You are on page 1of 8

Carita Bidari Hendrastuti.

Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion ad Health Education 215
Vol. 7 No. 2 (2019) 215-222 doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.215-222

Hubungan Tindakan Pencegahan Ibu dengan Kejadian Diare pada


Balita

Correlation of Mother Prevention with Diarrhea Incidence in Children

Carita Bidari Hendrastuti


Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada, Jl. Kronggohan, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia, 55291
Email: carita.bidari.hen-2016@fkm.unair.ac.id

ABSTRACT
Background: Every year 6 million children lose their lives due to diarrhea. Most of these
deaths occur in developing countries. Data from the Surabaya City Health Office stated
that the number of diarrhea cases was 65,447 that had been handled in 2015. While in
2017 in the Sidotopo Health Center which oversees the Ampel sub-district, 611 cases of
diarrhea occurred. Purpose: The aim of this study is to determine the relation between
maternal behavior and the incidence of diarrhea in infants. Method: The population was
all mothers of children under five in RT 2-3 RW XIII and RT 1 RW XIV Ampel Village,
Semampir District, Surabaya City. This type of research is quantitative with cross
sectional designThis study used the Slovin method with simple random sampling
technique. Total population of 55 mothers. Results: Two variables showed significant
results. There is a significant relation between drinking water storage in a clean and
closed place with the incidence of diarrhea in infants (p value = 0.021). There is a
significant relation between exclusive breastfeeding and the incidence of diarrhea at (p
value = 0.048). Handwashing behavior is not related to diarrhea in children under five in
Ampel Village. Conclusion: Factors influencing the incidence of diarrhea in the Ampel
Kelurahan were storage of drinking water in a clean and closed place and exclusive
breastfeeding.

Keywords: action, mother, diarrhea, toddler

ABSTRAK
Latar Belakang: Setiap tahun 6 juta anak kehilangan nyawa yang disebabkan oleh kasus
diare. Sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Data dari Dinas
Kesehatan Kota Surabaya menyebutkan bahwa jumlah kasus diare sebanyak 65.447 yang
telah di tangani pada tahun 2015. Sedangkan tahun 2017 di Puskesmas Sidotopo yang
membawahi kelurahan Ampel terjadi kasus diare sebanyak 611 kasus. Tujuan: Penelitian
ini untuk mengetahui hubungan perilaku ibu dengan kejadian diare pada balita. Metode:
Populasi adalah seluruh ibu balita di RT 2-3 RW XIII dan RT 1 RW XIV Kelurahan Ampel
Kecamatan Semampir Kota Surabaya. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan design
cross sectional. Pengambilan sampel penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode Slovin dengan teknik simple random sampling. Jumlah populasi sebanyak 55 ibu
dengan besar sample 35 responden. Hasil: Dua variabel menunjukkan hasil yang
signifikan. Ada hubungan yang signifikan antara penyimpanan air minum di tempat yang
bersih dan tertutup dengan kejadian diare pada balita (p value = 0,021). Ada hubungan
yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada (p value=
0,048). Perilaku cuci tangan pakai tidak berhubungan dengan kasus diare pada balita di
Kelurahan Ampel. Kesimpulan: Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian diare di
Kelurahan Ampel adalah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan tertutup
serta pemberian ASI Eksklusif.

Kata Kunci: tindakan, ibu, diare, balita

©2019. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 28-05-2018, Accepted: 15-03-2019, Published Online: 20-12-2019
216 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health promotion and Health
Vol. 7 No. 2 Desember 2019 : 215 - 222, doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.215-222
Education

