You are on page 1of 10

P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

ANALISIS KINERJA DAN TINGKAT PELAYANAN


FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN STASIUN KARET

Firman Prayogi1,*), Sigit Priyanto2, Imam Muthohar3


1,*)
Magister Sistem dan Teknik Transportasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
Email: firmanprayogi@mail.ugm.ac.id
2
Magister Sistem dan Teknik Transportasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
Email: spriyanto2007@ugm.ac.id
3
Magister Sistem dan Teknik Transportasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
Email: imam.muthohar@ugm.ac.id

ABSTRACT
Karet Station has an average number of passengers at 12,594 people per day in 2018, has
enormous potential for a pedestrian trip generation. The fundamental problem experienced by
pedestrians at Karet Station is when they (KRL passengers) leave the station, they cannot find a
clear pedestrian path to accommodate their movement towards other public transport facilities.
As a result, the pedestrians scattered and even crossed the road and stopped the public
transportation arbitrarily. This activity causes a high risk of accidents and traffic flow constraints
caused by reduced road sections' reduced capacity due to public transport activities while
waiting, lowering, and raising passengers. This research aimed to analyze the pedestrian lane
characteristics and service level based on passengers' technical guidelines and stated
preferences. In this research, the primary data were collected by conducting direct surveys in the
study area to determine pedestrian, traffic flow, and passenger perception about pedestrian
facilities performance. Analytical results from this study conclude that from the technical
guidelines approach, there are two sidewalk segments in the Karet Station area which require
special attention with the level of service category at C and E level, and also requires improved
pedestrian crossing facilities from zebra cross-type to be underpass or pedestrian bridge. Based
on the stated preferences approach, from the assessment of 24 service attributes, there are six
attributes of lowest performance services included in quadrant I of the Importance Performance
Analysis (IPA) matrix, which is the main priority that must be resolved immediately.
Keywords: Service level of pedestrian facilities, crossing facilities, Karet Station
PENDAHULUAN terhadap kegagalan pelayanan angkutan
umum.
Tingginya pergerakan dengan menggunakan
kendaraan pribadi merupakan salah satu Sebagaimana kasus pada Stasiun Karet yang
penyebab utama kemacetan di ibu kota memiliki potensi penumpang sebesar 12.594
Jakarta. Salah satu mega proyek yang orang/hari, ketika para penumpang KRL
dikembangkan pemerintah untuk mengurangi keluar dari stasiun, mereka tidak dapat
penggunaan kendaraan pribadi adalah menemukan jalur pejalan kaki untuk
pembangunan kereta rel listrik (KRL). mengakomodasi pergerakan mereka menuju
tranportasi publik lainnya. Akibatnya, para
Namun kebutuhan perjalanan orang tidak
pejalan kaki tersebut bergerak berhamburan
hanya sebatas menggunakan satu moda saja,
saat menyeberang dan memberhentikan
perlu keberadaan moda lain sebagai
angkutan kota. Hal ini sangat berisiko bagi
penghubung dalam proses perpindahan moda
keselamatan pejalan kaki serta kelancaran lalu
tersebut. Permasalahan dalam praktik
lintas sekitar.
perpindahan moda inilah yang sering
diabaikan dan tanpa sadar berdampak besar
Prayogi – Analisis Kinerja dan Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Stasiun Karet 59
P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

