You are on page 1of 17

PENGEMBANGAN RUANG PEJALAN KAKI SUDIRMAN CITY WALK DI KOTA PEKANBARU

Ipak Indah Rahmi, Puji Astuti, Febby Asteriani


Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Universitas Islam Riau
Jl. Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru 28284
pujiastutiafrinal@eng.uir.ac.id

ABSTRACT

City walk as open space can be a convenient alternative to meet the needs of the community

to relax, walk, and interact. Beside its convenience for pedestrians City walk also contributed

to the success of the shops and facilities of urban life. Pekanbaru is Riau Province capital and

largest city in which is now a metropolis with a population of 999 031 inhabitants in 2014.

One part of the city that has a high development is Sudirman street area around Pekanbaru

Mall until Textil Indonesia store, which is the area of trade and services as in modern

shopping center, restaurants, and etcetera. The purpose of this research is (1) to determine

the activity of street vendors in the Sudirman Street sideway. (2) To find out pedestrians point

of view of street vendor, the level of comfort and pedestrians support facilities in Sudirman

City Walk. (3) To provide advice and recommendations on the development of pedestrian

space in order to support Sudirman City Walk at Pekanbaru City. This type of research is

qualitative descriptive. Qualitative methods using survey techniques by submitting a

questionnaire to the respondents.From the research we can concluded that (1) Street vendors

activities began from morning till evening in synchronize with the start of community activity

and the majority of street vendor are men. (2) Most pedestrians are troubled by street

vendors who take a portion of the sideway. Cleanliness in the sidewalk is also inadequate

because of the scents or odors along with waste from street vendors due to the lack of

facilities such as trash bin. According to pedestrians protective facilities and street furniture

1
in the sideway is inadequate because almost all the existing facilities such as trash bins,

benches and street lights have been damaged. (3) The existence of street vendors should be

given strategic locations around sudirman city walk so as not going to disrupt the pedestrians

and also adding facilities to improve pedestrian safety.

Keywords: Pedestrian, City Walk, Development, Open Space

PENDAHULUAN

City walk sebagai ruang terbuka menjadi tempat alternatif yang nyaman dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat untuk bersantai, melakukan pergerakan dengan berjalan

kaki, berinteraksi dan sekedar duduk-duduk. City walk muncul dalam area khusus maupun

trotoar yang menghubungkan beberapa fungsi komersial yang ada, dirancang untuk dapat

digunakan secara nyaman oleh pejalan kaki dan dengan berbagai pendukungnya.

Keberadaan city walk dapat mengubah kawasan pedestrian yang kurang berfungsi optimal

menjadi kawasan yang aktif dan menghadirkan ruang terbuka dengan fungsi baru.

Konsep city walk sebenarnya bukanlah konsep baru. Beberapa kota di mancanegara

sudah sering menghadirkan konsep city walk pada sudut ruang kotanya. Dengan

diterapkannya konsep city walk dapat membantu menghadirkan ruang terbuka dan fungsi

baru yang beradaptasi dengan baik serta dapat dimanfaatkan sebagai area komersial yang

disatukan dengan kawasan pedestrian bebas kendaraan yang terpadu.

Kota Pekanbaru merupakan ibu kota dan kota terbesar di Provinsi Riau, Indonesia. Saat

ini Kota Pekanbaru telah menjadi kota metropolitan. Salah satu bagian Kota Pekanbaru yang

berkembang adalah di sekitar koridor Jalan Jendral Sudirman, dikarenakan adanya kawasan

perdagangan dan jasa. Koridor Jalan Jendral Sudirman yang dipilih sebagai kawasan city

walk mempunyai banyak titik-titik menarik yang sangat mendukung keberadaannya.

