You are on page 1of 13

YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY

Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri


Volume 4, No. 1, Juli 2011
ISSN 2085-0921
PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAPAS DALAM (DEEP BREATHING) TERHADAP
PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS
KOTA WILAYAH SELATAN KOTA KEDIRI

Heru Suwardianto
Mahasiswa STIKES RS. Baptis Kediri
Email :swnhru@gmail.com
Erlin Kurnia
Dosen STIKES RS. Baptis Kediri
Email :egan.erlin@yahoo.co.id

ABSTRACT

Hypertension is a result of blood circulation problem. If a patient does not get proper
treatment her/his condition will be worse. Therefore the number of morbidity and mortality will
progressively increase and health problem in society will be hard improved. The objective of this
research was to analyze the influence deep breathing relaxation therapy toward the change of blood
SUHVVXUH RQ K\SHUWHQVLRQ¶V SDWLHQW DW Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri.
The design of this research was quasy experiment non equivalent control group design.
3RSXODWLRQ ZDV WKH K\SHUWHQVLRQ¶V SDWLHQW DW Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. The
samples were 44 respondents based on inclusion and exclusion criterion on purposive sampling.
The independent variable was deep breathing relaxation therapy and the dependent variable was
blood pressure. The data was collected using mercurial sphygmomanometer. It was analyzed using
paired sample t test and independent samples t test with significaQW OHYHO .
The result showed that systolic blood pressure and diastolic blood pressure of control
group did not significantly change (p systolic=0,665 and p diastolic=0.825), while the blood
pressure of experiment group significantly decrease (p systolic=0.000) and p diastolic=0.000). It
was proved by the difference between experiment group and control group (p systolic=0.000) and p
diastolic=0.000). Practicing deep breathing relaxation therapy for 15 minutes can decrease systolic
blood pressure and diastolic blood pressure. The different mean of systolic blood pressure and
diastolic blood pressure decrease were 9.00 mmHg and 10.00 mmHg. The different mean of
systolic blood pressure decrease on experiment group was 50 times than the result in control group,
while the different mean of diastolic blood pressure experiment group was 111.11 times than the
result in control group.
The conclusion there was significant influence of deep breathing relaxation therapy toward
the change of blood pressure.

Keywords: blood pressure, hypertension, deep breathing relaxation therapy

Pendahuluan masalah dalam kesehatan di masyarakat.


Semakin tinggi tekanan darah semakin besar
Hipertensi merupakan tekanan tinggi di resikonya (Prince, 2005; 583). Bila penderita
dalam arteri-arteri (Muhammadun, 2010; 12). hipertensi kurang atau bahkan belum
Menurut ISH/WHO dan JNC 7 Report 2009, mendapatkan penatalaksanaan yang tepat
seseorang dikatakan hipertensi apabila dalam mengontrol tekanan darah, maka angka
memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mordibitas dan mortalitas akan semakin
mmHg. Perjalanan penyakit hipertensi sangat meningkat dan masalah kesehatan dalam
perlahan dan mungkin penderita hipertensi masyarakat semakin sulit untuk diperbaiki.
tidak menunjukkan gejala selama bertahun- Hasil penelitian Zamhir Setiawan
tahun sampai terjadi kerusakan organ yang (Ditjen PP&PL Depkes RI, Kantor Kesehatan
bermakna (silent killer) (Prince, 2005; 583). Pelabuhan (KKP) Banten) dalam penelitiannya
Hipertensi merupakan penyakit akibat ³Prevalensi dan Determinan Hipertensi di
gangguan sirkulasi darah yang masih menjadi Pulau Jawa, Tahun 2004´ didapatkan hasil

38
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 1, Juli 2011

prevalensi hipertensi di Pulau Jawa adalah cara memberi intervensi asuhan keperawatan,
41,9%, dengan kisaran di masing-masing sehingga dapat terjadi perbaikan kondisi
provinsi 36,6% - 47,7%. Prevalensi diperkotaan kesehatan. Salah satu tindakan yang dapat
39,9% (37,0-45,8%) dan dipedesaan 44,1% diberikan untuk menurunkan tekanan darah
(36,2-51,7%). Berdasarkan data yang diperoleh pada penderita hipertensi adalah terapi relaksasi
peneliti dari Seksi Medical Record Puskesmas nafas dalam (deep breathing) (Izzo, 2008; 138).
Kota Wilayah Selatan Kota Kediri pada tanggal Mekanisme relaksasi nafas dalam (deep
19 Oktober 2010 didapatkan jumlah penderita breathing) pada sistem pernafasan berupa suatu
dengan diagnosa hipertensi yang berobat di keadaan inspirasi dan ekspirasi pernafasan
Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri dengan frekuensi pernafasan menjadi 6-10 kali
dari bulan Juli sampai September 2010 permenit sehingga terjadi peningkatan
sejumlah 701 penderita dengan rata-rata 234 regangan kardiopulmonari (Izzo, 2008; 138).
penderita perbulan dan selama tiga bulan Stimulasi peregangan di arkus aorta dan sinus
tersebut berturut-turut berada dalam peringkat karotis diterima dan diteruskan oleh saraf vagus
kedua untuk Total Kelompok 10 Besar Data ke medula oblongata (pusat regulasi
Morbiditas Rawat Jalan Puskesmas Kota kardiovaskuler), selanjutnya merespon
Wilayah Selatan Kota Kediri. Data-data terjadinya peningkatan refleks baroreseptor
tersebut memperlihatkan bahwa begitu besar (Gohde, 2010, Muttaqin, 2009; 12-17). Impuls
prevalensi penderita hipertensi yang masih aferen dari baroreseptor mencapai pusat
memperlukan penatalaksanaan yang adekuat jantung yang akan merangsang aktivitas saraf
sehingga dapat menurunkan angka mordibitas parasimpatis dan menghambat pusat simpatis
dan mortalitasnya. (kardioakselerator), sehingga menyebabkan
Hipertensi dapat ditimbulkan dari vasodilatasi sistemik, penurunan denyut dan
peningkatan curah jantung (Ganong, 2003; daya kontraksi jantung (Muttaqin, 2009; 13,
615). Peningkatan curah jantung dapat terjadi Rubin, 2007; 52). Sistem saraf parasimpatis
karena adanya peningkatan denyut jantung, yang berjalan ke SA node melalui saraf vagus
volume sekuncup dan peningkatan melepaskan neurotransmiter asetilkolin yang
pereganggan serat-serat otot jantung. Dalam menghambat kecepatan depolarisasi SA node,
meningkatkan curah jantung, sistem saraf sehingga terjadi penurunan kecepatan denyut
simpatis akan merangsang jantung untuk jantung (kronotropik negatif). Perangsangan
berdenyut lebih cepat, juga meningkatkan sistem saraf parasimpatis ke bagian-bagian
volume sekuncup dengan cara vasokontriksi miokardium lainnya mengakibatkan penurunan
selektif pada organ perifer, sehingga darah kontraktilitas, volume sekuncup, curah jantung
yang kembali ke jantung lebih banyak yang menghasilkan suatu efek inotropik negatif
(Muttaqin, 2009; 10, 265). Apabila hal tersebut (Muttaqin, 2009; 10-11). Keadaan tersebut
terjadi terus menerus maka otot jantung akan mengakibatkan penurunan volume sekuncup,
menebal (hipertrofi) dan mengakibatkan dan curah jantung. Pada otot rangka beberapa
fungsinya sebagai pompa menjadi terganggu. serabut vasomotor mengeluarkan asetilkolin
Jantung akan mengalami dilatasi dan yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah.
kemampuan kontraksinya berkurang, akibat Akibat dari penurunan curah jantung, kontraksi
lebih lanjut adalah terjadinya payah jantung, serat-serat otot jantung, dan volume darah
infark miokardium atau gagal jantung membuat tekanan darah menjadi menurun
(Muhammadun, 2010; 14, Prince, 2005; 583). (Muttaqin, 2009; 18, 22). Peneliti dalam
Oleh sebab itu hipertensi dapat menjadi penelitian ini menggunakan penatalaksanaan
ancaman yang serius terhadap kualitas hidup nonfarmakologis terapi relaksasi nafas dalam
pada penderita hipertensi apabila kurang atau untuk menurunkan tekanan darah pada
tidak mendapatkan penatalaksanaan yang tepat penderita hipertensi, dikarenakan terapi
dan adekuat. relaksasi nafas dalam dapat dilakukan secara
Peran perawat dalam pemberian asuhan mandiri, relatif mudah dilakukan dari pada
keperawatan adalah membantu penderita terapi nonfarmakologis lainnya, tidak
hipertensi untuk mempertahankan tekanan membutuhkan waktu lama untuk terapi, dan
darah pada tingkat optimal dan meningkatkan dapat mengurangi dampak buruk dari terapi
kualitas kehidupan secara maksimal dengan farmakologis bagi penderita hipertensi.

