You are on page 1of 12

Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Yang Menggunakan Cochlear Implants

(Studi Kasus Di TK Aurica Surabaya Dan TK Puri Mutiara Bunda Sidoarjo )

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Yang Menggunakan Cochlear Implants


(Studi Kasus Di TK Surabaya Dan Sidoarjo )

Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya


untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian
Program Sarjana Pendidikan Luar Biasa

Oleh:
ATIK WAHYUNI
NIM: 13010044019

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2017

1
Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Yang Menggunakan Cochlear Implants
(Studi Kasus Di Tk Aurica Surabaya Dan Tk Puri Mutiara Bunda Sidoarjo )

KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK TUNARUNGU YANG MENGGUNAKAN


COCHLEAR IMPLANTS
(STUDI KASUS DI TK SURABAYA DAN SIDOARJO )

Atik Wahyuni dan Yuliati


S1 Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya,
atikwahyuni606@yahoo.co.id

Abstract
One of the obstacles of deaf children is the ability to speak. Language skills include listening, speaking, reading,
and writing skills. Efforts to overcome these obstacles in the form of the use of tools (ABM) and the installation
of cochlear implants. This study aims to determine the language skills of deaf children who use cochlear
implants, barriers experienced, as well as the intervention provided. The research used qualitative research approach
case study type. Technique of collecting data using observation, interview, documentation study and test. Data
analysis techniques use source triangulation, technique, and time.
The results showed that the ability to listen and speak initially just by looking at the motion of the lips and has
not spoken, now the ability to listen and speak simple sentences, complex and semi-complex can only be heard. The
obstacles experienced are concentration problems, and also very active students. Interventions for inclusion in the
form of classroom learning, tutoring reading, writing, arithmetic and AVT (Auditory Verbal Therapy). The
conclusions of this study is to use cochlear implants language skills of deaf children develop properly in accordance
with the curriculum of language skills of deaf children with cochlear implant (adapted from notes Shepheard Center
Intermede AVT Course 2013).
Keywords: language skills, cochlear implants

deteksi dini maka intervensi dilakukan secara cepat dan


PENDAHULUAN tepat sebelum berusia 6 bulan dengan pemberian alat
Respon manusia terhadap bunyi selalu hadir bantu dengar (ABD). Menurut Itano bayi yang
secara kebetulan sebagai latar kegiatan sehari-hari, mengalami tuli sensorineural bila mendapat intervensi
sebenarnya terjadi tanpa disengaja namun secara pada usia kurang dari 6 bulan, pada saat berusia 3 tahun
kejiwaan sangat besar artinya. Disatu pihak bunyi ini mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi seperti
memberi manusia suatu rasa aman, karena menjadikanya anak seusia mereka yang memiliki pendengaran normal
bagian dari dunia yang hidup dan aktif, namun dilain (Zizlavsky,2014:2)
pihak menimbulkan pula suatu kesiapan untuk bertindak, Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
dengan selalu memberi informasi mengenai kejadian di menunjukkan bahwa jumlah penyandang tunarungu
sekeliling kita. Pada umumnya anak yang memiliki (orang yang mengalami kehilangan pendengaran /hearing
pendengaran normal dapat mendengar bunyi – bunyi loss hingga 40 dB pada orang dewasa atau hingga 30 dB
yang sudah ia kenal yang memberikanya informasi serta pada anak – anak) mencapai 360 juta orang pada tahun
kontak dengan lingkungannya. Ia tahu dimana ibunya 2015 (Sari, 2016:2)
berada dengan mendengar suara ibunya, suara hujan Anak dengan gangguan pendengaran sejak lahir,
diluar rumah, dan lain sebagainya, namun keadaannya mengalami hambatan dalam berkomunikasi baik secara
akan lain dengan anak tunarungu. ekspresif (bicara) maupun reseptif (memahami
Ketunarunguan dianggap ketunaan yang paling bahasa/bicara oarng lain). Biasanya orangtua pergi ke
ringan dan kurang mengundang simpati dokter THT untuk memeriksakan keadaan anaknya, dan
dibandingkan dengan ketunaan lainya seperti apabila anak terdeteksi mengalami gangguan
tunanetra dan tunadaksa. Padahal ketunarunguan pendengaran seorang dokter menyarankan untuk
merupakan gangguan atau ketunaan yang berat memakaikan alat bantu dengar pada anaknya. Alat bantu
dan dapat mengakibatkan keterasingan dalam dengar dapat membantu anak untuk dapat mendengar
kehidupan sehari- hari (Wasita,2012:21). hampir menyerupai orang normal. Untuk gangguan
Anak yang mengalami hambatan pendengaran pendengaran berat yang kurang dapat terbantu apabila
apabila mereka terjaga dari tidur, mereka tidak akan menggunakan ABM (Alat bantu mendengar) akan
mendengar bunyi sekitarnya. Keadaan tersebut dialihkan untuk pemasangan cochlear implants, hal ini
menyebabkan anak mengalami hambatan dalam sesuai dengan kutipan (Zizlavsky,2014:2) yang
berkomunikasi menggunakan bahasa verbal sebagai alat menyatakan “Pemakaian implan kokhlea (IK) sebagai
komunikasi. alternatif apabila dengan alat bantu dengar (ABD)
Gangguan pendengaran yang terjadi sejak lahir konvensional tidak atau sedikit sekali diperoleh manfaat
mempunyai dampak lebih besar sehingga dengan adanya
Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Yang Menggunakan Cochlear Implants
(Studi Kasus Di TK Aurica Surabaya Dan TK Puri Mutiara Bunda Sidoarjo )

