Professional Documents
Culture Documents
Format Atma Amniosintesis Revisi 21 Sept
Format Atma Amniosintesis Revisi 21 Sept
ARTIKEL REVIEW
ABSTRACT
Introduction : Amniocentesis is an invasive procedure that remove amount of amniotic fluid to obtain fetal
cells in order to chromosomal examination, it’s one of the prenatal diagnostic techniques and procedures
introduced during the last 10 years. This is important to presented because of the large incidence of
chromosomal abnormalities in infants, which is 90 events per 10,000 births.
Objective : This article is used as a learning material to increase insight regarding amniocentesis, which is
the most frequently used invasive prenatal diagnostic method with a fairly high success rate and helps
prevent and detect early hereditary diseases and congenital abnormalities in the unborn fetus.
Method: The writing of this article used the narrative review method as part of the literature study
Discussion: Amniocentesis has other purposes such as fetal lung maturity level assessment and determine
whether fetal infection occurred. Amniocentesis procedure is usually done at 15-20 weeks' gestation. If the
amniocentesis procedure is performed earlier than 15 weeks' gestation, the risk of pregnancy loss is
increased. Amniotic fluid phospholipid analysis can determine the degree of fetal lung maturation. Amniotic
fluid can also be used for biochemical analysis, molecular studies, and microarray chromosome analysis
(CMA).
Key words: Amniocentesis, amniocentesis procedure, amniocentesis analysis
ABSTRAK
Pendahuluan : Amniosentesis adalah suatu prosedur invasif pengambilan cairan amnion untuk
mendapatkan sel-sel janin dalam rangka pemeriksaan kromosom, salah satu teknik dan prosedur diagnosis
prenatal yang diperkenalkan selama 10 tahun terakhir Hal ini penting diperkenalkan karena besarnya
insiden kelainan kromosom pada bayi yaitu 90 kejadian per 10.000 kelahiran .
Tujuan : Artikel ini digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk meningkatkan wawasan mengenai
amniosentesis yang merupakan metode diagnostik prenatal invasif yang paling sering digunakan dengan
tingkat keberhasilan yang cukup tinggi serta membantu agar dapat melakukan pencegahan dan deteksi dini
penyakit keturunan dan kelainan bawaan pada janin yang belum lahir
Metode : Penulisan artikel ini menggunakan metode tinjauan naratif sebagai bagian dari studi literature
Diskusi : Amniosentesis memiliki tujuan lainnya seperti menilai tingkat pematangan paru janin dan
mengetahui apakah terdapat infeksi pada janin. Prosedur amniosentesis biasanya dilakukan pada usia
kehamilan 15 – 20 minggu. Jika prosedur amniosentesis dilakukan dibawah usia kehamilan 15 minggu,
dapat meningkatkan kejadian keguguran. Analisa fosfolipid cairan amnion dapat menentukan tingkat
pematangan paru janin. Cairan amnion juga dapat digunakan untuk analisis biokimia, studi molekuler, dan
analisis kromosom mikroarray (CMA).
dikaitkan dengan risiko trauma janin, terpapar harus dibersihkan dan dibuat
pecahnya ketuban, lesi kulit pada janin, aseptik dengan kasa steril dan antiseptik,
infeksi pada ibu dan keguguran.6 Sebelum misalnya, chlorhexidine atau alkohol
melakukan pembedahan, amniosentesis povidone. Probe ultrasonik harus ditutup
awal dilakukan pemindaian terperinci yang dengan penutup plastik steril, dengan gel di
mendeteksi detak jantung, memverifikasi bagian dalam untuk meningkatkan transmisi
usia kehamilan, lokasi plasenta, kantong sonik. Idealnya, gel steril dengan kemasan
cairan ketuban dan tempat untuk individual harus digunakan, untuk
pengambilan. Lalu pasien diminta untuk mengurangi risiko kontaminasi dari botol gel
mengosongkan kandung kemih, setelah itu multi guna. 12 Prosedur harus dilakukan di
melakukan desinfeksi perut bagian bawah bawah bimbingan USG dengan visualisasi
dengan menggunakan (povidone iodide).1 jarum yang terus menerus.10 Penyisipan
jarum memiliki empat tahap: kulit perut,
Prosedur Amniosentesis dan Komplikasi uterus, lalu masuk ke dalam rongga amniotik
Amniosentesis adalah teknik untuk dan pengambilan cairan dengan jarum di
mengambil cairan amnion dari rongga rahim dalam rongga amnion. 12
menggunakan jarum, melalui pendekatan Penggunaan amniosentesis cukup
transabdominal dan di bawah bimbingan banyak, termasuk penentuan kelainan
USG, untuk mendapatkan sampel sel kromosom, kematangan paru-paru, dan
eksfoliasi janin, transudat, urin atau infeksi. Komplikasi umum dari amniosentesis
sekresi.10,11 adalah kematian janin, tetapi komplikasi yang
Prosedur ini memiliki risiko kehilangan jarang juga harus dipertimbangkan.13
janin sekitar 0,5% (kisaran, 0,06-1%) ketika Amniosentesis adalah prosedur umum yang
dilakukan pada trimester kedua, setelah dilakukan selama kehamilan dengan tujuan
membran amniotik menyatu dengan chorion; diagnostik dan terapeutik.
