You are on page 1of 9

PEMAHAMAN MASYARAKAT

TENTANG KORUPSI

RB. Soemanto, Sudarto, Sudarsana


Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
e-mail : Soemanto_rb@yahoo.com

Abstract
The National Development of Indonesia aimed to improve people’s welfare based on social justice.
Transparency International survey (STI) stated Indonesia is one of the top corruption countries in the
world. Corruption has been widespread and carried out by all elements of society, including public officials
(Djulianto, 2009). The government of Indonesia combat to corruption by implementing Anti coruption
Act, the government also building The commission for combating corruption to enforce the execution of
corruption eradication program. Effectiveness execution of the program need contribution of community
participation. Research question is: “how do community understand and responding to corruption?”.
This research use combination of quantitative and qualitative method of data collection. Locations of
research are the District of Klaten, Surakarta and Sragen. Area samples of the research are: the Village
of Kedungan from Klaten district; gabugan from District of Sragen, and Kerten from the Municipality of
Surakarta. The sample of respondents are systematically selected by proportional random sampling
technique. The quantitative data are collected by structured interviewing techniques. These data are
analyzed by applying correlation technique. Qualitative data are collected by using depth interview and
FgD technique; analysis of the data apply descriptive qualitative methods. combination of quantitative
and qualitative data analysis are executed to get a complementary of final data. Results of research
showed that the villagers from the district of Klaten, Surakarta and Sragen have knowledge, attitude
and a heightened awareness of the corruption that cost the state and society. The characteristics of
corruption, resources and its consequences are well understood. X2 test result by 19,12 and sigificant at
99% confidence level (0.01 alpha). The Correlation between response and attitudes towards corruption
is significantly stated (coefficient contingensi 0,247), at 0.01 alpha. Means, that the corelation between
attitudes and corruption also significantly response (rs coefficient of 0.301) at the 99% confidence level
(0.01 alpha). corruption as an improper act, the more people oppose it, the greater the support for the
government’s efforts to combat corruption. Rate R of 0.552 shows the correlation between the response
to the level of knowledge, attitude, and it has significantly levels of consciousness. Generally stated that
the community has knowledge of corruption, great attitude and awareness as well as having a positive
response to support the (government) to eradicate corruption.
Keywords: Knowledge, Attitudes, Awareness, Response, Eradication to corruption

Abstrak
Pembangunan Nasional Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat berdasarkan
keadilan sosial. Survei Transparency International (TI) menyatakan Indonesia merupakan salah satu
negara paling korup di dunia. Korupsi telah meluas dan dilakukan oleh semua elemen masyarakat,
termasuk pejabat publik (Djulianto, 2009). Pemerintah Indonesia memerangi korupsi dengan menerapkan
Undang-Undang Antikorupsi, di samping membangun Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(KPK) untuk menegakkan pelaksanaan program pemberantasan korupsi. efektivitas pelaksanaan program
membutuhkan kontribusi dari partisipasi masyarakat.
Pertanyaan penelitian adalah: “bagaimana masyarakat memahami dan menanggapi korupsi?” Pertanyaan
penelitian : “bagaimana pengetahuan, sikap, kesadaran dan respon masyarakat terhadap korupsi ?”.
Penelitian ini menggunakan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif dalam pengumpulan data. Lokasi
penelitian di Kabupaten Klaten, Kabupaten Sragen dan Kota Surakarta. Sampel wilayah kabupaten/kota
terpilih desa sampel : Kedungan, Kecamatan Pedan di Kabupaten Klaten, desa Gabugan, Kecamatan
Tanon, Kabupaten Sragen, dan Kelurahan Kerten, Kecamatan Laweyan, di Kota Surakarta. Sampel
renponden dari desa/kelurahan ditentukan secara sistematik proporsional random, masing-masing
desa terpilih 100 orang. Pengumpulan data kuantitatif digunakan teknik wawancara terstruktur. Analisis

80 Yustisia Vol. 3 No. 1 Januari - April 2014 Pemahaman Masyarakat tentang Korupsi ...
data kuantitatif dilakukan dengan teknik korelasi. Data kualitatif dikumpulkan dengan teknik wawancara
mendalam dan FGD. Hasil analisis data kuantitatif dan kualitatif dibahas bersama untuk mendapatkan
data yang saling melengkapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat desa di Kabupaten Klaten,
Sragen serta kota Surakarta memiliki pengetahuan, sikap dan kesadaran yang tinggi tentang tindak
korupsi yang merugikan negara dan masyarakat. Ciri-ciri tindak korupsi, sumber dan akibatnya dipahami
dengan baik dan lengkap. Hasil uji X2 sebesar 19, 115 dan sigifikan pada taraf kepercayaan 99% (alpha
0,01). Hubungan sikap dengan tanggapan terhadap tindak korupsi dengan koefisien contingensi 0,247,
signifikan pada alpha 0,01.Artinya, hubungan sikap dengan respon terhadap tindak korupsi memiliki
koefisien korelasi (rs) 0,301 dan signifikan pada tingkat kepercayaan 99% (alpha 0,01). Korupsi sebagai
perbuatan tidak benar, semakin masyarakat menentangnya semakin mendukung upaya pemerintah untuk
memberantas korupsi. Angka R sebesar 0,552 menunjukkan bahwa korelasi antara respon masyarakat
dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan tingkat kesadaran adalah kuat. Artinya, secara umum dinyatakan
bahwa masyarakat memiliki pengetahuan mengenai korupsi, sikap dan kesadaran yang besar serta
memiliki respon positif untuk mendukung upaya (pemerintah) menanggulangi korupsi.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Kesadaran, Respon, Pemberantasan Korupsi

