You are on page 1of 6

ISSN:2655-1586

Pemenuhan Aspek Kenyamanan Pejalan Kaki pada Jalur Pedestrian di


Kawasan Perdagangan Kota Banda Aceh
Siti Raisya Khaula Rianty1, Elysa Wulandari2, Bustari2
1
Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
2
Dosen Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Alamat: sitiraisyakr@gmail.com

Abstract
Banda Aceh has a representative trade center in the capital province of Aceh, known as Pasar Aceh at Diponegoro
Street. This street in which has a chaotic pedestrian lane with a row of shops. This research aims to find out the
convenience level of pedestrian lane users. Thus, this research needs to take more concern about the encouragement of
convenience pedestrian lane as we know that the trade center is an important part of the recreational activities of this
city. Hence, the research approach is utilized by using perception research form with quantitative and qualitative as a
combination method to see the tendency of these issues. The research has two variables which are indicated as physical
aspects (e.g. dimension, surface, and facilities) and pedestrian lane user aspects. The convenience level of pedestrian
lane users is calculated by using Guttman scales. The result showed that many activities made the pedestrian lane
become narrow as well as disturbed the pedestrian lane itself. To conclude, expanding the road space of pedestrian
lane becomes the main concern in this research. In addition, this research suggests expanding the pedestrian lane about
45% to make the transition space between the pedestrian and vehicle lines.

Key Words: Convenience, Pedestrian Lane, Trade Center, Banda Aceh City

Abstrak
Banda Aceh sebagai ibukota provinsi Aceh memiliki pusat perdagangan yang representatif, dikenal sebagai Pasar Aceh
yang terletak di Jalan Diponegoro. Terdapat jalur pedestrian bersisian dengan deretan pertokoan yang terkesan
semrawut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan pengguna jalur pedestrian. Penelitian ini
penting dilakukan karena pusat perdagangan saat ini bagian dari kegiatan rekreatif masyrakat kota, sehingga perlu
memperhatikan kenyamanan pejalan kaki. Pendekatan penelitian berupa penelitian persepsi dengan metode kombinasi
yaitu kuantitatif dan kualitatif untuk melihat kecenderungan. Variabel penelitian memiliki dua aspek yaitu aspek fisik
yang meliputi dimensi jalur pedestrian, permukaan jalur pedestrian serta fasilitas pendukung dan aspek pengguna jalur
pedestrian. Tingkat kenyamanan pengguna jalur pedestrian dihitung menggunakan skala Guttman. Hasil penelitian
menunjukkan banyak kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi jalur pedestrian sehingga ruang yang ada menjadi
sempit. Kesimpulan penelitian bahwa ruang pedestrian harus diperlebar karena fungsi-fungsi tersebut sudah menjadi
kebutuhan penting dari ruang tersebut. Rekomendasi desain jalur pedestrian dilebarkan 45% dari kondisi sebelumnya
dengan memperbaiki ruang transisi antara jalur pedestrian dan jalur kendaraan.