PENDAHULUAN rata kurang dari 3 tahun (Depkes RI,


2010). Rata-rata 3-4 kali anak balita
Masalah kesehatan masyarakat di mengalami kejadian diare per tahun di
Indonesia khususnya diare tetap menjadi negara berkembang, bahkan beberapa
masalah yang serius dikarenakan angka tempat terjadi lebih dari 9 kali kejadian
morbiditas dan mortalitas yang masih diare per tahun (Soebagyo, 2008).
tinggi. Diare merupakan kondisi dimana Subdit Pengendalian Diare dan
seseorang buang air besar dalam satu hari Infeksi Saluran Pencernaan, Departemen
dengan frekuensi minimal tiga kali atau Kesehatan RI dari tahun 2000 sampai
lebih serta konsistensi lembek atau cair. dengan 2010 melakukan survei morbiditas.
Diare pada anak balita lebih Hasil survei tersebut menunjukkan ada
mudah terjadi diakibatkan imunitas balita kecenderungan insiden diare yang
yang renda. Anak balita juga sedang meningkat. Incidence Rate (IR) penyakit
berada pada fase oral yang cenderung diare 301/1000 penduduk pada tahun
gemar memasukan benda asing ke dalam 2000, sedang pada tahun 2003 naik
mulut. Tindakan ini membuat potensi menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006
bakteri ikut masuk ke dalam tubuh naik menjadi 423/1000 penduduk dan
menjadi lebih besar (Sanusingawi, 2011). pada 2010 menjadi 411/1000 penduduk.
Sering buang air besar dengan Salah satu langkah dalam pencapaian
konsistensi tinja cair atau encer, terdapat target MDG‟s (goal ke-4) dari tahun 1990
tanda dan gejala dehidrasi (turgor kulit sampai pada 2015 adalah menurunnya
menurun, ubun-ubun dan mata cekung, angka kematian anak menjadi 2/3 bagian.
membran mukosa kering), demam, Riskesdas 2007, menunjukan
muntah, anorexia, lemah, pucat, bahwa penyebab kematian nomor satu
perubahan tanda-tanda vital (nadi dan pada bayi (31,4%) merupakan diare dan
pernafasan cepat), pengeluaran urine pada balita (25,2%), sedangkan pada
menurun atau tidak ada merupakan tanda semua golongan umur merupakan
balita mengalami diare (Suriadi & Yuliani, penyebab kematian yang ke-empat
2010). Diare mengakibatkan penurunan (13,2%). Insiden diare tertinggi menurut
fungsi tubuh dan dapat mengancam jiwa Riskesdas 2013 pada anak umur <1 tahun
(Robbins and Cotran, 2008). yaitu 5,5% dan sebanyak 5,1% pada umur
World Health Organization (WHO) 1-4 tahun (Badan Penelitian dan
mencatat, setiap tahun diare sebagai Pengembangan Kesehatan DepKes, 2008).
pembunuh dua juta anak di dunia. Faktor Penemuan kasus diare perkiraan
perilaku pengasuhan ibu dan lingkungan di fasilitas kesehatan pada tahun 2016
tempat tinggal anak balita berkontribusi sebanyak 1.048.885 kasus. Total kasus
dalam penyebaran kuman enterik. tersebut, hanya 32,3% saja yang dapat
Perilaku personal hygiene ibu yang buruk ditangani (Kemenkes RI, 2017). Dinas
kemudian memberikan pengasuhan Kesehatan Kota Surabaya menyebutkan,
kepada anak balita, melakukan jumlah kasus diare sebanyak 65.447 yang
pengelolaan makanan yang tidak higienis, telah tertangani pada tahun 2015. Di
menggunakan air yang tercemar, Kelurahan Ampel yang merupakan wilayah
membuang tinja anak balita kerja Puskesmas Sidotopo sendiri terdapat
sembarangan. Faktor lingkungan seperti 611 kasus diare pada 2017.
sarana air besih yang kurang dan sistem Faktor risiko diare pada bayi dan
pengelolaan tinja yang buruk dapat balita di Indonesia dibagi menjadi empat,
meningkatkan potensi terjadinya diare yakni faktor lingkungan, ibu, anak dan
pada anak balita (Mihrete, Alemie and sosial ekonomi. Faktor lingkungan yang
Teferra, 2014). paling sering diteliti menjadi faktor risiko
Di dunia, 6 juta anak meninggal diare adalah jenis dan pencemaran sarana
karena diare setiap tahun, sebagian air bersih, serta kepemilikan jamban.
kematian tersebut terjadi di negara Faktor ibu yang sering diteliti adalah
berkembang. WHO mengungkapkan, perilaku ibu, sedangkan faktor pada anak
diperkirakan 1,87 juta anak balita yang sering diteliti adalah status gizi dan
meninggal karena diare di negara pemberian ASI Eksklusif. Faktor sosial
berkembang, dimana 8 dari 10 kematian ekonomi merupakan faktor risiko yang
berada pada usia kurang dari 2 tahun. tidak terlalu signifikan sebagai faktor
Dalam setahun yang mengalami episode risiko diare (Adisasmito, 2007).
diare 3 kali adalah anak dengan usia rata-
©2019. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 28-05-2018, Accepted: 15-03-2019, Published Online: 20-12-2019
Carita Bidari Hendrastuti. Hubungan Tindakan Pencegahan… 217

