You are on page 1of 91

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI

TENTANG ANEMIA DAN TABLET TAMBAH DARAH


(TTD) DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI
TTD DI SMAN 1 GIANYAR TAHUN 2018

Oleh :
NI WAYAN MARCHINTIA RIANA
NIM. P07124214038

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV
DENPASAR
2018
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI
TENTANG ANEMIA DAN TABLET TAMBAH DARAH
(TTD) DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI
TTD DI SMAN 1 GIANYAR TAHUN 2018

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan pada Jurusan Kebidanan Program Studi DIV Kebidanan

Oleh :
NI WAYAN MARCHINTIA RIANA NIM. P07124214038
tll11lllNGAN PE NGE'l'i\ 11\ l AN ltlt:MA,IA l' l l'l'IU '1'11: NTAN;C
ANEMIA DAN TAUi.ET TAMIIAII l>AHAII (T'l'l))
DENG AN I( EPATl111 AN l\·1EN(;i\ 0 NSI l
MSI TTD DI SMAN l GIANVAR 'l'AlllJN
201K

TELAII MENDAPATKAN PERSET ll.ll l AN

Pembimbing Utamn:

Gusti Ayu Marhacni, SKM.,M.Hiomcd. Ni Gusti Komoinng Srln ih, SST.,M.l<c .


Nl P. 196512311986032008 NIP . 197001161989032001

MENGETAHUI :
.. .- RUSAN KEBIDANAN
POLIT ,,, :,.,..,. :1'r- : KEMENKES DENPASAR
,,.
fr >,,;

riasih SST. M.Kcs.


NIP. 197001161989032001

iii
SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG


ANEMIA DAN TABLET TAMBAH DARAH (TTD)
DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI
TTD DI SMAN 1 GIANYAR TAHUN 2018

TELAH DIUJJ DI HADAPAN TIM PENGUJT

PADA :RABU
HARJ : 11 JULI 2018

TANGGAL

TIM PENGUJJ :
I. Ni Wayan Armini. SST.• M.Keb.
(Kehia)

2. Gusti Ayu Marhaeni. SKM., M.Biomed. (Anggota I)

3. Dr. Ni Komang Yuni Rahyani. S.Si.T..M.Kes. (Anggota II)

MENGETAHUI :
KEBIDANAN
PO KEMENKESDENPASAR

'
......_' '"
'.:-....
.,,,, ) .
Ni:-Cusu;K.ompiang Sriasih,SST.,M.Kes.
iv
NfP.197001161989032001

v
THE RELATIONSHIP BETWEEN ADOLESCENT GIRL’S
KNOWLEDGE ABOUT ANEMIA AND IRON TABLET WITH
COMPLIANCE OF TAKING IRON TABLET IN SMAN 1 GIANYAR 2018

ABSTRACT

Almost 22,7% adolescent girls suffering iron deficiency anemia due to Basic
Health Research in 2013. Iron tablet supplementation with the right dose prevents
anemia and increase iron reserves in the body. This study aimed to identify the
relations between adolescent girl‟s knowledge about anemia and iron tablet with
compliance of taking iron tablet. This study used quantitative type study with
correlative analytic method using cross-sectional approach. Population of this
study was the 11th grader female students of SMAN 1 Gianyar. Respondents in
this study was 130 female students chosen with purposive sampling technique.
This study shows that there is a significant correlation between adolescent girl‟s
knowledge about anemia with the compliance of taking iron tablet (ρ value=0,014,
OR=3,925). The study also shows that there is a significant correlation between
adolescent girl‟s knowledge about iron tablet with the compliance of taking iron
teblet (ρ value = 0,017 , OR=3,317). The place of study had been suggested to
actively take part in the program of supplementing iron tablet to adolescent girl by
motivating female students to take the tablet regularly.

Keywords: Iron Tablet, Anemia, Adolescent Girl


HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI
TENTANG ANEMIA DAN TABLET TAMBAH DARAH
(TTD) DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI
TTD DI SMAN 1 GIANYAR TAHUN 2018

ABSTRAK

Prevalensi anemia defisiensi besi berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)


Tahun 2013, ditemukan pada remaja perempuan sebesar 22.7%. Pemberian TTD
dengan dosis yang tepat, dapat mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat
besi di dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan remaja putri tentang anemia dan TTD dengan kepatuhan
mengkonsumsi TTD. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif
dengan metode penelitian analitik korelatif menggunakan pendekatan cross-
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMAN 1 Gianyar
kelas sebelas. Responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 130
orang yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja
putri tentang anemia dengan kepatuhan mengkonsumsi TTD (ρ value = 0,014 ,
OR=3,925). Hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan signifikan antara
pengetahuan remaja putri tentang TTD dengan kepatuhan mengkonsumsi TTD (ρ
value = 0,017 , OR=3,317). Tempat penelitian disarankan untuk turut berperan
aktif dalam menyukseskan program pemberian TTD pada remaja putri dengan
ikut membantu memotivasi siswi mengkonsumsi tablet tambah darah secara
teratur.
Kata Kunci: Tablet Tambah Darah (TTD), Anemia, Remaja Putri
RINGKASAN PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI


TENTANG ANEMIA DAN TABLET TAMBAH DARAH
(TTD) DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI
TTD DI SMAN 1 GIANYAR TAHUN 2018

OLEH: NI WAYAN MARCHINTIA RIANA

Program pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri telah

resmi dilakukan sejak tahun 2016 sesuai dengan Surat Edaran Direktorat Jenderal

Kesehatan Masyarakat dengan nomor HK.03.03/V/0595/2016 (Kemenkes RI,

2016). Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat tahun 2016 menyatakan, ada dua

indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam program pencegahan dan

penanggulangan anemia pada Remaja Putri (Rematri) yaitu cakupan program

anemia pada Rematri dan kepatuhan Rematri mengkonsumsi TTD sehingga

diharapkan terjadi penurunan prevalensi anemia pada Rematri (Kemenkes RI,

2016). Pengetahuan mempengaruhi sikap, termasuk sikap pasien dalam mematuhi

instruksi yang diberikan oleh praktisi kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Widiyanto

dalam Boyoh (2015) menuliskan bahwa kepatuhan seseorang terhadap suatu

standar atau peraturan dipengaruhi juga oleh pengetahuan dan pendidikan individu

tersebut. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka semakin mempengaruhi

ketaatan seseorang terhadap peraturan atau standar yang berlaku.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan korelasi antara

pengetahuan remaja putri tentang anemia dan Tablet Tambah Darah (TTD)

dengan kepatuhan mengkonsumsi TTD. Penelitian ini merupakan jenis penelitian

kuantitatif dengan metode penelitian analitik korelatif dengan pendekatan cross-


sectional. Penelitian dilakukan di SMAN 1 Gianyar pada tanggal 25 Mei 2018.

Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswi kelas sebelas SMAN 1 Gianyar

dengan besar sampel 130 siswi. Sampel dalam penelian ini dipilih dengan teknik

purposive sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Dana

yang digunakan dalam penelitian ini adalah swadana.

Prosedur penelitian ini dimulai setelah mendapat izin. Responden dipilih

sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, selanjutnya peneliti menjelaskan

tujuan dan maksud penelitian kepada responden. Responden yang setuju untuk

mengikuti penelitian ini selanjutnya akan dibagikan lembar Persetujuan Setelah

Penjelasan (PSP). Data pengetahuan tentang anemia dan Tablet Tambah Darah

(TTD) dikumpulkan menggunakan kuesioner setelah responden menandatangani

PSP. Data kepatuhan responden dalam mengkonsumsi TTD didapatkan melalui

penghitungan sisa tablet tambah darah melalui foto yang dikirim responden

menggunakan aplikasi chatting berbasis android. Analisis data dalam penelitian

ini menggunakan teknik non parametrik dengan uji chi-square dengan nilai

kemaknaan ρ<0,05.

Hasil analisis data variabel pengetahuan tentang anemia menunjukkan

bahwa 56,2% responden memiliki pengetahuan baik sedangkan hasil analisis data

pengetahuan tentang Tablet Tambah Darah (TTD) menunjukkan bahwa 44,6%

responden berpengetahuan baik. Responden yang patuh mengkonsumsi TTD

ditemukan sebanyak 19,2% dari total 130 responden.

Uji chi-square menghasilkan ρ value= 0,014 (ρ<0,05), sehingga hasil uji

statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja

putri tentang anemia dengan kepatuhan mengkonsumsi Tablet Tambah Darah


(TTD). Nilai odds ratio=3,925 menunjukkan bahwa remaja putri dengan

pengetahuan baik tentang anemia cenderung 4 kali lebih patuh mengkonsumsi

TTD. Selanjutnya, hasil uji chi-square antara pengetahuan tentang TTD dengan

kepatuhan konsumsi TTD dihasilkan nilai ρ value=0,017 (ρ<0,05) sehingga dapat

disimpulkan ada hubungan signifikan antara pengetahuan tentang TTD dengan

kepatuhan mengkonsumsi TTD. Nilai odds ratio=3,317 menunjukkan bahwa

remaja putri dengan pengetahuan baik tentang TTD cenderung 3 kali lebih patuh

dalam mengkonsumsi TTD. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang

dilakukan di Iran oleh Kheirouri dan Mohammad (2014) yaitu peneliti

menemukan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan konsumsi tablet

tambah darah, dituliskan bahwa siswa dengan pengetahuan yang lebih baik

cenderung mengkonsumsi tablet tambah darah lebih teratur.

Bagi tempat penelitian disarankan untuk ikut berperan aktif dalam

menyukseskan program pemberian tablet tambah darah pada remaja putri dengan

ikut membantu memotivasi siswi mengkonsumsi tablet tambah darah secara

teratur. Sekolah dapat membantu menyediakan waktu khusus untuk

mengkonsumsi tablet tambah darah sehingga siswi tidak lupa untuk

mengkonsumsi tablet tambah darah


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat rahmat dan anugerah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia dan

Tablet Tambah Darah (TTD) dengan Kepatuhan Mengkonsumsi TTD di

SMAN 1 Gianyar Tahun 2018”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai

salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma

IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.

Peneliti mendapatkan banyak masukan dan bimbingan dari berbagai pihak

selama menyusun skripsi ini. Melalui kesempatan ini, peneliti ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada Yang Terhormat:

1. Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Denpasar,

2. Ni Gusti Kompiang Sriasih, SST., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar dan pembimbing pendamping,

3. Ni Nyoman Suindri, S.Si.T., M.Keb selaku Ketua Program Studi Diploma IV

Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar,

4. Gusti Ayu Marhaeni, SKM., M.Biomed selaku Pembantu Direktur I dan

pembimbing utama,

5. Seluruh pegawai di Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Denpasar yang telah membantu dalam pengurusan administrasi,

6. Seluruh pegawai di Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dinas Kesehatan

Kabupaten Gianyar serta UPT. Kesmas Gianyar I yang telah berkenan

memfasilitasi selama melakukan studi pendahuluan,


7. Kepala Sekolah SMAN 1 Gianyar yang telah bersedia untuk memfasilitasi

izin dan data yang diperlukan selama melakukan studi pendahuluan dan

penelitian,

8. Seluruh responden yang telah bersedia untuk meluangkan waktu selama

melakukan studi pendahuluan dan penelitian,

9. Orang tua, adik serta keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan

material,

10. Sahabat-sahabat BS Dosman yang senantiasa mendukung dan memotivasi,

11. Teman-teman Diploma IV Kebidanan Semester VIII yang telah memberikan

sumbangan ide, pemikiran dan dukungan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan, oleh

karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran membangun demi perbaikan

skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai refrensi untuk melakukan

penelitian yang lebih lanjut.

Denpasar, 10 Juli 2018

Peneliti
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ni Wayan Marchintia Riana

NIM : P07124214038

Program Studi
: DIV Kebidanan
Jurusan
: Kebidanan
Tahun
: 2017/2018
Akademik

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi dengan judul Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang

Anemia dan Tablet Tambah Darah (TTD) dengan Kepatuhan

Mengkonsurnsi TIO di SMAN 1 Gianyar Tahun 2018 adalah benar karya

sendiri atau bukan J>lagiat basil karya orang lain.