A. Pendahuluan korup, politisi busuk, pengacara hitam, dan


pengusaha kapitalistik; Negara itu akan runtuh
Perubahan sosial sebagai proses
(Adjie Suradji, Kompas, Sabtu 13 Oktober 2012).
pembangunan nasional yang terencana oleh
Upaya Pemerintah Indonesia menanggulangi
pemerintah bertujuan untuk memperbaiki
korupsi dilakukan dengan memberlakukan
kehidupan rakyat dan masyarakat Indonesia.
Undang-Undang Nomer 30 Tahun 2005 tentang
Perbaikan kehidupan sosial, ekonomi, politik dan
Penanggulangan Korupsi.
bidang lainnya dilaksanakan untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat yang berkeadilan sosial. Secara atomistik, tindak korupsi merebak di
Pemerintah menjalankan program-program lingkar oligarkhi kekuasaan, karena: (1) tidak
sebagai penjabaran kebijakan publik dan ada kompetensi teknis moral, dan (2) pemimpin
melibatkan seluruh jajaran aparat birokrasi menjadi patron kejahatan (dalam J. Chambliss
pemerintah, didukung partisipasi masyarakat ‘ Criminal Law in Action). Korupsi merupakan
dan segenap unsur organisasi social. Partisipasi konstruksi sosial bersifat struktural, dan diduga
masyarakat berpengaruh positif bagi peningkatan korupsi kalangan masyarakat bawah sebagai
atau perbaikan kualitas hidup rakyat secara konstruksi sosial terkait pengaruh korupsi kalangan
proporsional dan berkeadilan sosial. masyarakat atas (elite sosial ekonomi), misalnya:
pemimpin dan tokoh masyarakat lainnya).
Pemerintah Indonesia melibatkan seluruh
jajaran institusi birokrasi dan segenap aparatur untuk Beny Murdani (1932-2004) menyatakan
menggerakkan perubahan sosial mewujudkan bahwa penghayatan perjuangan masa lalu dan
cita-cita di atas. Faktor hukum (peraturan per- sekarang berbeda. Generasi saat ini adalah
Undang-Undangan) melandasi langkah-langkah generasi masa damai yang tidak mengalami masa
seluruh pelaksanaan program. Faktor internal revolusi kemerdekaan. Mereka lebih profesional
dan eksternal yang hadir mendinamisasi peran karena memperoleh pendidikan dan pelatihan
masyarakat dalam pelaksanaan program-program secara akademik, namun kurang memiliki
pembangunan. tanggung jawab bersama. Oleh sebab itu, negeri
ini tidak lagi melahirkan pemimpin sejati.
Korupsi adalah realitas tindakan penyim-
pangan norma sosial dan hukum yang tidak Sebuah pohon bisa dikenali dari buahnya.
dikehendaki masyarakat dan diancam sanksi oleh Sedangkan karakter bangsa bisa dilihat dari
negara. Korupsi sebagai bentuk penyalahgunaan kualitas hukum dan kredibilitas pemimpinnya.
kedudukan (jabatan), kekuasaan, kesempatan Selanjutnya dinyatakan bahwa jika semakin
untuk memenuhi kepentingan diri sendiri dan banyak produk hukum dibuat, makin mempertegas
atau kelompoknya yang melawan kepentingan anggapan bahwa tindak korupsi makin besar
bersama (masyarakat). dan meluas. Maka dari itu, implementasi bentuk
tanggung jawab pemimpin wajib dilaksanakan
Indo nes ia ber ad a d a l am satu po s i si
dengan tegas dan jelas dalam memelopori usaha
penguasaan trihibrid, tiga aspek yang berbeda
pemberantasan korupsi.
sifatnya: yaitu politik, hukum dan korupsi yang
menyatu. Jika 10 – 20 tahun ke depan, satu Penilaian itu lazim, karena perilaku korupsi
negara dipimpin oleh barbarian modern: birokrasi telah berkembang dan menjalar ke segala segi dan
lapisan masyarakat, dan dilakukan oleh pejabat

