Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
City walk as open space can be a convenient alternative to meet the needs of the community
to relax, walk, and interact. Beside its convenience for pedestrians City walk also contributed
to the success of the shops and facilities of urban life. Pekanbaru is Riau Province capital and
largest city in which is now a metropolis with a population of 999 031 inhabitants in 2014.
One part of the city that has a high development is Sudirman street area around Pekanbaru
Mall until Textil Indonesia store, which is the area of trade and services as in modern
shopping center, restaurants, and etcetera. The purpose of this research is (1) to determine
the activity of street vendors in the Sudirman Street sideway. (2) To find out pedestrians point
of view of street vendor, the level of comfort and pedestrians support facilities in Sudirman
City Walk. (3) To provide advice and recommendations on the development of pedestrian
space in order to support Sudirman City Walk at Pekanbaru City. This type of research is
questionnaire to the respondents.From the research we can concluded that (1) Street vendors
activities began from morning till evening in synchronize with the start of community activity
and the majority of street vendor are men. (2) Most pedestrians are troubled by street
vendors who take a portion of the sideway. Cleanliness in the sidewalk is also inadequate
because of the scents or odors along with waste from street vendors due to the lack of
facilities such as trash bin. According to pedestrians protective facilities and street furniture
1
in the sideway is inadequate because almost all the existing facilities such as trash bins,
benches and street lights have been damaged. (3) The existence of street vendors should be
given strategic locations around sudirman city walk so as not going to disrupt the pedestrians
PENDAHULUAN
City walk sebagai ruang terbuka menjadi tempat alternatif yang nyaman dalam
kaki, berinteraksi dan sekedar duduk-duduk. City walk muncul dalam area khusus maupun
trotoar yang menghubungkan beberapa fungsi komersial yang ada, dirancang untuk dapat
digunakan secara nyaman oleh pejalan kaki dan dengan berbagai pendukungnya.
Keberadaan city walk dapat mengubah kawasan pedestrian yang kurang berfungsi optimal
menjadi kawasan yang aktif dan menghadirkan ruang terbuka dengan fungsi baru.
Konsep city walk sebenarnya bukanlah konsep baru. Beberapa kota di mancanegara
sudah sering menghadirkan konsep city walk pada sudut ruang kotanya. Dengan
diterapkannya konsep city walk dapat membantu menghadirkan ruang terbuka dan fungsi
baru yang beradaptasi dengan baik serta dapat dimanfaatkan sebagai area komersial yang
Kota Pekanbaru merupakan ibu kota dan kota terbesar di Provinsi Riau, Indonesia. Saat
ini Kota Pekanbaru telah menjadi kota metropolitan. Salah satu bagian Kota Pekanbaru yang
berkembang adalah di sekitar koridor Jalan Jendral Sudirman, dikarenakan adanya kawasan
perdagangan dan jasa. Koridor Jalan Jendral Sudirman yang dipilih sebagai kawasan city
2
Dijalur ini dapat dijumpai pusat perbelanjaan modern dan toko-toko makanan dan
minuman. Koridor Jalan Jenderal Sudirman selain digunakan sebagai wadah sirkulasi pejalan
kaki juga digunakan sebagai peletakan street furniture, tempat PKL (Pedagang Kaki Lima)
berjualan dan parkir kendaraan bermotor, sebagian besar kegiatan pedagang kaki lima ini
berlangsung dari mulai sore hingga larut malam. Pada awalnya merupakan kawasan yang
menarik, akan tetapi cenderung makin padat dan tidak beraturan, serta mulai mengganggu
lalu lintas dan kenyamanan pejalan kaki. Dengan adanya permasalahan tersebut aktivitas
berdampak negatif terhadap berjalannya fungsi ruang publik. Dengan perancangan secara
menyeluruh koridor Jalan Jendral Sudirman dapat menghasilkan city walk yang menarik
permasalahan :
a. Aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) pada umumnya menempati badan-badan jalan dan
trotoar, sehingga tidak menyisakan cukup ruang untuk para pejalan kaki. Kondisi ini
b. Aktivitas pejalan kaki kaki di kota besar sangatlah tinggi terutama di pusat kegiatan
kaki juga dipengaruhi oleh cuaca, jarak tempuh dan jenis aktivitasnya.