Peran ibu sangatlah penting bagi tujuan untuk mengidentifikasi hubungan


kesehatan balita, karena ibu adalah orang tindakan ibu dalam pencegahan diare
terdekat dengan balita baik pada saat dengan kejadian diare pada balita di
makan, mandi, dan main ibu lebih banyak bawah 5 tahun di wilayah kelurahan
terlibat. Kesehatan anak bisa dipengaruhi Ampel RW XIII RT 2 dan RT 3 serta RW XIV
beberapa factor, salah satunya adalah RT I.
dari faktor orang tua terutama ibu.
Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh METODE
beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan adalah Jenis penelitian adalah
pelayanan kesehatan, genetik, perilaku kuantitatif dengan desain cross sectional
dan lingkungan. yang bertujuan untuk menganalisa
variabel independen yakni tindakan ibu
dan variabel dependen yakni kejadian
diare. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu balita di RW XIII RT 2
dan RT 3 serta RW XIV RT I Kelurahan
Heredity
Ampel, Kecamatan Semampir, Kota
Surabaya. Teknik pengumpulan data
primer adalah dengan penyebaran
kuesioner yang sudah diuji validitas dan
PHYCHO- SOCIO- SOMATIC HEALTH (WELL BEING)
Health Care Services reabilitasnya dan diisi sendiri oleh
Environ ment
responden penelitian.
Pengambilan sampel penelitian dalam
penelitian ini adalah menggunakan
metode Slovin yaitu dengan menggunakan
teknik simple random sampling. Jumlah
populasi yang berada di RW XIII RT 2 dan
Behaviour RT 3 serta RW XIV RT I Kelurahan Ampel,
Kecamatan Semampir, Kota Surabaya
sebanyak 55 ibu, sehingga setelah
Sumber: HL. Blum, 1974 dirumuskan menggunakan metode Slovin
Gambar 1. Bagan Faktor yang mendapatkan besar sampel 35 ibu. 35 ibu
mempengaruhi Derajat diambil dari RT 2 sebanyak 9 ibu, RT 3 15
Kesehatan ibu, dan RT 1 sebanyak 21 ibu.
Sumber data yang diperoleh yaitu
Mencegah penyebaran penyakit data primer dari kuesioner mengenai ASI
infeksi dan diare dapat dilakukan dengan eksklusif dan cuci tangan pakai sabun.
memperbaiki perilaku cuci tangan, yaitu Data sekunder diperoleh dari Kartu
menggunakan sabun dengan cara yang Menuju Sehat (KMS) yang terdapat pada
benar dan pada waktu yang tepat serta kader Posyandu untuk mengetahui status
menggunakan air bersih mengalir. Waktu imunisasi campak dan observasi
yang penting dalam melakukan cuci penyimpanan air minum ibu untuk
tangan pakai sabun adalah sebelum mengetahui kondisi tertutup atau tidak.
aktivitas makan, setelah BAB, sebelum Variabel independen dan dependen di
melakukan kontak fisik dengan bayi, ukur menggunakan angket.
setelah menceboki atau mengurus tinja Angket merupakan alat ukur
anak dan mempersiapkan makanan anak berupa kuesioner berupa pertanyaan atau
(Nasili, Thaha and Seweng, 2011). pernyataan yang diberikan kepada
Pencegahan diare lainnya yang dapat responden. Sebelum kuesioner digunakan
dilakukan yaitu dengan pemberian ASI, untuk mengumpulkan data, dilakukan uji
meningkatkan kualitas makanan coba kuesioner terhadap 10 ibu di luar
pendamping ASI, menggunakan air jernih, sampel penelitian untuk mengetahui
mencuci tangan, membuang kotoran bayi validitas dan reabilitas kuesioner.
secara benar, mencuci botol susu secara Data primer diperoleh dari
benar dan pemberian imunisasi campak. penyebaran kuesioner kepada 35
Imunisasi campak dapat mencegah responden. Kriteria inklusi dalam
terjadinya diare yang lebih berat (Depkes penelitian ini adalah responden yang
RI, 2010). Penelitian ini dilakukan dengan menetap di RW XIII RT 2 dan RT 3 serta
©2019. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 28-05-2018, Accepted: 15-03-2019, Published Online: 20-12-2019
218 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health promotion and Health
Vol. 7 No. 2 Desember 2019 : 215 - 222, doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.215-222
Education