Kata kunci: Kenyamanan, Jalur Pedestrian, Kawasan Perdagangan, Kota Banda Aceh

1. Pendahuluan jalur pedestrian bersisian dengan deretan pertokoan dan


Kota Banda Aceh telah berkembang sebagai pusat satu sisi yang terpisah dari bangunan.
perekonomian sejak abad XVII. [1] Saat ini lokasi Menurut Hamid Shirvani, jalur pedestrian
perekonomian tersebut masih eksis yang sekarang merupakan sarana yang dapat menunjang kegiatan bagi
dikenal sebagai kawasan perdagangan yang meliputi pejalan kaki, serta menjadi salah satu sarana yang dapat
kawasan sekitar masjid Raya Baiturrahman. menghidupkan ruang kota yang ada. [1] Jalur pedestrian
Pusat perdagangan tersebut merupakan salah satu harus menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pejalan
kegiatan ekonomi yang sangat mendukung dalam kaki. Keamanan yang dimaksud dapat berupa perbedaan
meningkatkan perekonomian Kota Banda Aceh. Saat ini ketinggian antara jalan dan jalur pedestrian,
terdapat beberapa kawasan di Kota Banda Aceh yang menggunakan pembatas seperti tanaman, dan disertai
menjadi pusat perdagangan antara lain Pasar Aceh. dengan fasilitas pendukung. Jalur pedestrian dapat
Pasar Aceh yang terletak pada Jalan Diponegoro dikatakan nyaman jika bersifat rekreatif, hal tersebut
sebagai salah satu pusat perdagangan dan jasa sekaligus dapat menunjang kenyamanan pejalan kaki sebagai
parawisata. Kawasan ini merupakan pusat kehidupan salah satu pendukung kegiatan mereka.
ekonomi serta merupakan zona dengan tingkat
aksesibilitas tinggi dalam suatu kota. 2. Tinjauan Pustaka
Keberadaan Pasar Aceh dan pertokoan tentu 2.1 Kawasan perdagangan
berkaitan dengan kebutuhan fasilitas berupa sarana dan Kawasan perdagangan dapat diklasifikasikan
prasarana yang menunjang aktivitas masyarakat. Jalur menjadi beberapa bagian, yaitu menurut skala
pedestrian merupakan salah satu fasilitas umum yang pelayanan dan tipologi pengembangan. Kawasan Pasar
dibutuhkan pejalan kaki. Jalan Diponegoro memiliki Aceh pada Jalan Diponegoro termasuk ke dalam
48
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.4, November 2019, hal 48-53
ISSN:2655-1586
kategori pusat perdagangan campuran, yang terdiri dari 2.3 Jalur pedestrian
pertokoan, retail dan pasar tradisional. Skala pelayanan Tabel 1 Lebar jalur pedestrian berdasarkan
pada kawasan ini termasuk ke dalam skala community penggunaan lahan
center, yaitu melayani masyarakat kota Banda Aceh Lebar Lebar yang
dan melayani daerah yang berbatasan lainnya. Dalam Penggunaan lahan minimum dianjurkan
segi perkembangannya, Pasar Aceh menggunakan (m) (m)
sistem strip development yang terdiri dari toko atau Perumahan 1,6 2,75
retail di sepanjang jalur pedestrian atau jalan secara Perkantoran 2 3
tertutup maupun terbuka, dengan sistem on street
Industri 2 3
parking dan berada di pusat kota. [3]
Sekolah 2 3
Terminal/Stop 2 3
2.2 Pejalan kaki bis/TPKPU
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Pertokoan/perbelanjaan 2 4
Nomor 03/PRT/M/2014, besaran ruang jalur pejalan
/hiburan
kaki dihitung berdasarkan dimensi tubuh manusia. [4]
Jembatan, terowongan 1 1

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


Nomor 03/PRT/M/2014, zona pada bagian depan
bangunan anatar lain jalur pejalan kaki memiliki fungsi
yang berbeda seperti jalur depan gedung sebagai
sirkulasi keluar-masuk pengguna, jalur pejalan kaki, dan
jalur perabot jalan sebagai ruang bagi street furniture
yang dibutuhkan. Jalur pejalam kaki memiliki
ketinggian yang berbeda baik dengan jalur kendaraan
bermotor maupun jalur perabot jalan. [4]

