You are on page 1of 13

Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM KELEMBAGAAN


DESA (STUDI KASUS PADA BKM DESA UMBULMARTANI
DAN JOGOTIRTO)

Endang Widayati
STIE PARIWISATA API
Endang_widygy@yahoo.co.id

Abstract

The purpose of the study was to analyze women's participation in rural institutions BKM (Badan
Keswadayaan Masyarakat/ Community Self-Reliance Agency) review of the activity aspects, and control
access to establish program. The method used descriptive qualitative approach and triangulation of data.
This study uses a case study of 75 BKM in Sleman District selected BKM Bina Sejahtera and Umbul
Sejahtera. Sampling with purposive sampling, the primary data collected through observation and
interviews with coordinators and members of BKM, Environmental Setlement Executive Unit (UPL), social
welfare affairs implementation units (UPS), the financial management units (UPK) and beneficiaries.
Secondary data is colected from the program cycle profiles, profile KSM, as well as other data that is
relevant. Data analysis based on gender sensitiviness. include: activity profile, the profile of access and
control, analysis of the supporting factors and the factors inhibiting women's participation in the in rural
institutions. The average of the activity profile of women's participation BKM Bina Sejahtera 42%, Umbul
Sejahtera prosperous 62%, it is greater than the target of 30%. Awareness of the role as the representative
of community member, is quite high. Reflected in the presence and involvement in the planning,
implementation and in monitoring activities. Access and control of women in the planning, implementation,
monitoring and evaluation proceeds benefit the development is quite large. The results reflected from the
target Key Performance Indicator, a minimum of 40% female participation, achievement of 42% and 50%.
Besides all respondents stated that there are no obstacles for women to participate in village institutions.
Keywords: Participation, women, Institutional, BKM

pelaksanaan pembangunan yang belum peka


I. PENDAHULUAN gender, keterbatasan kesempatan aktualisasi diri,
Lebih dari 50% penduduk Indonesia adalah tindak kekerasan (violence against women) dan
perempuan. Hal ini merupakan potensi SDM yang berbagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia
cukup besar apabila kaum perempuan memiliki perempuan lainnya. Masih banyak kebijakan yang
kapasitas yang memadai dan ada peluang untuk belum berpihak pada kepentingan perempuan.
berperan didalamnya. Namun fenomena yang Demikian pula kondisi yang diciptakan seringkali
terjadi adalah sebaliknya. Kaum perempuan masih membatasi ruang gerak perempuan untuk
dianggap sebagai kaum yang marginal, lemah dan berkiprah sesuai dengan kemampuannya.
memiliki kemampuan yang terbatas. Fenomena ini Pemahaman bahwa perempuan lemah, sering
diperkuat adanya paradigma perempuan sebagai mengedepankan emosi daripada logikanya perlu
„konco wingking‟. Paradigma yang diawali dari dikaji ulang.
perbedaan jenis kelamin kemudian mengakibatkan Sejak tahun 2010 UNDP mengukur
perbedaan peran gender yakni wanita sebagai ibu ketimpangan/ketidaksetaraan gender atau Gender
rumah tangga (peran domestik) dan pria sebagai Inequality Index (GII) atau indeks ketimpangan
pencari nafkah (peran publik). Menurut Partini gender. Indeks ketimpangan gender menunjukkan
(1999), perbedaan gender ini menimbulkan ketidak adanya kehilangan dalam pembangunan manusia
adilan gender. Ketidakadilan gender yang banyak yang diakibatkan adanya kesenjangan gender
terjadi adalah ketidaksetaraan lelaki-perempuan karena adanya diskriminasi dari berbagai aspek
(inequality), perendahan (sub-ordination) status yakni kesehatan, pendidikan, dan ketenagakerjaan.
perempuan, ketidaktampakan peran (invisibility), Indeks ini dirancang untuk meningkatkan
bias lelaki (male bias), diskriminasi, eksploitasi, kesadaran akan adanya ketidaksetaraan gender
pelecehan seksual dan profesional, perdagangan selama ini di masyarakat, serta mengetahui
perempuan (trafficking women), kurangnya posisi kemajuan pembangunan manusia akibat adanya
tawar-menawar, kurangnya akses dalam ketidaksetaraan gender. Dengan adanya data IKG
pengambilan keputusan politik, perencanaan dan dapat digunakan untuk membantu dalam

ISBN 978-602-73690-3-0 566 Universitas PGRI Yogyakarta


Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

pembuatan keputusan dan kebijakan Sebagai lembaga kepemimpinan kolektif semua


pembangunan sehingga dihasilkan pembangunan anggota mempunyai kedudukan yang sejajar
manusia yang lebih baik. sehingga mempunyai hak dan kewajiban yang
Dari data Human Development Report sama. Kolektifitas kepemimpinan ini bertujuan
(HDR) tahun 2013, selama tahun 1990 hingga untuk dapat menghasilkan keputusan yang lebih
2012 terjadi penurunan IKG (periksa gambar I.1). adil dan bijaksana karena tidak didasarkan kepada
Hal ini memberi gambaran bahwa masing-masing kekuatan dan kepentingan seseorang.
negara ASEAN berusaha untuk mencapai Keterlibatan perempuan dalam
kesetaraan gender dan mengurangi adanya kelembagaan desa (BKM) diharapkan akan
kehilangan dalam pembangunan manusia di memunculkan kebijakan/keputusan yang peduli
negaranya. Singapura berhasil mencapai indeks terhadap pemenuhan kebutuhan perempuan. Lebih
ketimpangan gender paling rendah sebesar 0,1 jauh terdapatnya akses dan kontrol perempuan
pada tahun 2012. Sedangkan Indonesia masih dalam kelembagaan khususnya dalam penyusunan
memiliki angka indeks ketimpangan gender yang program dapat mempengaruhi kehidupan
tinggi, meskipun sudah melakukan berbagai perempuan pada khususnya dan masyarakat pada
program kesetaraan gender. umumnya. Perempuan yang dilibatkan dalam
perencanaan dapat mengusulkan kegiatan-kegiatan
Gambar I.1. yang menjadi prioritas kebutuhan dasar perempuan
Perbandingan Indeks Ketimpangan Gender di yang seringkali terlewatkan (terlupakan) ketika
Negara-negara ASEAN Tahun 2000-2012 penyusun rencana kegiatan adalah kaum laki-laki.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis partisipasi perempuan dalam
kelembagaan desa BKM ditinjau dari :
1. Profil aktivitas perempuan dalam BKM
2. Akses dan kontrol perempuan dalam
penyusunan program penanggulangan
kemiskinan di tingkat desa sejak dari
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi
Sumber: Human Development Report 3. Faktor-faktoryang mendukung partisipasi
perempuan dalam BKM
Program Penanggulangan Kemiskinan di 4. Faktor-faktor penghambat yang
Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 mempengaruhi partisipasi perempuan dalam
sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun BKM
kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah
dalam menanggulangi kemiskinan secara II. KAJIAN LITERATUR
berkelanjutan. Tahun 2008 secara penuh P2KP 2.1. Analisis Gender
menjadi Program Nasional Pemberdayaan Dalam menganalisis partisipasi perempuan
Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri tidak dapat terlepas dari analisis gender. Menurut
Perkotaan). Program ini cukup srategis karena Fakih (1996), analisis gender memberi perangkat
menyiapkan landasan kemandirian masyarakat teoritis guna memahami ketidak adilan gender.
berupa “lembaga kepemimpinan masyarakat” yang Untuk memahami persoalan-persoalan ketidak
representatif, mengakar dan kondusif bagi adilan sosial yang menimpa kaum perempuan perlu
perkembangan modal sosial (social capital) pemahaman antara perbedaan gender (gender
masyarakat di masa mendatang yang disebut differences) dan ketidak adilan gender (gender
dengan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). inequalities) dengan struktur ketidakadilan
Tugas pokok BKM diantaranya masyarakat. Konsep gender berbeda dengan jenis
merumuskan kebijakan serta aturan main secara kelamin. Jenis kelamin membedakan dua ciri
demokratis mengenai hal-hal yang berhubungan antara laki-laki dan perempuan secara biologis.
dengan penanggulangan kemiskinan; mendorong Laki-laki memiliki penis, jakala (kalamenjing), dan
berlangsungnya proses pembangunan partisipatif memproduksi sperma untuk pembuahan;
dari tahap identifikasi kebutuhan, perencanaan, sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi
pelaksanaan, pemeliharaan, monitoring dan berupa rahim, memproduksi sel telur dan
evaluasi. BKM merupakan lembaga kepemimpinan menyusui. Konsep gender merupakan pensifatan
kolektif, yang dikoordinir oleh seorang koordinator yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang
BKM. Dalam satu BKM jumlah anggotanya rata- dikonstruksi sosial maupun kultural. Dari
rata sebanyak 13 orang. pensifatan tersebut perempuan dianggap cantik,