Yustisia Vol. 3 No. 1 Januari - April 2014 Pemahaman Masyarakat tentang Korupsi ... 81
publik serta hampir seluruh unsur masyarakat kualitatif dan kuantitatif digunakan bersama-
(Djulianto, 2009). Tindakan korupsi berkembang sama dalam pengumpulan data dengan
di tingkat individu, lembaga (organisasi) dan teknik analisisnya masing-masing. Hasil
kelompok sosial. analisis data itu bersifat saling melengkapi.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa Dalam proses pelaksanaan, penelitian
proses pelaksanaan pembangunan terganggu kualitatif mendukung proses penelitian
oleh praktek korupsi para pejabat pemerintah kuantitatif, begitu sebaliknya penelitian
dan pe n ye le nggar a n egar a. P emer i n t ah kuantitatif memfasilitasi proses penelitian
b e r u s a h a u n t u k m e m b e r a n t a s n ya , d a n kualitatif. Keduanya mendapatkan bobot
membutuhkan partisipasi masyarakat. Upaya sama dan bersifat triangulatif dalam analisis
penanggulangan korupsi dilakukan juga oleh data (Bryman, 2010); dan kedua pendekatan
organisasi sosial tertentu seperti ICW (Indonesian itu diterapkan dalam penelitian.
corruption watch). Warga masyarakat belum Metode survei menerapkan landasan
/ tidak mengorganisir peranannya mendukung ilmiah untuk mempelajari dan mengatasi
pemerintah menanggulangi korupsi. Kesadaran masalah sosial dan keadaan pada wilayah
dan respon masyarakat terhadap korupsi belum tertentu, serta memberikan rekomendasi
jelas diketahui peta sebaran dan keadaannya. bagi upaya tindak lanjut. Survei ini biasanya
Maka penelitian ini dilakukan dengan focus dilakukan untuk mempersiapkan program-
permasalaha : “bagaimana sikap, kesadaran dan program pembangunan dan menghilangkan
respon masyarakat terhadap tindak korupsi?” hambatan atau gangguan sosial, serta
pengumpulan data dasar bagi penelitian
sosial lebih lanjut.
B. Metode Penelitian
3. data, Teknik Pengunpulan data
Kajian ini berfokus pada konstruksi masyarakat
tentang korupsi sebagai realitas sosial berkenaan Teknik area sampling menetapkan lokasi
dengan tingkat pengetahuan, sikap & kesadaran penelitian di Kabupaten Klaten dan Sragen
dan responnya terhadap korupsi. Konstruksi serta di Kota Surakarta, dan masing-masing
masyarakat tentang korupsi itu sebagai modal dipilih Desa Kedungan, Kecamatan Pedan,
sosial dalam praktek pengembangan untuk Klaten; Desa Gabugan, Kecamatan Tanon,
membantu dan mendukung pemerintah dan semua Sragen, dan Kelurahan Kerten, Kecamatan
pihak (institusi) dalam upaya pemberantasan Laweyan, Kota Surakarta. Dari masing-
korupsi di Indonesia. masing desa/kalurahan dipilih 3 dusun, atau
3 Rukun Warga (RW).
1. Jenis
Objek penelitian adalah data tentang
Penelitian ini menggunak an jenis pengetahuan, sikap, kesadaran masyarakat,
penelitian desk riptif e k splor a tif dan dan respon warga masyarakat terhadap
eksplanatif. Subyek penelitian terdiri dari tindak/perbuatan korupsi. Pandangan dan
individu dalam keluarga dan kelompok perilaku tokoh masyarakat terkait meluasnya
sosial lainnya. Objek penelitian mencakup tindak korupsi. Berdasarkan hasil analisis data
pengetahuan, sikap, kesadaran masyarakat, dilakukan konstruksi pemahaman masyarakat
dan respon warga masyarakat terhadap menurut pengetahuan, sikap, kesadaran dan
tindak/perbuatan korupsi. Pandangan dan respon mereka terhadap tindak korupsi.
perilaku tokoh masyarakat dieksplorasi Teknik sampel penelitian campuran
terkait meluasnya tindak korupsi. Dari data diadaptasi dari model Onwuegbuzie dan
itu dikonstruksi pemahaman masyarakat Collins (2010). Sampel responden dipilih 100
menurut perbedaan dan kesamaan kepala keluarga secara random, dilakukan
pengetahuan, sikap, kesadaran dan respon dengan interval 15, dipilih 1 orang dari setiap
mereka terhadap tindak korupsi. 15 orang populasi. Sadangkan penelitian
2. Sifat kualitatif dilakukan secara purposisive
Tek nik pengum pulan dat a s ur v ey
P e n e l i t i a n i n i d i l a k uk a n d e n g a n
dilakukan dengan wawancara terstruktur
‘rancangan metode campuran (gabungan)
pada responden. Teknik FGD dilakukan
paralel’, bersifat kualitatif dan kuantitatif. terhadap wakil warga; dan pada pemuka
Keduanya digunakan bersama-sama, dan masyarakat digunakan teknik wawancara
dilakukan dalam kajian secara bersamaan. mendalam. Pengumpulan data dengan FGD
Penelitian dilakukan di tiga lokasi (dua desa dan wawancara mendalam sebagai cross-
dan satu kelurahan),. Sifat pendekatan checking data survey.