dalam perkembangan mendengar maupun berbahasa pada sambil mengurangi biaya. Koklea Link adalah sistem
anak dengan perkembangan kognitif yang baik”. transfer yang aman untuk klinik melayani pasien
Cochlear implants adalah organ pendengaran yang cochlear implants . Kokhlea link software, diaktifkan
berfungsi mengirim getaran listrik ke saraf pendengaran oleh Amazon Web Services (AWS), memusatkan data
dan otak. Suara (getaran mekanik)ditangkap oleh daun pasien dan mempercepat perbaikan perangkat,
telinga kemudian diantarkan ke tulang-tulang menghemat waktu dokter dan uang pada tugas-tugas
pendengaran serta mengalami proses transduksi administrasi dan meningkatkan layanan dan dukungan
(perubahan getaran mekanik menjadi implus listrik) di bagi pasien.
rumah siput/telinga dalam. Terlepas dari kemajuan teknologi dan pelayanan
Operasi cochlear implants merupakan tindakan bagi pasien cochlear implants tetap saja anak gangguan
penanaman elektroda untuk organ pendengaran yang pendengaran berat yang menggunakan cochlear implants
berisi saraf-saraf pendengaran. Elektroda inilah yang tidak dapat langsung mendengar atau berbicara dengan
menggantikan fungsi koklea yang mengalami kerusakan. sendirinya tanpa adanya latihan dan stimulus dari orang
Operasi ini dapat dilaksanakan pada semua usia tetapi sekitar. Stimulus dan latihan dari lingkungan di
operasi pada pasien dibawah tiga tahun dapat sekitarnya yaitu lingkungan tepat belajar berbahasa dan
memberikan hasil lebih optimal dengan tujuan anak lingkungan keluarga merupakan rumah untuk anak
penyandang tuna rungu dapat bersekolah di sekolah biasa gangguan pendengaran belajar berbahasa. Pada tahapan
(main streaming). Dengan teknik operasi ini, kualitas berbicara anak normal “usia 4 – 6 bulan dapat
anak dengan gangguan dengar sejak lahir dapat mengeluarkan suara yang merupakan kombinasi huruf
ditingkatkan. hidup dan huruf mati, usia 7 – 11 bulan dapat
Namun, operasi ini bukanlah satu-satunya menggabungkan kata /suku kata yang mengandung arti,
tindakan agar anak dapat mendengar dan berbicara usia 12 – 18 bulan mampu menggabungkan kata atau
dengan normal. Setelah operasi, masih ada tahapan kalimay pendek” sedangkan anak yang yang di
selanjutnya hingga anak dapat berbicara. Tahapan yang perkirakan mengalami gangguan pendengaran “usia 12
dimaksud adalah swich on, mapping, dan terapi yang bulan belum dapat mengoceh (babbling) atau meniru
dilakukan. Menurun pengalaman, ketiga tahapan itu bunyi, usia 18 bulan belum dapat menyebutkan satu kata
dijalani pasien selama kurang lebih 2 tahun tergantung yang mempunyai arti, usia 24 bulan perbendaharaan kata
berbagai faktor seperti keadaan psikologis anak, tingkat kurang dari 10 kata, usia 30 bulan belum dapat
intelelegensi anak. merangkai 2 kata” (Soepardi,2012:10)
Biasanya orangtua tidak langsung memutuskan Namun tidak semua anak yang menggunakan
penggunaan implan koklea pada anaknya yang memiliki cochlear implants dapat berbahasa dan berkomunikasi
gangguan pendengaran berat. Mereka menggunakan alata dengan baik, lingkungan pembelajaran baik di sekolah
bantu pendengaran terlebih dahulu, apabila dengan ABD maupun dirumah serta keberhasilan oprasi cochlear
tidak ada perubahan yang positif pada anak, orangtua implants juga menentukan hasilnya. Hal ini sesuai
baru mengimplantasi koklea anaknya. Hal ini dengan kutipan Hoffman sebagai berikut :
dikarenakan biaya oprasi dan habilitasinya, perawatnya, “Our results showed that children with CI had
serta kekhawatiran orangtua terhadap keberhasilan significant delays in social competence across
oprasinya. Namun sekarang sudah ada software untuk time compared with their hearing peers, even 8
mempermudah pelayanan bagi pasian implan koklea, hal years after implantation. These findings contradict
ini sesuai dengan kutipan pada artikel berikut: previous studies of children with CIs, which found
“Centennial, Colo. (November 10, 2016) — high ratings of social competence in relation to
Cochlear Limited (ASX: COH), the global leader normative data”(Hoffman,2015:157)
in implantable hearing solutions, is proud to Kutipan tersebut menyatakan hasil penelitian
highlight the success of Cochlear Link, an menunjukkan bahwa anak-anak dengan cochlear
innovative customer service offering that makes it implants memiliki keterlambatan dalam kompetensi
easier for cochlear implant clinics to serve their sosial dibandingkan dengan rekan-rekan normal
patients while reducing costs. Cochlear Link is a pendengaran seusia mereka, bahkan 8 tahun setelah
secure cloud-based data transfer system for implantasi. Hal ini menunjukkan tidak semua anak
clinics serving patients with Cochlear Nucleus® tunarungu dengan cochlear implants berhasil unutk
cochlear implants. The Cochlear Link software, berkomunikasi dan bersosialisasi mendekatai anak
enabled by Amazon Web Services (AWS), normal pendengaran seusia mereka. Temuan ini
centralizes patient data and expedites device bertentangan dengan penelitian sebelumnya anak-anak
repairs, saving clinicians time and money on dengan dengan cochlear implants, yang ditemukan
administrative tasks and enhancing service and memiliki peringkat tinggi dalam kompetensi sosial, hal
support for patients.” ini berkaitan dengan data normatif.
Data tersebut menyatakan bahwa (ASX: COH), Hasil penelitian selanjutnya yang mendukung
pemimpin global dalam memberikan solusi untuk penelitian Hoffman adalah “The findings suggested that
pengguna cochlear implants , dengan bangga menyoroti most young children who had been implanted before 5
keberhasilan Koklea Link, persembahan layanan years of age and had 1–3 years of implant use did not
pelanggan inovatif yang membuatnya lebih mudah untuk catch up with their aged peers with normal hearing in
klinik implan koklea untuk melayani pasien mereka

3
Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Yang Menggunakan Cochlear Implants
(Studi Kasus Di Tk Aurica Surabaya Dan Tk Puri Mutiara Bunda Sidoarjo )

tone perception and sentence perception. berbahasa seperti anak normal pendengaran pada
“(Chen,2014:1923). umumnya. Setiap orangtua memiliki tujan masing –
Kutipan tersebut menyatakan hasil penelitian masing dalam mendidik anaknya berbahasa yang
menunjukkan bahwa kebanyakan anak-anak muda yang disesuakan dengan pendidikan bahasa anak di rumah.
telah ditanamkan sebelum usia 5 tahun dan setelah Agar hasil pembelajaran berbahasa optimal, lingkungan
menggunakan implan selama 1-3 tahun, tidak mengejar belajar berbahasa dirumah harus sama dengan di tempat
ketinggalan dengan rekan-rekan seusia mereka dengan terapi anak dan disekolah.
pendengaran normal dalam mempersepsi bunyi dan Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
mempersepsi kalimat. Sehingga perkembangan dalam di Yayasan Aurica yang merupakan lembaga terapi untuk
berbahasa kurang meningkat secara signifika anak gangguan pendengaran, di yayasan Aurica untuk
Berbeda dengan kedua hasil penelitian terapi anak tunarungu menggunkan AVT (Auditory
sebelumnya, penelitian selanjutnya yang membahas Verbal Therapy). Anak tunarungu yang mengikuti terapi
efektifitas penggunaan implan koklea di dapatkan hasil di Yayasan Aurica menggunkan alat bantu dengar baik
kesimpulan sebagi berikut : berupa hearing aid maupun cochlear implants untuk
“This research has shown that early implantation membantu mendengar merupakan faktor pendukung
has a positive effect on the language development untuk proses pembelajaran berbahasa secara verbal, akan
of deaf children. The age of implantation can be tetapi penggunaan alat bantu mendengar bukan satu –
regarded as a good indicator of the linguistic satunya faktor pendukung dalam proses belajar siswa.
development of these children. We are conscious banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan seorang
of the fact that the evidences of the improvements siswa dalam perkembangan berbahasa antara lain, usia
in the processes of language development are not gangguan pendengaran terdeteksi, kemampuan
exclusively products of early implantation” intelegensi, penggunaan alat yang konsisten serta
(Jorge,2016:241) kerjasama dengan orang tua yang mendukung
Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pembentukan lingkungan yang baik untuk anak dengan
penelitian ini telah menunjukkan implantasi awal gangguan pendengaran belajar mengembengkan
memiliki efek positif pada perkembangan bahasa anak – kemampuan berbahasanya. Perbedaan jenjang usis,
anak gangguan pendengaran. Usia implantasi dapat perbedaan usia pemasangan cochlear implants,
dianggap sebagai indikator yang baik dari perkembangan pengaturan alat, tingkat intelegensi, partisispasi orangtua,
linguistik anak – anak ini. Fakta dilapangan serta ketekutan dalam mengikuti terapi menjadikan
membuktikan perbaikan dalam proses perkembangan kemampuan Berbahasa anak tunarungu dengan cochlear
bahasa tidak secara eksklusif dari produk implan koklea implants berbeda-beda antara anak satu dengan yang
saja akan tetapi juga memerlukan latihan secara bertahap lainya, walapun sama-sama menjalani terapi ditempat
dan terus – menerus untuk mengembangkan kemampuan yang sama.
berbahasanya. Maka berdasarkan uraian yang telah dijelaskan,
Mendukung hasil penelitian Jorge, Hasil tujuan dalam penelitian ini adalah untuk (1)
Penelitian selanjutnya menyimpulkan bahwa: Mendeskripsikan kemampuan menyimak dan berbicara
“The present study showed that prelingually deaf anak tunarungu yang menggunakan cochlear implants.
children’s ability to develop complex expressive (2) Mendeskripsikan hambatan menyimak dan berbicara
and receptive spoken language after early, yang dialami anak tunarungu dengan cochlear implants.
bilateral implantation appears promising. The (3) Mendeskripsikan intervensi untuk meningkatkan
majority of the children in this study developed kemampuan menyimak dan berbicara anak tunarungu
language skills at a faster pace than their hearing yang menggunakan cochlear implants.
age would suggest. The results indicated that the
majority of the children had expressive and METODE
receptive language skills within the normative Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
range after 12–48 months of CI kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Pemilihan
use.”(Wie,2010:1265)
pendekatan kualitatif dikarenakan berkenaan dengan
Penelitian Wie ini menunjukkan bahwa anak
tunarungu mempunyai kemampuan untuk fokus dan tujuan penelitian yang ingin menggambarkan
mengembangkan bahasa ekspresif yang kompleks dan secara alamiah objek yang diteliti, hal ini senada dengan
bahasa reseptif. Mayoritas anak-anak dalam penelitian pendapat Sugiono (2016:15) yang menyatakan bahwa
yang dikembangkan ini mempunyai kecepatan penelitian kualitatif adalah meneliti pada kondisi obyek
kemampuan bahasa yang lebih cepat dari usia yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen.
pendengaran mereka. Hasil penelitian menunjukkan Pemilihan jenis penelitian studi kasus, didasarkan pada
bahwa sebagian besar anak-anak memiliki kemampuan
fokus penelitian yakni mendeskripsikan kemampuan
bahasa ekspresif dan kemampuan bahasa reseptif dalam
rentang normatif setelah 12-48 bulan penggunaan menyimak dan berbicara, hambatan yang dialami serta
cochlear implants . intervensi yang diberikan. Hal ini sebagaimana
Dari hasil penelitian yang saling bertentangan dan diungkapkan Creswell (2015:135-136) penelitian Studi
mendukung tersebut tentu sebagai orangtua berkeinginan kasus merupakan pendekatan kualitatif yang penelitiannya
agar anak tunarungu dengan cochlear implants dapat
Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Yang Menggunakan Cochlear Implants
(Studi Kasus Di TK Aurica Surabaya Dan TK Puri Mutiara Bunda Sidoarjo )