c. Kelengkapan dan fasilitas pejalan kaki sangat diperlukan demi kenyamanan dan
keamanan para pejalan kaki. Kelengkapan dan fasilitas pejalan kaki antara lain
3
PEMBAHASAN
City walk secara harfiah terdiri dari 2 (dua) kata, city dan walk. City berarti kota, di dalam
kota, sedangkan walk berarti jalur, jalan. Jadi secara abstrak, city walk berarti jalur pejalan
kaki di dalam kota. jalur tersebut dapat terbentuk akibar deretan bangunan ataupun
lansekap berupa tanaman, city walk merupakan pedestrian dengan sarana perbelanjaan
yang lengkap serta dikelola oleh suatu pengembangan usaha sehingga dapat bertahan dan
Menurut Fitrianto (2006) dalam artikel IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) city walk sebenarnya
tak lebih dari koridor jalan yang dikhususkan untuk deretan toko. Bedanya, jalan-jalan ini
berada di lahan property milik pengembang privat atau pengelolaannya dapat dikatakan
berada dalam satu atap dan jalan-jalan tersebut diperuntukkan sebgai ruang public. City
walk hadir berupa koridor untuk pejalan kaki yang menghubungkan beberapa fungsi
komersial dan ritel yang ada. Koridor ini bersifat terbuka (tanpa AC) dan cukup lebar,
berkisar 6 (enam) hingga 12 (dua belas) meter, tergantung jenis kegiatan yang diciptakan.
Selain itu, beliau juga mengemukakan city walk sebagai koridor komersial seharusnya dapat
memberikan rasa nyaman dari iklim tropis yang ada di Indonesia seperti panas dan hujan.
City walk pada dasarnya dapat diklarifikasikan sebagai ruang terbuka, dengan berbagai
fungsinya, terutama untuk pejalan kaki secara fungsional maupun rekreatif, muncul dalam
bentuk area khusus maupun trotoar yang menghubungkan kawasan fungsional tertentu,
dirancang untuk dapat digunakan secara nyaman oleh pejalan kaki dan dengan berbagai
pendukungnya.
Keberadaan city walk memiliki arti penting dalam perencanaan kota diantaranya
berfungsi sebagai:
4
a. Kelengkapan dan fasilitas bagi pejalan kaki dengan fungsi rekreatif maupun penghubung
antar zona,
b. Area yang digunakan untuk saling berinteraksi antar pengguna mengingat kecepatan
c. Pendukung kegiatan perkotaan yang memiliki nilai ekonomi seperti halnya penunjang
Dalam pengembangan elemen ruang kota, city walk berfungsi juga sebagai:
a. Koridor ruang terbuka kota non hijau, yang juga berfungsi sebagai pelengkap
City walk memiliki beberapa fungsi di kawasan perkotaan, antara lain sebagai:
a. Koridor ruang terbuka kota, yang dapat dicapai oleh masyarakat secara mudah serta
b. Fungsi komersial, baik bagi sektor formal maupun informal pendukung kegiatan kota.
c. Fungsi rekreasi kota, secara fisik, mental, maupun emosional, termasuk bermain musik
di area terbuka.
d. Sebagai kawasan pedestrian termasuk kaum penyandang cacat, olahraga ringan, dan
sebagainya.
5
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode
kualitatif. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Penelitian
ini didukung oleh analisis kebutuhan ruang dibuat dengan tujuan untuk mengetahui
seberapa besar luas lahan yang dibutuhkan oleh kelompok-kelompok aktivitas yang
direncanakan agar dapat berfungsi dan berjalan dengan baik, sehingga tercipta
diharapkan dapat menentukan zona peruntukan untuk para pejalan kaki, kebutuhan ruang
untuk PKL, dan kebutuhan ruang parkir di kawasan Sudirman City Walk.
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, populasi dalam penelitian ini yang dijadikan
sebagai narasumber antara lain: Pemerintah Daerah, Pengguna jalur pedestrian, dan PKL.
Adapun tujuan dijadikan stakeholder diatas sebagai narasumber adalah untuk mengetahui
City Walk.
pengambilan sampel tidak secara acak (non random) yang dilakukan dengan cara purposive
sampling (teknik sampel bertujuan) dimana teknik ini digunakan apabila anggota sampel
yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya (Husaini dan Purnumo dalam
penentuan sample berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sample, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Purposive sampling atau sampling
6
Survei aktivitas PKL, yaitu survey yang dilakukan untuk mengetahui segala aktivitas
meliputi lama usaha/ berdagang, pendapatan perhari. Survei tingkat kenyamanan pejalan
kaki di Sudirman City Walk, yaitu survei yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
Jalur pejalan kaki yang menjadi lokasi penelitian adalah Sudirman City Walk di jalan
Jendral Sudirman. Jalan ini adalah salah satu jalur utama di pusat kota. Adapun aktivitas
formal yang berkembang pada kawasan ini adalah perdagangan dan jasa, dimana kawasan
ini merupakan salah satu kawasan perdagangan dan jasa yang besar di Kota Pekanbaru.