39
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 1, Juli 2011

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti perlu No Umur Frekuen Persentas


untuk menganalisis pengaruh terapi relaksasi si e
nafas dalam (deep breathing) terhadap 1. 20 ± 24 0 0%
perubahan tekanan darah pada penderita Tahun
hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan 2. 25 ± 29 1 2,3%
Kota Kediri dengan pembanding pada Tahun
kelompok kontrol. 3. 30 ± 34 1 2,3%
Tahun
Metodologi Penelitian 4. 35 ± 39 4 9,1%
Tahun
Rancangan penelitian eksperimen 5. 40 ± 44 4 9,1%
(Quasy Experiment Nonequivalent Control Tahun
Group Design) Dalam rancangan ini, pada 6. 45 ± 59 7 15,9%
kedua kelompok diawali dengan pretest, dan Tahun
setelah pemberian perlakuan selesai (pada 7. 50 ± 54 27 61,3%
kelompok eksperimen) diadakan pengukuran Tahun
kembali (posttest). Populasi dalam penelitian Jumlah 44 100%
ini adalah semua penderita dengan diagnosa
hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Berdasarkan tabel di atas diketahui
Kota Kediri. perkiraan besar sampel yang bahwa diketahui bahwa lebih dari 50%
diperoleh adalah 44 responden. ). Penelitian ini responden berumur 50-54 tahun yaitu sebanyak
menggunakan Purposive Sampling. 27 responden (61,3%).
Hasil Penelitian c. Karakteristik Responden Berdasarkan
Riwayat Pendidikan
1. Data Umum
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Tabel 3
Jenis Kelamin Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Puskesmas
Tabel 1 Kota Wilayah Selatan Kediri pada Tanggal 3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Januari ± 3 Pebruari 2011.
Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Kota
Wilayah Selatan Kota Kediri pada Tanggal 3 Riwayat
Januari ± 3 Februari 2011. No Frekuensi Persentase
Pendidikan
1. Tidak sekolah 3 6,8%
Jenis 2. Tidak tamat 12 27,3%
No Frekuensi Persentase
Kelamin SD
1. Laki ± laki 19 43,2% 3. Tamat SD 8 18,2%
2. Perempuan 25 56,8% atau sederajat
Jumlah 44 100% 4. Tamat SMP 10 22,7%
atau sederajat
Berdasarkan tabel di atas diketahui 5. Tamat SMA 11 25,0%
bahwa lebih dari 50% responden berjenis atau sederajat
kelamin perempuan yaitu sebanyak 25 6. Tamat PT 0 0%
responden (56,8%). Jumlah 44 100%
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Dari tabel di atas didapatkan bahwa
Usia paling besar responden memiliki riwayat
pendidikan tidak tamat SD yaitu sebanyak 12
Tabel 2 responden (27, 3%).
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia di Puskesmas Kota Wilayah
Selatan Kota Kediri pada Tanggal 3 Januari ± 3
Pebruari 2011.

40
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 1, Juli 2011

d. Karakteristik Responden Berdasarkan berdasarkan taraf signifikansi yang ditetapkan


Riwayat Perokok DGDODK . ! 0,05 didapat p untuk tekanan darah
sistolik dan diastolik awal pada penderita
Tabel 4 hipertensi kelompok kontrol yaitu 0,157 dan
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 0,211. Karena hasil nilai kedua kelompok data
Berdasarkan Riwayat Perokok di Puskesmas DGDODK S ! . PDND GLDPELO NHVLPSXODQ EDKZD
Kota Wilayah Selatan Kota Kediri pada distribusi kedua kelompok data adalah normal,
Tanggal 3 Januari ± 3 Pebruari 2011. sehingga ukuran pemusatan dan standar deviasi
sebagai ukuran penyebaran dapat menggunakan
Riwayat mean.
No Seorang Frekuensi Persentase Dari data diatas didapatkan bahwa nilai
Perokok median, mode, minimum, maximum, dan mean
1. Ya 7 15,9% tekanan darah sistolik awal pada penderita
2. Tidak 37 84,1% hipertensi kelompok kontrol yaitu 146,00
Jumlah 44 100% mmHg, 138,00 mmHg, 136,00 mmHg, 156,00
mmHg, dan 145,82 mmHg. Nilai median,
Dari tabel di atas didapatkan bahwa minimum, dan maximum tekanan darah
lebih dari 50% responden memiliki riwayat diastolik awal pada penderita hipertensi
bukan seorang perokok yaitu sebanyak 37 kelompok kontrol yaitu 90,00 mmHg, 82,00
responden (84,1%). mmHg, 98,00, mode-nya yaitu 86,00 mmHg,
88,00 mmHg, dan 90,00 mmHg, mean-nya
2. Data Khusus adalah 90,64 mmHg.