Oleh karena itu, untuk dapat melakukan Tabel 1. Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki
analisis kinerja fasilitas pejalan kaki secara Nilai Kece- Rasio
tepat, dalam penelitian ini dilakukan penilaian LOS Arus
Ruang patan V/C
kinerja dan tingkat pelayanan fasilitas pejalan A ≥ 12 ≥ 78 ≤ 6.7 ≤ 0.08
kaki serta kebutuhan fasilitas penyeberangan B ≥ 3.6 ≥ 75 ≤ 23 ≤ 0.28
di kawasan Stasiun Karet dengan melakukan C ≥ 2.2 ≥ 72 ≤ 33 ≤ 0.40
pendekatan teknis dan pendekatan preferensi
D ≥ 1.4 ≥ 68 ≤ 50 ≤ 0.60
penumpang.
E ≥ 0.5 ≥ 45 ≤ 83 ≤ 1.00
Pendekatan teknis diturunkan dari Peraturan F < 0.5 < 45 Var 1.00
Menteri PU No. 03/PRT/M/2014 dan Sumber: Permen PU No: 03/PRT/M/2014
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Darat Nomor: SK.7234/AJ.401/DRDJ/2013 Kebutuhan Fasilitas Penyeberangan
sebagaimana telah dijadikan pedoman pada Pejalan Kaki
penelitian Nurhadi (2014), Richie (2013), dan
Berdasarkan Peraturan Dirjen Hubdat Nomor:
Sembiring (2005).
SK.7234/AJ.401/DRDJ/2013, ditetapkan
Pendekatan preferensi (stated preference) pedoman yang dijadikan sebagai dasar
menurut Pearmain dan Kroes (1990) dalam penyediaan fasilitas penyeberangan pejalan
Setiawan (2017), adalah teknik untuk kaki sebagaimana Tabel 2.
mendapatkan pernyataan yang merupakan
respon dari masyarakat atas berbagai Tabel 2. Pedoman penyediaan fasilitas
alternatif pilihan yang ditawarkan. penyeberangan pejalan kaki
Sebagaimana dikemukakan, bahwa untuk No PV2 P V Rekomendasi
dapat menilai tingkat kualitas pelayanan tidak
hanya berdasarkan sudut pandang perusahaan 50- 300- Zebra cross
1 >108
tetapi harus dipandang dari sudut pandang 1100 500 (Zc)
100- 2000- Zebra cross
penilaian pelanggan (Darus, 2015). 2 >5.108
1250 5000 (Zc)
50- 400- Zc dg
3 >2.108
1100 750 pelindung
METODOLOGI PENELITIAN 3500- 400-
4 >1010 Zc dg APILL
Dalam melakukan analisa pelayanan fasilitas 7000 750
pejalan kaki dengan pendekatan teknis, aspek 50-
5 >108 >500 Pelican (P)
1100
yang perlu dievaluasi meliputi kinerja, tingkat
6 >108 >1100 >500 Pelican (P)
pelayanan dan kebutuhan fasilitas
penyeberangan jalan. Sedangkan pendekatan 8 50- P dg
7 >2.10 >700
1100 Pelindung
preferensi penumpang dianalisis dengan
P
metode Importance Performance Analysis 8 >2.108 >1100 >400
dgPelindung
(IPA). 100- APILL/
9 >5.109 >5000
Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki 1250 Jembatan
APILL/
10 >5.109 >1250 >2000
Tingkat pelayanan dapat ditentukan melalui Jembatan
hubungan antara kecepatan, nilai ruang jalur 11 >1010
100-
>7000 JPO
pejalan kaki, arus pejalan kaki, dan faktor 1250
rasio volume per kapasitas yang disajikan 12 >1010 >1250 >3500 JPO
pada Tabel 1. (Sumber: Petunjuk Teknis Perlengkapan Jalan)