mengeksplorasi kehidupan-nyata, sistem terbatas


kontemporer (kasus) atau beragam sistem terbatas Tabel 2. Kode Responden dan Waktu Pelaksanaan
(berbagai kasus) melalui pengumpulan data yang detail Wawancara
dan mendalam serta melibatkan beragam sumber No Responden Kode Waktu
informasi dan melaporkan deskripsi kasus dan tema kasus. Responden Pelaksanaan
1 Guru Kelas GKA 30 Maret , 10
Penelitian dilakukan di salah satu sekolah TK inklusi
TK Aurica April, 12
di Surabaya dan Sidoarjo yakni TK Aurica yang berlokasi April 2017
di Jl. Bendul Merisi Utara VIII/8, Kec. Wonocolo Kota 2 Terapis TK TA 11 April
Surabaya dan TK Puri Mutiara Bunda yang berlokasi di Aurica 2017
Griya Candra Mas Cb No 1 Kecamatan Sedati, Sidoarjo. 3 Guru Kelas GKP 4 April 2017
Penelitian ini menerapkan teknik pengumpulan data TK Puri
observasi, wawancara, dokumentasi, serta tes. Mutiara
Bunda
Observasi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
4 Terapis TK TP 18 April
observasi terbuka, dimana peneliti tidak terlibat langsung Puri 2017
dalam keadaan yang diamati tetapi diketahui secara Mutiara
terbuka oleh responden dengan pelaksanaan observasi Bunda
berdasarkan pedoman observasi yang telah disiapkan
sebelumnya. Observasi digunakan untuk memperoleh data Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
kemampuan menyimak dan berbicara, hambatan yang kemampuan menyimak dan berbicara siswa saat ini.
dialami serta intervensi yang diberikan. Observasi Instrumen tes dibuat oleh peneliti selanjutnya terapis dan
dilaksanakan di lingkungan sekolah yakni di dalam kelas. guru yang mengaplikasikannya pada siswa.
Kelas yang menjadi sasaran observasi adalah TK-A di TK Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
aurica dan kelas TK-B di Tk Puri Mutiara Bunda. Lebih memberi informasi baru, serta memperjelas dan
lanjut observasi dilakukan ketika proses pembelajaran memperkuat informasi yang sudah diperoleh melalui
serta proses terapi berlangsung, adapun yang menjadi wawancara dan observasi. Adapun data yang ditelusuri
obyek observasi adalah seluruh aspek kemampuan dalam dokumentasi adalah : data kepala sekolah, guru
menyimak dan berbicara siswa. Adapun waktu kelas, dan terapis, salinan RPPH, salinan hasil belajar
pelaksanaan observasi dijelaskan dalam tabel 1 di bawah siswa, salinan hasil tes audiologi, salinan maping cochlear
ini : implants, serta salinan materi terapi yang diberikan.

Tabel 1. Waktu Pelaksanaan Observasi Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
N Observasi SEKOLAH ini analisis data menggunakan model Miles, Huberman,
o TK Aurica TK Puri & Saldana. Pemilihan analisis data dengan menggunakan
Mutiara model ini didasarkan pada kajian penelitian terdahulu
Bunda
yang banyak menggunakan model serupa, lebih lanjut
1 I 20 Maret 2017 21 Maret 2017
2 II 31 Maret 2017 30 Maret 2017 model Miles, Huberman, & Saldana juga mutakhir karena
3 III 3 April 2017 6 April 2017 terakhir kali direvisi pada tahun 2014. Model analisis
4 IV 10 April 2017 13 April 2017 terbaru dari Miles, Huberman, & Saldana (2014:30-32)
5 V 17 April 2017 18 April 2017 meliputi :
1. Data Condentation (Kondensasi Data)
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini Kondensasi data merujuk pada proses memilih,
adalah wawancara terstruktur, yakni teknik wawancara memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, dan
dimana peneliti bertatap muka dengan responden atau mentransformasikan data yang diperoleh selama
menggunakan pedoman yang disiapkan terlebih dahulu penelitian berlangsun. Makna dari kondensasi mengacu
(Sukardi, 2014:80). Teknik wawancara ini dipilih supaya pada penguatan data. Dalam model sebelumnya
hasil wawancara dapat langsung menjawab fokus dari menggunakan istilah reduksi yang berarti mengurangi
penelitian dan sesuai dengan data yang diharapkan. data. Sedangkan dalam kondensasi data tidak dihilangkan
Wawancara digunakan untuk memperoleh data terkait melainkan dirangkum, diparafrase, maupun digabungkan
kemampuan menyimak, kemampuan berbicara, hambtan dengan data lainnya. Kondensasi data dalam penelitian ini
yang dialami serta intervensi yang di berikan. Responden dilakukan melalui merangkum hasil wawancara,
dalam wawancara meliputi: guru kelas dan terapis. observasi, dan dokumentasi sesuai dengan masing –
Adapun kode responden dan waktu wawancara dijelaskan masing aspek. Data hasil rangkuman kemudian dipakai
dalam tabel 2 sebagai berikut : sebagai data penelitian.