2
Dijalur ini dapat dijumpai pusat perbelanjaan modern dan toko-toko makanan dan

minuman. Koridor Jalan Jenderal Sudirman selain digunakan sebagai wadah sirkulasi pejalan

kaki juga digunakan sebagai peletakan street furniture, tempat PKL (Pedagang Kaki Lima)

berjualan dan parkir kendaraan bermotor, sebagian besar kegiatan pedagang kaki lima ini

berlangsung dari mulai sore hingga larut malam. Pada awalnya merupakan kawasan yang

menarik, akan tetapi cenderung makin padat dan tidak beraturan, serta mulai mengganggu

lalu lintas dan kenyamanan pejalan kaki. Dengan adanya permasalahan tersebut aktivitas

yang ada jadi tidak berjalan dengan semestinya.

Kawasan ini berpotensi untuk berkembang, tetapi perkembangan tersebut dapat

berdampak negatif terhadap berjalannya fungsi ruang publik. Dengan perancangan secara

menyeluruh koridor Jalan Jendral Sudirman dapat menghasilkan city walk yang menarik

sekaligus mensinergikan penggunaan sepanjang koridor Jalan Jendral Sudirman. Terkait

keberadaan city walk di Jalan Jendral Sudirman Kota Pekanbaruterdapat beberapa

permasalahan :

a. Aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) pada umumnya menempati badan-badan jalan dan

trotoar, sehingga tidak menyisakan cukup ruang untuk para pejalan kaki. Kondisi ini

dapat menyebabkan kemacetan dan pergerakan orang di pedestrian, dan menciptakan

lingkungan kotor dan kurang sehat.

b. Aktivitas pejalan kaki kaki di kota besar sangatlah tinggi terutama di pusat kegiatan

masyarakat seperi pusat perdagangan, perkantoran dan pendidikan. Aktivitas pejalan

kaki juga dipengaruhi oleh cuaca, jarak tempuh dan jenis aktivitasnya.

c. Kelengkapan dan fasilitas pejalan kaki sangat diperlukan demi kenyamanan dan

keamanan para pejalan kaki. Kelengkapan dan fasilitas pejalan kaki antara lain

trotoar, zebra cross, jembatan penyebrangan dan lain-lain.

3
PEMBAHASAN

City walk secara harfiah terdiri dari 2 (dua) kata, city dan walk. City berarti kota, di dalam

kota, sedangkan walk berarti jalur, jalan. Jadi secara abstrak, city walk berarti jalur pejalan

kaki di dalam kota. jalur tersebut dapat terbentuk akibar deretan bangunan ataupun

lansekap berupa tanaman, city walk merupakan pedestrian dengan sarana perbelanjaan

yang lengkap serta dikelola oleh suatu pengembangan usaha sehingga dapat bertahan dan

berkembang (Astarie, 2004).

Menurut Fitrianto (2006) dalam artikel IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) city walk sebenarnya

tak lebih dari koridor jalan yang dikhususkan untuk deretan toko. Bedanya, jalan-jalan ini

berada di lahan property milik pengembang privat atau pengelolaannya dapat dikatakan

berada dalam satu atap dan jalan-jalan tersebut diperuntukkan sebgai ruang public. City

walk hadir berupa koridor untuk pejalan kaki yang menghubungkan beberapa fungsi

komersial dan ritel yang ada. Koridor ini bersifat terbuka (tanpa AC) dan cukup lebar,

berkisar 6 (enam) hingga 12 (dua belas) meter, tergantung jenis kegiatan yang diciptakan.

Selain itu, beliau juga mengemukakan city walk sebagai koridor komersial seharusnya dapat

memberikan rasa nyaman dari iklim tropis yang ada di Indonesia seperti panas dan hujan.

City walk pada dasarnya dapat diklarifikasikan sebagai ruang terbuka, dengan berbagai

fungsinya, terutama untuk pejalan kaki secara fungsional maupun rekreatif, muncul dalam

bentuk area khusus maupun trotoar yang menghubungkan kawasan fungsional tertentu,

dirancang untuk dapat digunakan secara nyaman oleh pejalan kaki dan dengan berbagai

pendukungnya.