ISBN 978-602-73690-3-0 567 Universitas PGRI Yogyakarta


Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

keibuan, emosional, lemah-lembut dan ciri-ciri mengakibatkan korban baik bagi kaum lak-laki
lainnya yang dianggap melekat pada perempuan. maupun kaum perempuan. Oleh karena itu
Laki-laki dianggap memiliki ciri kuat, perkasa, kesetaraan gender merupakan hak yang semestinya
rasional dan ciri-ciri lainnya yang dianggap didapatkan agar laki-laki dan perempuan
melekat pada laki-laki. Padahal senyatanya sifat memperoleh kesempatan yang sama untuk
atau ciri-ciri tersebut dapat dipertukarkan diantara berperan dan ikut berpartisipasi dalam bidang
keduanya. Laki-laki bisa saja memiliki sifat kehidupan.
emosional dan lemah lembut, demikian pula Adanya paham patriarkhi yang
perempuan juga bisa memiliki ciri kuat, perkasa, menempatkan laki-laki pada derajad yang tinggi
rasional dan ciri-ciri lainnya. Mengacu pada berimplikasi pada pemberian kesempatan yang
Partini (1999), analisis gender juga menjadi alat lebih besar dalam peran pengambil keputusan
analisis yang dipergunakan dalam pembangunan, terhadap laki-laki daripada perempuan. Menurut
yaitu dalam perencanaan, pelaksanaan, Partini (2012), sebagian terbesar warga masyarakat
pemantauan dan evaluasi program khususnya dibesarkan sebagai generasi yang menganut paham
untuk mengetahui apakah peran serta wanita dan patriarkhi baik di ranah keluarga, di masyarakat ,
pria sudah selaras, serasi dan seimbang dengan dimana keyakinan terhadap nilai-nilai yang
kebutuhan mereka, bagaimana kebijaksanaan pada menempatkan laki-laki pada derajad dan
program pembangunan mempunyai dampak yang kesempatan yang lebih tinggi masih cukup
berbeda pada pria dan wanita. Hal ini dimaksudkan menancap. Ideologi yang tertanam kuat dalam
agar wanita mampu berperan serta bersama pria masyarakat ini menjadi dasar berfikir dan
sebagai mitra sejajar yang tercermin dalam sikap bertindak setiap orang yang akhirnya membentuk
dan perilaku yang saling peduli, saling sebuah konstruksi sosial dengan relasi yang
menghargai, menghormati, mengisi dan membantu timpang dan berdampak dalam mengambil
dalam melaksanakan pembangunan termasuk keputusan baik di ranah keluarga, di masyarakat
kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat . Proses dan di tataran negara.
yang dibangun secara sistematik untuk Perbedaan gender pun terlihat dari
mengidentifikasi dan memahami pembagian kecenderungan peran masing-masing, yaitu
kerja/peran laki-laki dan perempuan, akses dan berperan dalam publik atau domestik. Peran publik
kontrol terhadap sumberdaya pembangunan, diartikan dengan aktivitas yang dilakukan di luar
partisipasi dalam proses pembangunan dan rumah dan bertujuan mendapatkan penghasilan.
manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan Sedangkan peran domestik adalah aktivitas yang
antara laki-laki dan perempuan yang timpang, yang dilakukan di dalam rumah berkaitan dengan
didalam pelaksanaannya memperhatikan faktor- kerumahtanggaan dan tidak dimaksudkan untuk
faktor seperti kelas sosial, ras dan suku bangsa. mendapat penghasilan. Kedua peran ini dapat
Dalam pedoman Instruksi Presiden RI No. menjelaskan perbedaan peran gender dalam
9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender masyarakat. Secara umum, perempuan lebih
dalam Pembangunan Nasional, yang dimaksud berperan secara domestik dibandingkan publik. Hal
gender adalah konsep yang mengacu pada peran- ini terkait dengan kodrat perempuan untuk
peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan mengurus rumah tangga, sedangkan laki-laki
yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh bertanggungjawab mencari nafkah untuk keluarga.
keadaan sosial dan budaya masyarakat. Kesetaraan (KPPPA, 2013). Pembagian peran yang
gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan diakibatkan perbedaan gender ini membatasi
perempuan untuk memperoleh kesempatan dan aktivitas perempuan di ranah publik. Meski begitu
hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dalam mengurus rumah tanggapun ketika
dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, perempuan memainkan peran domestik sering kali
sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional, masih dibatasi dalam hal pengambilan keputusan
dan kesamaan dalam menikmati hasil khususnya yang berhubungan dengan masalah
pembangunan tersebut. Dalam buku Pembangunan keuangan dan pendidikan anak. Peran dalam
Manusia Berbasis Gender 2013 (KPPPA, 2013) menambah penghasilan juga terasa
menyatakan gender berbeda dengan karakteristik pembatasannya, meskipun banyak perempuan yang
laki-laki dan perempuan dalam arti biologis. memperoleh penghasilan dari usaha yang
Pemaknaan gender mengacu pada perbedaan laki- dilakukan di rumah (dalam industri rumah tangga
laki dan perempuan dalam peran, perilaku, misalnya) tetap dianggap tidak mempunyai peran
kegiatan serta atribut yang dikonstruksikan secara yang berarti bahkan ketika memberi nama
sosial. Perbedaan ini tidak menjadi masalah bila usahanya masih menggunakan nama suaminya.
disertai dengan keadilan antar keduanya. Akan
tetapi ketidakadilan yang terjadi akan