Gambar 1 Kebutuhan ruang gerak minimum pejalan


kaki

Adapun ketentuan fasilitas bagi pejalan kaki


berkebutuhan khusus yaitu sebagai berikut:
a. Ramp diletakkan di setiap persimpangan, titik-titik Gambar 3 Zona pada jalur pedestrian
penyeberangan, dan prasarana yang menuju pintu
keluar masuk; Adapun fasilitas yang mendukung penyediaan
b. Jalur difabel diletakkan di sepanjang jalur pejalan sarana ruang pejalan kaki seperti jalur hijau, lampu
kaki; dan penerangan jalan, tempat duduk, pagar pengaman,
c. Signage (pemandu) bagi pejalan kaki seperti tempat sampah, marka (signage), serta halte. [5]
pengeras suara, pesan-pesan verbal, informasi
dengan getaran, material bertekstur, dan 2.4 Kenyamanan jalur pedestrian
peringatan. Kenyamanan merupakan kenikmatan dan
kepuasan yang dinikmati oleh manusia saat melakukan
aktivitas-aktivitas dalam suatu ruang. [5]
Menurut Weisman, kondisi lingkungan yang
sesuai dengan panca indera dan anntropometri serta
fasilitas yang sesuai dengan aktivitas disebut dengan
kenyamanan. [6] Menurut Hakim terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi kenyamanan, antara lain: [7]
a. Sirkulasi
b. Keamanan
c. Kebersihan
d. Keindahan
Pelayanan jalur pedestrian sangat berhubungan
dengan faktor lingkungan, terutama berkaitan dengan
perilaku aktivitas pengguna jalur pedestrian terhadap
Gambar 2 Kebutuhan ruang gerak minimum pejalan kaki kenyamanan yang diperoleh berdasarkan persepsi
berkebutuhan khusus pengguna jalur pedestrian.
49
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.4, November 2019, hal 48-53
ISSN:2655-1586
3. Metodelogi penelitian Berdasarkan hasil observasi, lebar jalur pedestrian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah pada Jalan Diponegoro memiliki lebar minimal 1,8
metode kombinasi (kuantitatif dan kualitatif). Metode meter dan maksimal 3,4 meter. Terdapat area duduk
kuantitatif untuk melihat kecenderungan dari aspek dengan lebar pedestrian 8 meter. Pada Peraturan
persepsi pengguna jalur pedestrian. Metode kualitatif Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014,
untuk mengetahui apa dan bagaimana kualitas ruang dituliskan bahwa untuk kawasan perdagangan, lebar
agar tercapai aspek kenyamanan. Metode pengumpulan minimal adalah 2 meter. Lebar jalur pedestrian 2 meter
data yang dilakukan antara lain observasi, wawancara, yang dimaksudkan adalah lebar yang telah efektif dan
dan pengambilan data kuesioner. Perhitungan dilakukan seluruhnya dipergunakan oleh pejalan kaki, namun lebar
dengan skala Guttman untuk mengetahui tingkat jalur pedestrian yang ada saat ini tidak seluruhnya
kenyamanan pejalan kaki. Teknik pengambilan sampel digunakan oleh pejalan kaki. Banyak kegiatan yang
menggunakan simple random sampling. tidak berhubungan dengan fungsi jalan, seperti
dipergunakan untuk peletakan atribut toko, lahan parkir
4. Hasil dan Pembahasan kendaraan, dan tempat berjualan bagi pedagang kaki
4.1 Deskripsi lokasi lima sehingga lebar yang ada sudah tidak sesuai dengan
Penelitian ini berlokasi di sepanjang 324 meter di kebutuhan ruang gerak minimum pejalan kaki.
Jalan Diponegoro, Kampung Baru, dan Kecamatan
Baiturrahman. Tata guna lahan lokasi penelitian
merupakan pusat perdagangan dan jasa, serta
parawisata.

Gambar 6 Gangguan pada sirkulasi jalur pedestrian

Pada sisi utara material perkerasan menggunakan


keramik berukuran 0,40 x 0,40 meter. Material yang
digunakan licin dan terdapat beberapa titik material
Gambar 4 Peta koridor Jalan Diponegoro, Baiturrahman keramik yang sudah pecah. Pada sisi selatan perkerasan
menggunakan paving block, beberapa ada yang
4.2 Kondisi eksisting sarana dan prasarana mengalami kerusakan, salah satunya diakibatkan oleh
jalur pedestrian tanjakan parkir kendaraan dan akar pohon. Jalur
a. Pasar Aceh Baru II pedestrian tidak rata dan tidak dilengkapi jalur difabel.