60 Teknisia, Volume XXV, No 2, November 2020


P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

Importance Performance Analysis (IPA) Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan
dengan melakukan observasi dan survei
Menurut Hidayatullah (2006), metode
secara langsung di lapangan yang meliputi:
Importance Performance Analysis dapat
dimulai dengan: a. Data inventarisasi fasilitas pejalan kaki.
b. Data volume pejalan kaki di Stasiun Karet
1. Identifikasi atribut awal.
(menyusuri dan menyeberang).
a. Identifikasi tingkat kepentingan (harapan)
c. Data kecepatan dan arus pejalan kaki.
tiap atribut.
d. Data volume kendaraan.
b. Identifikasi performa (kinerja) pada tiap
e. Data preferensi dari survey wawancara
atribut.
pada sampel yang diperoleh dari
2. Menentukan keunggulan dan kelemahan perhitungan rumus Slovin dengan taraf
layanan dengan analisis kuadran. kesalahan 10% yaitu 100 responden.
a. Menghitung jumlah kuesioner yang
Metode Analisis Data yang akan digunakan
masuk.
pada penelitian ini antara lain :
b. Menguji kehandalan dan kesahihan butir
dengan alat bantu Microsoft excel atau 1. Penilaian teknis berdasarkan Peraturan
Software Statistical Package for The Menteri PU No. 03/PRT/M/2014 tentang
Social Sciences (SPSS). Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan
c. Menentukan tingkat kesesuaian respon- Pemanfatan Prasarana dan Sarana Jaringan
den. Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan dan
d. Menentukan skor rata-rata tingkat kinerja Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
dan tingkat kepentingan. Darat Nomor: SK.7234/AJ.401/DRDJ/
e. Menentukan nilai X yaitu rerata dari total 2013 tentang Petunjuk Teknis
rerata skor tingkat kinerja seluruh atribut Perlengkapan Jalan.
dan nilai Y yaitu rerata dari total rata-rata
2. Importance Performance Analysis (IPA)
skor tingkat kepentingan seluruh faktor
Analisis IPA digunakan untuk mengetahui
yang mempengaruhi kepuasan pelanggan.
kinerja atribut pelayanan dengan cara
f. Menjabarkan tingkat unsur-unsur tersebut
mengelompokkan atribut tersebut kedalam
ke dalam 4 bagian diagram kartesius.
kuadran penilaian sesuai dengan tingkat
Pembagian kuadran pada metode Importance kepentingan dan kinerja masing-masing
Performance Analysis ditampilkan pada atribut.
Gambar 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari pengolahan data yang telah dikumpulkan
di lapangan, dapat diketahui hasil dan
pembahasan analisis penelitian ini sebagai
berikut.
Analisis Kinerja dan Tingkat Pelayanan
Fasilitas Pejalan Kaki Berdasarkan PM 03
Tahun 2014
Untuk menganalisis tingkat pelayanan
fasilitas pejalan kaki, terlebih dahulu perlu
Gambar 1. Importance Performance Matrix dilakukan analisis pada masing – masing
(Martilla & James, 1977) indikator kinerja fasilitas pejalan kakiyang
meliputi lebar efektif minimum ruang pejalan
kaki, arus pejalan kaki, kecepatan rata-rata
Prayogi – Analisis Kinerja dan Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Stasiun Karet 61
P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

pejalan kaki, serta kepadatan pejalan kaki, dan Dengan menentukan indikator tersebut di
nilai ruang pejalan kaki. atas, maka dapat ditentukan tingkat pelayanan
jalur pejalan kaki di kawasan Stasiun Karet
sebagaimana Tabel 3 dan Gambar 2.
Tabel 3. Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki di kawasan Stasiun Karet
Lebar
Pejalan Arus Pejalan Nilai
Efekti Kecepatan Kepadatan
Kaki Kaki Ruang
No Ruas Trotoar f (m/ mnt) (org/m2) LOS
(org/jam) (org/mnt/m) (m2/org)
(m)
We Nt Qt Vs D St
1 Jl. KH. Mas Mansyur (utara
2 629 5.2 39.84 0.132 7.60 B
stasiun sisi timur)
2 Jl. KH. Mas Mansyur (utara
2.2 274 2.1 46.12 0.045 22.22 A
stasiun sisi barat)
3 Jl. KH. Mas Mansyur
0.7 1911 45.5 34.83 1.307 0.77 E
(jembatan sisi timur)
4 Jl. KH. Mas Mansyur
1.2 43 0.6 56.04 0.011 93.84 A
(jembatan sisi barat)
5 Jl. KH. Mas Mansyur
2.2 696 5.3 61.99 0.085 11.76 B
(Selatan stasiun sisi timur 1)
6 Jl. KH. Mas Mansyur
1 696 11.6 58.96 0.197 5.08 B
(Selatan stasiun sisi timur 2)
7 Jl. KH. Mas Mansyur
2.2 43 0.3 72.60 0.004 222.88 A
(Selatan stasiun sisi barat)
8 Jl. R.M Margono
1.2 1215 16.9 46.89 0.360 2.78 C
Djojohadikoesoemo (utara)
9 Jl. R.M Margono
2.2 696 5.3 63.92 0.082 12.12 A
Djojohadikoesoemo (Selatan)
10 Jl. Penjaringan 1 (sisi utara) 2.2 43 0.3 66.65 0.005 204.61 A
11 Jl. Penjaringan 1 (sisi selatan) 2.2 43 0.3 66.89 0.005 205.34 A