a. Tekanan Darah Awal pada Penderita b. Tekanan Darah 15 Menit Setelah


Hipertensi Kelompok Kontrol di Pengukuran Tekanan Darah Awal pada
Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Penderita Hipertensi Kelompok Kontrol
Kediri di Puskesmas Kota Wilayah Selatan
Kota Kediri
Tabel 5
Uji Normalitas dan Tabulasi Silang Descriptive Tabel 6
Statistic-Frequency Tekanan Darah Awal pada Uji Normalitas dan Tabulasi Silang Descriptive
Penderita Hipertensi Kelompok Kontrol di Statistic-Frequency Tekanan Darah 15 Menit
Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri Setelah Pengukuran Tekanan Darah Awal pada
pada Tanggal 3 Januari ± 3 Pebruari 2011. Penderita Hipertensi Kelompok Kontrol di
Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri
Uji Descriptive Statistic- pada Tanggal 3 Januari ± 3 Pebruari 2011.
Normalitas Frequency (mmHg)
Tekanan
Darah

Uji Descriptive Statistic-


Maximum
Minimum
Shapiro-

Median

Normalitas Frequency (mmHg)


Mean

Mode
Wilk

Tekanan
Darah

Shapiro-

Maximu
Minimu
Median
Mean

Mode
Wilk

m
p=0,157
Sistolik

145,82

138,00

136,00
156,00
146,00

p=0,252

145,64

146,00

150,00

136,00

156,00
Sistoli
k
p=0,211
Diatoli

86,00,
88,00,
90,00
90,64
90,00

82,00
98,00
k

Diatoli

p=0,25

90,55

91,00

94,00

82,00

98,00
k

Setelah dilakukan uji normalitas data


tekanan darah awal pada penderita hipertensi
kelompok kontrol menggunakan uji statistik Setelah dilakukan uji normalitas data
Shapiro-Wilk dengan Software SPSS versi 16 tekanan darah 15 menit setelah pengukuran
awal pada penderita hipertensi kelompok

41
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 1, Juli 2011

kontrol menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk Setelah dilakukan uji normalitas data
dengan Software SPSS versi 16 berdasarkan tekanan darah sebelum dilakukan terapi
WDUDI VLJQLILNDQVL \DQJ GLWHWDSNDQ DGDODK . ! relaksasi nafas dalam (deep breathing) pada
0,05 didapat p untuk tekanan darah sistolik dan penderita hipertensi kelompok eksperimen
diastolik 15 menit setelah pengukuran awal menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk dengan
pada penderita hipertensi kelompok kontrol Software SPSS versi 16 berdasarkan taraf
yaitu 0,252 dan 0,252. Karena hasil nilai kedua VLJQLILNDQVL \DQJ GLWHWDSNDQ DGDODK . !
kHORPSRN GDWD DGDODK S ! . PDND GLDPELO didapat p untuk tekanan darah sistolik dan
kesimpulan bahwa distribusi kedua kelompok diastolik sebelum terapi relaksasi nafas dalam
data adalah normal, sehingga ukuran (deep breathing) pada penderita hipertensi
pemusatan dan standar deviasi sebagai ukuran kelompok eksperimen yaitu 0,184 dan 0,105.
penyebaran dapat menggunakan mean Karena hasil nilai kedua kelompok data adalah
Dari data diatas didapatkan bahwa nilai S ! . PDND GLDPELO NHVLPSXODQ EDKZD
median, mode, minimum, maximum dan mean distribusi kedua kelompok data adalah normal,
tekanan darah sistolik 15 menit setelah sehingga ukuran pemusatan dan standar deviasi
pengukuran tekanan darah awal pada penderita sebagai ukuran penyebaran dapat menggunakan
hipertensi kelompok kontrol yaitu 146,00 mean.
mmHg, 150,00 mmHg, 136,00 mmHg, 156,00 Dari data diatas didapatkan bahwa nilai
mmHg, dan 145,64 mmHg. Nilai median, median, mode, minimum, maximum, dan mean
mode, minimum, maximum dan mean tekanan tekanan darah sistolik sebelum terapi relaksasi
darah diastolik 15 menit setelah pengukuran nafas dalam (deep breathing) pada penderita
tekanan darah awal pada penderita hipertensi hipertensi kelompok eksperimen yaitu 145,00
kelompok kontrol yaitu 91,00 mmHg, 94,00 mmHg, 146,00 mmHg, 136,00 mmHg, 158,00
mmHg, 82,00 mmHg, 98,00 mmHg, dan 90,55 mmHg, dan 145,09 mmHg. Nilai median,
mmHg. minimum,dan maximum tekanan darah diastolik
sebelum terapi relaksasi nafas dalam (deep
c. Tekanan Darah Sebelum Dilakukan breathing) pada penderita hipertensi kelompok
Terapi Relaksasi Nafas Dalam (Deep eksperimen yaitu 93,00 mmHg, 88,00 mmHg,
Breathing) pada Penderita Hipertensi dan 98,00 mmHg, mode-nya yaitu 90,00
Kelompok Eksperimen di Puskesmas mmHg, 92,00 mmHg, 94,00 mmHg, dan 96,00
Kota Wilayah Selatan Kota Kediri mmHg, dan mean-nya adalah 83,00 mmHg.

Tabel 7 d. Tekanan Darah Sesudah Dilakukan


Uji Normalitas dan Tabulasi Silang Descriptive Terapi Relaksasi Nafas Dalam (Deep
Statistic-Frequency Tekanan Darah Sebelum Breathing) pada Penderita Hipertensi
Dilakukan Terapi Relaksasi Nafas Dalam Kelompok Eksperimen di Puskesmas
(Deep Breathing) pada Penderita Hipertensi Kota Wilayah Selatan Kota Kediri
Kelompok Eksperimen di Puskesmas Kota
Wilayah Selatan Kota Kediri pada Tanggal 3 Tabel 8
Januari ± 3 Pebruari 2011. Uji Normalitas dan Tabulasi Silang Descriptive
Statistic-Frequency Tekanan Darah Sesudah
Uji Descriptive Statistic- Dilakukan Terapi Relaksasi Nafas Dalam
Normalitas Frequency (mmHg)
Tekanan

(Deep Breathing) pada Penderita Hipertensi


Darah

136,00 Minimum

Kelompok Eksperimen di Puskesmas Kota


Maxim
o-Wilk
Shapir

Media
Mean

Mode

um

Wilayah Selatan Kota Kediri Tanggal 3 Januari


n

± 3 Pebruari 2011.
p=0,18

145,09
145,00

146,00

158,00
Sistoli
k

4
Diatoli

p=0,10

90,00,
92,00,
94,00,
93,00
93,00

96,00
88,00
98,00
k

42
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 1, Juli 2011

Uji Descriptive Statistic- Tekanan Darah Awal pada Penderita Hipertensi


Tekanan
Normalitas Frequency (mmHg) Kelompok Kontrol di Puskesmas Kota Wilayah
darah
Selatan Kota Kediri pada Tanggal 3 Januari ± 3
o-Wilk
Shapir