b. Pasar Aceh Baru I

c. Bagian Suzuya Super Store (Pasar Aceh Gambar 7 Kondisi permukaan jalur pedestrian
Lama) Penyediaan tempat sampah belum merata dengan
jarak yang tidak beraturan dan terletak pada bahu jalan.
Tempat sampah hanya tersedia pada sisi utara. Tempat
sampah yang disediakan masih berupa satu tempat
untuk semua jenis sampah, tidak disesuaikan jenisnya
dan material yang digunakan masih belum
berdurabilitas tinggi. Tempat sampah menggunakan
Gambar 5 Potongan koridor Jalan Diponegoro material fiber dengan penyangga besi. Para pedagang
50
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.4, November 2019, hal 48-53
ISSN:2655-1586
menyediakan tempat sampah di depan toko mereka Jenis material Keramik Keramik, Keramik,
masing-masing dengan kondisi tempat sampah yang Paving Paving
seadanya seperti keranjang buah. Keberadaan tempat block block
sampah masih belum mampu mengatasi masalah Tinggi 30-35 30,20 30,10-30
kebersihan pada kawasan ini. (centimeter)
Ketersediaan ramp Ada Ada Ada
Kondisi jalur hijau pada pedestrian ini belum Adanya Adanya Adanya
Hambatan samping
tertata dnegan baik. Jenis pohon peneduh yang atribut atribut toko, atribut toko,
digunakan adalah pohon hasan, namun pohon tidak toko, perabot parkir, PKL
ditanami di setiap sisi jalur pedestrian dan terletak pada PKL jalan, parkir,
PKL
bahu jalan. Seharusnya pepohonan terletak di sepanjang
Ketersediaan Tidak Ada Ada
jalur pedestrian pada jalur amenitas dengan lebar 1,5
tempat sampah ada
meter. Ketersediaan Tidak Ada Ada
pepohonan ada
Ketersediaan Tidak Ada Tidak ada
lampu pejalan kaki ada
Ketersediaan Ada Ada Ada
lampu penerangan
jalan
Ketersediaan Tidak Ada (1 Tidak ada
tempat duduk ada bangku)
Ketersediaan halte Ada
Ketersediaan Ada Ada Ada
signage (rambu)
Ketersediaan jalur Tidak Tidak ada Tidak ada
difabel ada