82 Yustisia Vol. 3 No. 1 Januari - April 2014 Pemahaman Masyarakat tentang Korupsi ...
Analisis data kuantitatif menggunakan Jadi realitasnya masih ditengarai sikap
teknik korelasi Tata Jenjang Spearman. pro dan kontra terhadap perbuatan
(rho yang diberi simbul ρ )untuk mengukur korupsi di masyarakat.
asosiasi dua variabel berskala ordinal yang 2. Dari aspek kesadaran masyarakat,
memungkinkan individu yang diteliti dapat ditemuk a n r ealita s bahw a 75,2%
diberi jenjang (ranking). Chi Square untuk responden menganggap jika perbuatan
membandingkan kelompok-kelompok yang korupsi tidak dilakukan tindakan tegas
diamati dengan yang diharapkan, pemerintah dengan pengenaan sanksi
Korelasi multivariate untuk melihat ber at , bisa mer usak dan bahk an
hubungan tingkat pengetahuan, sikap, menghancurkan masyarakat serta
dan tingkat kesadaran dengan respon me l e ma hk a n u s a ha mew uj u dk a n
terhadap korupsi. Teknik penghitungannya kesejahteraan rakyat yang berkeadilan
dilakukan dengan bantuan program SPSS sosial.
versi 17.0 melalui sub menu regresi. Analisa 3. Respon masyarakat terhadap perbuatan
data kualitatif dilakukan secara deskriptif ko rupsi menunjukkan 72,1% yang
komparatif melalui proses triangulasi menyatakan bahwa perbuatan korupsi
data, hasilnya untuk mendukung analisa diyakini merugikan masyarakat dan
dan pembahasan data kuantitatif. Data menguras kekayaan Negara. oleh karena
kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk itu dinyatakan:
saling melengkapi dalam analisis data dan a. Tindakan korupsi harus dihukum
pembahasan hasil penelitian. seberat-beratnya
b. R espo nd en me nya takan ‘si ap ’
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan mendukung pemerintah dalam
memberantas korupsi
Perilaku manusia tidak dapat terlepas c. Responden bersedia membantu
dari keadaan individu orang itu sendiri dan pemerintah asal mendapat jaminan
lingkungan sosial (masyarakatnya). Perilaku perlindungan
individu merupakan tindakan berulang dalam
d. R e s p o n d e n t i d a k m e l a k uk a n
waktu tertentu dan didorong oleh motif tertentu perbuatan berbau korupsi dalam
sehingga ia berperilaku sosial tertentu. Hasil kehidupan sehari-hari
penelitian mengenai tingkat pengetahuan, sikap,
e. Menanamkan pada keluarga (dan
kesadaran, dan respon/tanggapan masyarakat
anak-anak) untuk selalu berbuat
terhadap perbuatan korupsi dinyatakan berikut ini.
jujur
1. Hasil Penelitian f. Responden dan masyarakatnya
Secara umum pengetahuan masyarakat bersedia membantu menanggulangi
tentang korupsi yang berkembang saat ini korupsi.
bersumber dari jalur media massa, yaitu 2. Pembahasan
siaran pemberitaan di TV, siaran radio dan
pemberitaan di Surat kabar (67,4%). Sumber Teori-teori psikologi social dan teori
pengetahuan tentang korupsi dari komunikasi sosiologi dikemukakan untuk membahas hasil
horizontal (saudara/family, tetangga dan penelitian tersebut.
teman) dan sumber dari media massa a. Teori Dorongan (drive theory)
tersebut tercatat 77,6%. Seluruh responden Teori ini berpandangan bahwa
(n=294) dari penelitian ini menyatakan tahu, organisme (masyarakat dan individu)
mengerti tentang korupsi di Indonesia. mempunyai dorongan-dorongan atau
Rincian hasil penelitian dikemukakan sebagai drive tertentu. Dorongan-dorongan
berikut: ini berk aita n dengan k ebutuhan-
1. Sikap masyarakat terhadap perbuatan kebutuhan masyarakat dan ndividu
korupsi tercatat 46,9% yang tidak yang mendorong terbentuknya perilaku.
memuji atau membencinya. Mereka Bila masyarakat dan individu timbul
yang menyatakan tidak tahu bagaimana kebutuhan (baru), kebutuhan itu bisa
bersikap pada perbuatan korupsi sebesar mendorong timbulnya ketegangan dalam
46,3%; bahkan tercatat sebesar 6,8% hubungan sosial di masyarakat. Bila
masyarakat (responden) yang menerima, perilaku individu dan masyarakat dapat
bersikap mendukung perbuatan korupsi. memenuhi kebutuhannya, maka terjadi

