Professional Documents
Culture Documents
Usulan Preventive Maintenance Dengan Menggunakan M
Usulan Preventive Maintenance Dengan Menggunakan M
net/publication/277830347
CITATIONS READS
0 2,070
3 authors, including:
All content following this page was uploaded by Ronald Sukwadi on 30 June 2015.
Abstract
PT. X is a company which produce PCB (Printed Circuit Board). Within a lot of companies
which move in the same way, PT. X have to be more competitive so that they can prevent their
existence. PT. X claimed to keep their consistency on flow production process to fulfill the
demand. During the production process often get an inhibition because the failure on SMT
machine line 6. Maintenance prosess which have done in this company is more to be a
corrective maintenance even that the company also do a preventive maintenance such as
greasing and checking the machine before and after used. By data that have been provided, can
be given a suggestion for maintenance sistem on the company by using the preventive
maintenance but moer than that because there is a trend on time to failure for each component
is not giving a big differences and there is also a relation among the components so the
preventive maintenance can be used by modularity design method. Here, Modularity design wil
be used to combine for few components to be a new module, that related to Homogeneous of
each TTF, the closest MTTF, or cause-and-effect relationship so that can be got the cheapest
cost for doing the maintenance. By comparing the cost that have been produced for each
method, that will be better if the company use the preventive maintenance using the modularity
design method with basic on homogeneous TTF. The difference cost between the preventive
maintenance using modularity with homogeneous TTF and corrective maintenance will reach
IDR 75.262.964,00
C-173
Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008
Bidang Teknik Industri
C-174
ISBN : 978-979-3980-15-7
Yogyakarta, 22 November 2008
HASIL PENELITIAN
Pengolahan data akan dibagi menjadi 4 bagian, pada
pengolahan data pertama ini kita akan melakukan
pengolahan data berdasarkan metode corrective
maintenace. Sedangkan untuk pengolahan data bagian
yang kedua sampai yang terakhir akan lebih mengacu
terhadap sistem perawatan yang bersifat pencegahan
(preventive maintenace).
Gambar 1 Flowchart Metodologi Penelitian 1. Corrective Maintenance
Sistem perawatan yang dilakukan oleh perusahaan
Penentuan nilai MTTF dan MTTR pada metode sistem
adalah corrective maintenance. Biaya yang dikeluarkan
perawatan preventive. Dan pengelompokan komponen
bila menggunakan sistem perawatan corrective
disini akan dilakukan dengan menggunakan dua buah
maintenance diberikan pada Tabel 2.
dasar pengelompokan, yaitu:
a. Waktu (Time to Failure), disini kita akan 2. Preventive Maintenance
mencari komponen-komponen yang Pada bagian ini akan dilakukan perhitungan biaya
memiliki nilai Time to Failure berdekatan perawatan yang harus dikeluarkan oleh pihak
sehingga dapat dikelompokan untuk perusahaan apabila perusahaan menerapkan kebijakan
metode perawatan dengan menggunakan preventive
menjadi satu buah modul. maintenance. Penetapan interval penggantan dari
b. Sebab-akibat, melalui data historis yang komponen akan didasarkan atas kriteria minimasi
dimiliki oleh perusahaan dan dengan downtime. Biaya pergantian untuk masing-masing
menggunakan bantuan metode FMEA komponen diberikan pada Tabel 3.
untuk mencari keterkaitan satu komponen
3. Preventive Maintenance dengan Modularity Design
dengan komponen lainnya. Berdasarkan Nilai MTTF
Penentuan biaya yang harus dilkeluarkan untuk
Berdasarkan Homogenitas Data TTF, maka didapatkan
masing-masing metode, metode maintenance yang
modul perawatan sebagai berikut:
bersifat corrective, preventive maintenance,
• Modul I : Power Supply + Nozzle + Sensor SG +
maintenance dengan penerapan modularity design
Sensor Q1 + Mtr Drv Q3 + Mtr Q1
berdasarkan waktu, maintenance dengan penerapan
modularity design berdasarkan hubungan sebab-akibat. • Modul II : Sensor Q3 + Sensor Receiver +
Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan untuk Selenoid Valve + Motor H
mendapatkan jumlah biaya yang harus dikeluarkan • Modul III : Regulator Angin + Motor Driver Q1
oleh perusahaan apabila akan melakukan satu • Modul IV : Motor V + Feeder + Sensor Photo
pergantian komponen/modul sesuai dengan metode Micro
perawatan yang digunakan. Langkah-langkah tersebut Total biaya keseluruhan yang harus dikeluarkan oleh
adalah : pihak perusahaan dengan menerapkan pola perawatan
yang berdasarkan pada modularity berbasis
C-175
Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008
Bidang Teknik Industri
5. Preventive Maintenance dengan Modularity Design Apabila dilihat dari hubungan dari FTA diatas,maka
Berdasarkan Berdasarkan Nilai MTTF yang terdekat komponen-komponen akan dapat dikelompokan
dengan Metode Trial-Error menjadi:
Pengelompokan yang dilakukan pada bagian • Modul I : Power Supply – Sensor Q1
selanjutnya akan menyerupai pada bagian sebelumnya
• Modul II : Nozzle – Feeder
yaitu dengan menggabungkan komponen yang
• Modul III : Sensor Q3 – Motor Driver Q3
memiliki kedekatan nilai MTTFnya, tetapi nilai
kedekatan ini dapat melebihi selang waktu satu hari.