Gambar 8 Penataan jalur hijau pada jalur pedestrian Berdasarkan tabel di atas, lebar jalur pedestrian
belum memenuhi standar Peraturan Menteri Pekerjaan
Ketersediaan fasilitas pendukung pada jalur Umum No. 03/PRT/M/2014 pada setiap sisinya dengan
pedestrian belum memadai. Lampu pejalan kaki hanya lebar minimum yang diisyaratkan sebesar 2 meter untuk
terdapat pada pintu masuk Pasar Aceh Baru I dan tidak kawasan pertokoan atau pusat perbelanjaan dan banyak
berfungsi dengan baik. Lampu penerangan jalan belum kegiatan yang tidak berhubungan dengan fungsi jalan
tertata dengan teratur. Ketinggian lampu 8 meter. sehingga ruang jalan menjadi sempit. Ketinggian jalur
Pada jalur pedestrian hanya terdapat satu tempat pedestrian juga terdapat perbedaan pada beberapa sisi.
duduk pada area duduk yang sudah dijadikan tempat Permukaan jalur pedestrian belum memenuhi
parkir, pada sisi lainnya tidak terdapat tempat duduk persyaratan, yaitu kuat, datar, dan tidak licin. Fasilitas
sehingga pengguna beristirahat di atas jalur pedestrian. pendukung (street furniture) belum terpenuhi dan tidak
Tempat duduk seharusnya diletakkan pada jalur sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.
amenitas dan terletak setiap 10 meter.
Tersedianya halte bus dapat berfungsi sebagai 4.3 Tanggapan responden
tempat berlindung sementara serta melindungi dari Berdasarkan hasil analisis, bahwa tanggapan
cuaca (panas dan hujan). Pada Jalan Diponegoro responden mengenai kondisi eksisting dan fasilitas
terdapat satu halte dengan lebar 6 meter dan tinggi dari pendukung serta tingkat kenyamanan jalur pedestrian
muka tanah 0,80 meter. Halte tidak memiliki pada Jalan Diponegoro. Hanya ketinggian pada jalur
penerangan di malam hari dan kurangnya perawatan pedestrian yang sudah memadai. Pada objek eksisting
terhadap fasilitas halte yang telah tersedia. lainnya belum memadai bagi responden dan banyak
Pada kedua sisi jalan terdapat beberapa signage hambatan yang menganggu aktivitas pejalan kaki,
(marka) yang terletak pada bahu jalan berupa rambu seperti adanya atribut toko seperti rak, pakaian, barang
tanda parkir untuk roda dua atau roda empat dan pecah belah, dan lainnya yang terletak pada jalur
larangan parkir, namun kondisi beberapa perambuan pedestrian, serta merasa terganggu dengan parkir
sudah tidak layak. kendaraan pada badan jalur pedestrian.
Berikut ini merupakan kesimpulan kondisi
eksisting dan fasilitas pendukung jalur pedestrian 4.4 Persepsi responden
berdasarkan setiap entrance bangunan. Persepsi pengguna berdasarkan hasil wawancara
yang telah dilakukan terhadap dua jenis responden yaitu
Tabel 2 Kondisi eksisting dan fasilitas pendukung informan pangkal dan informan biasa. Dari wawancara
jalur pedestrian yang sudah dilakukan dengan dinas PUPR Kota Banda
Kondisi jalur Suzuya Pasar Pasar Aceh dan Disperindag, bahwa setiap sarana dan
pedestrian Super Aceh Aceh prasarana yang ada dalam kota memiliki aturan yang
Store Baru I Baru II sudah diatur dalam qanun tentang RTRW (Rencana
Lebar (meter) 1.8- 2.2- 2.2,2.8-3.4 Tata Ruang Wilayah). Pemerintah mengharapkan
2.2,1.8 2.4,2.8-3.4 partisipasi masyarakat untuk menjaga yang sudah ada
51
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.4, November 2019, hal 48-53
ISSN:2655-1586
agar kita semua dapat menikmatinya. Hal ini tidak dapat dan jasa tidak didukung dengan kondisi dan fasilitas
berjalan dengan sempurna jika hanya dari satu pihak pendukung yang memadai.
saja. Untuk itu, rekomendasi desain mengacu pada
Dari wawancara yang telah dilakukan kepada saran dan solusi dari tanggapan responden yang
pemilik toko, muncul beberapa pendapat tentang disesuaikan dengan peraturan dan standar yang telah
penambahan ruang sebagai jalur depan toko dan ditetapkan dengan mempertimbangkan kenyamanan
diberlakukannya tindakan yang tegas pada pelanggaran pejalan kaki.
yang terjadi. Berdasarkan wawancara yang telah a. Perluasan lebar jalur pedestrian menjadi 4 meter
dilakukan mewakili pengguna jalur pedestrian, bahwa pada sisi utara dengan pembagian zona dan 4,5
kondisi jalur pedestrian pada Jalan Diponegoro masih meter pada sisi selatan.
belum memadai dan masuk kategori tidak nyaman. b. Permukaan jalur pedestrian menggunakan material
Pengguna ingin adanya perbaikan pada kerusakan yang perkerasan paving block, batu bali dan batu
ada, penambahan fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh andesit. Material dibedakan berdasarkan zona
pengunjung, dan jalur pedestrian difungsikan sesuai dengan variasi warna yang membentuk pola serta
dengan fungsinya karena itu perlu adanya penertiban. penambahan guiding block pada jalur pedestrian.
c. Ketinggian perlu disamakan yaitu 0,30 meter dari
4.5 Upaya pemenuhan aspek kenyamanan permukaan jalan dan pemasangan bollard juga
jalur pedestrian Jalan Diponegoro penambahan zebra cross.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan d. Penataan tempat sampah diletakkan pada jalur
mewakili pengguna jalur pedestrian, bahwa kondisi amenitas dengan jarak penempatan 10 meter. Jenis
jalur pedestrian pada Jalan Diponegoro belum baik dan tempat sampah yang disediakan memiliki tipe
tidak nyaman perlu ditingkatkan untuk kenyamanan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya.
pengguna jalur pedestrian. Lihat Diagram 1. e. Vegetasi ditempatkan pada jalur amenitas dengan
lebar 0,7 meter pada sisi utara dan 1,5 meter pada
sisi selatan. Jenis tanaman yang digunakan kiara
payung sebagai peneduh, daun brokoli kuning
sebagai pembatas dan tanaman pucuk merah.
f. Adapun perencanaan fasilitas pendukung pada
jalur pedestrian antara lain lampu penerangan,
tempat duduk, dan signage yang terletak pada jalur
amenitas dengan jarak tertentu.
g. Pada sisi utara menerapkan on street parking dan
parkir pada sisi selatan dialihkan ke basement yang
telah disediakan pada gedung Pasar Aceh Baru.