Keberadaan city walk memiliki arti penting dalam perencanaan kota diantaranya

berfungsi sebagai:

4
a. Kelengkapan dan fasilitas bagi pejalan kaki dengan fungsi rekreatif maupun penghubung

antar zona,

b. Area yang digunakan untuk saling berinteraksi antar pengguna mengingat kecepatan

pejalan kaki umumnya lambat dan berkelompok,

c. Pendukung kegiatan perkotaan yang memiliki nilai ekonomi seperti halnya penunjang

keindahan dan kenyamanan.

Dalam pengembangan elemen ruang kota, city walk berfungsi juga sebagai:

a. Koridor ruang terbuka kota non hijau, yang juga berfungsi sebagai pelengkap

perdagangan dan perbelanjaan.

b. Sebagai fungsi komersial guna mewadahi kegiatan perniagaan, pembelian atau

penjualan barang dan jasa.

c. Sebagai fungsi rekreasi dalam konteks fisik, mental, maupun emosional.

d. Sebagai area pedestrian.

City walk memiliki beberapa fungsi di kawasan perkotaan, antara lain sebagai:

a. Koridor ruang terbuka kota, yang dapat dicapai oleh masyarakat secara mudah serta

kondisi alamiah masih terasa.

b. Fungsi komersial, baik bagi sektor formal maupun informal pendukung kegiatan kota.

c. Fungsi rekreasi kota, secara fisik, mental, maupun emosional, termasuk bermain musik

di area terbuka.

d. Sebagai kawasan pedestrian termasuk kaum penyandang cacat, olahraga ringan, dan

sebagainya.

5
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode

kualitatif. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Penelitian

ini didukung oleh analisis kebutuhan ruang dibuat dengan tujuan untuk mengetahui

seberapa besar luas lahan yang dibutuhkan oleh kelompok-kelompok aktivitas yang

direncanakan agar dapat berfungsi dan berjalan dengan baik, sehingga tercipta

keberlangsungan aktivitas kawasan perancangan. Dengan analisis kebutuhan ruang

diharapkan dapat menentukan zona peruntukan untuk para pejalan kaki, kebutuhan ruang

untuk PKL, dan kebutuhan ruang parkir di kawasan Sudirman City Walk.

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, populasi dalam penelitian ini yang dijadikan

sebagai narasumber antara lain: Pemerintah Daerah, Pengguna jalur pedestrian, dan PKL.

Adapun tujuan dijadikan stakeholder diatas sebagai narasumber adalah untuk mengetahui

perkembangan, perencanaan serta respon terhadap jalur pedestrian di kawasan Sudirman

City Walk.

Teknik pengambilan sampel wawancara adalah nonprobability sampling, yaitu

pengambilan sampel tidak secara acak (non random) yang dilakukan dengan cara purposive

sampling (teknik sampel bertujuan) dimana teknik ini digunakan apabila anggota sampel

yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya (Husaini dan Purnumo dalam

Putra, 2012). Ini dilakukan kepada Pemerintah Daerah.

Digunakan juga metode accidental sampling/ sampling insidental adalah teknik

penentuan sample berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental

bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sample, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Purposive sampling atau sampling

bertujuan digunakan terhadap seluruh PKL yang ada di lokasi penelitian.

6
Survei aktivitas PKL, yaitu survey yang dilakukan untuk mengetahui segala aktivitas

meliputi lama usaha/ berdagang, pendapatan perhari. Survei tingkat kenyamanan pejalan

kaki di Sudirman City Walk, yaitu survei yang dilakukan untuk mengetahui tingkat

kenyamanan para pengguna pejalan kaki.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Jalur pejalan kaki yang menjadi lokasi penelitian adalah Sudirman City Walk di jalan

Jendral Sudirman. Jalan ini adalah salah satu jalur utama di pusat kota. Adapun aktivitas

formal yang berkembang pada kawasan ini adalah perdagangan dan jasa, dimana kawasan

ini merupakan salah satu kawasan perdagangan dan jasa yang besar di Kota Pekanbaru.

