Professional Documents
Culture Documents
Partisipasi Perempuan Dalam Kelembagaan Desa (Studi Kasus Pada BKM Desa Umbulmartani Dan Jogotirto)
Partisipasi Perempuan Dalam Kelembagaan Desa (Studi Kasus Pada BKM Desa Umbulmartani Dan Jogotirto)
Endang Widayati
STIE PARIWISATA API
Endang_widygy@yahoo.co.id
Abstract
The purpose of the study was to analyze women's participation in rural institutions BKM (Badan
Keswadayaan Masyarakat/ Community Self-Reliance Agency) review of the activity aspects, and control
access to establish program. The method used descriptive qualitative approach and triangulation of data.
This study uses a case study of 75 BKM in Sleman District selected BKM Bina Sejahtera and Umbul
Sejahtera. Sampling with purposive sampling, the primary data collected through observation and
interviews with coordinators and members of BKM, Environmental Setlement Executive Unit (UPL), social
welfare affairs implementation units (UPS), the financial management units (UPK) and beneficiaries.
Secondary data is colected from the program cycle profiles, profile KSM, as well as other data that is
relevant. Data analysis based on gender sensitiviness. include: activity profile, the profile of access and
control, analysis of the supporting factors and the factors inhibiting women's participation in the in rural
institutions. The average of the activity profile of women's participation BKM Bina Sejahtera 42%, Umbul
Sejahtera prosperous 62%, it is greater than the target of 30%. Awareness of the role as the representative
of community member, is quite high. Reflected in the presence and involvement in the planning,
implementation and in monitoring activities. Access and control of women in the planning, implementation,
monitoring and evaluation proceeds benefit the development is quite large. The results reflected from the
target Key Performance Indicator, a minimum of 40% female participation, achievement of 42% and 50%.
Besides all respondents stated that there are no obstacles for women to participate in village institutions.
Keywords: Participation, women, Institutional, BKM
keibuan, emosional, lemah-lembut dan ciri-ciri mengakibatkan korban baik bagi kaum lak-laki
lainnya yang dianggap melekat pada perempuan. maupun kaum perempuan. Oleh karena itu
Laki-laki dianggap memiliki ciri kuat, perkasa, kesetaraan gender merupakan hak yang semestinya
rasional dan ciri-ciri lainnya yang dianggap didapatkan agar laki-laki dan perempuan
melekat pada laki-laki. Padahal senyatanya sifat memperoleh kesempatan yang sama untuk
atau ciri-ciri tersebut dapat dipertukarkan diantara berperan dan ikut berpartisipasi dalam bidang
keduanya. Laki-laki bisa saja memiliki sifat kehidupan.
emosional dan lemah lembut, demikian pula Adanya paham patriarkhi yang
perempuan juga bisa memiliki ciri kuat, perkasa, menempatkan laki-laki pada derajad yang tinggi
rasional dan ciri-ciri lainnya. Mengacu pada berimplikasi pada pemberian kesempatan yang
Partini (1999), analisis gender juga menjadi alat lebih besar dalam peran pengambil keputusan
analisis yang dipergunakan dalam pembangunan, terhadap laki-laki daripada perempuan. Menurut
yaitu dalam perencanaan, pelaksanaan, Partini (2012), sebagian terbesar warga masyarakat
pemantauan dan evaluasi program khususnya dibesarkan sebagai generasi yang menganut paham
untuk mengetahui apakah peran serta wanita dan patriarkhi baik di ranah keluarga, di masyarakat ,
pria sudah selaras, serasi dan seimbang dengan dimana keyakinan terhadap nilai-nilai yang
kebutuhan mereka, bagaimana kebijaksanaan pada menempatkan laki-laki pada derajad dan
program pembangunan mempunyai dampak yang kesempatan yang lebih tinggi masih cukup
berbeda pada pria dan wanita. Hal ini dimaksudkan menancap. Ideologi yang tertanam kuat dalam
agar wanita mampu berperan serta bersama pria masyarakat ini menjadi dasar berfikir dan
sebagai mitra sejajar yang tercermin dalam sikap bertindak setiap orang yang akhirnya membentuk
dan perilaku yang saling peduli, saling sebuah konstruksi sosial dengan relasi yang
menghargai, menghormati, mengisi dan membantu timpang dan berdampak dalam mengambil
dalam melaksanakan pembangunan termasuk keputusan baik di ranah keluarga, di masyarakat
kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat . Proses dan di tataran negara.