2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini bukan karya

saya sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia

menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Denpasar, 10 Juli 2018

Yanl! Membuat Pemyataan

Amsi'", s
,10 ... y·
""'""
. Ni Wayan Marchintia Riana
NIM . P07124214038

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iv
ABSTRACT...............................................................................................................v
ABSTRAK..............................................................................................................vi
RINGKASAN........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR.............................................................................................x
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT......................................................xii
DAFTAR ISI........................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL..................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
B. Rumusan Masalah Penelitian............................................................................5
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................5
D. Manfaat Penelitian............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan......................................................................................................7
B. Remaja..............................................................................................................9
C. Anemia............................................................................................................12
D. Tablet Tambah Darah.....................................................................................15
E. Kepatuhan.......................................................................................................18
F. Hubungan Pengetahuan dan Kepatuhan.........................................................21
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep............................................................................................23
B. Variabel dan Definisi Operasional..................................................................23

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian...............................................................................................26
B. Alur Penelitian................................................................................................26

xiii
C. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................27
D. Populasi dan Sampel.......................................................................................27
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data..............................................................30
F. Pengelolaan dan Analisis Data.......................................................................32
G. Etika Penelitian...............................................................................................34
BAB V
A. Hasil Penelitian...............................................................................................35
B. Pembahasan....................................................................................................41
C. Kelemahan......................................................................................................50
BAB VI
A. Simpulan.........................................................................................................51
B. Saran...............................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................53

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Anemia Berdasarkan Kelompok Umur.................................13


Tabel 2 Definisi Operasional Variabel.................................................................24
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi...........38
Tabel 4 Distribusi Pengetahuan Remaja Putri......................................................38
Tabel 5 Distribusi Kepatuhan Remaja Putri dalam Mengkonsumsi TTD............39
Tabel 6 Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia dengan Kepatuhan
Mengkonsumsi TTD di SMAN 1 Gianyar...............................................40
Tabel 7 Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang TTD dengan Kepatuhan
Mengkonsumsi TTD di SMAN 1 Gianyar...............................................41

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian...............................................................23


Gambar 2 Alur Penelitian.....................................................................................26
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Kuesioner.......................................................................57


Lampiran 2 Persetujuan Setelah Penjelasan......................................................61
Lampiran 3 Hasil Uji Reliabel...........................................................................63
Lampiran 4 Analisis Data SPSS........................................................................65
Lampiran 5 Dokumentasi Kegiatan Penelitian..................................................69
Lampiran 6 Foto Sisa TTD................................................................................70
Lampiran 7 Ethical Clearance..........................................................................71
Lampiram 8 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian.............................73
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan komunitas yang sangat penting dan tidak dapat

diabaikan, dari aspek kuantitas, jumlah dan proporsi remaja Indonesia saat ini

sangat besar. Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, ditemukan tahun ini

jumlah penduduk remaja (usia 10-24 tahun) di Indonesia diproyeksikan mencapai

66,3 juta jiwa atau sekitar 25,6 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.

Artinya, satu dari empat orang Indonesia adalah remaja.

Indonesia akan menghadapi fenomena besarnya proporsi penduduk usia

produktif (15-60 tahun) dan penduduk usia muda (10-24 tahun) di sekitar tahun

2030. Kondisi ini berdampak pada menurunnya angka ketergantungan

(dependency ratio) dan sangat berdampak positif pada pembangunan ekonomi

(BKKBN, 2016). Bangsa Indonesia memasuki masa yang disebut window of

opportunity, masa di mana dependensi rasio berada pada posisi sangat rendah.

Setelah tahun 2030, dependensi rasio akan kembali meningkat sehingga Indonesia

harus melakukan investasi secara efektif dan efisien dalam Sumber Daya Manusia

(SDM), terutama kelompok usia muda (10-24 tahun) di bidang kesehatan

(BKKBN, 2016).

Globalisasi mengakibatkan sulit untuk membendung arus kebudayaan

barat yang masuk ke Indonesia, berbagai aspek dan nilai-nilai ketimuran telah

banyak berubah digantikan oleh budaya barat, termasuk dalam hal perubahan pola

konsumsi makan. Pada masyarakat perkotaan khususnya remaja terjadi

kecenderungan perubahan pola konsumsi makan karena pada masa ini remaja
berada dalam tahap mencari jati diri sehingga remaja sangat mudah terpengaruh

dalam mengikuti mode dan tren yang sedang berkembang termasuk dalam hal

mengkonsumsi makanan impor/modern yang sering dikenal dengan istilah fast

food/junk food. Penelitian yang dilakukan pada 65 remaja menunjukkan bahwa

95,4% responden sering mengkonsumsi fast food dan 84,6% diantaranya kurang

mengkonsumsi serat. Pola konsumsi gizi remaja tersebut dapat mengakibatkan

ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi sehingga dapat

menimbulkan masalah gizi (Setyawati, 2016).

Masalah gizi pada remaja yang sering terjadi akibat pola makan adalah

anemia defisiensi besi. Remaja yang mengalami masalah gizi 40% diantaranya

mengalami anemia gizi besi (Triwinarni, 2017). Pada remaja putri risiko anemia

lebih tinggi, karena banyaknya zat besi yang hilang selama periode menstruasi.

Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi anemia defisiensi besi

banyak ditemukan pada remaja perempuan sebesar 22.7%, sedangkan anemia

defisiensi besi pada remaja laki-laki sebesar 12.4% (Sya‟Bani, 2016). Kebutuhan

zat besi pada remaja putri yang memasuki masa pubertas juga meningkat karena

pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat terutama pada pematangan organ

reproduksi (Mulugeta, 2015).

World Health Organization (WHO) pada tahun 2011 merekomendasikan

pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja penting dilakukan sebagai

penyiapan remaja putri untuk menjadi Wanita Usia Subur (WUS). Program

pemberian TTD pada remaja putri telah resmi dilakukan sejak tahun 2016 sesuai

dengan Surat Edaran Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dengan nomor

HK.03.03/V/0595/2016 (Kemenkes RI, 2016).

2
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat tahun 2016 menyatakan, ada dua

indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam program pencegahan dan

penanggulangan anemia pada Remaja Putri (Rematri) yaitu cakupan program

anemia pada Rematri dan kepatuhan Rematri mengkonsumsi TTD sehingga

diharapkan terjadi penurunan prevalensi anemia pada Rematri (Kemenkes RI,

2016). Program pemberian TTD pada Rematri telah dilakukan secara rutin mulai

dari tahun 2016 di Provinsi Bali. Data dari Dirjen Kesmas RI Tahun 2018

cakupan program pemberian TTD pada Rematri di Bali secara nasional pada

tahun 2017 sudah cukup baik yaitu 41,37% dan sudah melampaui target

RENSTRA 2015-2019.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dari tanggal 19 sampai 28

Maret 2018 menemukan data persentase Rematri usia 12 sampai 18 tahun yang

telah mendapat TTD berdasarkan kabupaten di Provinsi Bali tahun 2017.

Kabupaten Gianyar adalah salah satu dari empat kabupaten dengan cakupan

pemberian TTD pada Rematri tertinggi yaitu 100%. Dinas Kesehatan Kabupten

Gianyar mencatat pada tahun 2017 Unit Pelayanan Terpadu Kesehatan

Masyarakat Gianyar 1 (UPT. Kesmas Gianyar 1) merupakan wilayah yang

memiliki jumlah total sasaran Rematri tertinggi yaitu 3844 Rematri. Bulan

Februari 2018, di wilayah UPT. Kesmas Gianyar I ditemukan 157 remaja putri

mengalami anemia, angka tersebut merupakan yang tertinggi dari seluruh wilayah

di kabupaten Gianyar. Wawancara yang dilakukan dengan pemegang program di

Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar menemukan bahwa data yang ada hanya

menunjukkan cakupan pemberian TTD tanpa ada evaluasi tentang keberhasilan

program berdasarkan indikator yang telah diuraikan sebelumnya.


Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gianyar (SMAN 1 Gianyar) merupakan

salah satu sekolah unggulan yang berada di wilayah UPT. Kesmas Gianyar I dan

telah mendapat pembagian TTD pada remaja putri secara rutin sejak tahun 2016.

Hasil studi pendahuluan di UPT. Kesmas Gianyar I, pembagian TTD di SMAN 1

Gianyar telah dilakukan pada akhir bulan Februari 2018 dengan masing-masing

siswa mendapat 10 tablet. Pembagian TTD selanjutnya akan diberikan pada bulan

Agustus atau September 2018.

Wawancara yang dilakukan dengan 5 orang siswi kelas sebelas

menemukan bahwa tidak ada satupun dari lima siswi tersebut yang mengkonsumsi

TTD dengan patuh. Kepatuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya

pengetahuan. Notoatmodjo (2007) menuliskan, pengetahuan mempengaruhi sikap

termasuk sikap pasien dalam mematuhi instruksi yang diberikan oleh praktisi

kesehatan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia dan Tablet Tambah

Darah (TTD) dengan Kepatuhan Mengkonsumsi TTD di SMAN 1 Gianyar Tahun

2018”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan

kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah di SMAN 1 Gianyar?

2. Apakah ada hubungan pengetahuan remaja putri tentang tablet tambah darah

dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah di SMAN 1 Gianyar?


C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diperoleh, maka tujuan dari

penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang anemia dan tablet

tambah darah dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi TTD.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri tentang anemia dan TTD

b. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan remaja putri dalam mengkonsumsi TTD

c. Menganalisis hubungan pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan

tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi TTD.

d. Menganalisis hubungan pengetahuan remaja putri tentang TTD dengan

tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi TTD.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat menjelaskan tentang hubungan pengetahuan remaja

putri tentang anemia dan TTD terhadap kepatuhan dalam mengkonsumsi TTD di

SMAN 1 Gianyar

b. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi mengenai gambaran

tingkat kepatuhan remaja putri di SMAN 1 Gianyar dalam mengkonsumsi TTD

dan hubungan pengetahuan remaja putri tentang anemia dan TTD dengan tingkat

kepatuhan dalam mengkonsumsi TTD.


2. Manfaat Praktis

a. Bagi tenaga kesehatan

Berkontribusi sebagai salah satu refrensi tentang faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kepatuhan remaja putri dalam mengkonsumsi Tabet Tambah

Darah (TTD), sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan oleh petugas

kesehatan dalam upaya peningkatan kepatuhan konsumsi TTD pada remaja putri

penerima program.

b. Bagi peneliti lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan

untuk mengembangkan penelitian lain yang memiliki jangkauan lebih luas dan

mendalam terkait hubungan pengetahuan remaja putri dengan tingkat kepatuhan

dalam mengkonsumsi TTD


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca

indra, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Hasil ukur

pengetahuan dapat dinilai dengan kategori:

1. Tinggi: 76 – 100%

2. Rendah: < 76% (Notoatmodjo, 2007).

Pasek (2013) menuliskan hasil ukur pengetahuan juga dapat dikategorikan

menjadi :

1. Pengetahuan baik: skor ≥ mean

2. Pengetahuan tidak baik: skor < mean

Notoatmodjo (2007) memaparkan bahwa pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(over behavior). Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif meliputi:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat akan suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk didalamnya pengetahuan, tingkat ini adalah mengingat

kembali atau recall terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari. Pendidikan formal yang diterima seseorang akan

mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu

serta mempengaruhi sikap dan tindakan dalam suatu kegiatan.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya

dalam konteks atau situasi lainya.

4. Analisa (analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut

dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja seperti dapat mengambil keputusan dan membedakan,

memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

5. Sintesis

Sintesis menunjukan suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

8
Dengan kata lain sintesis ini adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan evaluasi atau angket yang

menanyakan isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau respon.

B. Remaja

World Health Organization (WHO) menuliskan, remaja merupakan

penduduk dengan rentang usia 10-19 tahun. Berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia

10-18 tahun sedangkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)

mengatakan rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah

(Kemenkes RI, 2016). Pieter tahun 2013 menuliskan, seseorang disebut remaja

apabila sudah ditandai dengan kematangan seksual dan memantapkan identitasnya

sebagai individu, terpisah dari ketergantungan keluarga, mempersiapkan diri

menghadapi tugas-tugas perkembangannya, mampu menentukan masa depannya,

dan mencapai usia matang secara hukum negara.

Pertumbuhan dan perkembangan remaja meliputi karakteristik fisik,

psikologis dan sosial (Sarwono, 2011). Pieter (2013) memaparkan bahwa

karakteristik masa remaja dari aspek psikologis dan sosial terdiri atas:
a. Disebut sebagai masa peralihan

Masa remaja disebut sebagai masa peralihan dikarenakan terdapat

peralihan dari masa pubertas menuju masa dewasa. Selama periode peralihan,

remaja akan mengalami berbagai perubahan baik secara fisik, psikologis, atau

sosial. Bentuk peralihan yang paling menonjo adalah perubahan perilaku,

penerimaan terhadap nilai-nilai sosial, atau sifat-sifat yang sesuai dengan

keinginannya. Kondisi ini terkadang membuat remaja mejadi depresi atau stres

bila tidak dapat memenuhinya.

b. Disebut sebagai masa mencari identitas diri

Masa remaja disebut sebagai masa mencari identitas diri karena kini

remaja merasa sudah tidak puas lagi dengan kehidupan bersama dengan orang

tuanya atau teman-teman sebayanya.

c. Disebut sebagai masa yang menakutkan dan fase unrealistic

Masa remaja dikatakan masa yang menakutkan, karena ada stereotip

masyarakat yang negatif tentang remaja sehingga memberikan dampak buruk

pada perkembangannya. Sementara remaja disebut sebagai fase unrealistic

dikarenakan remaja banyak dan selalu melihat kehidupan ini menurut pandangan

dan penilaian pribadinya, bukan menurut fakta utama dalam pemilihan cita-cita.

d. Disebut sebagai fase gelisah dan meningginya emosi

Saat mendekati usia kematangan, remaja selalu merasa gelisah untuk

meninggalkan stereotip dari tahun-tahun sebelumnya, sementara untuk melakukan

tindakan layaknya orang dewasa belum cukup. Untuk mengatasi rasa

kegelisahannya remaja selalu memusatkan perilakunya menurut standar status

orang dewasa, seperti merokok, minum-minuman keras, narkoba, dan seks bebas.
e. Disebut sebagai fase yang banyak masalah

Disebut sebagai masa yang banyak masalah dikarenakan remaja sering

mengalami kesulitan untuk mengatasi masalah-masalanya.