RW XIV RT I Kelurahan Ampel, Kecamatan akan menyebabkan anak mengalami


Semampir, Kota Surabaya. Responden masalah kesehatan.
dalam penelitian ini merupakan ibu yang Uji statistik non parametrik
memilki balita dan terdaftar dalam menggunakan Chi Square Test didapatkan
Posyandu. Kriteria eksklusi penelitian ini nilai X2 5,290 dengan taraf signifikansi
yakni ibu yang tidak bersedia untuk 0,021. Hasil ini memiliki makna bahwa
menjadi responden dan yang tidak dapat ada hubungan yang signifikan antara
ditemui di rumah saat penyebaran penyimpanan air minum di tempat yang
kuesioner dilakukan. bersih dan tertutup dengan kejadian diare
Kuesioner disebar dengan pada balita di Kelurahan Ampel RT 2-3 RW
mendatangi rumah responden. Responden XIII dan RT 1 RW XIV.
menandatangani inform consent terlebih Air yang diminum harus selalu
dahulu sebelum melakukan pengisian terjamin kebersihannya. Kebersihan air
kuesioner dan didampingi selama proses ditentukan tidak hanya dari pengolahan
pengisian sampai selesai. Data sekunder yang benar tetapi juga penyimpanannya.
yang digunakan untuk menguatkan data Penyimpanan air yang tepat dapat
penelitian yaitu dari Puskesmas Sidotopo. mencegah air dari kontaminasi bakteri
Item pertanyaan dalam kuesioner yang dapat menimbulkan penyakit.
meliputi perilaku ibu menurut situasi Bakteri yang terkandung dalam air bisa
diare di Indonesia. Pertanyaan tersebut mempengaruhi kesehatan anak, terutama
meliputi penyimpanan air minum di masalah pencernaan. Hasil penelitian
tempat bersih dan tertutup, pemberian yang dilakukan di Ampel, menunjukkan
ASI Eksklusif, pemberian imunisasi bahwa ada hubungan penyimpanan air
campak, serta cuci tangan pakai sabun minum di tempat bersih dan tertutup
setelah buang air besar, sebelum dengan kejadian diare. Kondisi ini
menyuapi anak dan sebelum memiliki makna bahwa ada risiko diare
mempersiapkan makanan (Kemenkes RI, lebih besar akibat perilaku ibu yang tidak
2011). menyimpan air minum dengan kejadian
Setelah didapatkan data primer, sekunder diare pada balita.
dan observasi, peneliti melakukan Balita sangat rentan terkena
pengolahan data mulai dari editing, penyakit diare yang di akibatkan oleh
coding, scoring, dan tabulating. Tahap makanan dan minuman yang di konsumsi
selanjutnya yakni yang selanjutnya setiap hari. Daya tahan tubuh balita tidak
dilakukan analisis menggunakan Chi- sebagus orang dewasa, oleh sebab itu
square. Analisis data menggunakan uji balita sering kali terkena penyakit diare
Chi-square dengan derajat kemaknaan akibat makanan dan minuman apalagi
95% (α=5 %). yang sembarangan dan tidak diolah
dengan baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ketersediaan air bersih yang tidak
terkontaminasi menurunkan risiko
Penyimpanan air minum di tempat kejadian diare dibandingkan dengan
bersih dan tertutup adalah salah satu komunitas yang ada di masyarakat yang
tindakan pencegahan terhadap terjadinya tidak memiliki saluran air yang higienis.
diare. Tabel 1 menunjukkan bahwa dari Salah satu kegiatan yang dapat mencegah
35 responden balita, sebanyak 51% kejadian diare adalah dengan penyediaan
diantaranya mengalami diare. Sebagian tempat penyimpanan air minum yang
besar responden (68%) tidak menyimpan bersih dan tertutup (Kemenkes RI, 2011).
air minum di tempat yang bersih dan Peraturan Menteri Kesehatan
tertutup. Nomor 3 Tahun 2004 tentang Sanitasi
Sebanyak 88% kematian anak Total Berbasis Masyarakat menuliskan
karena diare di seluruh dunia didasari wadah penyimpanan air minum dengan
oleh banyak faktor. Faktor yang paling aman untuk keperluan sehari-hari salah
sering memberi kontribusi yakni buruknya sarunya dengan cara disimpan di tempat
sanitasi dan perilaku kebersihan, serta air bersih dan selalu tertutup. Penyimpanan
minum yang tidak aman. Diare berulang air minum di tempat bersih dan tertutup
pada anak-anak akan mengakibatkan bertujuan agar terhindar dari serangga
permasalahan gizi, yang selanjutnya yang akan mencemari air serta debu.
mengganggu tumbuh kembang anak. Pemberian ASI Eksklusif adalah
Tumbuh kembang anak yang terganggu pemberian antibodi secara alami dalam
©2019. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 28-05-2018, Accepted: 15-03-2019, Published Online: 20-12-2019
Carita Bidari Hendrastuti. Hubungan Tindakan Pencegahan… 219

tubuh. Tabel 1 menampilan hasil uji serta RW XIV RT I. Hasil ini memiliki
statistik non parametrik menggunakan Chi makna bahwa bayi yang tidak
Square. Didapatkan nilai X2 3,915 dengan mendapatkan ASI Eksklusif mempunyai
taraf signifikan 0,048 yang artinya ada risiko lebih besar terkena penyakit diare
hubungan yang signifikan antara hubungan daripada bayi yang mendapatkan ASI
ASI Eksklusif dengan kejadian diare di Eksklusif.
Kelurahan Ampel RW XIII RT 2 dan RT 3