ISBN 978-602-73690-3-0 568 Universitas PGRI Yogyakarta


Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

2.2. Partisipasi melibatkan masyarakat dalam proses memecahkan


Menurut Keith Davis (1990) dalam persoalan kehidupan mereka. Kondisi ini seringkali
bukunya “Human Relational Work” mengatakan berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan
bahwa “participation is defined as mental and yang pada gilirannya dapat berakibat adanya
emotional involment of a person in a group kebijakan-kebijakan yang tidak memihak pada
situation which ecourages him to contribute to kebutuhan perempuan.
group goals and share resposibility in them” Untuk itu menjadi strategis ketika melibatkan
(partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan perempuan dalam proses pembangunan mulai dari
mental dan emosi seseorang di dalam situasi perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
kelompok yang mendorong untuk memberikan monitoring dan evaluasi (PNPM, 2008). Hal ini
sumbangan kepada kelompok dalam usaha disebabkan:
mencapai tujuan serta turut bertanggungjawab 1. Sebagai penghargaan terhadap perempuan
terhadap usaha yang bersangkutan). Ukuran sebagai manusia yang merdeka yang berhak
partisipasi perempuan dalam pembangunan seperti untuk menentukan pemecahan masalah yang
yang disampaikan Sofiani (2009) dapat dilihat dari dihadapinya.
peran perempuan sebagai pelaku, pengendali, 2. Pemecahan masalah - masalah, termasuk
pengambil keputusan, penasehat dan penerima masalah kemiskinan yang menyangkut
manfaat pembangunan. Partisipasi mengandung perempuan akan lebih tepat apabila
makna adanya keterlibatan khususnya masyarakat dibicarakan bersama dengan perempuan.
dalam tahap-tahap kegiatan pembangunan baik 3. Memberi kesempatan kepada perempuan
secara mental dan emosi seseorang didalam untuk menjalankan tanggung jawab sosialnya
kelompok yang mendorong orang tersebut untuk sebagai manusia.
berperan dan ikut bertanggungjawab dalam 4. Potensi yang besar yang dipunyai oleh
pelaksanaan kegiatan guna pencapaian tujuan perempuan, akan sangat berarti apabila
kelompok. digunakan bukan hanya untuk sektor
domestik akan tetapi juga dalam sektor publik
2.3. Partisipasi Perempuan dalam sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh
Pembangunan masyarakat.
Dari penelitian yang dilakukan 5. Keterlibatan dalam semua proses
Listyaningsih (2009) tentang Partisipasi pembangunan memberikan kesempatan untuk
Perempuan dalam Politik dan Pembangunan Di mendapatkan pengetahuan dan informasi yang
Banten menyebutkan bahwa keterbatasan sama.
kesempatan kaum perempuan untuk terlibat
dalam forum-forum publik di lingkungannya, di Langkah-langkah untuk merealisasikan hak
samping secara teknis juga diakui kungkungan perempuan ialah dengan menghapus adanya
peran domestik yang dialami oleh mereka di dalam perbedaan, disparitas/kesenjangan atau keadaan
rumah tangga turut berperan besar dalam yang merugikan perempuan (Sofyan, 2003).
membatasi peran eksternal mereka, sehingga Langkah ini akan terealisisr ketika perempuan
peran-peran tersebut otomatis diserahkan mendapat „ruang‟ dalam aspek-aspek kegiatan
sepenuhnya pada laki-laki sebagai kepala rumah baik dalam peran domestik maupun publik.
tangga, disamping kendala teknis tersebut, Adanya kesetaraan dan keadilan antara laki-laki
komitmen kesungguhan para pelaku kebijakan dan perempuan dalam berperan akan menghasilkan
untuk melibatkan perempuan memang tidak manfaat yang besar karena mereka bisa saling
dimiliki oleh para pimpinan di tingkat RT. mendukung sesuai dengan potensi masing-masing
Perempuan, terutama dari kalangan miskin yang dimiliki baik perempuan maupun laki-laki.
seringkali menjadi penerima informasi kedua Sementara itu dari ketentuan perundang-
karena tidak pernah terlibat dalam rembug – undangan dan kebijakan pemerintah yang
rembug yang diselenggarakan untuk memecahkan dirumuskan menunjukkan konsistensi pemerintah
permasalahan masyarakat. Memang di beberapa masih tetap ada untuk berusaha menghapuskan
tempat kehadiran perempuan dalam penentuan diskriminasi dalam segala bentuk terhadap
keputusan terjadi walaupun jumlahnya relatif kecil, perempuan dan tetap mewujudkan prinsip-prinsip
akan tetapi seringkali suaranya kalah dengan suara persamaan hak bagi perempuan di bidang politik,
laki – laki yang jumlahnya cukup besar, bahkan hukum, ekonomi dan sosial budaya.
kadang-kadang mereka hanya ikut hadir tetapi
tidak bisa memberikan suaranya. Padahal rembug- 2.4. Kelembagaan.
rembug yang dilakukan warga merupakan aset Kelembagaan sering dihubungkan dengan
yang besar sebagai modal sosial untuk organisasi, wadah atau pranata. Sesungguhnya