Gambar 2. Grafik tingkat pelayanan jalur pejalan kaki di kawasan Stasiun Karet
Berdasarkan hasil penilaian Level of Service kaki di kawasan Stasiun Karet sebagaimana,
(LOS) atau tingkat pelayanan jalur pejalan dapat dilihat terdapat 2 ruas trotoar yang perlu
62 Teknisia, Volume XXV, No 2, November 2020
P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

mendapatkan penanganan khusus yaitu Analisis Kinerja Berdasarkan Preferensi


trotoar Jl. R.M. Margono Djojohadikoesoemo Penumpang
(sisi utara) dengan kategori level “C” dan ruas
Data karakteristik dominan penumpang di
trotoar pada jembatan di Jl. KH. Mas
Stasiun Karet yang menjadi responden dalam
Mansyur (sisi timur) dengan kategori level
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.
“E”.
Penentuan atribut penilian dalam penelitian
Analisis Kebutuhan Fasilitas
ini mengacu pada peran fasilitas pejalan kaki
Penyeberangan Pejalan Kaki
di Stasiun Karet yang berfungsi sebagai
Kebutuhan fasilitas penyeberangan jalan fasilitas integrasi moda, namun karena belum
ditentukan berdasarkan pedoman pada ada aspek legal yang secara khusus mengatur
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan tentang standar pelayanan minimum fasilitas
Darat Nomor: SK.7234/AJ.401/DRDJ/2013 integrasi moda, maka penentuan indikator
sebagaimana Tabel 2. penilaian kinerja mengacu pada Peraturan
Menteri Perhubungan No 10 Tahun 2012
Berdasarkan hasil perhitungan dengan
tentang Standar Pelayanan Minimal
metode tersebut, fasilitas penyeberangan yang
Angkutan Massal Berbasis Jalan.
dibutuhkan untuk kawasan Stasiun Karet
dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 5. Karakteristik Responden
Tabel 4. Kebutuhan fasilitas penyeberangan No Karakteristik Jumlah
di kawasan Stasiun Karet
1. Laki-laki 57 %
2 Jenis
No Titik Konflik P V PV 2. Usia 26-50 tahun 65 %
Fasilitas

1 Jl. R.M 3. Pendidikan S1 48 %


3,26 Penyebera
Margono
696 6844.1 x ngan tidak Pekerjaan karyawan
Djojohadiko 4. 59 %
1010 sebidang swasta
esoemo

2 Jl. KH. Mas 5. Penghasilan 2,5-5 juta 37 %


1,19 Penyebera
Mansyur Maksud perjalanan untuk
903 3644.4 x ngan tidak
(Menyebran 6. 75 %
1010 sebidang bekerja
g rel)
Moda yang dipilih
3 Jl. KH. Mas 1,51 Penyebera
Mansyur 274 7438.4 x ngan tidak 7. setelah turun dari Stasiun 64 %
1010 sebidang Karet adalah ojek

Atribut penilaian yang ditentukan peneliti


Saat ini fasilitas penyeberangan yang tersedia sesuai dengan amanah PM 10 tahun 2012
adalah zebra cross, sehingga dinilai belum adalah sebagai berikut:
sesuai dengan kebutuhan fasilitas pejalan kaki
yang secara teknis dan memerlukan 1. Aspek keselamatan
peningkatan tipe fasilitas penyeberangan a. Jalur pejalan kaki yang terhindar dari
menjadi fasilitas penyeberangan tidak konflik dengan kendaraan (X1),
sebidang, yang dapat berupa terowongan atau b. fasilitas penyeberangan (X2),
jembatan penyeberangan. c. fasilitas pendukung keselamatan yang
meliputi rambu, marka, penerangan,
pagar pengaman, dan APAR (X3).
2. Aspek keamanan
a. Kamera pengawas dan petugas (X4),
Prayogi – Analisis Kinerja dan Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Stasiun Karet 63
P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