yang dibangun secara sistematik untuk Perbedaan gender pun terlihat dari
mengidentifikasi dan memahami pembagian kecenderungan peran masing-masing, yaitu
kerja/peran laki-laki dan perempuan, akses dan berperan dalam publik atau domestik. Peran publik
kontrol terhadap sumberdaya pembangunan, diartikan dengan aktivitas yang dilakukan di luar
partisipasi dalam proses pembangunan dan rumah dan bertujuan mendapatkan penghasilan.
manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan Sedangkan peran domestik adalah aktivitas yang
antara laki-laki dan perempuan yang timpang, yang dilakukan di dalam rumah berkaitan dengan
didalam pelaksanaannya memperhatikan faktor- kerumahtanggaan dan tidak dimaksudkan untuk
faktor seperti kelas sosial, ras dan suku bangsa. mendapat penghasilan. Kedua peran ini dapat
Dalam pedoman Instruksi Presiden RI No. menjelaskan perbedaan peran gender dalam
9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender masyarakat. Secara umum, perempuan lebih
dalam Pembangunan Nasional, yang dimaksud berperan secara domestik dibandingkan publik. Hal
gender adalah konsep yang mengacu pada peran- ini terkait dengan kodrat perempuan untuk
peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan mengurus rumah tangga, sedangkan laki-laki
yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh bertanggungjawab mencari nafkah untuk keluarga.
keadaan sosial dan budaya masyarakat. Kesetaraan (KPPPA, 2013). Pembagian peran yang
gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan diakibatkan perbedaan gender ini membatasi
perempuan untuk memperoleh kesempatan dan aktivitas perempuan di ranah publik. Meski begitu
hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dalam mengurus rumah tanggapun ketika
dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, perempuan memainkan peran domestik sering kali
sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional, masih dibatasi dalam hal pengambilan keputusan
dan kesamaan dalam menikmati hasil khususnya yang berhubungan dengan masalah
pembangunan tersebut. Dalam buku Pembangunan keuangan dan pendidikan anak. Peran dalam
Manusia Berbasis Gender 2013 (KPPPA, 2013) menambah penghasilan juga terasa
menyatakan gender berbeda dengan karakteristik pembatasannya, meskipun banyak perempuan yang
laki-laki dan perempuan dalam arti biologis. memperoleh penghasilan dari usaha yang
Pemaknaan gender mengacu pada perbedaan laki- dilakukan di rumah (dalam industri rumah tangga
laki dan perempuan dalam peran, perilaku, misalnya) tetap dianggap tidak mempunyai peran
kegiatan serta atribut yang dikonstruksikan secara yang berarti bahkan ketika memberi nama
sosial. Perbedaan ini tidak menjadi masalah bila usahanya masih menggunakan nama suaminya.
disertai dengan keadilan antar keduanya. Akan
tetapi ketidakadilan yang terjadi akan
di tingkat desa sejak dari perencanaan, berkaitan dengan hal-hal yang akan digali dari
pelaksanaan, hingga monitoring dan evaluasi. informan. Meskipun begitu pertanyaan dapat
Apakah dengan adanya keterlibatan (partisipasi) berkembang dan meluas sesuai dengan
perempuan dalam kelembagaan mempunyai kepentingan dan situasinya. Wawancara dilakukan
pengaruh pada pengambilan keputusan yang dengan pihak-pihak yang terkait yakni koordinator
berpihak pada kebutuhan perempuan. dan anggota BKM , Unit pelaksana lingkungan
(UPL), unit pelaksana sosial (UPS) dan unit
3.2. Populasi dan Sampel pelaksana keuangan (UPK).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh BKM Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan
yang berada di Kabupaten Sleman sebanyak 75 melalui sumber-sumber data berupa profil siklus
BKM yang terdiri dari 3 BKM dengan kinerja program, profil BLM, profil KSM, maupun data
menuju madani, 31 BKM dengan kinerja mandiri lainnya yang relevan.