ISBN 978-602-73690-3-0 569 Universitas PGRI Yogyakarta


Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

kelembagaan lebih luas dibanding dengan 2.5. Partisipasi Perempuan Dalam


organisasi. Dalam kelembagaan ada kode etik, Kelembagaan Desa.
aturan main, sikap dan tingkah laku yang dapat Upaya memberdayakan perempuan perlu
mempengaruhi kinerjanya. Menurut Syahyuti, terus dilakukan agar mereka tidak terjebak sebagai
norma dan perilaku merupakan dua obyek pokok objek melainkan dapat berperan sebagai subyek
dalam kajian kelembagaan, sementara organisasi dan memberikan seluruh potensinya dalam proses
lebih memperhatikan masalah struktur dan peran. pembangunan. Untuk itu keterlibatan perempuan
Pengertian kelembagaan tidak terlepas dari dalam kelembagaan desa mutlak diperlukan agar
pengertian lembaga. Lembaga adalah aturan di dalam proses pengambilan keputusan dapat
dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi mempertimbangkan kepentingan kaum perempuan.
yang memfasilitasi koordinasi antar anggotanya Keterlibatan perempuan dalam sektor publik ini
untuk membantu mereka dengan harapan dimana akan memberikan peluang terhadap pemecahan
setiap orang dapat bekerjasama atau berhubungan masalah-masalah perempuan sesuai dengan
satu dengan lain untuk mencapai tujuan bersama kebutuhan dan permasalahan mereka.
yang diinginkan (Ruttan dan Hayami, 1984). Permasalahan perempuan ditingkat basis ini pada
Menurut North DC.(1990), lembaga adalah aturan umumnya merupakan masalah-masalah yang
main di dalam suatu kelompok sosial dan sangat mendasar dalam kehidupan, misalnya masalah air,
dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, sosial dan sanitasi, kesehatan ibu dan anak dan bahan bakar.
politik. Institusi dapat berupa aturan formal atau Pemecahan masalah-masalah perempuan akan
dalam bentuk kode etik informal yang disepakati lebih tepat apabila melibatkan perempuan.
bersama. North membedakan antara institusi dan Dengan melibatkan perempuan dalam
organisasi dan mengatakan bahwa institusi adalah kelembagaan desa juga mempunyai arti memberi
aturan main sedangkan organisasi adalah kesempatan kepada kaum perempuan dalam
pemainnya. tanggungjawab sosialnya selain itu potensi yang
dimiliki perempuan dapat bermanfaat bagi
Komponen Kelembagaan (Syahyuti, 2006): masyarakat. Untuk itu menjadi strategis dengan
1. Person (orang) melibatkan perempuan dalam proses pembangunan
Orang-orang yang terlibat dalam kelembagaan melalui kelembagaan desa dari penyusunan
dapat diidentifikasi dengan jelas rencana, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
2. Kepentingan
Orang-orang tersebut sedang diikat oleh satu III. METODE PENELITIAN
kepentingan/tujuan, sehingga mereka terpaksa 3.1. Metode Pendekatan
harus saling berkomunikasi Metode kualitatif digunakan dalam penelitian
3. Aturan ini. Menurut Bogdan dan Taylor (1975),
Setiap kelembagaan mengembangkan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
seperangkat kesepakatan yang dipegang secara yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
bersama, sehingga seseorang dapat menduga kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
apa perilaku orang lain dalam lembaga tersebut perilaku yang diamati. Deskripsi merupakan
4. Struktur metode penelitian yang bertujuan mendiskripsikan
Setiap orang memiliki posisi dan peran yang secara terperinci fenomena sosial tertentu (Sutopo,
harus dijalankannya secara benar. Orang tidak 2002). Dalam pendekatan ini dengan menggunakan
bisa merubah-rubah posisinya dengan kemauan model naturalistik. Pendekatan kualitatif
sendiri. Dari beberapa pendapat tentang naturalistik menunjukkan pelaksanaan penelitian
kelembagaan tersebut, cukup jelas perbedaan secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal
antara organisasi dan lembaga. Kelembagaan yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya,
lebih dinamis dibanding organisasi. Adanya menekankan pada deskripsi secara alami sehingga
aturan main, kode etik, bagi setiap anggota dituntut keterlibatan peneliti secara langsung di
dalam menggerakkan sikap, perilaku, norma lapangan. ( Arikunto,2006). Seperti pendapat
dan kepentingan akan membawa kelembagaan Sugiyono (2004) dalam penelitian kualitatif
mencapai tujuannya. Aturan main yang (naturalistik) peneliti sebagai instrumen kunci.
disepakati bersama baik secara formal maupun Penelitian ini menggunakan studi kasus yang
informal menjadi pegangan lembaganya. mengarah kepada pendeskripsian secara rinci dan
Aturan main akan mempengaruhi perilaku pendalaman mengenai potret kondisi tentang apa
setiap unsur yang ada. yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di
lapangan studinya guna menjawab pertanyaan
bagaimana akses dan kontrol perempuan dalam
penyusunan program penanggulangan kemiskinan

ISBN 978-602-73690-3-0 570 Universitas PGRI Yogyakarta


Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

di tingkat desa sejak dari perencanaan, berkaitan dengan hal-hal yang akan digali dari
pelaksanaan, hingga monitoring dan evaluasi. informan. Meskipun begitu pertanyaan dapat
Apakah dengan adanya keterlibatan (partisipasi) berkembang dan meluas sesuai dengan
perempuan dalam kelembagaan mempunyai kepentingan dan situasinya. Wawancara dilakukan
pengaruh pada pengambilan keputusan yang dengan pihak-pihak yang terkait yakni koordinator
berpihak pada kebutuhan perempuan. dan anggota BKM , Unit pelaksana lingkungan
(UPL), unit pelaksana sosial (UPS) dan unit
3.2. Populasi dan Sampel pelaksana keuangan (UPK).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh BKM Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan
yang berada di Kabupaten Sleman sebanyak 75 melalui sumber-sumber data berupa profil siklus
BKM yang terdiri dari 3 BKM dengan kinerja program, profil BLM, profil KSM, maupun data
menuju madani, 31 BKM dengan kinerja mandiri lainnya yang relevan.
dan 31 BKM dengan kinerja berdaya. Dari 75
BKM tersebut hanya ada 4 BKM yang Validitas
koordinatornya perempuan. Data yang diperoleh selama proses penelitian akan
diuji kembali dengan melakukan pengujian
Sampel validitas data melalui penggunaan trianggulasi
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus data. Tringgulasi data adalah teknik pemeriksaan
sehingga metode yang tepat untuk penentuan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di
sampel adalah purposive sampling yakni teknik luar untuk keperluan pengecekan atau pembanding
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. terhadap data itu. Teknik trianggulasi ada
Pertimbangan yang digunakan adalah: BKM empat macam, yaitu pemeriksaan yang
dengan kinerja mandiri dengan koordinator laki- memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
laki dan perempuan. Kedua BKM tersebut adalah penyelidik, teori.
BKM Desa Umbulmartani dengan koordinator Untuk mengecek kembali derajat kepercayaan
laki-laki dan BKM Desa Jogotirto dengan suatu informasi dengan trianggulasi dilakukan
koordinator perempuan. dengan cara : (Moelong, Lexy, 2002).
a) Membandingkan data hasil pengamatan
3.3. Teknik Pengumpulan Data dengan data yang diperoleh dari hasil
Dalam penelitian berperspektif gender wawancara.
dengan pendekatan kualitatif deskriptif, interaksi b) Membandingkan apa yang dikatakan orang
antara peneliti dengan yang diteliti sangat didepan umum dengan apa yang dikatakan
membantu dalam menjelaskan masalah-masalah secara pribadi
yang dihadapi perempuan. Pertanyaan penelitian c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-
tentang „mengapa‟ dan „bagaimana‟ adalah orang tentang situasi peneliti, dengan apa
pertanyaan yang mampu menguak hal yang yang dikatakan sepanjang waktu
melatarbelakangi suatu permasalahan. d) Membandingkan keadaan perspektif
(Partini,1999). Penambahan data masih seseorang dalam berbagai pendapat dan
dimungkinkan baik semasa analisis maupun saat pandangan orang lain, seperti masyarakat,
penulisan laporan. anggota BKM, koordinator BKM serta unit-
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer unit pengelola (UPL, UPS dan UPK).
dan sekunder. Data Primer dikumpulkan melalui e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi
teknik-teknik : dokumen yang berkaitan.

Observasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Merupakan teknik pengamatan sistematis tentang Program Penanggulangan Kemiskinan di
perilaku responden, dilakukan untuk mendapatkan Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999
data empirik berupa aktivitas atau kegiatan terkait sebagai suatu upaya pemerintah untuk
dengan tema partisipasi perempuan dalam membangun kemandirian masyarakat dan
kelembagaan. pemerintah daerah dalam menanggulangi
kemiskinan secara berkelanjutan. Tahun 2008
Wawancara Mendalam : P2KP menjadi Program Nasional Pemberdayaan
Wawancara mendalam dilakukan agar terjadi Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri
interaksi mendalam antara peneliti dan diteliti, Perkotaan). Program ini cukup srategis
dalam suasana yang tidak kaku. Untuk karena menyiapkan landasan kemandirian
mempermudah proses digunakan panduan masyarakat berupa “lembaga kepemimpinan
wawancara yang berisi garis-garis besar yang masyarakat” yang representatif, mengakar dan

ISBN 978-602-73690-3-0 571 Universitas PGRI Yogyakarta


Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

kondusif bagi perkembangan modal sosial (social daerah kegiatan


capital) masyarakat di masa mendatang yang Pelaksanaan Evaluasi /
disebut dengan Badan Keswadayaan Masyarakat kegiatan Review
(BKM). Evaluasi / partisipatif
Tugas pokok BKM diantaranya Review
merumuskan kebijakan serta aturan main secara partisipatif
demokratis mengenai hal-hal yang berhubungan Sumber: Modul Tinjauan Pemahaman Terhadap
dengan penanggulangan kemiskinan; mendorong Program
berlangsungnya proses pembangunan partisipatif
dari tahap identifikasi kebutuhan, perencanaan, Proses yang terjadi dalam siklus ini
pelaksanaan, pemeliharaan, monitoring dan merupakan proses pembelajaran masyarakat dalam
evaluasi. BKM merupakan lembaga mengorganisir kegiatan penanggulangan
kepemimpinan kolektif, dengan jumlah anggota 13 kemiskinan. Pada tahun pertama diawali dengan
orang dikoordinir oleh seorang koordinator. Rembug Kesiapan Masyarakat. Sebenarnya
Sebagai lembaga kepemimpinan kolektif semua rembug kesiapan warga ini tidak masuk dalam
anggota mempunyai kedudukan yang sejajar siklus karena kegiatan ini merupakan kegiatan
sehingga mempunyai hak dan kewajiban yang yang dilaksanakan oleh warga untuk menentukan
sama. Kolektifitas kepemimpinan ini bertujuan kesepakatan akan menerima atau menolak
untuk dapat menghasilkan keputusan yang lebih diselenggarakannya program PNPM Mandiri
adil dan bijaksana karena tidak didasarkan kepada Perkotaan di wilayah tersebut. Apabila dari hasil
kekuatan dan kepentingan seseorang. kesepakatan warga menerima dilaksanakannya
Keterlibatan perempuan dalam program maka selanjutnya masyakarakat
kelembagaan desa (BKM) diharapkan akan melakukan kegiatan refleksi kemiskinan dan
memunculkan kebijakan/keputusan yang peduli siklus-siklus lainnya.
terhadap pemenuhan kebutuhan perempuan. Lebih BKM Bina Sejahtera dan BKM Umbul
jauh terdapatnya akses dan kontrol perempuan Sejahtera memiliki siklus yang berbeda. BKM
dalam kelembagaan khususnya dalam penyusunan Bina Sejahtera saat penelitian dilakukan dalam
program dapat mempengaruhi kehidupan siklus tahap empat, sedangkan BKM Umbul
perempuan pada khususnya dan masyarakat pada Sejahtera dalam tahap siklus dua. Oleh karenanya
umumnya. Perempuan yang dilibatkan dalam kegiatan yang dilakukan oleh kedua BKM ini
perencanaan dapat mengusulkan kegiatan-kegiatan berbeda.
yang menjadi prioritas kebutuhan dasar perempuan BKM Bina Sejahtera Jogotirto, dibentuk
yang seringkali terlewatkan (terlupakan) ketika tanggal 30 September 2014. Koordinator BKM Ibu
penyusun rencana kegiatan adalah kaum laki-laki. Suatmini, Alamat di kompleks Balai Desa
Kegiatan yang dilaksanakan BKM dirinci dalam Jogotirto, Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman.
sebuah siklus tahunan yang terdiri dari: Disahkan oleh Notaris Ny. Harmumtiwati tanggal
2 Desember 2014. Dari 13 anggota BKM, empat
Tabel 5.1. Siklus Program Penanggulangan diantaranya adalah perempuan. Lembaga ini
Kemiskinan PNPM Mandiri Perkotaan dilengkapi dengan UPL (Unit Pengelola
Siklus lingkungan) 1 orang, UPS (Unit Pengelola Sosial)
Tahun 1 Tahun 2/3 Tahun 4 1 orang, dan UPK (Unit Pengelola Keuangan) 3
Rembug PJM Rembug Refleksi orang.
Kesiapan Pronang 3 Tahunan Cakupan wilayah meliputi 10 dusun
Masyarakat kis Refleksi dengan jumlah penduduk 8.738 jiwa, hampir
Refleksi Review Kemiskinan separonya adalah warga miskin (4.135 jiwa).
Kemiskinan Partisipa Pemetaan Untuk lebih jelasnya periksa tabel 5.2.
Pemetaan tif Swadaya
Swadaya RWT Pembangunan Tabel 5.2.
Pembangunan BKM Cakupan Wilayah dan Cakupan Penduduk
BKM Pembangunan BKM Bina Sejahtera
Pembangunan KSM Cakupan Cakupan Kategori
KSM Penyusunan PJM Wilayah Penduduk Miskin
Penyusunan Pronangkis
PJM Sinergi dengan
Jml 10 Jml KK 3.206 Jml 1.36
Pronangkis perencanaan Dusun KK 5
Sinergi dengan pembangunan Misk
perencanaan daerah in
pembangunan Pelaksanaan Jml RW 32 Jml Jiwa 8.738 Jml 4.13

ISBN 978-602-73690-3-0 572 Universitas PGRI Yogyakarta


Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

Jiwa 5 Sebagaimana yang disampaikan Partini


Misk (2009), Kerangka analisis gender mencakup 4
in komponen yakni :
Jml RT 76Jml 6.542 1. Profil aktivitas
Dewasa Diperoleh dari pertanyaan: siapa melakukan
Sumber: Korkot SlemanBKM Umbul Sejahtera apa? Untuk mengetahui tingkat mobilitas
Umbulmartani berdiri pada tanggal 13 Desember wanita. Dari analisis ini akan diketahui sejuh
2013 dengan diberi nama BKM Umbul Sejahtera. mana partisipasi aktif wanita dibanding pria
Pengesahan oleh notaris Ny. Harmumtiwati, SH dalam setiap kegiatan yang akan diteliti.
pada tanggal 20 Desember 2013. Jumlah anggota Ditelaah dengan pembagian kerja, curahan
BKM sebanyak 13 orang terdiri dari 8 laki-laki waktu dan beban kerja.
dan 5 perempuan. Sebagai lembaga dengan 2. Profil akses dan kontrol
kepemimpinan kolektif dengan koordinator Bapak Untuk melihat bagaimana akses dan kontrol
Sujono, S.Pd. BKM Umbul Sejahtera dilengkapi wanita dan pria dalam: perencanaan,
dengan unit-unit pengelola kegiatan yakni unit pelaksanaan, monitoring dan evaluasi,
pengelola lingkungan (UPL) dengan jumlah manfaat dari hasil pembangunan
personil 2 orang, unit pengelola sosial (UPS) 3. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi:
dengan jumlah personil 2 orang , dan unit aktivitas, akses dan kontrol yang dilihat dari
pengelola keuangan (UPK) dengan jumlah personil faktor kondisi ekonomi, sosial, norma dan
pelaksana 3 orang dan 1 orang pengawas. nilai budaya masyarakat
Informasi umum yang meliputi cakupan wilayah, 4. Analisis siklus proyek/program
cakupan penduduk, tersaji dalam tabel 5.3. berikut Untuk menganalisis seberapa aktivitas proyek
ini. /program mempengaruhi pria dan wanita.