Yustisia Vol. 3 No. 1 Januari - April 2014 Pemahaman Masyarakat tentang Korupsi ... 83
pengurangan atau reduksi terhadap stimuli yang ada saat ini; seseorang
factor dorongan yang menimbulkan akan melakukan, merespon tindakan
ketegangan (Walgito, 2002 : 17-18). serupa atau yang agak sama.
Stimulus berhubungan secara
b. Teori Insentif (incentive theory) fungsional dengan obyek, respon
Teori ini berpendapat bahwa perilaku atau tindakan untuk memperoleh
individu dan masyarakat terjadi karena ganjaran yang diinginkan (dalam
ada insentif yang mendorong masyarakat Poloma, 2003 : 62).
berbuat dan beperilaku tertentu. Insentif
c. Proposisi Nilai
bersifat positif dan negatif, yang positif
mendorong individu dan masyarakat Semakin tinggi nilai suatu tindakan,
merespon dengan perilaku, sedangkan maka kian senang seseorang melakukan
yang negatif menghambat individu dan tindakan itu. Proposisi ini khusus
masyarakat berperilaku (Walgito, 2002 berhubungan dengan ganjaran atau
: 18). hukuman yang merupakan hasil tindakan
(dalam Poloma, 2003 : 63).
Menurut George Ritzer (2003 : 73),
terdapat teori-teori yang termasuk dalam d. Proposisi Kejenuhan-Kerugian (deprivasi-
paradigma perilaku sosial. Salah satiasi)
satunya adalah teori Sosiologi Perilaku Semakin sering (pada saat ini atau
(behavioral Sosiology) yang menekankan saat yang baru berlalu) seseorang
fungsi ganjaran sebagai penguat menerima suatu ganjaran, maka semakin
atau disebut reinforcement, dan Teori kurang bernilai bagi orang tersebut
Pertukaran (exchange). Teori Perilaku sekalipun terjadi peningkatan ganjaran
Sosial menitikberatkan pada hubungan dari setiap tindakan itu (Poloma, 2003
antara tingkah laku aktor/pelaku dengan : 63-64).
tingkah laku lingkungannya. Konsep
e. Proposisi Persetujuan-Perlawanan
dasarnya adalah penerimaan ganjaran;
(Approval-agression)
ganjar an yang t idak berpengar uh
terhadap tindakan aktor tidak akan Bila tindakan seseorang
berulang. Teori Pertukaran (exchange) tidak memperoleh ganjara n yang
menitikberatkan pemahaman bahwa diharapk annya , atau menerim a
manusia pada dasarnya tidak mencari hukuman yang tidak diinginkan, maka
keuntungan dari interaksi yang dilakukan dia akan marah, dia menjadi sangat
dengan pihak (individu) dan kelompok cender un g menunjuk kan perilak u
lain. agresif, dan hasil perilaku demikian
lebih bernilai baginya. Bilamana tindakan
Homans (dalam Poloma, 2003 :
seseorang memeperoleh ganjaran yang
61-65) mengklasifikasi perilaku sosial
diharapkannya, khusus ganjaran yang
ke dalam lima pernyataan proposional:
lebih besar dari yang diperkirakan, atau
a. Proposisi sukses tidak memeperoleh hukuman yang
Dalam tindakan, semakin sering diharapakannya, maka ia akan merasa
suatu tindakan memperoleh senang, dan berperilaku atas hal yang
ganjaran, maka kian kerap tindakan disenanginya, dan hasil dari perilaku
itu dilakukan (diulang). Dalam yang demikian akan menjadi lebih
proposisi ini Homans menyatakan bernilai baginya (Poloma, 2003 : 64-65)
bahwa bilamana seseorang berhasil Perilaku dapat diartikan suatu
memperoleh ganjaran (atau respon seseorang terhadap rangsangan
menghindari hukuman) maka ia (pengetahuan, informasi) dari luar
akan cenderung untuk mengulangi subjek tersebut. Perilaku diartikan
tindakan tersebut ( dalam Poloma, sebagai suatu aksi-reaksi sosial terhadap
2003 : 61). lingkungannya. Perilaku terjadi apabila
b. Proporsi Stimulus ada sesuatu yang diperlukan untuk
Jika terjadi stimulus (pengetahuan, menimbulkan reaksi, yang disini disebut
informasi) khusus, atau sejumlah rangsangan (pengetahuan, informasi).
stimuli, maka peristiwa dimana Rangsangan (pengetahuan, informasi)
tindakan seseorang memperoleh tertentu akan menghasilkan reaksi atau
ganjaran, semakin mirip dengan perilaku tertentu. Perilaku seseorang