dan 31 BKM dengan kinerja berdaya. Dari 75
BKM tersebut hanya ada 4 BKM yang Validitas
koordinatornya perempuan. Data yang diperoleh selama proses penelitian akan
diuji kembali dengan melakukan pengujian
Sampel validitas data melalui penggunaan trianggulasi
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus data. Tringgulasi data adalah teknik pemeriksaan
sehingga metode yang tepat untuk penentuan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di
sampel adalah purposive sampling yakni teknik luar untuk keperluan pengecekan atau pembanding
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. terhadap data itu. Teknik trianggulasi ada
Pertimbangan yang digunakan adalah: BKM empat macam, yaitu pemeriksaan yang
dengan kinerja mandiri dengan koordinator laki- memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
laki dan perempuan. Kedua BKM tersebut adalah penyelidik, teori.
BKM Desa Umbulmartani dengan koordinator Untuk mengecek kembali derajat kepercayaan
laki-laki dan BKM Desa Jogotirto dengan suatu informasi dengan trianggulasi dilakukan
koordinator perempuan. dengan cara : (Moelong, Lexy, 2002).
a) Membandingkan data hasil pengamatan
3.3. Teknik Pengumpulan Data dengan data yang diperoleh dari hasil
Dalam penelitian berperspektif gender wawancara.
dengan pendekatan kualitatif deskriptif, interaksi b) Membandingkan apa yang dikatakan orang
antara peneliti dengan yang diteliti sangat didepan umum dengan apa yang dikatakan
membantu dalam menjelaskan masalah-masalah secara pribadi
yang dihadapi perempuan. Pertanyaan penelitian c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-
tentang „mengapa‟ dan „bagaimana‟ adalah orang tentang situasi peneliti, dengan apa
pertanyaan yang mampu menguak hal yang yang dikatakan sepanjang waktu
melatarbelakangi suatu permasalahan. d) Membandingkan keadaan perspektif
(Partini,1999). Penambahan data masih seseorang dalam berbagai pendapat dan
dimungkinkan baik semasa analisis maupun saat pandangan orang lain, seperti masyarakat,
penulisan laporan. anggota BKM, koordinator BKM serta unit-
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer unit pengelola (UPL, UPS dan UPK).
dan sekunder. Data Primer dikumpulkan melalui e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi
teknik-teknik : dokumen yang berkaitan.
Grafik 5.1:
Tingkat Partisipasi dalam Siklus Kegiatan BKM Bina
Sejahtera Jogotirto
kehadiran wanita dalam BKM, program yang anggota KSM perempuan yang juga cukup tinggi.
direncanakan semakin banyak dan efektif, juga Lebih dari separo, penerima manfaat program
memberi warna dan semangat dalam mengusulkan PNPM Mandiri Perkotaan adalah perempuan.
dan pelaksanaan kegiatan. Pada umumnya
perempuan lebih teliti dan berhati-hati dalam Keterlibatan perempuan dalam kelembagaan
melaksanakan kegiatan. Sehingga pelaksanaan ditinjau dari faktor kebijakan, peraturan dan
program jadi bertambah efektif dan efisien. perundangan.
Ada anggapan bahwa kaum perempuan apabila Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 9
saat rapat atau di forum lebih banyak yang diam, Tahun 2000 mengenai pelaksanaan
disini anggapan tersebut tidak terjadi. Kesadaran pengarusutamaan gender di dalam pembangunan,
terhadap peran sebagai wakil warga, cukup tinggi. strategi PUG (pengarusutamaan) dilakukan dengan
Hal ini tercermin dari keaktifan para anggota BKM cara mengintegrasikan perspektif gender ke dalam
wanita, tidak hanya dari sisi kehadiran tetapi juga proses pembangunan di setiap bidang, mulai dari
aktif dalam penyusunan rencana, pelaksanaan perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring dan
kegiatan maupun dalam monitoring. Di desa evaluasi.