Tabel 5.3: 1. Profil Aktivitas


Cakupan Wilayah dan Cakupan Penduduk Digunakan untuk mengetahui tingkat
BKM Umbul Sejahtera partisipasi aktif wanita dibanding pria dalam setiap
Cakupan Cakupan Kategori kegiatan yang akan diteliti. Tabel 5.4,
Wilayah Penduduk Miskin menggambarkan siklus kegiatan BKM Bina
Jml 15 Jml KK 2.266 Jml KK 784 Sejahtera, diawali dari refleksi tiga tahunan tingkat
Dusun Miskin basis sampai dengan terbangunnya BKM yang
Jml RW 32 Jml 7.697 Jml 2.276 baru. Dalam setiap kegiatan/siklus keterlibatan
Jiwa Jiwa wanita lebih dari 30%. Dalam pemilu ulang BKM
keterlibatan perempuan mencapai 40%, tetapi
Miskin
capaian jumlah anggota perempuan BKM hanya
Jml RT 76 Jml 4.757
31%. Dari 13 anggota BKM hanya 4 perempuan.
Dewasa Menurut informasi dari koordinator terpilih pada
Sumber: Korkot Sleman saat pemilu ulang BKM tidak semua dusun ,
mengajukan calon perempuan. Meskipun begitu
Cakupan wilayah kerja BKM Umbul Sejahtera di koordinator BKM yang terpilih justru perempuan
desa Umbul Martani meliputi 15 Dusun, 32 RW yakni ibu Suatmini. Profil aktifitas perempuan
dan 76 RT. Jumlah penduduk sebanyak 7.697 jiwa. ditinjau dari tingkat kehadiran menunjukkan;
Dari jumlah tersebut sebanyak 2.276 jiwa masuk refleksi 3 tahunan tingkat basis sebesar 47% ,
dalam kategori penduduk miskin refleksi 3 tahunan tingkat kelurahan 47%, FGD
kelembagaan 45%, pemetaan swadaya tingkat
Analisis Gender basis 47%, pemetaan swadaya tingkat kelurahan
Dalam kajian ini analisis gender 42%, panitia pembentukan BKM 45%, penyiapan
dipergunakan untuk mengetahui peran serta wanita pemilu ulang BKM 47%, seleksi jumlah utusan
dalam pembangunan, yaitu dalam perencanaan, 34%, FGD refleksi kemiskinan tingkat basis 42%,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi FGD refleksi kemiskinan tingkat kelurahan 42%,
proyek/program, khususnya untuk melihat apakah Tim PS 45%, Pemilu ulang BKM 40%, BKM hasil
peran serta wanita dan pria sudah selaras, serasi pemilu ulang 31%, jumlah anggota BKM (aktif)
dan seimbang dengan kebutuhan mereka, 31%. Menurut salah seorang informan, keaktifan
bagaimana kebijaksanaan pada program perempuan dari nol kegiatan sudah terlihat,
pembangunan mempunyai dampak yang berbeda maksudnya sejak mereka belum aktif dalam BKM.
pada pria dan wanita.

ISBN 978-602-73690-3-0 573 Universitas PGRI Yogyakarta


Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

Tabel 5.4. BKM Umbul Sejahtera termasuk dalam tahap


Tingkat Partisipasi dalam Siklus Kegiatan BKM siklus dua. Profil Aktivitas diawali dengan
Bina Sejahtera Jogotirto sosialisasi rencana kegiatan partisipatif. Dibanding
Persentase dengan rerata BKM Bina Sejahtera yakni 42%,
Jenis Kelamin tingkat keterlibatan perempuan jauh lebih besar
(%)
Tahap Kegiatan Laki- Perem Laki- Perem dengan rerata 62% (periksa tabel 5.5).
laki puan laki puan
Refleksi 3 145 129 53 47 Tabel 5.5.
Tahunan (Basis) Tingkat Partisipasi dalam Siklus BKM Umbul
Refleksi 3 103 90 53 47 Sejahtera
Tahunan (Kel.) Jenis Persentase
Tahap
FGD 189 156 55 45 Kelamin (%)
Kegiatan
Kelembagaan Laki- Perem Laki- Perem
Pemetaan 189 168 53 47 laki puan laki puan
Swadaya (Basis) Sosialisasi Rcn 5 20 20 80
Pemetaan 22 16 58 42 Kegt. Tinjauan
Swadaya (Kel.) Partisipatif
Panitia 17 14 55 45 Pembentukan 5 20 20 80
Pembentukan Tim Tinj.
BKM Partisipatif
Penyiapan pemilu 40 35 53 47 Jumlah Anggota 3 8 27 73
ulang BKM tim TP
Seleksi (Jml 150 77 66 34 Bimbingan 3 8 27 73
utusan) anggota tim
FGD Refleksi 199 146 58 42 Tinjauan 9 7 56 44
Kemiskinan partisipatif
(Basis) internal
FGD Refleksi 29 21 58 42 Tinjauan 168 121 58 42
Kemiskinan (Kel) partisipatif
Tim PS 21 17 55 45 eksternal
Pemilu ulang 117 78 60 40 RWT 36 57 39 61
BKM KBK 9 7 56 44
BKM hasil pemilu 9 4 69 31 Rata-rata 62
ulang Sumber: Korkot Sleman
Jumlah Anggota 9 4 69 31
BKM (aktif)
Gambar 5.2 : Tingkat Partisipasi dalam siklus
Rata-rata 42 kegiatan BKM Umbul Sejahtera
Sumber: Korkot Sleman

Grafik 5.1:
Tingkat Partisipasi dalam Siklus Kegiatan BKM Bina
Sejahtera Jogotirto

Tingkat mobilitas perempuan dalam siklus


kegiatan yang diadakan BKM Umbul Sejahtera
cukup tinggi. Khususnya dalam kegiatan sosialisasi