5
Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Yang Menggunakan Cochlear Implants
(Studi Kasus Di Tk Aurica Surabaya Dan Tk Puri Mutiara Bunda Sidoarjo )

2. Uji Transferability
2. Data Display (Penyajian Data) Pengujian transferability atau keteralihan merupakan
Setelah data dikondensasi, maka langkah selanjutnya pengujian derajad ketepatan, hingga mana hasil penelitian
adalah menyajikan data. Teks yang bersifat naratif paling dapat diterapkan dalam situasi lain (Sugiyono, 2016:376).
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian Adapun pengujian transferability dalam penelitian ini
kualitatif. Meskipun begitu untuk mempermudah dalam melalui menyusun skripsi dengan uraian rinci, jelas,
penarikan penyajian data diharapkan dapat dalam bentuk sistematis, dan dapat dipercaya sesuai dengan pedoman
matriks, grafik, diagram, maupun pemetaan. Dalam penyusunan skripsi.
penelitian ini data disajikan dalam bentuk teks naratif,
serta tabel pada salah satu aspek. 3. Uji Dependability
Pengujian dependability atau reliabilitas merupakan
3. Conclution Drawing/Verification (Penarikan pengujian apakah penelitian dapat diulangi atau
Kesimpulan Dan Verifikasi) direplikasi oleh peneliti lain (Sugiyono, 2016:377).
Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah Adapun pengujian dependability dilakukan melalui audit
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan keseluruhan proses penelitian. Oleh karena itu untuk
Penarikan kesimpulan diambil dari data yang terkumpul pengujian dependability setiap proses penelitian yang
kemudian diverifikasi terus menerus selama proses sudah dilakukan audit oleh dosen pembimbing melalui
penelitian berlangsung agar data yang didapat terjamin ke bimbingan terjadwal dan terstruktur.
absahan dan objektifitasnya, sehingga kesimpulan terakhir
dapat dipertanggung jawabkan. 4. Uji Confirmability
Pengujian confirmability atau uji objektivitas
Sedangkan teknik pengujian kesahihan data dilakukan penelitian dilakukan melalui kesepakatan banyak orang
melalui : atau dapat juga dikatakan sebagai pengujian hasil
1. Uji Kredibilitas penelitian (Sugiyono, 2016:377). Oleh karena itu, untuk
Pengujian kredibilitas atau kepercayaan terhadap hasil penelitian ini pengujian confirmability dilakukan saat
data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi, yakni pelaksanaan sidang hasil penelitian oleh dosen penguji.
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2016:372). Sehingga HASIL DAN PEMBAHASAN
triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Hasil
Hasil akan memaparkan data yang diperoleh selama
a. Triangulasi Sumber penelitian melalui teknik pengumpulan data yang
Triangulasi sumber dilakukan melalui mengecek data meliputi observasi, wawancara, tes serta dokumentasi
dengan obyek penelitian meliputi : Kemampuan
yang diperoleh dari beberapa sumber. Dalam penelitian
menyimak dan berbicara anak tunarungu yang
ini triangulasi sumber dilakukan melalui membandingkan menggunakan cochlear implants. Hambatan menyimak
data hasil wawancara antara kepala sekolah, guru kelas, dan berbicara yang dialami anak tunarungu dengan
dan terapis. cochlear implants. Serta intervensi untuk meningkatkan
b. Triangulasi Teknik kemampuan menyimak dan berbicara anak tunarungu
Triangulasi teknik dilakukan melalui mengecek data yang menggunakan cochlear implants.
yang diperoleh pada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda. Dalam penelitian ini triangulasi teknik 1. Kemampuan Menyimak dan Berbicara anak
dilakukan melalui membandingkan antara data hasil tunarungu yang menggunakan cochlear implants
wawancara, data hasil observasi, serta data hasil Kemampuan menyimak dan berbicara yang akan di
dokumentasi. bahas terlebih dahulu adalah “D” siswa Tunarungu yang
c. Triangulasi Waktu duduk di TK-A Aurica. Menurut hasil wawancara “D”
Triangulasi waktu berkaitan dengan waktu pertama kali terapi di yayasan Aurica bulan oktober 2015,
pengumpulan data. Data yang dikumpulkan di pagi hari kebetulan sebelumnya sudah belajar ditempat lain selama
pada saat subjek masih segar, belum lelah akan 2 bulan dengan metode lipread. Kondisi awal belum
menghasilkan data yang lebih valid (Sugiyono, 2016:374). berbicara sama sekali menyimak dengan mendengar juga
Adapun dalam penelitian ini triangulasi waktu diterapkan belum, akan tetapi “D” paham kata – kata sederhana
melalui melaksanakan wawancara di waktu selang dengan melihat gerak bibir. Kemampuan berbicara awal
informan yakni saat istirahat pergantian pembelajaran, “D” hanya huruf vocal yang pertama keluar, akan tetapi
ataupun waktu pulang sekolah. sambil terus di observasi yang sering keluar huruf
“mmmmaa” yang akhirnya di berikan kata “D bilang
Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Yang Menggunakan Cochlear Implants
(Studi Kasus Di TK Aurica Surabaya Dan TK Puri Mutiara Bunda Sidoarjo )