Pola perjalanan pejalan kaki di kawasan Sudirman City Walk Pekanbaru yang dibahas

disini adalah perjalanan yang dilakukan dengan berjalan kaki dengan rute yang bergerak dari

zona asal yaitu tempat pejalan kaki turun dari kendaraan umum/ pribadi ke zona tujuan di

dalam daerah tertentu dan selama periode waktu tertentu. Keberadaan PKL terus

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terutama disekitar pusat kota dan kawasan-

kawasan fungsional kota atau lokasi masyarakat seperti pada kawasan perdagangan,

pendidikan, perkantoran, permukiman dan lainnya.

Keberadaan PKL di Kota Pekanbaru cendrung memanfaatkan ruang-ruang publik kota

seperti trotoar, bahu jalan, emperan toko, pelataran parkir di sekitar lokasi aktivitas

masyarakat, karena tidak adanya peruntukan ruang bagi aktivitas mereka. Sebagai akibatnya

terjadi kurangnya kepedulian PKL akan masalah kebersihan dan kepentingan umum pada

ruang tersebut.

Aktivitas PKL yang ada di jalur Sudirman City Walk ini terbagi menjadi dua waktu yaitu

pada saat pagi hingga siang hari dan sore hingga malam hari. Kebanyakan aktivitas PKL yang

7
ada di Sudirman City Walk ini memanfaatkan jalur pedestrian, emperan toko, pelataran

parkir, trotoar yang dapat menyebabkan rawan kemacetan.

Aktivitas PKL di Sudirman City Walk ini beragam yang dapat dibedakan dari jenis dagangan,

waktu melakukan usaha, dan sarana dan prasarana yang digunakan. Jenis dagangan di

Sudirman City Walk ini di dominasi oleh dagangan makanan atau kuliner, baik kuliner basah

hingga kuliner kering dengan harga yang tentunya terjangaku oleh masyarakat sekitar. PKL

yang berada di lokasi ini memiliki sarana aktivitas berupa tenda-tenda dan kereta dorong

yang sifatnya mudah dipindahkan yang tersebar di sepanjang jalur pedestrian di Sudirman

City Walk.

Sumber: Hasil Survey, 2017

Gambar 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di koridor Jalan Jendral Sudirman yang dimulai dari Mall

Pekanbaru sampai dengan Toko Textil Indonesia dengan panjang 690 meter dan lebar 5,1

meter - 9,5 meter, berbatasan dengan koridor Jalan Tengku Umar di sebelah kanan dan

Jalan KH. Wahid Hasyim di sebelah kiri yang dapat dilihat pada gambar 1.

8
Sumber: Hasil Penelitian, 2017

Gambar 2. Peta Deliniasi Kawasan Penelitian

Karakteristik Pengguna City Walk

Responden yang ditetapkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu

pejalan kaki dan PKL. Banyaknya masing-masing responden adalah 88 untuk jumlah pejalan

kaki dan 54 untuk PKL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pejalan kaki adalalah

berjenis kelami perempuan yaitu sebanyak 57 orang (65 %). Dari hasil kuesioner terhadap 88

orang pejalan kaki di lokasi penelitian, menunjukkan bahwa pejalan kaki dengan kelompok

usia <20 tahun sebanyak 49 orang (56%), diikuti dengan kelompok usia 20-30 sebanyak 21

orang (24%), kelompok usia 30-41 sebanyak 10 orang (11%) dan kelompok usia >41

sebanyak 8 orang (9%).

9
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas PKL adalah berjenis kelami laki-laki yaitu

sebanyak 41 orang (76%). sebagian besar PKL memiliki pendidikan terakhir tamat SMA yakni

sebanyak 25 orang (46%), tamat SMP sebanyak 15 orang (28%), dan tamat SD sebanyak 14

orang (26%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan PKL ini sudah cukup

tinggi. Rata-rata PKL yang berdagang di Sudirman City Walk ini berada pada umur yang

matang untuk bekerja (31-41 tahun).

Mayoritas PKL di Sudirman City Walk ini bersuku Minangkabau (41%) dan Melayu (33%).