Tabel 1. Hubungan Penyimpanan Air Minum di Tempat Bersih dan Tertutup Dengan
Kejadian Diare
Kejadian Diare
Variabel Ya Tidak Total P Value
n % n % n %
Penyimpanan Air Minum di Tempat Bersih dan Tertutup
Ya 2 6 9 26 11 32
0,021
Tidak 16 45 8 23 24 68
Total 18 51 17 49 35 100
ASI Eksklusif
Ya 2 6 8 23 10 29
0,048
Tidak 16 45 9 26 25 71
Total 18 51 17 49 35 100
Imunisasi Campak
Ya 9 26 11 31 20 57
0,591
Tidak 9 26 6 17 15 43
Total 18 52 17 48 35 100
Cuci Tangan Sebelum Mempersiapkan Makan
Ya 6 17 8 23 14 40
0,629
Tidak 12 34 9 26 21 60
Total 18 51 17 49 35 100
Cuci Tangan Setelah Buang Air Besar
Ya 9 26 5 14 14 40
0,541
Tidak 9 26 12 34 21 60
Total 18 52 17 48 35 100
Cuci Tangan Sebelum Menyuapi Anak
Ya 10 29 6 17 16 46
0,388
Tidak 8 23 11 31 19 54
Total 18 52 17 48 35 100

UNICEF dan WHO telah Pemberian ASI mampu menjaga


merekomendasikan langkah penurunan nutrisi bayi secara baik, meningkatkan
diare, yakni salah satunya dengan daya tahan tubuh, dan kedekatan
pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI emosional antara ibu dan bayi. Penelitian
eksklusif di Indonesia diatur dalam sebelumnya menunjukan, pemberian ASI
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia dapat menurunkan kejadian infeksi pada
Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian bayi dan balita. Penelitian lain juga
Air Susu Ibu Eksklusif dalam Pasal 2 yang menunjukkan bayi yang tidak mendapat
berbunyi “Menjamin pemenuhan hak bayi ASI dua kali lebih sering dirawat di rumah
untuk mendapatkan hak ASI Eksklusif sakit dibandingkan dengan bayi yang
sejak dilahirkan sampai dengan 6 (enam) mendapat ASI.
bulan dengan memperhatikan Pemberian ASI eksklusif
pertumbuhan dan perkembangannya”. meningkatkan khasiat preventif, yakni
Selama masa pemberian ASI memberikan antibodi dan zat nutrisi lain
eksklusif tidak perlu diberikan makanan mampu melindungi bayi dari infeksi
tambahan lain. ASI berbeda dengan susu termasuk diare. Daya lindung yang
formula dan cairan lain yang pada proses diberikan ASI Eksklusif 4 kali lebih besar
pembuatannya ada potensi terhadap kejadian diare, sedangkan ASI
terkontaminasi, sedangkan ASI bersifat yang disertai susu formula memiliki risiko
steril. Pemberian ASI eksklusif dapat kontaminasi dari penggunaan alat makan
menghindarkan bayi dari bahaya atau botol susu. Infeksi berulang seperti
kontaminasi mikroorganisme penyebab diare mengakibatkan penurunan status
diare. gizi (Kemenkes RI, 2011). ASI eksklusif

©2019. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 28-05-2018, Accepted: 15-03-2019, Published Online: 20-12-2019
220 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health promotion and Health
Vol. 7 No. 2 Desember 2019 : 215 - 222, doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.215-222
Education