b. petugas keamanan (x5),


c. fasilitas pengaduan (X6).
3. Aspek kenyamanan
a. Tempat menunggu angkutan lanjutan
berupa area dengan fasilitas duduk atau
berdiri (X7),
b. fasilitas yang dapat melindungi pejalan
kaki dari panas, hujan, angin, serta
polusi udara dan suara (X8),
c. fasilitas tangga yang landai (X9).
4. Aspek kemudahan
a. Rambu dan petunjuk lokasi
perpindahan moda (X10), Gambar 3. Importance Performance Matrix
b. papan informasi yang berisi peta lokasi, fasilitas pejalan kaki di Stasiun Karet
peta titik perpindahan, jadwal dan tarif
angkutan lanjutan (X11), Nilai rata-rata dari tingkat kepentingan atribut
c. tempat penjualan tiket angkutan pelayanan dan kinerja fasilitas pejalan kaki
lanjutan (X12), akan di analisis di Importance-Performance
d. tempat parkir (X13), Matrix. Nilai dari X rata-rata (2,56) dan Y
e. desain jalur yang tidak mengganggu rata-rata (4,27) akan digunakan sebagai
kelancaran lalu lintas (X14). sumbu dalam importance performance
matrix. Posisi tiap-tiap atribut pelayanan pada
5. Aspek alsesibilitas dan keterjangkauan Importance Performance Matrix dapat dilihat
a. Jalur penghubung antar moda dengan pada Gambar 3.
jarak terpendek (X15),
b. akses langsung menuju moda lanjutan Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat
tanpa ada rintangan (X16). diketahui terdapat 6 atribut yang berada di
kuadran I yang merupakan prioritas utama.
6. Aspek kesetaraan Adapun penjelasan penyebab 6 atribut
a. Fasilitas untuk diffabel yang meliputi pelayanan memiliki kinerja rendah menurut
ramp, lift, dan guiding block (X17), persepsi pengguna jasa adalah:
b. pemisahan gender (X18).
1. Tersedianya tempat menunggu angkutan
7. Aspek keteraturan lanjutan berupa area dengan fasilitas
a. Ruang/ jalur khusus untuk menaikkan tempat duduk atau berdiri (X7).
dan menurunkn penumpang (X19), Kondisi saat ini, tempat menunggu
b. petugas yang mengawasi ketertiban angkutan lanjutan hanya berupa trotoar
angkutan umum (X20), yang dilengkapi dengan rambu bus stop
c. zona khusus angkutan online (X21). dengan kapasitas ruang berdiri yang tidak
8. Aspek keindahan memadai akibat dari aktifitas komersil di
a. Lingkungan yang bersih, rapi, dan area tersebut. Pengguna jasa berharap
memiliki nilai estetika (X22), disediakan halte atau area yang lebih
b. mencerminkan karakter budaya (X23), memadai dan representatif untuk dijadikan
c. landscape vegetasi dekoratif (X24). sebagai tempat menunggu angkutan
lanjutan.
2. Fasilitas yang dapat melindungi pejalan
kaki dari panas, hujan, angin, serta polusi
udara dan suara (X8).