Pola perjalanan pejalan kaki di kawasan Sudirman City Walk Pekanbaru yang dibahas
disini adalah perjalanan yang dilakukan dengan berjalan kaki dengan rute yang bergerak dari
zona asal yaitu tempat pejalan kaki turun dari kendaraan umum/ pribadi ke zona tujuan di
dalam daerah tertentu dan selama periode waktu tertentu. Keberadaan PKL terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terutama disekitar pusat kota dan kawasan-
kawasan fungsional kota atau lokasi masyarakat seperti pada kawasan perdagangan,
seperti trotoar, bahu jalan, emperan toko, pelataran parkir di sekitar lokasi aktivitas
masyarakat, karena tidak adanya peruntukan ruang bagi aktivitas mereka. Sebagai akibatnya
terjadi kurangnya kepedulian PKL akan masalah kebersihan dan kepentingan umum pada
ruang tersebut.
Aktivitas PKL yang ada di jalur Sudirman City Walk ini terbagi menjadi dua waktu yaitu
pada saat pagi hingga siang hari dan sore hingga malam hari. Kebanyakan aktivitas PKL yang
7
ada di Sudirman City Walk ini memanfaatkan jalur pedestrian, emperan toko, pelataran
Aktivitas PKL di Sudirman City Walk ini beragam yang dapat dibedakan dari jenis dagangan,
waktu melakukan usaha, dan sarana dan prasarana yang digunakan. Jenis dagangan di
Sudirman City Walk ini di dominasi oleh dagangan makanan atau kuliner, baik kuliner basah
hingga kuliner kering dengan harga yang tentunya terjangaku oleh masyarakat sekitar. PKL
yang berada di lokasi ini memiliki sarana aktivitas berupa tenda-tenda dan kereta dorong
yang sifatnya mudah dipindahkan yang tersebar di sepanjang jalur pedestrian di Sudirman
City Walk.
Lokasi penelitian ini terletak di koridor Jalan Jendral Sudirman yang dimulai dari Mall
Pekanbaru sampai dengan Toko Textil Indonesia dengan panjang 690 meter dan lebar 5,1
meter - 9,5 meter, berbatasan dengan koridor Jalan Tengku Umar di sebelah kanan dan
Jalan KH. Wahid Hasyim di sebelah kiri yang dapat dilihat pada gambar 1.
8
Sumber: Hasil Penelitian, 2017
Responden yang ditetapkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu
pejalan kaki dan PKL. Banyaknya masing-masing responden adalah 88 untuk jumlah pejalan
kaki dan 54 untuk PKL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pejalan kaki adalalah
berjenis kelami perempuan yaitu sebanyak 57 orang (65 %). Dari hasil kuesioner terhadap 88
orang pejalan kaki di lokasi penelitian, menunjukkan bahwa pejalan kaki dengan kelompok
usia <20 tahun sebanyak 49 orang (56%), diikuti dengan kelompok usia 20-30 sebanyak 21
orang (24%), kelompok usia 30-41 sebanyak 10 orang (11%) dan kelompok usia >41
9
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas PKL adalah berjenis kelami laki-laki yaitu
sebanyak 41 orang (76%). sebagian besar PKL memiliki pendidikan terakhir tamat SMA yakni
sebanyak 25 orang (46%), tamat SMP sebanyak 15 orang (28%), dan tamat SD sebanyak 14
orang (26%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan PKL ini sudah cukup
tinggi. Rata-rata PKL yang berdagang di Sudirman City Walk ini berada pada umur yang
Mayoritas PKL di Sudirman City Walk ini bersuku Minangkabau (41%) dan Melayu (33%).
Waktu berdagang PKL di lokasi penelitian dimulai dari pagi hari hingga tengah malam, 70%
pedagang kaki lima memulai aktifitasnya pada saat sore hingga malam hari. Waktu
berdagang PKL di lokasi penelitian dimulai dari pagi hari hingga tengah malam, 70% PKL
Pendapatan PKL per harinya adalah diatas 300 ribu yakni sebanyak 35 orang (65%) dan
pendapatan dibawah 300 ribu sebanyak 19 orang (35%). Sehingga dapat disimpulkan pendapatan
PKL memiliki pendapatan cukup tinggi jika dibandingkan dengan sektor formal seperti pegawai biasa,
sehingga meningkatkatkan minat pedagang-pedagang lain untuk membuka dagangannya di lokasi ini.