Mulugeta (2015) menuliskan bahwa karakteristik remaja dari aspek fisik

meliputi perubahan bentuk tubuh selama masa pubertas dan mimpi basah pada

remaja laki-laki atau menstruasi pada remaja perempuan sebagai tanda

kematangan reproduksi. Remaja mengalami periode yang disebut dengan growth

spurt atau pertumbuhan yang cepat, ini merupakan periode dimana terjadi hampir

45% pertumbuhan tulang, tercapai 15% sampai 25% pertumbuhan dari tinggi

dewasa dan akumulasi peningkatan massa tulang hingga 37%. Pertumbuhan dan

perkembangan fisik yang luar biasa ini, secara signifikan meningkatkan

kebutuhan nutrisi makro dan mikro remaja. Masalah kekurangan gizi yang paling

sering dialami remaja putri adalah defisiensi besi. Remaja putri di negara

berkembang rentan terhadap kekurangan zat besi karena selama masa pubertas

terjadi peningkatan yang tinggi terhadap kebutuhan zat besi pada mioglobin otot

dan hemoglobin dalam darah akibat pertumbuhan jaringan lunak, peningktan

volume darah dan massa sel darah merah yang cepat. Peningkatan terhadap

kebutuhan zat besi secara signifikan juga dipengaruhi oleh faktor asupan diet

rendah besi dan bioavailabilitas besi yang buruk selain dari pengaruh kondisi

tubuh akibat terjadinya infeksi yang tinggi, investasi cacing, onset menstruasi

serta pernikahan dini dan kehamilan remaja sehingga mengakibatkan terjadinya

kondisi anemia defisiensi besi.


C. Anemia

Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam

darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah salah satu

komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen

dan mengantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen diperlukan oleh

jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Kekurangan oksigen dalam jaringan

otak dan otot akan menyebabkan gejala antara lain kurangnya konsentrasi dan

kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk dari gabungan

protein dan zat besi dan membentuk sel darah merah/eritrosit (Kemenkes RI,

2016).

1. Diagnosis anemia

World Health Organization menuliskan bahwa penegakkan diagnosis

anemia dilakukan dengan pemeriksaaan laboratorium kadar hemoglobin/Hb dalam

darah dengan menggunakan metode Cyanmethemoglobin (Kemenkes RI, 2016).

Hal ini sesuai dengan Permenkes Nomor 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat. Rematri dan WUS menderita anemia

bila kadar hemoglobin darah menunjukkan nilai kurang dari 12 g/dL.


Tabel 1
Klasifikasi Anemia Berdasarkan
Kelompok Umur Menurut WHO Tahun 2011

Non Anemia Anemia (g/dL)


Populasi (g/dL) Ringan Sedang Berat
Anak 6-59 10.0 – 10.9 7.0 – 9.9 < 7.0
bulan 11
Anak 5-11 11.0 – 11.4 8.0 – 10.9 < 8.0
tahun 11,5
Anak 12-14 11.0 – 11.9 8.0 – 10.9 < 8.0
tahun 12
Perempuan
tidak hamil (≥ 12 11.0 – 10.9 8.0 – 10.9 < 8.0
15 tahun)
Ibu hamil 11 10.0 – 10.9 7.0 – 9.9 < 7.0
Laki-laki ≥ 15 11.0 – 12.9 8.0 – 10.9 < 8.0
tahun 13
Sumber: Kementerian Kesehtan RI, Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia
Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS), 2016.

2. Penyebab anemia

Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi

asam folat, vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama disebabkan

karena produksi/kualitas sel darah merah yang kurang dan kehilangan darah baik

secara akut atau menahun. Ada 3 penyebab anemia, yaitu:

a. Defisiensi zat gizi

Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan

pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan hemoglobin

sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit. Zat gizi lain yang berperan

penting dalam pembuatan hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin B12.

Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan keganasan

seringkali disertai anemia, karena kekurangan asupan zat gizi atau akibat dari

infeksi itu sendiri.


b. Perdarahan (Loss of blood volume)

Perdarahan dapat disebabkan oleh kecacingan dan trauma atau luka yang

mengakibatkan kadar Hb menurun atau perdarahan karena menstruasi yang lama

dan berlebihan.

c. Hemolitik

Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai karena terjadi

hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi (hemosiderosis) di organ

tubuh, seperti hati dan limpa. Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi

secara genetik yang menyebabkan anemia karena sel darah merah/eritrosit cepat

pecah, sehingga mengakibatkan akumulasi zat besi dalam tubuh.

Di Indonesia diperkirakan sebagian besar anemia terjadi karena

kekurangan zat besi sebagai akibat dari kurangnya asupan makanan sumber zat

besi khususnya sumber pangan hewani atau disebut dengan besi heme sehingga

secara umum masyarakat Indonesia rentan terhadap risiko menderita Anemia Gizi

Besi (AGB) (Kemenkes, 2016).

3. Gejala dan dampak anemia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016) dalam Buku Pedoman

Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia

Subur (WUS) menuliskan bahwa gejala yang sering ditemui pada penderita

anemia adalah Lesu, Letih, Lemah, Lelah dan Lalai atau disebut dengan 5 L yang

disertai sakit kepala dan pusing, mata berkunang-kunang, mudah mengantuk,

cepat lelah serta sulit berkonsentrasi. Secara klinis, penderita anemia ditandai

dengan pucat pada bagian wajah seperti kelopak mata, bibir, kulit, kuku dan

telapak tangan.
Anemia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada Remaja Putri

(Rematri) dan Wanita Usia Subur (WUS), diantaranya adalah menurunkan daya

tahan tubuh sehingga penderita anemia mudah terkena penyakit infeksi,

menurunnya kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kurangnya oksigen ke sel

otot dan sel otak serta menurunnya prestasi belajar dan produktivitas kerja.

Dampak anemia pada Rematri dan WUS akan terbawa hingga menjadi ibu

hamil, yang dapat mengakibatkan:

a. Meningkatnya risiko Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), prematur, Bayi

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan gangguan tumbuh kembang anak

diantaranya stunting dan gangguan neurokognitif

b. Perdarahan sebelum dan saat melahirkan yang dapat mengancam keselamatan

ibu dan bayinya

c. Bayi lahir dengan cadangan zat besi (Fe) yang rendah akan berlanjut

menderita anemia pada bayi dan usia dini

d. Meningkatkan risiko kesakitan dan kematian neonatal dan bayi.

D. Tablet Tambah Darah

Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) pada Rematri dan WUS

merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk memenuhi asupan zat

besi. Pemberian TTD dengan dosis yang tepat, dapat mencegah anemia dan

meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh. Penelitian yang dilakukan pada

siswi SMA di Tasikmalaya menunjukkan bahwa pemberian TTD 1 kali seminggu

dibandingkan dengan pemberian TTD 1 kali seminggu ditambah setiap hari

selama 10 hari saat menstruasi, dapat meningkatkan kadar Hb, tetapi tidak
terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok tersebut. Di beberapa negara

lain seperti India, Bangladesh, dan Vietnam, pemberian TTD dilakukan 1 kali

seminggu dan hal ini berhasil menurunkan prevalensi anemia di negara tersebut

(Kemenkes RI, 2016).

Hasil Penelitian di Indonesia dan di beberapa negara lain yang telah

dilakukan sebelumnya menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk menetapkan

kebijakan program pemberian TTD pada Rematri dan WUS yang sebelumnya 1

tablet per minggu dan pada masa haid 1 tablet per hari selama 10 hari sesuai

dengan Surat Edaran Kementerian Kesehatan RI Nomor HK.03.03/V/0595/2016

menjadi 1 tablet dilakukan setiap 1 kali seminggu. Pemberian TTD untuk Rematri

diberikan secara blanket approach atau dalam Bahasa Indonesia berarti

pendekatan selimut, yaitu berusaha mencakup seluruh sasaran program dalam hal

ini, seluruh Rematri diharuskan minum TTD untuk mencegah anemia dan

meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh tanpa dilakukan skrining awal pada

kelompok sasaran (Kemenkes RI, 2016).

Pemberian TTD pada Rematri dan WUS dilakukan melalui suplementasi

yang mengandung sekurangnya 60 mg elemental besi dan 400 mcg asam folat.

Pemberian suplement ini dilakukan di beberapa tatanan yaitu fasilitas pelayanan

kesehatan (Fasyankes), institusi pendidikan, tempat kerja dan Kantor Urusan

Agama (KUA) atau tempat ibadah lainnya (Kemenkes RI, 2016).

1. Cara mengkonsumsi TTD

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016) menuliskan bahwa

upaya meningkatkan penyerapan zat besi dapat dilakukan dengan cara

mengkonsumsi TTD bersama dengan makanan kaya sumber vitamin C seperti


jeruk dan jambu serta makanan sumber protein hewani, seperti hati, ikan, unggas

dan daging. Hindari konsumsi makanan yang banyak mengandung zat yang dapat

menghambat penyerapan zat besi dalam usus dalam jangka panjang dan pendek

seperti tanin, kalsium, fosfor, serat dan fitat (biji-bijian). Beberapa makanan yang

harus dihindari adalah:

a. Teh dan kopi karena mengandung senyawa fitat dan tanin yang dapat

mengikat zat besi menjadi senyawa yang kompleks sehingga tidak dapat diserap.

b. Tablet kalsium (kalk) dosis yang tinggi, dapat menghambat penyerapan zat

besi. Susu hewani umumnya mengandung kalsium dalam jumlah yang tinggi

sehingga dapat menurunkan penyerapan zat besi di mukosa usus.

c. Obat sakit maag yang berfungsi melapisi permukaan lambung sehingga

penyerapan zat besi terhambat. Penyerapan zat besi akan semakin terhambat jika

menggunakan obat maag yang mengandung kalsium.

Apabila ingin mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat

menghambat penyerapan zat besi, sebaiknya dilakukan dua jam sebelum atau

sesudah mengonsumsi TTD.

Konsumsi zat besi secara terus menerus tidak akan menyebabkan

keracunan karena tubuh mempunyai sifat autoregulasi zat besi. Bila tubuh

kekurangan zat besi, maka absorpsi zat besi yang dikonsumsi akan banyak,

sebaliknya bila tubuh tidak mengalami kekurangan zat besi maka absorpsi besi

hanya sedikit, oleh karena itu TTD aman untuk dikonsumsi namun, terkadang

konsumsi TTD dapat menimbulkan efek samping. Konsumsi TTD secara terus

menerus perlu mendapat perhatian pada sekelompok populasi yang mempunyai

penyakit darah seperti talasemia dan hemosiderosis sehingga, TTD tidak diberikan
pada Rematri yang menderita penyakit, seperti talasemia, hemosiderosis, atau atas

indikasi dokter lainnya (Kemenkes RI, 2016).

2. Efek samping TTD

Konsumsi TTD kadang menimbulkan efek samping seperti nyeri atau

perih di ulu hati, mual dan muntah serta tinja berwarna hitam. Gejala tersebut

tidak berbahaya. Untuk mengurangi gejala di atas, sangat dianjurkan

mengkonsumsi TTD setelah makan (perut tidak kosong) atau malam sebelum

tidur. Bagi Rematri dan WUS yang mempunyai gangguan lambung dianjurkan

konsultasi kepada dokter (Kemenkes RI, 2016). Tinjauan program suplementasi

IFA (Iron and Folic Acid) Program Pencegahan Anemia Nutrisi Nasional

Pemerintah India telah melaporkan efek samping, seperti mual, muntah, dan

pusing pasca konsumsi IFA atau takut efek samping ini, kurangnya kesadaran

tentang manfaat IFA dan kegagalan untuk mengingat asupan rutin tablet sebagai

alasan umum untuk kepatuhan rendah ke IFA (Chakma, 2012).

E. Kepatuhan

Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan secara umum bahwa

kepatuhan adalah sifat taat dalam menjalankan perintah atau sebuah aturan.

Slamet tahun 2007 menambahkan bahwa kepatuhan yaitu perilaku yang sesuai

dengan perintah agar sesuai dengan peraturan. Kepatuhan adalah sejauh mana

perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional

kesehatan (Arifin, 2016)


1. Pengukuran kepatuhan

Kepatuhan sulit dianalisa, karena sulit untuk didefinisikan, sulit untuk

diukur dan tergantung pada banyak faktor. Kebanyakan studi berkaitan dengan

ketidakpatuhan minum obat sebagai cara pengobatan, misalnya tidak minum

cukup obat, minum obat terlalu banyak, minum obat tambahan tanpa resep dokter

dan sebagainya. Tingkat ketidakpatuhan terbukti cukup tinggi dalam seluruh

populasi medis yang kronis. Secara umum, ketidakpatuhan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan serta memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang diderita. Metode-metode untuk mengukur sejauh mana para pasien

mematuhi nasehat dokter dengan baik meliputi laporan pasien, laporan dokter,

perhitungan pil dan botol, tes darah dan urine, alat-alat mekanis, observasi

langsung dan hasil pengobatan (Putri, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Nuradhiani (2017) menuliskan bahwa,

pengumpulan data tingkat kepatuhan konsumsi TTD dilakukan dengan cara

menghitung jumlah tablet yang dikonsumsi. Subjek dinyatakan patuh jika

mengkonsumsi tablet ≥ 75% dari total tablet yang diberikan dan dinyatakan tidak

patuh jika mengkonsumsi < 75% dari total tablet yang diberikan.

2. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan

Penelitian terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan

telah banyak dilakukan diantaranya:

a. Tingkat pengetahuan

Penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2015) menemukan bahwa

responden yang memiliki pengetahuan rendah lebih cenderung untuk memiliki

tingkat kepatuhan rendah. Widiyanto dalam Boyoh (2015) menuliskan bahwa


kepatuhan seseorang terhadap suatu standar atau peraturan dipengaruhi juga oleh

pengetahuan dan pendidikan individu tersebut. Semakin tinggi tingkat

pengetahuan, maka semakin mempengaruhi ketaatan seseorang terhadap peraturan

atau standar yang berlaku.

b. Persepsi

Persepsi mengenai suatu penyakit atau pengobatan berpengaruh pada

perilaku kepatuhan. Seseorang dengan persepsi positif cenderung patuh dalam

menjalani pengobatan dibandingkan dengan yang memiliki persepsi negatif

(Pasek, 2013). Arifin (2016) menuliskan bahwa Persepsi dan pengharapan pasien

terhadap penyakit yang dideritanya mempengaruhi kepatuhan pasien dalam

menjalani pengobatan. Teori Health Belief Model (HBM) mengatakan bahwa

kepatuhan sebagai fungsi dari keyakinan-keyakinan tentang kesehatan, ancaman

yang dirasakan, persepsi, kekebalan, pertimbangan mengenai hambatan atau

kerugian dan keuntungan. Seseorang akan cenderung patuh jika ancaman yang

dirasakan begitu serius, sedangkan seseorang akan cenderung mengabaikan

kesehatannya jika keyakinan akan pentingnya kesehatan yang harus dijaga rendah.

c. Motivasi

Responden dengan motivasi rendah lebih kurang patuh berobat

dibandingkan dengan responden dengan motivasi tinggi (Pratama, 2015).

Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu sendiri. Motivasi

individu ingin tetap mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh terhadap

faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol

penyakitnya (Beauty, 2016).


d. Dukungan sosial

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, responden yang mendapat dukungan

dari keluarga dan petugas kesehatan cenderung memiliki kepatuhan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan yang tidak mendapat dukungan (Pratama, 2015).

Dukungan keluarga diartikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran,

bantuan nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang yang akrab dengan

subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang

dapat memberi keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku

penerimanya. Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat

mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama berguna saat

pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal

penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara

menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara

terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah

mampu beradaptasi dengan program pengobatannya (Beauty, 2016).

F. Hubungan Pengetahuan dan Kepatuhan

Handayani tahun 2013 menuliskan bahwa suplementasi tablet tambah

darah pada remaja putri terbukti efektif meningkatkan kadar haemoglobin dalam

darah. Penelitian tersebut juga didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Mulugeta (2015) yang menuliskan bahwa remaja harus diberikan kesempatan

untuk mempersiapkan kehidupan reproduksi yang sehat, salah satunya melalui

suplementasi zat besi selama masa remaja karena ditemukan pengaruh yang
bermakna antara suplementasi tablet besi terhadap peningkatan kadar

haemoglobin darah remaja.

Beberapa penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan

dengan kepatuhan minum obat pada pasien. Hasil penelitian ini sejalan dengan

teori Notoatmodjo (2007) yang mengatakan bahwa pengetahuan mempengaruhi

kepatuhan. Pengetahuan seseorang bisa mempengaruhi kepatuhan untuk minum

obat, karena semakin tinggi pengetahuan seseorang maka akan semakin mudah

untuk menerima informasi terkait dengan pengobatan. Penelitian yang dilakukan

oleh Selum dan Wahyuni (2012) bahwa ada pengaruh antara pengetahuan dengan

kepatuhan minum obat. Semakin banyak informasi yang didapatkan tentang suatu

penyakit, maka pengetahuan penderita tentang penyakit tersebut akan baik.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Zakiyyah (2015) menunjukkan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan minum obat. Pengetahuan yang

rendah dapat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku masyarakat dalam

kesehatan, khususnya ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan karena merasa

tidak kunjung sembuh dan bosan (Oktaviani, 2017).


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Pengetahuan
Pengetahuan remaja putri tentang anemia
Pengetahuan remaja putri tentang TTD
Kepatuhan Mengkonsumsi TTD

Patuh
Persepsi Tidak Patuh

Motivasi

Dukungan Sosial

: Variabel yang di teliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Menurut hubungan antara satu

variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian

dapat dibedakan menjadi variabel independen adalah variabel


yang mempengengaruhi timbulnya variabel dependen, variabel dependen adalah

variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel independen, variabel

moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau meperlemah)

hubungan antara variabel independen dan dependen dan variabel intervening

adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel

independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak

dapat diamati dan diukur (Sugiyono, 2009).

Penelitian yang akan dilakukan hanya diteliti dua variabel yaitu variabel

independen dan dependen.

a. Variabel independen:

1) Pengetahuan remaja putri tentang anemia

2) Pengetahuan remaja putri tentang Tablet Tambah Darah (TTD)

b. Variabel dependen: Kepatuhan mengkonsumsi TTD

2. Definisi operasional

Tabel 2
Definisi Operasional Variabel
Cara
Variabel Definisi Operasional Skala
Pengukuran
Pengetahuan Hasil tahu dan kemampuan untuk Lembar Ordinal
remaja putri melakukan justifikasi atau kuesioner
tentang penilaian terhadap materi tentang
anemia anemia. Dikategorikan menjadi:
a. Pengetahuan baik: skor ≥ mean
b. Pengetahuan tidak baik: skor <
mean

Pengetahuan Hasil tahu dan kemampuan untuk Lembar Ordinal


remaja putri melakukan justifikasi atau kuesioner
tentang Tablet penilaian terhadap materi tentang
Tambah Darah TTD. Dikategorikan menjadi:
(TTD) c. Pengetahuan baik: skor ≥ mean
d. Pengetahuan tidak baik: skor <
mean
Kepatuhan mengkonsumsi TTD Jumlah tablet tambah darah yang
24
dikonsumsi siswi dari mengkonsumsi tablet ≥ 75% Foto sisa TTD Ordinal
total 10 tablet tambah dari total tablet yang diberikan yang dikirim
darah yang dibagikan. b. Tidak Patuh: apabila melalui aplikasi
Dikategorikan mengkonsumsi TTD < 75% chatting
menjadi: berbasis
a. Patuh: apabila android
dari total tablet yang diberikan

3. Hipotesis penelitian

Sugiyono (2017) menuliskan bahwa, dalam penelitian hipotesis diartikan

sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Rumusan

masalah tersebut bisa berupa pernyataan tentang hubungan dua variabel atau

lebih, perbandingan (komparasi) atau variabel mandiri (deskriptif). Hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

a. Ada hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan

kepatuhan mengkonsumsi TTD

b. Ada hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang TTD dengan

kepatuhan mengkonsumsi TTD

25
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode

penelitian analitik korelatif menggunakan pendekatan cross-sectional.

B. Alur Penelitian

Perumusan Masalah
Adakah hubungan pengetahuan remaja putri tentang anemia dan tablet tambah darah
dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah?

Survei Pendahuluan

Populasi
Seluruh siswi kelas XI SMAN 1 Gianyar
Perizinan dan pengujian instrumen
Kriteria Eksklusi
Kriteria Inklusi
Sampling
Teknik purposive sampling

Sampel
Total sampling yang memenuhi kriteria inklusi penelitian

Pengumpulan Data
Menyebarkan kuesioner yang telah disusun sesuai dengan variabel yang ingin diteliti kepada sampel yang telah ditentukan

Pengolahan Data
Analisis kemaknaan menggunakan Uji Chi-Square, Analisis keeratan hubungan dengan melihat nilai Odds Ratio (OR)

Penarikan Kesimpulan

Penyajian Data

Gambar 2. Alur Penelitian


C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gianyar

(SMAN 1 Gianyar), lokasi ini dipilih karena berdasarkan studi pendahuluan yang

telah dilakukan, didapatkan bahwa prevalensi anemia tertinggi pada bulan

Februari ada di wilayah Unit Pelayanan Terpadu Kesehatan Masyarakat Gianyar

1. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gianyar merupakan salah satu sekolah

unggulan di Kabupaten Gianyar yang berada di wilayah kerja UPT. Kesmas

Gianyar 1 dan telah mendapat program pemberian TTD pada siswi secara rutin

namun, setelah dilakukan wawancara pada lima siswi kelas sebelas, semua siswi

mengatakan tidak mengkonsumsi TTD yang telah diberikan secara teratur.

Penelian ini dilakukan pada periode bulan Mei sampai Juni 2018 dan pengambilan

data dilakukan pada tanggal 25 Mei 2018.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009).

Popolasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas sebelas SMAN 1 Gianyar.

Pemilihan siswi kelas sebelas dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi di

lapangan saat dilakukan penelitian nanti, karena pada saat dilakukan penelitian,

siswi kelas duabelas sedang dalam masa tenang setelah ujian sehingga tidak

berada di sekolah. Sedangkan, siswi kelas sepuluh tidak dipilih dengan

27
mempertimbangkan program pemberian TTD yang belum lama diperoleh oleh

siswi tersebut.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswi kelas sebelas SMAN 1 Gianyar

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

a. Kiteria inklusi yang ditetapkan dalam pelitian ini adalah:

1) Semua siswi kelas sebelas SMAN 1 Gianyar yang telah mendapat TTD pada

bulan Februari 2018

2) Berada di sekolah saat penelitian dilakukan

3) Sudah pernah menstruasi sebelumnya

4) Memiliki telepon genggam berbasis android

5) Bersedia menjadi responden dan bersedia menandatangani lembar persetujuan

b. Kriteria Eksklusi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah: Siswa yang

mengatakan memiliki penyakit hemolitik seperti talasemia, hemosiderosis atau

gangguan organ lain yang kronis.

3. Jumlah dan besaran sampel

Penentuan besar sampel penelitian dilakukan dengan menggunkan rumus

Slovin dalam Arifin (2016), yaitu dengan rumus:

Keterangan :

n : besar sampel

N : besar populasi

: taraf kesalahan (0,05)


= 126,03 (dibulatkan menjadi 130 sampel)
4. Teknik pengambilan sampel

Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik purposive

sampling. Sugiyono tahun 2009 menuliskan bahwa purposive sampling adalah

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pemilihan subjek

didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-

ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya, sehingga sampel yang diteliti

disesuaikan dengan kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian

Teknik pengambilan sampel ini dipilih karena saat dilakukan pengambilan

data penelitian tanggal 25 Mei 2018, siswi SMAN 1 Gianyar sedang dalam masa

tenang setelah melakukan ulangan kenaikan kelas. Kondisi tersebut menyebabkan

banyak dari siswi SMAN 1 Gianyar yang tidak datang ke sekolah. Sebelum

pengambilan data yaitu tanggal 24 Mei 2018, peneliti telah berkoordinasi dengan

petugas bagian kesiswaan yang telah membantu menghubungi siswi untuk hadir

ke sekolah saat penelitian dilakukan, namun tidak semua siswi hadir saat

dilakukan penelitian. Kondisi ini menyebabkan peneliti mempertimbangkan

pengambilan data penelitian pada seluruh siswi kelas sebelas yang hadir saat

penelitian dilakukan dan memenuhi kriteria inklusi serta eksklusi untuk

menghindari tidak terpenuhinya kriteria sampel minimal dalam penelitian ini.

Setelah dilakukan pengambilan data, diperoleh responden sebanyak 163 orang.

Tidak semua responden tersebut dapat dijadikan sebagai sampel, karena selama

proses pengolahan data, terdapat beberapa kuesioner yang rusak dan banyak siswi

yang tidak bersedia mengirimkan foto sisa tablet tambah darah saat dihubungi

oleh peneliti serta beberapa diantaranya mengatakan kehilangan sisa tablet tambah

darah yang belum diminum. Sebanyak 133 data yang memenuhi kriteria
penelitian, selanjutnya dilakukan pengundian untuk menentukan data akhir yang

akan digunakan yaitu sebanyak 130 orang sesuai dengan besar sampel penelitian.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data

primer didapat melalui penyebaran kuesioner kepada siswi SMAN 1 Gianyar dan

wawancara secara langsung dengan guru dan petugas di Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS). Data sekunder didapat melalui catatan atau dokumentasi yang ada di

sekolah terkait pelaksanaan program pemberian TTD di SMAN 1 Gianyar.

2. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mendapatkan izin penelitian.

Pengrurusan izin tahap pertama dilakukan di Poltekkes Denpasar Program Studi

Diploma IV dengan menyerahkan proposal serta judul penelitian. Perizinan

dilanjutkan ke Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTSP) Provinsi Bali dengan menyerahkan surat permohonan dari Poltekkes

Denpasar untuk mendapatkan surat rekomendari penelitian. Surat tersebut

selanjutnya diserahkan ke Pemerintah Kabupaten Gianyar bagian Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik (Kesbangpol) untuk mendapat surat pengantar ke tempat

penelitian akan dilakukan. Surat pengantar tersebut selanjutnya diserahkan ke

tempat penelitian (SMAN 1 Gianyar) dan ditembuskan ke lembaga-lembaga

terkait seperti Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar.

Setelah menyerahkan surat izin tersebut selanjutnya peneliti menunggu

disposisi surat oleh kepala sekolah. Peneliti kembali ke SMAN 1 Gianyar setelah
dihubungi oleh pihak sekolah untuk mendiskusikan jadwal dan mekanisme

pengambilan data sampai diperoleh kesepakatan.

Proses pengambilan data dilakukan pada jadwal yang disepakati dengan

didampingi oleh bagian kesiswaan yang berperan sebagai pengawas. Responden

dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dan selanjutnya diberikan

Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) apabila responden bersedia ikut serta dalam

penelitian.

3. Instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner dan telepon genggam berbasis android. Penggunaan telepon genggang

berbasis android dipilih dengan pertimbangan bahwa sistem pembelajaran di

SMAN 1 Gianyar sudah berbasis digital. Hasil wawancara dengan bagian

kesiswaan SMAN 1 Gianyar menyatakan bahwa seluruh siswa sudah

menggunakan telepon genggam berbasis android. Siswa dan guru saling

berhubungan satu dengan lainnya melalui aplikasi chatting berbasis android.

Pertukaran informasi juga dilakukan melalui grup chatting pada masing-masing

kelas.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dibagi atas kuesioner

bagian C dan D dengan masing-masing kuesioner berisi 20 serta 10 pertanyaan

dengan jawaban benar dan salah. Jawaban responden selanjutnya dikategorikan

menjadi pegetahuan baik dan pengetahuan tidak baik dengan menggunkan cut of

point mean sesuai dengan definisi operasional penelitian.

Kuesioner yang digunakan dalam pengambilan data telah diuji

validitasnya dengan uji konten oleh pakar di Jurusan Kebidanan Poltekkes


Denpasar. Kuesioner tersebut selanjutnya diujikan pada 40 siswi kelas sebelas di

SMAN 1 Blahbatuh pada tanggal 16 Mei 2018. Selanjutnya dilakukan uji

reliabilitas dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha pada SPSS. Hasil uji

pada kuesioner C dengan 20 pertanyaan diperoleh nilai r=0,883 dan kuesioner

bagian D (10 pertanyaan) dengan nilai r=0,720. Hasil uji tersebut menunjukkan

bahwa semua pertanyaan kuesioner bagian C dan D reliabel sebagai instrumen

penelitian dengan nilai r>α (0,60).

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengelolaan Data

Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Editing data

Peneliti memeriksa ulang kelengkapan, kejelasan dan kesesuian pengisian

kuesioner dari seluruh pertanyaan yang ada kemudian menghitung jumlah

kuesioner supaya sesuai dengan jumlah yang di perlukan.

b. Coding

Mengklasifikasikan jawaban responden serta melakukan pengkodean

sebelum data di masukkan ke dalam komputer untuk diolah dengan tujuan untuk

mempermudah pengolahan data.

c. Entry

Kegiatan memasukan data yang sudah di lakukan editing dan coding

tersebut kedalam komputer.


d. Tabulasi

Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan kemudian memasukkan ke

dalam tabel yang telah di siapkan.

e. Cleaning

Kegiatan yang dilakukan untuk memastikan apakah semua data sudah siap

di analisis

2. Analisis data

a. Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menganalisis tiap – tiap variabel hasil

penelitian (Notoatmodjo, 2010). Langkah - langkah yang dilakukan dalam analisa

univariat adalah sebagai berikut:

1) Menentukan tingkat pengetahuan siswi tentang anemia

2) Menentukan tingkat pengetahuan siswi tentang TTD

3) Menentukan distribusi frekuensi untuk kepatuhan siswi dalam mengkonsumsi

TTD

b. Bivariat

Analisis dilakukan untuk menguji hipotesis antara variabel bebas dan

variabel terikat untuk membuktikan adanya hubungan antara pengetahuan remaja

putri tentang anemia dan TTD dengan kepatuhan mengkonsumsi TTD.

Uji statistik akan menggunakan teknik analitik dengan chi-square dengan

bantuan perangkat lunak Statistical Package for the Social Science ( SPSS ). untuk

menentukan adanya hubungan antara dua variabel tersebut bermakna atau tidak

bermakna. Interpretasi kemaknaan adalah untuk menilai kemaknaan sistem

dengan membandingkan nilai ρ < α (,5 maka ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan remaja putri tentang anemia dan TTD dengan kepatuhan

mengkonsumsi TTD di SMAN 1 Gianyar. Jika p ≥ α (,5 maka tidak ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan remaja putri tentang anemia dan

TTD dengan kepatuhan mengkonsumsi TTD di SMAN 1 Gianyar (Dahlan, 2008).

G. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek, maka peneliti harus

memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Penelitian ini telah mendapat

persetujuan dari komisi etik dengan nomor LB.02.03/EA/KEPK/0173/2018

tertanggal 2 Mei 2018 menyatakan laik etik. Pengumpulan data dilakukan setelah

responden diberikan penjelasan dan kemudian setuju untuk ikut serta dalam

penelitian tanpa tekanan maupun paksaan. Responden yang bersedia selanjutnya

menandatangani Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) dan dapat berhenti kapan

saja bila menginginkan. Identitas responden dijaga kerahasiaannya dengan

menuliskan nama inisial dan data yang dikumpulkan hanya digunakan untuk

keperluan penelitian saja.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Kondisi lokasi penelitian

Penelitian hubungan pengetahuan remaja putri tentang anemia dan Tablet

Tambah Darah (TTD) dengan kepatuhan mengkonsumsi TTD dilakukan di

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gianyar (SMAN 1 Gianyar) pada tanggal 25

Mei 2018. Sekolah ini terletak di Jalan Ratna Nomor 1, Desa Tegal Tugu,

Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar. Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Gianyar resmi berdiri sejak tahun 1964 dan merupakan sekolah dengan akreditasi

A serta telah memiliki sertifikasi International Organization for Standardization

(ISO) (Kemendikbud, 2018).

Jumlah total guru di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gianyar (SMAN 1

Gianyar) sebanyak 59 orang, dengan 38 guru laki-laki dan 21 guru perempuan

serta ditambah dengan 26 Tenaga Pendidik (Tendik) sebanyak 26 orang, dengan

12 Tendik laki-laki dan 14 Tendik perempuan. Siswa yang terdaftar di sekolah ini

sebanyak 1067 orang, dengan 455 siswa laki-laki dan 612 siswa perempuan.

Jumlah siswa berdasarkan tingkat kelas yaitu, siswa kelas sepuluh sebanyak 398

orang, dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 166 orang dan siswa perempuan

sebanyak 232 orang. Siswa kelas sebelas sebanyak 330 orang dengan 146 siswa

laki-laki dan 184 siswa perempuan. Siswa kelas dua belas sebanyak 339 orang

dengan 143 siswa laki-laki dan 196 siswa perempuan (Kemendikbud, 2018).
Fasilitas yang dimiliki oleh Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gianyar

(SMAN 1 Gianyar) yaitu dua puluh delapan ruang kelas, tujuh laboratorium, satu

perpustakaan, dua puluh tiga sanitasi siswa dan satu ruang Usaha Kesehatan

Sekolah (UKS) (Kemendikbud, 2018). Ruang UKS SMAN 1 Gianyar cukup luas,

dengan fasilitas dua tempat tidur dan telah memiliki Kelompok Kerja Kader

Kesehatan Remaja (Pokja KKR) yang cukup aktif. Program pemberian Tablet

Tambah Darah (TTD) pada remaja putri di SMAN 1 Gianyar sepenuhnya

dilakukan oleh petugas UKS berkoordinasi dengan pihak Unit Pelayanan Terpadu

Kesehatan Masyarakat Gianyar 1 (UPT. Kesmas Gianyar 1). Pihak UPT. Kesmas

Gianyar 1 memberikan kewenangan kepada petugas UKS untuk melakukan

pendistribusian TTD kepada siswi agar tidak mengganggu proses belajar mengajar

di sekolah tersebut. Petugas di UKS SMAN 1 Gianyar berjumlah dua orang, satu

orang petugas laki-laki dan satu orang petugas perempuan, dengan

berlatarbelakang pendidikan keperawatan yang bertugas untuk memberikan

perawatan kesehatan promotif, preventif dan kuratif pada siswa, guru dan pegawai

di SMAN 1 Gianyar.

Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gianyar menggunakan

sistem enam hari belajar (senin-sabtu) dimulai dari pukul 07.30-13.30 WITA.

Kegiatan lain yang dilakukan oleh siswa selain pembelajaran di kelas adalah

kegiatan ekstrakulikuler. Jadwal ekstrakulikuler di SMAN 1 Gianyar berbeda-

beda dan fleksibel menyesuaikan dengan kesibukan siswa dan kegiatan

pembelajaran di sekolah. Kegiatan ekstrakulikuler tersebut ada yang dilaksanakan

setelah jam pulang sekolah dan ekstrakulikuler lainnya ada yang dilaksanakan

pada hari minggu. Frekuensi kegiatan setiap ekstrakulikuler juga berbeda-beda,

36
ekstrakulikuler kelompok belajar seperti english club biasanya dilakukan setiap

satu minggu sekali atau lebih sering jika akan ada perlombaan dan ekstrakulikuler

olahraga seperti atletik dilakukan setiap 2 minggu sekali. Siswa di SMAN 1

Gianyar diberikan kebebasan penuh untuk memilih jumlah dan jenis

ekstrakulikuler sesuai dengan yang diinginkan.

2. Karakteristik subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas sebelas Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Gianyar (SMAN 1 Gianyar). Karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini sama, yaitu perempuan.

Karakteristik responden berdasarkan golongan umur dalam penelitian ini sama,

yaitu remaja berumur 16-17 tahun. Penelitian ini menemukan karakteristik

responden berdasarkan sumber informasi yaitu dari 130 responden, seluruh

responden (100%) mengatakan mendapat informasi tentang anemia dari guru di

sekolah sedangkan hanya sebagian kecil (9,23%) yang memilih petugas

kesehatan.

Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi tentang Tablet

Tambah Darah (TTD) dalam penelitian ini ditemukan sebagian besar responden

(61,54%) mendapat informasi tentang TTD dari teman sebaya. Hanya sebagian

kecil responden (10,77%) yang memilih guru di sekolah. Gambaran karakteristik

responden berdasarkan sumber informasi disajikan dalam tabel berikut:


Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Pengetahuan Tentang Pengetahuan Tentang


Sumber Informasi Anemia TTD
ƒ % ƒ %
Guru 130 100 14 10,77
Petugas kesehatan 12 9,23 45 34,62
Teman sebaya 33 25,38 80 61,54
Media elektronik 74 56,92 18 13,85

3. Hasil pengamatan terhadap subjek penelitian berdasarkan variabel

penelitian

a. Identifikasi pengetahuan remaja putri di SMAN 1 Gianyar tentang anemia

dan tablet tambah darah

Hasil penelitian yang dilakukan di SMAN 1 Gianyar menunjukkan bahwa

lebih dari setengah responden (56,7%) berpengetahuan baik tentang anemia dan

43,8% lainnya berpengetahuan tidak baik. Sedangkan, kurang dari setengah

responden (44,6%) yang berpengetahuan baik tentang tablet tambah darah dan

55,4% lainnya berpengetahuan tidak baik. Data hasil penelitian pengetahuan siswi

kelas sebelas SMAN 1 Gianyar tentang anemia dan tablet tambah darah disajikan

dalam tabel berikut:

Tabel 4
Distribusi Pengetahuan Remaja Putri

Pengetahuan Kategori ƒ %
Baik 73 56,2
Pengetahuan tentang anemia Tidak baik 57 43,8
Total 130 100
Baik 58 44,6
Pengetahuan tentang TTD
Tidak baik 72 55,4
Total 130 100
b. Identifikasi tingkat kepatuhan remaja putri di SMAN 1 Gianyar dalam

mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)

Penelitian yang dilakukan terhadap 130 responden di SMAN 1 Gianyar

menunjukkan bahwa sebagian besar responden (80,8%) tidak mengkonsumsi

tablet tambah darah dengan teratur dan hanya sebagian kecil (19,2%) yang

mengkonsumsi tablet tambah darah dengan teratur. Hasil perhitungan dari data

kepatuhan konsumsi tablet tambah darah siswi kelas sebelas di SMAN 1 Gianyar

disajikan dalam tablet berikut:

Tabel 5
Distribusi Kepatuhan Remaja Putri dalam Mengkonsumsi TTD

Tingkat Kepatuhan ƒ %
Patuh 25 19,2
Tidak patuh 105 80,8
Total 130 100

c. Analisis hubungan pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan

kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah

Analisis data menggunakan uji statistik chi-square diperoleh nilai ρ

=0,014 dengan tingkat kepercayaan 95% maka diperoleh signifikansi<α (0,05).

Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan kepatuhan mengkonsumsi

tablet tambah darah. Nilai odds ratio (OR) diperoleh sebesar 3,925 sehingga dapat

disimpulkan remaja putri dengan pengetahuan tentang anemia yang tidak baik

hampir 4 kali (3,9 kali) lebih berisiko untuk tidak patuh dalam mengkonsumsi

tablet tambah darah. Hasil analisis hubungan antara pengetahuan remaja putri

tentang anemia dan tablet tambah darah disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 6
Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Anemia dengan Kepatuhan Mengkonsumsi TTD di SMAN 1 Gianyar

Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh Nilai ρ OR
n % n %
72,6
Pengetahuan Baik 20 27,4 53 0,014 3,925
tentang anemia Tidak baik 5 8,8 52 91,2
Total 25 19,2 105 80,8
Ket: uji chi-square

d. Analisis hubungan pengetahuan remaja putri tentang tablet tambah darah

dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah

Uji statistik chi-square antara pengetahuan remaja putri tentang Tablet

Tambah Darah (TTD) dengan kepatuhan mengkonsumsi TTD di SMAN 1

Gianyar diperoleh nilai ρ=0,017. Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan

95% sehingga ρ value<α (0,05) yang menunjukkan bahwa ada hubungan

signifikan antara pengetahuan remaja putri tentang tablet tambah darah dengan

kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah. Nilai odds ratio=3,317 sehingga

disimpulkan bahwa remaja putri dengan pengetahuan baik tentang tablet tambah

darah cenderung 3 kali lebih patuh dalam mengkonsumsi tablet tambah darah

dibandingkan dengan remaja putri dengan pengetahuan tidak baik tentang tablet

tambah darah. Hasil uji statistik antara variabel pengetahuan tentang tablet tambah

darah dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah disajikan dalam tabel

sebagai berikut:
Tabel 7
Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang TTD
dengan Kepatuhan Mengkonsumsi TTD di SMAN 1 Gianyar

Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh Nilai ρ OR
n % n %
70,7
Pengetahuan Baik 17 29,3 41 0,017 3,317
tentang TTD Tidak baik 8 11,1 64 88,9
Total 25 19,2 105 80,8
Ket: uji chi-square

B. Pembahasan

1. Pengetahuan remaja putri di SMAN 1 Gianyar tentang anemia dan

tablet tambah darah

Hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Gianyar terhadap 130 siswi kelas sebelas diperoleh responden yang

berpengetahuan baik tentang anemia sebanyak 73 orang (56,2%) dan yang

berpengetahuan kurang sebanyak 57 orang (43,8%). Ini berarti lebih dari setengah

responden di SMAN 1 Gianyar memiliki pengetahuan yang baik tentang anemia.

Penelitian selanjutnya mengenai pengetahuan remaja putri tentang tablet tambah

darah diperoleh hasil yaitu sebanyak 58 orang (44,6%) memiliki pengetahuan baik

tentang tablet tambah darah dan 72 orang lainnya (55,4%) memiliki pengetahuan

yang tidak baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah

responden memiliki pengetahuan yang tidak baik tentang tablet tambah darah.

Analisis pengetahuan responden menunjukkan bahwa siswi cenderung

memiliki pengetahuan tentang anemia lebih baik dibandingkan dengan

pengetahuan tentang tablet tambah darah, hal ini dilatarbelakangi oleh materi

tentang penyakit anemia yang masuk dalam kurikulum yaitu pada mata pelajaran
biologi sedangkan program tablet tambah darah sendiri merupakan program yang

masih baru pada remaja. Pengetahuan tentang tablet tambah darah yang kurang

pada responden juga disebabkan oleh tidak meratanya informasi yang didapat oleh

siswa. Sebagian besar responden merasa tidak pernah mendapatkan penyuluhan

tentang tablet tambah darah dan enggan untuk mencari informasi secara mandiri

karena promosi tentang program yang kurang sehingga merasa program ini tidak

terlalu penting.

Hasil wawancara yang dilakukan dengan pemegang program gizi di Unit

Pelayanan Terpadu Kesehatan Masyarakat Gianyar 1 (UPT. Kesmas Gianyar 1)

mengatakan bahwa sudah dilakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan

remaja putri yang menjadi sasaran program pemberian tablet tambah darah

melalui penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan itu sendiri maupun

bekerjasama dengan Program Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Penyampaian

informasi yang tidak merata pada siswi sekolah menengah atas disebabkan oleh

beberapa hambatan baik dari pihak petugas kesehatan itu sendiri maupun pihak

sekolah. Hambatan yang paling sering dirasakan adalah kemampuan untuk

menyesuaikan waktu. Sulit untuk menentukan jadwal yang tepat antara pihak

sekolah dengan petugas pemegang program agar tidak memberatkan siswa dan

tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. Hambatan lain yang sering

dirasakan adalah kurangnya tenaga kesehatan yang bertugas sebagai pemegang

program. Petugas kesehatan seringkali bertanggungjawab pada lebih dari satu

program yang menyebabkan petugas tidak mampu untuk fokus dalam satu

program.
Dituliskan dalam Oktaviani (2017) pengetahuan yang rendah dapat

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku masyarakat dalam kesehatan, khususnya

ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan karena merasa tidak kunjung sembuh

dan bosan. Penelitian yang dilakukan oleh Selum dan Wahyuni (2012)

menuliskan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan dengan kepatuhan minum

obat. Semakin banyak informasi yang didapatkan tentang suatu penyakit, maka

pengetahuan penderita tentang penyakit tersebut akan baik. Pengetahuan

seseorang bisa mempengaruhi kepatuhan untuk minum obat, karena semakin

tinggi pengetahuan seseorang maka akan semakin mudah untuk menerima

informasi terkait dengan pengobatan (Notoatmodjo, 2007).

Notoatmodjo (2007) menuliskan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya umur dan tingkat pendidikan. Penelitian ini

menggunakan responden dengan rentang umur yang sama (16-17 tahun) dan

memiliki latar belakang pendidikan yang sama sehingga faktor-faktor yang

mempengaruhi perbedaan tingkat pengetahuan responden diluar dari faktor yang

diteliti dapat dipersempit.

2. Tingkat kepatuhan remaja putri di SMAN 1 Gianyar dalam

mengkonsumsi tablet tambah darah

Penelitian ini mengukur kepatuhan menggunakan metode perhitungan pil

dengan cara mengurangi jumlah pil yang didapat (10 tablet) dengan sisa pil yang

belum dikonsumsi oleh siswi di SMAN 1 Gianyar yang kemudian dihitung dalam

bentuk persentase. Metode ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri

tahun 2015 tentang Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan PMO

(Pengawas Minum Obat) Terhadap Kepatuhan Minum Obat Antituberkulosis


Pasien TB Paru yang menuliskan bahwa metode-metode yang dapat digunakan

untuk mengukur sejauh mana pasien mematuhi nasehat dokter dengan baik yaitu

laporan pasien, laporan dokter, perhitungan pil dan botol, tes darah dan urine, alat-

alat mekanis, observasi langsung dan hasil pengobatan. Untuk menguatkan

perhitungan kepatuhan, digunakan bukti berupa foto sisa TTD yang belum

dikonsumsi oleh responden yang dikirim melalui aplikasi chatting berbasis

android oleh responden itu sendiri. Penelitian yang dilakukan terhadap 130 siswi

kelas sebelas SMAN 1 Gianyar menunjukkan bahwa sebagian besar responden

tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet tambah darah. Diperoleh hanya 25 orang

(19,2%) yang mengkonsumsi tablet tambah darah dengan patuh dan 105 orang

(80,8%) tidak mengkonsumsi tablet tambah darah dengan patuh.

Mengukur kepatuhan secara akurat sulit untuk dilakukan, hal ini sejalan

dengan Putri (2015) yang menuliskan bahwa kepatuhan sulit dianalisa, karena

sulit untuk didefinisikan, sulit untuk diukur dan tergantung pada banyak faktor.

Tingkat ketidakpatuhan terbukti cukup tinggi dalam seluruh populasi medis yang

kronis. Secara umum, ketidakpatuhan meningkatkan risiko berkembangnya

masalah kesehatan serta memperpanjang atau memperburuk kesakitan yang

diderita. Foto tablet tambah darah yang dikirim oleh responden tidak sepenuhnya

akurat dalam membuktikan kepatuhan responden, karena sangat memungkinkan

apabila responden mengirim bukti foto dengan menggunakan tablet tambah darah

yang sama antara satu responden dengan responden lainnya. Meski demikian,

banyaknya responden yang terbuka pada peneliti dengan mengatakan bahwa sisa

tablet tambah darah yang belum dikonsumsi hilang, dapat mengindikasikan

kejujuran responden kepada peneliti dalam memberikan data penelitian.


Siswi tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet tambah darah banyak

disebabkan oleh ketakutan siswi yang berlebihan terhadap efek samping tablet

tambah darah. Responden beranggapan bahwa tablet tambah darah dapat

menyebabkan ketergantungan dan kerusakan organ karena diminum secara terus

menerus. Ketidaknyamanan yang timbul akibat efek samping tablet tambah darah

seperti pusing dan mual juga menyebabkan siswi enggan untuk mengkonsumsi

tablet tambah darah secara teratur terlebih saat akan melakukan aktifitas. Hal ini

sejalan dengan Kementerian Republik Indonesia (2016) dalam Buku Pedoman

Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri dan Wanita Usia

Subur (WUS) yang menuliskan bahwa tablet tambah darah dapat menimbulkan

efek samping seperti nyeri atau perih di ulu hati, pusing, mual dan muntah, serta

tinja berwarna hitam. Efek samping tersebut memang kadang timbul, namun efek

samping tablet tambah darah tersebut dapat dikurangi dengan cara mengkonsumsi

yang benar seperti mengkonsumsi tablet sebelum tidur atau setelah makan (perut

tidak kosong) sehingga efek samping tablet tambah darah tidak akan mengganggu

aktifitas sehari-hari.

Hasil wawancara yang dilakukan dengan pemegang program, pemberian

tablet tambah darah pada remaja putri di wilayah kerja Unit Pelayanan Terpadu

Kesehatan Masyarakat Gianyar 1 (UPT. Kesmas Gianyar 1) menjelaskan bahwa

pemberian tablet tambah darah pada siswi tidak selalu dilakukan secara rutin

karena terhalang oleh beberapa faktor seperti ketersediaan tablet dan waktu.

Seringkali tablet yang harus dibagikan tidak datang sesuai jadwal yang seharusnya

sehingga menyebabkan pemberian tablet tambah darah terlambat. Sejalan dengan

pernyataan tersebut, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016)


merekomendasikan siswi untuk dapat memenuhi secara mandiri kebutuhan tablet

tambah darah apabila tidak tersedianya stok pada fasilitas kesehatan di masing-

masing daerah. Pembagian tablet tambah darah yang tidak teratur ini

menyebabkan siswi seringkali lupa mengkonsumsi tablet tambah darah akibat dari

adanya periode kosong dalam ketersediaan tablet tambah darah. Siswi juga

seringkali merasa enggan untuk membeli sendiri tablet tambah darah yang

dibutuhkan karena malas dan takut dengan harga tablet tambah darah yang

mungkin mahal.

3. Hubungan pengetahuan remaja putri di SMAN 1 Gianyar tentang

anemia dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah

Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah

darah sudah cukup banyak diteliti, namun pada responden ibu hamil. Hal ini dapat

disebabkan oleh pemberian tablet tambah darah pada remaja merupakan program

yang baru dilaksanakan. Pada penelitian ini peneliti mengidentifikasi pengetahuan

remaja putri tentang anemia dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah

darah di SMAN 1 Gianyar. Berdasarkan hasil uji analisis didapatkan hubungan

yang signifikan antara pengetahuan remaja putri dengan kepatuhan

mengkonsumsi tablet tambah darah (p=0,014<α=0,05) yang berarti bahwa

pengetahuan remaja putri tentang anemia berhubungan dengan kepatuhan

mengkonsumsi tablet tambah darah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sulistiyanti (2015) di Sragen terkait hubungan pengetahuan tentang anemia

dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe menggunakan responden ibu hamil yaitu

diperoleh hubungan keeratan yang sedang antara tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang anemia dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Wigati (2016) di praktek mandiri bidan dengan topik yang sama

juga menunjukkan ada hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan

perilaku ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe.

Hasil tabulasi silang antara pengetahuan remaja putri tentang anemia

dengan kepatuhan mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) menunjukkan

responden berpengetahuan baik tentang anemia lebih banyak yang patuh

mengkonsumsi TTD (27,4%) dibandingkan dengan responden yang

berpengetahuan tidak baik tentang anemia (8,8%). Ketidakpatuhan dalam

mengkonsumsi TTD pada siswi berpengetahuan baik juga lebih rendah (72,6%)

dibandingkan dengan siswi yang berpengetahuan tidak baik tentang anemia

(91,2%).

Nilai odds ratio dalam penelitian ini juga ditemukan signifikan yaitu

OR=3,925 dengan nilai Confidency Interval (CI) 95% nya adalah 1,371-11,237

sehingga dapat disimpulkan bahwa remaja putri dengan pengetahuan baik hampir

empat kali (3,9) kali cenderung lebih patuh dibandingkan dengan remaja putri

yang berpengetahuan tidak baik tentang anemia. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Kheirouri dan Mohammad (2014)

mengenai Process Evaluation of A National School-Based Iron Supplementation

Program for Adolescent Girls in Iran yang menemukan hubungan signifikan

antara pengetahuan dan konsumsi tablet tambah darah. Penelitian tersebut

menuliskan bahwa siswa dengan pengetahuan yang lebih baik cenderung

mengkonsumsi tablet tambah darah lebih teratur.


Pengetahuan yang baik tentang anemia pada siswi penerima program dapat

mempengaruhi sikap siswi dalam mengkonsumsi tablet tambah darah. Dengan

mengetahui faktor risiko dan bahaya yang dapat diakibatkan oleh kondisi anemia,

siswi diharapkan mampu untuk melakukan perawatan kesehatan yang lebih baik

termasuk dengan mengkonsumsi tablet tambah darah dengan teratur dan

menyadari pentingnya program pemberian tablet tambah darah pada remaja putri.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyanti (2015) tentang

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia dengan Kepatuhan

Konsumsi Tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran I Sragen yang

menemukan bahwa faktor yang dapat menyebabkan rendahnya konsumsi tablet

tambah darah yaitu individu tidak merasa bahwa dirinya sakit, tidak mengetahui

mengenai gejala serta dampak jangka panjang yang dapat ditimbulkan.