Diagram 1 Harapan responden terhadap peningkatan


kenyamanan

Berdasarkan diagram di atas, bahwa pengguna


jalur pedestrian sangat membutuhkan perluasan
pedestrian untuk kenyamanan ruang gerak pejalan kaki.
Selain itu, perbaikan material perkerasaan juga
merupakan hal yang dibutuhkan oleh pengguna jalur
pedestrian. Hal lainnya yang dibutuhkan ialah seperti
penambahan fasilitas, keteduhan dan penataan kembali
jalur pedestrian.
Penertiban juga menjadi hal penting untuk
kelancaran dan kemudahan saat beraktivitas dengan
persentase tertinggi yaitu 39%. Jalur pedestrian yang
dibutuhkan oleh responden mengarah pada fungsinya.
Pengguna membutuhkan jalur pedestrian yang benar-
benar dikhususkan untuk pejalan kaki saja tanpa berbagi
ruang yang sama untuk kegiatan lain, seperti tempat
parkir kendaraan atau peletakan atribut toko.
Gambar 9 Rekomendasi desain jalur pedestrian
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
kawasan studi yang terletak pada kawasan perdagangan

52
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.4, November 2019, hal 48-53
ISSN:2655-1586
Melanggar Rambu Lalu Lintas dalam Wilayah
Kota Banda Aceh.

Gambar 10 Potongan jalur pedestrian

Upaya pemenuhan aspek kenyamanan tidak hanya


dilakukan dengan perencanaan terhadap kondisi fisik
jalur pedestrian, tetapi juga dilakukan penertiban
dengan kebijakan-kebijakan dari pemerintah untuk
terciptanya kenyamanan pengguna jalur pedestrian.
Adapun usulan kebijakan-kebijakan yang dapat
dilakukan ialah pemeliharaan rutin pada jalur pedestrian
dan fasilitas pendukungnya setiap satu tahun tiga kali,
swakelola jalur pedestrian dan fasilitas pendukungnya
ketika terjadi kerusakan, penertiban terhadap pedagang
yang menyalahgunakan jalur pedestrian untuk
meletakkan atribut toko dengan memberi teguran secara
tegas dan ditindaklanjuti dengan sanksi hukum, dan
penerapan peraturan terhadap parkir kendaraan pada
badan jalur pedestrian yang telah ditetapkan seperti
yang terdapat dalam UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 284
[8] serta Peraturan Walikota Banda Aceh No. 26 Tahun
2012. [9]

Daftar pustaka
[1] Wulandari, Elysa, Sugiono Soetomo, Joesron Alie
Syahbana, dan Asnawi Manaf. 2017. The Ecology
Character Of Banda Aceh City In The 17th
Century. Journal of Islamic Architecture, 4 (3), 1.
[2] Shirvani, Hamid. 1985. Urban Design Process.
Vannostrand Reinhold Company, New York.
[3] Arafah, Yunita dan Irin Caisarina. 2007. Penataan
Koridor Jalan Perdagangan Pasar Aceh sebagai
Area Perbelanjaan yang Menggunakan Konsep
Pedestrian Mall dan Terintegrasi dengan
Kawasan di Sekitarnya: Laporan Penelitian Dosen
Muda. Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala.
[4] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
03/PRT/M/2014 tentang Pedoman Perencanaan,
Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan
Perkotaan.
[5] Anggriani, Niniek. 2009. Pedestrian Ways dalam
Perancangan Kota. Klaten: Yayasan Humaniora.
[6] Lida, Vika Amalia Oktavia. 2016. Pengaruh
Aktivitas Pendukung Terhadap Kenyamanan
Pejalan Kaki Di Jl. Zainul Arifin Medan. Skripsi.
Medan: Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara.
[7] Hakim, Rustam. 1987. Unsur Perancangan dalam
Arsitektur Lanskap. Jakarta: PT. BINA AKSARA.
[8] Pemerintah Indonesia. 2007. Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Lembaran Negara RI Tahun 2009
No. 22. Jakarta: Sekretariat Negara.
[9] Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 26 Tahun
2012 tentang tentang Pedoman Pelaksanaan
Penguncian Roda Kendaraan Bermotor yang

53
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.4, November 2019, hal 48-53

You might also like