mau” lama – lama keluar semua konsonan – konsonan benar. “D” cukup mampu mengikuti pembelajaran dalam
yang lainya. Selanjutnya kemampuan awal “D” ketika kelas, namun dalam hal menirukan dan menyebutkan
dikelas adalah kemampuan sosial kurang, pendiam, lebih kembali benda – benda yang telah dipelajari dalam materi
banyak menyendiri. Kemampuan berbicara karena masih mengalami kesulitan dikarenakan kemampuan
pengaruh dari gangguan mendengar, walapun mendengar konsentrasi “D” yang kurang dan sangat aktif bergerak
sudah lumayan bagus tapi kurang jelas, awal memanggil dalam kelas.
bunda “ bu-a” sekarang sejak masuk bulan September Kemampuan menyimak dan berbicara yang akan di
sudah bisa bilang bunda. bahas selanjutnya adalah “E” siswa Tunarungu yang
Setelah 1,5 tahun menjali terapi AVT serta duduk di TK-B Puri Mutiara Bunda Sidoarjo.
pembelajaran di kelas inklusi Kemampuan menyimak dan Kemampuan menyimak dan berbicara di kelas cukup
berbicara siswa sampai saat ini berkembang pesat banyak baik. . “E” sudah mampu membaca dan menulis seperti
sekali kosakata yang ia dapatkan, sudah bisa pamitan anak seusianya. “E” sudah mampu berbicara tanpa
“selamat pagi” sudah bisa pinjem apa yang dia mau. diperintah sesuai dengan inisiatifnya sendiri ketika proses
Untuk menyimak misalkan, “d” mau kemana sejenak pembelajaran berlangsung. Dalam menirukan dan
berbpikir baru dijawab “ mau pulang” naik apa “ naik memahami materi pembelajaran yang bukan bernyanyi
motor” mungkin direspon dulu oleh alatnya baru di olah “E” cenderung cepat tanggap. Dalam bercakap – cakap
di otaknya sehingga mengulang apa yang kita tanyakan dengan teman sekelasnya pun “E” dapat mengikuti
baru di jawab. Untuk kebiasaan menyimak “D” sudah percakapan dengan baik. Apabila “E” memakai alatnya
baik, ia dapat menyimak dan merespon suara maksimal maka ia akan langsung mendengar namun dalam
setelah 15 detik. Menurut hasil wawancara, observasi memberika instruksi harus pelan – pelan, kalau terlalau
serta tes “D” sudah mampu menyimak perintah yang cepat tidak bisa. Untuk membaca dan menulis sudah bisa
sederhana, semi kompleks hingga kompleks berupa bagus karena sebelumnya sudah di latih di TK-A, karena
menunjuk gambar yang sesuai dengan deskripsi dari dia hanya mengalami gangguan pendengaran. Akan tetapi
terapis. Selain itu kesadaran akan suara lingkungan “D” untuk menyanyi atau syair dia agak kurang karena
cukup baik namun apabila latar suara bising harus bicara berhubungan dengan nada. Untuk menyanyi jarang sekali
di dekat telinganya agar “D” merespon. Untuk hafal, kalaupun satu lagu hafal pun itu lama. Untuk
kemampuan berbicara “D” mampu berbicara memberikan membaca menulis bagus, berhitung sudah sampai 1-30.
instruksi kepada terapis dengan cukup baik. Dalam
menyebutkan warna “D” menyebutkan warna 2. Hambatan menyimak dan berbicara yang dialami
hijau,kuning dan merah. Dalam menyebutkan nama anak tunarungu dengan cochlear implants.
kendaraan “D” menyebutkan mobil, motor, sepeda dan Hambatan menyimak dan berbicara yang akan di
pesawat. Selanjutnya untuk nama tempat “D” bahas terlebih dahulu adalah “D” siswa Tunarungu yang
menyebutkan apotik,toko, bandara dengan cara di duduk di TK-A Aurica. Dari hasil observasi serta
bisikkan ketelinganya karena merupakan kosakata baru, wawancara Hambatan yang terlihat di alami dalam kelas
stasiun dengan sebelumnya dibantu dengan deskripsi adalah keaktifan “D” pada saat proses pembelajaran
“tempat kereta”, rumah sakit dengan sebelumnya berlangsung sehingga ia sulit konsentrasi dalam belajar.
diberikan deskripsi “ tempat kalau sakit”, pom bensin dan Selain itu adanya anak autis dalam satu kelas “D” yang
sekolah. Dari 20 pasang kosa kata yang terdiri dari 10 terkadang jahil memukul, membuat “D” sedikit takut.
kosa kata yang sudah pernah di pelajari dan 10 kosakata Intervensi yang diberikan dalam kelas terlihat guru
baru, “D” hanya tidak bisa menyebutkan 3 pasang membuat pembelajaran semenarik mungkin dengan media
kosakata dari 10 kosakata baru. Kosakata yang dimilik benda – benda rill, kerajinan, video, dan bahkan
“D” untuk sekarang ini sekitar 600 kosa kata yang pembelajaran di luar kelas untuk lebih mengenal benda
meliputi kosa kata akademik dan non akdemik. “D” sudah alam (pada saat materi benda alam). Walapun
dapat berbicara atas kemaunya sendiri misalkan “pinjam”, perbandingan siswa inklusi dan regular 1:1, kelas tetap
“diga mau pipis”, “makan” dll. Dalam kegiatan kondusif untuk belajar dikarenakan siswa yang regular
pembelajaran di kelas inklusi “D” dapat menjawab disbiasakan untuk membantu siswa yang inklusi.
pertanyaan sederhana dengan cukup cepat misalkan “mau Pembelajaran yang digunakan adalah klasikal setelah itu
warna apa?” ia menjawab “hijau”. “D” juga mampu individual apabila “D” belum paham. Selain itu Hambatan
mengikuti percakapan sederhana dengan temanya. Pada yang dialami “D” dalam proses terapi adalah ada masalah
saat kondisi kelas ramai “D” kesulitan dalam memangil dalam konsentrasi, dan juga ia sangat aktif. Anak aktif
nama temnya dengan benar, namun ketika Suasana tidak yang konsentrasinya pendek untuk mendengar itu sesuatu
terlalu bising dan ia hanya berbicara dengan satu teman, ia yang tidak gampang. Lawan kata yang belum dapat ia
dapat memanggil nama teman lawan bicaranya dengan sebutkan dengan baik tersebut dikarenakan itu kata baru

7
Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Yang Menggunakan Cochlear Implants
(Studi Kasus Di Tk Aurica Surabaya Dan Tk Puri Mutiara Bunda Sidoarjo )

yang ia pelajari. Informasi daru guru kelas hambatan ada kegiatan berbahasa sesuai PR yang diberikan dalam
di “D” sendiri karena dia cenderung “cengkal” dia merasa planning season. Terapi AVT dasarnya adalah orangtua,
bisa namun sebenarnya ia butuh bantuan dan percaya orangtua mengikuti anak pada saat terapi lalu
dirinya bagus dengan bilang “tidak bunda”. Hambatan mengulanginya ketika dirumah. Kebetulan “D” juga
yang lain dari satu siswa autis sehingga “D” sedikit takut. menjalani terapi di tempat lain sehingga di rumah ibuk
Selain siswa dalam kelas berjumlah 10 siswa dengan bapaknya juga menekankan untuk mendengar. Tapi tidak
perbandingan siswa regular 5, tunarungu 2, autis 1, gampang karena sudah 2 bulan dia diajari dengan metode
slowlenner 1, dan yang 1 lagi specch delay serta gangguan lihat. Jadi bulan – bulan pertama diskusi dengan orangtua
konsentrasi. agar “D” terbiasa mendengar dan menghilangkan
Hambatan menyimak dan berbicara yang akan di kebiasaanya untuk melihat. Awal memberikan intervensi
bahas selanjutnya adalah “E” siswa Tunarungu yang dengan mendengar, namun “D” ini juga ada masalah di
duduk di TK-B Puri Mutiara Bunda. Hambatan yang konsentrasi, juga ada masalah tidak bisa diam. Anak aktif
dialami selama pembelajaran adalah sulitnya “E” dalam yang konsentrasinya pendek untuk mendengar itu sesuatu
menghafal lagu dan bersyair, sehingga terkadang “E” yang tidak gampang. Jadi terapis melatih “D” untuk benar
diminta untuk maju kedepan kelas sebagai latihanya – benar full mendengar dengan menarik perhatianya
dalam bernyanyi. Selain itu ketika sekolah “E” terkadang dengan hal – hal yang menarik. Itu yang membuat dia
hanya memakai 1 alatnya saja, meskipun sebenarnya “E” akhirnya diam untuk mendengarkan, karena ia akhirnya
mempunayi 2 implan. Hal ini yang membuat “E” kurang mengerti bahwa sesuatu yang disampaikan terapis atau
tanggap ketika hanya memakai satu alatnya saja di telinga orangtuanya itu sesuatu yang menarik. Akhirnya tanpa ia
sebelah kanan. Berdasarkan paparan daru guru kelas harus terapi perilaku dll yang disarankan oleh terapis
Tidak ada hambatan yang dialami, hanya pada saat syair sebelumya dia bisa lumayan diam dengan mendengar .
serta menyanyi bahasa inggris saja hambatanya. Kalau Menurut terapis program tambahan yang diberikan adalah
menulis sudah rapi sama seperti teman – temanya latihan dirumah, karena AVT sebenarnya menekankan
Kemampuan dalam menyimak instruksi apabila diberikan pada pelatihan orangtua. Kosakat yang dimiliki “D”
instruksi yang teralau bnayak kurang mengerti, sekitar 600 kosakata. Sesuai dengan kurikulum
mengertinya jika melihat temanya ambil apa dia kurukulum, “D” ini sudah 1,5 tahun terapi sudah sesuai
mengikuti. Apabila diberikan perintah satu – satu baru dengan target sekarang sudah bisa 4 item misal “D ambil
bisa. piring yang besar yang warnanya kuning bukan hijau
taruh di atas meja” dan D sudah lumayan untuk itu.
3. intervensi untuk meningkatkan kemampuan Intervensi yang diberikan di sekolah inklusi berupa les
menyimak dan berbicara anak tunarungu yang sehingga bisa mengejar ketertinggalanya di kelas. “D”
menggunakan cochlear implants mengikuti Les calistung seminggu tiga kali serta terapi
intervensi yang diberikan untuk meningkatkan AVT seminggu tiga kali. Untuk pembelajaran dalam kelas
kemampuan menyimak dan berbicara yang akan di bahas berhubung “D” cepat sekali tanggapnya, jadi untuk
terlebih dahulu adalah “D” siswa Tunarungu yang duduk kegiatan hampir di samakan di kelas, namun tetap ada
di TK-A Aurica. Berdasarkan hasil Observasi dan pendampingan khusus. Apabila “D” belum faham di
wawancara Intervensi di ruang terapi yang diberikan pada damping secara individual agar dia lebih faham, semisal
“D” adalah AVT (Auditory verbal Therapy). Tahap untuk mewarnai “D warna ini” guru menggoreskan warna
pelaksanaan AVT “D” dimulai dengan conditioning di kertas.
dengan ling 6 sound dan kemudian dilanjutkan dengna Intervensi yang diberikan untuk meningkatkan
mengembangkan 5 aspek berbahasa dalam AVT yaitu kemampuan menyimak dan berbicara yang akan di bahas
Audition, language, speech, cognition, dan Selanjutnya adalah “E” siswa Tunarungu yang duduk di
communication. Tahap evaluasi AVT meliputi hasil TK-B Puri Mutiara Bunda. Intervensi yang diberikan di
planning session dan laporan perkembangan per 6 bulan. kelas inklusi adalah pembelajaran secara klasikal serta
Pada saat terapi, terapis menutup mulutnya dengan tangan individual. Program tambahan yang disediakan adalah
ketika “D” terkadang menghadap kearah wajah terapis, ekstra inggris, sempoa, keagamaan, serta tari. Program
namun karena “D” sudah terbiasa mendengar ia akan tambahan yang di berikan berupa les di rumah, namun
diam dan mendengarkan setiap instruksi terapis tanpa tergantung orangtuanya kadang di panggilkan guru les
melihat kearah wajah terapis. Ketika ada kosakata baru kadang tidak. Untuk disekolah sendiri ada ekstra bahasa
dan “D” masih kesulitan untuk menyimak dan menirukan inggris setiap hari selasa dan sempoa setiap hari kamis.
dengan benar, terapis akan membisikkan kata baru Konsistensi “E” dalam memakai alat apabila di kelas tidak
tersebut di dekat telinga “D”. Setelah terapi di sekolah pernah di lepas, namun ketika di rumah mungkin di lepas
selama satu jam orangtua di rumah kembali mengajarkan karena menghemat batrai. Ketika batrainya habis atau
Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Yang Menggunakan Cochlear Implants
(Studi Kasus Di TK Aurica Surabaya Dan TK Puri Mutiara Bunda Sidoarjo )