Waktu berdagang PKL di lokasi penelitian dimulai dari pagi hari hingga tengah malam, 70%

pedagang kaki lima memulai aktifitasnya pada saat sore hingga malam hari. Waktu

berdagang PKL di lokasi penelitian dimulai dari pagi hari hingga tengah malam, 70% PKL

memulai aktifitasnya pada saat sore hingga malam hari.

Pendapatan PKL per harinya adalah diatas 300 ribu yakni sebanyak 35 orang (65%) dan

pendapatan dibawah 300 ribu sebanyak 19 orang (35%). Sehingga dapat disimpulkan pendapatan

PKL memiliki pendapatan cukup tinggi jika dibandingkan dengan sektor formal seperti pegawai biasa,

sehingga meningkatkatkan minat pedagang-pedagang lain untuk membuka dagangannya di lokasi ini.

Pedagang kaki lima (PKl) ini memiliki izin dari pemilik lahan/toko, seperti pedagang majalah yang

berjualan di depan salah satu toko roti yang ada. Umumnya pemilik toko/ruko berpendapat bahwa

jalur pedestrian yang ada didepan toko/ruko adalah milik mereka sehingga pemberian izin cukup

kepada pemilik lahan yang dalam hal ini pemilik toko/ruko. Hal ini sangat menyulitkan bagi

pemerintah dalam mengambil tindakan tegas. Penggunaan lokasi PKL dilokasi penelitian, lebih dari

50% pedagang yang ada memiliki izin dari pemilik toko/ruko yaitu sebanyak 40 pedagang (74%) dan

yang tidak memiliki izin dari pemilik toko/ruko sebanyak 14 pedagang (26%).

Aktivitas PKL berkembang pada kawasan yang memiliki intensitas kujungan tinggi yang sesuai

dengan karakteristik PKL. Sebanyak 37 orang (69%) PKL tidak bersedia untuk dipindahkan lokasi

berjualannya dari Sudirman City Walk dikarenakan beberapa alasan seperti keramaian dan

10
pendapatan yang memuaskan. Sedangkan sebanyak 13 orang (31%) PKL bersedia dipindahkan

dengan syarat tempat pemindahan yang bagus dan cocok serta ramai pembeli.

Tanggapan masyarakat terhadap keberadaan PKL di jalur pedestrian sebesar 62% pejalan kaki

menganggap keberadaan PKL di jalur pedestrian Sudirman City Walk ini cukup mengganggu

kenyamanan mereka dalam berjalan kaki dan 2% lagi menganggap sangat mengganggu, apalagi

disaat sore hari dimana para PK) makanan basah mulai membuka gerobak tenda mereka dan malam

hari dikarenakan PKL tersebut mengambil semua lahan yang ada di jalur pedestrian untuk berjualan

sehingga pejalan kaki harus mengambil jalan di jalur kedaraan bermotor yang dapat membahayakan

mereka.

Sebagian pejalan kaki menganggap dengan adanya PKL yang ada di jalur pedestrian cukup

memadai dengan persentase terbesar kedua yaitu sebanyak 34%. Hal ini dikarenakan pejalan kaki

dapat membeli minuman, makanan atau yang lainnya sementara mereka berjalan ketempat

tujuannya. Yang menjadi tren akhir-akhir ini adalah keberadaan PKL saat malam hari yang

menjajakkan kuliner-kuliner dengan harga terjangkau sehingga banyak masyarakat yang datang

untuk berbelanja atau hanya sekedar nongkrong saja.

Dengan keberadaan PKL yang ada di Sudirman City Walk ini pejalan kaki merasakan dampak

negatif berupa gangguan ketidaknyamanan pejalan kaki, mengganggu keindahan lingkungan dan

mengurangi rasa aman, akan tetapi pejalan kaki juga mendapatkan dampak positif, yaitu kemudahan

berbelanja yang diberikan oleh PKL.