Pedagang kaki lima (PKl) ini memiliki izin dari pemilik lahan/toko, seperti pedagang majalah yang
berjualan di depan salah satu toko roti yang ada. Umumnya pemilik toko/ruko berpendapat bahwa
jalur pedestrian yang ada didepan toko/ruko adalah milik mereka sehingga pemberian izin cukup
kepada pemilik lahan yang dalam hal ini pemilik toko/ruko. Hal ini sangat menyulitkan bagi
pemerintah dalam mengambil tindakan tegas. Penggunaan lokasi PKL dilokasi penelitian, lebih dari
50% pedagang yang ada memiliki izin dari pemilik toko/ruko yaitu sebanyak 40 pedagang (74%) dan
yang tidak memiliki izin dari pemilik toko/ruko sebanyak 14 pedagang (26%).
Aktivitas PKL berkembang pada kawasan yang memiliki intensitas kujungan tinggi yang sesuai
dengan karakteristik PKL. Sebanyak 37 orang (69%) PKL tidak bersedia untuk dipindahkan lokasi
berjualannya dari Sudirman City Walk dikarenakan beberapa alasan seperti keramaian dan
10
pendapatan yang memuaskan. Sedangkan sebanyak 13 orang (31%) PKL bersedia dipindahkan
dengan syarat tempat pemindahan yang bagus dan cocok serta ramai pembeli.
Tanggapan masyarakat terhadap keberadaan PKL di jalur pedestrian sebesar 62% pejalan kaki
menganggap keberadaan PKL di jalur pedestrian Sudirman City Walk ini cukup mengganggu
kenyamanan mereka dalam berjalan kaki dan 2% lagi menganggap sangat mengganggu, apalagi
disaat sore hari dimana para PK) makanan basah mulai membuka gerobak tenda mereka dan malam
hari dikarenakan PKL tersebut mengambil semua lahan yang ada di jalur pedestrian untuk berjualan
sehingga pejalan kaki harus mengambil jalan di jalur kedaraan bermotor yang dapat membahayakan
mereka.
Sebagian pejalan kaki menganggap dengan adanya PKL yang ada di jalur pedestrian cukup
memadai dengan persentase terbesar kedua yaitu sebanyak 34%. Hal ini dikarenakan pejalan kaki
dapat membeli minuman, makanan atau yang lainnya sementara mereka berjalan ketempat
tujuannya. Yang menjadi tren akhir-akhir ini adalah keberadaan PKL saat malam hari yang
menjajakkan kuliner-kuliner dengan harga terjangkau sehingga banyak masyarakat yang datang
Dengan keberadaan PKL yang ada di Sudirman City Walk ini pejalan kaki merasakan dampak
negatif berupa gangguan ketidaknyamanan pejalan kaki, mengganggu keindahan lingkungan dan
mengurangi rasa aman, akan tetapi pejalan kaki juga mendapatkan dampak positif, yaitu kemudahan
Keamanan dan kebersihan mempengaruhi kenyamanan pola pergerakan para pejalan kaki itu
sendiri. Dilihat dari hasil survey yang ada tingkat keamanan di Sudirman City Walk ini sudah memadai
dengan persentase sebesar 65%. Tanggapan responden terhadap kebersihan di Sudirman City Walk
kurang memadai dengan persentase terbesar yaitu sebanyak 56% dan diikuti dengan 30% tanggapan
memadai serta 10% memilih sangat tidak memadai. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas
seperti bak sampah, adanya PKL juga mempengaruhi tinggkat kebersihan serta kesadaran
11
Ketersediaan fasilitas pelengkap pejalan kaki ini meliputi fasilitas pelindung dari sengatan
matahari maupun curah hujan dan street furniture atau perabot jalan seperti bak-bak sampah, lampu
jalan, bangku, halted dan lain-lain yang dapat menunjang kenyamanan para pejalan kaki. Fasilitas
pelindung dan kelengkapan perabot jalan menurut para pejalan kaki kurang memadai dengan
persentase paling besar dengan jawaban tidak memadai sebesar 59% untuk fasilitas pelindung
seperti pepohonan pelindung, gang beratap dan lain-lain. Atap pelindung hanya digunakan pada
beberapa toko-toko yang ada di Sudirman City Walk ini dan hanya menutupi teras depan toko-toko
yang ada, beberapa toko menggunakannya untuk menjajakan dagangannya dan beberapa dialih
fungsikan oleh pedagang kaki lima untuk menjajakan dagangannya dan ada yang menggunakannya
sebagai lahan parkir kendaraan roda dua hal ini lah yang mengganggu kenyamanan para pejalan kaki
Untuk pepohonan pelindung sebenarnya sudah ada hanya saja pepohonan yang digunakan adalah
pohon palem-paleman yang kurang begitu rindang sehingga tidak begitu baik melindungi para
pejalan kaki dari terik matahari, sebaiknya dapat menggunakan pepohonan yang rindang, ranting
atau dahan yang tidak mudah patah, tidak mudah tumbang, dan dapat menyerap unsur-unsur
Keadaan perabot jalan atau street furniture di Sudirman City Walk ini sudah tidak memadai, sesuai
dengan tanggapan masyarakat dengan persentase terbesar 57% mengatakan tidak memadai dan
diikuti dengan persentase sangat tidak memadai yaitu sebesar 27%, dikarenakan fasilitas yang ada
seperti bak sampah, lampu jalan, dan bangku sudah rusak dan ada beberapa yang tidak bisa
digunakan lagi. Hal ini mengurangi tingkat keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.
