You are on page 1of 11

JURNAL

Rekayasa dan Manajemen Transportasi


Journal of Transportation Management and Engineering

STUDI KARAKTERISTIK PEJALAN KAKI DAN PEMILIHAN JENIS FASILITAS PENYEBERANGAN


PEJALAN KAKI DI KOTA PALU
(Studi Kasus: Jl. Emmi Saelan Depan Mal Tatura Kota Palu)
Mashuri*
Muh. Ikbal**

*) Staf Pengajar pada KK Transportasi Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako, Palu dan Anggota pada
Pusat Studi dan Pengembangan Transportasi Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
**) Alumni Program Studi S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu

Abstract
There are many roads in urban areas where the concentration is the traffic flow of vehicles and
pedestrians. This condition causes the demanding needs of road widening more and more are
found in the area to smooth flow of vehicular traffic. But on the other hand, attention to
pedestrian safety is often overlooked. This can be seen from the absence of adequate
pedestrian facilities such as a lack of pedestrian facilities in the area of the region which is where
the concentration of pedestrians and vehicles, pavement condition is not good.
The purpose of this study was to determine the characteristics of pedestrian facilities and find out
a suitable pedestrian crossing on Jl. Emmi Saelan Tatura Mall in front of Palu City. Data volume of
vehicles and pedestrians have been collected through a survey of traffic. Volume of data traffic
carried on Friday, Saturday and Sunday for 6 hours of peak. Data volume of pedestrians crossing
the road is done by observation segment length of 100 m for 6 hours busy.
The study found that the characteristics of pedestrians on Jl. Emmi Saelan at Home Mall Tatura
Palu, is dominated by pedestrian age group aged 21-61 years (77.14%), dominated by female
sex (74.29%), type of work is dominated by the student / students (42.86%), education level is
dominated by SMA (58.57%) and the purpose of the trip was dominated by shopping (60%). Type
a suitable crossing facilities at the study sites based on the value of PV2, P and V is the pedestrian
bridge. This means that existing pedestrian facilities in accordance with needs.
Keyword: Pedestrian facilities, pedestrian crossing, pedestrian bridge

1. PENDAHULUAN
Peningkatan arus lalu lintas lintas kendaraan maupun volume pejalan
kendaraan dan pergerakan orang di atas kaki pada suatu ruas jalan perkotaan. Pada
prasarana transportasi pada suatu kota kenyataannya, peningkatan volume lalu
seperti prasarana jalan raya perkotaan lintas ini mendapat perhatian hanya pada
sangat tergantung pada pesatnya prasarana lalu lintas kendaraan saja seperti
pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau seringnya dilakukan pelebaran jalur lalu
wilayah kota. Ini dapat dengan mudah lintas, perbaikan struktur perkerasan jalan.
dipahami karena transportasi sendiri Sementara kebutuhan prasarana pejalan
merupakan kebutuhan turunan (derived kaki seperti fasilitas penyeberangan
demand). pedestrian, trotoar bagi pejalan kaki sangat
Peningkatan jumlah pergerakan minim mendapat perhatian.
ditandai dengan meningkatnya volume lalu
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Transportasi
Volume I No. 2, Juli 2011
Hal. 69 - 79