Total biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak
Hal yang dikatakan memiliki kedekatan adalah dengan
perusahaan apabila ingin menerapakan sistem modul
secara langsung melihat terhadap nilai-nilai MTTF dari
dengan basis hubungan sebab-akibat antar komponen
beberapa komponen dan memperkirakannya apakah
maka akan biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak
data dikategorikan sebagai satu modul. Melalui hasil
perusahaan adalah sebesar Rp 235.487.698,00
perhitungan dari Trial-Error pertama sampai terakhir
(1-15) didaptkan bahwa pada trial kesepuluh
merupakan model penggabungan yang terbaik dengan PEMBAHASAN
bentuk modul sebagai berikut : Berdasarkan pengolahan data maka didapatkan rekap
• Modul I : Power Supply + Sensor Q1 total biaya perawatan tiap metode sesuai diberikan
• Modul II : Motor Driver Q1 + Motor Q1 Tabel 4. Untuk biaya preventive maintenance biasa,
• Modul III : Sensor Q3 + Motor Driver Q3 kita akan melihat bahwa sebetulnya biaya yang harus
• Modul IV : Motor V + Sensor Receiver + dikeluarkan oleh pihak perusahaan sudah cukup kecil,
Selenoid Valve tetapi yang harus dilihat kembali adalah untuk
• Modul V : Motor H + Regulator Angin beberapa jenis komponen, interval waktu
penggantiannya memiliki selang yang cukup jauh
Maka total biaya perawatan yang harus dikeluarkan untuk terjadi kerusakan berikutnya. Hal ini berbeda
oleh pihak perusahaan apabila mengunakan sistem dengan keadaan sebenarnya mesin yang dicerminkan
modul diatas adalah sebesar: melalui nilai MTTF komponen-komponennya. Dengan
Rp214.714.880,00 semakin besarnya nilai interval tersebut tentu akan
mempengaruhi banyaknya jumlah komponen yang
akan dilakukan penggantian selama kurun waktu tiga
6. Preventive Maintenance dengan Modularity Design tahun. Oleh karena itu pula untuk melakukan
Berdasarkan Hubungan Sebab-Akibat pendekatan tersebut,maka pada proses pengolahan
Pada proses modularity berbasis hubungan sebab- untuk prevetive maintenance dengan modularity disini,
akibat disini, penggabungan komponen-komponen akan berdasarkan pada nilai MTTF yang sebenarnya.
yang berhubungan ini merupakan penggabungan Hal ini diambil dengan harapan untuk dapat
terhadap komponen yang memiliki sifat hubungan dua menghasilkan biaya yang mendekati keadaan mesin
arah dari satu komponen terhadap komponen lainnya aslinya.
yang bersangkutan. Melalui penafsiran yang Dasar pengelompokan untuk metode homogenitas dari
didapatkan dari gambar diatas maka akan diperoleh data TTF disini dapat dilihat mengenai time similarity
hubungan sebab-akibat yang bersifat dua arah pada yaitu meminimalkan terjadinya pengulangan terhadap
beberapa komponen. Pada Gambar 2 dibawah ini akan proses perbaikan terhadap komponen-komponen yang
digambarkan beberapa hubungan yang memiliki memiliki waktu time to failure hampir sama. Oleh
hubungan sebab-akibat bersifat dua arah. karena itu untuk nilai MTTF yang digunakan pada
perhitungan ini akan didapatkan dengan
menggabungkan nilai TTF dari masing-masing
C-176
ISBN : 978-979-3980-15-7
Yogyakarta, 22 November 2008
komponen yang dikelompokan menjadi satu modul komponen tersebut cukup besar. Selain itu apabila kita
sehingga akan didapatkan suatu nilai MTTF yang baru melihat pada modul keempat, ternyata akan lebih baik
untuk mewakili data kerusakan modul yang apabila dilakukan penggabungan terhadap Sensor
bersangkutan. Dasar yang digunakan untu Receiver, Motor V dan Selenoid Valve menjadi sebuah
mendapatkan nilai MTTF adalah rataan yang diperoleh modul. Ternyata dengan perbedaan MTTF yang tidak
dengan penggabungan nilai TTF yang tergolong begitu jauh akan dapat mengrungangi biaya yang harus
homogeny dengan komponen lainnya. Dengan dikeluarkan oleh pihak perusahaan karena dengan
menggunakan sistem modularity seperti ini maka dipisah-pisahnya ketiga komponen tersebut maka akan
diharapkan bahwa selain tidak terjadi pengulangan semakin meningkatkan biaya perawatan yang
langkah-langkah perbaikan hal lainnya yang dapat di disebabkan pada penambahan waktu set-up yang akan
minimasi adalah lamanya waktu set-up yang tidak lebih banyak dan akan berpengaruh pula pada kerugian
dilakukan secara berulang-ulang. Nilai-nilai waktu yang harus dialami karena hilangnya keuntungan yang
tersebut akan sangat berpengaruh terhadap biaya yang seharusnya dapat diperoleh.