ISBN 978-602-73690-3-0 574 Universitas PGRI Yogyakarta


Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

rencana kegiatan tinjauan partisipatif dan Kuota 30% untuk perempuan


pembentukan tim tinjauaun partisipatif. Tingkat Adanya pembatasan kuota 30% menurut
kehadiran perempuan sebesar 80%. Tingkat beberapa responden justru memberi batasan karena
kehadiran yang cukup besar ini berpengaruh pada menimbulkan persepsi 30% sudah cukup. Sehingga
jumlah anggota tim tinjauan partisipatif yang menimbulkan kecenderungan capaian kuota
terbentuk yakni 73% nya adalah perempuan, perempuan, angka 30% menjadi pegangan
demikian pula dalam bimbingan anggota tim sebesar sekaligus justru membatasi jumlah kuota
73% adalah perempuan. Dalam tinjauan partisipatif perempuan perempuan.
internal 44% dan 42% tinjauan partisipatif eksternal. Semakin banyak keterlibatan perempuan,
Dalam rapat warga tahunan lebih dari separo yang kecenderungan lebih hati-hati semakin besar,
hadir adalah perempuan yakni 61%. Namun dalam karena untuk mengurangi resiko sampai hal yang
komunitas belajar kelurahan hanya 44%. Secara kecil-kecil/teliti dipertimbangkan dan cenderung
keseluruhan dengan melihat tingkat kehadiran dari mengikuti jalur yang ada.
masing-masing siklus kegiatan tersebut diatas,
tingkat partisipasi yang ditinjau dengan tingkat 2. Profil akses dan kontrol
kehadiran cukup tinggi dengan rerata 62%, jauh Untuk melihat bagaimana akses dan kontrol
diatas 30% yang ditargetkan. Meskipun koordinator wanita dan pria dalam: perencanaan, pelaksanaan,
BKM Umbul sejahtera adalah laki-laki ternyata monitoring dan evaluasi, manfaat dari hasil
tingkat partisipasi perempuan lebih tinggi dibanding pembangunan
BKM Bina sejahtera yang dikoordinir perempuan BKM merupakan lembaga eksekutif di tingkat
(42%). desa dengan peran utama sebagai pengendali
Persepsi tingkat keaktifan, menurut salah satu (steering) bukan pelaksana. Oleh sebab itu
sumber informasi (anggota BKM), apabila tingkat lembaga ini dilengkapi dengan unit-unit pelaksana,
ketidak hadiran diatas 2, artinya dua kali tidak yakni unit pelaksana lingkungan (UPL), unit
datang dalam rapat/pertemuan maupun kegiatan, pelaksanan sosial (UPS) dan unit pelaksana
dianggap tidak aktif. Tingkat keaktifan anggota keuangan (UPK). Sebagai lembaga kepemimpinan
BKM wanita cukup tinggi dilihat dari tingkat kolektif, BKM dikoordinir oleh seorang
kehadirannya. Demikian pula keterlibatan dalam koordinator. Mekanisme pemilihan anggota LKM
kegiatan-kegiatan di lapangan, tanpa memandang melalui proses pemilihan secara langsung oleh
waktu kegiatan, baik siang maupun malam hari. warga masyarakat, tertulis, rahasia, tanpa
Seperti yang disampaikan koordinator BKM pencalonan, dan tanpa kampanye maupun rekayasa
(wanita), tidak ada kendala ketika dari siapapun. BKM bekerja secara kolektif,
pertemuan/kegiatan dilaksanakan malam hari. transparan, partisipatif, demokratis dan akuntabel.
Namun menurut salah satu pamong desa
Umbulmartani, meskipun pada dasarnya ketika Daur Program Pembangunan Partisipatif
kegiatan dilaksanakan malam hari tidak ada
Daur program pembangunan partisipatif yang
masalah, tetapi akan lebih baik kalau dilaksanakan
dilaksanakan BKM diawali dengan penjajagan
siang hari sehingga pada malam hari ibu-ibu bisa
kebutuhan, identifikasi potensi dan masalah
menemani anaknya di rumah.
sebagai input dalam membuat perencanaan
Semua responden wanita menyatakan tidak ada kegiatan. Keterlibatan anggota BKM dalam
kendala dalam pembagian kerja. Mereka menyadari menyusun program tidak memandang laki-laki dan
bahwa peran wanita dalam keluarga cukup besar, perempuan. Tidak ada perbedaan peran
sehingga mereka harus pandai-pandai mengatur didalamnya. Bahkan salah satu anggota BKM
waktunya agar ketika meninggalkan rumah untuk wanita sebelum terpilih menjadi anggota BKM
melakukan kegiatan BKM, pekerjaan mengurus adalah pengelola kegiatan lingkungan yang
rumah dan keluarganya tidak terabaikan. Dukungan kegiatan-kegiatannya adalah pembangunan fisik.
dan pengertian dari keluarga cukup besar Menurut beberapa sumber, dengan keterlibatan
pengaruhnya terhadap aktivitas perempuan di BKM.
wanita sebagai anggota BKM ini menjadikan lebih
Meskipun kesibukan sebagai anggota BKM ataupun
luwes dalam merancang program. Salah satu kasus
pengelola unit-unit cukup besar dan membutuhkan
terjadi, warga yang belum mempunyai jamban
curahan waktu, tenaga dan pikiran tetapi mereka
keluarga tidak sungkan untuk mengajukan
merasa senang (enjoy) menghadapinya. Jiwa
langsung ke ibu-ibu anggota BKM ini melalui
kerelawanan, rasa kebersamaan dan kepedulian
tetangganya. Artinya disini suasana bersifat cair
terhadap kebutuhan warga miskin menjadi
dan kegiatan yang diajukan sesuai dengan
pendorong keterlibatan mereka dalam BKM.
kebutuhan warga, khususnya kebutuhan
perempuan.
Sumber lain menyatakan bahwa dengan adanya

ISBN 978-602-73690-3-0 575 Universitas PGRI Yogyakarta


Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

kehadiran wanita dalam BKM, program yang anggota KSM perempuan yang juga cukup tinggi.
direncanakan semakin banyak dan efektif, juga Lebih dari separo, penerima manfaat program
memberi warna dan semangat dalam mengusulkan PNPM Mandiri Perkotaan adalah perempuan.
dan pelaksanaan kegiatan. Pada umumnya
perempuan lebih teliti dan berhati-hati dalam Keterlibatan perempuan dalam kelembagaan
melaksanakan kegiatan. Sehingga pelaksanaan ditinjau dari faktor kebijakan, peraturan dan
program jadi bertambah efektif dan efisien. perundangan.
Ada anggapan bahwa kaum perempuan apabila Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 9
saat rapat atau di forum lebih banyak yang diam, Tahun 2000 mengenai pelaksanaan
disini anggapan tersebut tidak terjadi. Kesadaran pengarusutamaan gender di dalam pembangunan,
terhadap peran sebagai wakil warga, cukup tinggi. strategi PUG (pengarusutamaan) dilakukan dengan
Hal ini tercermin dari keaktifan para anggota BKM cara mengintegrasikan perspektif gender ke dalam
wanita, tidak hanya dari sisi kehadiran tetapi juga proses pembangunan di setiap bidang, mulai dari
aktif dalam penyusunan rencana, pelaksanaan perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring dan
kegiatan maupun dalam monitoring. Di desa evaluasi.
Umbulmartani aktivitas perempuan dapat Di dalam Rencana Pembangunan Jangka
dikatakan tidak jauh berbeda dengan laki-laki. Panjang Nasional (RPJPN) dirumuskan strategi
Dalam kelembagaan (BKM), 5 dari 13 anggota kebijakan pemberdayaan perempuan dalam rangka
BKM atau 38% adalah perempuan. Sedangkan di mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.
Desa Jogotirto, 4 dari 13 anggota BKM (31%) Selain itu juga ditetapkan konsep gender sebagai
adalah perempuan dengan koordinator perempuan. salahsatuprinsiputamayangharus
Meskipun BKM merupakan lembaga diarusutamakan diseluruh program/kegiatan
kepemimpimpinan kolektif, namun dengan adanya pembangunan. Sasaran-sasaran kebijakan tersebut
koordinator seorang perempuan ini menunjukkan kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana
peran serta perempuan dalam kelembagaan cukup Pembangunan Jangka Menengah Nasional
besar. (RPJMN) 2010-2014 yang menekankan
pentingnya Strategi Pengarusutamaan Gender yang
Akses dan kontrol perempuan dalam perencanaan, digunakan untuk mengurangi kesenjangan antara
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, manfaat dari laki-laki dan perempuan Indonesia dalam
hasil pembangunan cukup besar tergambar dari mengakses dan mendapatkan manfaat
tabel 5.6. Dalam tabel tersebut, target Key pembangunan, memiliki kontrol terhadap
Performance Indicator, Minimum 40% perempuan sumberdaya, dan berpartisipasi dalam proses
berpartisipasi dalam pertemuan perencanaan dan pembangunan.
pengambilan keputusan terpenuhi. BKM Bina Adanya kebijakan, peraturan dan
Sejahtera dengan capaian partisipasi perempuan perundangan dalam mencapai kesetaraan gender
42%, sedangkan BKM Umbul sejahtera 50%. menjadi sangat strategis. Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat menetapkan target
Tabel 5.6. bagi warga perempuan untuk berpartisipasi sejak
Capaian Key Performance Indicator dariawalkegiatan,dalamperencanaan,
Target KPI Uraian Bina Umbul pelaksanaan dan monitoring. Hal ini dibuktikan
Sejahtera Sejahtera dengan adanya beberapa indikator diantaranya
Minimum Jml Keg. 147 19 adanya target partisipasi perempuan dalam setiap
40% /Even kegiatan yang dilakukan minimal 30%. Dengan
perempuan Total Pst 2.134 225 adanya target keterlibatan perempuan sebesar 30%
berpartisipasi Prn perempuan cukup memberi peluang yang cukup
dalam Total 5.073 448 besar bagi warga perempuan dalam setiap kegiatan
pertemuan Peserta yang dilaksanakan BKM. Baik sebagai pengambil
perencanaan Capaian 42% 50% keputusan (sebagai anggota BKM) ataupun sebagai
dan penerima manfaat.
pengambilan
keputusan Keterlibatan perempuan dalam kelembagaan
Anggota Capaian 61% 53% ditinjau dari faktor kultur dan budaya
KSM
Perempuan Dari sisi kultur budaya, budaya patriarkhi memberi
anggapan bahwa laki-laki lebih kuat (superior)
Perempuan sebagai penerima manfaat dibandingkan perempuan. Saat ini khususnya di
kegiatan pembangunan, tercermin dari capaian DIY budaya patriarkhi ini semakin melemah,