Pengembangan Ruang Pejalan Kaki Dalam Menunjang Sudirman City Walk di Kota Pekanbaru
Koridor jalan Sudirman pada dasarnya merupakan kawasan perdagangan dan jasa yang terbanyak
dibuka pada siang hari, kecuali rumah makan atau restoran. Berdasarkan jam operasinya, maka
12
kegiatan yang hanya digunakan pada pagi – siang hari hingga sore – malam hari dapat digunakan
untuk area pejalan kaki yang dilengkapi dengan keberadaan PKL. Pemenuhan kebutuhan ruang untuk
city walk ini pada dasarnya dipenuhi dengan menata trotoar yang tersedia dengan ruang terbuka
Kebutuhan akan ruang pejalan kaki dihitung berdasarkan standar pejalan kaki dengan kondisi
normal, dimana setiap orang memerlukan ruang minimal 60 cm ditambah 15 cm untuk bergoyang
tanpa membawa barang bawaan, sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 orang pejalan kaki
berpapasan menjadi 150 cm ditambah 150 cm jarak bebas, sehingga lebar trotoar minimum 300 cm
atau 3 meter. Lebar jalur pejalan kaki juga harus ditambah bila terdapat perabot jalan seperti bak
sampah yang memerlukan lebar tambahan sebesar 100 cm dengan jarak 50-100 meter dengan
membagi tempat sampah basah dan kering, lampu penerang sebesar 75-100 cm, rambu lalu lintas
membutuhkan tambahan sebesar 75-100 cm, pot bunga sebesar 150 cm, tanaman peneduh sebesar
60-120 cm serta bangku taman yang bisa diletakkan di depan toko-toko seperti toko roti dan apotik
serta penambahan ramp tepi untuk memudahkan pergerakan para penyandang cacat. Ramp dibuat
tidak boleh tinggi dengan maksimal satu anak tangga atau 6½ inci dengan kemiringan 7º sampai
Lebar jalur pejalan kaki di lokasi penelitian yaitu sebesar 9,5 meter yang sudah melebihi standar
minimal city walk yaitu 6 meter, hal ini memungkinkan untuk PKL menggunakan bagian dari jalur
pejalan kaki untuk berdagang, akan tetapi baiknya PKL dapat diatur sehingga tidak mengganggu para
13
Tabel 1. Perbedaan Antara Standar dan Realita dari City Walk di Sudirman City Walk
Perancangan City Walk ini secara fisik dapat menggunakan lahan parkir dan trotoar sebagai satu
a. Penetapan Area
Jalan Jendral Sudirman dari Mall Pekanbaru sampai dengan Toko Textil Indonesia sudah memiliki
jalur pejalan kaki selebar 5,1 sampai dengan 9,5 m yang sudah menunjang keberadaan city walk,
hanya perlu sedikit pembenahan untuk penambahan lebar bagi perabot jalan yang kurang
sekitar 2 meter. Keberadaan jalur pejalan kaki yang berseberangan dengan badan jalan dan
kendaraan berkecepatan tinggi, maka diperlukan pembatas dalam bentuk vegetasi menggunakan
pot selebar 20 cm dan diberi bunga untuk menambah estetika keindahan. Trotoar didisain untuk
ketinggian 20 cm dan terputus ketika berpotongan dengan jalan masuk kapling. Setiap jarak 21-
25 meter diberi diberi aksen dan setiap 250 meter diberi warna dan pembatas yang berbeda
14
b. Penempatan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan Lahan Parkir
Pedagang kaki lima (PKL) yang ada di Sudirman City Walk ini diberikan tempat khusus di Sudirman
City Walk sehingga menimbulkan sinergisitas terhadap pejalan kaki dan para pedagang kaki lima.