harus dikeluarkan oleh pihak perusahaan untuk biaya-
biaya seperti gaji operator mesin yang mengganggur Yang menjadi fokus penggabung Modularity Berbasis
selama kurun waktu terjadinya breakdown, selain itu Hubungan Sebab-Akibat merupakan hubungan antar
juga terdapat biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak komponen yang bersifat dua arah, karena apabila kita
perusahaan untuk membayar mekanik untuk hanya menggunakan dasar hubungan sebab-akibat
melakukan perbaikan terhadap mesin selama kurun tanpa memfokuskan pada hubungan yang bersifat dua
waktu yang diperlukan. Hal lain yang sangat arah hal ini akan mengakibatkan terjadi penambahan
terpengaruh dengan semakin besarnya total waktu biaya. Sebagai contoh adalah hubungan Sensor SG
perbaikan disertai dengan total waktu set-up yang dengan Motor H, melalui Gambar 4.1 dapat dilihat
berulang-ulang dan menjadi besar adalah pada biaya bahwa apabila Sensor SG mengalami kerusakan maka
profit loss yang harus merugikan perusahaan apabila hal tersebut akan menggangu kinerja dari Motor H dan
terjadi waktu breakdown yang lama ditambah dengan memungkinkan untuk terjadinya kerusakan pula pada
waktu set-up yang berulang-ulang. Motor H sehingga untuk mencegah hal tersebut terjadi
mak kedua komponen tersebut dapat di kelompokan.
Pengelompokan berdasarkan metode Modularity Namun jika kita melihat hubungan secara terbalik
Berbasis MTTF Terdekat ( < 1 hari) akan dilakukan bahwa ternyata jika Motor H mengalami kerusakaan,
dengan melihat nilai MTTF tiap komponen, pada nilai hal tersebut tidak memiliki dampak apapun terhadap
MTTF yang tidak berbeda jauh disini akan Sensor SG. Sehingga apabila saat terjadi kerusakan
dikelompokan menjadi satu modul tertentu. Batasan Motor H, sebetulnya tidak perlu dilakukan penggantian
yang digunakan disini untuk dikatakan nilai MTTF komponen Sensor SG.
satu tersebut dekat dengan yang lainnnya adalah
apabila nilai MTTF dari komponen-komponen tersebut Apabila dilihat pada Tabel 2 proses penggabungan
tidak lebih besar dari 1 hari. Pendekatan disini komponen yang berdasarkan pada hubungan sebab-
mengacu pada alasan bahwa daripada melakukan akibat antar komponen tidak memberikan biaya yang
proses perbaikan pada hari yang sama dan dengan lebih efisien apabila di bandingkan biaya-biaya
waktu tidak terlalu berbeda jauh sehingga tidak preventive maintenance lainnya, hal ini dapat
menyebabkan terjadinya pengulangan terhadap waktu - dikarenakan oleh umur mesin yang sudah sangat tua
set-up mesin sebanyak perbaikan yang dilakukan. tersebut. Dengan keadaan mesin yang sudah lama dan
sistem perawatan yang diterapkan selama ini terus
bersifat corrective sangat dimungkinkan terjadinya
Melalui proses trial and error disini ternyata gangguan yang tidak terdeteksi lagi sesuai dengan yang
didapatkan bahwa penggabungan percobaan yang tertera pada buku panduan mesin.
paling sesuai terdapat pada langkah percobaan yang
kesepuluh dengan 5 macam modul. Hal yang Dengan melihat Tabel 4 terdapat rekap biaya-biaya
menyebabkan terjadinya perbedaan biaya yang cukup yang perlu dikeluarkan oleh perusahaan apabila
signifikan adalah dengan dihilangkannya komponen perusahaan menerapkan metode-metode perawatan
Sensor SG dari modul nomor dua dan komponen yang ada, dengan melihat nominal biaya-biaya tersebut
Sensor Photo Micro dari modul nomor tiga. Dengan maka akan lebih baik apabila pihak perusahaan
dihilangkannya kedua komponen itu maka biaya menggunakan perawatan dengan preventive
pearawatan dapat ditekan karena apabila kedua maintenance dengan modularity design berbasis
komponen tersebut masih berada dalam modulnya homogenitas data TTF karena apabila kita melihat
masing-masing maka secara langsung banyaknya perbandingan biaya yang dikeluarkan maka dengan
penggantian terhadap kedua komponen tersebut akan metode inilah perusahaan dapat meninimasi
semakin banyak karena harus mengikuti pola interval pengeluarannya untuk melakukan perawatan terhadap
sesuai dengan MTTF yang terkecil dalam modulnya. mesin SMT line 6.