ISBN 978-602-73690-3-0 576 Universitas PGRI Yogyakarta


Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

sehingga mengurangi tingkat kesenjangan antara


laki-laki dan perempuan, dan pada gilirannya
semakin memberi peluang bagi perempuan untuk
berpartisipasi dalam kelembagaan.

Keterlibatan perempuan dalam kelembagaan REFERENSI


ditinjau dari faktor lingkungan keluarga Davis, Keith, 1990, Perilaku dalam Organisasi;
Jakarta: Erlangga.
Lingkungan keluarga memiliki pengaruh Instruksi Presiden RI No. 9 Tahun 2000 tentang
yang cukup besar bagi perempuan untuk Pengarusutamaan Gender dalam
berpartisipasi dalam kegiatan di ranah publik. Pembangunan Nasional.
Dorongan dari anggota keluarga seperti suami dan Listyaningsih, 2010, Partisipasi Perempuan dalam
anak-anak untuk melakukan kegiatan sosial dengan Politik dan Pembangunan di Banten, Jurnal
terlibat sebagai anggota BKM. Meskipun demikian Administrasi Publik, (I,2), Desember, hal.
menurut penuturan para responden, harus pandai- 143-166
pandai membagi waktu, jangan sampai Modul pelatihan dasar P2KP-PNPM, 2008, Bahan
kepentingan keluarga terabaikan karenanya. Selain Bacaan: Analisa Gender dan Ketidakadilan
dukungan lingkungan keluarga, dukungan dari ____________, Bahan Bacaan: Perempuan,
lingkungan luar pada umumnya juga sebagai faktor Partisipasi dan Pemberdayaan
pendukung peran perempuan dalam kelembagaan Moeloeng, Lexy, 2002, Metodologi Penelitian
desa (BKM). Kualitatif; Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dari beberapa deskripsi sebelumnya dan North DC.1990, Institutions, Institutional Change
informasi dari responden, pada saat ini khususnya and Economic Performance; Cambridge:
di desa Jogotirto dan Umbulmartani dapat Cambridge University Press
dikatakan hampir tidak ada kendala atau hambatan Partini Suardiman Siti, 1999, Bahan Pelatihan:
bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam proses Penelitian Berperspektif Gender, PSW-UMY,
pembangunan, baik dari sisi kebijakan, peraturan Yogyakarta
dan perundangan; kultur, budaya, norma, adat, Partini Suardiman Siti, 2012, Politik Adil Gender:
agama; lingkungan keluarga maupun lingkungan Sebuah Paradoks, Jurnal Pemikiran Sosiologi,
pada umumnya Vol 1, No. 2, Nopember
Partisipasi Perempuan dalam Politik dan
KESIMPULAN Pemerintah, Makalah Kebijakan; 2010,
Dari profil aktivitas rerata partisipasi UNDP Indonesia
perempuan BKM Bina Sejahtera 42%, BKM
Umbul sejahtera 62%. Lebih besar dari target yang Pedoman Umum PNPM Mandiri Perkotaan ,
ditetapkan yakni 30%. Kesadaran terhadap peran 2009; Departemen Pekerjaan Umum
sebagai wakil warga, cukup tinggi hal ini tercermin Direktorat Jenderal Cipta Karya
dari tingkat kehadiran dan keterlibatan dalam Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2013,
penyusunan rencana, pelaksanaan kegiatan maupun Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
dalam monitoring. Perlindungan Anak; Jakarta: CV. Lintas
Akses dan kontrol perempuan dalam Khatulistiwa
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan Ruttan VW and Hayami, 1984, Toward a Theory
evaluasi, manfaat hasil pembangunan cukup besar of Induced Institutional Innovation. Journal of
tergambar dari target Key Performance Indicator, Development Studies, Vol. 20: 203-220
minimum 40% perempuan berpartisipasi, tingkat Sofiani Triana, 2009, Membuka Ruang Partisipasi
capaian BKM Bina Sejahtera 42% dan BKM Perempuan dalam Pembangunan, Jurnal
Umbul Sejahtera 50%. Muwazah, (I,1), Januari – Juni, hal 63-71
Selain itu semua responden menyatakan Sofyan Syukrie Erna, 2003, Pemberdayaan
tidak ada kendala bagi perempuan untuk Perempuan dalam Pembangunan
berpartisipasi dalam kelembagaan desa (BKM). Berkelanjutan.
Suharsini Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI;
Yogyakarta: PT. Rineka Cipta

ISBN 978-602-73690-3-0 577 Universitas PGRI Yogyakarta


Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, Syahyuti, 2006: 30 Konsep Penting dalam
Bandung: CV. Alfabeta Bandung Pembangunan Pedesaan dan Pertanian;
Sutopo, Habertus. 2002. Metode Penelitian Jakarta: Bina Rena Pariwara
Kualitatif; Surakarta: UNS Press. Yin, R. K., 2003, Case Study Research: Design and
Methods. Sage Publications:USA

ISBN 978-602-73690-3-0 578 Universitas PGRI Yogyakarta

You might also like