84 Yustisia Vol. 3 No. 1 Januari - April 2014 Pemahaman Masyarakat tentang Korupsi ...
adalah aktivitas yang timbul karena terhadap usaha pemerintah maupun
adanya stimulus dan respons yang organisasi masyarakat dalam upaya
dapat diamati secara langsung dan tidak penanggulangan korupsi; koefisien
langsung. korelasinya sangat signifikan. Artinya,
Dar i hasil penelitia n di Desa semakin tinggi pengetahuan seorang
Kedungan, Gabudan dan di Kerten dalam masyarakat, sikapnya positif
diperoleh gambaran empiris bahwa semua dan tegas dan kesadaran yang besar,
warga masyarakat (100%) mengetahui mendorong tumbuhnya respon positif
tentang ada dan merebaknya korupsi terhadap upaya penanggulangan korupsi.
di masyarakat. Mereka sebagian besar Hasil analisis dan pembahasan hasil
(< 70%) mengerti beberapa sifat dari penelitian (di atas) dapat dinyatakan
tindak korupsi dan faktor penyebabnya. bahwa teori perilaku (proporsi stimulus,
Koruspsi adalah bentuk pengkhianatan nilai, kejenuhan-kerugian, persetujuan-
kepercayaan masyarakat, menipu rakyat perlawanan) mendukung analisis dan
dan pemerintah, melalaikan kepentingan pembahasan hasil penelitian yang
masyarakat, dilakukan sendiri dan lebih membahas pengetahuan, sikap,
dari 1 orang. Pemahaman mereka kesadaran masyarakat dan respon
tentang hal yang sama masih beragam; masyarakat terhadap tindak korupsi
seperti : mencuri uang rakyat, mengambil Respon seseorang terhadap
kekayaan Negara, mencuri uang Rukun rangsangan (pengetahuan, informasi)
Tetangga, dan sebagainya. dari luar subjek, sebagai suatu aksi-reaksi
Sik ap masyar ak at terhada p sosial terhadap lingkungannya. Perilaku
merebaknya tindak korupsi menunjukkan (respon) terjadi apabila ada sesuatu
gambaran yang positif. Artinya, mereka yang diperlukan untuk bereaksi, yaitu
cenderung tidak setuju (< 60%) terhadap rangsangan (pengetahuan, informasi).
pemberian sanksi hukum yang ringan Rangsangan (pengetahuan, informasi)
pada koruptor, menolak sumbangan tertentu akan menghasilkan reaksi
social yang berasal dari perbuatan atau perilaku tertentu berupa sikap dan
korupsi, menolak membayar untuk kesadaran. Perilaku (respon) seseorang
masuk (bagi anak) menjadi pegawai adalah aktivitas yang timbul karena
negeri, menolak memberi uang (amplop) adanya stimulus yang dapat diamati
untuk mendapatkan perlakuan khusus, secara langsung dan tidak langsung.
dan sebagainya. Pengetahuan masyarakat tentang
Tingkat kesadaran masyarakat tindak k or upsi yang b erk embang
cukup tinggi (< 60%) terhadap tindak cepat, menimbulkan sikap menolak,
korupsi yang umumnya dilakukan oleh karena merugikan kepentingan
pejabat Negara, pihak swasta bahkan mereka (bersama), dan menumbuhkan
oleh sebagian warga masyarakat; dan kesadaran positif terhadap usaha-usaha
kalau tidak ditindak tegas dan diberantas menanggulanginya. Respon masyarakat
secara sistemik korupsi akan makin bersedia mendukung dan membantu
besar dan menghancurkan kehidupan usaha pemerintah dalam program dan
berbangsa, bernegara dan bermas kegiatan penanggulangan korupsi.
yarakat. Respon positif tersebut akan dilakukan
Respon masyarakat terhadap usaha lebih-lebih jika mereka mendapatkan
pemerintah untuk menanggulangi korupsi jaminan perlindungan keamanan dan
juga cukup besar. Hal ini terbukti respon keselamatan dari pemerintah.
masyarakat tercatat lebih dari 65%.
Respon itu dinyatakan berupa dukungan d. Simpulan
dan tindakan partisipatif terhadap upaya
pemerintah untuk menanggulangi tindak Dari uraian tersebut di atas dapat dikemu-
korupsi; namun mereka membutuhkan kakan simpulan sebagai berikut:
jaminan perlindungan keselamatan dari 1. Perbuatan korupsi yang berkembang di
pemerintah. lingkungan lembaga pemerintah dan oleh
Test hubungan antara variable jajaran aparatur pemerintah telah diketahui
pengetahuan, sikap, dan kesadaran oleh sebagian besar masyarakat. Warga
masing-masing dengan responnya masyarakat juga mengetahui ragam dan