Keamanan dan kebersihan mempengaruhi kenyamanan pola pergerakan para pejalan kaki itu

sendiri. Dilihat dari hasil survey yang ada tingkat keamanan di Sudirman City Walk ini sudah memadai

dengan persentase sebesar 65%. Tanggapan responden terhadap kebersihan di Sudirman City Walk

kurang memadai dengan persentase terbesar yaitu sebanyak 56% dan diikuti dengan 30% tanggapan

memadai serta 10% memilih sangat tidak memadai. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas

seperti bak sampah, adanya PKL juga mempengaruhi tinggkat kebersihan serta kesadaran

masyarakat dalam menjaga kebersihan.

11
Ketersediaan fasilitas pelengkap pejalan kaki ini meliputi fasilitas pelindung dari sengatan

matahari maupun curah hujan dan street furniture atau perabot jalan seperti bak-bak sampah, lampu

jalan, bangku, halted dan lain-lain yang dapat menunjang kenyamanan para pejalan kaki. Fasilitas

pelindung dan kelengkapan perabot jalan menurut para pejalan kaki kurang memadai dengan

persentase paling besar dengan jawaban tidak memadai sebesar 59% untuk fasilitas pelindung

seperti pepohonan pelindung, gang beratap dan lain-lain. Atap pelindung hanya digunakan pada

beberapa toko-toko yang ada di Sudirman City Walk ini dan hanya menutupi teras depan toko-toko

yang ada, beberapa toko menggunakannya untuk menjajakan dagangannya dan beberapa dialih

fungsikan oleh pedagang kaki lima untuk menjajakan dagangannya dan ada yang menggunakannya

sebagai lahan parkir kendaraan roda dua hal ini lah yang mengganggu kenyamanan para pejalan kaki

yang ada di lokasi penelitian.

Untuk pepohonan pelindung sebenarnya sudah ada hanya saja pepohonan yang digunakan adalah

pohon palem-paleman yang kurang begitu rindang sehingga tidak begitu baik melindungi para

pejalan kaki dari terik matahari, sebaiknya dapat menggunakan pepohonan yang rindang, ranting

atau dahan yang tidak mudah patah, tidak mudah tumbang, dan dapat menyerap unsur-unsur

pencemaran udara dari kendaraan bermotor.

Keadaan perabot jalan atau street furniture di Sudirman City Walk ini sudah tidak memadai, sesuai

dengan tanggapan masyarakat dengan persentase terbesar 57% mengatakan tidak memadai dan

diikuti dengan persentase sangat tidak memadai yaitu sebesar 27%, dikarenakan fasilitas yang ada

seperti bak sampah, lampu jalan, dan bangku sudah rusak dan ada beberapa yang tidak bisa

digunakan lagi. Hal ini mengurangi tingkat keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.

Pengembangan Ruang Pejalan Kaki Dalam Menunjang Sudirman City Walk di Kota Pekanbaru

Koridor jalan Sudirman pada dasarnya merupakan kawasan perdagangan dan jasa yang terbanyak

dibuka pada siang hari, kecuali rumah makan atau restoran. Berdasarkan jam operasinya, maka

12
kegiatan yang hanya digunakan pada pagi – siang hari hingga sore – malam hari dapat digunakan

untuk area pejalan kaki yang dilengkapi dengan keberadaan PKL. Pemenuhan kebutuhan ruang untuk

city walk ini pada dasarnya dipenuhi dengan menata trotoar yang tersedia dengan ruang terbuka

yang awalnya merupakan pelataran parkir.

Kebutuhan akan ruang pejalan kaki dihitung berdasarkan standar pejalan kaki dengan kondisi

normal, dimana setiap orang memerlukan ruang minimal 60 cm ditambah 15 cm untuk bergoyang

tanpa membawa barang bawaan, sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 orang pejalan kaki

berpapasan menjadi 150 cm ditambah 150 cm jarak bebas, sehingga lebar trotoar minimum 300 cm

atau 3 meter. Lebar jalur pejalan kaki juga harus ditambah bila terdapat perabot jalan seperti bak

sampah yang memerlukan lebar tambahan sebesar 100 cm dengan jarak 50-100 meter dengan

membagi tempat sampah basah dan kering, lampu penerang sebesar 75-100 cm, rambu lalu lintas

membutuhkan tambahan sebesar 75-100 cm, pot bunga sebesar 150 cm, tanaman peneduh sebesar

60-120 cm serta bangku taman yang bisa diletakkan di depan toko-toko seperti toko roti dan apotik

serta penambahan ramp tepi untuk memudahkan pergerakan para penyandang cacat. Ramp dibuat

tidak boleh tinggi dengan maksimal satu anak tangga atau 6½ inci dengan kemiringan 7º sampai

dengan 15º dan maksimal 20º.