Minim
Media
Mean

Mode

Maxi
mum
um
Pebruari 2011.

n
Tekanan Darah (mmHg)
p=0,27

136,09

136,00

138,00

130,00

146,00
Sistoli

Sistolik Diastolik
k

Perubahan

Perubahan
15 Menit

15 Menit
Setelah

Setelah
Awal

Awal
Diatoli

p=0,26

82,00,
83,00

82,00

90,00
72,00

92,00
k

Paired Sample T-Test


Uji
Setelah dilakukan uji normalitas data p=0,82
Statistik p=0,665
tekanan darah sesudah dilakukan terapi 5
relaksasi nafas dalam (deep breathing) pada Mean Perubahan 0,18 0,09
penderita hipertensi kelompok eksperimen Nilai Minimum -
-4,00
menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk dengan Perubahan 4,00
Software SPSS versi 16 berdasarkan taraf Nilai Maximum
6,00 6,00
VLJQLILNDQVL \DQJ GLWHWDSNDQ DGDODK . ! Perubahan
didapat p untuk tekanan darah sistolik dan Keterangan Perubahan (Sistolik atau diastolik) :
diastolik sebelum terapi relaksasi nafas dalam Nilai positif (+) : penurunan dalam mmHg.
(deep breathing) pada penderita hipertensi Nilai negatif (-) : peningkatan dalam mmHg.
kelompok eksperimen yaitu 0,275 dan 0,269.
Karena hasil nilai kedua kelompok data adalah Setelah dilakukan uji statistik Paired
S ! . PDND GLDPELO NHVLPSXODQ EDKZD Sample T-Test dengan Software SPSS versi 16
distribusi kedua kelompok data adalah normal, dengan taraf signifikansi yang ditetapkan
sehingga ukuran pemusatan dan standar deviasi DGDODK . SDGD WHNDQDQ GDUDK VLVWROLN
sebagai ukuran penyebaran dapat menggunakan awal dengan tekanan tekanan sistolik 15 menit
mean. setelah pengukuran tekanan darah awal
Dari data diatas didapatkan bahwa nilai didapatkan p=0,665 dan pada tekanan darah
median, mode, minimum, maximum, dan mean diastolik awal dengan tekanan tekanan diastolik
tekanan darah sistolik sesudah terapi relaksasi 15 menit setelah pengukuran tekanan darah
nafas dalam (deep breathing) pada penderita awal didapatkan p=0,825. Karena hasil nilai
hipertensi kelompok eksperimen yaitu 136,00 NHGXD NHORPSRN GDWD WHUVHEXW DGDODK S ! .
mmHg, 138,00 mmHg, 130,00 mmHg, 146,00 yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak, maka
mmHg, dan 136,09 mmHg. Nilai median, dapat diambil kesimpulan tekanan darah awal
minimum, dan maximum tekanan darah dan tekanan darah 15 menit setelah pengukuran
diastolik sesudah terapi relaksasi nafas dalam awal tidak ada perubahan yang signifikan.
(deep breathing) pada penderita hipertensi
kelompok eksperimen yaitu 82,00 mmHg, f. Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah
72,00 mmHg, dan 92,00 mmHg, mode-nya Dilakukan Terapi Relaksasi Nafas
yaitu 82,00 mmHg dan 90,00 mmHg, dan Dalam (Deep Breathing) terhadap
mean-nya adalah 83,00 mmHg. Perubahan Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi Kelompok
e. Tekanan Darah Awal dan 15 Menit Eksperimen di Puskesmas Kota Wilayah
Setelah Pengukuran Tekanan Darah Selatan Kota Kediri
Awal pada Penderita Hipertensi
Kelompok Kontrol di Puskesmas Kota Tabel 12
Wilayah Selatan Kota Kediri Tabulasi Silang dan Uji Statistik Tekanan
Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi
Tabel 11 Relaksasi Nafas Dalam (Deep Breathing)
Tabulasi Silang dan Uji Statistik Tekanan terhadap Perubahan Tekanan Darah pada
Darah Awal dan 15 Menit Setelah Pengukuran Penderita Hipertensi Kelompok Eksperimen di

43
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 1, Juli 2011

Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri Darah Awal di Puskesmas Kota Wilayah
Tanggal 3 Januari ± 3 Pebruari 2011. Selatan Kota Kediri pada Tanggal 3 Januari ± 3
Pebruari 2011.
Tekanan Darah (mmHg)
Sistolik Diastolik Tekanan Darah
Sistolik

Perubahan

Perubahan
Sebelum

Sebelum
Sesudah Diastolik (mmHg)

Sesudah
(mmHg)
No. Kelompok Kelompok
Res

Eksperime

Eksperime
Kontrol

Kontrol
p.
Uji Paired Sample T-Test

n
Statistik p=0,000 p=0,000
10,0
Mean Perubahan 9,00
0
Nilai Minimum 1 132 138 84 88
6,00 4,00 2 140 142 90 92
Perubahan
Nilai Maximum 16,0 20,0 3 138 146 86 82
Perubahan 0 0 4 134 136 88 86
5 138 150 74 98
Setelah dilakukan uji statistik Paired 6 130 150 78 94
Sample T-Test dengan Software SPSS versi 16 7 136 146 88 94
dengan taraf signifikansi yang ditetapkan 8 134 136 86 88
DGDODK . 0,05 pada tekanan darah sistolik 9 136 146 72 98
sebelum dengan sesudah terapi relaksasi nafas 10 138 148 82 88
dalam (deep breathing) pada penderita 11 146 150 92 90
hipertensi kelompok eksperimen didapatkan 12 142 148 90 94
p=0,000 dan pada tekanan darah diastolik 13 130 150 74 90
sebelum dan sesudah terapi relaksasi nafas 14 142 144 90 86
dalam (deep breathing) pada penderita 15 138 140 78 96
hipertensi kelompok eksperimen didapatkan 16 140 142 90 92
p=0,000. Karena hasil nilai kedua kelompok 17 138 138 82 86
GDWD DGDODK S . \DQJ EHUDUWL +0 ditolak dan 18 136 154 82 96
H1 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa 19 130 156 80 94
ada pengaruh yang signifikan sebelum dan 20 134 138 82 82
sesudah dilakukan terapi relaksasi nafas dalam 21 132 154 78 84
(deep breathing) terhadap perubahan tekanan 22 130 152 80 94
darah pada penderita hipertensi kelompok
Independent Samples T-Test
eksperimen.
Uji /HYHQH¶V WHVW VLJ
Stat p=0,071 p=0,385
g. Perbedaan Tekanan Darah Pada
isti Equal Variances Assumed
Kelompok Eksperimen Setelah
k Sig. (2-tailed)
Dilakukan Terapi Relaksasi Nafas
Dalam (Deep Breathing) dan pada p=0,000 p=0,000
Kelompok Kontrol 15 Menit Setelah
Pengukuran Tekanan Darah Awal di Setelah dilakukan uji statistik
Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Independent Samples T-Test dengan SPSS versi
Kediri. 16 didapatkan hasil /HYHQH¶V WHVW dengan taraf
VLJQLILNDQVL \DQJ GLWHWDSNDQ . ! SDGD
Tabel 13 tekanan darah sistolik dan diastolik kelompok
Tabulasi Silang dan Uji Statistik Perbedaan eksperimen setelah dilakukan terapi relaksasi
Tekanan Darah pada Kelompok Eksperimen nafas dalam (deep breathing) dan pada
Setelah Dilakukan Terapi Relaksasi Nafas kelompok kontrol 15 menit setelah pengukuran
Dalam (Deep Breathing) dan pada Kelompok tekanan darah awal didapatkan p=0,071 dan
Kontrol 15 Menit Setelah Pengukuran Tekanan p=0,385. Karena hasil kedua kelompok data