PKL sebagai pendukung kegiatan di city walk dapat ditempatkan pada satu sisi menggunakan
bentuk dan ukuran seragam, berukuran maksimal 2 meter dan dikelompokkan sesuai jenis barang
dagangannya dengan nuansa melayu supaya dapat menunjukkan identitas Kota Pekanbaru.
Baiknya PKL ditempatkan secara berjajar dan memiliki jarak antar pedagang lain sebesar 1 meter
dan disediakan fasilitas toilet umum atau rest room supaya para konsumen PKL dapat menjaga
Perabot jalan yang ada di lokasi penelitian sudah tidak layak lagi digunakan lagi, baiknya dilakukan
perancangan ulang untuk memudahkan pengguna jalan maupun pejalan kaki dengan nuansa
melayu yang merupakan identitas Kota Pekanbaru. Fitur yang paling penting dalam pedestrian
terbuka sepetri Sudirman City Walk ini adalah pedestrian yang teduh. Fasilitas pelindung dapat
berupa kanopi-kanopi yang dapat melindungi dari terik sinar matahari maupun guyuran hujan.
Fasilitas Pelindung yang ada di Sudirman City Walk ini dialih fungsikan sebagai tempat menjajakan
barang dagangan oleh para pemilik toko maupun PKL baiknya hal ini dapat diatur dan disesuaikan
sehingga para pejalan kaki juga dapat menikmati fasilitas pelindung tersebut.
City walk dapat dikelompokkan sebagai salah satu ruang terbuka non-hijau yang
merupakan salah satu elemen pembentuk kota. Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang Pasal 28 rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan
sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektoral informal, dan ruang
evakuasi bencana, dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat
15
SIMPULAN
1. Fasilitas pelindung dan kelengkapan perabot jalan menurut para pejalan kaki kurang
memadai.
2. Keadaan perabot jalan atau street furniture di lokasi penelitian sudah tidak memadai,
sesuai dengan tanggapan masyarakat dikarenakan fasilitas yang ada seperti bak sampah,
lampu jalan, dan bangku sudah rusak dan ada beberapa yang tidak bisa digunakan lagi.
3. Tanggapan pejalan kaki terhadap keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di jalur pedestrian
62% menganggap keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di jalur pedestrian Sudirman City
sudirman city walk tidak memadai, namun ingkat keamanan cukup memadai.
REFERENSI
Ayuningtyas, Putri. 2011, Elemen Pedestrian Dalam Sistem Pergerakan Kota Pekanbaru
Carmona, Matthew. 2003, Public Place-Urban Space The Dimensions of urban Design,
De Chiara, Joseph dan Lee E. Koppelman. 1978, Standar Perencanaan Tapak. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
F. Astarie. 2004, Penerapan City Walk Pada Selokan Mataram, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
16
Handoko. 2004, Aksesibilitas Publik Bagi Penyandang Cacat di Indonesia,Universitas Pelita
Harapan, Tanggerang.
Harwantono, Pranantyo. 2009, City Walk di Pusat Kota Yogyakarta Revitalisasi Kawasan
Lynch, Kevin. 1973, The Image of The City, The MIT Press, London-England.
Prawira, Rianda. 2014, Peranan Pedagang Kaki Lima Terhadap Aktivitas Perekonomian kota
Pekanbaru (Studi Kasus: Pedagang Kaki Lima di Jalan Imam Munandar). Universitas
Sasongko, Ibnu. 2013, Pengembangan Ruang Pejalan Kaki Dalam Menunjang Malang City
Shirvani, Hamid. 1985, The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold Company, New
York
Sulaksono W, Sony dan Farainy Adinda Gitawardhani. 2011, Ruang Pejalan Kaki Yang
Untermann, R.K. 1984, Accommodating the Pedestrian. Van Nostrand Reinhold Company,
Melbourne.
Usman, Husaini dan Akbar, Purmono Setiadi. 2009, Metodologi Penelitian Sosial. Bumi
17