tidak hanya bermanfaat bagi bayi, tetapi Hasil penelitian memperlihatkan


juga bagi ibu, yakni dapat meningkatkan bahwa tidak ada hubungan antara
kesehatan tubuh ibu. Menyusui dapat pemberian imunisasi campak dengan
mengurangi angka perdarahan setelah kejadian diare pada balita. Penelitian ini
melahirkan, kanker payudara, kanker tidak sejalan dengan hasil penelitian
ovarium, kanker rahim dan osteoporosis. tentang hubungan antara status imunisasi
Penelitian ini sejalan dengan hasil campak dengan kejadian diare di
penelitian mengenai hubungan riwayat Puskesmas Pacar Keling Surabaya tahun
pemberian ASI eksklusif terhadap 2016. Analisa statistik Chi-Square
kejadian diare pada balita umur 6-59 diperoleh nilai signifikan yaitu P value
bulan di wilayah kerja Puskesmas Poasia 0,016. Hasil tersebut memiliki makna
Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara bahwa terdapat korelasi antara status
(Sukardi, Yusran and Tina, 2016) terkait imunisasi dengan kejadian diare pada
hasil uji Chi-square, menunjukan P value balita (Kurniawati and Martini, 2016).
(0,024). Kesimpulannya bahwa terdapat Dengan imunisasi, tubuh anak
korelasi antara ibu memberikan ASI akan bereaksi dan antibodi meningkat
eksklusif dengan kasus diare pada balita. untuk dapat melawan antigen yang masuk
Sejumlah penelitian yang telah ke dalam tubuh termasuk kuman
dilakukan tersebut sejalan dengan hasil penyebab penyakit diare. Sebanyak 1-7%
penelitian ini yang menunjukan bahwa kejadian diare pada balita berhubungan
pemberian ASI Eksklusif sangat dengan campak umumnya lebih berat dan
bermanfaat bayi kekebalan tubuh balita lama (susah diobati, cenderung menjadi
sehingga tidak rentan terkena diare. kronis) karena adanya kelainan pada
Diare menyumbang angka kematian yang epitel usus.
tinggi di negara berkembang seperti Mempersiapkan makan untuk anak
Indonesia. Ibu memiliki peran besar balita hendaknya mencuci tangan agar
dalam tumbuh kembang sang buah hati terhindar dari kuman, berdasarkan Tabel
yang harus mendapatkan hak sebagai 1, bahwa 14 responden cuci tangan
seorang anak yaitu mendapatkan ASI dengan sabun sebelum mempersiapkan
eksklusif. Ibu harus termotivasi dan makan dan 21 responden tidak melakukan
mempunyai komitmen yang tinggi serta cuci tangan dengan sabun sebelum
ketelatenan dalam merawat buah hati mempersiapkan makan.
agar tetap sehat dengan cara Uji statistik non parametric
memberikan ASI eksklusif. menggunakan Chi Square Test didapatkan
Pemberian imunisasi adalah salah nilai X2 0,234 dengan taraf signifikan
satu tindakan pencegahan terjadinya 0,629 yang artinya tidak ada hubungan
diare. Tabel 1 menunjukkan bahwa yang signifikan antara cuci tangan dengan
sebagian besar (52%) ibu memberikan sabun sebelum mempersiapkan makan
imunisasi campak pada balita mereka. Uji dengan kejadian diare di Kelurahan
statistik non parametrik menggunakan Ampel RT 2-3 RW XIII dan RT 1 RW XIV.
Chi Square didapatkan nilai X2 0,288 Ibu yang tidak melakukan cuci
dengan taraf signifikan 0,591 yang artinya tangan dengan sabun sebelum
tidak ada hubungan yang signifikan antara mempersiapkan makanan yang akan
imunisasi campak dengan kejadian diare dimasak tidak ada hubungannya dengan
di Kelurahan Ampel RT 2-3 RW XIII dan RT kejadian diare karena makanan tersebut
1 RW XIV. diolah. Bahan makanan yang di masak
Pemberian kekebalan tubuh dengan menggunakan air panas kemudian
melalui imunisasi ditujukan untuk kuman yang ada dalam makanan tersebut
memberikan kekebalan terhadap penyakit hilang karena panas. Oleh sebab itu,
spesifik tertentu. Imunisasi dilakukan makanan yang diolah tanpa ibu mencuci
dengan cara memasukkan sesuatu ke tangan menggunakan sabun sebelum
dalam tubuh agar tubuh mampu menyiapkan makanan memiliki risiko kecil
menghadapi penyakit. Tidak ada untuk seorang anak mengalami kejadian
imunisasi khusus untuk permasalahan diare.
diare, tetapi pemberian imunisasi campak Mencuci tangan menggunakan
memberi efek samping mencegah diare. sabun sangatlah penting untuk kebersihan
Penting bagi orang tua untuk memberi diri, meskipun memiliki risiko lebih kecil
imunisasi campak pada bayi berumur mengalami diare, tetapi untuk menjaga
lebih dari 9 bulan. diri dan keluarga agar tetap sehat
©2019. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 28-05-2018, Accepted: 15-03-2019, Published Online: 20-12-2019
Carita Bidari Hendrastuti. Hubungan Tindakan Pencegahan… 221