alatnya rusak dia tidak masuk. Guru kelas juga bulan. Namun karena orang tua merasa kepekaan
menyatakan Sudah sama seperti anak normal pada mendengar D kurang berkembang dengan liprsead
umumnya. akhirnya D menjalani terapi AVT di Yaysan Aurica dan di
Informasi tambahan dari guru kelas untuk sekarang “E” Jala Puspa RSAL Surabaya. Awal menjalani terapi AVT
Sudah mendaftar dan ketrima melalui jalur tes di SD di yayasan Aurica terapis menekankan bahwa D harus
Hangtuah Surabaya. Satu kelas biasanya ada 6 -7 siswa mendengar. Perlu waktu 1 – 2 bulan untuk mengubah
yang ketrima. Untuk tes di hangtuah setiap tahunya ada kebiasaan D dari melihat menjadi mendengar. D mulai
pendataan. Guru bertanya tesnya apa aja, sehingga terapi oktober 2015, kondisi awal D masuk belum terbiasa
sebelum tes siswa di drill untuk mewarnai,melipat, mendengar, belum bicara namun sudah mengerti kata
menggabar dan dibekali bahasa inggris sehingga ketika sederhana dengan melihat gerak bibir. Setelah 1,5 tahun
disana dapat bersaing dengan siswa lainnya. Program terapi AVT kemampuan berbahasa D berkembang. D
terapi yang di tawarkan di yayasan puri mutiara bunda sudah terbiasa mendengar. Kosakat yang di miliki D
meliputi program terapi akademik, terapi motorik, terapi sekitar 500 kosakata. D mendapatkan 40 kata baru setiap
perilaku dan terapi wicara nanti disesuaikan dengan bulanya. Permasalahan yang dialami D adalah dia
kemampuan anaknya. Untuk terapi akademik ada untuk memiliki emosi yang tinggi dan sangat aktif hal ini di
menunjang pembelajan di kelasnya. Berdasarkan karenakan D juga mengalami gangguan konsentrasi.
keterangan darai terapis dalam melihat keseharian “E” Sehingga D harus diam untuk dapat mendengarkan
keampuannya dalam berbicara sudah bagus, namun sering informasi dan menyimaknya. Hal ini yang di latih agar D
– sering di ajak berbicara karena di kelaspun dia sudah terbiasa untuk diam pada saat menyimak.
bisa mengikuti. Dalam proses pembelajaran D mengalami hambatan
dalam menulis dan berhitung, untuk kemampuan berbahsa
Pembahasan D sudah bersuara jika menginginkan sesuatu. Dalam
Dalam pembahasan ini akan di jabarkan tentang menyebutkan lawan kata D masih sering lupa. D
bagaiaman gambaran umum kasus, intervensi yang di cenderung kurang merespon pembelajaran jika
berikan serta kemampuan menyimak dan berbiacara siswa pembelajaran kurang menarik.
tunarungu yang menggunakan Cochlear Implan saat ini. Kemampuan “D” saat ini sudah dapat memahami
Dalam kasus I yang di bahas adalah kasus D dan dalam instruksi 4 item seperti yang terlihat pada hasil tes dan
kasus II yang di bahasa adalah kasus E observasi hal ini sesuai dengan tahapan kurikulum AVT
(diadaptasi dari catatan Shepheard Center Intermede AV
1. Studi Kasus I Course 2013) yaitu saat ini “D” sudah 1,5 tahun terapi
Siswa D merupakan siswa kelas TK A di TK/KB dan sudah sampai pada tahap IV. Identivikasi dan sudah
Aurica. Sebelumnya D adalah siswa di Paud kartika lancar 4+ kata dalam konteks. Untuk target selanjutnya
selama 1,5 tahun. D dicurigai mengalami gangguan sesuai dengan kurikulum “D” di targetkan untuk dapat
pendengran pada usia 1 tahun dengan tanda – tanda pada pada tahap V.pengolahan dan pemahaman. Pada tahap ini
saat tidur terdapat suara keras namun D tidak terbangun yang harus di kuasai “D” berupa
serta ketika di panggil namanya D tidak menoleh. • Perkembangan kosakata yang lebih maju(memperluas
Selanjutnya D di periksakan di RSAL dengan dokter kategori, abstrak)
spesialis THT. • Meningkatkan penggabungan kata dan permainan
Sebelum adanya terapi, komunikasi D dengan orang melalui mendengar
tua berupa menunjuk jika meminta sesuatu. D tertarik • Menjawab pertanyaan – pertanyaan sederhana
dengan olahraga terutama sepak bola. D seperti tidak (dimana, apa, siapa)
pernah capek karena selalu ada hal – hal yang ia lakukan. • Memahami peningkatan kalimat kompleks denga 3+
D sangat aktif sehingga bila sesuatu kurang menarik ia unsure
akan sulit untuk diam. • Mendengrakan paragraph pendek dan menjawab
Dokter THT menyatakan D mengalami gangguan pertanyaan – pertanyaan sederhana
pendengran pada usia 1,5 tahun. D mengalami gangguan • Menjawab pertanyaan – pertanyaan kompleks
pendengran cukup berat. Selanjunya D menjalani oprasi (bagaiman, mengapa, apa selanjutnya)
Cochlear Implan (CI) pada telinga sebelah kanan di • Mendengar paragraph yang lebih panjang dan
RSAL. Cl mulai dinyalakan (switch on) pada tanggal 31 menjawab pertanyaan – pertanyaan kompleks
Agustus 2015. Selanjutnya sesi mapping dilakukan pada • Mengurutkan dengan dan tanpa dukungan visual
tanggal 9 November 2015. seperti gambar dan kartu
Sebelum menjalani terapi AVT di yayasan Aurica D • Meningkatan ketrampilan bahas aberfikir (lebih
pernah menjalani terapi lipsread di tempat lain selama 2 komlpleks)