Kondisi seperti berkesan bahwa 2.2 Ketentuan ketentuan perencanaan


keselamatan pejalan kaki di perkotaan fasilitas pejalan kaki
cenderung terabaikan dan kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan
kebijakan yang diambil cenderung berpihak Direktorat Jendral Bina Marga tentang tata
kepada pemilik kendaraan, utamanya cara perencanaan fasilitas pejalan kaki di
kendaraan pribadi. Hasil studi dari Institut kawasan perkotaan (Tahun 1995 ), Fasilitas
Studi Transportasi (INSTRAN) mendapatkan pejalan kaki adalah semua bangunan yang
bahwa 65% kecelakaan lalu lintas berakibat disediakan untuk pejalan kaki guna
kematian adalah pejalan kaki. memberikan pelayanan kepada pejalan
Oleh karena itu meningkatan volume kaki sehingga dapat meningkatkan
lalu lintas kendaraan di jalan raya sangat kelancaran, keamanan dan kenyamanan
membutuhkan tersedianya fasilitas pejalan pejalan kaki.
kaki berupa fasilitas fasilitas penyeberangan Fasilitas pejalan kaki harus direncanakan
pada daerah daerah dimana pedestrian berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai
terkonsentrasi seperti di Jl. Emmi Saelan di berikut (Tata cara Perencanaan Fasilitas
depan Mal Tatura Kota Palu. Penyediaan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, Dirjen
fasilitas penyeberangan adalah untuk Bina Marga, Tahun 1995):
meminimalkan konflik langsung antara a Pejalan kaki harus mencapai tujuan
pedestrian dan kendaraan yang melintas di
dengan jarak sedekat mungkin, aman
atas jalan raya. dari lalu lintas yang lain dan lancar.
Pemilihan jenis fasilitas b Terjadinya kontinuitas fasilitas pejalan
penyeberangan pejalan kaki/pedestrian
kaki, yang menghubungkan daerah
sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang satu dengan yang lain.
pedestrian dan karakteristik lalu lintas c Apabila jalur pejalan kaki memotong
kendaraan yang melintas di jalan raya.
arus lalu lintas yang lain harus dilakukan
Dari pemaparan di atas maka tujuan pengaturan lalu lintas, baik dengan
penelitian ini adalah: lampu pengatur ataupun dengan
a. Mengetahui karakteristik pejalan kaki di
marka penyeberangan, atau tempat
Jl. Emmi Saelan di depan Mal Tatura Kota penyeberangan yang tidak sebidang.
Palu. Jalur pejalan kaki yang memotong jalur
b. Menganalisis kebutuhan penyeberangan
lalu lintas berupa penyeberangan
pejalan kaki yang dibutuhkan di Jl. Emmi (Zebra Cross), marka jalan dengan
Saelan depan Mal Tatura Kota Palu. lampu pengatur lalu lintas (Pelican
Manfaat penelitian ini adalah
Cross), jembatan penyeberangan dan
memberikan informasi kepada pihak terkait terowongan.
tentang jenis fasilitas penyeberangan yang d Fasilitas pejalan kaki harus dibuat pada
sudah terbangun sudah cocok atau tidak.
ruas-ruas jalan di perkotaan atau pada
tempat-tempat dimana volume pejalan
kaki memenuhi syarat atau ketentuan
2. STUDI PUSTAKA untuk pembuatan fasilitas tersebut.
e Jalur pejalan kaki sebaiknya
2.1 Fasilitas penyeberangan pejalan kaki ditempatkan sedemikian rupa dari jalur
Dilihat dari letak bidangnya, fasilitas lalu lintas yang lainnya, sehingga
penyeberangan pejalan kaki dapat keamanan pejalan kaki lebih terjamin.
dibedakan atas penyeberangan sebidang f Dilengkapi dengan rambu atau
dan penyeberangan tidak sebidang. pelengkap jalan lainnya, sehingga
Penyeberangan sebidang dapat pejalan kaki leluasa untuk berjalan,
berupa zebra cross, zebra cross dengan terutama bagi pejalan kaki yang tuna
lampu kedip dan pelican crssing. Sementara daksa.
penyeberangan tidak sebidang dapar g Perencanaan jalur pejalan kaki dapat
berupa jembatan penyeberangan dan sejajar, tidak sejajar atau memotong
terowongan. jalur lalu lintas yang ada.