sebaiknya mencuci tangan menggunakan penyakit yang melekat pada kulit tangan
sabun sebelum melakukan tindakan kita. Telur cacing, virus, kuman dan
maupun setelah melakukan tindakan. parasit yang mencemari tangan akan
Cuci tangan pakai sabun setelah tertelan jika kita tidak mencuci tangan
buang air besar sangatlah penting bagi ibu dulu sebelum makan atau memegang
yang mempunyai balita. Berdasarkan makanan. Banyak orang yang menganggap
Tabel 1, menunjukkan bahwa 14 cuci tangan adalah hal sepele padahal
responden cuci tangan dengan sabun cuci tangan bisa memberi kontribusi pada
setelah buang air besar dan 21 responden peningkatan status kesehatan masyarakat.
tidak melakukan cuci tangan dengan Mencuci tangan dengan sabun, terutama
sabun setelah buang air besar. sesudah BAB, sesudah membuang tinja
Uji statistik non parametrik anak, sebelum mempersiapkan makanan,
menggunakan Chi Square Test didapatkan sebelum memberikan makan anak dan
nilai X2 0,373 dengan taraf signifikan sebelum makan, mempunyai dampak
0,541 yang artinya tidak ada hubungan dalam kejadian diare mampu menurunkan
yang signifikan antara cuci tangan dengan angka kejadian diare sebesar 47%.
sabun setelah buang air besar dengan Penelitan ini menunjukkan
kejadian diare di kelurahan Ampel. bahwa pada perilaku cuci tangan dengan
Cuci tangan merupakan kegiatan sabun sebelum mempersiapkan makan,
yang dapat mengurangi kejadian diare setelah buang air besar dan sebelum
pada balita. Tabel 1, menunjukkan bahwa menyuapi makan anak tidak ada yang
mayoritas responden (54%) tidak bermakna yang artinya tidak ada
melakukan cuci tangan dengan sabun hubungan perilaku cuci tangan dengan
sebelum menyuapi anak. sabun dengan kejadian diare pada balita.
Uji statistik non parametrik Hasil penelitian tersebut dapat diartikan
menggunakan Chi Square Test didapatkan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun
nilai X2 0,745 dengan taraf signifikan belum tentu mempunyai risiko terkena
0,388 yang artinya tidak ada hubungan diare.
yang signifikan antara cuci tangan dengan Penelitian ini tidak sejalan
sabun sebelum menyuapi dengan kejadian dengan hasil penelitian Hubungan Perilaku
diare di Kelurahan Ampel RT 2-3 RW XIII Ibu dalam Mencuci Tangan Pakai Sabun
dan RT 1 RW XIV. dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 13-
Mencuci tangan dengan sabun 59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
mampu menghilangkan atau mengurangi Pekauman Banjarmasin Tahun 2016.
mikroorganisme patogen pada tangan Analisa Chi-Square di dapatkan hasil P-
yang tidak bisa kita lihat secara kasat value 0,000 maka dapat disimpulkan
mata. Pada keadaan darurat biasanya adanya hubungan perilaku cuci tangan
sumber air bersih tidak bisa kita pakai sabun dengan kejadian diare pada
identifikasi bebas dari kontaminasi anak usi 13-59 bulan.
sehingga potensial terjadinya perpindahan Penelitian ini tidak sejalan
bakteri patogen dari tangan, alat makan dengan hasil penelitian hubungan perilaku
dan pengelolaan makanan meningkat. CTPS ibu dengan kejadian diare pada
Cuci tangan merupakan hal yang mudah balita di Puskesmas Kuin Raya Kota
untuk dilakukan dan memberi kontribusi Banjarmasin. Analisa Chi-Square di
pada peningkatan status kesehatan dapatkan hasil P-value 0,010 maka dapat
masyarakat namun masih sering di simpulkan adanya hubungan CTPS
disepelekan oleh masyarakat. dengan kejadian diare pada balita.
Anggota tubuh yang paling Dampak yang terjadi pada anak
potensial terkontaminasi kotoran atau jika tidak di biasakan mencuci tangan
mikroorganisme patogen dan dapat maka bibit penyakit mudah masuk
menjadi jalan masuknya patogen adalah kedalam tubuh, hal ini akan meningkatkan
tangan. Tangan yang tercemar akibat risiko pada anak untuk terkena penyakit
memegang sesuatu kemudian makan seperti diare, cacingan, infeksi tangan
tanpa cuci tangan maka patogen ikut dan mulut maupun ISPA.
tertelan masuk kedalam tubuh. Berbagai pernyataan dan hasil
Tangan adalah bagian tubuh kita penelitian dapat disimpulkan bahwa
yang paling banyak tercemar kotoran dan mencuci tangan dengan sabun tidak selalu
bibit penyakit. Ketika memegang sesuatu, dapat menyebabkan penyakit diare, akan
dan berjabat tangan, tentu ada bibit tetapi alangkah baiknya jika melakukan
©2019. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 28-05-2018, Accepted: 15-03-2019, Published Online: 20-12-2019
222 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health promotion and Health
Vol. 7 No. 2 Desember 2019 : 215 - 222, doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.215-222
Education