Lebar jalur pejalan kaki di lokasi penelitian yaitu sebesar 9,5 meter yang sudah melebihi standar

minimal city walk yaitu 6 meter, hal ini memungkinkan untuk PKL menggunakan bagian dari jalur

pejalan kaki untuk berdagang, akan tetapi baiknya PKL dapat diatur sehingga tidak mengganggu para

pengguna jalur pejalan kaki.

13
Tabel 1. Perbedaan Antara Standar dan Realita dari City Walk di Sudirman City Walk

Jenis Standar Realita Keterangan


Lebar 6-12 meter 5,1-9,5 meter Memadai akan tetapi
ada beberapa jalur
yang harus diperlebar
sesuai standar yang
ada
Lahan Parkir Off street parking On street parking Belum memadai
Rambu jalan Ada Memadai
Halte Ada Kurang memadai dan
diperlukan perbaikan
Lampu jalan Ada Kurang memadai dan
diperlukan perbaikan
Bangku jalan Ada Belum memadai dan
Street Furniture diperlukan perbaikan
dan penambahan
Tempat sampah Ada Kurang memadai dan
diperlukan perbaikan
Papan penunjuk jalan Ada Memadai
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Perancangan City Walk ini secara fisik dapat menggunakan lahan parkir dan trotoar sebagai satu

kesatuan sistem. Adapun perancangan kawasan secara keseluruhan adalah:

a. Penetapan Area

Jalan Jendral Sudirman dari Mall Pekanbaru sampai dengan Toko Textil Indonesia sudah memiliki

jalur pejalan kaki selebar 5,1 sampai dengan 9,5 m yang sudah menunjang keberadaan city walk,

hanya perlu sedikit pembenahan untuk penambahan lebar bagi perabot jalan yang kurang

sekitar 2 meter. Keberadaan jalur pejalan kaki yang berseberangan dengan badan jalan dan

kendaraan berkecepatan tinggi, maka diperlukan pembatas dalam bentuk vegetasi menggunakan

pot selebar 20 cm dan diberi bunga untuk menambah estetika keindahan. Trotoar didisain untuk

ketinggian 20 cm dan terputus ketika berpotongan dengan jalan masuk kapling. Setiap jarak 21-

25 meter diberi diberi aksen dan setiap 250 meter diberi warna dan pembatas yang berbeda

untuk memberikan aksen kawasan.

14
b. Penempatan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan Lahan Parkir

Pedagang kaki lima (PKL) yang ada di Sudirman City Walk ini diberikan tempat khusus di Sudirman

City Walk sehingga menimbulkan sinergisitas terhadap pejalan kaki dan para pedagang kaki lima.

PKL sebagai pendukung kegiatan di city walk dapat ditempatkan pada satu sisi menggunakan

bentuk dan ukuran seragam, berukuran maksimal 2 meter dan dikelompokkan sesuai jenis barang

dagangannya dengan nuansa melayu supaya dapat menunjukkan identitas Kota Pekanbaru.