44
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 1, Juli 2011

adalah p > . \DQJ EHUDUWL NHGXD NHORPSRN GDWD kemungkinan penderita hipertensi kelompok
tersebut mempunyai varian data yang sama kontrol yang berjenis kelamin perempuan
maka untuk melihat hasil uji statistik sudah mengalami menopause dan penderita
Independent Samples T-Test memakai hasil hipertensi kelompok kontrol kemungkinan
equal variances assumed. Hasil uji statistik masih menjalani pola hidup tidak sehat, faktor
Independent Samples T-Test pada hasil equal perokok bukan faktor penyebab hipertensi pada
variances assumed dengan taraf signifikansi penderita hipertensi kelompok kontrol karena
\DQJ GLWHWDSNDQ . SDGD WHNDQDQ GDUDK mayoritas kelompok kontrol memiliki riwayat
sistolik dan diastolik sesudah terapi relaksasi bukan perokok (86,4%). Berdasarkan observasi
nafas dalam (deep breathing) pada penderita penderita hipertensi kelompok kontrol
hipertensi kelompok eksperimen dengan mengeluhkan sakit kepala, rasa mual, dan
tekanan darah sistolik dan diastolik 15 menit pandangan kabur, keadaan umum penderita
setelah pengukuran awal pada penderita terlihat gelisah dan tegang.
hipertensi kelompok kontrol didapatkan
p=0,000 dan p=0,000. Karena hasil kedua 2. Tekanan Darah 15 Menit Setelah
NHORPSRN GDWD DGDODK S . \DQJ EHUDUWL +0 Pengukuran Tekanan Darah Awal pada
ditolak dan H1 diterima maka dapat Penderita Hipertensi Kelompok Kontrol
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan di Puskesmas Kota Wilayah Selatan
antara tekanan darah kelompok eksperimen Kota Kediri
sesudah dilakukan terapi relaksasi nafas dalam
(deep breathing) dan pada kelompok kontrol 15 Berdasarkan data dari tabel 6 dengan
menit setelah pengukuran awal dengan mean melihat mean tekanan sistolik dan diastolik 15
perbedaan penurunan tekanan darah sistolik menit setelah pengukuran tekanan darah awal
dan diastolik pada kelompok eksperimen pada penderita hipertensi kelompok kontrol
sesudah dilakukan terapi relaksasi nafas dalam dapat di klasifikasikan hipertensi tahap 1.
(deep breathing) yaitu 50 dan 111,11 kali lebih Tekanan darah yang meningkat dapat
besar dari pada kelompok kontrol 15 menit mengalami gangguan yang menetap karena
setelah pengukuran tekanan darah awal. adanya kompensasi dari curah jantung dalam
proses homeostasis untuk mempertahankan
Pembahasan keseimbangan sistem. Berdasarkan observasi
penderita hipertensi kelompok kontrol masih
1. Tekanan Darah Awal pada Penderita mengeluhkan sakit kepala, rasa mual, dan
Hipertensi Kelompok Kontrol di pandangan kabur, keadaan umum terlihat
Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota gelisah dan tegang. Keadaan hipertensi dengan
Kediri klasifikasi tahap 1 masih dapat diperbaiki
kondisinya dengan penatalaksanaan
Berdasarkan data dari tabel 5 dengan nonfarmakologis dan mengubah perilaku hidup
melihat mean tekanan sistolik dan diastolik yang lebih sehat.
awal pada penderita hipertensi kelompok
kontrol dapat di klasifikasikan hipertensi tahap 3. Tekanan Darah Sebelum Dilakukan
1. Nilai Tekanan darah pada setiap penderita Terapi Relaksasi Nafas Dalam (Deep
hipertensi kelompok kontrol berbeda Breathing) pada Penderita Hipertensi
kemungkinan disebabkan oleh proses faktor- Kelompok Eksperimen di Puskesmas
faktor penyebab hipertensi yang terjadi berbeda Kota Wilayah Selatan Kota Kediri
pada setiap penderita hipertesi. Keadaan
hipertensi pada penderita hipertensi kelompok Berdasarkan data dari tabel 7 dengan
kontrol kemungkinan disebabkan oleh faktor melihat mean tekanan sistolik dan diastolik
jenis kelamin yang diketahui bahwa lebih dari sebelum dilakukan terapi relaksasi nafas dalam
50% penderita hipertensi kelompok kontrol (deep breathing) pada penderita hipertensi
berjenis kelamin perempuan (77,7%) dan usia kelompok eksperimen dapat di klasifikasikan
penderita hipertensi kelompok kontrol yang hipertensi tahap 1. Nilai Tekanan darah pada
diketahui bahwa lebih dari 50% berusia 50-54 setiap penderita hipertensi kelompok
tahun (59,1%). Hasil ini menyatakan bahwa eksperimen berbeda kemungkinan disebabkan