9
Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Yang Menggunakan Cochlear Implants
(Studi Kasus Di Tk Aurica Surabaya Dan Tk Puri Mutiara Bunda Sidoarjo )

• Mengikuti percakapan dengan topic yang dikenal lanacar dam membaca dan berbiacara, namun ketika
• Mengikuti percakapan terbuka (topic tidak dikenal; bernyanyi atau bersyair E mengalami kesulitan, walaupun
pembicara yang belum dikenal Agar nantinya dia sudah setiap harinya di kelas dari Paud sampai TK-B
dapat berkomunikasi dengan mandiri dibiasakan untuk menyanyi. Pembelajaran di TK PMB
Dari hasil uraian tersebut terlihat kemampun sendiri lebih banyak menggunakan bahasa inggris baik
berbahasa anak gangguan pendengaran yang dalam bernyanyi walapun bersyair. Akan tetapi E tetap
menggunakan cochlear implants “D” pada saat ini cukup kesulitan dalam mengikutinya. Apabila dia hafal satu lagu
bagus dan berkembang sesuai kurukulum pada usia 21 itu membutuhkan waktu yang sangat lama.
bulan pemakain cochlear implants . Hal ini sesuai dengan Untuk anak tunarungu yang menggunakan Cochlear
hali penelitian Wie (2010:1265) yang menunjukkan Implan sejak sebelum usia 3 tahun seharusnya sudah
bahwa sebagian besar anak-anak memiliki kemampuan memiliki kemampuan dengar hampir menyamai anak
bahasa ekspresif dan kemampuan bahasa reseptif dalam dengar pada umumnya ketika alat berfungsi dengan baik
rentang normatif setelah 12-48 bulan penggunaan serta peran serta orangtua dan keluarga di rumah
cochlear implants. selain itu kemampuan “D” sejalan pula konsisten untuk menerapkan AVT. Awal bunyi yang di
dengan hasil penelitian Jorge (2016:241) yang dengar anak adalah nada, sehingga perlu adanya latihan
menunjukkan implantasi awal memiliki efek positif pada untuk menerjemahkan nada tersebut menjada sebuah
perkembangan bahasa anak – anak gangguan bunyi yang mengandung makna atau kata. Pada saat
pendengaran. Usia implantasi dapat dianggap sebagai duduk di TK-A E rajin mengikuti terapi untuk
indikator yang baik dari perkembangan linguistik anak – mengembangkan kemampuan berbahasanya serta selalu
anak ini. “D” melakukan implantasi aebelum usia 2 tahun konsisten dalam memakai alat. Namun karena dirasa
sehingga masih merupakan inplantasi awal. Fakta sekarang E sudah lancar dalam berbahasa ia tidak
dilapangan membuktikan perbaikan dalam proses mengikuti terapi lagi dan ketika di rumah alatnya sering
perkembangan bahasa tidak secara eksklusif dari produk tidak di pakai. Selain mangalami kesulitan dalam hal
implan koklea saja akan tetapi juga memerlukan latihan bernyanyi E juga mengalami kesulitan untuk menyimak
secara bertahap dan terus – menerus untuk perintah dalam kalimat yang kompleks, seharusnya
mengembangkan kemampuan berbahasanya. menurut kurikulum pencapaian kemampuan berbahasa
pada tahap terakhir terapi AVT (diadaptasi dari catatan
2. Studi Kasus II Shepheard Center Intermede AV Course 2013) adalah
Siswa E merupakan siswa kelas TK B di TK Puri Memahami peningkatan kalimat kompleks dengan 3+
Mutiara Bunda (PMB). D dicurigai mengalami gangguan unsur. Hal ini krang dapat di kuasai E dikarenakan
pendengaran sudah sejak lahir, di karenakan pada saat menghentikan pembiasaan – pembiasaan dalam terapi
lahir sudah di diagnosis mengalami gangguan AVT baik di rumah maupun di luar rumah di setiap
pendengaran. Selanjutnya E di periksakan lebih mendalam aktivitas E sebelum ia menyelesaiakn semua tahapan
di RS Dr. Sutomo Surabaya dokter spesialis THT. kurikulum terapi AVT. Walaupun E sudah lancar dalam
Sejak kecil E anaknya sangat menurut, hanya saja dia berbahasa, namun tetap harus menjalani semua tahapan
tidak akan meminta apa yang ia mau sebelum di tankan terapi AVT sebagai modalnya untuk mengejar
oleh orang di sekitarnya atau sebelum di berikan instruksi. ketertinggalan kemampuan berbahasa dengan teman –
Sehingga E cenderung pendiam ketika masih duduk di teman seusianya.
bangku TK A di TK PMB
E pernah menjalani berbagai terapi untuk PENUTUP
mengembangkan kemampuan berbahasanya ketika dia Simpulan
duduk di bangku TK-A. di yayasan PMB khusunya E Berdasarkan hasil penelitian studi kasus yang di
menjalani terapi untuk mendengar selama 1 tahun. Selain laksanakan di TK Aurica Surabaya dan TK Puri Mutiara
terapi di PMB ibu E juga rajin mengikuti seminar – Bunda Sidoarjo, dari dua permasalahn memeliki kasus
seminar AVT untuk melatih anaknnya ketika di rumah, yang berbeda – beda namun tetap dalam lingkup
dikarenakan terapi AVT tersebut sebenarnya berbahasanya.
mengutamakan peran serta orangtua dalam melatih 1. Studi kasus kemampuan menyimak dan berbicara “D”
berbahasa anak tunarungu. siswa TK-A Aurica
Sampai akhirnya sekarang E sudah dapat menyimak, a. Kemampuan menyimak dan berbicara berkembang
berbiacara, membaca dan menulis seperti layaknya anak dengan baik terbukti dengan “D” mampu
seusianya. Namun ketika alatnya di lepas ia tidak akan menyimak perintah sederhana, semi kompleks
mendengar sama sekali sehingga ia sering tidak masuk hingga kompleks hanya dengan mendengar. Serta
sekolah ketika alatnya rusak atau batarinya habis. E sudah sudah mampu berbicara tanpa diperintah,
Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Yang Menggunakan Cochlear Implants
(Studi Kasus Di TK Aurica Surabaya Dan TK Puri Mutiara Bunda Sidoarjo )

mendeskripsikan gambar sederhana, menyebutkan tunarungu dengan cochlear implants yang