Baiknya PKL ditempatkan secara berjajar dan memiliki jarak antar pedagang lain sebesar 1 meter

dan disediakan fasilitas toilet umum atau rest room supaya para konsumen PKL dapat menjaga

kebersihan di city walk tersebut.

c. Perancangan Perabot Jalan dan fasilitas pelindung

Perabot jalan yang ada di lokasi penelitian sudah tidak layak lagi digunakan lagi, baiknya dilakukan

perancangan ulang untuk memudahkan pengguna jalan maupun pejalan kaki dengan nuansa

melayu yang merupakan identitas Kota Pekanbaru. Fitur yang paling penting dalam pedestrian

terbuka sepetri Sudirman City Walk ini adalah pedestrian yang teduh. Fasilitas pelindung dapat

berupa kanopi-kanopi yang dapat melindungi dari terik sinar matahari maupun guyuran hujan.

Fasilitas Pelindung yang ada di Sudirman City Walk ini dialih fungsikan sebagai tempat menjajakan

barang dagangan oleh para pemilik toko maupun PKL baiknya hal ini dapat diatur dan disesuaikan

sehingga para pejalan kaki juga dapat menikmati fasilitas pelindung tersebut.

City walk dapat dikelompokkan sebagai salah satu ruang terbuka non-hijau yang

merupakan salah satu elemen pembentuk kota. Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang Pasal 28 rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan

sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektoral informal, dan ruang

evakuasi bencana, dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat

pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.

15
SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa:

1. Fasilitas pelindung dan kelengkapan perabot jalan menurut para pejalan kaki kurang

memadai.

2. Keadaan perabot jalan atau street furniture di lokasi penelitian sudah tidak memadai,

sesuai dengan tanggapan masyarakat dikarenakan fasilitas yang ada seperti bak sampah,

lampu jalan, dan bangku sudah rusak dan ada beberapa yang tidak bisa digunakan lagi.

3. Tanggapan pejalan kaki terhadap keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di jalur pedestrian

62% menganggap keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di jalur pedestrian Sudirman City

Walk ini cukup mengganggu kenyamanan mereka dalam berjalan kaki.

4. Kurang terjaganya kebersihan lingkungan menganggap kebersihan di jalur pejalan kaki

sudirman city walk tidak memadai, namun ingkat keamanan cukup memadai.

REFERENSI

Ayuningtyas, Putri. 2011, Elemen Pedestrian Dalam Sistem Pergerakan Kota Pekanbaru

(Studi Kasus : Jalan Jendral Sudirman), Universitas Islam Riau, Pekanbaru.

Carmona, Matthew. 2003, Public Place-Urban Space The Dimensions of urban Design,

Architectural Press, London.

De Chiara, Joseph dan Lee E. Koppelman. 1978, Standar Perencanaan Tapak. Penerbit

Erlangga, Jakarta.

F. Astarie. 2004, Penerapan City Walk Pada Selokan Mataram, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

16
Handoko. 2004, Aksesibilitas Publik Bagi Penyandang Cacat di Indonesia,Universitas Pelita

Harapan, Tanggerang.

Harwantono, Pranantyo. 2009, City Walk di Pusat Kota Yogyakarta Revitalisasi Kawasan

Heritage ke Dalam Bangunan City Walk, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Krier, Rob. 1979, Urban Space, Rizolli International Publication, Inc.

Lynch, Kevin. 1973, The Image of The City, The MIT Press, London-England.

Prawira, Rianda. 2014, Peranan Pedagang Kaki Lima Terhadap Aktivitas Perekonomian kota

Pekanbaru (Studi Kasus: Pedagang Kaki Lima di Jalan Imam Munandar). Universitas

Islam Riau, Pekanbaru.

Sasongko, Ibnu. 2013, Pengembangan Ruang Pejalan Kaki Dalam Menunjang Malang City

Walk, Institut Teknologi Nasional, Malang.

Shirvani, Hamid. 1985, The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold Company, New

York

Sulaksono W, Sony dan Farainy Adinda Gitawardhani. 2011, Ruang Pejalan Kaki Yang

Nyaman Untuk Kawasan Perkotaan, Institut Teknologi Bandung.

Untermann, R.K. 1984, Accommodating the Pedestrian. Van Nostrand Reinhold Company,

Melbourne.

Usman, Husaini dan Akbar, Purmono Setiadi. 2009, Metodologi Penelitian Sosial. Bumi

17

You might also like