Pengetahuan yang baik tentang anemia, diharapkan dapat mempengaruhi perilaku

individu dalam mengkonsumsi tablet tambah darah.

4. Hubungan pengetahuan remaja putri di SMAN 1 Gianyar tentang tablet

tambah darah dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah

Penelitian selanjutnya yang juga diteliti adalah hubungan pengetahuan

remaja putri tentang tablet tambah darah dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet

tambah darah di SMAN 1 Gianyar. Hasil analisis data dengan menggunakan uji

statistik chi-square menunjukkan nilai yang signifikan yaitu ρ

value=0,017<α=0,05 yang berarti bahwa pengetahuan remaja putri tentang tablet

tambah darah mempengaruhi kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet tambah

darah di SMAN 1 Gianyar. Tabulasi silang antara kedua variabel tersebut

menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik tentang Tablet Tambah


Darah (TTD) lebih banyak patuh dalam mengkonsumsi TTD (29,3%)

dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan tidak baik (11,1%).

Sebaliknya responden dengan pengetahuan tidak baik cenderung lebih banyak

yang tidak patuh dalam mengkonsusmsi TTD (88,9%) dibandingkan dengan

responden dengan pengetahuan baik (70,7%).

Hasil analisis data dalam penelitian ini ditemukan nilai odds ratio sebesar

3,317 dengan nilai Confidency Interval (CI) 95% nya adalah 1,371-11,237 yang

menunjukkan bahwa secara signifikan remaja putri dengan pengetahuan tidak baik

tiga kali lebih berisiko untuk tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet tambah

darah.

Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Sadore (2015) tentang Compliance With Iron Folate

Supplement and Associated Factors Among Antenatal Care Attendant Mothers in

Misha Distric, South Ethiopia: Community Based Cross-Sectional Study yaitu

dikatakan bahwa pengetahuan tentang tablet tambah darah atau Iron and Folic

Acid (IFA) merupakan salah satu faktor yang berhubungan secara signifikan

dalam kepatuhan mengkonsumsi IFA.

Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) yang kadang menimbulkan efek

samping seperti nyeri atau perih di ulu hati, mual dan muntah serta tinja berwarna

hitam seringkali menjadi penyebab keengganan remaja putri untuk mengkonsumsi

TTD. Rendahnya pengetahuan tentang TTD juga menyebabkan ketidaktahuan

remaja putri mengenai cara untuk mengurangi efek samping TTD tersebut.

Remaja tidak menyadari bahwa efek samping yang kadang timbul sebenarnya bisa

diatasi dengan cara mengkonsumsi TTD yang tepat. Mengkonsumsi TTD dengan
cara yang tepat akan jauh lebih menguntungkan daripada memilih untuk tidak

mengkonsumsi TTD hanya karena efek samping yang sebenarnya bisa diatasi.

Joshi dan Raghvendra (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Weekly Iron

Folate Supplementation in Adolescent Girls – An Effective Nutritional Measure

for the Management of Iron Deficiency Anemia di India, menuliskan bahwa

suplementasi tablet tambah darah atau IFA dapat memberikan manfaat yang bagus

apabila disertai dengan kepatuhan yang lebih baik. Penelitian ini membuktikan

konsumsi tablet tambah darah secara rutin cenderung memberikan jauh lebih

banyak manfaat dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012) menunjukkan hasil

yang tidak sejalan dengan penelitian ini, yaitu tidak terdapat hubungan

pengetahuan remaja putri dengan kebiasaan konsumsi tablet tambah darah. Hasil

penelitian yang tidak sejalan ini dapat disebabkan oleh besar responden yang

digunakan dalam penelitian tersebut lebih sedikit. Faktor lain yang mempengaruhi

perbedaan hasil penelitian yaitu perbedaan indikator yang digunakan untuk

menilai kepatuhan.

C. Kelemahan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak menggali mengenai

faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi pengetahuan dan kepatuhan pada

remaja putri.
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan remaja putri

tentang anemia dan tablet tambah darah dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet

tambah darah di SMAN 1 Gianyar yang telah dibahas pada bab sebelumnya,

adapun simpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Responden dengan pengetahuan baik tentang anemia sebanyak 56,2% dan

responden dengan pengetahuan baik tentang tablet tambah darah sebanyak 44,6%

2. Sebanyak 80,8% responden tidak mengkonsumsi tablet tambah darah dengan

patuh

3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja putri tentang

anemia dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah di SMAN 1

Gianyar tahun 2018

4. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja putri tentang tablet

tambah darah dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah di SMAN 1

Gianyar tahun 2018


B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan simpulan dalam penelitian ini, peneliti

menyampaikan beberapa saran yaitu sebagai berikut:

1. Bagi tempat penelitian

Tempat penelitian diharapkan berperan aktif dalam menyukseskan

program pemberian tablet tambah darah pada siswi dengan ikut membantu

memotivasi siswi mengkonsumsi tablet tambah darah secara teratur. Sekolah

dapat membantu menyediakan waktu khusus untuk mengkonsumsi tablet tambah

darah sehingga siswi tidak lupa untuk mengkonsumsi tablet tambah darah.

2. Bagi orang tua

Orang tua diharapkan ikut serta dalam mengawasi konsumsi tablet tambah

darah dengan cara berperan aktif untuk mengingatkan remaja putri di rumah untuk

mengkonsumsi tablet tambah darah secara teratur dan membantu menyediakan

remaja putri persediaan tablet tambah darah secara mandiri.

3. Bagi tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan diharapkan membantu meningkatkan pengetahuan

remaja putri tentang anemia dan tablet tambah darah melalui sosialisasi atau

penyuluhan ke sekolah-sekolah secara rutin minimal satu tahun sekali sehingga

tidak ada siswi yang memiliki pemahaman yang salah tentang anemia maupun

tablet tambah darah.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan mampu menggali faktor-faktor lain yang

mempengaruhi pengetahuan remaja putri serta variabel lain yang berhubungan

dengan kepatuhan remaja putri dalam mengkonsumsi tablet tambah darah.

52
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta

Arifin, F. 2016. Hubungan Antara Persepsi Tentang Penyakit dengan Kepatuhan


Minum Obat Hipoglikemik Oral (OHO) di Puskesmas Srondol Kota
Semarang (skripsi). Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Diponogoro Semarang.

Astuti, Y. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Penderita


Kusta Untuk Datang Berobat Teratur di Wilayah Jakarta Selatan Tahun
2014. Jurnal Ilmiah WIDYA.

Beauty, A. L. 2016. Hubungan Antara Persepsi dan Dukungan Keluarga dengan


Kepatuhan Minum Obat Pasien Baru Tuberkolosis Paru (skripsi). Jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang.

BKKBN. 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Kesehatan


Reproduksi Remaja. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

. 2016. Jurnal Keluarga Informasi Kependudukan dan KB: Revolusi


Mental Membangun Karakter Bangsa. Jakarta : Direktorat Advokasi dan
KIE.

.2016. Survei Kependudukan, Keluarga Berencana, Kesehatan


Reproduksi Remaja dan Pembangunan Keluarga di Kalangan Remaja
Indonesia, Tahun 2016. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Boyoh, M. E., dkk. 2015. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Minum


Obat Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Endokrin Rumah
Sakit Prof. DR. R. D. Kandou Manado. Ejurnal keperawatan. Volume III,
No. 3, Agustus 2015.

Chakma, T., Pinnamneni, V., Pradeep, K. 2012. Factors associated with high
compliance/feasibility during iron and folic acid supplementation in a
tribal area of Madhya Pradesh, India, 16(2).
doi:10.1017/S1368980012002704. 377-380.

Dahlan, S. 2008. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edited by I. Dewi.


Jakarta: Salemba Medika.

Dirjen Kesmas RI. 2018. Pendekatan Program Masyarakat Tahun 2018. Bekasi :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Handayani, I.G.A.D., dkk. 2013. Suplementasi Tablet Tambah Darah Efektif
Meningkatkan Kadar Haemoglonim Darah Remaja Putri di Tampaksiring
Kabupaten Gianyar. Jurnal Ilmu Gizi. Volume IV, No. 2, Agustus 2013.

Joshi, M., Gumashta, R. 2013. Weekly Iron Folat Supplementation in Adolescent


Girls-An Effective Nutritional Measure for the Management of Iron
Deficiency Anemia, 5(3).1916-9736.

Kemendikbud. 2018. Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah.


http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sekolah/269FFCB570BED4D0EC
7B. Diakses pada tanggal 7 Juni 2018.

. 2018. Sekolah Kita: Data Pokok Pendidikan (DAPODIK).


http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/index.php/chome/profil/F546D0FC-
AED7-4AED-BA95-818792687813. diakses pada tanggal : 7 Juni 2018.

Kemenkes RI. 2013. Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2013.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

.2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.


Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

. 2016. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2016. Jakarta :


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

. 2016. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada


Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

. 2016. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta : Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

.2016. Surat Edaran Nomor HK.03.03/V/0595/2016. Jakarta :


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

. 2017. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta :


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kheirouri, S dan Mohammad, A. 2014. Process Evaluation of A National School-


Based Iront Supplementation Program for Adolescent Girls in Iran.
959(14) 1471-2458.

Lestari, P. 2012. Hubungan Pengetahuan dengan Konsumsi Tablet Fe Saat


Menstruasi pada Remaja Putri di SMA N 2 Banguntapan Bantul. Program
Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Mulugeta, A., Masresha, T., Kiday, H., Omer, S. 2015. Examining Means of
Reaching Adolescent Girls for Iron Supplementation in Tigray, Northern
Ethiopia, 30(7), pp. Doi:10.3390/nu7115449. 9033-9045.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka


Cipta

. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nuradhiani, A., dkk. 2017. Dukungan Guru Meningkatkan Kepatuhan Konsumsi


Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri di Kota Bogor, 12(3) . Jurnal
Gizi Pangan.

Nursalam. 2017. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis/Nursalam. Jakarta: Salemba Medika.

Oktaviani, F., Safri., dan Riri, N. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan


Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Congestive Heart Failure
Di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Universitas Riau.

Pasek, M.S., dkk. 2013. Hubungan Persepsi dan Tingkat Pengetahuan Penderita
Tuberkulosis dengan Kepatuhan Pengobatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Buleleng 1, 1(1), pp. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga.

Pieter, H.Z dan Lubis, N.L. 2013. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta
: Kencana Prenada Media Group

Pratama, G.W dan Ariastuti. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Kepatuhan Pengobatan Hipertensi pada Lansia Binaan Puskesmas
Klungkung 1. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.

Putri, A. P. 2015. Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan PMO


(Pengawas Minum Obat) Terhadap Kepatuhan Minum Obat
Antituberkulosis Pasien TB Paru, 8(4), pp. 81-84.

Sarwono, S. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Sadore, A. A., Lakew A.G., Mamusha A.H. 2015. Compliance With Iron Folate
Supplement and Associated Factors among Antenatal Care Attendant
Mothers in Misha Distric, South Ethiopia: Community Based Cross-
Sectional Study. ID: 781973.

Selum dan Wahyuni, C. U. 2012. Risiko Kecacatan Pada Ketidakteraturan


Berobat Penderita Kusta Di Kabupaten Pamekasan Provinsi Jawa Timur.
The Indonesian Journal of Public health
Setyawati, V.A.V dan Rimawati. 2016. Pola Konsumsi Fast Food dan Serat
Sebagai Faktor Gizi Lebih pada Remaja, 5(3), pp. Unnes Jurnal of Public
Health.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta

. 2017. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sulistiyanti, A. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang


Anemia dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe Di Wilayah Kerja
Puskesmas Masaran I Sragen, (2)2. 2407-2656.

Sya‟Bani, I.R.N dan Sumarni, S. 2016. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian
Anemia pada Santriwati di Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan
Jombang. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1(1), pp.

Triwinarni, C., Ninuk., Joko, S. 2017. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian
Anemia Gizi Besi (AGB) pada Siswi SMA di Kecamatan Pakem, pp. 61-67.
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

WHO. 2011. Guideline: Intermittent Iron and Folic Acid Supplementation in


Menstruating Women. Geneva: World Health Organization. WHO. 2011.
Haemoglobin Concentrations for the Diagnosis of Anaemia and
Assessment of Severity. Geneva: World Health Organization.

. 2011. Prevention of Iron Deficiency Anaemia in Adolescent: Role of


Weekly Iron and Folic Acid Supplementation. Geneva: World Health
Organization.

. 2011. Serum Ferritin Concentrations for the Assessment of Iron Status


and Iron Deficiency in Populations. Vitamin and Mineral Nutrition
Information System. Geneva: World Health Organization.

Wigati, D. N. 2016. Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia terhadap Perilaku Ibu


Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Fe. 1(1), pp.

Zakiyyah, N. R., Budiono, I., & Zainnafree, I. 2015. Faktor-Faktor yang


Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Penderita Kusta
Di Kabupaten Brebes.Unnes Journal of Public Health
Lampiran 1

PEDOMAN KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI


TENTANG ANEMIA DAN TABLET TAMBAH DARAH
(TTD) DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI
TTD DI SMAN 1 GIANYAR TAHUN 2018

Tanggal Pengumpulan Data : ..............................

Kode Responden : ..............................

A. Identitas Responden

Nama (Inisial) : .................................

Kelas : ……………………

No. Telepon : ……………………

B. Pola Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)


1. Apakah anda sudah mendapatkan pembagian TTD pada bulan Februari
2018?......
2. Jika Ya, berapa jumlah tablet tambah darah yang sudah anda konsumsi?......
3. Berapa jumlah tablet tambah darah yang belum anda konsumsi?......