ada juga risiko kebocoran cairan ketuban Komplikasi yang dapat terjadi dari
(sekitar 0,3% kasus) dan komplikasi langka prosedur ini termasuk infeksi kantung
lainnya, seperti perdarahan plasenta, infeksi ketuban, tetapi risiko ini dapat dikurangi
intra-amniotik, hematoma dinding perut, dan dengan prosedur steril.14 Komplikasi lainnya
lesi pada janin.12 antara lain persalinan prematur, gangguan
Evaluasi ultrasonografi sebelum prosedur pernapasan, kelainan bentuk janin, trauma,
dilakukan berfungsi untuk menentukan letak alloimunisasi, dan kegagalan penyembuhan
plasenta, kumpulan cairan ketuban, posisi luka akibat luka tusukkan.13 Komplikasi serius
janin, dan gerakkan janin. 12 Pada pasien dapat menyebabkan keguguran.
dengan obesitas perlu diperhitungkan jarak Amniosentesis membawa risiko keguguran,
antara jarum dengan rongga amnion, yang yang dianggap 1 dari setiap 200 prosedur,
dapat diperkirakan dengan menggunakan namun sebuah studi baru-baru ini
USG. 12 Panjang jarum yang tepat (20-22 G) menunjukkan bahwa risiko ini dapat
harus dipilih berdasarkan jarak; Kaliber jarum dikurangi 1 dalam 1600. Dibandingkan
yang lebih besar berhubungan dengan dengan pengambilan sampel chorionic villus
pengambilan cairan yang lebih cepat.11 (CVS), risiko keguguran dilaporkan lebih
Jarum 12-, 15- dan 20-cm tersedia secara substansial, 1 dari 100 prosedur.13
komersial, namun operator harus menyadari
bahwa jarum yang lebih panjang rentan Analisis Cairan Amnion dan
mengalami tekukan. 12 Interpretasinya
Operator (dan asisten) harus mencuci Kelaninan kongenital terjadi sebagai
tangan dengan antiseptik dan gunakan akibat dari masalah genetik yang disebabkan
sarung tangan steril. Daerah perut ibu yang oleh mutasi pada satu atau lebih gen,
kromosom aneuploidi atau faktor lingkungan telah didokumentasikan bahwa rasio lesitin
selama periode kehamilan. Gangguan terhadap sphingomyelin (rasio L / S),
sitogenetik terjadi pada sekitar 2% kehamilan berkenaan dengan usia kehamilan ,
pada wanita yang berusia lebih dari 35 merupakan prediktor kematangan yang
tahun, dengan prevalensi 1% kelahiran hidup dapat diandalkan. Nilai rasio L/ S sebesar 2.0
dan 6% kelahiran mati. Di India, hampir biasanya dipertimbangkan sebagai indikasi
setengah juta bayi dilahirkan setiap tahun dari kematangan paru, hal ini dibuktikan dari
dengan malformasi; angka untuk sindrom 30 spesimen yang diambil dari berbagai usia
Down (trisomi 21) adalah 21.000 atau 1/1150 kehamilan , 5 bayi memiliki Respiratory
kelahiran. Selain itu, pada kehamilan dengan Distress Syndrome dengan usia gestasi rata
malformasi yang terdeteksi dengan - rata 35 minggu, dan kadar rasio L/S kurang
ultrasonografi, insidensinya jauh lebih tinggi dari 2.0 ( antara 1.5-1,7).Hal ini membuktikan
dan bervariasi dari 17% menjadi 27%. bahwa perlunya amniosentesis dilakukan di
Penyebab paling umum dari aborsi spontan usia gestasi 35 minggu 18
adalah ketidakseimbangan kromosom Pada kehamilan yang rumit (misalnya
numerik (aneuploidies), khususnya toksemia, diabetes mellitus) rasio L / S dapat
kromosom 13, 14, 15, 16, 18, 21, 22, dan X. menyebabkan interpretasi klinis yang keliru
Aneuploidi dari lima kromosom tertentu (13, dan intervensi prematur. Kehadiran fosfatidil-
