak, tapi adelah yang penting rata-rata tamat SMA ditambah dengan
ade gawe dan kawa dak ngemis ke’ faktor modal yang mereka miliki sangat
orang” (tidak banyak tetapi pastinya terbatas, menjadikan pedagang kakilima
ada, yang penting ada kegiatan serta tidak memiliki alternatif lain dalam
kemauan dan tidak meminta /mengemis memilih jenis pekerjaan, sebagaiamana
dengan orang lain). Sehingga dengan dalam petikan dialog bersama dengan
demikian, pedagang kakilima di Yen :
Kelurahan Sungailiat yang berasal dari “Seperti pada kasus Yetendra/38
berbagai daerah dengan kelompok etnik tahun berasal dari Padang,
dan budaya yang beragam bekerja misalnya yang merupakan salah
karena memang harus bekerja untuk satu penjual pakaian menyatakan,
mencari nafkah dalam rangka menutupi bahwa sejak awal dan menetap di
kebutuhan ekonomi keluarga. Bangka sampai sekarang telah
Sejalan dengan apa yang dikatakan menjual pakaian karena mencari
oleh Nash (dalam Cangara,S .2006:143) kerjaan pada sektor lain (formal)
perlu dilakukan suatu transformasi dari sangatlah sulit sementara bekerja
suatu tipe umum perekonomian yang di TI (tambang inkonveisional)
maju ke tipe perekonomian atau dengan dua orang anak yang
masyarakat miskin.karena itulah dalam menjadi tanggungan terkadang
kasus intervensi ini perlu dilakukan penghasilan tidaklah mencukupi
pemencaran atau “diffusion” dalam bahkan jauh dari cukup. Kendala
pertumbuhan ekonomi dan perubahan yang dihadapi dalam
kultural. mengembangkan usaha ada dua

12
hal petama adalah faktor modal kebanyakan dari kita calon
karena kalau kita memiliki sedikit nasabah ini sangat sulit
modal sangat sulit untuk mendapatkan bantuan pinjaman
karena persyaratan yang begitu
meningkatkan pendapatan karena
banyak dan semua itu biasanya
modal itulah yang diputar, variasi tidak lepas dari biaya-biaya
jenis jualan juga terbatas (tidak administrasi yang terkadang tidak
lengkap) jadi banyak pembeli sedikit bagi level kita. Sejak saya
biasanya beralih membeli di toko- jualan sudah dua kali mengajukan
toko pakaian terdekat, dan kedua permohonan bantuan pinjaman
keterampilan berusaha, karena modal melalui Bank Syariah
Kabupaten Bangka karena pada
banyak diantara kita beralih
Bank ini persyaratanya tidaklah
kesektor ini karena minimnya terlalu sulit jika dibandingkan pada
keterampilan serta tidak terakses Bank-Bank lainnya. (Dialog
pada sektor formal jadi kami dengan Er pedagang Pakaian hari
melihat pendidikan pelatihan Jum’at 22 Januari 2010)
sangat dibutuhkan. Selama saya
jualan baru satu kali dapat Dari dua petikan wawancara
kesempatan mengikuti pelatihan bersama dengan informan di atas
keterampilan usaha yang bantuan /intervensi berupa bantuan
difasilitasi oleh PT.Timah Tbk modal dan pelatihan pendidikan
bekerja sama dengan Departemen keterampilan dibutuhkan bagi informan
Koperasi kala itu.”(Dialog dengan guna meningkatkan volume usahanya
Yen pedagang pakaian, hari untuk mendapatkan penghasilan yang
Minggu tanggal 10 Januari 2010) lebih baik.
Penting untuk diingat bahwa
Harapan Yen senada dengan Er, meskipun pendapatan mereka tergolong
sebagaimana dalam petikan wawancara pas-pasan, namun tidak jarang mereka
berikut : gunakan untuk membeli barang-barang
“Permasalahan kita hanya pada kebutuhan sekunder yang memerlukan
permodalan sehingga kita sangat
biaya relatif lebih mahal daripada
berharap pada pemerintah untuk
dapat lebih memperhatikan kita sekedar untuk memenuhi kebutuhan
dengan memberikan bantuan hidup sehari-hari. Inipun pada dasarnya
modal usaha karena sejak awal bisa dimaklumi oleh karena tingkat
saya merintis usaha ini belum pendidikan mereka yang masih sangat
pernah mendapatkan bantuan dari terbatas sehingga menyebaban kesadaran
pemerintah berupa pinjaman akan perencanaan dalam skala perioritas
bergulir sebagaimana pada
pedagang kakilima dibeberapa kebutuhan hidup sangat bercorak
daerah yang pernah saya jajaki, konsumtif dengan gaya hidup
kecuali dengan usaha secara konsumerisme, yakni pemenuhan akan
mandiri mencoba mengajukan kebutuhan secara berlebihan demi
bantuan kredit pada Bank yang naiknya gengsi.
memberikan pinjaman dengan
sedikit persyaratan karena