Hal ini juga disebabkan karena harga untuk satu
C-177
Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008
Bidang Teknik Industri
Salah satu hal yang menjadi penyebab terjadi MTTR setiap komponen yang akan digunakan dapat
perbedaan biaya tersebut adalah dengan diterapkannya diperoleh melalui lamanya waktu perbaikan masing-
dasar waktu interval penggantian disini berdasarkan masing komponen sesuai dengan yang terdapat pada
pada nilai MTTF baru setelah penggabungan modul, SOP untuk perbaikan.
maka terdapat keuntungan secara waktu apabila
dibandingkan dengan modularity lainnya dimana dasar
nilai MTTF yang dihasilkan merupakaan rataan dari DAFTAR PUSTAKA
data-data TTF komponen yang digabungkan sehingga [1] Basu, Ron. (2004). Implementing Quality : A
nilai MTTF tersebut secara otomatis akan lebih besar Practical Guide to Tools and Techniques, Britain :
apabila dibandingkan dengan metode modularity Thomson Learning.
lainnya yang diterapkan pendekatan bahwa interval [2] Ebeling, Charles. (1997). An Introduction to
waktu penggantian didasarkan pada nilai MTTF Realiability and Maintainability Engineering.
terkecil dri komponen-komponen pada modul yang McGraw-Hill.
bersangkutan. Dengan semakin besarnya interval [3] Gershenson, J.K., S. Allamneni, G.J. Prasad,
waktu penggatian maka secara otomatis jumlah (1999). Modular Product Design: A Life-Cycle
komponen-komponen yang harus mengalami View, Transactions of SDPS, vol. 3, no. 4, pp. 13-
penggantian akan semakin berkurang dan hal tersebut 26.
juga akan mempengaruhi besarnya biaya yang harus [4] Gershenson, J.K., S. Allamneni, G.J. Prasad,
dikeluarkan untuk melakukan perawatan mesin SMT (1997). Product Modularity and Its effects on
ini. Service and Modularity. Jurnal Maintenance and
Realiability Conference. Knoxville, Tennessee.
KESIMPULAN
Melalui hasil penelitian dilapangan, pengolahan data
dan analisis, maka diberikan beberapa hal yang
menjadi kesimpulan, bahwa Mesin Kritis yang terpilih
dari sepuluh line mesin SMT yang berjalan adalah mesi
SMT line 6, Dengan terpilihnya metode
pengelompokan komponen dengan modularity
berdasarkan homogenitas data TTF, maka modul-
modul yang dapat terbentuk adalah sebagai berikut :
a. Modul I : Power Supply + Nozzle + Sensor
SG + Sensor Q1 + Mtr DrvQ3 + Mtr Q1
b. Modul II : Sensor Q3 + Sensor Receiver +
Selenoid Valve + Motor H
c. Modul III : Regulator Angin + Motor Driver
Q1
d. Modul IV : Motor V + Feeder + Sensor Photo
Micro
Melalui hasil penelitian dilapangan, pengolahan data
dan analisis, maka diberikan beberapa hal yang
menjadi saran, yaitu :
1. Dengan terpilihnya metode perawatan dengan
menggunakan modul, maka perlu diteliti lebih lanjut
untuk penentuan besarnya time to failure per modul
untuk masa yang akan datang agar dapat diperoleh
informasi yang lebih tepat sehingga apabila terdapat
kedekatan waktu terhadap modul-modul lainnya
apakah sebaiknya dapat dilakukan penggabungan
kembali.
2. Pada proses perbaikkan tiap – tiap komponen,
sebaiknya diberikan Standard Operation Procedure
(SOP) untuk memudahkan langkah-langkah proses
perbaikannya. Selain itu dengan adanya SOP maka
pihak perusahaan akan dapat mengetahui nilai pasti
waktu perbaikan yang diperlukan untuk hanya
memperbaiki komponen yang bersangkutan.
Apabila pihak perusahaan telah memiliki SOP untuk
setiap proses-proses perbaikannya maka untuk
penelitian selanjutnya mengenai maintenance, nilai
C-178
ISBN : 978-979-3980-15-7
Yogyakarta, 22 November 2008
C-179
Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008
Bidang Teknik Industri
C-180