64 Teknisia, Volume XXV, No 2, November 2020


P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

Selain tempat menunggu angkutan yang 5. Tersedianya zona khusus untuk angkutan
tidak dilengkapi pelindung, jalur pejalan online (X21).
kaki menuju tempat pelayanan angkutan Seperti yang telah dijelaskan pada
juga tidak dilengkapi dengan peli ndung, pembahasan sebelumnya bahwa aktifitas
baik pelindung buatan ataupun pelindung penyelenggara ojek (online/ pangkalan)
alami. Pengguna jasa berharap, di saat ini sangan berdampak negatif
Indonesia yang merupakan negara tropis terhadap kelancaran dan keselamatan lalu
ini, jalur pejalan kaki terutama untuk lintas di Stasiun Karet. Oleh karena itu,
menuju fasilitas angkutan umum pengguna jasa menginginkan adanya
dilangkapi dengan pelindung. penyediaan zona kusus bagi ojek agar
3. Desain jalur penghubung yang tidak penyelenggaraanya lebih teratur dan tidak
mengganggu kelancaran lalu lintas (X14). mengganggu kelancaran dan keselamatan
Pengguna jasa berharap, bahwa lalu lintas sekitar.
pengembangan dan perbaikan fasilitas 6. Lingkungan yang bersih, rapi, dan
integrasi moda memperhatikan desain memiliki nilai estetika (X22).
yang tidak mengganggu kelancaran lalu Tidak hanya pada penyelenggaraan
lintas lain, hal ini selain untuk
transportasi, pada hakekatnya seluruh
menghindari gangguan terhadap lalu
lintas, juga untuk menghindar konflik pengguna jasa pelayanan publik
antara pergerakan orang dengan kendaraan menginginkan pelayanan yang nyaman
demi keselamatan penyelenggraan terutama terkait dengan lingkungan yang
transportasi. bersih, rapi, dan memiliki nilai estetika.
4. Tersedianya fasilitas untuk diffabel yang Hal ini dinilai urgent oleh pengguna jasa di
meliputi ramp, lift, dan guiding path Stasiun Karet karena mereka
(X17). menginginkan pelayanan yang nyaman
Pengguna jasa berharap bahwa bahwa dan bersih serta berfungsi sebagai atractif
pelayanan publik tidak terkecuali factor dalam menarik minat masyarakat
pelayanan transportasi dapat diakses dan dalam menggunakan angkutan umum.
digunakan oleh seluruh lapisan
masyarakat termasuk kaum disabilitas. Dari hasil evaluasi kinerja fasilitas pejalan
Fasilitas di dalam KRL dan di beberapa kaki yang telah dianalisis, selanjutnya
stasiun memang sudah memperhatikan hal berdasarkan hasil persepsi penumpang, dapat
tersebut, namun di Stasiun Karet, diusulkan langkah perbaikan dengan
penyediaan fasilitas untuk diffabel dinilai pendekatan teknis sebagaimana Tabel 6.
masih sangat belum layak, dan bahkan
belum tersedia.

Tabel 6. Usulan perbaikan fasilitas pejalan kaki di Stasiun Karet


No Atribut Kondisi Saat Ini Usulan Perbaikan Secara Teknis
1 Tersedianya Tempat menunggu bus dan angkutan Penyediaan halte atau ruang yang
tempat menunggu kota hanya berupa trotoar yang lebih memadai dan representatif
angkutan lanjutan dilengkapi dengan rambu bus stop untuk dijadikan sebagai tempat
berupa area dengan kapasitas ruang berdiri yang menunggu angkutan lanjutan.
dengan fasilitas tidak memadai akibat dari aktifitas
tempat duduk atau komersil di sekitar.
berdiri

Prayogi – Analisis Kinerja dan Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Stasiun Karet 65
P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