45
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 1, Juli 2011

oleh proses faktor-faktor penyebab hipertensi (deep breathing) pada penderita hipertensi
yang terjadi berbeda pada setiap penderita kelompok eksperimen dapat di klasifikasikan
hipertensi. Keadaan hipertensi pada penderita hipertensi tahap prehipertensi. Keadaan
hipertensi kelompok eksperimen mungkin responden penderita hipertensi setelah
disebabkan oleh faktor jenis kelamin yang dilakukan terapi ralaksasi nafas dalam (deep
diketahui bahwa lebih dari 50% penderita breathing) yaitu suatu keadaan relaksasi yang
hipertensi kelompok eksperimen berjenis optimal melalui pengontrolan pernafasan
kelamin laki-laki (63,6%) dan usia penderita selama 15 menit. Hipoksia sesaat terjadi setelah
hipertensi kelompok eksperimen diketahui melakukan terapi relaksasi nafas dalam (deep
bahwa lebih dari 50% berusia 50-54 tahun breathing) yang mendukung teori bahwa dapat
(63,6%). Hasil tersebut memperkuat teori terjadinya suatu penurunan PO2 dan
dimana perempuan yang belum mengalami meningkatkan PCO2 maka dalam prosedur
menopause dan masih adanya hormon estrogen terapi relaksasi nafas dalam (deep breathing)
yang melindungi dan mencegah keadaan saat selesai melakukan terapi pada penderita
hipertensi sehingga lebih banyak laki-laki dari hipertensi kelompok eksperimen duduk dengan
pada perempuan, faktor perokok bukan faktor tenang dan jangan berdiri untuk beberapa
penyebab hipertensi pada responden kelompok menit. Berdasarkan observasi setelah dilakukan
eksperimen karena lebih dari 50% kelompok terapi ralaksasi nafas dalam (deep breathing)
kontrol memiliki riwayat bukan perokok pada penderita hipertensi kelompok eksperimen
(81,8%). Riwayat pendidikan responden keluhan sakit kepala dan rasa mual berkurang,
kelompok kontrol, diketahui bahwa paling keadaan umum terlihat lebih rileks.
besar memiliki riwayat pendidikan tidak tamat
SD (36,4%) dan kemungkinan karena 5. Tekanan Darah Awal dan 15 Menit
rendahnya tingkat pendidikan pada responden Setelah Pengukuran Tekanan Darah
kelompok eksperimen maka informasi Awal pada Penderita Hipertensi
kesehatan yang didapatkan juga belum optimal Kelompok Kontrol di Puskesmas Kota
dalam melaksanakan pola hidup sehat Wilayah Selatan Kota Kediri
(Lampiran 6). Berdasarkan observasi penderita
hipertensi kelompok eksperimen mengeluhkan Pada hasil penelitian menyatakan tidak
sakit kepala, rasa mual, dan pandangan kabur adanya perubahan yang signifikan antara
keadaan umum terlihat tegang. Penderita tekanan darah awal dan 15 menit setelah
hipertensi perlu mendapatkan penatalaksanaan pengukuran tekanan darah awal pada penderita
yang tepat sehingga penderita hipertensi hipertensi kelompok kontrol. Tidak adanya
tersebut tidak lagi mengalami keluhan-keluhan perubahan yang signifikan diperlihatkan secara
seperti sakit kepala, rasa mual, pandangan jelas pada gambar 1 dan 2, kemungkinan
kabur dan ketegangan yang dapat mengganggu bahwa hipertensi yang dialami responden
aktivitas dan produktivitasnya. Salah satu kelompok kontrol adalah hipertensi kronis yang
asuhan keperawatan yang dapat di berikan membuat baroreseptor telah terpasang dengan
yaitu penatalaksanaan nonfarmakologi adalah level yang lebih tinggi dan merespon level yang
terapi relaksasi nafas dalam (deep breathing). baru tersebut sebagai keadaan yang normal.
Secara teori apabila dapat dilaksanakan dengan Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi
baik terapi relaksasi nafas dalam (deep tekanan darah pada penderita hipertensi
breathing) maka tekanan darah dapat menurun kelompok kontrol di Puskesmas Kota Wilayah
secara signifikan. Kota Kediri yaitu jenis kelamin dan umur.
Berdasarkan observasi pada penderita
4. Tekanan Darah Sesudah Dilakukan hipertensi kelompok kontrol 15 menit setelah
Terapi Relaksasi Nafas Dalam (Deep pengukuran tekanan darah awal masih
Breathing) pada Penderita Hipertensi mengeluh sakit kepala, rasa mual dan
Kelompok Eksperimen di Puskesmas pandangan kabur, keadaan umum terlihat
Kota Wilayah Selatan Kota Kediri gelisah dan tegang. Beberapa penderita
hipertensi kelompok kontrol mengalami
Berdasarkan data dari tabel 8 dengan peningkatan tekanan darah, kemungkinan
melihat mean tekanan sistolik dan diastolik penderita hipertensi kelompok kontrol tersebut
sesudah dilakukan terapi relaksasi nafas dalam mengalami peningkatan ketegangan secara fisik

46
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 1, Juli 2011

maupun psikis yang mempengaruhi tekanan parasimpatis dan melepaskan hormon


darahnya. Beberapa penderita hipertensi asetilkolin yang meningkatkan permeabilitas
kelompok kontrol mengalami penurunan ion kalium di SA node sehingga menurunkan
tekanan darah, kemungkinan penderita denyutan di SA node, penurunan transmisi
hipertensi kelompok kontrol mengalami reaksi impuls akan menurunkan denyut jantung,
di dalam sistem tubuhnya yang meningkatkan volume sekuncup dan curah jantung. Terapi
aktivitas baroreseptor dan menurunkan tekanan relaksasi nafas dalam (deep breathing) dapat
darahnya. Tekanan darah dapat dipengaruhi meningkatkan saturasi oksigen, memperbaiki
oleh banyak tingkat dalam pusat otak, selama keadaan oksigenasi dalam darah, dan membuat
perjalanan menuju saraf otonom atau selama suatu keadaan rileks dalam tubuh (Muttaqin,
proses pengiriman pesan pada pembuluh darah 2009; 12-16, Izzo,2008; 138) .
(Gardner, 2007; 3).
7. Perbedaan Tekanan Darah pada
6. Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Kelompok Eksperimen Sesudah
Dilakukan Terapi Relaksasi Nafas Dilakukan Terapi Relaksasi Nafas
Dalam (Deep Breathing) terhadap Dalam (Deep Breathing) dan pada
Perubahan Tekanan Darah pada Kelompok Kontrol 15 Menit Setelah
Penderita Hipertensi Kelompok Pengukuran Tekanan Darah Awal di
Eksperimen di Puskesmas Kota Wilayah Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota
Selatan Kota Kediri Kediri