70
Studi Karakteristik Pejalan Kaki dan Pemilihan Jenis Fasilitas Penyeberangan Pejalan Kaki
(Studi Kasus: Jl. Emmi Saelan Depan Mal Tatura di Kota Palu)
Mashuri dan Muh. Ikbal

h Jalur pejalan kaki harus dibuat 2) Penyeberangan


sedemikian rupa sehingga apabila hujan (a) jembatan penyeberangan
permukaannya tidak licin, tidak terjadi (b) zebra cross
genangan air serta disarankan untuk (c) pelican cross
dilengkapi dengan pohon-pohon (d) terowongan
peneduh. (c) Non Trotoar
i Untuk menjaga keamanan dan b). Pelengkap Jalur Pejalan kaki yang
keleluasaan pejalan kaki, harus dipasang terdiri dari :
kerb jalan sehingga fasilitas pejalan kaki 1) Lapak tunggu
lebih tinggi dari permukan jalan. 2) Rambu
3) Marka
4) Lampu lalu lintas
2.3 Kriteria pemasangan fasilitas pejalan kaki 5) Bangunan pelengkap
Sesuai Surat Keputusan Direktorat
Jendral Bina Marga tentang tata cara
perencanaan fasilitas pejalan kaki di 2.4 Ketentuan ketentuan teknis
kawasan perkotaan (Tahun 1995), perencanaan fasilitas penyeberangan
Fasilitas Pejalan kaki dapat dipasang Fasilitas penyeberangan dapat
dengan kriteria sebagai berikut : dipasang dengan ketentuan sebagai
a Fasilitas pejalan kaki harus dipasang berikut (John J. Fruin, 1971):
pada lokasi-lokasi dimana pemasangan • Zebra Cross
fasilitas tersebut memberikan manfaat Zebra cross ditempatkan dijalan dengan
yang maksimal, baik dari segi jumlah aliran penyeberangan jalan atau
keamanan, kenyamanan ataupun arus kendaraan yang relatif rendah
kelancaran perjalanan bagi sehingga penyeberang masih mudah
pemakainya. memperoleh kesempatan yang aman
b Tingkat kepadatan pejalan kaki, atau untuk menyeberang.
jumlah konflik dengan kendaraan dan Zebra Cross dipasang dengan ketentuan
jumlah kecelakaan harus digunakan sebagai berikut:
sebagai faktor dasar dalam pemilihan a Zebra Cross harus dipasang pada jalan
fasilitas pejalan kaki yang memadai. dengan arus lalu lintas, kecepatan lalu
c Pada lokasi-lokasi / kawasan yang lintas dan arus pejalan kaki yang relatif
terdapat sarana dan prasarana umum. rendah.
d Fasilitas pejalan kaki dapat ditempatkan b Lokasi Zebra Cross harus mempunyai
disepanjang jalan atau pada suatu jarak pandang yang cukup, agar
kawasan yang akan mengakibatkan tundaan kendaraan yang diakibatkan
pertumbuhan pejalan kaki dan biasanya oleh penggunaan fasilitas
diikuti oleh peningkatan arus lalu lintas penyeberangan masih dalam batas
serta memenuhi syarat-syarat atau yang aman.
ketentuan-ketentuan untuk pembuatan
fasilitas tersebut. • Zebra Cross Dengan Lampu Kedip
Tempat-tempat tersebut antara lain : Pada fasilitas ini menyeberang
a). Daerah-daerah industri diperbolehkan menyeberang pada saat
b). Pusat perbelanjaan arus lalu lintas memberikan kesempatan
c). Pusat perkantoran yang cukup untuk menyeberang dengan
d). Terminal Bus aman. Setiap kendaraan diingatkan untuk
e). Perumahan mengurangi kecepatan dan atau
f). Pusat hiburan berhenti, memberi kesempatan kepada
e. Fasilitas pejalan kaki yang normal terdiri pejalan kaki untuk menyeberang terlebih
dari beberapa jenis sebagai berikut : dahulu.
a). Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari : Tipe fasilitas ini dianjurkan ditempatkan
i) Trotoar pada :