18, 21, X, Y) menyumbang 95% dari gliserol (PG) dalam kasus-kasus ini telah
penyimpangan kromosom yang diakui sebagai faktor signifikan yang
menyebabkan bayi terlahir dengan cacat menunjukkan kematangan paru janin.17
bawaan. Oleh karena itu, sangat penting Cairan ketuban yang diperoleh melalui
dalam diagnosa prenatal untuk menganalisis amniosentesis menyediakan sumber sampel
kelainan kromosom dengan memanfaatkan janin yang digunakan dalam diagnosis
prosedur seperti amniosentesis dan chorionic prenatal.18,19 Cairan amnion dapat digunakan
villus sampling (CVS) untuk deteksi dini secara langsung untuk analisis biokimia,
kemungkinan cacat lahir, terutama pada hibridisasi fluoresensi in situ (FISH), dan
kehamilan berisiko tinggi.15 isolasi DNA untuk studi molekuler, termasuk
Interpretasi analisis prenatal adalah salah analisis kromosom mikroarray (CMA). Cairan
satu area paling kompleks dalam pengujian ini biasanya dikultur sebagai sumber sel
genetik. Dokter menggunakan metode invasif metafase untuk analisis kromosom dan untuk
yang dapat meningkatkan risiko keguguran, menyediakan bahan tambahan untuk
untuk mendapatkan sampel chorionic villus pengujian berbasis biokimia dan DNA.20
(CVS) atau cairan ketuban (AF) untuk
analisis molekuler, sitogenetik, atau Kesimpulan
16
biokimiawi. Kontaminasi spesimen darah Amniosentesis merupakan suatu prosedur
janin atau tali pusat oleh sel-sel ibu pengambilan cairan amnion yang berfungsi
merupakan sumber kesalahan potensial untuk mendeteksi secara dini adanya
dalam pengujian prenatal diagnostik. kelainan pada janin . Prosedur
Meskipun darah ibu yang terkontaminasi amniosentesis ini disarankan dilakukan pada
dapat divisualisasikan dalam 1% hingga 2% usia kehamilan 15 – 20 minggu dengan
dari sampel cairan ketuban dan hingga 38% tingkat akurasi yang cukup tinggi yaitu sekitar
dari amniosit yang dipellet setelah 99,4%. Indikasi dilakukannya pemeriksaan
sentrifugasi, asal darah ini — janin atau ibu ini adalah usia kehamilan lebih dari 35 tahun,
— tidak dapat dinilai dengan handal.16 memiliki riwayat kelainan kongenital pada
Penilaian status fosfolipid cairan amnion kehamilan sebelumnya atau dikeluarga ada
(kualitatif dan semi-kuantitatif) cukup penting yang memiliki kelainan kongenital, dan
dalam menentukan tingkat kematangan paru didapatkan hasil yang signifikan pada
janin. Pada kehamilan tanpa komplikasi, pemeriksaan NIPT (non-invasif prenatal test).
Seiring berjalannya waktu, pemeriksaan pemeriksaan ini juga dapat melihat tingkat
amniosentesis bukan hanya untuk dari pematangan paru janin.
pemeriksaan kelainan genetik saja tetapi
Diagnosing Gynecological Diseases. Acta 10. Durand M-A, Stiel M, Boivin J, Elwyn G.
Informatica Media [serial online]. 2013 [cited Information and decision support needs of
2. Harraway J. Non-invasive prenatal testing. 11. Ghi T, Sotiriadis A, Calda P, Costa FDS, Raine-
noninvasive prenatal testing (NIPT) and what 12. Brambati B, Tului L. Chorionic villus sampling
disorders can it screen for? . [web page on and amniocentesis. Current Opinion in
Internet]. 2018 [cited 2019 Nov 27]. Available Obstetrics and Gynecology. 2005;17(2):197-