Hasil penelitian menyatakan ada Hasil penelitian menyatakan ada


penurunan tekanan darah yang signifikan perbedaan tekanan darah yang signifikan antara
sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi tekanan darah pada kelompok eksperimen
nafas dalam (deep breathing) pada penderita sesudah terapi relaksasi nafas dalam (deep
hipertensi kelompok eksperimen, ini breathing) dan pada kelompok kontrol 15
membuktikan bahwa terapi relaksasi nafas menit setelah pengukuran tekanan darah awal
dalam (deep breathing) terbukti efektif dalam di Puskesmas Wilayah Selatan Kota Kediri.
menurunkan tekanan darah pada penderita Berdasarkan observasi dapat dilihat perbedaan
hipertensi kelompok eksperimen di Puskesmas yaitu pada penderita hipertensi kelompok
Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. Perubahan kontrol masih mempunyai keluhan sakit kepala,
tekanan darah yang signifikan diperlihatkan rasa mual, pandangan kabur dan keadaan
dengan jelas pada gambar 3 dan 4 dengan nilai umum yang masih terlihat tegang dan kurang
mean penurunan tekanan darah sistolik dan rileks, tetapi berbeda pada penderita hipertensi
diastolik yang terjadi yaitu 9,00 mmHg dan 10, kelompok eksperimen dengan keluhan sakit
00 mmHg, nilai penurunan minimum dan kepala, dan rasa mual yang berkurang dan
maximum tekanan sistolik yaitu 6,00 mmHg terlihat lebih rileks. Perbedaan tersebut terjadi
dan 16,00 mmHg dan nilai penurunan minimum karena adanya mekanisme kontrol sistem saraf
dan maximum tekanan diastolik yaitu 4,00 pernafasan yang mempengaruhi kecepatan
mmHg, 20,00 mmHg. Berdasarkan observasi detak jantung dan perubahan tekanan darah
pada penderita hipertensi kelompok eksperimen yang menyesuaikan agar sebanding dengan
setelah dilakukan terapi relaksasi nafas dalam kecepatan pernafasan yang terjadi pada
(deep breathing) keluhan sakit kepala, dan rasa kelompok eksperimen, sedangkan pada
mual berkurang, keadaan umum terlihat lebih penderita hipertensi kelompok kontrol tidak
rileks. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa ditemukan hal tersebut. Perbedaan penurunan
penatalaksanaan terapi relaksasi nafas dalam tekanan darah yang signifikan antara penderita
(deep breathing) dapat digunakan sebagai hipertensi kelompok kontrol dan kelompok
terapi nonfarmakologi hipertensi dengan eksperimen diperlihatkan pada gambar 5
mengubah frekuensi pernafasan menjadi 6 kali dengan mean perbedaan penurunan tekanan
permenit dapat meningkatkan aktivitas darah sistolik dan diastolik pada kelompok
baroreseptor sebagai prosesnya memberi eksperimen sesudah dilakukan terapi relaksasi
impuls aferen mencapai pusat jantung, nafas dalam (deep breathing) adalah 50 dan
selanjutnya meningkatkan aktivitas sistem saraf 111,11 kali lebih besar dari pada kelompok

47
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 1, Juli 2011

kontrol 15 menit setelah pengukuran tekanan dan diastolik yang terjadi yaitu 9,00 mmHg
darah awal. dan 10, 00 mmHg, nilai penurunan
minimum dan maximum tekanan sistolik
Kesimpulan yaitu 6,00 mmHg dan 16,00 mmHg. Nilai
penurunan minimum dan maximum tekanan
Penelitian yang dilakukan pada 44 diastolik yaitu 4,00 mmHg, 20,00 mmHg
responden tanggal 3 Januari - 3 Pebruari 2011 yang berarti bahwa terapi relaksasi nafas
di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota dalam (deep breathing) berpengaruh
Kediri dapat disimpulkan bahwa : terhadap perubahan yaitu penurunan
1. Mean tekanan darah sistolik dan diastolik tekanan darah penderita hipertensi
awal pada penderita hipertensi kelompok kelompok eksperimen.
kontrol di Puskesmas Kota Wilayah Selatan 7. Tekanan darah sistolik dan diastolik pada
Kota Kediri yaitu 145,82 mmHg dan 90,64 kelompok eksperimen setelah dilakukan
mmHg (Hipertensi Tahap 1). terapi relaksasi nafas dalam (deep
2. Mean tekanan darah sistolik dan diastolik 15 breathing) dan pada kelompok kontrol 15
menit setelah pengukuran tekanan darah menit setelah pengukuran tekanan darah
awal pada penderita hipertensi kelompok awal di Puskesmas Kota Wilayah Selatan
kontrol di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri terjadi perbedaan yang
Kota Kediri yaitu 145,64 mmHg dan 90,55 signifikan dimana mean perbedaan
mmHg (Hipertensi Tahap 1). penurunan tekanan darah sistolik dan
3. Mean tekanan darah sistolik dan diastolik diastolik pada kelompok eksperimen
sebelum dilakukan terapi relaksasi nafas sesudah dilakukan terapi relaksasi nafas
dalam (deep breathing) pada penderita dalam (deep breathing) yaitu 50 dan 111,11
hipertensi kelompok eksperimen di kali lebih besar dari pada kelompok kontrol
Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota 15 menit setelah pengukuran tekanan darah
Kediri yaitu 145,09 mmHg dan 93,00 awal
mmHg (Hipertensi Tahap 1).
4. Mean tekanan darah sistolik dan diastolik Daftar Pustaka
sesudah dilakukan terapi relaksasi nafas
dalam (deep breathing) pada penderita Abram, David B., et.al. (2003). The Tabacco
hipertensi kelompok eksperimen di Dependence Treatment
Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Handbook: A Guide to Best
Kediri yaitu 136,09 mmHg dan 83,00 Practice. United States of
mmHg (Tahap Prehipertensi). America. Acid-Free Paper. Hal
5. Tekanan darah sistolik dan diastolik awal 139-140.
dan 15 menit setelah pengukuran tekanan Anderson. (2006). Breathe deep to lower blood
darah awal pada penderita hipertensi pressure, doc says, Experiment
kelompok kontrol di Puskesmas Kota suggests slow breathing helps
Wilayah Selatan Kota Kediri tidak terjadi break down the salt we eat.
perubahan yang signifikan dimana nilai http://www.msnbc.msn.com/id/14
mean penurunannya adalah 0,18 mmHg, 122841/. Diakses Tanggal 22
perubahan meningkatnya tekanan darah Agustus 2010, Jam 20:13 WIB.
sistolik dan diastolik (nilai minimum) adalah Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur
4,00 mmHg dan penurunan maximal Penelitian Suatu Pendekatan
tekanan darah sistolik dan diastolik adalah Praktik, Edisi Revisi VI. Jakarta.
6,00 mmHg. PT Rineka Cipta.
6. Tekanan darah sistolik dan diastolik Asmadi. (2008). Teknik Prosedural
sebelum dan sesudah dilakukan terapi Keperawatan: Konsep dan
relaksasi nafas dalam (deep breathing) pada Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
penderita hipertensi kelompok eksperimen Jakarta. Salemba Medika. Hal 41.
di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Canlas, Luzano, Panco. (2002). Hypertension:
Kediri terjadi penurunan tekanan darah Silent Killer, A Comprehensive
sistolik dan diastolik yang signifikan dengan Health Improvement Guide.
nilai mean penurunan tekanan darah sistolik