cuci tangan baik sebelum mempersiapkan Indonesia 2016, Kementerian


makan, setelah buang air besar dan Kesehatan Republik Indonesia.
sebelum menyuapi makan anak agar dapat Jakarta: Kementerian Kesehatan
meminimalisir kuman yang ada di tangan Republik Indonesia. Available at:
dan mencegah berbagai penyakit dan http://www.depkes.go.id/resourc
tangan tetap bersih. Apabila perilaku ibu es/download/pusdatin/profil-
cuci tangan lebih di terapkan dalam kesehatan-indonesia/Profil-
keluarga akan sangat berdampak positif Kesehatan-Indonesia-2016.pdf.
terhadap kesehatan bahkan perekonomian Kurniawati, S. and Martini, S. (2016)
karena apabila sakit akan mengeluarkan „Status Gizi Dan Status Imunisasi
biaya yang bisa digunakan untuk Campak Berhubungan Dengan
keperluan lain. Diare Akut‟, Jurnal Wiyata, 3
No.2, pp. 126–132.
SIMPULAN Menteri Kesehatan RI (2014) Peraturan
Menteri Kesehatan Republik
Faktor yang berhubungan dengan Indonesia Nomor 3 Tahun 2014
kejadian diare pada balita di Kelurahan Tentang Sanitasi Total Berbasis
Ampel adalah penyimpanan air minum di Masyarakat. Jakarta: Kementerian
tempat bersih dan tertutup, pemberian Kesehatan RI.
ASI Eksklusif, tindakan ibu dalam Mihrete, T. S., Alemie, G. A. and Teferra,
pemberian imunisasi campak. Faktor yang A. S. (2014) „Determinants of
tidak berhubungan dengan kejadian diare childhood diarrhea among
adalah tindakan mencuci tangan underfive children in Benishangul
menggunakan sabun. Gumuz Regional State , North
West Ethiopia‟, BMC Pediatrics.
DAFTAR PUSTAKA BMC Pediatrics, 14(102), pp. 1–9.
Nasili, Thaha, R. M. and Seweng, A.
Adisasmito, W. (2007) „Faktor Risiko Diare (2011) „Perilaku Pencegahan
pada Bayi dan Balita di Indonesia: Diare Anak Balita di Wilayah
Systematic Review Penelitian Bantaran Kali Kelurahan
Akademik Bidang Kesehatan Bataraguru Kecamatan Wolio Kota
Masyarakat‟, Bau-Bau‟, Naskah Publikasi, pp. 1–
12.
MAKARA KESEHATAN, 11(1), pp. 1– Robbins and Cotran (2008) Buku Saku
10. Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7.
Badan Penelitian dan Pengembangan Jakarta: EGC.
Kesehatan DepKes (2008) Laporan Sanusingawi (2011) Hubugan Pengetahuan
Hasil Riset Kesehatan Dasar dan Perilaku Hidup Bersih dan
(Riskesdas) Indonesia 2007. Sehat dengan Kejadian Diare pada
Jakarta: Balitbang Kemenkes RI. Balita. Available at:
Depkes RI (2010) Profil Kesehatan http://sanusingawi.blogspot.com/
Indonesia. Jakarta: Kementerian .
Kesehatan Republik Indonesia. Soebagyo (2008) Diare Akut pada Anak.
Available at: Surakarta: Universitas Sebelas
https://www.depkes.go.id/resour Maret Press.
ces/download/pusdatin/profil- Sukardi, Yusran, S. and Tina, L. (2016)
kesehatan-indonesia/profil- „Faktor-Faktor Yang Berhubungan
kesehatan-indonesia-2009.pdf. Dengan Kejadian Diare Pada Balita
Kemenkes RI (2011) „Situasi Diare di Umur 6-59 Bulan Di Wilayah Kerja
Indonesia‟, Buletin Jendela Data Puskesmas Poasia Tahun 2016‟,
& Informasi Kesehatan, 2, pp. 1– Naskah Publikasi, pp. 1–12.
44.
Kemenkes RI (2017) Profil Kesehatan

©2019. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 28-05-2018, Accepted: 15-03-2019, Published Online: 20-12-2019

You might also like