nama hewan, buah, tempat, alat tulis, kendaraan, mengalami kasus dalam kemampuan menyimak
warna, angka 1-15 serta 20 lawan kata. Kosakata dan berbicara.
yang dimiliki saat ini sekitar 600 kosakata. - Bagi orangtua untuk lebih memahami
b. Hambatan yang dialami “D” berupa kesulitan pembelajaran berbahasa yang sesuai untuk anak
dalam berkonsentrasi. “D” memiliki konsentrasi
tunarungu dengan cochlear implants,sehingga
yang pendek dikarenakan ia siswa yang sangat
orang tua dapat dengan bijak dalam
aktif. Dalam kelas hambatan ada di “D” sendiri
memberikan pendidikan formal bagi anaknya.
karena dia cenderung “cengkal” dia merasa bisa
namun sebenarnya ia butuh bantuan.
c. Intervensi di ruang terapi yang diberikan pada “D”
adalah AVT (Auditory verbal Therapy) selain itu DAFTAR PUSTAKA
di sekolah . “D” mengikuti Les calistung seminggu Ajallouiyan, M, at al. 2016. “Comparison of
tiga kali. intelligence quotients of first- and second-
2. Studi kasus kemampuan menyimak dan berbicara “E” generation deaf children with cochlear
siswa TK-B Puri Mutiara Bunda. implants”. International Journal of Pediatric
a. Kemampuan menyimak dan berbicara di kelas Otorhinolaryngology, doi:
sangat baik. . “E” sudah mampu membaca dan 10.1016/j.ijporl.2016.10.005
menulis seperti anak seusianya. Centennial, Colo. 2016. “Cochlear Develops Cloud-
based Service to Reduce Clinic Healthcare
b. Hambatan yang dialami selama pembelajaran
Costs, Provide Faster Patient Care”. 10
adalah sulitnya “E” dalam menghafal lagu dan
November. Amerika serikat
bersyair. Serta kemampuan dalam menyimak
Chen. 2014. “Tone and sentence perception in
instruksi apabila diberikan instruksi yang teralau young Mandarin-speaking children with
bnayak kurang mengerti, mengertinya jika melihat cochlear implants”. Journal of Pediatric
temanya mengambil dia mengikuti. Apabila Otorhinolaryngology 78 (2014) 1923–1930
diberikan perintah satu – satu baru bisa Chena, Yuan. 2016. “Vocabulary development in
c. Intervensi yang diberikan di kelas inklusi adalah Mandarin-speaking childrenwith cochlear
pembelajaran secara klasikal serta individual. implants and its relationship with
Program tambahan yang disediakan adalah ekstra speechperception abilities”. Journal of
inggris, sempoa, keagamaan, serta tari. Program Research in Developmental Disabilities RIDD-
tambahan yang di berikan berupa les di rumah, 2962; No. of Pages 13
dikarenakan “E” sudah tidak menjalani terapi lagi. Creswell, John W. 2015. Penelitian Kualitatif &
Dari kedua kasus tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Desain Riset. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
dalam penelitian ini anak tunarungu yang menggunakan Dyer, Laura. 2009. Meningkatkan Kemampuan Bicara
cochlear implants memiliki kemampuan berbahasa yang Anak. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer
Ekorini , Haris Mayagung. 2016. “Cochlear implant
cukup baik sesuai dengan kurikulum kemampuan
programme report in Dr. Soetomo Hospital
berbahasa anak tunarungu dengan cochlear implant
Surabaya”. Cochlear implant programme
(diadaptasi dari catatan Shepheard Center Intermede AVT
report. ORLI Vol. 46 No. 1
Course 2013) Haenudin. 2013. Pendidikan anak Berkebutuhan
Khusus Tunarungu. Jakarta: Luxima Metro
Saran Media
Berdasarkan simpulan diatas, maka dapat Hoffman, Michael F, at al. 2015. “Comparisons of
diberikan saran sebagai berikut : Longitudinal Trajectories of Social
- Bagi peniti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat Competence: Parent Ratings of Children
dijadikan salah satu referensi untuk meneliti With Cochlear Implants Versus Hearing
Peers”. Journal of Otology & Neurotology. Vol
lebih mendalam tentang kemampuan berbahasa
37: hal 157
anak tunarungu yang menggunakan cochlear Jorge, David Pérez, at al. 2016. “Evaluation of the
implants Effectiveness of Cochlear Implant
- Bagi guru dan terpais di luar sekolah yang According to Age of Implantation”. Journal
menjadi tempat penelitian , hasil penelitian ini of Medicine and Medical Sciences. Vol. 5(8) pp.
dapat menjadi referensi dalam membuat 237-242
program pembelajaran berbahasa anak

11
Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Yang Menggunakan Cochlear Implants
(Studi Kasus Di Tk Aurica Surabaya Dan Tk Puri Mutiara Bunda Sidoarjo )

Kaipa, Ramesh and Michelle L. Danser. 2016. Wagino & Ana Rafikayati. 2013. Pelaksanaan
“Efficacy of auditory-verbal therapy in Auditory Verbal Therapy (Avt) Dalam
children with hearing impairment: A Mengembangkan Keterampilan Berbahasa
systematic review from 1993 to 2015”. Anak Tunarungu. Jurnal Pendidikan Luar
International Journal of Pediatric Biasa. Volume 9, Nomor.
Otorhinolaryngology 86 (124–134) Wasita, Ahmad. 2012. Seluk beluk Tunarungu &
Motlhabi, M. B. et al. 2013. “Improving usability Tunawicara serta strategi pembelajaranya.
and correctness of a mobile tool to help a Jogjakarta: Javalitera
deaf person with pharmaceutical Watson, Linda M et al. 2006. “Children’s
instruction. In 4th Annual Symposium on communication mode five years after
Computing for Development (ACM DEV- cochlear implantation: changes over time
4), Article 13”. Cape Town, South Africa according to age at implant”. Cochlear
Nursimah, Sinta. 2006. Kumpulan Artikel Auditory Implants International. 7(2), 77–91
Verbal Therapy dan Tips untuk Orangtua. Wie, Ona B. 2010. “Language development in
Surabaya: tidak diterbitkan children after receiving bilateral cochlear
Perregaard, Bettina. 2016. First-order reality and implants between 5 and 18 months”. Journal
reflexive practices in children’s language of Pediatric Otorhinolaryngology 74 (2010)
development . Journal Language Sciences xxx 1258–1266
1–10 Yin, Robert K.2011. Studi Kasus: Desain dan
Psillas, G. et al. 2011. “Cochlear implantation in Metode. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada
specific disabled children”. Journal of Zizlavsky , Semiramis dkk. 2014. “Posisi elektroda
Pediatric Otorhinolaryngology 75 (61–82) intrakoklea dan ECAP sebagai pedoman
Ramadhani, Anha Yulvira. 2014. “Dampak pemetaan pada tuli sensorineural dengan
Penggunaan Alat Bantu Dengar Dan Implan implan koklea”. Laporan penelitian ORLI.
Koklea Terhadap Kemampuan Berbahasa Vol. 44 No.1: hal 2
Siswa Tunarungu Di Slb B Pangudi Luhur”. http://www.cochlear-implant-loan.com/apa-itu-ci.html
Skripsi tidak diterbitkan. Bndung: Pps (akses 30-1-2017, 21.57)
Universitas Pendidikan Indonesia
Sahli, S et al. 2011. “Effect on family roles of having
a child with cochlear implant”. Journal of
Pediatric Otorhinolaryngology 75 (61–82)
Sari. Lydia, Theresia Ghozali. 2016. ”Simulasi
Perangkat Implan Koklea Dengan
Continuous Interleave Sampling”. Jurnal
Elektro. Vol. 9, No. 1: hal 2
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidkan.
Bndung: Alvabeta
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alvabeta
Soepardi, Efiati Arsyad dkk. 2012. Buku Ajar Telinga,
Hidung, Tenggorokan, Kepala & Leher. Jakarta:
Fakultas Kedokteran UI
Sutama, I Made. 2016. Pembelajaran Menulis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syamsuddin, Lukman. 2009. Manajemen
Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi
dalam Perencanaan, Pengawasan, dan
Pengambilan Keputusan (Edisi Baru).
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Tait , M at al. 2007. “Deaf children with cochlear
implants before the age of 1 year:
Comparison of preverbal communication
with normally hearing children”. Journal of
Pediatric Otorhinolaryngology 71, 1605—1611
Tarigan, Henry Guntur. 2013. Berbicara. Bandung:
Angkasa Bandung

You might also like