48
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 1, Juli 2011

United States Of America. Infinity medis.blogspot.com/2009/09/klasi


Publishing.com. Hal 97. fikasi-hipertensi.html. Diakses
Colaizzi, Sharon. (2010). How to Reduce High Tanggal 12 Oktober 2010, Jam
Blood Pressure Naturally. 15:14 WIB.
http://mindbodyfitness.suite101.co Izzo, Joseph L,. Sica, Domenic,. & Black,
m/article.cfm/how-to-reduce-high- Hendry R. (2008). Hypertension
blood-pressure-naturally. Diakses Primer: The essentials of High
Tanggal 22 Agustus 2010, Jam 20. Blood Pressure Basic Science,
27 WIB. Population Science, and Clinical
Ganiswarna, Sulistia G. (1995). Farmakologi Management, Edisi ke-4.
dan Terapi. Jakarta. Bagian Philadelphia. USA. Lippincott
Farmakologi Falkutas Kedokteran Williams & Wilkins. Hal 138.
Universitas Indonesia. Hal 321. Jagomagi. (2003). Effect of Deep Breathing
Ganong William F. (2003). Buku Ajar Fisiologi test on finger blood preasure.
Kedokteran. Jakarta. Buku http://journals.lww.com/bpmonitor
Kedokteran EGC. Hal 542-543, ing/Abstract/2003/10000/Effect_o
548-549, 552, 594, 615. f_deep_breathing_test_on_finger_
Gardner, F Samual. (2007). Smart Treatment blood.6.aspx. Diakses Tanggal 01
for High Blood Preassure: September 2010, Jam 14:06 WIB.
Panduan sehat Mengatasi Kaplan, Norman M, & C. Venkata S. Ram.
Tekanan Darah Tinggi. Jakarta. (1995). Individualized Therapy Of
Prestasi Pustaka. Hal 3-4, 9, 121, Hipertension. New York, United
64. States Of America. Marcel
Gohde, John H. (2010). Controlled breathing Dekker. Inc.
exercises can be used to promote Kristianto, Eddy. (2010). Solusi Hidup Sehat
wellness. Optimal.
http://naturalhealthperspective.co http://hidupsehatoptimal.blogspot.
m/resilience/deep-breathing.html. com/2010/01/mengatasi-proses-
Diakses Tanggal 20 Aguatus 2010, penuaan-dini.html. Diakses
Jam 20:15 WIB. Tanggal 12 Oktober 2010, Jam
Goldberg, Burton. (2002). Alternative 15:45 WIB.
Medicine, Edisi Ke-2. Canada. Ten Marliani, Lili,. & Hantan S. (2007). 100
Speed Press Canada. Hal 777. Questions & Answers. Jakarta. PT
Gray, Huon H., dkk. (2002). Lecture Nodes on Elex Media Komputindo. Hal 43.
Cardiology, Edisi ke-4. Jakarta. Mori, Misao. (2005). How Does Deep
Erlangga Breathing Affect Office Blood
Grossman. (2010). Treatment of Hypertension Pressure and Pulse Rate?.
with Device-Guided Breathing http://www.nature.com/hr/journal/
Exercise. v28/n6/abs/hr200562a.html.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub Diakses Tanggal 22 Agustus.
med/14565066. Diakses Tanggal 2010, Jam 20:23 WIB.
27 Agustus 2010, Jam 15:36 WIB. Muhammadun AS. (2010).Hidup Bersama
Gunawan, Lany. (2001). Hipertensi. Hipertensi: Seringai Darah Tinggi
Yogyakarta. Kanisius (Anggota Sang Pembunuh Sekejap.
IKAPI). Hal 7-9. Jogyakarta. In-Books. Hal 25-28,
Hillsman, Deane. (2008). Hypertension Relief 43-74, 87-88
with Breathing Training. Muttaqin, Arif. (2009). Buku Ajar Asuhan
http://www.sierrabiotech.com/bt_h Keperawatan Klien dengan
ypertension.html. Diakses Gangguan Sistem Kardiovaskular
Tanggal 27 Agustus 2010, Jam dan Hematologi. Jakarta. Salemba
15:14. Medika. Hal 9, 10-16, 18-20, 23-
Imam. (2010). Klasifikasi Hipertensi. 25, 28, 263-265, 267, 269.
http://dokter-

49
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 1, Juli 2011

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Tennesee. Thomas Nekon. Inc.


Metodologi Penelitian Ilmu Hal138.
Keperawatan. Jakarta. Salamba Sierra. (2010). Hypertension Relief with
Medika. Hal 55,56,78, 91-94,101- Breathing Training.
113. http://www.sierrabiotech.com/bt_h
Palmer, Anna. (2005). Tekanan Darah Tinggi. ypertension.html. Diakses Tanggal
Jakarta. Erlangga. Hal 10, 45-46, 27 Agustus 2010, Jam 15:14 WIB.
48-49, 54, 56-58. Triyoga, Akde. (2010). Buku Panduan
Prijosaksono, Aribowo., & Sembel, Roy. Penyusunan Proposal dan Skripsi.
(2003). If You Want to be Rich and Kediri.STIKES RS Baptis Kediri.
Happy. Jakarta. PT Elex Media Hal 11.
Komputindo. Hal 7-8, 56.
Prijosaksono, Aribowo., Kurniani, Peter C.
(2005). Five Powerful Habits for
Physical Intelligence-
Mengaktifkan Kekuatan
Kecerdasan Ragawi untuk
Membangun Kehidupan yang
Sehat. Jakarta. PT Elex Media
Komputindo. Hal 147.
Prijosaksono, Aribowo., Mardianto, Marlan.
(2005). The Power of
Transformation. Jakarta. PT Elex
Media Komputindo. Hal 100-102.
Prijosaksono, Aribowo., Sambel, Roy. (2002).
Control Your Life-Aplikasi
Managemen Diri dalam
Kehidupan Sehari-hari. Jakarta.
PT Elex Media Komputindo. Hal
56-57.
Prince, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M.
(2005). Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit,
Edisi 6, Volume 1. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC. Hal 583.
Quidoo. (2010). Learn How To Use Deep
Breathing To Lower Blood
Pressure.
http://www.squidoo.com/how-to-
use-deep-breathing-to-lower-
blood-pressure. Diakses Tanggal
22 Agustus 2010, Jam 20:19 WIB.
Rieske, Kent R. (2005). Breathing Exercises
Reduce High Blood Pressure:
Mechanical Engineering
Principles Provide a Solution for
High Blood Pressure
(Hypertension).
http://www.biblelife.org/breathing.
htm. Diakses Tanggal 22 Agustus
2010, Jam 20:14 WIB.
Rubin, Jordan., & Brasco, Joseph. (2007). The
*UHDW 3K\VLFLDQ¶V 5; IRU KLJK
Blood Pressure. Nashville,

50

You might also like