Petunjuk Pengisian Kuesioner Bagian C, D dan E


1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan, kemudian jawablah sesuai dengan
keadaan anda yang sesungguhnya. Apabila terdapat pertanyaan yang tidak
dimengerti dapat ditanyakannya kepada pihak peneliti.
2. Pilihlah salah satu dari dua jawaban yang tersedia dengan memberi tanda
centang (√) pada kolom di bawah.
C. Pengetahuan Tentang Anemia

JAWABAN
NO PERTANYAAN BENAR SALAH
Anemia adalah kondisi tubuh dimana kadar
1
hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal
Kurang konsentrasi dan kurang bugar dalam
2
melakukan aktifitas merupakan gejala anemia
Remaja bukan merupakan kelompok yang
3
berisiko/rentan mengalami anemia
Anemia dapat diketahui dengan mengukur tekanan
4
darah
5 Anemia merupakan salah satu jenis penyakit menular
6 Kekurangan asupan gizi dapat menyebababkan anemia
Untuk mencegah anemia pada remaja, sumber
7 makanan nabati seperti sayur-sayuran saja sudah cukup
efektif
8 Infeksi cacing (cacingan) dapat menyebabkan anemia
Menstruasi yang lama dan pengeluaran darah yang
9
berlebihan dapat menyebabkan anemia
Penderita infeksi kronis seperti TBC dan HIV/AIDS
10
seringkali mengalami anemia
Kondisi anemia dapat memicu penurunan kekebalan
11
tubuh
5L (Lesu, Letih, Lemah, Lelah dan Lalai) yang disertai
12 sakit kepala dan mata berkunang-kunang merupakan
gejala yang sering ditemui pada kondisi anemia
Mudah mengantuk dan mudah lelah adalah gejala
13
anemia
Kondisi anemia dapat menyebabkan penurunan
14
kecerdasan dan prestasi belajar
Anemia pada remaja dapat mengganggu pertumbuhan
15
sehingga tubuh tidak mencapai tinggi badan optimal
Saat hamil nanti, remaja yang mengalami anemia akan
16 berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah atau cacat
Anemia pada remaja berisiko menyebabkan
17
kemandulan/gangguan kesuburan
Diet ketat dengan mengurangi konsumsi makanan
18
dapat menyebabkan anemia
Sering begadang dan kurang istirahat dapat
19
menyebabkan anemia
Merokok, mengkonsumsi minuman keras dan obat-
20 obatan terlarang berpengaruh dalam menyebabkan
anemia
D. Pengetahuan Tentang Tablet Tambah Darah (TTD)
JAWABAN
NO PERTANYAAN BENAR SALAH
Pemberian TTD (Tablet Tambah Darah) pada remaja
1 putri adalah bentuk promosi dari produsen obat dan
bukan merupakan program pemerintah
Konsumsi TTD dalam dosis yang tepat dapat
mencegah anemia. Namun, bila dikonsumsi jangka
2
panjang dapat menyebabkan kerusakan
organ/keracunan
Dosis konsumsi TTD adalah 1 tablet setiap 1 minggu
3
dan boleh dikonsumsi sekaligus apabila lupa
4 TTD dapat dikonsumsi bersamaan dengan teh/kopi
TTD sebaiknya hanya dikonsumsi saat merasa tidak
5
enak badan
TTD merupakan obat dan dapat menimbulkan
6
ketergantungan
Pusing, mual dan muntah serta tinja berwarna hitam
7 setelah mengkonsumsi TTD adalah gejala yang tidak
berbahaya
Mengkonsumsi TTD dengan cara yang benar dapat
8
mengurangi efek samping TTD
TTD dapat dikonsumsi kapan saja baik sebelum atau
9
sesudah makan
Karena dibagikan secara gratis, kualitas dan keamanan
10
TTD tersebut meragukan

E. Sumber Informasi
No Sumber Informasi Tentang Anemia Tentang TTD
1 Guru
2 Petugas kesehatan
3 Teman sebaya
4 Media Elektronik
KUNCI JAWABAN KUESIONER PENELITIAN

Kuesioner C Kuesioner D
1. Benar 1. Salah
2. Benar 2. Salah
3. Salah 3. Salah
4. Salah 4. Salah
5. Salah 5. Salah
6. Benar 6. Salah
7. Salah 7. Benar
8. Benar 8. Benar
9. Benar 9. Salah
10. Benar 10. Salah
11. Benar
12. Benar
13. Benar
14. Benar
15. Benar
16. Benar
17. Benar
18. Benar
19. Benar
20. Benar
Lampiran 2

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)
SEBAGAI PESERTA PENELITIAN

Yang terhormat Ibu/Saudari, kami meminta kesediannya untuk


berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutseertaan dari penelitian ini bersifat
sukarela/tidak memaksa. Mohon untuk dibaca penjelasan di bawah dengan
seksama dan disilahkan bertanya bila ada yang belum dimengerti.
Judul Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia dan
Tablet Tambah Darah (TTD) dengan Kepatuhan
Mengkonsumsi TTD di SMAN 1 Gianyar Tahun 2018
Peneliti Utama Ni Wayan Marchintia Riana
Institusi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar
Lokasi Penelitian SMAN 1 Gianyar
Sumber pendanaan Swadana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja


putri tentang anemia dan Tablet Tambah Darah (TTD) dengan kepatuhan dalam
mengkonsumsi TTD di SMAN 1 Gianyar. Jumlah peserta sebanyak minimal 130
orang dengan syaratnya yaitu siswi kelas sebelas SMAN 1 Gianyar yang telah
medapat TTD pada bulan Februari 2018, berada di sekolah saat penelitian
dilakukan, sudah pernah menstruasi sebelumnya, memiliki telepon genggam
berbasis android, bersedia menjadi responden dan bersedia menandatangani
lembar persetujuan serta tidak memiliki penyakit hemolitik seperti talasemia,
hemosiderosis, dan gangguan organ lain yang kronis. Responden akan di berikan
kuesioner tentang pola konsumsi TTD serta pengetahuan terkait anemia dan TTD
untuk diisi berdasarkan kondisi yang sebenarnya dialami responden. Perlakuan
yang diberikan kepada responden akan berlangsung 10-15 menit yang dilakukan
oleh peneliti sendiri.
Kepesertaan dalam penelitian ini tidak secara langsung memberikan
manfaat kepada peserta penelitian. Tetapi dapat memberi gambaran informasi
yang lebih banyak tentang hubungan pengetahuan remaja putri tentang anemia
dan Tablet Tambah Darah (TTD) dengan kepatuhan mengkonsumsi TTD. Peneliti
menjamin kerahasiaan semua data peserta penelitian ini dengan menyimpannya
dengan baik dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Kepesertaan Saudari pada penelitian ini bersifat sukarela. Saudari dapat
menolak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada penelitian atau
menghentikan kepesertaan dari penelitian kapan saja tanpa ada sanksi. Keputusan
Saudari untuk berhenti sebagai peserta penelitian tidak akan mempengaruhi mutu
dan akses/kelanjutan pelayanan yang akan diberikan.
Jika setuju untuk menjadi peserta peneltian ini, Saudari diminta untuk
menandatangani formulir „Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)’
Sebagai Peserta Penelitian setelah Ibu/Saudari benar-benar memahami tentang
penelitian ini. Ibu/Saudari akan diberi salinan persetujuan yang sudah ditanda
tangani ini.
Bila selama berlangsungnya penelitian terdapat perkembangan baru yang
dapat mempengaruhi keputusan Saudari untuk kelanjutan kepesertaan dalam
penelitian, peneliti akan menyampaikan hal ini kepada Saudari.
Bila ada pertanyaan yang perlu disampaikan kepada peneliti, silakan
hubungi peneliti: Ni Wayan Marchintia Riana dengan no HP 089685746677.
Tanda tangan Saudari di bawah ini menunjukkan bahwa Saudari telah
membaca, telah memahami dan telah mendapat kesempatan untuk bertanya
kepada peneliti tentang penelitian ini dan menyetujui untuk menjadi peserta
penelitian.

Peserta/ Subjek Penelitian, Peneliti

( ) (Ni Wayan Marchintia Riana)


Tanggal (wajib diisi): / /
Lampiran 3

HASIL UJI RELIABILITAS

A. Uji Reliabilitas Kuesioner Bagian C Case


Processing Summary
N %
Cases Valid 40 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 40 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
AlphaN of Items
.88320

Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
item_1 11.38 22.240 .558 .876
item_2 11.70 23.856 .251 .885
item_3 11.20 23.292 .388 .881
item_4 11.03 23.871 .454 .880
item_5 11.10 23.426 .448 .879
item_6 11.23 22.692 .517 .877
item_7 11.65 22.028 .662 .872
item_8 11.45 22.972 .391 .882
item_9 11.43 21.635 .688 .871
item_10 11.38 22.138 .581 .875
item_11 11.38 22.240 .558 .876
item_12 11.70 23.856 .251 .885
item_13 11.20 23.292 .388 .881
item_14 11.03 23.871 .454 .880
item_15 11.10 23.426 .448 .879
item_16 11.23 22.692 .517 .877
item_17 11.65 22.028 .662 .872
item_18 11.45 22.972 .391 .882
item_19 11.43 21.635 .688 .871
item_20 11.38 22.138 .581 .875

B. Uji Reliabilitas Kuesioner Bagian D


Case Processing Summary
N %
Cases Valid 40 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 40 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
AlphaN of Items
.72010

Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
item_1 5.60 4.964 .311 .710
item_2 5.83 5.276 .136 .741
item_3 5.53 5.025 .320 .708
item_4 5.35 5.362 .334 .709
item_5 5.43 5.071 .395 .698
item_6 5.55 5.023 .305 .710
item_7 5.98 4.538 .552 .669
item_8 5.78 4.794 .358 .703
item_9 5.75 4.346 .590 .659
item_10 5.70 4.421 .558 .666
Lampiran 4

HASIL ANALISIS DATA SPSS

A. Pengetahuan Tentang Anemia


TP Anemia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pengetahuan Baik 73 56.2 56.2 56.2
Pengetahuan Tidak Baik 57 43.8 43.8 100.0
Total 130 100.0 100.0

B. Pengetahuan Tentang TTD


TP TTD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Pengetahuan Baik 58 44.6 44.6 44.6
Pengetahuan Tidak Baik 72 55.4 55.4 100.0
Total 130 100.0 100.0

C. Mean Median Modus


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TP Anemia 130 50 100 75.27 11.298


TP TTD 130 30 100 74.19 15.661
Valid N (listwise) 130

Statistics
TP TTD TP Anemia
N Valid 130 130
Missing 0 0
Mean 74.19 75.27
Median 70.00 75.00
Mode 70 70
Sum 9645 9785
D. Kepatuhan Mengkonsumsi TTD

Kepatuhan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Patuh 25 19.2 19.2 19.2
TidakPatuh 105 80.8 80.8 100.0
Total 130 100.0 100.0

E. Analisis Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dengan


Kepatuhan Mengkonsumsi TTD
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TP Anemia * Kepatuhan 130 100.0 0 .0% 130 100.0
% %

TP Anemia * KepatuhanCrosstabulation
Kepatuhan
Total
Patuh TidakPatuh
TP Anemia Pengetahuan Baik Count 20 53 73
% within TP Anemia 27.4 72.6 100.0
% % %
Pengetahuan Tidak Baik Count 5 52 57
% within TP Anemia 8.8% 91.2% 100.0%
Total Count 25 105 130
% within TP Anemia 19.2% 80.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.149 1 .008
Continuity Correctionb 6.000 1 .014
Likelihood Ratio 7.673 1 .006
Fisher's Exact Test .008 .006
Linear-by-Linear Association 7.094 1 .008
N of Valid Cases 130
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.96.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Pengetahuan


Tentang Anemia
3.925 1.371 11.237
(Pengetahuan Baik /
Pengetahuan Tidak Baik)
For cohort Kepatuhan =
3.123 1.249 7.811
Patuh

For cohort Kepatuhan =


.796 .677 .936
Tidak Patuh

N of Valid Cases 130

F. Analisis Hubungan Pengetahuan Tentang TTD dengan


Kepatuhan Mengkonsumsi TTD

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TP TTD * Kepatuhan 130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

TP TTD * KepatuhanCrosstabulation
Kepatuhan
Total
Patuh TidakPatuh
TP TTD PengetahuanBaik Count 17 41 58
% within TP TTD 29.3% 70.7% 100.0%
PengetahuanTidakBaik Count 8 64 72
% within TP TTD 11.1% 88.9% 100.0%
Total Count 25 105 130
% within TP TTD 19.2% 80.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 6.850 1 .009
Continuity Correctionb 5.728 1 .017
Likelihood Ratio 6.882 1 .009
Fisher's Exact Test .013 .008
Linear-by-Linear Association 6.797 1 .009
N of Valid Cases 130
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.15.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Pengetahuan


Tentang TTD (Pengetahuan
3.317 1.312 8.384
Baik / Pengetahuan Tidak
Baik)
For cohort Kepatuhan =
2.638 1.226 5.674
Patuh

For cohort Kepatuhan =


.795 .661 .957
Tidak Patuh

N of Valid Cases 130


Lampiran 5

DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN


Lampiran 6

FOTO SISA TABLET TAMBAH DARAH


Lampiran 7
Lampiran 8

You might also like