71
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Transportasi
Volume I No. 2, Juli 2011
Hal. 69 - 79

a Jalan dengan 85 % arus lalu lintas dihasilkan dengan menekan tombol,


kendaraan berkecepatan (56 Km / pengatur dengan lama periode berjalan
Jam). yang telah ditentukan. Fasilitas ini
b Jalan didaerah pertokoan yang ramai bermanfaat bila di tempatkan dijalan
atau terminal dimana arus dengan arus penyeberang jalan yang
penyeberangan jalan tinggi dan terus tinggi.
menerus sehingga dapat mendominasi Pelican Crossing harus dipasang pada
penyeberangan dan menimbulkan lokasi-lokasi sebagai berikut:
kelambatan bagi arus kendaraan yang a. Pada kecepatan lalu lintas kendaraan
cukup besar. dan arus penyeberang tinggi
c Jalan dimana kendaraan besar yang b. Lokasi pelikan dipasang pada jalan
lewat cukup banyak ( 300 kend./jam dekat persimpangan.
selama 4 jam sibuk ). c. Pada persimpangan dengan lampu
lalu lintas, dimana pelican cross dapat
• Pelican dipasang menjadi satu kesatuan
Adalah zebra cross yang dilengkapi dengan rambu lalu lintas (traffic signal).
dengan lampu pengatur bagi
penyeberang jalan dan kendaraan.
Phase berjalan bagi penyeberang

Gambar 1. Standar Garis Stop dan Zebra Cross


Sumber: Tatacara Perencanaan Fasilita Pejalan
kaki di kawasan perkotaan (Bina Marga, 1995)

Gambar 2. Standar Pelican Crossing


Sumber: Tatacara Perencanaan Fasilita Pejalan
kaki di kawasan perkotaan (Bina Marga, 1995)

72
Studi Karakteristik Pejalan Kaki dan Pemilihan Jenis Fasilitas Penyeberangan Pejalan Kaki
(Studi Kasus: Jl. Emmi Saelan Depan Mal Tatura di Kota Palu)
Mashuri dan Muh. Ikbal

• Jembatan penyeberangan dan penyeberangan tidak memungkinkan


terowongan untuk dipakai.
Fasilitas ini bermanfaat jika ditempatkan b. Bila kondisi lahannya memungkinkan
dijalan dengan arus penyeberang jalan untuk dibangunnya terowongan.
dan kendaraan yang tinggi, khususnya c. Arus lalu lintas dan arus pejalan kaki
pada jalan dengan arus kendaraan cukup tinggi.
berkecepatan tinggi.
Pembuatan terowongan bawah tanah
2.5 Teknis perencanaan fasilitas
untuk penyeberangan membutuhkan
penyeberangan pedestrian
perencanaan yang lebih rumit dari pada
pembuatan jembatan penyeberangan. • Penyeberangan sebidang
Pembangunan jembatan kriteria yang dapat digunakan dalam
penyeberangan disarankan memenuhi memilih fasilitas penyeberangan
ketentuan sebagai berikut : pedestrian sebidang didasarkan pada
formula empiris PV2 (Perekayasaan
a. Bila fasilitas penyeberangan dengan
fasilitas pejalan kaki di perkotaan, DPU-
menggunakan Zebra Cross dan
1997 dalam Idris, Zilhardi, Januari 2007)
Pelican Cross sudah mengganggu lalu
dimana:
lintas yang ada.
V = arus pejalan kaki yang
b. Pada ruas jalan dimana frekwensi
menyeberang di ruas jalan
terjadinya kecelakaan yang
sepanjang 100 m setiap 1 jam
melibatkan pejalan kaki cukup tinggi.
(orang/jam)
c. Pada ruas jalan yang mempunyai arus
P = Arus lalu lintas kendaraan dua arah
lalu lintas dan arus pejalan kaki yang
setiap jam (kendaraan/jam).
tinggi.
Nilai V dan P di atas merupakan arus rata
Pembangunan terowongan disarankan rata pejalan kaki dan kendaraan dalam
memenuhi persyaratan sebagai berikut : kurun waktu empat jam sibuk. Dari nilai
a. Bila fasilitas penyeberangan dengan PV2 direkomendasikan pemilihan jenis
menggunakan Zebra Cross dan fasilitas penyeberangan pedestrian
Pelican Cross serta Jembatan seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pemilihan fasilitas penyeberangan sebidang