13
Dengan gaya hidup konsumerisme dijelaskan bahwa bentuk intervensi
sebagaimana tersebut di atas, maka pemerintah terhadap pedagang kakilima
program pemberdayaan masyarakat yang dalam aspek pendidikan pelatihan
dicanangkan pemerintah Kabupaten keterampilan rendah, dari tujuh orang
Bangka melalui pemberian bantuan informan hanya satu diataranya yang
modal usaha diduga tidak akan pernah mendapatkan pelatihan
menghasilkan perubahan yang cukup kewirausahaan, sementara dalam aspek
signifikan dalam konteks perubahan pola permodalan tergolong besar dalam arti
perilaku para penggiat usaha pedagang dari tujuh orang informan enam orang di
kakilima. Maka dari itu, menurut hemat antaranya pernah mendapatkan bantuan
penulis untuk lebih mengefektifkan modal berupa pinjaman kreedit dari bank
program pemberdayaan tersebut akan BRI dan Bank Syariah kecuali satu
lebih baik jika pemerintah menekankan diantaranya pada kasus Sur beralih pada
pula aspek perubahan pola pikir rentenir karena sulitnya mengakses
masyarakat khususnya pola pikir para pinjaman dari Bank setelah ditunggu
penggiat kegiatan usaha pedagang dari sekian lama setelah pengajuan tidak
kakilima itu sendiri. kunjung keluar dan dalam aspek
Tabel 3.2 pembinaan organisasi sangat-sangat
Profil Bentuk Intervensi Pemerintah rendah dan bahkan dapat dikatakan tidak
Terhadap Informan ada kecuali inisisatif pedagang kakilima
Pedagang Kakilima itu sendiri dengan membentuk
paguyuban dalam bentuk arisan bulanan.
Bentuk Informan
U Y A E E Aa S
sn en b r t m ur II. PENUTUP
-Aspek - + - - - - - 4.1 Kesimpulan
pendidika Dari hasil pembahasan dan analisis
n/
pelatihan + + + + + + - kasus tersebut di atas, maka dapatlah
Keterampi * * * * * * * diketengahkan sebagai kesimpulannya
lan
-Aspek
adalah sebagai berikut :
Permodala 1. Bentuk intervensi pemerintah sebagai
n pemberdayaan terhadap sektor
-Aspek
pembinaan informal pada pedagang kakilima di
organisasi seputar pasar Ikan Kelurahan
Keterangan : Tanda + ada/mendapatkan, Sungailiat tidak diketemukan adanya
Tanda – berarti tidak ada/tidak pemberdayaan dalam aspek
mendapatkan, Tanda * berarti ada pembinaan organisasi kecuali inisiatif
dengan inisiatif pedagang kakilima itu pedagang kakilima itu sendiri dengan
sendiri. membentuk kelompok paguyuban
pedagang kakilima kelurahan
Dari tabel 3.4.1 profil bentuk Sungailiat.
intervensi pemerintah terhadap keluarga 2. Pelaksanaan program intervensi
informan pedagang kakilima dapat sebagai bentuk pembedayaan