Lanjutan Tabel 6. Usulan perbaikan fasilitas pejalan kaki di Stasiun Karet


No Atribut Kondisi Saat Ini Usulan Perbaikan Secara Teknis
2 Fasilitas yang Jalur pejalan kaki menuju angkutan a. Perlu penyediaan pelindung
dapat melindungi lanjutan (± 50 m), tidak dilengkapi (atap) serta jalur hijau sebagai
pejalan kaki dari dengan pelindung, serta tidak ada peredam polusi udara dan
panas, hujan, jalur hijau sebagai peredam polusi kebisingan.
angin, serta polusi udara dan kebisingan.
udara dan suara
3 Desain jalur yang a. Saat ini jalur pejalan kaki masih
b. Berdasarkan hasl analisis pada
tidak mengganggu bercampur dengan lalu lintas Tabel 3, perlu adanya peningkatan
kelancaran lalu kendaraan, khususnya pada ruas kapasitas trotoar khususnya di
lintas trotoar yang sempit ditambah ruas trotoar Jl. R.M Margono D.
dengan aktifitas komersil yang sisi utara (LoS "C") dan Jl. KH.
mengurangi lebar efektif trotoar Mas Mansyur sisi timur (LoS
memaksa pejalan kaki turun ke “E”.), serta melakukan penataan
badan jalan. aktifitas komersil di sepanjang
b. Arus pergerakan pejalan kaki jalur pejalan kaki.
menyeberang rel (dari dan menuju
c. Pemindahan pintu masuk stasiun
stasiun) menggunakan badan jalan ke sebelah utara rel, sehingga
serta tidak dilengkapi dengan tidak ada lagi pergerakan pejalan
fasilitas penyeberangan jalan, kaki menyeberang rel di badan
sehingga selaian menyebabkan jalan (semua pergerakan
pengurangan lebar efektif jalan, menyeberang di dalam area
pergerakan pejalan kaki stasiun).
4 Tersedianya a. Desain yang ada saat ini beluma. Perlu dilakukan perbaikan dan
fasilitas untuk memperhatikan penyediaan ramp perubahan desain pada jalur
diffabel yang dan guiding block untuk pengguna pejalan kaki dengan penyedian
meliputi ramp. jasa berkebutuhan khusus. guiding block dan ramp.
lift, dan guiding c. Tidak tersedia lift karena kondisi
d. Perlu disediakan fasilitas lift saat
path saat ini belum ada fasilitas yangfasilitas penyeberangan tidak
membutuhkan perbedaan
sebidang dibangun dan
ketinggian seperti jembatan atau dioperasikan sebagaimana hasil
underpass analisis kebutuhan fasilitas
penyeberangan pada Tabel 4.
5 Tersedianya zona b. Belum tersedia b. Perlu disediakan area khusus
khusus untuk untuk angkutan online agar tidak
angkutan online memenuhi jalur pejalan kaki dan
badan jalan saat melakukan
aktifitas menaikkan dan
menurunkan penumpang.
6 Lingkungan yang c. Kondisi saat ini masih belum c. Perlu disediakan tempat sampah,
bersih, rapi, dan memperhatikan nilai estetika serta serta dekorasi jalur pejalan kaki
memiliki nilai belum tersedia tempat sampah di dengan desain fasilitas yang
estetika sepanjang jalur perpindahan moda memiliki nilai seni, estetika, dan
atraktif bagi pengguna jasa
sehingga selain memberikan
kenyamanan, juga daya tarik bagi
masyarakat untuk menggunakan
transportasi massal.