PV2 P V Rekomendasi Awal
> 108 50 - 100 300 - 500 Zebra cross (Zc)
> 2 x 108 50 - 1100 400 - 750 Zc dengan pelindung
> 108 50 - 1100 > 500 Pelikan (p)
> 108 > 1100 > 500 Pelikan (p)
> 2 x 108 50 - 1100 > 700 Pelikan dengan pelindung
> 2 x 108 > 1100 > 400 Pelikan dengan pelindung
Sumber: Perekayasaan fasilitas pejalan kaki di perkotaan dalam Idris Zilhardi, 2007

Tabel 2. Pemilihan jenis fasilitas penyeberangan tidak sebidang


PV2 P V Rekomendasi Awal
> 5 x108 100 - 1250 2000 - 5000 Zebra cross (Zc)
> 1010 3500 - 7000 400 - 750 Zc dengan lampu pengatur
> 5 x 109 100 - 1250 > 5000 Dengan lampu pengatur/jembatan
> 5 x 10 9 > 1250 > 2000 Dengan lampu pengatur/jembatan
> 1010 100 - 1250 > 7000 Jembatan
> 1010 > 1250 > 3500 Jembatan
Sumber: Departemental Advice Note TA/10/80 dalam Idris, Zilhardi, 2007

73
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Transportasi
Volume I No. 2, Juli 2011
Hal. 69 - 79

• Penyeberangan tidak sebidang 3.2 Alat penelitian


Fasilitas penyeberangan orang tidak Alat yang digunakan pada
sebidang ditempat sesuai kriteria berikut penelitian ini adalah:
(departemental Advice Note TA/10/80 a. roll meter untuk mengukur data
dalam Idris Zilhardi 2007): geometrik jalan seperti lebar jalan dan
a. pada ruas jalan dengan kecepatan bahu jalan.
rencana di atas 75 km/jam b. Seperangkat alat tulis untuk pencatatan
b. pada kawasan kawasan startegis volume lalu lintas pedestrian dan
dimana penyeberang tidak kendaraan yang melintas di dalam lokasi
memungkinkan kajian.
c. untuk penyeberang jalan, kecuali c. Formulir survei volume lalu lintas pejalan
hanya pada jembatan kaki dan kendaraan.
d. PV2 > 2 x 108 dengan P>1100 d. Kamera video untuk merekam arus lalu
orang/jam dan V> 750 kend./jam. Nilai lintas pedstrian dan kendaraan.
V diambil dari nilai arus rata rata
selama 4 jam tersibuk. 3.3 Jenis data yang dikumpulkan
Kriteria penentuan fasilitas Data yang dikumpulkan meliputi
penyeberangan tidak sebidang dapat data sekunder dan data primer. Data
dilihat pada Tabel 2. sekunder meliputi peta lokasi penelitian.
Terdapat beberapa persyaratan yang Sementara data primer yang dikumpulkan
harus dipenuhi suatu fasilitas jembatan adalah data karakteristik pedestrian, data
penyeberangan orang yaitu aspek volume pejalan kaki dan volume kendaraan
keselamatan, kenyamanan dan yang melintas pada jalan yang dikaji.
kemudahan bagi pejalan kaki. Dengan
demikian yang harus diperhatikan adalah 3.4 Teknik pengumpulan dan analisis data
sebagai berikut:
Data sekunder didapat dari instansi
a. kebebasan vertikal antara balok terkait sementara data primer didapat dari
terendah jembatan penyeberangan hasil penyebaran kuisioner (untuk data
dengan jalan > 5.0 m. karakteristik pedestrian) dan melalui
b. tinggi maksimum anak tangga pencacahan volume pedestrian dan
diusahakan 15 cm. kendaraan setiap jamnya melalui layar
c. lebar anak tangga 30 cm. televisi hasil perekaman gambar yang
d. panjang jalur turun minimum 1.5 m. diambil di lokasi studi. Setelah data data itu
e. lebar landasan tangga dan jalur selesai diolah maka selanjutnya dianalisa.
penyeberang (pedestrian) minimum Penentuan jenis fasilitas jembatan
2.0 m. penyeberangan orang dilakukan dengan
f. kelandaian maksimum 10%. mengacu pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Asumsi asumsi yang digunakan dalam
kriteria di atas didasarkan kepada 3.5 Prosedur penelitian
kecepatan rata rata pedestrian pada Prosedur penelitian ini mengikuti
jalan datar 1.5 m/detik, pada tempat bagan alir pada Gambar 3.
miring 1.1 m/detik dan pada tempat
vertikal 0.2 m/detik.
Mulai