14
masyarakat khususnya pedagang DAFTAR PUSTAKA
kakilima di seputar Pasar Ikan
Bagong Suyanto dan Karnaji, 2005.
Kelurahan Sungailiat dalam aspek
Kemiskinan dan Kesenjangan
permodalan berdampak positif
Sosial, Airlangga University
terhadap peningkatan pendapatan
Press, Surabaya.
bagi pedagang kakilima.
Bodhan, 2001. Metodologi Penelitian
4.2. Saran Kualitatif, PT.Raja Grafindo
1. Pedagang kakilima di Kelurahan Persada, Jakarta.
Sungailiat memiliki kemampuan
menciptakan lapangan kerja baik Cangara, S. 2006. Pengaruh Eksploitasi
untuk dirinya sendiri, keluarga dan Difusi Modal dan Lembaga,
masyarakat disekitarnya serta mampu Internalisasi Nilai Agama
memberikan pendapatan yang cukup Islam dan Budaya Siri Terhadap
besar bagi dirinya, keluarga dan para Keberdayaan Ekonomi dan Karsa
pekerjanya. Untuk itu perlu Dalam Kehidupan Sosil
pengakuan yang lebih nyata terhadap Ekonomi , Disertasi, Universitas
kegiatan usaha yang dijalankan oleh Padjadjaran, Bandung.
pedagang kakilima tersebut terutama
Czuba, Cheryl, 2000. Empowermet, zuba
dari pihak-pihak terkait seperti
a caurt, Michigan Cag Uncom Edu
perbankan ataupun pihak pemerintah
daerah sebagai implementasi dari Darmawan, S. Kuliah Perencanaan dan
pemberdayaan masyarakat. Pembangunan Sosial, Tanggal 7
2. Dari segi skala usaha, kegiatan usaha April 2009, Makassar.
yang dilakoni oleh para pedagang
kakilima di Kelurahan Sungailiat Dewi, K. 1987. Pendidikan yang
cukup besar baik dari segi tenaga Diperukan Dalam Pengembangan
kerja, sumbangan pendapatan Kemandiran Wanita, Yayasan
terutama pada usaha jual buah dan Annisa, Yogyakara.
pakaian. Untuk itu diharapkan agar
Faisal, Sanapiah, 1999. Format-format
pemerintah daerah lebih
Penelitian Sosial. Rajawali Press,
memperhatikan kegiatan-kegiatan
Jakarta.
usaha pelaku pedagang kakilima
tersebut terutama terkait dengan Farooq, G.M. 1984. Population and
masalah permodalan, Employment in Developing
pembekalan/pelatihan pendidikan Countrie, ILO, Geneva.
keterampilan dan pembinaan
organisasi dalam upaya peningkatan Frank,A.G. 1984. Sociology of
pendapatan masyarakat khususnya development and
pelaku pedagang kakilima itu sendiri. underdevelopment of sociology.
Terjemahan Pustaka Pulsar.

15
PT. Sangkala Pulsar Indonesia. Johnson. D.P. 1996. Soiologial Theory
Jakarta. Classial founders and
Contemporery Perspektives.
Friedman Jhon, 1992. Empowerment; Alih Bahasa Lawang, MZ. Tori
The Politics Of Alternative Sosiologi Klasik danMdern.
Developmet, Blacwell Publisher, Grmedia, Jakarta.
Cambridge.
Karnaji, 2008. Nadi Kehidupan Kota itu
Goleman, Daniel. 2003. Emotional Bernama PKL.
Inelegence (Kecerdasan (online).http/www.kompas.com/
Emosional), PT. Gramedia kompas.ceak/10204/Jatim/nadi39.
Putaka Utama, Jakarta. htm. diakses 15 Oktober 2009.
Hart, K. 1985. Sektor Informal, Dalam Kartasasmita, Ginanjar, 1996.
Manning an Effendi T.H. Pemberdayaan Masyarakat,
Ubanisasi, Pengangguran, dan Pembangunan yang berakar pada
Sektor Informal Di Kota, PT. Masyarakat, Bappenas, Jakarta.
Gramedia, Jakart.
Koentjaraningrat, 1989. Kebudayaan
Hart, K. 1993. Informal Income Mentalitas dan Pembangunan,
Opportunities and Urban Gramedia, Jakarta.
Employment in Ghana Journal of
Modern African Studies, Vol. II, Koordinator Statistik Kecamatan
No 4. Sungailiat, 2008. Kecamatan
Sungailiat Dalam Angka 2008,
Hidayat, 1978. Sektor Informal dan Badan Pusat Statistik Kabupaten
Struktur Ekonomi Indonesia, Bangka, Sungailiat Bangka.
Lembaga Penelitian Sosial
Universitas Indonesia, Jakara. Laeyendecker, 1983. Tata, Perubahan
dan Ketimpangan Suatu Pengantar
_______, 1985, Migrasi Tenaga Kerja Sejarah Sosiologi, Gramedia,
dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta.
Lembaga Demogrfi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Manning, Chris & Tajuddin Noer
Jakata. Effendi, 1996. Urbanisasi,
Pengangguran dan Sektor
_______, 1988, Posisi dan Peran Informal di Kota, Yayasan Obor
Strategis Sekor Informal Dalam Indonesia, Jakarta.
Perekonomian Indonesia.
Makalah dalam seminar Maria E. Pandu, 2006. Gender Di Tanah
Mobilitas Penduduk dan Sektor Mandar Studi Kasus Kesetaraan
Infomal diselenggarakan dan Kemitraan Terpadu pada
oleh Pusat Studi Kependudukan Komunitas Nelayan Mandar di
UGM, Yogyakart. Lingkungan Ranggas Barat,
Kelurahan Totoli,Kecamatan