Yustisia Vol. 3 No. 1 Januari - April 2014 Pemahaman Masyarakat tentang Korupsi ... 85
jenis kegiatan korupsi yang dilakukan oleh tersebut, terlebih jika mendapat jaminan
para pelakunya. Perbuatan korupsi yang perlindungan hukum yang menambah rasa
juga dilakukan oleh anggota masyarakat dan aman.
oleh para pelaku usaha dan perdagangan Masyarakat mengetahui tentang tindak
telah diketahui juga oleh sebagian warga korupsi yang meluas saat ini. Mereka bersikap
masyarakat. Warga masyarakat di pedesaan kritis terhadap korupsi, karena berpengaruh
dan di perkotaan (di desa-desa dan dan berdampak negatif terhadap usaha untuk
kelurahan lokasi penelitian) tidak berbeda meningkatkan kualitas kehidupannya. Korupsi
pengetahunnya tentang berkembang dan merugikan masyarakat, dan kondisi kehidupan
meluasnya korupsi berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu,
2. Sikap masyarakat (responden) terhadap masyarakat memberikan respon kritis dan
perbuatan korupsi berupa sikap tidak simpati mendukung upaya pemerintah memberantas
sampai dengan sikap antipati. Korupsi korupsi. Mereka bersedia dan berperan
bersifat merugikan Negara dan masyarakat, membantu untuk meningkatkan pelaksanaa
me l e ma h k a n se n d i - s e n d i k e h i d u p a n program pemberantasan korupsi; sebagian
masyarakat, berbangsa dan bernegara. besar di antara mereka ingin berpartisipasi aktif
Korupsi dilakukan oleh orang, kelompok dengan mengharapkan jaminan perlindungan
orang, pihak tertentu yang memperkaya k e a m a n a n d i r i n ya d a r i p e m e r i n t a h .
diri, mencelakai kehidupan masyarakat,
dan melemahkan solidaritas sosial karena
E. Saran
menimbulkan kesenjangan sosial ekonomi
yang makin besar di masyarakat. Masyarakat 1. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan
pedesaan maupun perkotaan memiliki sikap masyarakat tentang perbuatan korupsi yang
serupa terhadap tindak korupsi. Mereka luas, sikap prihatin dan anti terhadap perbuatan
menunjukkan sikap tidak setuju, membenci tersebut, kesadaran dan persepsi masyarakat
perbuatan korupsi yang pelakunya dihukum akan dampak negatif dan bahaya perbuatan
ringan, dan mengecam serta menolak korupsi yang besar terhadap penderitaan
bantuan/sumbangan yang diberikan koruptor hidup masyarakat, melemahkan sendi-sendi
dengan ke rumah jompo, panti asuhan, dan kehidupan masyarakat, berbangsa dan
warga masyarakat miskin lainnya bernegara serta respon yang besar dan positif
3. Tingkat kesadaran dan persepsi masyarakat terhadap usaha pemerintah menanggulangi
terhadap tindak korupsi yang berkembang korupsi;
sekarang ini menimbulkan keprihatinan warga 2. T ingkat pengetahuan keluarga dan
masyarakat. Jika program penanggulangan masyarakat yang tinggi terhadap korupsi,
korupsi tidak intensif dilakukan pemerintah, sikapnya yang menolak tindakan koruptif,
maka perbuatan korupsi akan meluas dan kesadaran yang tinggi terhadap bahaya
membahayakan kehidupan bersama sebagai korupsi bagi kehidupan berbangsa, bernegara
masyarakat, bangsa dan Negara. Oleh dan bermasyarakat, serta tanggapannya yang
sebab itu, mereka umumnya bersikap pro positif terhadap upaya pemerintah (lewat
dan bersedia membantu upaya pemerintah KPK) dalam memberantas korupsi perlu
menanggulangi korupsi diapresiasi dan diposisikan sebagai modal
4. Pengetahuan masyarakat tentang perbuatan social untuk mendukung dan mengelola
korupsi yang meningkat menumbuhkan program pemberantasan korupsi secara
keprihatinan dan sikap anti terhadap korupsi. efisien dan efektif.
Karena itu di masyarakat tumbuh kesadaran 3. Hasil penelitian ini gayut dengan harapan dan
bahwa korupsi yang meningkat kuantitas dan himbauan Komisi Pemberantasan Korupsi
kualitasnya menyebabkan kehidupan rakyat dan institusi pemerintah lainnya yang relevan
dan masyarakat makin sengsara, melemahkan berperan dalam menanggulangi korupsi. Maka
sendi dan kekuatan hidup berbangsa, penelitin menyarankan kepada pemerintah
bernegara dan bermasyarakat. Pengetahun, untuk mempertimbangkannya sebagai salah
sikap, dan kesadaran mereka yang tinggi satu bahan pertimbangkan kebijakan public
terhadap dampak yang ditimbulkannya; tentang peran dan partisipasi keluarga dan
membangkitkan respon yang positif dan besar masyarakat dalam ikut membantu upaya
terhadap upaya pemerintah menanggulangi pemberant asan k or upsi dalam bentuk
tindak korupsi. Mereka bersedia mendukung tindakan preventif, dan mendukung tindakan
dan berpartisipasi terhadap upaya pemerintah bersifat kuratif.