Identifikasi Masalah dan


3. METODE PENELITIAN Penetapan tujuan
3.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini berada pada ruas Jl.
A
Emmi Saelan di depan Pusat Perbelanjaan
(Mal) Tatura Kota Palu.
Gambar 3. Bagan alir penelitian

74
Studi Karakteristik Pejalan Kaki dan Pemilihan Jenis Fasilitas Penyeberangan Pejalan Kaki
(Studi Kasus: Jl. Emmi Saelan Depan Mal Tatura di Kota Palu)
Mashuri dan Muh. Ikbal

A
Kajian Pustaka

Survei Data

Kompilasi dan
Reduksi Data

Analisis dan
Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3. Diagram alir penelitian

Gambar 4. Persentase Jenis Pekerjaan pejalan kaki/pedestrian


pada Lokasi Jl. Emmi Saelan depan Mal Tatura Kota
Palu
Sumber: Hasil olahan data

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 42.86%, kemudian ibu rumah tangga


4.1 Karakteristik pekerjaan pedestrian sebesar 22.86%, karyawan 18.57%,
wiraswasta 10% dan PNS sebesar 5.71%.
Berdasarkan pada Gambar 4
Tingginya persentase pelajar sebagai
diketahui bahwa jenis pekerjaan pejalan
pedestrian kemungkinan disebabkan
kaki yang ada di sekitar Mal Tatura Kota Palu
adanya kebiasan pelajar untuk berjalan
didominasi oleh pelajar/mahasiswa sebesar
santai ke pusat pusat perbelanjaan di luar

75
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Transportasi
Volume I No. 2, Juli 2011
Hal. 69 - 79

waktu sekolah untuk bersantai. Sementara 4.2 Karakteristik pendidikan pedestrian


persentase ibu rumah tangga juga besar Dilihat dari karakteristik pendidikan
yang kemungkinan disebabkan karena di pejalan kaki di sekitar Mal Tatura Kota Palu
sekitar area tersebut terdapat tempat didominasi oleh pendidikan setingkat SMA
tempat perbelanjaan kebutuhan sehari hari yaitu sekitar 58.57% dan terendah adalah
seperti pasar tradisional. Sementara tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD)
persentase PNS cukup kecil yang sebesar 8.58%. Untuk lebih jelasnya dapat
kemungkinan disebabkan oleh kawasan dilihat pada Gambar 5.
penelitian ini bukanlah kawasan
perkantoran.

Gambar 4. Persentase Tingkat Pendidikan pejalan kaki/pedestrian


pada Lokasi Jl. Emmi Saelan depan Mal Tatura Kota
Palu
Sumber: Hasil olahan data

Gambar 5. Persentase Usia Pejalan kaki/pedestrian pada Lokasi Jl.