16
BanggaE, Kabupaten Majene, Kepemimpinan, Usaha Nasional,
Disertasi, Universitas Hasanuddin, Surabaya.
Makassar.
Sairin, Sjafri. 2002. Perubahan Sosial
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Masyarakat Indonesia. Perspektif
Penelitian Kualitatif. PT.Remaja Antropologi. Pustaka Pelajar.
Rosdakarya, Bandung. Yogyakarta.

Nasikun, 1980. Urbanisasi Berlebih, Sani,M.Y, 2000. Manusia, Kebudayaan


involusi Perkotaan dan dan Pembangunan, Laboratorium
Radikalisme Politik di Negara- Pembangunan Masyarakat,
negara berkembang. Prisma. Program Pascasarjana Unhas,
Makassar.
Nasution, M.Z.. 1988. Sektor Informal di
Perkotaan. Makalah dalam Simanjuntak, P.Y. dan Pasaribu, 1980.
Seminar Mobilitas Penduduk Membina dan Mengembangkan
dan Sektor Informal Puat Studi Generasi Muda. Transito,
Kependudukan UGM, Yogyakarta. Bandung.

Pamudji, 1985. Pembinaan Perkotaan Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian


di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta. Kualitatif. CV. Alfabeta, Bandung.

Poloma, Margare M..1992. Sosiologi Suharto, Edi, 2005.Membangun


Kontemporer. Rajawali Presss, Masyarakat Memberdayakan
Jakarta. Rakyat.PT. Refika Aditama,
Bandung.
Rachbini, D.J. 1994. Ekonomi Informal
Perkotaan.Pustaka, Jakarta. Suhartono, Edy, 194. Teori Peran:
Konsep, Deitasi dan
Ramli, R. 1992. Sektor Informal Implementasinya, Graedia Pustaka
Perkotaan Pedagang Kakilima Utama, Jakarta.
.Indonesia. Hill,Co. Jakarta.
Sumadiningrat, 2000. Pembangunan
Ritzer, George, 1992. Sosiologi Ilmu berwawasan Lingkungan, LP3ES,
Pengetahuan Beparadigma Jakarta.
Ganda, Rajawali Press.
Jakarta. Sutanto, Agus.1996. Keusahawanan
Dan Usaha Kecil Di Pedesaan.
Rusminto Isbandi Adi, 2008. Intervensi Jurnal Populasi Bulletin
Komunitas Pengembangan Penelitian Kebijaksanaan
Masyarakatsebagai Upaya Kependudukan. Vol. 7 No. 2.
Pemberdayaan Masyarakat, PT Hal:80-90.
Raja Grafindo, Jakarta.

Sahertian, Piet A. dan Ida Alacida


Sahertian. Model Latihan

17
Supriyatna Tjahya, 2000. Strategi
Pembangunan dan Kemiskinan,
PT Raneka Cipta, Jakarta.

Swasono, SE. Nasution, Z. Munir R dan


Madjid. 1986. Studi Kebijakan
Pengembangan Sektor Informal
Pusat Pengembangan Pranata
Pembangunan. UI, Jakarta.

Syamsi,I. 1986. Pokok-pokok


Kebijakasanaan Perencanaan
Pemprograman Tingat Nasional
dan Regional. PT Rajawali,
Jakarta.

Thoha, Miftah, 1995. Kepemimpinan


dalam Manajemen. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Todaro, Michael P., 1983. Pembangunan


Ekonomi di Dunia Ketiga, Ghalia
Indonesia.

__________, 1990. Pembangunan


Ekonomi di Dunia Ketiga, PT.
Erlangga, Bandung.

Usman, Sunyanto, 1990. Elit Dalam


Perspektif Sosiologi.Fisip UGM,
Jakarta.

______________, 2008. Pembangunan


dan Pemberdayaan Masyarakat,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Yin, R.. K. 2000. Studi Kasus: Desain


dan Metode. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

18
19

You might also like