66 Teknisia, Volume XXV, No 2, November 2020


P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

KESIMPULAN b. Fasilitas yang dapat melindungi


pejalan kaki dari panas, hujan, angin,
1. Dari hasil analisis kinerja dan tingkat
serta polusi udara dan suara.
pelayanan jalur pejalan kaki sesuai dengan
c. Desain jalur yang tidak mengganggu
PM 03 tahun 2014, terdapat 2 ruas trotoar
kelancaran lalu lintas.
yang perlu mendapatkan penanganan d. Tersedianya fasilitas untuk diffabel
khusus yaitu: yang meliputi ramp, lift, dan guiding
a. Trotoar di Jl. R.M Margono path.
Djojohadikoesoemo (sisi utara) e. Tersedianya zona khusus untuk
dengan lebar efektif sebesar 1.2 m, angkutan online.
arus pejalan kaki sebesar 16,9 f. Lingkungan yang bersih, rapi, dan
org/mnt/m, kecepatan rata-rata ruang memiliki nilai estetika.
sebesar 58,9 m/mnt, kepadatan sebesar
0,36 org/m2, nilai ruang pejalan kaki DAFTAR PUSTAKA
sebesar 2,78 m2/org sehingga
ditetapkan tingkat pelayanan dengan Darus, M. D. (2015). “Analisis Tingkat
predikat level “C” yang berarti tidak Kepuasan Penumpang Terhadap
tersedia ruang bagi pejalan kaki yang Kualitas Pelayanan Di Bandar Udara
Internasional Kualanamu”. Jurnal
bergerak melambat.
Ekonomi dan Keuangan, Vol 3, No 6.
b. Trotoar pada jembatan di Jl. KH. Mas
Depertemen Perhubungan. (1997).
Mansyur (sisi timur) dengan lebar
“Keputusan Direktur Jendral
efektif sebesar 0,7 m, arus pejalan kaki
Perhubungan Darat: SK.43/AJ
sebesar 45,5 org/mnt/m, kecepatan 007/DRJD/97 tentang Perekayasaan
rata-rata ruang sebesar 34,8 m/mnt, Fasilitas Pejalan Kaki di Wilayah
kepadatan sebesar 1,3 org/m2, nilai Kota”.
ruang pejalan kaki sebesar 0,77 m2/org
sehingga ditetapkan tingkat pelayanan Hidayatullah, C. J. (2006). “Analisis
dengan predikat level “E” yang berarti Kepuasan Konsumen Terhadap
hampir tidak ada ruang untuk Kualitas Pelayanan Pada Pengguna
bergerak. Bus Malam Cepat Safari Dharma
Raya”. Malang: Universitas
2. Hasil analisis kebutuhan fasilitas Brawijaya.
penyeberangan, terdapat terdapat 3 titik
konflik yaitu Jl. R.M Margono D., Jl. KH. Kementerian Perhubungan. (2013).
Mas Mansyur sisi barat dan sisi timur yang “Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat Nomor:
dilalui pergerakan pejalan kaki
SK.7234/AJ.401/DRDJ/2013 tentang
menyeberangi rel, memerlukan perbaikan
Petunjuk Teknis Perlengkapan
dan peningkatan fasilitas penyeberangan
Jalan”.
pejalan kaki menjadi fasilitas
penyeberangan tidak sebidang. Kementerian PU. (2014). “Perzturan Menteri
PU No. 03/PRT/M/2014 tentang
3. Dari hasil analisis kinerja dan tingkat Pedoman Perencanaan, Penyediaan,
pelayanan jalur pejalan kaki berdasarkan dan Pemanfaatan Prasarana dan
persepsi penumpang, terdapat 6 atribut Sarana Jaringan Pejalan Kaki”.
pelayanan yang perlu disegera dilakukan
perbaikan antara lain: Martilla J. A. dan James J. C. (1977).
“Importance-Performance Analysis”.
a. Tersedianya tempat menunggu The Journal of Marketing, Vol. 41(1),
angkutan lanjutan berupa area dengan hal. 77-79.
fasilitas tempat duduk atau berdiri.
Prayogi – Analisis Kinerja dan Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Stasiun Karet 67
P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

Nurhadi, M. (2004). “Perencanaan dan


Perancangan Fasilitas Pejalan Kaki
(Studi Kasus Kawasan Jalan
Kaliurang)”. Yogyakarta: UGM.
Richie, A. (2013). “Analisis Karakteristik dan
Kebutuhan Ruang Parkir, Fasilitas
Tempat Henti Angkutan Umum, dan
Fasilitas Pejalan Kaki di SMPN 5
Yogyakarta”. Yogyakarta: UGM.
Sembiring, B. (2005). “Perencanaan dan
Perancangan Fasilitas Pejalan Kaki
(Studi Kasus Jalan Malioboro)”.
Yogyakarta: UGM.
Setiawan, D. (2017). “Analisis Pemilihan
Moda Transportasi dengan
Mempertimbangkan Ability To Pay
(ATP) dan Willingness To Pay (WTP)
Penumpang Menuju New Yogyakarta
International Airport (Studi Kasus:
Kereta Api, Kendaraan Umum dan
Kendaraan Pribadi)”. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Transportation Research Board. (2000).
“Highway Capacity Manual”.
Washington, D.C.
Untermann, R. K. (1984). “Accomodating the
Pedestrian”. New York.

68 Teknisia, Volume XXV, No 2, November 2020

You might also like