86 Yustisia Vol. 3 No. 1 Januari - April 2014 Pemahaman Masyarakat tentang Korupsi ...
4. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan Hasil penelitian ini dilaporkan pada Rektor dan
untuk dilakukan pengembangan jaringan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada
penelitian lanjut dan kerjasama dengan Masyarakat Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
lembaga pemerintah dan non pemerintah Pelaksanaan penelitian ini telah berlangsung baik
untuk merealisasi gerakan dan partisipasi dan lancar berkat bantuan dan dukungan jajaran
masyarak at dalam menduk ung upaya pimpinan Kabupatn dan Kota, kecamatan dan
pemerintah menanggulangi korupsi. desa-desa/kelurahan tersebut di atas; secara
5. Mendiseminasikan hasil penelitian pada khusus bantuan telah diberikan langsung berupa
seminar, publik asi dan mengundang tanggapan dari warga masyarakat. Oleh karena
kerjasama dari semua pihak yang melakukan itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan
kajian, penelitian dan organisasi praktisi terima kasih atas dukungan dan bantuan yang
penanggulangan korupsi untuk bersinergi telah dibarikan, pada:
dan menguatkan peranan serta partisipasi 1. Rektor Universitas Sebelas Maret
masyarakat dalam penanggulangan korupsi. 2. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian
pada masyarakat
F. Persantunan 3. B u p a t i d a n W a l i k o t a s e r t a J a j a r a n
Penelitian ‘Studi Pemahaman Masyarakat Pemerintahan di Kabupaten Klaten, Sragen
tentang Tindak Korupsi’ bertujuan untuk dan Kota Surakarta, Kepala Desa Kedungan,
mengetahui sebaran pengetahuan, sikap, Gabugan dan Kepala Kelurahan Kerten
kesadaran, dan responnya terhadap perbuatan 4. Segenap masyarakat Desa Kedungan,
korupsi di masyarakat. Pelaksanaannya dilakukan Gabugan dan Kelurahan Kerten
di Kabupaten Klaten, Kecamatan Pedan di Desa 5. Dan semua pihak yang telah membantu
Kedungan; Kabupaten Sragen, Kecamatan Tanon pelaksanaan penelitian ini yang belum kami
di Desa Gabugan; dan di Kelurahan Kerten, sebutkan satu per satu
Kecamatan Laweyna di Kota Surakarta.

Yustisia Vol. 3 No. 1 Januari - April 2014 Pemahaman Masyarakat tentang Korupsi ... 87
daftar Pustaka

Adjie Suradji. 2012. “Pemimpin, Korupsi dan Tanggung Jawab”, Jakarta: harian Kompas, Sabtu 13
Oktober 2012
Ainan. 1997. dalam Bunga Rampai Etika Pegawai Negeri, eds. Mochtar Lubis. Jakarta: Bhratara Karya
Aksara
Alatas. 1987. Korupsi : Sifat, Sebab dan Fungsi. Jakarta: LP3eS
Anonim. 1999. Undang-Undang Nomer 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomer 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Djulianto. 2009. dalam ‘A to Z Korupsi : Menumbuhkan Spirit Anti Korupsi’ eds. Ulul Albab. Surabaya:
Jaringpena
Jonathan Sarwono. 2002. Mixed Methods: cara Menggabung Riset Kuantitatif dan Riset Kualitatif
Secara Benar
Kluckhon. 1980. Mentalitas dan Pembangunan ed. Koentjoroningrat. Jakarta : Gramedia
Mullan, Mc. 1997. dalam Bunga Rampai Etika Pegawai Negeri, eds. Mochtar Lubis. Jakarta: Bhratara
Karya Aksara
Poloma, Margaret M. 1994. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: RajaGrafindo Persada dan Yayasan
Solidaritas Gadjah Mada
RB. Soemanto. 2006. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka
Raho, Bernard, SVD. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publishers
Ritzer, George. 1980. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma ganda, Penyadur Alimandan. Jakarta:
Penerbit Rajawali
Sjafri, Sairin. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Persepektif Anthropologi, yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
http:/fisip-Erika.repository.korupsi.usu.ac.id., diakses pada [13 Oktober 2011]

88 Yustisia Vol. 3 No. 1 Januari - April 2014 Pemahaman Masyarakat tentang Korupsi ...

You might also like