Emmi Saelan depan Mal Tatura Kota Palu
Sumber: Hasil olahan data

76
Studi Karakteristik Pejalan Kaki dan Pemilihan Jenis Fasilitas Penyeberangan Pejalan Kaki
(Studi Kasus: Jl. Emmi Saelan Depan Mal Tatura di Kota Palu)
Mashuri dan Muh. Ikbal

Gambar 6. Persentase Jenis Kelamin Pejalan kaki/pedestrian


pada Lokasi Jl. Emmi Saelan depan Mal Tatura Kota
Palu
Sumber: Hasil olahan data

Gambar 7. Persentase Tujuan Perjalanan Pejalan kaki/pedestrian


pada Lokasi Jl. Emmi Saelan depan Mal Tatura Kota
Palu
Sumber: Hasil olahan data

4.3 Karakteristik usia pedestrian 77.14%. Sementara kelompok umur > 61


Berdasarkan Gambar 5 dapat tidak ada. Karakteristik umur ini sangat
diketahui bahwa pedestrian yang ada di menentukan dalam mendesain bentuk fisik
sekitar Mal Tatura Kota Palu didominasi oleh fasilitas penyeberangan orang. Karakteristik
kelompok umur 21 – 61 Tahun sebesar usia sangat berpengaruh kepada

77
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Transportasi
Volume I No. 2, Juli 2011
Hal. 69 - 79

kecepatan menyeberang dan respon Masomba dan Toko toko penjual bahan
pedestrian sehingga bentuk fisik fasilitas elektronik.
penyeberangan harus memperhatikan
aspek keselamatan dan kenyamanan
4.6 Pemilihan Tipe Fasilitas Penyeberangan
penggunanya.
Hasil pengumpulan data penelitian
berupa data volume pejalan kaki dan
4.4 Karakteristik jenis kelamin pedestrian volume kendaraan pada lokasi studi
Berdasarkan pada Gambar 6 disajiakan pada Tabel 3.
dapat diketahui bahwa pdestrian di sekitar Dari Tabel 3 diketahui bahwa pada
Mal Tatura Kota Palu didominasi oleh jenis hari Jumat nilai P rata rata yaitu volume
kelamin perempuan sebesar 74.29% dan penyeberang rata rata sebesar 274
sisanya 25.71% adalah laki laki. Ini artinya orang/jam, pada hari Sabtu nilai P adalah
pelaku pergerakan di sekitar lokasi studi 335 orang/jam dan pada hari Minggu nilai P
didominasi oleh perempuan. Olehnya itu sebesar 282 orang/jam. Dengan demikian
fasilitas penyeberangan harus betul betul didapat Prata rata selama 3 hari tersebut
memperhatikan aspek kenyamanan, sebesar 299 orang/jam.
keselamatan dan kemudahan untuk Sementara untuk nilai V yaitu volume
diakses. Jenis kelamin juga sangat kendaraan didapatkan: pada hari Jumat
mempengaruhi kecepatan menyeberang sebesar 13403 kend/jam, nilai V pada hari
seorang pedestrian sehingga bentuk fisik Sabtu sebesar 11666 kend/jam dan nilai V
fasilitas penyeberangan harus didesain pada hari Minggu sebesar 8987 kend./jam.
sedemikian rupa agar faktor keselamatan Dengan demikian Vrata rata dalam 3 hari
dan kenyamanan pengguna dapat tersebut adalah 11643 kend./jam.
tercapai. Menentukan/memilih jenis fasilitas
penyeberangan pedestrian ditentukan dari
4.5 Karakteristik tujuan perjalanan pedestrian nilai P.V2 dimana hasilnya akan
dibandingkan dengan nilai PV2 , nilai P dan
Dari Gambar 7 diketahui bahwa
nilai V yang ada pada Tabel 1 dan Tabel 2.
tujuan perjalanan pedestrian di sekitar Mal
Tatura Kota Palu terbanyak adalah untuk Nilai PV2 yang didapatkan adalah
berbelanja yaitu sekitar 60% kemudian diikuti sebesar 4.10 x 1010 dimana P= 299 orang/jam
oleh tujuan lainnya sebesar 22.86% dan dan V= 11643 kend./jam. Berdasarkan Tabel
tujuan bekerja sebesar 17.14%. Sementara 2 maka dapat ditentukan bahwa jembatan
tujuan ke sekolah dan ibadah tidak ada. Hal penyeberangan orang sudah cocok
ini disebabkan fasilitas pendidikan relatif digunakan pada lokasi studi. Namun
jauh dqri lokasi penelitian. Sementara tujuan demikian tata letak dan bentuk gometriknya
berbelanja sangat mendominasi karena sangat mempengaruhi efektifitas
lokasi ini merupakan kawasan perbelanjaan penggunaannya.
seperti adanya Mal Tatura, pasar tradisional