Umbulmartani aktivitas perempuan dapat Di dalam Rencana Pembangunan Jangka
dikatakan tidak jauh berbeda dengan laki-laki. Panjang Nasional (RPJPN) dirumuskan strategi
Dalam kelembagaan (BKM), 5 dari 13 anggota kebijakan pemberdayaan perempuan dalam rangka
BKM atau 38% adalah perempuan. Sedangkan di mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.
Desa Jogotirto, 4 dari 13 anggota BKM (31%) Selain itu juga ditetapkan konsep gender sebagai
adalah perempuan dengan koordinator perempuan. salahsatuprinsiputamayangharus
Meskipun BKM merupakan lembaga diarusutamakan diseluruh program/kegiatan
kepemimpimpinan kolektif, namun dengan adanya pembangunan. Sasaran-sasaran kebijakan tersebut
koordinator seorang perempuan ini menunjukkan kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana
peran serta perempuan dalam kelembagaan cukup Pembangunan Jangka Menengah Nasional
besar. (RPJMN) 2010-2014 yang menekankan
pentingnya Strategi Pengarusutamaan Gender yang
Akses dan kontrol perempuan dalam perencanaan, digunakan untuk mengurangi kesenjangan antara
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, manfaat dari laki-laki dan perempuan Indonesia dalam
hasil pembangunan cukup besar tergambar dari mengakses dan mendapatkan manfaat
tabel 5.6. Dalam tabel tersebut, target Key pembangunan, memiliki kontrol terhadap
Performance Indicator, Minimum 40% perempuan sumberdaya, dan berpartisipasi dalam proses
berpartisipasi dalam pertemuan perencanaan dan pembangunan.
pengambilan keputusan terpenuhi. BKM Bina Adanya kebijakan, peraturan dan
Sejahtera dengan capaian partisipasi perempuan perundangan dalam mencapai kesetaraan gender
42%, sedangkan BKM Umbul sejahtera 50%. menjadi sangat strategis. Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat menetapkan target
Tabel 5.6. bagi warga perempuan untuk berpartisipasi sejak
Capaian Key Performance Indicator dariawalkegiatan,dalamperencanaan,
Target KPI Uraian Bina Umbul pelaksanaan dan monitoring. Hal ini dibuktikan
Sejahtera Sejahtera dengan adanya beberapa indikator diantaranya
Minimum Jml Keg. 147 19 adanya target partisipasi perempuan dalam setiap
40% /Even kegiatan yang dilakukan minimal 30%. Dengan
perempuan Total Pst 2.134 225 adanya target keterlibatan perempuan sebesar 30%
berpartisipasi Prn perempuan cukup memberi peluang yang cukup
dalam Total 5.073 448 besar bagi warga perempuan dalam setiap kegiatan
pertemuan Peserta yang dilaksanakan BKM. Baik sebagai pengambil
perencanaan Capaian 42% 50% keputusan (sebagai anggota BKM) ataupun sebagai
dan penerima manfaat.
pengambilan
keputusan Keterlibatan perempuan dalam kelembagaan
Anggota Capaian 61% 53% ditinjau dari faktor kultur dan budaya
KSM
Perempuan Dari sisi kultur budaya, budaya patriarkhi memberi
anggapan bahwa laki-laki lebih kuat (superior)
Perempuan sebagai penerima manfaat dibandingkan perempuan. Saat ini khususnya di
kegiatan pembangunan, tercermin dari capaian DIY budaya patriarkhi ini semakin melemah,
Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, Syahyuti, 2006: 30 Konsep Penting dalam
Bandung: CV. Alfabeta Bandung Pembangunan Pedesaan dan Pertanian;
Sutopo, Habertus. 2002. Metode Penelitian Jakarta: Bina Rena Pariwara
Kualitatif; Surakarta: UNS Press. Yin, R. K., 2003, Case Study Research: Design and
Methods. Sage Publications:USA