Tabel 3. Volume Penyeberang dan Volume Kendaraan pada Lokasi Kajian


Volume
Hari Penyeberang (orang/jam) Kendaraan (Kend./jam)
Jumlah Rata rata Jumlah Rata rata
Jumat 1096 274 53612 13403
Sabtu 1340 335 46664 11666
Minggu 1128 282 35948 8987
Rata rata 299 11643
Sumber: Hasil analisis

78
Studi Karakteristik Pejalan Kaki dan Pemilihan Jenis Fasilitas Penyeberangan Pejalan Kaki
(Studi Kasus: Jl. Emmi Saelan Depan Mal Tatura di Kota Palu)
Mashuri dan Muh. Ikbal

5. KESIMPULAN DAN SARAN Makalah Simposium FSTPT Ke-4,


Universitas Udayana. Bali.
5.1 Kesimpulan
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1995, Tata
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan
sebagai berikut:
Kaki di Kawasan Perkotaan, Jakarta.
a. Karakteristik kelompok usia pejalan di
lokasi studi didominasi oleh kelompok
Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan
umur 21 – 61 tahun. Kota, 1999, Rekayasa Lalu Lintas,
b. Karakteristik jenis kelamin pejalan kaki di
Dephub, Jakarta.
lokasi studi didominasi oleh perempuan.
c. Karakteristik tingkat pendidikan pejalan
Munawar, Ahmad, 2004, Manajemen Lalu
kaki di lokasi studi didominasi oleh
Lintas Perkotaan, Beta Offset.
pendidikan SMA dan sederajat.
Yogyakarta.
d. Karakteristik jenis pekerjaan pedestrian di
lokasi studi didominasi oleh
Setiawan, Rudy, 2006, Faktor-faktor Yang
pelajar/mahasiswa.
Mempengaruhi Pemanfaatan
e. Karakteristik tujuan perjalanan pejalan
Jembatan Penyeberangan, Makalah
kaki di lokasi studi didominasi tujuan
Simposium FSTPT ke-IX, Universitas
berbelanja.
Brawijaya.
f. Jenis fasilitas penyeberangan pejalan
kaki di lokasi studi adalah jembatan
Tamin, O.Z., 2000, Perencanaan dan
penyeberangan orang.
Permodelan Transportasi, penerbit
ITB, Bandung.
5.2 Saran saran
a. Membangun fasilitas penyeberangan Widjajanti, Endang dan Agah, Heddy R.
pejalan kaki hendaknya 1985, Efisiensi Pemanfaatan Fasilitas
mempertimbangkan karakteistik orang Prasarana Pejalan Kaki Daerah
yang akan menggunakannya. Urban, Jakarta.
b. Sangat perlu memperhitungkan
keselamatan pejalan kaki pada kawasan Zilhardi Idris, 2007, Jembatan
dimana terjadi konsentrasi pejalan kaki Penyeberangan di Depan Kampus
yang menyeberang jalan cukup besar UMS sebagai fasilitas pejalan kaki,
melalui penataan prasarana Unmuh, Surakarta.
penyeberangan pejalan kaki.
c. Untuk meningkatkan utilitas jembatan
penyeberangan orang di sekitar Mal
Tatura Kota Palu maka perlu dikaji cara
penempatannya, keamanan dan
kenyamanan penggunanya.

6. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1999, Rekayasa Lalu Lintas,
Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas
Angkutan Kota, Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat, Jakarta.

Arifin, Zainul dkk., 2001, Karakteristik dan


Analisis Kebutuhan Fasilitas
Penyeberangan Jalan di Pusat Kota,

79

You might also like